Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 ‐ 8249003
Fax. (0251) 8248986 ‐ 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e‐Learning : http://lms.bpkp.go.id
Peran dan fungsi aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) dalam rangka membantu
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi dilaksanakan melalui pemberian jaminan
(assurance activities) dan layanan konsultansi (consulting activities) sesuai standar, sehingga
memberikan perbaikan efisiensi dan efektivitas atas tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian intern organisasi. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mengatur bahwa pelaksanaan audit intern di
lingkungan instansi pemerintah dilaksanakan oleh pejabat yang mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor.
Hal tersebut selaras dengan komitmen pemerintah untuk mewujudkan pemerintahan yang
transparan dan akuntabel serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme pada berbagai aspek
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang dituangkan dalam Undang‐
Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN.
Untuk menjaga tingkat profesionalisme aparat pengawasan, salah satu medianya adalah
pendidikan dan pelatihan (diklat) sertifikasi auditor yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap/perilaku auditor pada tingkat kompetensi
tertentu sesuai dengan perannya sesuai dengan keputusan bersama Kepala Pusat Pembinaan
Jabatan Fungsional Auditor dan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor KEP‐82/JF/1/2014 dan Nomor KEP‐
168/DL/2/2014 tentang Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Auditor.
Guna mencapai tujuan di atas, sarana diklat berupa modul dan bahan ajar perlu disajikan
dengan sebaik mungkin. Evaluasi terhadap modul perlu dilakukan secara terus menerus untuk
menilai relevansi substansi modul terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Modul ini
ditujukan untuk memutakhirkan substansi modul agar sesuai dengan perkembangan profesi
auditor, dan dapat menjadi referensi yang lebih berguna bagi para peserta diklat sertifikasi
auditor.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi atas terwujudnya modul ini.
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................iii
Daftar Gambar.................................................................................................................................iv
Bab I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Keberhasilan........................................................2
C. Sistematika Modul....................................................................................................2
D. Metodologi Pembelajaran........................................................................................3
Bab II ETIKA PROFESI, STANDAR AUDIT, DAN JAMINAN MUTU................................................5
A. Pengertian Profesi....................................................................................................5
B. Pengertian dan Tujuan Kode Etik.............................................................................6
C. Pengertian dan Tujuan Standar Audit....................................................................10
D. Kode Etik, Standar Audit, dan Program Jaminan Mutu..........................................11
E. Kode Etik dan Standar Audit APIP..........................................................................12
F. Latihan Soal............................................................................................................12
Bab III KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH............................................15
A. Landasan Hukum....................................................................................................15
B. Kode Etik APIP........................................................................................................16
C. Pelanggaran............................................................................................................22
D. Sanksi atas Pelanggaran.........................................................................................23
E. Kode Etik Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal........................................23
F. Kode Etik Akuntan Indonesia..................................................................................25
G. Latihan Soal............................................................................................................26
H. Bahan Diskusi..........................................................................................................27
Bab IV STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH.................................33
A. Pendahuluan...........................................................................................................33
B. Standar Audit Auditor Intern Pemerintah Indonesia (SA‐AIPI)..............................33
C. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)....................................................72
D. Standar Profesi Audit Internal (SPAI).....................................................................76
E. Latihan Soal............................................................................................................86
Bab V PENUTUP..........................................................................................................................89
Daftar Pustaka................................................................................................................................91
iv 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Bab I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pekerjaan audit adalah pekerjaan profesi. Auditor yang bekerja di sektor publik, selain dituntut
untuk mematuhi ketentuan dan peraturan kepegawaian sebagai seorang pegawai negeri sipil,
juga dituntut untuk menaati kode etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) serta
Standar Audit APIP atau standar audit lainnya yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
bagaimana seharusnya perilaku seorang auditor pemerintah serta apa saja yang harus dilakukan
agar hasil kerjanya memenuhi standar mutu yang harus dicapai, perlu diketahui oleh setiap
mereka yang berprofesi sebagai aparat pengawasan intern pemerintah.
Modul Kode Etik dan Standar Audit Intern ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang seharusnya dimiliki dan dilaksanakan oleh seorang auditor sebagai
aparatur pengawasan intern pemerintah, khususnya yang terkait dengan kode etik dan standar
audit. Modul ini disusun berdasarkan Kode Etik dan Standar Audit yang disusun oleh Asosiasi
Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), walaupun pada saat revisi, kedua dokumen ini
belum disahkan. Tindakan merevisi berdasarkan dokumen terbaru dari AAIPI dimaksudkan
untuk mengantisipasi pemberlakuan aturan baru tersebut mengingat PP Nomor 60 Tahun 2008
pasal 53 mengamanatkan kepada Asosiasi Profesi Auditor untuk menetapkan standar yang
berlaku untuk Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menerapkan Kode
Etik dan Standar Audit dalam rangka pelaksanaan tugasnya selaku auditor pemerintah.
Indikator Keberhasilan
C. SISTEMATIKA MODUL
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sistematika modul, dan
metodologi pembelajaran.
Dalam bab ini diuraikan pengertian profesi, pengertian dan tujuan kode etik,
pengertian dan tujuan standar audit, hubungan antara kode etik, standar audit dan
kendali mutu. Dalam bab ini juga disinggung sepintas mengenai pelaksanaan kode
etik dan standar audit bagi APIP dan pada akhir bab diberikan soal‐soal latihan.
Pada bab ini diuraikan kode etik yang berlaku di kalangan APIP yang ditetapkan oleh
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). Sebagai bahan perbandingan,
pada bab ini juga akan diuraikan Kode Etik bagi auditor internal yang diterbitkan
oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. Selain itu, Kode Etik Akuntan
2 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Indonesia juga diuraikan dan menjadi lampiran 2. Di akhir bab juga diberikan soal‐
soal latihan/bahan diskusi.
Pada bab ini diuraikan secara rinci standar audit yang berlaku bagi APIP yang
ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) beserta
penjelasannya. Sebagai tambahan bahan perbandingan, pada bab ini akan dijelaskan
secara ringkas Standar Profesi Audit Internal yang disusun oleh Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal. Pada akhir bab diberikan latihan soal/bahan
diskusi.
BAB V Penutup
Pada bab ini, sebagai penutup disampaikan himbauan moral agar para auditor APIP
umumnya dan peserta diklat khususnya senantiasa mematuhi aturan perilaku atau
kode etik yang berlaku serta standar audit yang telah ditetapkan dan dipelajari
dalam diklat yang bersangkutan.
D. METODOLOGI PEMBELAJARAN
Metodologi pembelajaran untuk mata diklat ini menggunakan metode ceramah, diskusi,
simulasi, dan pembahasan kasus. Ceramah diberikan untuk memberikan pengetahuan kepada
peserta pelatihan tentang kode etik dan standar audit, sedangkan diskusi dan pembahasan
kasus dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan penerapan kode etik
dan standar audit bagi peserta pelatihan. Simulasi dilakukan untuk memberi contoh tentang
konsistensi dalam bertindak sehingga terdapat satu kesatuan antara kata dan perbuatan serta
untuk menumbuhkan keinginan yang kuat bagi APIP dalam mengembangkan kompetensinya
melalui pengembangan profesional berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan para peserta
dapat lebih memahami materi ini, yang pada gilirannya mampu menerapkannya dalam
pelaksanaan tugas audit secara baik.
