Anda di halaman 1dari 7

GENERAL BUSINESS ENVIRONMENT

INTERNATIONAL POLITICAL ENVIRONMENT


Analisis Konflik Politik Internasional Indonesia dan Brasil Terhadap
Potensi Impor Daging Sapi di Indonesia
Dosen Pengampu:
Poppy S. Winanti, M.P.P, M.Sc., Ph.D.

Oleh:
Beni Sulistyo
Fikha Nandhia Frida Arisyenan
Fuady Aulia Abror
Jerniaty Indry
Nanda Budya Pratama
Sarbini

14/372743/PEK/19522
14/373334/PEK/19604
14/373006/PEK/19553
14/374107/PEK/19662
14/372426/PEK/19489

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konsumsi daging sapi
yang tergolong rendah hanya sekitar 2,5kg per tahun per kapita. Namun walaupun
demikian, Indonesia masih kekurangan pasokan sapi dalam negeri sehingga harus
melakukan impor daging sapi dari beberapa negara demi memenuhi kebutuhan

daging sapi dalam negeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Universitas
Gadjah Mada yang bekerja sama dengan Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot
Indonesia (Apfindo), menemukan bahwa kebutuhan daging sapi Indonesia pada
tahun 2015 akan meningkat 8% dari tahun sebelumnya yaitu 590.000 ton menjadi
640.000 ton. Hal tersebut terjadi dikarenakan perekonomian masyarakat yang terus
meningkat sehingga daya beli masyarakat akan daging sapi juga meningkat. Namun
kenaikan kebutuhan daging sapi tersebut tidak diikuti dengan kenaikan ketersediaan
sapi dalam negeri sehingga pemerintah terus melakukan impor daging sapi. Untuk
dapat memenuhi kebutuhan daging sapi di tahun 2015 maka memerlukan 3,4 juta
ekor sapi, namun kenyataan yang tersedia hanya 2,3 juta ekor sehingga pemerintah
perlu melakukan impor 1,1 juta ekor sapi lagi.
Melihat kekurangan ketersediaan sapi dalam negeri, pemerintah Indonesia
terus bekerja sama dengan beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
dalam negeri. Dalam melakukan impor sapi, negara pengekspor sapi (country based)
harus bebas dari penyakit mulut dan kuku (PMK) maupun penyakit gila. Terdapat 22
negara dengan diantaranya Australia dan Selandia Baru. Namun ada sistem lain
untuk mengimpor sapi yaitu menggunakan sistem (Zone Based). Kini, pemerintah
bersama DPR tengah merevisi UU No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan. Prinsip country-based akan diubah menjadi zone-based sehingga
Indonesia akan memiliki ruang yang lebih luas untuk memilih negara pemasok sapi.
Prinsip zone-based memungkinkan Indonesia bisa mengimpor sapi dari kawasan
tertentu yang steril di negara yang belum sepenuhnya bebas penyakit hewan, salah
satu negara yang termasuk dalam zone-based adalah Brasil.

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Putusan eksekusi mati gembong narkoba berbuntut konflik antara Brasil dan
Indonesia yang ditandai dengan keretakan hubungan diplomatik antar negara. Jumat
20 Februari 2015, Dubes Toto Riyanto diundang secara resmi untuk menyampaikan
credentials letter (surat kepercayaan) pada upacara di Istana Presiden Brasil pada

pukul 09.00 pagi waktu setempat. Presiden Brasil Dilma Rousseff mengeluarkan
reaksi yang mengejutkan pemerintah Indonesia. Pada saat itu Dubes Toto Riyanto
sudah hadir di Istana Kepresidenan Brasil namun pemerintah Brasil secara sepihak
membatalkan penerimaan surat mandat tanpa alasan masuk akal. Padahal, Presiden
Brasil langsung menerima surat kepercayaan dari Dubes El Salvador, Panama,
Venezuela, Senegal dan Yunani. Sedangkan surat kepercayaan dari Indonesia,
ditunda tanpa batas waktu. Presiden Brasil dengan tegas menolak surat kepercayaan
yang dibawa oleh Dubes RI tersebut kabarnya untuk sementara waktu saja.
Penolakan duta besar RI ini diduga kuat akibat keterkaitannya tentang
hukuman eksekusi mati pada seorang warga Brasil di tanah air dan akan adanya lagi
rencana hukuman mati salah seorang warga Brasil yang kedua. Brasil sebelumnya
meminta agar Indonesia tidak menghukum mati warga negaranya yang terbukti
melakukan perdagangan narkoba. Indonesia menolak permintaan ini. Duta Besar
Brasil di Indonesia telah ditarik oleh Pemerintah Brasil sebagai protes terhadap
hukuman mati tersebut. Jusuf Kalla selaku wakil presiden Indonesia menjelaskan
bahwa perkara eksekusi mati merupakan salah satu hukum yang berjalan di
Indonesia yang dibuat berdasarkan keputusan Mahkamah Agung, sehingga
pemerintah sekalipun Presiden tidak mampu mengintervensi.
Hal yang sangat menjadi persoalan, menurut Toto, adalah bahwa saat dia
diundang dan memenuhi undangan untuk datang menyerahkan surat kepercayaan itu,
bukan atas nama pribadi, melainkan membawa surat kepercayaan atas nama Presiden
RI dan seluruh rakyat Indonesia. Atas kejadian ini, pihak Kementerian Luar Negeri
telah memanggil Duta Besar Brasil untuk Indonesia pada 20 Februari 2015, pukul
22.00 WIB, untuk menyampaikan protes keras terhadap tindakan tidak bersahabat
tersebut sekaligus menyampaikan nota protes.

