Buku Kerja
Audit Intern
AUDIT KINERJA
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2014
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP
dalam rangka Diklat Fungsional Auditor – Diklat Pembentukan Auditor Ahli
Edisi Pertama : Tahun 2014
Penyusun : Deny Sundara, Ak., M.E.
Narasumber : Burhanudin, Ak., M.E.
Pereviu : Andilo Tohom Tampubolon, Ak., M.Si.
Penyunting : Kusmayawati
Penata Letak : Didik Hartadi, S.E.
Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id
Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau
seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.
Kata Pengantar
Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan,
berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Kami menyadari
bahwa pelatihan selain harus memberikan pemahaman terhadap suatu pengetahuan, juga
harus memberikan keterampilan untuk mampu menerapkan pengetahuan tersebut. Setelah
pelaksanaan diklat diharapkan peserta diklat siap menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh di tempat kerjanya. Untuk itu, selain modul yang bermuatan konsep‐konsep,
bahan ajar pelatihan di Pusdiklatwas BPKP dilengkapi dengan modul buku kerja.
Modul buku kerja akan digunakan sebagai bahan latihan dalam menerapkan konsep‐konsep
yang terkait. Melalui proses survei di lapangan, perbaikan berkelanjutan, dan kendali mutu yang
cukup, kami berusaha untuk dapat menyajikan modul buku kerja yang dapat mencerminkan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Buku kerja ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses pembelajaran
diklat yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Buku Kerja ini tidak dimaksudkan untuk
menjadi satu‐satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materinya. Peserta diklat
diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi lain yang terkait.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi atas terwujudnya modul ini.
Ciawi, 30 April 2014
Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP
Nurdin, Ak., M.B.A.
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................................. i
Daftar Isi ..................................................................................................................................... iii
OVERVIEW TAHAPAN AUDIT KINERJA ............................................................................................ 1
Kasus 1 PENUGASAN AUDIT KINERJA ...................................................................................... 19
Kasus 2 TAHAPAN AUDIT KINERJA ........................................................................................... 23
Kasus 3 PENGUJIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA................................................................... 27
Kasus 4 IDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN ................................................................................... 31
Kasus 5 PENILAIAN RISIKO ....................................................................................................... 35
Kasus 6 PENENTUAN PENGENDALIAN KUNCI (KEY CONTROL) ................................................ 41
Kasus 7 EVALUASI KECUKUPAN DESAIN PENGENDALIAN ....................................................... 47
Kasus 8 PENYUSUNAN RENCANA PENGUJIAN......................................................................... 51
Kasus 9 PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN IMB .......................................................... 55
Kasus 10 HASIL PENGUJIAN DAN PENYUSUNAN KESIMPULAN ................................................. 61
Kasus 11 PENGUJIAN PENGENDALIAN PENGADAAN BARANG/JASA ........................................ 65
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 69
OVERVIEW TAHAPAN AUDIT KINERJA
Audit kinerja dilakukan melalui beberapa tahapan. Pada setiap tahap terdapat prosedur yang
harus diikuti oleh auditor untuk mencapai hasil yang telah direncanakan. Pengembangan
prosedur disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi auditor di lapangan. Pelaksanaan audit
kinerja secara bertahap dimaksudkan agar audit dapat dilaksanakan secara sistematis sehingga
mutu hasil audit terjamin. Berikut adalah overview dari setiap tahapan audit kinerja sesuai
modul audit intern.
1. PERENCANAAN
a. Penetapan Tujuan dan Lingkup Penugasan
Langkah pertama dalam memulai suatu penugasan adalah menentukan tujuan (apa
yang akan dicapai) dan lingkup penugasan (apa yang akan diuji). Tujuan audit kinerja
adalah untuk memberikan penilaian atas pencapaian prestasi atau unjuk kerja dari
instansi pemerintah dalam hal keekonomisan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsinya. Lingkup penugasan terkait proses, tingkatan, dan wilayah
tertentu yang akan diuji. Secara umum lingkup penugasan audit kinerja yaitu
pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Keputusan menentukan lingkup penugasan secara lebih spesifik
memerlukan professional judgement.
b. Pemahaman Auditan
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memahami auditan (proses
dan area yang menjadi lingkup penugasan). Kegagalan dalam memahami auditan
dapat berakibat pengujian yang tidak lengkap atau kesalahan pengalokasian sumber
daya. Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukan merupakan bukti
(evidence) melainkan hanya merupakan deskripsi tentang auditan. Pengumpulan
informasi latar belakang penugasan audit tidak terbatas pada: organisasi, peraturan
perundangan yang berlaku, rencana strategis perusahaan, sistem dan prosedur, data
keuangan, ukuran/indikator kinerja yang digunakan, informasi mengenai penerapan
sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP), serta informasi lain yang relevan.
Penilaian ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja yang digunakan
benar‐benar dapat menggambarkan kinerja instansi yang diaudit, sesuai dengan
tujuan pendirian organisasi sebagaimana tertuang dalam pernyataan visi, misi/ tugas
pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran, serta strategi organisasi.
Indikator kinerja dianggap cukup bila memenuhi karakteristik: spesifik, dapat diukur,
relevan, dan komprehensif.
2) Dapat diukur berarti tersedia data kinerja yang obyektif untuk mengukur
capaian dari indikator kinerja tersebut dan menggunakan satuan ukuran yang
umum digunakan seperti prosentase, buah, unit dan sebagainya.