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mampu menjelaskan
pentingnya jasa profesi memperoleh kepercayaan masyarakat.
A. PENGERTIAN PROFESI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu, sedangkan profesional
menurut KBBI adalah:
Definisi tersebut memberi implikasi bahwa persyaratan utama dari suatu profesi adalah
tuntutan kepemilikan keahlian tertentu yang unik. Dengan demikian, setiap orang yang mau
bergabung dalam suatu profesi tertentu dituntut memiliki keahlian khusus yang tidak dimiliki
oleh orang awam atau orang kebanyakan. Selain itu, para anggota profesi dituntut untuk
memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan karena adanya kompensasi berupa pembayaran
untuk melakukannya. Hal ini mewajibkan adanya komitmen terhadap kualitas hasil pekerjaan.
Suatu pekerjaan keahlian dapat digolongkan sebagai suatu pekerjaan profesi jika memenuhi
persyaratan tertentu. Prof. Welenski di dalam buku Sawyers Internal Auditanng menyebutkan
tujuh syarat agar suatu pekerjaan disebut sebagai pekerjaan profesi, yaitu:
2. bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud harus melalui pelatihan yang cukup dan
berkelanjutan;
4. menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan ilmiah yang
diselenggarakan oleh organisasi profesi tersebut;
6. kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang ingin menjadi anggota;
7. adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat.
Dikaitkan dengan tugas auditor internal pemerintah yang terhimpun dalam APIP, timbul
pertanyaan apakah pekerjaan audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah dapat digolongkan
sebagai pekerjaan profesi. Jika dilihat dari rumusan atau pengertian profesi menurut KBBI dan
pendapat Prof. Welenski, pekerjaan audit yang dilakukan auditor APIP dapat digolongkan ke
dalam pekerjaan profesi/profesional. Karena tergolong sebagai pekerjaan profesi, pekerjaan
audit yang dilakukan oleh auditor pemerintah memerlukan suatu standar dan kode etik sebagai
pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota profesi tersebut. Kode etik dan standar tersebut
bersifat mengikat dan harus ditaati oleh setiap anggota agar setiap hasil kerja para anggota
dapat dipercaya dan memenuhi kualitas yang ditetapkan oleh organisasi.
6 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Etika menurut Dictionary of Accounting karangan Ibrahim Abdulah Assegaf, cetakan I
tahun 1991, adalah disiplin pribadi dalam hubungannya dengan lingkungan yang lebih
daripada apa yang sekedar ditentukan oleh undang‐undang.
Jadi, kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip‐prinsip moral yang
diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode etik
suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang
menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara, polisi, akuntan, penilai,
dan profesi lainnya.
Dalam hidup bermasyarakat perilaku etis sangat penting, karena interaksi antar dan di
dalam masyarakat itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai‐nilai etika. Kesadaran semua
anggota masyarakat untuk berperilaku secara etis dapat membangun suatu ikatan dan
keharmonisan bermasyarakat. Namun demikian, kita tidak bisa mengharapkan bahwa
semua orang akan berperilaku secara etis. Terdapat dua faktor utama yang mungkin
menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:
a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya,
seseorang menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia
mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada
kesempatan berikutnya, pada saat bertemu dengan keluarga dan teman‐temannya,
yang bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet
dan mengambil isinya.
b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.
Misalnya, seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di
bandara. Dia mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat
tersembunyi dan merahasiakan kejadian tersebut.
Dorongan untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang
dikembangkan sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan
pengetahuannya. Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut.
b. Jika suatu perbuatan tidak melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak
melanggar etika. Argumen tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa hukum yang
sempurna harus sepenuhnya dilandaskan pada etika. Misalnya, seseorang yang
menemukan barang hilang tidak wajib mengembalikannya kecuali jika pemiliknya
dapat membuktikan bahwa barang yang ditemukannya tersebut benar‐benar milik
orang yang kehilangan tersebut.
c. Kemungkinan bahwa tindakan tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi
yang harus ditanggung jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak
signifikan. Misalnya penjual yang secara tidak sengaja terlalu besar menulis harga
barang mungkin tidak akan dengan kesadaran mengoreksinya jika jumlah tersebut
sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin akan memutuskan untuk lebih baik
menunggu pembeli protes untuk mengoreksinya. Sedangkan jika pembeli tidak
menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu memberi tahu.
c. Apakah tindakan tersebut dapat membangun kesan baik dan pertemanan yang lebih
baik?
8 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Saat ini, telah dikembangkan rerangka pemikiran untuk membantu setiap orang
memecahkan dilema etika. Rerangka pemikiran tersebut dapat membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah etika dan menetapkan tindakan yang tepat sesuai dengan nilai
pribadi yang dimilikinya. Rerangka tersebut dikenal sebagai the six‐step approach, yang
meliputi langkah‐langkah sebagai berikut.
a. Identifikasikan kejadiannya.
c. Tetapkan siapa saja yang akan terpengaruh serta tetapkan apa konsekuensi yang
akan diterima/ditanggungnya berkaitan dengan kejadian tersebut.
Enam langkah tersebut akan mengarah pada ketidakseragaman perilaku karena nilai yang
diyakini oleh masing‐masing individu mungkin berbeda. Oleh karena itu, untuk
tercapainya keseragaman ukuran perilaku, apakah suatu tindakan etis atau tidak etis,
maka kode etik perlu ditetapkan bersama oleh seluruh anggota profesi.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kode etik yang mengikat semua anggota profesi perlu
ditetapkan bersama. Tanpa kode etik, maka setiap individu dalam satu komunitas akan
memiliki tingkah laku yang berbeda‐beda yang dinilai baik menurut anggapannya dalam
berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Tidak dapat dibayangkan betapa kacaunya
apabila, misalnya, setiap orang dibiarkan dengan bebas menentukan mana yang baik dan
mana yang buruk menurut kepentingannya masing‐masing, atau bila menipu dan
berbohong dianggap perbuatan baik, atau setiap orang diberi kebebasan untuk
Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh
keahlian, independensi, serta integritas moral/kejujuran para auditor dalam menjalankan
pekerjaannya. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap satu atau beberapa auditor dapat
menghancurkan citra profesi auditor secara keseluruhan. Oleh karena itu, organisasi
auditor berkepentingan untuk mempunyai kode etik yang dibuat sebagai prinsip moral
atau aturan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dan auditan, antara auditor
dan auditor, serta antara auditor dan masyarakat. Kode etik atau aturan perilaku dibuat
untuk dipedomani dalam berperilaku atau melaksanakan penugasan sehingga
menumbuhkan kepercayaan dan memelihara citra organisasi di mata masyarakat.