PEMBAHASAN
Data Perdagangan Indonesia dengan Brasil periode tahun 2011 sampai
dengan 2014 dapat kita lihat sebagai berikut:
Tabel: Neraca Perdagangan Indonesia dengan Brasil (dalam Ribu US$)

Uraian

Tahun

2011
2012
Total Perdagangan
3.632.972,7 3.457.141,7
Migas
32.311,5
419,5
Non Migas
3.600.661,2 3.456.722,3
Ekspor
1.734.907,9 1.486.190,7
Migas
32.264,0
318,6
Non Migas
1.702.643,9 1.485.872,1
Impor
1.898.064,8 1.970.951,0
Migas
47,5
100,8
Non Migas
1.898.017,3 1.970.850,2
Neraca Perdagangan
(163.156,8)
(484.760)
Migas
32.216,5
217,8
Non Migas
(195.373,4) (484.978,1)
(sumber: Kementerian Perdagangan)

2013
2014
3.730.377,6
4.051.732,6
61,8
104,5
3.730.315,7
4.051.628,1
1.514.413,2
1.498.199,4
0,0
27,1
1.514.413,2
1.498.172,2
2.215.964,4
2.553.533,2
61,8
77,4
2.215.902,6
2.553.455,8
(701.551,2) (1.055.333,8)
(61,8)
(50,3)
(701.489,4) (1.055.283,6)

Melihat data neraca perdagangan diatas, Indonesia mengalami defisit neraca


perdagangan dari tahun ke tahun terhadap Brasil. Data tahun 2014, Total nilai ekspor
Indonesia tercatat sebesar 1.498.199,4 ribu US$, sedangkan nilai impor sebesar
2.553.533,2 ribu US$, hal ini menimbulkan defisit pada neraca perdagangan sebesar
1.055.283,6 ribu US$. Defisit tahun 2014 tercatat lebih besar dari tahun sebelumnya
yang hanya sebesar 701.489,4 ribu US$, dan defisit tersebut banyak disumbang
melalui impor non migas (komoditi). Komoditi ekspor Indonesia ke Brasil antara lain
karet, kain perca, kopra, minyak sawit, biji-bijian, fiber, dan bagian serta aksesoris
kendaraan bermotor, sedangkan impor Indonesia dari Brasil antara lain kain katun,
kedelai, tembakau, bijih besi dan konsentratnya.
Dari data perdagangan tersebut bila dikaitkan dengan hubungan bilateral
kedua negara yang sedang renggang, perdagangan Brazil dengan Indonesia hanya
sebesar US$4 miliar atau sekitar Rp51 triliun pada 2014. Jumlah itu, sebenarnya
tidak sampai satu persen dari total perdagangan Brasil dengan negara-negara lain
yang mencapai US$454 miliar atau Rp5.871 triliun. Artinya, terhentinya
perdagangan Brasil dengan Indonesia tidak akan banyak berpengaruh, dan Indonesia
sebenarnya tidak perlu berkecil hati. Persoalan ekonomi juga ikut terseret di dalam
hubungan kedua negara yang makin memanas. Namun, bicara mengenai kehormatan
bangsa, apa yang dilakukan Indonesia mutlak harus dilakukan dan tidak perlu takut
dengan tekanan Brasil.
Wakil Presiden, Jusuf Kalla juga buka suara. JK, demikian panggilan
akrabnya, menegaskan bahwa pemerintah akan meninjau kembali kerja sama

