SKIZOFRENIA HEBEFRENIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di seluruh dunia
adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan
industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya
menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu
adalah gangguan jiwa skizofrenia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
3
Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan
kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan
dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983)
Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di
sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern
sekalipun. Umunya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak
pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau
dating secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami
stress (Atkinson dkk, 1992)Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia
hebefrenik.
Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku
klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh,
meringis dan menarik diri secara ekstrim. (Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang
tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat
mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab
dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau yang ditandai
dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang terpecahpecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan
aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim
dari hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku yang
tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu
menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang
menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami
disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada
individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)
2.2 Etiologi
Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia
lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon neurobiologi
seperti pada harga diri rendah antara lain :
a.Faktor genetik
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga
letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan
no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami
skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara jika
dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase
prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala
yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan
kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan
eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, yaitu
antara lain;
1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya,
2. alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketololtololan.
3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa
puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.
4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai
suatu kesatuan.
5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai
satu kesatuan.
6. Gangguan proses berfikir
7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakangerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan
cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang
Hawari, 2001 :640).
Gejala-gejala pencetus respon biologis :
Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama
sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat,
kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan
kesehatan.
Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga,
kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain,
isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja,
stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan
ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.
Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal,
kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan
berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidak
ada kekuatan pengobatan dan ketidak adaskuatan penanganan gejala.
Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada pasienpasien Skizofrenia Hebefrenik adalah,
2.4. Psikofisiologi
1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.
a) Tahap Comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien
biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga
merasa senang dan terhindar dari ancaman.
b.Tahap condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien merasa
mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa
yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).
c. Tahap Controling
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara
tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah berhubungan
dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.
d. Tahap Conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti perilaku
klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.
2.Waham
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya menetap
dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham kejaran,
hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara abnormal,merasa dirinya bau
dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara
(risperidone)
Seroquel
(quetiapine)
Zyprexa
(olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien
dengan Skizofrenia.
c. Clozaril
----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang
pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil)
dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat
menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya,
pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara
reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Cara penggunaan
Pada
dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang
sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.
Pemilihan
obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang
sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis
lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil
efek samping belum tentu sama.
Apabila
dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai
dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila
perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan
setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug
holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop
Untuk
obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis
terakhir yang masih mempunyai efek klinis.
Pada
antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.
Pada
anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau
atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis
dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1
cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi
danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.
Penggunaan
10
11
12
----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia
adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman
tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien
skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan
kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.
Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan
hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang
prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang
sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.
----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,
perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit
harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga
pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam
memperbaiki kualitas hidup.
2.7. Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,
prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat
kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal
(sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan
perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai
dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia
1.Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan
membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal,
karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.
13
2.Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih
mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.
3.Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental
yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan
yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone
serta Clozapine.
4.Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus
perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.
5.Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak
yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan.
Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau
tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
6.Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
7.Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan.
Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap
kesembuhan.
8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut,
sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.
9.Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang
lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik
dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang
menunjukkan prognosisnya baik nantinya.
14
Prognos
Prognosis Buruk
Onset
Onset muda
Tidak ada
is Baik
lambat
Fakto
r pencetus yang
jelas
Onset
akut
Riwa
yat sosial, seksual
dan
pekerjaan
premorbid
yang
baik
Gejal
a gangguan mood
(terutama
gangguan depresif)
Meni
kah
Riwa
yat
keluarga
gangguan mood
Siste
m pendukung yang
baik
Gejal
a positif
factor
pencetus
Onset tidak jelas
Riwayat social dan
pekerjaan premorbid yang buruk
Prilaku menarik diri
atau autistic
Tidak
menikah,
bercerai atau janda/ duda
Sistem
pendukung
yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala
neurologist
Riwayat
trauma
perinatal
Tidak ada remisi
dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
15
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.
Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara
lain:
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai
dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah
dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim.
(Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan
perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham
dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary),
16
perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
umumnya
maneurisme
(Depkes
RI,
1993:111-112).
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau
yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanakkanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri,
menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan
kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial
(Dadang Hawari, 2001:64-65).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan
perubahan prilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat
diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku
menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan
ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami disorganisasi
dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada
individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)
Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Skizofrenia hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan
yang yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta
menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia
merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia
sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul
pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,
psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya
sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam :
Sinopsis Psikiatri, ed 7, vol 1, Binarupa aksara, 1997
2.
Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya, Jakarta, 2001.
3.
4.
Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya. Diunduh dari
http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm tanggal 16 November
2010
5.
Skizofrenia. Naruto. blogspot. file:///C:/Documents%20and
%20Settings/F%20A%20D%20L%20I/My%20Documents/makalahskizofrenia.html
17
6.
www.psikomedia.com/article/psikologiklinis/1006/skizofrenia diunduh tanggal 19 september 2011
18