4) Komprehensif berarti indikator Kinerja yang digunakan telah mencakup semua
aktivitas kunci instansi pemerintah serta mengandung komposisi yang baik
antara indikator kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, masa lalu dan
masa depan. Penilaian ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja
yang digunakan benar‐benar dapat menggambarkan kinerja instansi yang
diaudit, sesuai dengan tujuan pendirian organisasi sebagaimana tertuang
dalam pernyataan visi, misi/tugas pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran, serta
strategi organisasi.
c. Identifikasi dan Penilaian Risiko
Dalam audit kinerja, pendekatan audit berbasis risiko lebih ditekankan pada risiko
yang terkait dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan
keuangan dan pencapaian tujuan/sasaran dari pelaksanaan tugas dan fungsi
auditan.
Beberapa hal yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan
auditor dalam menilai risiko yang dihadapi auditan antara lain:
1) pengeluaran yang signifikan di bawah atau melebihi anggaran;
2) tingginya mutasi pegawai;
3) ekspansi program secara mendadak;
4) ketiadaan reaksi manajemen auditan terhadap kelemahan yang ada;
5) tanggung jawab yang tumpah tindih dan tidak jelas; dan
6) aktivitas yang rumit dan penuh ketidakpastian.
Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa, dimana, kapan, mengapa, dan
bagaimana sesuatu dapat terjadi, sehingga dapat berdampak negatif terhadap
pencapaian tujuan. Hasilnya adalah suatu daftar risiko yang berpotensi mengancam
pencapaian tiap tujuan organisasi.
Penilaian risiko
• dampak risiko (consequences atau impact) adalah besarnya efek bila risiko
terjadi; dan
• inherent risk (risiko melekat atau absolut), bobot risiko diukur melalui
penaksiran atas konsekuensi dan tingkat kejadian risiko pada saat manajemen
belum melakukan suatu tindakan terhadap pengendalian intern;
• residual risk (risiko bersih atau terkendali), bobot risiko diukur melalui
penaksiran atas konsekuensi dan tingkat kejadian risiko setelah pengendalian
intern diberlakukan.
Untuk memudahkan dalam penilaian risiko, dampak risiko dapat dikelompokkan dan
diberi skor misalnya menjadi: tinggi sekali (4), tinggi (3), rendah (2) dan rendah sekali
(1). sedangkan kemungkinan terjadinya risiko dapat dikelompokkan dan diberi skor
misalnya menjadi: sering sekali (4), sering (3), jarang (2) dan jarang sekali (1).
d. Identifikasi Pengendalian Kunci
Pada tahap ini, tugas auditor internal adalah mengidentifikasi pengendalian yang
paling berperan untuk menekan risiko sampai di level yang dapat diterima. Dalam
praktek, banyak pengendalian yang diterapkan dalam suatu proses. Semua
pengendalian ini memiliki peran untuk menekan risiko, namun hanya beberapa yang
benar‐benar berpengaruh. Pengendalian ini selanjutnya disebut pengendalian kunci.
e. Evaluasi Pengendalian
Internal auditor harus memastikan bahwa pengandalian kunci telah didesain dengan
baik untuk menekan risiko di level yang dapat diterima. Dalam penugasan audit
kinerja, pengujian atas sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk menilai
efektivitas pengendalian intern untuk dapat membantu mengidentifikasi potensi
kegiatan yang kinerjanya tidak mencapai target.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, terdapat lima unsur dari sistem
pengendalian intern yang diuji, yaitu sebagai berikut.
Lingkungan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a) penegakan integritas dan etika;
b) komitmen atas kompetensi;
c) kepemimpinan yang kondusif;
d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f) penyusunan dan penerapan kebijakan serta praktik yang sehat mengenai
pembinaan SDM;
g) peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
Penaksiran risiko mencakup unsur‐unsur:
a) tujuan dan sasaran (goals and objectives) pada tingkatan aktivitas; dan
b) identifikasi dan analisis risiko.
Kegiatan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a) reviu atas kinerja;
b) pembinaan SDM;
c) pengendalian atas sistem informasi (controls over information system);
d) pengendalian fisik aset;
e) penetapan dan reviu atas indikator kinerja;
f) pemisahan fungsi;
g) otorisasi transaksi;
h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu;
i) pembatasan akses atas sumber daya dan catatan;
j) akuntabilitas atas sumber daya dan catatan; dan
4) Informasi dan komunikasi, diperlukan pimpinan auditan untuk melaksanakan
pengendalian. Oleh karena itu, informasi harus direkam dan dikomunikasikan
kepada pimpinan dan pejabat lain yang memerlukan guna menjalankan
tanggung jawab operasionalnya.
Pemrosesan informasi dan komunikasi mencakup unsur‐unsur:
a) pencatatan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat;
b) mekanisme komunikasi internal dan eksternal yang efektif;
c) bentuk dan sarana komunikasi yang tepat; dan
d) penyempurnaan sistem informasi yang terus menerus.
a) pelaksanaan pemantauan berkelanjutan;
b) evaluasi terpisah; dan
c) tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan.
f. Penyusunan Rencana Pengujian
Auditor internal harus mendesain tehnik bagaimana memperoleh bukti‐bukti untuk
mencapai tujuan audit. Rencana pengujian termasuk sifat pengujian, waktu dan
prosedur yang diperlukan dalam mendapatkan bukti. Teknik yang dapat digunakan
untuk menguji sistem pengendalian intern satuan kerja, unit pelaksana teknis (UPT),
atau pengelola program adalah dengan melakukan survei, penelaahan dokumen dan
pengamatan lapangan/wawancara untuk memperoleh informasi mengenai
efektivitas dan manfaat pengendalian yang telah ditetapkan. Berikut penjelasan
dari masing‐masing teknik tersebut.