Salah satu pengertian standar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ukuran tertentu
yang dipakai sebagai patokan. Standar antara lain diperlukan sebagai:
1. ukuran mutu;
2. pedoman kerja;
5. alat pengawasan;
Standar yang digunakan sebagai ukuran pada umumnya diperlukan pada pekerjaan yang
memiliki ciri:
10 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus dicapai. Berbeda dengan
prosedur yang merupakan urutan tindakan yang harus dilaksanakan untuk mencapai suatu
standar tertentu. Standar audit merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh
organisasi profesi audit, yang merupakan persyaratan minimum yang harus dicapai auditor
dalam melaksanakan tugas auditnya. Standar audit diperlukan untuk menjaga mutu pekerjaan
auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat kepercayaan dari
masyarakat. Untuk meyakinkan pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan
dalam laporannya bahwa auditnya telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku.
Dasar pemikiran yang melandasi penyusunan kode etik dan standar setiap profesi adalah
kebutuhan dari profesi untuk dipercaya oleh masyarakat dalam hal mutu jasa yang diberikan
oleh profesi. Terkait dengan profesi auditor, pada umumnya tidak semua pengguna jasa audit
memahami hal‐hal yang berkaitan dengan auditanng. Mereka yang memahami auditanng
adalah kalangan profesi itu sendiri. Oleh karena itu, profesi tersebut perlu mengatur dan
menetapkan ukuran mutu yang harus dicapai oleh para auditornya. Aturan yang ditetapkan oleh
profesi ini menyangkut aturan perilaku, yang disebut dengan kode etik, yang mengatur perilaku
auditor sesuai dengan tuntutan profesi dan organisasi pengawasan serta standar audit yang
merupakan ukuran mutu minimal yang harus dicapai auditor dalam menjalankan tugas
auditnya. Apabila aturan ini tidak dipenuhi berarti auditor tersebut bekerja di bawah standar
dan dapat dianggap melakukan malpraktik.
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa profesi juga harus dijaga. Karena itu setiap profesi
harus membangun dan melaksanakan program jaminan mutu. Program ini harus dilakukan
dalam upaya pemenuhan standar audit yang mengharuskan auditor menggunakan keahlian
profesional dengan cermat dan saksama. Program jaminan mutu harus diciptakan untuk
mempertahankan profesionalisme dan kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa audit.
Program jaminan mutu untuk masing‐masing APIP dapat dibangun sendiri sesuai dengan
karakteristik APIP yang bersangkutan. Sebagai contoh, langkah‐langkah pengendalian mutu
dalam penugasan audit di lingkungan BPKP, sebagai bagian dari program jaminan mutu,
dituangkan dalam 12 (dua belas) formulir kendali mutu (KM‐1 s.d. KM‐12) sebagaimana
ditetapkan Surat Edaran Kepala BPKP Nomor SE‐448/K/1990 tanggal 11 September 1990.
Contoh lain ialah Standar Pengendali Mutu yang harus dibuat menurut ketentuan Ikatan
Akuntan Indonesia yang dapat dilihat di Lampiran 1.
Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit.
Karena itu, auditor pemerintah dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki kanannya terikat
pada ketentuan‐ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada
ketentuan‐ketentuan profesinya. Pernyataan tersebut tidak dimaksudkan untuk mengatakan
bahwa bagi pegawai negeri yang bertugas sebagai auditor posisinya sebagai pegawai negeri
adalah lebih utama dari tugas profesinya, tetapi menyatakan ruang lingkup kode etik yang harus
diperhatikannya lebih luas dari profesi tertentu yang lain.
Auditor APIP ‐ yang meliputi auditor di lingkungan BPKP, inspektorat jendral kementerian, unit
pengawasan LPNK, dan inspektorat provinsi, kabupaten, dan kota ‐ dalam menjalankan tugas
auditnya wajib menaati Kode Etik APIP yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri
dan Standar Audit APIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008.
Dengan terbentuknya Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), Kode Etik dan
Standar Audit APIP yang menjadi acuan dalam melaksanakan tugas audit intern ialah Kode Etik
Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KE‐AIPI) dan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
(SA‐IPI).
Di sisi lain, terdapat pula auditor pemerintah, khususnya auditor BPKP, adalah akuntan, anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang
menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip‐prinsip akuntansi yang
berlaku umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Karena itu, auditor pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan menaati
Kode Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagaimana diatur dalam Standar Profesional
Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Kutipan Kode Etik ini dimuat dalam Lampiran 2.
F. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan 5 macam profesi yang Saudara ketahui dan jelaskan pengertian profesional!
12 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
4. Bagaimana sikap Saudara selaku auditor pada APIP, jika melihat auditor APIP lainnya
dalam tingkah lakunya tidak sesuai dengan yang diatur oleh organisasi profesinya?
5. Apa perlunya standar audit? Apa yang dimaksud dengan pengendalian mutu dalam
kaitannya dengan penugasan audit?
6. Mengapa setiap organisasi auditor perlu membuat kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu audit?
7. Apa bedanya standar audit dengan prosedur audit? Jelaskan hubungan keduanya!
8. Harap Saudara jelaskan hubungan kode etik, standar audit, dan pengendalian mutu audit!
9. Pada umumnya, apabila personil yang ditugaskan semakin cakap dan berpengalaman,
maka supervisi secara langsung terhadap personil tersebut semakin tidak diperlukan.
Demikian salah satu pernyataan dalam standar pengendalian mutu akuntan publik. Tanpa
memperhatikan standar yang lain, bagaimana komentar Saudara mengenai pernyataan
tersebut?
10. Apakah hasil audit yang dilakukan oleh seorang auditor yang pandai pasti bermutu?
Jelaskan jawaban Saudara!
11. Sebutkan unsur kebijakan dan prosedur pengendalian mutu audit menurut Ikatan Akuntan
Indonesia?
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan Kode Etik APIP.
Kode etik APIP dimaksudkan sebagai pegangan atau pedoman bagi para pejabat dan auditor
APIP dalam bersikap dan berperilaku agar dapat memberikan citra APIP yang baik serta
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap APIP. Sebagai bahan perbandingan, modul ini
akan menguraikan secara singkat mengenai kode etik yang diterapkan oleh Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal yang antara lain termasuk Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD).
A. LANDASAN HUKUM
Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia (KE‐AIPI) yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI), yang dilandasi oleh ketentuan hukum sebagai berikut.
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa
Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.
4. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) AAIPI pasal 8 bahwa Komite
Standar Audit bertugas merumuskan dan mengembangkan standar audit.
Kode etik AIPI diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai negeri sipil yang diberi tugas oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjutnya. Kode etik AIPI terdiri dari dua komponen, yaitu prinsip‐prinsip
etika yang merupakan pokok‐pokok yang melandasi perilaku auditor dan aturan perilaku yang
menjelaskan lebih lanjut prinsip‐prinsip perilaku auditor.