ekonomi antar kedua negara. "Ya, kalau Dilma (Presiden Brasil) turunkan sikap
politiknya, kita juga turunkan sikap politik kita, bisa juga turunkan sikap ekonomi
kita," ujarnya di Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jakarta,
Selasa 24 Februari 2015. Wapres mengungkapkan, Indonesia memiliki posisi tawar
yang lebih besar. Hal itu, karena, Indonesia lebih banyak membeli produk Brasil
ketimbang negara tersebut.
Dukungan terhadap pertimbangan untuk meninjau kembali kerja sama
ekonomi antara Indonesia dan Brasil terus mengalir. Hal ini menggambarkan bahwa
Indonesia tidak perlu ragu-ragu dalam mengkaji hubungan diplomatiknya dengan
Brasil. Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria, menjelaskan,
apabila hubungan dagang diancam dibekukan maka tak akan berdampak besar bagi
perekonomian Tanah Air. Alasannya, hubungan dagang dengan Brasil tergolong kecil
baik mengenai alutsista, daging ayam maupun daging sapi. Menurut Sofyano, kalau
pelaksanaan eksekusi mati terhadap warga negara Brasil menjadi alat negara itu
untuk menekan Indonesia maka pemerintah tidak perlu berpikir panjang untuk
memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Brasil.
Saat ini impor daging sapi Indonesia memang lebih banyak berasal dari
negara Australia, yang secara geografis memang berdekatan dengan Indonesia
sehingga arus ekspor impor barang lebih mudah dijalankan. Brasil selaku salah satu
negara pengekspor sapi terbesar di dunia tengah membidik pasar Indonesia. Terlepas
dari permasalahan hukuman mati yang menimpa warga Brasil, potensi impor tersebut
itu masih terkendala oleh ketentuan di Indonesia yang masih mewajibkan impor sapi
harus berasal dari negara yang sudah terbebas dari Penyakit Kuku dan Mulut (PMK)
atau country based. Sementara, di Brasil hanya daerah-daerah tertentu saja yang
sudah bebas PMK. Dengan menggunakan cara pemotongan yang halal di Rumah
Potong Hewan (RPH), Brasil juga mengekspor daging sapi ke beberapa negara
Muslim seperti Mesir, Iran dan Aljazair . "Kami saat ini menargetkan Indonesia,
sebuah negara Muslim terbesar di dunia dengan penduduk 245 juta orang," kata
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri dan Pengekspor Daging Sapi Brasil (ABIEC)
Fernando Sampaio.
Adanya permasalahan impor tersebut membuat Indonesia menghadapi
ancaman karena Komisi Perdagangan Luar Negeri Brazil (CAMEX) memberikan
kewenangan kepada Kementerian Pembangunan, Industri dan Perdagangan Luar

Negeri Brazil akan membawa dispute ini ke WTO berdasarkan permintaan ABIEC
terkait pelarangan produk daging sapi Brasil masuk ke Indonesia. Indonesia dianggap
melanggar artikel 6 perjanjian WTO tentang Sanitary and Phytosanitary (SPS),
ketentuan dalam GATT, dan Perjanjian tentang Hambatan Teknis Perdagangan
(TBT). Brasil merupakan produsen terbesar kedua daging sapi dan juga eksportir
terbesar dunia, dan pasar Indonesia masih tertutup. Selain itu masih ditambah lagi
ancaman berkaitan penolakan Dubes RI untuk Brasil yang akan membawa dampak
buruk bagi perdagangan kedua negara.
Adanya kondisi yang sedang menghangat dan berbagai potensi ancaman yang
terjadi, Indonesia masih memiliki banyak peluang dalam mengembangkan
komoditasnya. Kita lihat diatas neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit
terhadap Brazil, sehingga apabila memang akan dihentikan, Indonesia tidak akan rugi
karena lebih banyak membeli produk Brasil. Indonesia juga masih dapat mengimpor
daging sapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dari negara seperti New
Zealand disamping letaknya tidak terlalu jauh, juga karena Indonesia berusaha
mengurangi ketergantungan impor daging sapi dari Australia.

Daftar Pustaka
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150223122040-12-34090/dubesindonesia-untuk-brazil-resmi-ditarik-pulang/ Diakses pada 23 Maret 2015
http://www.dakwatuna.com/2015/02/21/64281/surat-kepercayaan-ditolak-brasildubes-ri-yang-baru-ditarik-pulang/#axzz3V67lA700 Diakses pada 23 Maret
2015

http://www.antaranews.com/berita/481892/soal-penarikan-duta-besar-indonesiauntuk-brasil Diakses pada 3 April 2015


Perkembangan Perdagangan Indonesia-Brazil Periode Januari Agustus 2014
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2015/01/14/report-1421205768.pdf
Diakses pada 4 April 2015
http://www.merdeka.com/uang/ekspor-sapi-brazil-bidik-indonesia.html Diakses pada
4 April 2015
Neraca Perdagangan dengan Mitra Dagang http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/indonesia-export-import/balance-of-trade-with-trade-partner-country?
negara=434 Diakses pada 4 April 2015
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/594135-posisi-tawar-indonesia-lebih-baikatas-brasil Diakses pada 4 April 2015

Anda mungkin juga menyukai