1) Survei
2) Penelitian Dokumen dan Prosedur
Teknik ini dilakukan dengan mengambil uji petik dari dokumen yang tersedia,
dinilai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Penelitian dokumen
dilakukan untuk memperoleh bukti pengujian atas catatan dan dokumen yang
dimiliki auditan. Pengumpulan bukti yang berasal dari dokumen‐dokumen
harus dipersiapkan dan ditujukan dalam rangka memperoleh informasi yang
mendukung simpulan atas efektivitas sistem pengendalian. Dokumen yang
penting, signifikan atau kontroversial harus dibuat duplikasinya untuk
disimpan dan dicatat sumbernya, sehingga dapat terhindar dari terjadinya
polemik atas bukti pengujian yang berasal dari bahan‐bahan yang tertulis.
3) Pengamatan Lapangan
4) Wawancara
tangan pertama (key person) mengenai aktivitas atau perilaku melalui suatu
kajian dari hasil wawancara yang cermat.
g. Penyusunan program audit
Program kerja audit (PKA) adalah rancangan prosedur dan teknik audit yang disusun
secara sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit
untuk mencapai tujuan audit. PKA disusun setelah auditor memperoleh pemahaman
yang cukup tentang tujuan auditnya. Program kerja audit disusun secara tertulis
untuk tahap audit pendahuluan dan pengujian sistem pengendalian intern. Audit
program untuk pengujian sistem pengendalian intern disesuaikan dengan ruang
lingkup audit, yaitu apakah tingkat satuan kerja keseluruhan (entitas) atau tingkat
kegiatan (dalam hal ini satuan kerja eselon II ke bawah).
Mengingat keberagaman proses bisnis dari tugas fungsi dan program/kegiatan dari
auditan, PKA untuk tahap pelaksanaan audit kinerja mempunyai karakteristik dan
penekanan yang berbeda‐beda antar instansi pemerintah.
Program Kerja Audit memuat:
1) tujuan audit untuk tiap tahapan;
2) prosedur audit yang akan dilakukan;
3) sumber‐sumber bukti audit;
4) petugas yang melaksanakan; dan
5) waktu yang dibutuhkan.
h. Pengalokasian Sumber Daya
Langkah terakhir di tahap perencanaan adalah pengalokasian sumber daya (jam
kerja auditor dan dana) yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan. Pada
tahap ini diperlukan pengalaman auditor dalam menentukan jumlah waktu, biaya
dan jadwal agar penugasan dapat diselesaikan tepat waktu.
2. PELAKSANAAN
a. Pengujian dan Pengumpulan Bukti
Pada tahap pelaksanaan audit kinerja dilakukan pengujian yang telah direncanakan
dalam PKA pada tahap perencanaan. Dalam setiap pengujian yang dilakukan,
hasilnya didokumentasikan ke dalam kertas kerja audit (KKA). Demikian halnya
dengan pengukuran capaian kinerja. Sebelum mengumpulkan informasi data hasil
capaian kinerjanya, auditor harus meyakinkan diri bahwa laporan kinerja telah
disajikan secara wajar. Indikator kinerja disimpulkan telah disajikan secara wajar bila
data besaran indikator kinerja yang dilaporkan instansi pemerintah didukung oleh
data yang memadai dan dapat diandalkan.
Langkah penetapan kewajaran penyajian indikator kinerja meliputi:
1) Pastikan bahwa sistem informasi instansi pemerintah menjamin dihasilkannya
informasi yang dapat diandalkan.
2) Tentukan apakah indikator kinerja membatasi observasi pada jenis‐jenis
permasalahan tertentu atau situasi yang cenderung bergerak ke arah
pencapaian target. Bila demikian, buat penilaian sejauh mana hal itu akan
membiaskan pengukuran.
3) Pastikan bahwa besaran angka hasil capaian kinerja didukung oleh data yang
cukup dan kompeten.
Dalam pengukuran capaian kinerja, terdapat dua kondisi yang mungkin akan
ditemui. Berikut ini diuraikan kedua kondisi dimaksud.
1) Bila auditan telah memiliki indikator kinerja dan melaporkan data capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengujian atas data kinerja. Pengujian
ini dilakukan dengan memastikan sumber data sekunder berupa laporan
yang tepat yang dapat digunakan untuk mengukur realisasi capaian kinerja.
Jika dari hasil pengujian atas sistem pengendalian terkait dengan sistem
informasi menunjukkan tingkat keandalan yang memadai, auditor dapat
melakukan sampling terhadap dokumen pendukung primer (berkas).
2) Bila digunakan indikator kinerja yang disepakati dan belum ada data
capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengukuran untuk memperoleh data
capaian kinerja auditan pada periode yang diaudit. Gunakan seluruh informasi
yang tersedia untuk mendapatkan hasil capaian kinerjanya.
Dalam hal capaian indikator kinerja diperoleh melalui survei (Survei Kepuasan
Pegawai dan Survei Kepuasan Pelayanan Publik), auditor hendaknya
melakukan pengujian atas ketepatan metodologi survei yang dilakukan.
Pengujian ini dilakukan dengan menilai ketepatan penetapan ukuran
sampel, pemilihan responden, pengolahan data hasil survei, dan penyimpulan
hasil survei.
b. Evaluasi Bukti dan Pengambilan Kesimpulan
c. Pengembangan temuan dan rekomendasi
awal yang muncul pada fase pengujian sistem pengendalian intern akan diuji dan
bila perlu dimodifikasi setelah informasi baru diperoleh dan diuji.
Selama pelaksanaan fase ini, harus difokuskan pada hasil atau “focus on
results”. Perolehan informasi dipandu oleh program pengujian yang memungkinkan
tim auditor untuk memahami bagaimana setiap pekerjaan pengujian berhubungan
dengan hasil yang diharapkan.
Audit rinci ini dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran berikut.
1) Ketepatan waktu, kualitas dan efisiensi.