1. Prinsip Etika
Tuntutan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas pengawasan dilandasi
oleh beberapa prinsip perilaku, yaitu: integritas, objektivitas, kerahasiaan, kompetensi,
akuntabel, dan perilaku profesional. Dibandingkan dengan Permenpan Nomor
PER/04/M.PAN/03/2008, AAIPI menambahkan prinsip akuntabel dan perilaku profesional
dalam KE‐AIPI.
a. Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan
kejujuran.
b. Objektivitas
Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan
pribadi atau golongan dalam mengambil putusan atau tindakan.
16 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Prinsip objektivitas menentukan kewajiban bagi auditor intern pemerintah untuk
berterus terang, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.
c. Kerahasiaan
Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak
diceritakan kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya.
d. Kompetensi
e. Akuntabel
f. Perilaku Profesional
Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu, dan kualitas
suatu profesi atau orang yang profesional yang memerlukan kepandaian khusus
untuk menjalankannya.
2. Aturan Perilaku
Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan oleh auditor dan
merupakan pengejawantahan prinsip‐prinsip perilaku auditor. Kode Etik AIPI menetapkan
aturan perilaku untuk empat area perilaku auditor, yaitu aturan perilaku individu auditor
intern, aturan perilaku dalam organisasi, aturan perilaku menyangkut hubungan sesama
auditor, serta aturan perilaku untuk hubungan antara auditor dan auditan.
a. Integritas
3) menghormati dan berkontribusi pada tujuan organisasi yang sah dan etis;
4) tidak menerima gratifikasi terkait dengan jabatan dalam bentuk apapun. Bila
gratifikasi tidak bisa dihindari, auditor intern pemerintah wajib melaporkan
kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) paling lama dalam waktu 7
(tujuh) hari setelah gratifikasi diterima atau sesuai ketentuan pelaporan
gratifikasi.
b. Objektivitas
18 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara
objektif;
2) tidak menerima sesuatu dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu atau
patut diduga mengganggu pertimbangan profesionalnya;
3) mengungkapkan semua fakta material yang diketahui, yaitu fakta yang jika
tidak diungkapkan dapat mengubah atau memengaruhi pengambilan
keputusan atau menutupi adanya praktik‐praktik yang melanggar hukum.
c. Kerahasiaan
d. Kompetensi
e. Akuntabel
f. Perilaku Profesional
1) tidak terlibat dalam segala aktivitas ilegal, atau terlibat dalam tindakan yang
menghilangkan kepercayaan kepada profesi pengawasan intern atau
organisasi;
2) tidak mengambil alih peran, tugas, fungsi, dan tanggung jawab manajemen
auditan dalam melaksanakan tugas yang bersifat konsultasi.
Terkait dengan aturan perilaku dalam organisasi, auditor intern pemerintah wajib:
c. menunjukkan kesetiaan dalam segala hal berkaitan dengan profesi dan organisasi
dalam melaksanakan tugas;
f. tidak menjadi bagian dari kegiatan ilegal atau mengikatkan diri pada tindakan‐
tindakan yang mendiskreditkan profesi auditor intern pemerintah atau organisasi;
20 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
h. menghindarkan diri dari kegiatan yang akan membuat kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab menjadi tidak objektif dan cacat;
i. menanamkan rasa percaya diri yang tinggi yang bertumpu pada prinsip‐prinsip
perilaku pengawasan;
k. menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara, rahasia pihak yang diperiksa, dan hanya
dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang berwenang;
b. menjalin kerja sama dengan saling menghargai dan mendukung penyelesaian tugas;
Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif agar
ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. KE‐AIPI menetapkan tentang pelanggaran sebagai
berikut.
2. Tindakan yang tidak sesuai dengan KE‐AIPI tidak dapat diberi toleransi meskipun dengan
alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau diperintahkan oleh
pejabat yang lebih tinggi.
3. Auditor intern pemerintah tidak diperbolehkan untuk melakukan atau memaksa karyawan
lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak etis.
4. Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran KE‐AIPI ditangani oleh Komite Kode
Etik. Komite Kode Etik melaporkan hasil pemeriksaan dan investigasi kepada pimpinan
APIP. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran KE‐AIPI oleh auditor intern
pemerintah kepada pimpinan organisasi.
5. Untuk menegakkan KE‐AIPI, Komite Kode Etik membentuk Majelis Kode Etik. Majelis Kode
Etik bersifat temporer, yaitu hanya dibentuk apabila ada auditor intern pemerintah yang
disangka melakukan pelanggaran terhadap kode etik.
6. Keanggotaan Majelis Kode Etik sekurang‐kurangnya 5 (lima) orang, terdiri atas: 1 (satu)
orang ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota, dan 3
(tiga) orang anggota. Dalam hal anggota Majelis Kode Etik lebih dari 5 (lima) orang, maka
harus berjumlah ganjil. Jabatan dan pangkat Anggota Majelis Kode Etik tidak boleh lebih
rendah dari jabatan dan pangkat auditor yang disangka melanggar kode etik.
7. Majelis Kode Etik mengambil keputusan setelah memanggil dan memeriksa auditor yang
disangka melanggar kode etik. Keputusan Majelis Kode Etik diambil secara musyawarah
untuk mencapai mufakat. Dalam hal musyawarah tidak mencapai mufakat, maka
keputusan diambil dengan suara terbanyak dari para anggota Majelis Kode Etik.
22 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
8. Untuk mendapatkan objektivitas atas sangkaan pelanggaran kode etik, selain dapat
memanggil dan memeriksa auditor yang bersangkutan, Majelis Kode Etik juga dapat
mendengar keterangan pejabat lain atau pihak lain yang dianggap perlu. Auditor yang
bersangkutan juga diberi kesempatan untuk membela diri.
9. Keputusan Majelis Kode Etik bersifat final, artinya bahwa keputusan Majelis Kode Etik
tidak dapat diajukan keberatan dalam bentuk apapun. Majelis Kode Etik wajib
menyampaikan keputusan hasil sidang majelis kepada Ketua Komite Kode Etik dan
Pengurus AAIPI untuk diteruskan ke instansi auditor yang bersangkutan sebagai bahan
dalam memberikan sanksi kepada auditor yang bersangkutan.
Auditor intern pemerintah yang terbukti melanggar KE‐AIPI akan dikenakan sanksi oleh
pimpinan APIP atas rekomendasi dari Komite Kode Etik. Bentuk‐bentuk sanksi yang
direkomendasikan oleh Komite Kode Etik, antara lain berupa teguran tertulis, usulan
pemberhentian dari tim pengawasan, dan tidak diberi penugasan pengawasan selama jangka
waktu tertentu.
Pelanggaran terhadap KE‐AIPI dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang‐
undangan. Pelanggaran KE‐AIPI terdiri atas 3 (tiga) kategori pelanggaran, yaitu:
1. pelanggaran ringan;
2. pelanggaran sedang;
3. pelanggaran berat.
Keputusan pengenaan sanksi untuk auditor intern pemerintah yang disangka melanggar kode
etik berupa rekomendasi kepada instansi auditor intern pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal menyusun kode etik dengan pendekatan yang
berbeda. Hal ini berkaitan dengan latar belakang organisasi yang berbeda dengan APIP.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak
yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam
kegiatan‐kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat
mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan‐kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan organisasinya; atau kegiatan‐kegiatan yang dapat
menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan
tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif.
