Responsi Drowning Kelompok 2
Responsi Drowning Kelompok 2
MAKALAH
oleh:
Kelompok II
Dwi Priyadi Djatmiko (0710710004)
M. Irvan Arvandi (0710710094)
Muhammad Maulana (0710710106)
Natasha Diah Pitaloka (0710713024)
Novelita Mesah (0810710087)
Pembimbing:
dr. Tasmonoheni, SpF
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................1
Daftar Isi ......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................4
1.4 Manfaan Penulisan ...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5
2.1 Batasan Kasus Tenggelam ...................................................................5
2.2 Mekanisme Tenggelam .........................................................................6
2.2.1 Tenggelam dalam Air Tawar ..............................................................6
2.2.2 tenggelam dalam Air Asin .................................................................6
2.3 Pemeriksaan pada kasus Tenggelam ..................................................6
2.4 Pembunuhan dan Bunuh Diri pada Kasus Tenggelam..................... 6
BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN .......................................9
3.1 Laporan Kasus ......................................................................................8
3.2 Pembahasan ..........................................................................................11
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................15
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................15
4.2 Saran ......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tenggelam (drowning) adalah ditemukannya jenazah dalam keadaan
seluruh atau sebagian tubuh terbenam di dalam cairan.1 Tenggelam merupakan
salah satu bentuk kematian asfiksia. Bila pada asfiksia yang lain tidak terjadi
perubahan elektrolit dalam darah, sedangkan pada tenggelam perubahan
tersebut ada, baik tenggelam dalam air tawar (fresh water drowning) maupun
tenggelam dalam air asin (salt water drowning). Mekanisme kematian pada
tenggelam pada umumnya adalah asfiksia, mekanisme kematian yang dapat
juga terjadi pada tenggelam adalah karena inhibisi vagal dan spasme laring.
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat
tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000.2 Beberapa
negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam.
Walaupun tenggelam terjadi pada kedua jenis kelamin, golongan laki-laki adalah
tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita.
Kondisi drowning memiliki banyak tantangan untuk dibuktikan dalam
pendekatan patologi, dalam menentukan sebab, serta cara kematian jenazah.
forensiknya dimana seringkali hal ini dipersulit oleh proses dekomposisi.
Berdasarkan data The Southwestern Institute of Forensic Sciences (SWIFS)
yang dihimpun pada tahun 1977 hingga 1996, terdapat 1303 kasus tenggelam
dengan persentase cara kematian 90,5% akibat kecelakaan, 4% akibat bunuh
diri, 2,5% akibat pembunuhan, dan 4,5% tidak dapat ditentukan. Dalam
menentukan cara kematian diperlukan pertimbangan terkoordinasi terhadap
keadaan-keadaan yang diduga pada kematian, bukti-bukti medis obyektif yang
ada, serta walaupun tidak mutlak spesifik, terdapat beberapa data konfirmatif
yang dapat dicari melalui pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, dan
pemeriksaan TKP yang dapat membantu menemukan cara kematian jenazah
korban tenggelam. Meski bukan merupakan cara kematian mayor pada kasus
tenggelam, ilmu kedokteran forensik dapat memberikan kontribusi dalam
membedakan cara kematian tenggelam karena bunuh diri atau pembunuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Kasus Tenggelam
Tenggelam (drowning) adalah ditemukannya jenazah dalam keadaan
seluruh atau sebagian tubuh terbenam di dalam cairan.1 Tenggelam pada
umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara langsung berdiri
sendiri, maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam keadaan
mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang
epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan jarang terjadi, korban
biasanya bayi atau anak-anak; pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaja,
yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya pingsan.
Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai sehingga mati karena
tenggelam. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan
peristiwa yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau
besi baru kemudian terjun ke air. Dengan demikian di dalam menghadapi kasus
tenggelam, selain pemeriksaan ditujukan untuk menentukan sebab kematian
juga ditujukan untuk mengetahui cara kematiannya, kecelakaan, pembunuhan,
atau bunuh diri.
Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah
posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam, ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.1 Pada waktu pertama kali orang terjun ke air, oleh karena gravitasi ia
akan terbenam untuk yang pertama kali. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil
dari berat jenis air, korban akan timbul dan berusaha untuk bernapas mengambil
udara, akan tetapi oleh karena tidak bisa berenang, air akan masuk tertelan dan
terinhalasi sehingga berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat
jenis air, dengan demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya. Sewaktu berada
pada dasar sugai, laut atau danau, proses pembusukan akan berlangsung dan
terbentuk gas pembusukan, waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas
pembusukan dapat mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari. Pada
waktu tubuh mengapung oleh karena terbentuknya gas pembusukan, tubuh
dapat pecah terkena benda-benda di sekitarnya, digigit binatang atau oleh
karena proses pembusukan itu sendiri, dengan demikian gas pembusukan akan
keluar, tubuh korban terbenam untuk ketiga kalinya dan yang terakhir.
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Laporan Kasus
Surat permintaaan keterangan ahli (visum et repertum) berasal dari
POLRES Klungkung, Bali, tertanggal 23 Mei 2011 yang ditujukan kepada
Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
untuk melakukan pemeriksaan luar pada jenazah berinisial ZJH dengan maksud
untuk mengetahui penyebab kematiannya. Jenazah tiba di Instalasi Kedokteran
Forensik RSUP Sanglah pada tanggal 23 Mei 2011. Pemeriksaan luar yang
dilakukan oleh Dokter Muda Forensik pada tanggal 23 Mei 2011 pukul 16.30
WITA.Pemeriksaan dalam dilakukan oleh dr.Dudut Rustyadi, Sp.F dan dr.Kunthi
Yulianti, Sp.KF pada tanggal 2 Juni 2011 pukul 08.40 WITA.5
3.1.1 Pemeriksaan Luar
Pada jenazah tidak terdapat label dari kepolisian dan dibungkus dengan
pembungkus jenazah berupa kain berbahan katun warna putih dengan tulisan
KM merek KUDA BINTANG dan kain berbahan katun bermotif batik. Pakaian
yang digunakan jenazah adalah Bra berwarna hitam merek tidak terbaca, celana
pendek berbahan jeans berwarna biru dengan tulisanCASSANO, dan celana
dalam berbahan nilon berwarna merah dengan merek CHANDAISE. Jenazah
tidak memakai perhiasan.. Tanda Kematian pada jenazah berupa lebam mayat
pada punggung berwarna merah keunguan yang tidak hilang pada penekanan;
kaku mayat pada seluruh tubuh yang sukar dilawan; tanda pembusukan belum
terbentuk. .Rambut kepala warna cokelat kehitaman, tumbuh ikal, panjang ratarata 30 cm; alis berwarna hitam, tumbuh jarang; bulu mata berwarna hitam,
tumbuh jarang. Kepala berbentuk bulat lonjong. Mata kanan terbuka 0,2 cm
sedangkan mata kiri tertutup. Selaput bening matakanan dan kiri keruh; teleng
mata kanan dan kiri sama besar berukuran 0,6 cm; tirai mata kanan dan kiri
berwarna coklat; selaput bola mata kanan dan kiri berwarna putih, terdapat
pelebaran pembuluh darah, dan bintik perdarahan; selaput kelopak mata
berwarna merah keunguan,terdapat pelebaran pembuluh darah. Hidung bentuk
pesek, dari lubang hidung bagian kanan dankiri keluar cairan berwarna
kemerahan. Mulut terbuka selebar 0,3 cm, lidah tidak tergigit, tidak terjulur, dari
rongga mulut tidak keluar apa-apa, pada rahang bawah samping kiri gigi
geraham nomor satu, dua, dan tiga tidak ada. Telinga berbentuk oval, dari lubang
telinga kanan dan kiri keluar cairan bening.. Alat kelamin jenazah didapatkan dari
saluran kelamin tidak keluar apa-apa hanya ditemukan tali tampon warna putih
menjulur dari lubang kemaluan dengan ukuran 7 cm. Darilubang pelepasan
jenazah tidak keluar apa-apa. .Identifikasi umum jenazah adalah seorang
perempuan, warga negara Cina, warna kulit kuning langsat, gizi lebih, umur
kurang lebih 34 tahun, berat badan 95 kg, panjang badan 172 cm. Identifikasi
khusus jenazah adalah tahi lalat pada dada kiri ukuran 0,5 cm x 0,4 cm dan tahi
lalat pada dagu. Pada jenazah terdapat luka lecet pada selaput bibir atas
sebelah kanan, 2 cm dari garis pertengahan depan, ukuran 0,2 cm x 0,2 cm dan
tidak ditemukan patah tulang pada jenazah.