2) Keandalan dan integritas sistem dan prosedur.
3) Pengendalian intern dan akuntabilitas.
4) Perlindungan terhadap aset‐aset publik.
5) Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur.
6) Efektivitas layanan publik atau program/kegiatan.
Langkah‐langkah pengujian terinci meliputi, sebagai berikut.
1) Mengembangkan sasaran/tujuan pengujian.
2) Menentukan ruang lingkup.
3) Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi (bukti).
4) Menetapkan faktor utama penyebab kesenjangan antara capaian kinerja
dengan tolok ukurnya.
5) Membuat simpulan dan mendokumentasikan hasil audit.
1) kondisi (“fakta yang ada”),
2) kriteria (“apa yang seharusnya”),
3) sebab (“mengapa terdapat deviasi antara kondisi dengan kriteria”),
4) dampak (“apa konsekuensi dari kondisi yang tidak sesuai kriteria”),
5) tanggapan auditan yang diperoleh secara tertulis terhadap kondisi, sebab, dan
atau dampak;
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan rekomendasi:
1) Auditor harus memasukan rekomendasi untuk mengarahkan tindakan koreksi
terhadap kelemahan kinerja.
2) Rekomendasi tersebut harus dinyatakan dalam arti yang luas terhadap apa
yang perlu dilakukan dengan rincian yang cukup agar auditan lebih praktis
menerapkannya.
3) Biaya untuk mengimplementasikan rekomendasi tidak melebihi manfaat yang
akan diperolehnya.
3. PELAPORAN
a. Penyampaian Simpulan Sementara
Konsep temuan yang telah disusun oleh tim audit disampaikan kepada pimpinan
auditan untuk dibahas dan diberikan komentar/tanggapan. Komentar/tanggapan
auditan tersebut kemudian didokumentasikan dan dianalisis. Apabila auditan tidak
setuju dengan temuan hasil audit tersebut, maka alasan tidak setuju tersebut harus
juga dianalisis. Terhadap temuan yang tidak disetujui, apabila dari hasil analisis atas
tanggapan auditan beserta bukti‐bukti pendukungnya, tim audit menerima alasan
yang disampaikan, temuan tersebut dapat dihilangkan dari temuan hasil audit atau
memberi tanda silang (x) pada konsep temuan. Selanjutnya ketua tim atau
pengendali teknis audit bersama‐sama dengan pimpinan auditan memparaf tiap
halaman temuan hasil audit. Apabila seluruh temuan audit telah disepakati oleh tim
dan auditan, ketua tim dan/atau pengendali teknis audit bersama‐sama dengan
pimpinan auditan menandatangani halaman terakhir dari halaman temuan tersebut.
b. Penyusunan laporan
c. Distribusi Laporan dan Monitoring Tindak Lanjut
Laporan final yang telah ditandatangani oleh penanggung jawab audit harus segera
diterbitkan. Kecepatan dan ketepatan waktu penerbitan laporan audit kinerja perlu
mendapat perhatian pimpinan APIP agar pemanfaatannya oleh para pihak yang
berkepentingan dapat optimal. Laporan harus didistribusikan secara cepat (tepat
waktu) kepada pejabat yang berkepentingan sehingga pejabat yang bertanggung
jawab dapat segera merespons atau mengambil tindakan perbaikan sesuai dengan
saran dan rekomendasi auditor. Pendistribusian laporan hasil audit beserta surat
pengantar (SP) disampaikan kepada pengelola dan penanggung jawab instansi yang
diperiksa dan pihak‐pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Semua dokumen dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan audit,
termasuk pelaporan hasil audit, harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya.
Banyaknya manfaat pekerjaan audit bukan terletak pada temuan audit yang
dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi pada penyelesaian secara efektif
atas temuan audit dan rekomendasinya. Kinerja instansi pemerintah diharapkan
dapat meningkat melalui penerapan rekomendasi atau action plan yang
dikemukakan dalam laporan hasil audit kinerja (LHAK). Untuk itu dibutuhkan suatu
pendekatan yang konsisten dan sistematis dalam hal menindaklanjuti hasil audit
kinerja. Proses tindak lanjut umumnya akan dilaksanakan bila manfaat atau dampak
dari kegiatan tindak lanjut tersebut diharapkan sebanding dengan biayanya.
1) meningkatkan efektivitas laporan hasil audit;
Auditor harus mengikuti pelaksanaan tindak lanjut terhadap temuan audit yang
signifikan beserta rekomendasinya dari audit yang terdahulu, yang dapat
mempengaruhi tujuan audit. Hal tersebut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan telah dilakukan oleh pihak yang diaudit secara memadai dan tepat waktu.
Laporan audit harus mengungkapkan status temuan audit yang signifikan beserta
rekomendasinya yang belum diperbaiki dan mempengaruhi tujuan audit.
Pemantauan tindak lanjut dapat dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan sebagai
berikut.
1) Korespondensi
Jika ada respon tindak lanjut yang dilakukan oleh auditan melalui surat, tim
audit/bagian pemantauan tindak lanjut dapat menuangkannya dalam formulir
laporan tindak lanjut temuan audit.
2) Follow‐up Meeting
Rapat pembahasan tindak lanjut adalah suatu forum resmi yang diadakan
secara berkala antara lembaga pemeriksa (APIP) dan instansi yang diperiksa
untuk memantau apakah tindak lanjut atas saran dan rekomendasi yang
dimuat dalam LHAK telah dilaksanakan secara memadai.