5. Auditor internal tidak boleh menerima sesuatu dalam bentuk apapun dari karyawan, klien,
pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya, yang dapat, atau, patut diduga,
memengaruhi pertimbangan profesionalnya.
6. Auditor internal hanya melakukan jasa‐jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan
kompetensi profesional yang dimilikinya.
7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar
Profesi Audit Internal.
8. Auditor internal harus bersikap hati‐hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi
yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan
informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar
hukum, atau (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.
24 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan kompetensi serta efektivitas dan kualitas
pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional
berkelanjutan.
Etika profesi bagi akuntan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) tahun
1973, kemudian disempurnakan pada tahun 1981 dan tahun 1986. Selanjutnya, etika tersebut
disempurnakan lagi tahun 1987 dan tahun 1994 diberi nama Kode Etik Akuntan Indonesia
(KEAI).
KEAI adalah pedoman bagi para anggota IAI agar objektif dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan pekerjaan profesinya. Rumusan KEAI yang dihasilkan dalam kongres ke‐6 IAI
tahun 1994 terdiri atas 8 bab, 11 pasal, dan 6 pernyataan etika profesi. Pokok‐pokok pernyataan
etika profesi tersebut adalah sebagai berikut.
6. Perpindahan Staff/Partner dari Satu Kantor Akuntan ke Kantor Akuntan yang Lain
(Pernyataan Etika Profesi No.6)
Berdasarkan hasil Kongres ke‐7 IAI tahun 1998, telah dilakukan beberapa perubahan pada
kerangka kode etik IAI. Adapun Prinsip Etika Profesi, yang merupakan landasan perilaku etika
profesional, terdiri atas 8 prinsip, sebagai berikut.
3. Integritas
4. Objektivitas
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis
G. LATIHAN SOAL
3. Misalkan Saudara adalah pimpinan salah satu kantor akuntan publik/kepala perwakilan
BPKP/inspektur jenderal/inspektur wilayah. Saudara mengetahui bahwa salah satu staf,
Auditor A yang terkenal sangat independen dalam sikap mentalnya, memiliki hubungan
keluarga dengan pimpinan organisasi B. Bagaimana pertimbangan Saudara, apakah
Saudara akan menugaskan Auditor A untuk memeriksa organisasi B? Apa alasan Saudara!
4. Dengan merujuk kepada soal no. 3. jika Saudara adalah Auditor A, dan pimpinan Saudara
tidak tahu bahwa Saudara memiliki hubungan keluarga dengan pimpinan organisasi B, tapi
Saudara ditugaskan untuk memeriksa organisasi B, bagaimana sikap Saudara? Jelaskan
jawaban Saudara.
5. Dalam bulan Januari 20XX Saudara ditugaskan melakukan audit atas pengadaan barang
inventaris dalam partai besar yang spesifik dan harganya mahal, yang dibiayai dari
anggaran belanja barang kantor Saudara.
a. Pada saat Saudara melakukan cek fisik ternyata terdapat kekurangan barang dengan
nilai Rp500.000.000,00.
26 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
c. Dari hasil analisis serta teknik audit yang Saudara lakukan, diperoleh bukti/data
bahwa telah terjadi kejanggalan yang menjurus kepada tindakan manipulasi dan
kolusi sesama pejabat dan rekanan yang bersangkutan.
6. Sering dikatakan bahwa auditor harus memiliki integritas yang tinggi. Apa maksud dari
pengertian integritas di sini? Jelaskan jawaban Saudara!
7. Pemeriksa harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya. Keahlian apa saja
yang perlu dimiliki seorang auditor?
H. BAHAN DISKUSI
1. Integritas
Sumitro adalah seorang guru besar akuntansi di suatu universitas negeri. Ia duduk di
ruangan kerjanya sambil berpikir keras karena baru saja melakukan percakapan telepon
dengan seorang pengacara yang mewakili suatu bank pemerintah terkemuka. Sang
pengacara meminta dirinya menjadi saksi ahli dalam suatu kasus laporan keuangan
nasabah bank yang berkaitan dengan pemberian kredit.
Kelihatannya bank tersebut telah memberikan pinjaman dalam jumlah besar kepada
nasabah tersebut yang didasarkan pada laporan keuangannya. Pinjaman tersebut tidak
sanggup ditanggulangi pengembaliannya oleh si nasabah karena terjadi kesulitan
keuangan yang berdampak pada terganggunya kelangsungan hidup perusahaan nasabah
tersebut. Laporan keuangan itu telah diaudit dengan opini wajar tanpa pengecualian oleh
sebuah kantor akuntan publik yang dikenalnya dengan baik.
Profesor Sumitro ragu‐ragu apakah ia bersedia menjadi saksi ahli dalam kasus tersebut
karena ia mengenal secara pribadi para akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik
tersebut. Di samping itu, kantor akuntan publik tersebut selalu merekrut mahasiswa dari
universitasnya dan telah memberikan banyak sumbangan keuangan yang cukup besar bagi
pengembangan program akuntansi di universitasnya. Kenyataan lain, kantor akuntan
publik itu sedang memproses dukungan dana untuk mempromosikan dirinya menjadi
ketua jurusan akuntansi.
Sumitro khawatir jika ia setuju memberikan pelayanan sebagai saksi ahli, ia mungkin tidak
dapat memberikan kesaksiannya dengan objektif. Ia juga khawatir tindakannya sebagai
saksi ahli dapat membahayakan hubungan baik yang sudah terjalin antara universitasnya
dan kantor akuntan publik tersebut.
Diskusikan kasus tersebut terkait dengan unsur integritas. Apa yang harus dilakukan oleh
Profesor Sumitro?
2. Objektivitas
Aditia, seorang auditor, menerima penugasan audit pada Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Timur. Hasil audit sementara yang dijumpai adalah adanya indikasi kerugian
negara akibat penebangan ilegal yang dilakukan oleh sekelompok oknum tertentu, yang
tidak terdeteksi oleh pengawasan Dinas Kehutanan. Aditia menduga ada kolusi antara
kelompok oknum tersebut dan orang dalam, sehingga penebangan liar tersebut tidak
terlaporkan. Padahal seyogianya dapat terdeteksi melalui sistem pengendalian intern
Dinas Kehutanan.
Salah seorang pejabat Dinas Kehutanan pernah melakukan pendekatan secara pribadi
kepada Aditia, ketika ia sedang menanyakan tentang jenis‐jenis kayu yang hendak ia beli
dalam rangka pembangunan rumah tinggalnya. Pejabat tersebut menjanjikan akan
menyediakan kayu yang Aditia butuhkan dengan kualitas terbaik tanpa harus membayar
sepeserpun. Walaupun tidak ada permintaan kompensasi dari pejabat tersebut, tetapi
28 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Aditia dapat menduga bahwa pemberian kayu yang dijanjikan memiliki hubungan dengan
hasil audit yang ia sampaikan.
