Granulasi
khas pada faringitis kronis hiperplastik
Granul : nodul kecil yang membatasi agregasi sel peradangan mononuclear atau merupakan
kumpulan makrofag modifikasi yang menyerupai sel epitel
Contoh penyakit pada laring dengan jaringan granulasi :
1) Faringitis Tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien buruk karena anoreksi
dan odinofagi. Pasien mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan
pembesaran kelenjar limfa leher.
2) Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada
penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat.
Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar tonsil.
3) Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh dan
disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.
4) Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi
dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler,
superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
2. Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari
jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan
ikat
dengan
dalamnya.Terdapat
tonsil
yang
kriptus
di
beberapa macam
keseluruhannya
ini
dan
arcus
glossopharingicus.
3. Tonsila Pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring dan posterior
dari palatum molle.
4. Tonsila Tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium tuba auditiva
Kriptus adalah celah pada permukaan tonsil.
Detritus adalah suatu reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear akibat
adanya infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil.
Kripta Tonsil
adenoid
diliputi oleh
stratified-
dan
Tonsil palatine, juga dikenal sebagai tonsil faucial, merupakan massa seperti buah
anggur dari jaringan limfoid yang terletak diantara otot palatoglossus (anterior pillar)
dan otot palatofaringeus (posterior pillar). Permukaan lateral dari masing-masing
tonsil diliputi oleh fasia faringeal dan terlekat pada otot konstriktor faring superior.
Kondensasi fasia membentuk sebuah kapsul. Dari kapsul tonsil, trabekula meluas
sampai ke parenkim tonsil dan mensupport pembuluh darah, saraf, dan pembuluh
limfatik eferen. Kontraksi dari otot konstriktor superior, palatoglosus, dan
palatofaringeus (saat menelan) menyebabkan kompresi tonsil. Permukaan tonsil yang
lain diliputi oleh closely adherent stratified squamous epithelium yang meluas sampai
ke kripta. Kripta-kripta yang terdapat pada tonsil ini berjumlah 8-10 buah. Bila terjadi
pembengkakan tonsil, dasar kripta tetapi terfiksasi, hal ini menyebabkan kripta
bertambah panjang.
Tonsil lingual
Tonsil lingual terletak pada dasar lidah dan meluas dari foramen cecum sampai ke
epiglottis. Tonsil ini diliputi oleh stratified squamous epithelium dan terpisah dari otot
lidah hanya melalui lapisan jarigan fibrosa. Tonsil ini terdiri dari sejumlah elevasi
berbentuk bulat atau seperti kawah pada bagian tengah jaringan limfoid dimana
terdapat bukaan saluran kelenjar mukosa.
Pembesaran Tonsil
Dibagi berdasarkan garis median dan garis paramedian
T1 : Tonsil membesar namun belum arkus faring posterior
T2 : Tonsil membesar sudah melewati arkus faring posterior namun belum melewati garis
paramedian
T3 : Tonsil membesar dan sudah melewati garis paramedian namun belum melewati garis
median
T4 : Tonsil membesar dan sudah melewati garis median
Sumber: Current diagnosis & treatment Lange, second edition, halaman 344
Kripta dan dentritus
Kripta merupakan alur-alur yang terdapat pada tonsil normal.
Dentritus terdiri dari sel epitel yang mati, sel leukosit yang manit dan bakteri yang
menutupi kripta berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan.
Proses peradangan tonsil dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses
radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, shingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga kripta akan melebar.
Secara klinis, kripta ini akan tamapa diisi oleh dentritus. Proses ini meluas hingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris.
Sumber:
Soepardi EA et al, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Ed ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.
3. Perbedaan tonsillitis akut, kronik hipertrofi dan kronik eksaserbasi akut
Tonsillitis Akut
Tonsil
Tonsillitis
edema
hiperemis
Eksaserbasi Akut
dan Tonsil
edema
hiperemis
dapat
membesar/mengecil
permukaan tidak rata, tidak
dan
tekan
Perlengketan Kripta tidak melebar
Tonsilitis akut rekuren
nyeri submandibula
Perlengketan +
Kripta melebar
hiperemis
Detritus +
KGB Pembesaran
submandibula
Perlengketan +
Kripta melebar
Plika anterior hiperemis
KGB
Didefinisikan sebagai episode tonsilitis akut berulang yang terjadi 6-7 kali
dalam setahun, 5 episode dalam setahun selama 2 tahun, atau 3 episode setahun
selama 3 tahun berturut-turut. Banyak pasien mengalami tonsilitis akut berulang yang
sembuh sempurna diantara episode tonsilis akut.
Tonsilitis bakterialis supuratif akut paling sering disebabkan streptokokus beta
hemolitikus grup A. Kuman ini nantinya akan menimbulkan peradangan umum dan
pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati,
dan bakteri patogen dalam kripte. Adanya perbedaan dalam virulensi bakteri patogen
menyebabkan fase-fase patologis:
1. peradangan biasa daerah tonsil
2. pembentukan eksudat
3. selulitis tonsila dan daerah sekitarnya
4. pembentukan abses peritonsilar
5. nekrosis jaringan
Manifestasi klinis :
1. nyeri tenggorokan
2. disfagia
3. sulit makan dan minum
4. malaise
5. demam
6. nafas bau
7. tonsil membesar dengan eksudat kekuningan
Pengobatan :
1. tirah baring
2. cairan adekuat dan diet ringan
3. analgesik oral
4. antibiotik : pilihan pertama penisillin selama 5-10 hari
B. Tonsilitis kronik
Didefinisikan sebagai gejala tenggorokan serak, anoreksia, disfagia dan tonsilar
kemerahan yang persisten. Selain itu, tonsilitis kronik dikarakteristikan dengan
adanya bau tak sedap dari tonsil dan pembesaran kelenjar limfe jugulodisgastrik.
Umumnya organisme yang terlibat adalah campuran bakteri aerob dan anaerob
dengan dominan pada steptococcus.
Faktor risiko tonsilitis kronik :
1. rangsangan menahun dari asap rokok
2. makanan tertentu
3. higiene mulut yang buruk
4. cuaca dan kelelahan fisik
5. pengobatan tonsilitis akut yang inadekuat
Patologi :
Radang berulang
Jaringan parut
Pengerutan
Komplikasi :
1. lokal : rinitis kronik, sinusitis, otitis media
2. sistemik : endokarditis, artritis, miositis, nefritis, uveitis, dermatitis, pruritus,
urtikaria, furunkulosis
5. Tonsilektomi
a. Indikasi tonsilektomi absolut :
- Terjadinya cor pulmonale akibat obstruksi saluran nafas kronis
- Abses faring dan abses peritonsiler
- Hipertrofi tonsil yang menyebabkan disfagia dan akhirnya menyebabkan berat
badan menurun
- Biopsi apabila terdapat kecurigaan keganasan
b. Indikasi tonsilektomi relatif
- Infeksi yang berulang oleh kuman Streptococcus hemolitikus grup A
- Tonsilitis berulang lebih dari 3 kali per tahun
- Hiperplasi tonsil dengan obstruksi fungsional
- Hiperplasi dan obstruksi yang ada setelah infeksi mononucleosis
- Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung berhubungan dengan
tonsilitis kronik berulang dan kontrol antibiotik yang kurang baik.
- Inflamasi tonsil kronik yang persisten tidak merespon terapi medikamentosa
- Hipertrofi tonsil/ adenoid berhubungan dengan abnormalitas gigi/orofacial yang
mempersempit saluran nafas atas
- Tonsilitis kronik/rekuren dengan adenopati servikal persisten
Sumber:
Effendi H, editor. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Ed ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1997.