3) Follow‐up Audit
Kasus 1
PENUGASAN AUDIT KINERJA
Baca secara seksama Berikut adalah beberapa penugasan kepada auditor dan tujuannya.
kasus/informasi yang
ada pada kolom di
samping. No. Uraian Kegiatan Cakupan/Tujuan Audit
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Kasus 2
TAHAPAN AUDIT KINERJA
Baca secara seksama Berikut adalah tahapan audit kinerja yang disajikan secara acak.
kasus/informasi yang
ada pada kolom di
1. PERENCANAAN
samping.
a. Pemahaman auditi.
Pada kasus tersebut,
terdapat beberapa
b. Penyusunan program audit.
tahapan yang
ditempuh oleh auditor c. Penyusunan rencana pengujian.
dalam melaksanakan
audit kinerja. d. Penetapan tujuan dan lingkup penugasan.
Tugas anda adalah e. Evaluasi pengendalian.
mengurutkan
tahapan audit kinerja f. Identifikasi dan penilaian risiko.
tersebut. Selanjutnya
setiap kelompok g. Identifikasi pengendalian kunci.
memilih dua sub
tahapan dan h. Pengalokasian sumber daya.
menjelaskan contoh
data/informasi yang
harus diperoleh pada
2. PELAKSANAAN
tahapan tersebut.
a. Pengembangan temuan dan rekomendasi.
Tugas dikerjakan
b. Pengujian dan pengumpulan bukti.
secara berkelompok
(45 orang) dalam
c. Evaluasi bukti dan pengambilan kesimpulan.
lembar kerja yang
telah disediakan.
3. PELAPORAN
a. Penyusunan laporan.
b. Penyampaian simpulan sementara.
c. Distribusi laporan monitoring tindak lanjut.
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
Kasus 3
PENGUJIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
Baca secara seksama Anda sedang melakukan tugas audit kineja pada Dinas Tata Ruang dan
kasus yang ada pada
kolom di samping.
Tata Bangunan di pemerintah daerah tempat anda bertugas. Saat ini
anda sedang melakukan pengujian atas kecukupan indikator kinerja
Kasus ini tentang
prosedur pelayanan utama dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (untuk kepentingan
IMB pada suatu dinas. pelatihan, kegiatan yang diperiksa adalah terkait pelayanan IMB).
Dalam kasus ini
digambarkan tentang
Dari dokumen rencana kerja dan penetapan kinerja yang dimiliki auditan,
informasi yang telah
diperoleh auditor diketahui indikator kinerja utama dan target dari kegiatan pelayanan IMB
terkait indikator untuk periode yang diaudit adalah sebagai berikut.
kinerja yang
digunakan auditan
untuk mengukur
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
sasarannya.
utama lainnya
yang memenuhi
syarat SMART,
silahkan
ditambahkan.
Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(45 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
Indikator
No. Sasaran Spesifik Dapat diukur Relevan Komprehensif
Kinerja
a) b) c) d) e) f)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Petunjuk pengisian lembar kerja penyelesaian kasus:
a) Diisi dengan pernyataan sasaran dari informasi yang tersedia dari kasus tersebut di atas
b) Diisi dengan pernyataan indikator kinerja dari informasi yang tersedia dari kasus tersebut di atas
c) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
d) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
e) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
f) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
Kasus 4
IDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN
Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(45 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.
Penjelasan proses yang tergambar dalam bagan tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Penerimaan berkas IMB 2. Pemeriksaan gambar rencana
& peninjauan lapangan
3. Perhitungan Ret. /SKR 4. Pemberian No. Reg.
5. Pemetaan & Situasi 6. Pembuatan Konsep
IMB/pengetikan
7. Pemeriksaan PIMB 8. Pemeriksaan berkas
9. Penandatanganan IMB 10. Penomoran Kep. IMB
11. Pencatatan / Dok. IMB 12. Penyerahan IMB
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
Simpulan
No. Uraian Risiko
Kemungkinan Dampak
terjadinya
1.
2.
3.
4
5
Kasus 5
PENILAIAN RISIKO
Baca secara seksama Setelah berhasil mengidentifikasi risiko (pada kasus 4), selanjutnya
kasus yang ada pada
kolom di samping.
sebagai auditor anda diharapkan dapat membantu manajemen/
pimpinan dinas melakukan penilaian risiko yang meliputi penentuan
Kasus ini tentang tata
cara penilaian risiko. besarnya probabilitas keterjadian dan besarnya dampak dari risiko,
sehingga dapat dinilai besar risiko (perkalian antara probabilitas dan
Tugas anda adalah
menentukan nilai dampak). Hasil penilaian risiko ini akan digunakan untuk membuat
masingmasing risiko prioritas pemeriksaan, nilai risiko terbesar dapat menjadi prioritas
yang telah
diidentifikasi pada
tertinggi bagi auditor dalam melakukan audit rinci.
kasus 4 dengan
memperhatikan Dalam melakukan penilaian risiko ini, anda sebagai auditor harus
faktafakta terkait
memperhatikan sasaran strategis Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
risiko tersebut dan
kriteria risiko yang dalam pelayanan IMB dan indikator kinerja utamanya pada kasus 3 dan
tersedia, lalu letakkan fakta‐fakta serta risiko yang telah teridentifikasi pada kasus 4.
tiap risiko pada kasus
4 (a,b,c,d,dan e)
sebagai titik dalam Sebagai informasi tambahan, berdasarkan hasil wawancara dengan
diagram sederhana pihak‐pihak terkait dalam Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan,
seperti pada lembar
kerja penyelesaian diperoleh keterangan sebagai berikut.
kasus.
a. Berkas permohonan kadang tidak lengkap. Sebagai contoh, bukti
Tugas dikerjakan
secara berkelompok
pembayaran PBB, ataupun perhitungan rencana gambar meski
(45 orang) dalam tidak dilampirkan dalam berkas namun tetap diproses oleh petugas,
lembar kerja yang
dengan alasan berkas akan segera disusulkan. Namun demikian,
telah disediakan.
seringkali sampai dengan proses akhir berkas tersebut tidak
diserahkan kepada petugas. Hal itu mengakibatkan beberapa IMB
tidak sesuai dengan pemilik yang seharusnya. Kejadian tersebut
terjadi beberapa kali namun tidak terlalu sering.
berpotensi mengurangi retribusi secara signifikan.