3. Kerahasiaan
Diskusikan: kasus tersebut dilihat dari sudut pandang prinsip kerahasiaan yang harus
dijaga oleh auditor dan berikan pendapat Saudara apakah yang dilakukan oleh ketua tim
auditor BPK itu melanggar etika?
4. Kompetensi
Anton baru saja diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan ditempatkan di Inspektorat
Jenderal Departemen Teknologi Tinggi. Ia adalah seorang lulusan sarjana ekonomi jurusan
akuntansi yang belum pernah melakukan audit.
Diskusikan dari kasus di atas keterkaitannya dengan pemenuhan prinsip etika kompetensi!
5. Akuntabel
Kondisi yang berbeda menghasilkan langkah audit yang tidak relevan untuk dilaksanakan.
Tanpa melakukan reviu yang cukup karena keterbatasan waktu dan tenaga, Budi
membuat laporan hasil audit sesuai dengan pemahamannya sendiri. Belakangan diketahui
terdapat hal material yang tidak terungkap dan merupakan kasus nasional. Budi tidak siap
dengan data untuk menjawab mengapa kasus tersebut tidak masuk dalam laporan hasil
auditnya.
Budi menyadari bahwa beberapa langkah audit tidak dilaksanakan terutama langkah audit
yang sebenarnya dapat mendeteksi kasus tersebut. Berdalih ketidakcukupan data yang
diperoleh dan penugasan audit yang lingkupnya tidak mencakup area tersebut, Budi tidak
bersedia memberi keterangan atas kasus yang terjadi.
Diskusikan dari kasus di atas keterkaitannya dengan pemenuhan prinsip etika akuntabel!
6. Perilaku Profesional
30 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
menyangkut kegiatan yang diikuti oleh rekanan besar. Agung menjadi narasumber untuk
setiap keputusan strategis dalam proses tersebut.
Salah satu rekanan mencoba berunding dengan Agung untuk memenangkan proses
pengadaan. Rekanan menjanjikan sejumlah kompensasi kepada Agung untuk
memenangkannya, melalui sedikit mark‐up pada harga penawaran. Agung hanya perlu
memberikan argumentasi yang mendukung jumlah yang ditawarkan sehingga panitia
menyetujui penawaran yang diajukan rekanan.
Agung menyetujui dan memberikan arahan barang‐barang apa saja yang dapat di‐mark
up.
Diskusikan dari kasus di atas keterkaitannya dengan pemenuhan prinsip etika perilaku
profesional!
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan Standar Audit
APIP.
A. PENDAHULUAN
Standar Audit Auditor Intern Pemerintah Indonesia (SA‐AIPI) diterbitkan oleh Asosiasi Auditor
Internal Pemerintah Indonesia (AAIPI) merupakan kriteria atau ukuran mutu bagi seluruh
auditor intern dalam lembaga eksekutif. Standar ini dibentuk untuk membantu pimpinan di
lingkungan lembaga eksekutif, baik di tingkat Presiden, menteri, kepala lembaga pemerintah
non kementerian (LPNK) sampai ke tingkat pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota.
Standar audit APIP diperlukan kehadirannya, mengingat pelaksanaan audit yang dilakukan oleh
BPK tidak selalu dapat dialihkan untuk dilakukan oleh APIP, misalnya audit keuangan.
Namun demikian, dalam modul ini tetap akan diuraikan secara singkat Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BPK Nomor 1 Tahun 2007
sebagai bahan pembanding.
1. Landasan Hukum
Standar Audit Auditor Intern Pemerintah Indonesia (SA‐AIPI), yang diterbitkan oleh AAIPI,
didasarkan pada peraturan perundang‐undangan sebagai berikut.
d. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi Profesi Asosiasi Auditor
Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI).
Standar audit AIPI adalah kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan
audit intern yang wajib dipedomani oleh Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AIPI).
e. menilai, mengarahkan, dan mendorong auditor untuk mencapai tujuan audit intern;
Standar audit berfungsi sebagai ukuran mutu minimal bagi para auditor dan APIP dalam:
34 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
c. pelaksanaan perencanaan audit intern oleh pimpinan APIP;
d. penilaian efektivitas tindak lanjut hasil audit intern dan konsistensi penyajian
laporan hasil audit intern.
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh Auditor dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Audit
a) Audit Keuangan
(1) Audit Keuangan yang memberikan opini
(2) Audit terhadap aspek keuangan tertentu
b) Audit Kinerja
2) Evaluasi
3) Reviu
4) Pemantauan/Monitoring
Standar Audit ini mengatur tentang kegiatan audit intern yang dapat dilakukan oleh
auditor dan pimpinan APIP sesuai dengan mandat serta kedudukan, tugas, dan fungsi
masing‐masing, yang meliputi audit terhadap aspek keuangan tertentu, audit kinerja,
audit dengan tujuan tertentu, evaluasi, reviu, pemantauan, serta pemberian jasa
konsultansi (consulting activities).
Standar Audit AIPI menyatakan bahwa penugasan audit keuangan (yang memberikan
opini atas laporan keuangan) wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
Standar Audit ini terdiri dari dua bagian utama, sebagai berikut.
36 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Gambar 4.1
Sistematika Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia
Standar Umum
a. Prinsip‐prinsip Dasar
Ringkasan prinsip dasar yang ditetapkan dalam Standar Audit AIPI, sebagai berikut.
1) Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab APIP (Audit Charter)
Visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP harus dinyatakan
secara tertulis dan disetujui oleh pimpinan organisasi kementerian/lembaga/
pemerintah daerah, serta ditandatangani oleh Pimpinan APIP sebagai Piagam
Audit (Audit Charter).
Dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan audit intern, APIP dan
kegiatan audit intern harus independen serta para auditornya harus objektif
dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Independensi APIP
38 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
c) menyetujui anggaran audit dan rencana sumber daya;
4) Objektivitas Auditor
Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari
konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
penugasan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam melaksanakan
audit intern.
Konflik kepentingan adalah situasi di mana auditor, yang berada dalam posisi
yang dipercaya, memiliki persaingan profesional atau kepentingan pribadi.
Persaingan kepentingan tersebut dapat menyulitkan dalam memenuhi tugas
tanpa memihak. Konflik kepentingan bahkan ada walaupun hasil tindakannya
tidak menunjukkan ketidaketisan atau ketidakpatutan. Konflik kepentingan
dapat membuat ketidakpantasan muncul yang dapat merusak kepercayaan
auditor, aktivitas audit intern, dan profesi. Konflik kepentingan dapat
mengganggu kemampuan auditor untuk melakukan tugas dan tanggung
jawabnya secara objektif.
40 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Auditor dapat melakukan penugasan consulting yang berkaitan dengan
program, kegiatan, atau aktivitas dimana mereka bertanggung jawab
sebelumnya. Jika auditor memiliki gangguan potensial terhadap
independensi atau objektivitas yang berkaitan dengan penugasan
consulting yang akan dilakukan, pengungkapan harus diinformasikan
kepada auditan sebelum menerima penugasan.