3.1.2 Pemeriksaan Dalam
Pada leher jenazah tidak terdapat memar di jaringan bawah kulit leher
dan pada jaringan otot leher tidak terdapat memar. Lemak dinding dada
berwarna kuning dengan tebal 2,5 cm, sekat rongga badan kiri dan kanan
setinggi iga keempat. Kandung jantung tampak satu jari di antara kedua tepi
paruparu dan di dalam kandung jantung terdapat cairan berwarna merah
kehitaman. Dalam rongga dada kanan dan kiri terdapat cairan berwarna
merahkehitaman. Lemak perut berwarna kuning dengan tebal 3,5 cm, tirai usus
menutupi hampir semua permukaan usus bagian atas, selaput dinding perut
bagian dalam berwarna abu-abu mengkilat, permukaan licin dan mengkilat..
Setelah alat alat diangkat tampak lidah berwarna cokelat, permukaan tidak rata,
pada irisan berwarna cokelat, terdapat memar pada tepi lidah samping kanan
ukuran 1 cm x 0,7 cm.. Kelenjar gondok terdiri dari dua baga, warna cokelat,
pada perabaan lunak, pada irisan berwarna cokelat, gambaran kelenjar jelas.
Tulang lidah, tulang rawan gondok, tulang rawancincin semuanya utuh. Selaput
lendir kerongkongan berwarna merah muda, licin, berisimakanan setengah
dicerna. Selaput lendir batang tenggorok berwarna kemerahan, licin, berisisisa
makanan, terdapat buih halus. Pada pipa udara tepat pada percabangan
terdapat pasir halus berwarna kekuningan.Alat-alat dalam rongga dada yaitu
paru kanan terdiri dari tiga baga, warna merahkecokelatan, pada perabaan
seperti spon kenyal, pada irisan paru berwarna merah kecokelatan, pada
penekanan keluar cairan warna merah berbuih, berat 450 gram. Paru kiri terdiri
dari dua baga, warna merah kecokelatan, pada perabaan seperti spon kenyal,
10
trapezium
warna
ungu,terdapat
pelebaran
pembuluh
darah,
konsistensi lunak sedangkan kelenjar anak ginjal kiri berbentuk seperti bulan
sabit, warna gelap, terdapat pelebaran pembuluh darah, konsistensilunak. Ginjal
kanan, lemak ginjal tebal, simpai ginjal mudah dilepas, warna cokelat,
permukaantidak rata, pada perabaan lunak, pada irisan gambaran ginjal jelas,
pada piala ginjal kosong dan terdapat pelebaran pembuluh darah, berat 225
gram sedangkan ginjal kiri, lemak ginjal tebal,simpai ginjal mudah dilepas, warna
cokelat, permukaan tidak rata, pada perabaan lunak, pada irisan gambaran ginjal
jelas, pada piala ginjal berisi lendir warna kekuningan, berat 250 gram.. Saluran
kemih kanan dan kiri tidak tersumbat. Kandung kemih kosong, selaput lendir
berwarna kuning kemerahan. Rahim sebesar telur ayam kampung, dalam rahim
11
berisi lendir warna merah kekuningan. Indung telur kanan terdapat benjolan
berisi cairan (kista ovarii)diameter 1 cm..