Disamping informasi tersebut di atas, pimpinan Dinas Tata Ruang Dan
Tata Bangunan dengan bantuan auditor telah menetapkan kriteria skala
kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko sebagai berikut.
Kriteria
No Definisi Kriteria Kemungkinan Skala Nilai
Kemungkinan
Kecil kemungkinan tetapi tidak
diabaikan
Probabilitas rendah, tetapi lebih besar
1 Jarang Sekali 1
dari pada nol
Mungkin terjadi sekali dalam 25
tahun
Probabilitas kurang dari pada 50%,
2 Jarang tetapi masih cukup tinggi 2
Mungkin terjadisekali dalam 10 tahun
Mungkin tidak terjadi atau peluang
50/50
3 Sering 3
Mungkin terjadi kira‐kira sekali dalam
setahun
Kemungkinan terjadi > 50%
4 Sangat Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam 4
setahun
Kriteria
No Definisi Kriteria Dampak Skala Nilai
Dampak
Tidak cukup mengganggu jalannya
pelayanan
Menimbulkan kerusakan kecil
Kerugian sampai Rp.50.000.000,‐
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan namun tidak lebih
Rendah
1 dari Rp.100.000.000,‐ 1
Sekali
Menggangu pencapaian tujuan
organisasi meskipun tidak signifikan
Tidak berdampak pada pandangan
negatif terhadap institusi
Adanya kerusakan kecil terhadap
lingkungan
Mengganggu kegiatan pelayanan secara
signifikan sampai dengan 2 hari.
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan yang serius
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.50.000.000,‐ sampai
Rp.500.000.000,‐
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan lebih dari Rp
2 Rendah 2
100.000.000,00 namun tidak lebih dari
Rp.500.000.000,‐
Menggangu pencapaian tujuan
organisasi secara signifikan
Berdampak pada pandangan negatif
terhadap institusi dalam skala lokal
(masuk dalam pemberitaan media lokal)
Adanya kerusakan cukup besar
terhadap lingkungan
Terganggunya pelayanan lebih dari 2
3 Tinggi 3
hari tetapi kurang dari 1 minggu
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan yang serius
dan membutuhkan perbaikan yang
cukup lama
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.500.000.000,‐ sampai
Rp.1.000.000.000,‐
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan namun tidak lebih
dari Rp.1.000.000.000,‐
Sebagian tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala
nasional (telah masuk dalam
pemberitaan media lokal dan nasional)
Adanya kerusakan besar terhadap
lingkungan
Terganggunya pelayanan lebih dari 1
minggu
Kerusakan fatal
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.1.000.000.000,‐
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan namun tidak lebih
4 Tinggi Sekali dari Rp.2.000.000.000,‐ 4
Sebagian besar tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala
nasional, penggantian pucuk pimpinan
instansi secara mendadak
Terjadinya KKN dan diproses secara
hukum
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
Penilaian Risiko
No. Risiko Kemungkinan Dampak Nilai Risiko
keterjadian
a) b) c) d)
1.
2.
3.
4.
5.
Petunjuk pengisian lembar kerja penyelesaian kasus:
a) Diisi dengan kemungkinan potensi (risiko) yg dimiliki
b) Diisi dengan nilai (angka) kemungkinan keterjadian
c) Diisi dengan nilai (angka) dampak
d) Diisi dengan nilai (angka) risiko
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
4
3
K
K
e
m
u
n 2
g
k
i
n
a
1
1 2 3 4
Dampak
Kasus 6
PENENTUAN PENGENDALIAN KUNCI (KEY CONTROL)
Tugas anda adalah Berikut di bawah ini merupakan tambahan informasi lainnya mengenai
menentukan
kegiatan pengendalian pelayanan IMB yang telah ditetapkan dalam
pengendalian kunci
pada masingmasing prosedur kegiatan baku/standard operating procedure (SOP) Dinas Tata
risiko yang ada.
Ruang Dan Tata Bangunan.
Risiko diurutkan
sesuai dengan
prioritas risiko (pada 1. Pemohon mengambil formulir permohonan IMB di kantor suku dinas
kasus sebelumnya). terdekat.
Tugas dikerjakan
secara berkelompok 2. Pemohon mengisi formulir tersebut dan menandatanganinya yang
(45 orang) dalam diketahui oleh lurah dan camat setempat.
lembar kerja yang
telah disediakan.
3. Formulir diserahkan di loket pelayanan IMB dengan dilengkapi
dokumen sebagai berikut.
a. Keterangan Rencana Kota (KRK) Asli.
d. Fotokopi KTP pemohon dan/atau pemilik tanah.
e. Fotokopi pembayaran PBB tahun terakhir atau keterangan dari
instansi yang berwenang apabila tidak terkena PBB.
f. Bila pemohon merupakan badan hukum dilampiri fotokopi akta
pendirian badan hukum (PT,CV,Firma, Yayasan,dll).