Auditor harus mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Penugasan audit
intern harus mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib mematuhi
kode etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar Audit
ini. Auditor diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip‐prinsip etika,
yaitu integritas, objektivitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabel, dan perilaku
profesional.
b. Standar Umum
a) Kompetensi Auditor
kompetensi umum;
kompetensi kumulatif.
42 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA)
dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah, dan
mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan
(continuing professional education). Selain itu, auditor wajib memiliki
pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar,
metodologi, prosedur, dan teknik. Pendidikan profesional berkelanjutan
dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi dalam asosiasi
profesi, pendidikan sertifikasi jabatan fungsional auditor, konferensi,
seminar, kursus‐kursus, program pelatihan di kantor sendiri, dan
partisipasi dalam proyek penelitian yang memiliki substansi di bidang
pengawasan intern.
44 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit
intern dan efek/dampaknya;
penugasan;
b) Meningkatkan Kompetensi
46 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian integral dari kegiatan audit
intern sehari‐hari. Pemantauan berkelanjutan dimasukkan ke dalam kebijakan
rutin dan digunakan dalam pengelolaan kegiatan audit intern. Pemantauan
berkelanjutan menggunakan proses, peralatan, dan informasi yang dianggap
perlu untuk mengevaluasi/mereviu kesesuaian pelaksanaan kegiatan audit
intern sehari‐hari dengan Kode Etik dan Standar. Penilaian periodik juga
dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan kegiatan audit intern
dengan Kode Etik dan Standar.
Pimpinan APIP harus mengelola kegiatan audit intern secara efektif untuk
memastikan bahwa kegiatan audit intern memberikan nilai tambah bagi
auditan. Kegiatan audit intern dikelola secara efektif jika:
hasil kerja kegiatan audit intern mencapai tujuan dan tanggung jawab
yang tertera dalam piagam audit intern (audit charter);
48 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
d) Menetapkan Kebijakan dan Prosedur
e) Melakukan Koordinasi
50 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Kegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola sektor
publik dalam pemenuhan atas tujuan‐tujuan berikut:
b) Manajemen Risiko
tujuan auditan telah mendukung dan sejalan dengan visi dan misi
auditan;
pengamanan aset;
52 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Auditor harus memasukkan pengetahuan tentang pengendalian intern
yang diperoleh dari penugasan consulting dalam mengevaluasi proses
pengendalian intern auditan.
Sasaran
54 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
batas yang disepakati dengan klien. Sasaran penugasan consulting harus
konsisten dengan nilai‐nilai APIP, strategi, dan sasarannya.
Ruang Lingkup
Metodologi
Audit harus dilaksanakan oleh sebuah tim yang secara kolektif harus
mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan audit
intern. Oleh karena itu, pimpinan APIP harus mengalokasikan auditor
yang mempunyai latar belakang pendidikan formal, pengetahuan,
keahlian dan keterampilan, kompetensi lain serta pengalaman sesuai
dengan kebutuhan audit.
56 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Auditor harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern
auditan dan mempertimbangkan apakah prosedur‐prosedur sistem
pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara memadai.
Pemahaman atas rancangan sistem pengendalian intern digunakan
untuk menentukan saat dan jangka waktu serta penentuan prosedur
yang diperlukan dalam pelaksanaan audit intern. Oleh karena itu, auditor
harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditan
dalam prosedur audit internnya.
a) Mengidentifikasi Informasi
58 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Informasi disebut relevan jika Informasi tersebut secara logis
mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang
berhubungan dengan tujuan dan simpulan.
c) Mendokumentasikan Informasi
Bentuk dan isi informasi harus dirancang secara tepat sehingga sesuai
dengan kondisi masing‐masing penugasan atau jenis audit intern.
Informasi harus menggambarkan catatan penting mengenai penugasan
60 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Pimpinan APIP harus mengembangkan kebijakan yang mengatur
pengamanan dan retensi catatan penugasan consulting, serta
pendistribusiannya kepada pihak intern dan ekstern. Kebijakan ini harus
konsisten dengan pedoman APIP dan persyaratan peraturan lainnya
yang terkait.
d) Supervisi Penugasan
62 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
b) Komunikasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
d) Kualitas Komunikasi
64 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Komunikasi yang akurat artinya bebas dari kesalahan dan distorsi dan
sesuai dengan fakta‐fakta yang mendasari. Perlunya keakuratan
didasarkan atas kebutuhan untuk memberikan keyakinan kepada
pengguna bahwa apa yang dilaporkan memiliki kredibilitas dan dapat
diandalkan. Satu ketidakakuratan dalam laporan hasil penugasan audit
intern dapat menimbulkan keraguan atas keandalan hasil penugasan
audit intern dan dapat mengalihkan perhatian pengguna dari substansi
laporan. Demikian pula, laporan hasil penugasan audit intern yang tidak
akurat dapat merusak kredibilitas APIP yang menerbitkan laporan dan
mengurangi efektivitas laporan hasil penugasan audit intern.
Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa hasil penugasan audit intern
telah memenuhi standar pelaporan adalah dengan menggunakan proses
pengendalian mutu, seperti proses referensi. Proses referensi adalah
proses dimana seorang auditor yang tidak terlibat dalam proses audit
tersebut menguji bahwa suatu fakta, angka, atau tanggal telah
dilaporkan dengan benar, bahwa fakta telah didukung dengan
dokumentasi audit, dan bahwa simpulan dan rekomendasi secara logis
didasarkan pada data pendukung.
Komunikasi yang objektif adalah adil, tidak memihak, tidak bias, serta
merupakan hasil dari penilaian adil dan seimbang dari semua fakta dan
66 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
sesederhana mungkin. Penggunaan bahasa yang lugas dan tidak teknis
sangat penting untuk menyederhanakan penyajian. Jika digunakan istilah
teknis, singkatan, dan akronim yang tidak begitu dikenal, maka hal itu
harus didefinisikan dengan jelas. Akronim agar digunakan sejarang
mungkin. Apabila diperlukan, auditor dapat membuat ringkasan laporan
untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga diperhatikan oleh
pengguna laporan. Ringkasan tersebut memuat jawaban terhadap
sasaran audit, fakta‐fakta yang paling material, dan rekomendasi.
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang daripada
yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan
yang terlalu rinci dapat menurunkan kualitas laporan, bahkan dapat
menyembunyikan pesan yang sesungguhnya dan dapat membingungkan
atau mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu juga
harus dihindari. Meskipun banyak peluang untuk mempertimbangkan isi
laporan, laporan yang lengkap tetapi ringkas, akan mencapai hasil yang
lebih baik.
Komunikasi audit harus dibuat secara tertulis berupa laporan dan harus
segera, yaitu pada kesempatan pertama setelah berakhirnya
pelaksanaan audit. Komunikasi audit intern harus dibuat secara tertulis
untuk menghindari kemungkinan salah tafsir atas simpulan, fakta, dan
rekomendasi auditor. Keharusan membuat komunikasi secara tertulis
tidak berarti membatasi atau mencegah komunikasi lisan dengan
auditan selama proses audit berlangsung. Pembuatan komunikasi audit
secara tertulis dapat dilakukan secara berkala (interim) sebelum
selesainya penugasan/pekerjaan lapangan untuk memenuhi kebutuhan
informasi hasil pengawasan yang mendesak bagi stakeholders.