Pada pemeriksaan kepala didapatkan kulit kepala bagian dalam tidak
terdapat memar.Tulang tengkorak utuh, pada tulang karang kanan dan kiri
terdapat resapan darah. Selaput keras otak utuh. Selaput lunak otak utuh. Otak
besar warna kekuningan, konsistensi sangat lunak,terdapat pelebaran pembuluh
darah. Otak kecil warna kekuningan, konsistensi sangat lunak,terdapat pelebaran
pembuluh
darah.
Batang
otak
warna
kekuningan,
konsistensi
sangat
bahwa
kematian
telah
terjadilebih
dari
jam
sebelum
pemeriksaan. Sifat kaku mayat yang sulit dilawan berarti kaku mayatyang sudah
mencapai puncaknya. Dari sini dapat diperkirakan kematian telah terjadi lebih
dari10-12 jam namun masih kurang dari 24 jam. Belum terbentuknya tanda
pembusukan padatanggal 23 Mei 2011 tersebut juga menunjukkan kematian
terjadi kurang dari 24 jam yang laluterhitung dari saat dilakukannya pemeriksaan
luar. Selaput bening mata korban tampak keruhmenunjukkam korban meninggal
di atas 10-12 jam, Dari data-data di atas, dapat disimpulkankorban meninggal
lebih dari 10-12 jam dan kurang dari 24 jam dari waktu pemeriksaan.
Adapun tanda dan hasi pemeriksaan yang menujukkan korban tenggelam
disajikan pada hasil pemeriksaan luar, hasil pemeriksaan dalam, dan hasil
pemeriksaan laboratorium.
3.2.1 Hasil Pemeriksaan Luar
12
Hal yang didapatkan pada pemeriksaan luar yang sesuai dengan tanda
kontak denganair pada korban tenggelam adalah:
1. Jenazah dalam keadaan.
2. Dari kedua lubang hidung keluar cairan warna kemerahan.
3. Pada selaput bibir atas sebelah kanan terdapat luka lecet yang
merupakan tanda bahwa korban mengalami fase epilepsi dari asfiksia
sebagai akibat masuknya korban ke dalamair.
4. Kutis anserina pada kulit permukaan anterior tubuh seperti pada tangan
dan kaki.
5. Washer womans hand atau telapak tangan dan kaki berwarna keputihan
dan berkeriput. Perubahan ini terjadi bila tubuh telah terendam air selama
lebih dari 1-2 jam.
3.2.2 Hasil Pemeriksaan Dalam
Hal yang didapatkan pada pemeriksaan dalam yang sesuai dengan tanda
pasti korban tenggelam adalah:
1. Busa halus pada jalan napas
2. Overinflasi paru dilihat dari irisan paru berwarna merah kecokelatan, pada
penekanan keluar cairan warna merah berbuih.
3. Emphysema aquosum karena paru-paru berwarna merah kecokelatan
yang merupakan jaringan yang mendapat udara. Selain itu pada sayatan
didapatkan material berbahan cair berwarna kemerahan.
4. Benda asing berupa pasir pada jalan napas, paru-paru, dan lambung.
5. Terdapat pelebaran pembuluh darah pada permukaan jantung.
3.2.3 Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan getah paru kanan ditemukan serat tumbuhan, kristal jernih,
dan diatom sedangkan pada pemeriksaan getah paru kiri ditemukan kristal halus
bewarna hitam.
Pada kasus ini belum dapat ditentukan cara kematian korban. Adapun
alur berfikir yang perlu kita perhatikan untuk pada kasus tenggelam ini untuk
mengerucutkan cara kematian karena bunuh diri atau pembunuhan adalah:
1.
13
tenggelam. Pada kasus ini melalui hasil temuan otopsi sebab kematian
korban adalah benar karena tenggelam.
2.
Memeriksa pula
4.
5.
Memeriksa
dimana pemberat pada tubuh jenazah. Pada kasus bunuh diri, pemberat
tentu terutama akan ditemukan pada lokasi tubuh yang dapat dibuat sendiri
oleh korban sebelum meninggal dan dapat dimobilisasi saat korban
memasukkan diri ke dalam air. Pemberat tubuh dapat digunakan pada kasus
pembunuhan pada bunuh diri. Pada pembunuhan, pemberat tubuh diberikan
untuk membuat korban tidak ditemukan sehingga tindak kejahatan tertutupi.