- bangunan berlantai 2 atau lebih
- bangunan dengan konstruksi bentang atap lebih dari 10m.
i. Penyelidikan tanah untuk bangunan berlantai 3 atau lebih.
j. Surat pernyataan ditandatangani di atas meterai cukup.
k. Dokumen lain yang disyaratkan sesuai ketentuan yang berlaku:
- Kajian lingkungan (SPPL/UKL‐UPL/AMDAL)
- Rekomendasi ketinggian bangunan dari instansi teknis yang
berwenang
5. Dilaksanakan proses pengukuran dan cek lapangan.
9. Standar waktu pelayanan pemberian ijin adalah 14 hari kerja.
11. Mengikutkan diklat pengadaan barang dan jasa bagi pegawai yang
terkait pengadaan.
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
Diisi dengan Risiko (sesuai urutan nilai risiko Diisi dengan butir pengendalian yang dimiliki
dimulai dari risiko tertinggi) auditan
1.
2.
3.
4.
Kasus 7
EVALUASI KECUKUPAN DESAIN PENGENDALIAN
Baca secara seksama Setelah pengendalian kunci (key control) ditentukan, langkah selanjutnya
kasus yang ada pada
kolom di samping.
yang harus dilakukan auditor adalah menyusun rencana pengujian (audit
program) dan melaksanakan pengujian pengendalian. Untuk kepentingan
Kasus ini tentang
informasi yang telah pelatihan, diasumsikan ketua tim audit telah menyusun audit program
diperoleh auditor dan mengalokasikan sumber daya.
terkait pengujian
efektivitas
Salah satu prosedur pengendalian yang dimiliki oleh Dinas Tata Ruang
pengendalian
khususnya dalam dan Tata Bangunan (lihat butir 6 Kasus 6) adalah penetapan besaran
penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai klasifikasi, fungsi dan luas
retribusi.
bangunan. Prosedur pengendalian ini dimaksudkan untuk mengurangi
Tugas anda adalah
risiko ketidakakuratan dalam penentuan besarnya retribusi IMB. Adapun
menuangkan
simpulan atas hasil prosedur penetapan besaran retribusi dimaksud adalah sebagai berikut.
evaluasi pengendalian
penetapan besaran 1. Berdasarkan berkas yang diterima dari seksi registrasi, petugas pada
retribusi tersebut
dalam kertas kerja seksi teknik dan bangunan mengidentifikasi apakah permohonan
audit. yang diajukan merupakan lingkup kegiatan pembinaan
Tugas dikerjakan penyelenggaraan bangunan gedung (pembangunan baru,
secara berkelompok rehabilitasi/renovasi dan pelestarian/pemugaran) atau administrasi
(45 orang) dalam
lembar kerja yang IMB (pemecahan dokumen IMB, pembuatan duplikat, pemutakhiran
telah disediakan. data dan/atau perubahan non teknis lainnya).
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
KERTAS KERJA AUDIT
Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..
Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………
Isi Kertas Kerja :
Simpulan Kerta Kerja :
Terhadap kecukupan pengendalian :
Kasus 8
PENYUSUNAN RENCANA PENGUJIAN
Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(45 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
Rencana Pengujian
No. Risiko
Kegiatan Wawancara Pemeriksaan Pengamatan
Pengendalian Dokumen
1.
2.
3.
4.
Kasus 9
PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN IMB
Baca secara seksama Berdasarkan hasil evaluasi pengendalian dan rencana yang telah disusun,
kasus yang ada pada
kolom di samping.
tim melakukan pengujian pengendalian. Pada kasus ini, tim akan
melakukan pengujian dokumen untuk mengetahui efektivitas
Kasus ini tentang
informasi yang telah pengendalian penetapan besaran retribusi IMB. Selain itu, hal ini juga
diperoleh auditor dimaksudkan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya risiko sisa
terkait pengujian
(residual risk) dan besarannya. Untuk kepentingan pelatihan,
efektivitas
pengendalian diasumsikan ketua tim audit telah menyusun audit program dan
khususnya dalam
mengalokasikan sumber daya.
penetapan besaran
retribusi.
Diketahui bahwa salah satu prosedur pengendalian yang dimiliki oleh
Tugas anda adalah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (lihat butir 6 Kasus 6) adalah
menuangkan
simpulan atas hasil penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai klasifikasi,
pemeriksaan fungsi dan luas bangunan. Prosedur pengendalian ini dimaksudkan untuk
dokumen tentang
efektivitas mengurangi risiko ketidakakuratan retribusi IMB.
pengendalian
penetapan besaran Anda mendapatkan tugas untuk menguji pengendalian atas keakuratan
retribusi tersebut
dalam kertas kerja perhitungan besarnya retribusi. Dari hasil pemeriksaan berkas
audit. permohonan IMB dan dokumen perhitungan retribusi secara uji petik
Tugas dikerjakan terhadap 50 orang pemohon, diperoleh data sebagai berikut.
secara berkelompok Kesesuaian Penentuan
(45 orang) dalam
lembar kerja yang No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
telah disediakan. Bangunan Bangunan Bangunan
1 Suhanda √ x √
2 Maryono √ √ √
3 Rosyid √ √ √
4 Mega √ √ √
5 Supendi √ x √
6 Poniem √ √ √
7 Napsiah √ √ √
8 Saperih √ √ √
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
9 Memed √ √ √
10 Baan X x √
11 Bustami √ √ √
12 Sunaryah X √ √
13 Sanusi √ √ √
14 CV Raih Jewel √ √ √
15 Mira Santika √ √ √
16 Nenden Siti Rodiah √ √ √
17 Novi Maryanti √ √ √
18 PT Traders Internetan √ √ √
Way
19 Nurul Fitriyanti √ √ √
20 Reni Siti Ropiah √ √ √
21 Rima Hadiyanti √ √ √
22 Rini Suherni √ √ √
23 Risma Riyanti √ √ √
24 Siska Meldiyana X √ x
25 Sati Mariah √ √ √
26 Siti Mariam X x √
27 Sucia Puspita √ √ √
28 Tita Rosana √ √ √
29 Vera Mutiara √ √ x
30 Windi Fitriani √ √ √
31 Yola Indah Septiani √ x √
32 PT Perdana Sarana √ √ √
Agarana
33 Devi Hasanah √ √ √
34 Elsa Oktariani X x x
35 Enon Halimah √ √ √
36 Fitri Purwaganti X √ √
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
37 Fitria Vinawati √ √ √
38 CV Gama Smarter √ x √
Kuminter
39 Isma Herawati √ √ √
40 Ngadiman √ x √
41 Supriyadi √ √ √
42 Madun √ √ √
43 Nurahman √ √ √
44 Hj Ijah X x √
45 Mat Nuh √ √ √
46 Ismail √ √ √
47 Jaelani X √ x
48 Karmen √ √ √
49 Shaleh √ √ √
50 Nandar √ x x
Cat:
√ = Sesuai
x = Tidak Sesuai
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
KERTAS KERJA AUDIT
Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..
Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………
Isi Kertas Kerja :
Simpulan Kerta Kerja :
Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pengendalian :
Terhadap kecukupan pengendalian :
Kasus 10
HASIL PENGUJIAN DAN PENYUSUNAN KESIMPULAN
Baca secara seksama Setelah melakukan tahapan‐tahapan audit kinerja pada Dinas Tata Ruang
kasus yang ada pada
kolom di samping.
dan Tata Bangunan, anda (auditor) memperoleh hasil pengujian atas
efektivitas pengendalian terkait dengan pelaksanaan pelayanan IMB
Kasus ini tentang
informasi yang telah dengan ihtisar sebagai berikut.
diperoleh auditor
terkait pengujian a. Tidak ada penetapan standar kompetensi bagi pegawai yang
efektivitas melakukan pengukuran lapangan dan perhitungan retribusi IMB.
pengendalian dan gap
atas capaian kinerja.
b. Pegawai yang melakukan tugas pengukuran lapangan dan
Perhatikan angka perhitungan adalah pegawai baru dan supervisi atas pelaksanaan
capaian kinerja yang
belum sesuai tugas oleh atasannya tidak dilakukan secara memadai.
targetnya (gap), hasil
pengujian efektivitas c. Standar waktu penyelesaian pemberian ijin adalah 14 hari kerja,
pengendalian. namun tidak ada standar waktu penyelesaian per tahapan kegiatan
Tugas anda adalah layanan.
menyusun kesimpulan
terhadap informasi d. Penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai
yang ada atas
beberapa gap kinerja klasifikasi, volume, dan luas bangunan. Namun, belum didasarkan
tersebut dengan pada rekomendasi ketinggian bangunan dari instansi teknis yang
format sesuai lembar
kerja penyelesaian
berwenang.
kasus.
e. Sekitar 30% dari IMB yang diterbitkan tidak didukung dokumen
Tugas dikerjakan kepemilikan yang dipersyaratkan. Ada IMB atas tanah bukan
secara berkelompok
(45 orang) dalam miliknya sendiri yang belum dilampiri surat pernyataan tidak
lembar kerja yang keberatan dari pemilik tanah dan ditandatangani di atas meterai
telah disediakan.
cukup dan fotocopy KTP pemohon dan/atau pemilik tanah.
Pengujian data beberapa capaian kinerja yang terkait menunjukkan hasil
sebagai berikut.
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
a b c d e
Keterangan :
(a) Mengacu pada jawaban kasus 6
(b) Mengacu pada jawaban kasus 6
(c) Mengacu pada jawaban kasus 6
(d) Mengacu pada info soal kasus 7 dan 8
(e) Menyebutkan gap terkait kasus 7 dan 8, serta kesimpulan tidak efektif, tidak efisien/tidak ekonomis
dilengkapi penyebab dan rekomendasi.
Kasus 11
PENGUJIAN PENGENDALIAN PENGADAAN BARANG/JASA
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS
KERTAS KERJA AUDIT
Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..
Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………
Isi Kertas Kerja :
1. Kecukupan desain pengendalian
2. Efektivitas pengendalian
LAMPIRAN
RISIKO BAWAAN
Definisi:
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji materian dengan asumsi tidak ada
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Besaran:
Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat dirubah oleh
penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun.
Karakteristik:
Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keterjadian kas
mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai
merupakan suatu aset yang sangat rawan terhadap manipulasi dan semua orang berminat terhadap
uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya.
Jenis:
Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan untuk
banyak akun.
Contoh faktor‐faktor yang menentukan risiko bawaan pada banyak akun:
- Profitabilitas perusahaan secara relatif dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya.
Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin kecil risiko bawaannya.
- Jenis usaha dan sensitivitas operasi. Perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan lebih besar
risiko bawaannya daripada perusahaan ekspedisi karena bidang keuangan sangat sensitif terhadap
perubahan kurs mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga. Oleh karena itu, semakin sensitif
operasi perusahaan, semakin tinggi risiko bawaannya. Bidang usaha yang sangat dipengaruhi
perkembangan teknologi dan kompetisi usahanya ketat, mengakibatkan risiko bawaan yang tinggi.
- Masalah kelangsungan usaha. Perusahaan yang sedang mengalami masalah kebangkrutan
mempunai risiko bawaan yang tinggi.
- Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya. Risiko
bawaan perusahaan akan dinilai lebih tinggi apabila banyak salah saji yang terdeteksi melalui audit
tahun sebelumnya.
- Integritas, reputasi, dan pengetahuan akuntansi dari manajemen. Semaikin baik integritas,
reputasi, dan pengetahuan tentang akuntansi yang dimiliki manajemen klien, semakin kecil risiko
bawaannya.