Pada kasus bunuh diri, pemberat tubuh dimaksudkan korban untuk
memastikan dirinya benar-benar tenggelam untuk kemudian meninggal.
Pada kasus ini tidak ditemukan pemberat tubuh maupun bekas penggunaan
pemberat tubuh seperti lilitan tali pada tubuh yang dihubungkan pada benda
pemberat.
6.
Data pemeriksaan TKP tidak dapat digali dari sumber laporan kasus yang
didapat. Jika ada data pemeriksaan TKP, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Cari pada pemeriksaan TKP apakah ada surat wasiat. Jika ada pastikan
gaya bahasa, cara penulisan, dan tulisan tersebut adalah milik jenazah.
14
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Tenggelam (drowning) adalah ditemukannya jenazah dalam keadaan
seluruh atau sebagian tubuh terbenam di dalam cairan. Kematian pada kasus
tenggelam adalah akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke
dalam cairan yang merupakan salah satu bentuk kematian asfiksia yang ditandai
adanya perubahan elektrolit dalam darah, baik tenggelam dalam air tawar
maupun tenggelam dalam air asin.
4.1.2 Untuk membedakan cara kematian bunuh diri atau pembunuhan pada
kasus tenggelam diperlukan data yang dikumpulkan dari otopsi, pemeriksaan
TKP, dan data antemortem. Pemeriksaan labortarium yang perlu dilakukan pada
kasus tenggelam adalah tes getah paru dan toksikologi.
4.1.3 Perbedaan cara kematian bunuh diri atau pembunuhan pada kasus
tenggelam meliputi data konfirmatif apakah jenazah benar meninggal karena
tenggelam atau bukan, ada atau tidaknya luka-luka akibat upaya pembunuhan,
upaya perlawanan, dan/atau upaya bertahan hidup, hasil pemeriksaan
toksikologi, pemberat tubuh, data hasil pemeriksaan TKP, dan data antemortem
jenazah. Pada kasus yang disajikan belum dapat ditentukan cara kematian
jenazah kasus tenggelam karena bunuh diri atau pembunuhan karena ada
beberapa data konfirmatif yang tidak disebutkan dalam sumber laporan kasus.
4.2 Saran
4.2.1 Diperlukan sistem pendataan yang lebih baik mengenai epidemiologi kasus
tenggelam.
4.2.2 Diperlukan suatu sistem identifikasi yang lebih akurat dalam menentukan
cara kematian pembunuhan dan bunuh diri pada kasus tenggelam.
4.2.3 Diperlukan pemeriksaan dan pencatatan hasil pemeriksaan yang lengkap
pada kasus tenggelam untuk dapat membantu menentukan cara kematian.
4.2.4 Pada penulisan makalah dengan tujuan membedakan pembunuhan atau
bunuh diri pada kasus tenggelam selanjutnya dapat dicari dan dianalisa pada
laporan kasus dengan data yang lebih spesifik mengarah pada kedua jenis cara
kematian tersebut.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Idries, Abdul Munim. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Pertama: Tenggelam. Binarupa Aksara. Hal. 177-190.
2. Fitricia, Ria. 2010. Tanda Intravital yang Ditemukan Pada Kasus Tenggelam di
Departemen Kedokteran Forensik FK USU RSUP H. Adam Malik/RSUD Pingardi
Medan pada Bulan Januari 2007-Desember 2009. Medan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatra Utara.
3. Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid Ke-2:
Tenggelam. Jakarta: Media Aesculapius FKUI. Hal. 213-214.
4.
al-Fatih,
Muhammad.
2012.
Mati
Tenggelam
(Drowning).
(online).
www.klinikindonesia.com/forensik/tenggelam.php.
5. Widyasari, Jessie. 2010. Laporan Kasus Mati Tenggelam. (online).
http://www.scribd.com/doc/36496376/Case-Report-Tenggelam.
6. Wirthwein DP, Barnard JJ, Prahlow JA. Suicide by drowning: a 20-year review.
J Forensic Sci 2002;47(1):131136.