Komunikasi audit intern melalui laporan hasil audit intern, harus dibuat
dalam bentuk dan isi yang dapat dimengerti oleh auditan dan pihak lain
yang terkait. Bentuk laporan pada dasarnya bisa berbentuk surat atau
bab. Bentuk surat digunakan apabila dari hasil audit tidak diketemukan
banyak fakta yang signifikan. Sedangkan bentuk bab digunakan apabila
dari hasil audit ditemukan banyak fakta dan/atau signifikan. Laporan
hasil penugasan audit intern, baik bentuk surat maupun bab, setidaknya
harus memuat:
68 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Adanya kelemahan dalam sistem pengendalian intern serta adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang‐undangan, kecurangan,
dan ketidakpatutan (abuse) disajikan sebagai bagian dari pengungkapan
fakta.
f) Tanggapan Auditan
(1) prinsip atau aturan pelaksanaan Standar Audit yang tidak tercapai;
70 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
2) Pemantauan Tindak Lanjut
Auditor harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas simpulan, fakta,
dan rekomendasi audit. Auditor harus mendokumentasikan fakta untuk
keperluan pemantauan tindak lanjut dan memutakhirkan fakta sesuai dengan
informasi tentang tindak lanjut yang telah dilaksanakan auditan. Pemantauan
dan penilaian tindak lanjut bertujuan untuk memastikan bahwa tindakan yang
tepat telah dilaksanakan oleh auditan sesuai rekomendasi.
Manfaat audit intern tidak hanya terletak pada banyaknya fakta yang
dilaporkan, namun juga terletak pada efektivitas tindak lanjut rekomendasi
tersebut. Rekomendasi yang tidak ditindaklanjuti dapat merupakan indikasi
lemahnya pengendalian auditan dalam mengelola sumber daya yang
diserahkan kepadanya. Apabila auditan telah menindaklanjuti rekomendasi
dengan cara yang berlainan dengan rekomendasi yang diberikan, auditor harus
menilai efektivitas penyelesaian tindak lanjut tersebut. Auditor tidak harus
memaksakan rekomendasinya ditindaklanjuti namun harus dapat menerima
langkah lain yang ternyata lebih efektif.
Pada saat pelaksanaan kegiatan audit intern, auditor harus memeriksa tindak
lanjut atas rekomendasi audit intern sebelumnya. Apabila terdapat
rekomendasi yang belum ditindaklanjuti, auditor harus memperoleh
penjelasan yang cukup mengenai sebab rekomendasi belum dilaksanakan, dan
selanjutnya auditor wajib mempertimbangkan kejadian tersebut dalam
program kerja penugasan yang akan disusun. Demikian pula terhadap tindak
lanjut yang sudah dilaksanakan harus pula menjadi perhatian dalam
penyusunan program kerja penugasan. Auditor harus menilai pengaruh
simpulan, fakta, dan rekomendasi yang tidak atau belum ditindaklanjuti
terhadap simpulan atau pendapat atas audit intern yang sedang dilaksanakan.
Selain standar audit yang telah dibicarakan di atas, terdapat Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara yang diterbitkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia melalui Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 pada bulan Januari 2007
yang memiliki landasan dan referensi berikut.
2. Referensi:
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI);
72 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Standar pemeriksaan ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Dengan demikian, maka standar pemeriksaan ini berlaku untuk:
BPK;
akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK;
aparat pengawas intern pemerintah termasuk satuan pengawasan intern maupun pihak
lainnya sebagai acuan dalam menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan,
tugas, dan fungsinya.
1. Standar Umum
Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 1 tentang Standar Umum mengatur kriteria yang
bersifat umum untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Standar ini berkaitan dengan ketentuan mendasar untuk
menjamin kredibilitas hasil pemeriksaan. Standar ini juga memberikan kerangka dasar untuk
dapat menerapkan standar pelaksanaan dan standar pelaporan secara efektif. Cakupan standar
umum mengatur hal‐hal berikut:
1. persyaratan kemampuan/keahlian;
2. independensi;
4. pengendalian mutu.
2. komunikasi pemeriksa;
6. dokumentasi pemeriksaan.
1. hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia;
1. perencanaan,
2. supervisi,
3. bukti, dan
4. dokumentasi pemeriksaan.
74 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 5 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
mengatur hal‐hal berikut:
1. bentuk;
2. isi laporan;
1. hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia;
2. komunikasi pemeriksa;
4. pengendalian intern;
6. dokumentasi pemeriksaan.
1. hubungan dengan Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia;
Sebagaimana dikemukakan di atas sebagai bahan perbandingan, berikut ini diuraikan Standar
Profesi Audit Internal yang diterbitkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. SPAI
membagi standar audit menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) Standar Atribut, dan (2) Standar
Kinerja. Berikut ini akan disajikan SPAI secara lengkap.
1. Standar Atribut
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan
secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit
Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas
organisasi.
Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam
melaksanakan pekerjaannya.
1) Independensi Organisasi
Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak, dan
menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of
interest).
Jika prinsip independensi dan objektivitas tidak dapat dicapai baik secara fakta
maupun penampilan, hal ini harus diungkapkan kepada pihak yang berwenang.
76 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Teknis dan rincian pengungkapan ini tergantung kepada alasan tidak
terpenuhinya prinsip independensi dan objektivitas tersebut.
1) Keahlian
2) Kecermatan Profesional
a) Penilaian Internal
78 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
reviu berkala yang dilakukan melalui self assessment atau oleh
pihak lain dari dalam organisasi yang memiliki pengetahuan
tentang standar dan praktik audit internal.
b) Penilaian Eksternal
Penanggung jawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil reviu dari
pihak eksternal kepada pimpinan dan dewan pengawas organisasi.
Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap SPAI dan kode etik yang
memengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara
signifikan, maka hal ini harus diungkapkan kepada pimpinan dan dewan
pengawas organisasi.
2. Standar Kinerja
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal secara
efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan
nilai tambah bagi organisasi.
5) Koordinasi
80 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
6) Laporan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas
b. Lingkup Penugasan
1) Pengelolaan Risiko
2) Pengendalian
3) Proses Governance
Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai
untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai tujuan‐tujuan
berikut.
c. Perencanaan Penugasan
82 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
1) Pertimbangan Perencanaan
b) risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan operasi yang
direviu serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak
risiko ke tingkat yang dapat diterima oleh organisasi;
2) Sasaran Penugasan
Auditor internal harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk mencapai
sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluasi atas sifat
dan kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu, dan ketersediaan sumber
daya.
d. Pelaksanaan Penugasan
1) Mengidentifikasi Informasi
3) Dokumentasi Informasi
4) Supervisi Penugasan
1) Kriteria Komunikasi
84 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
a) Komunikasi akhir hasil penugasan bila memungkinkan memuat opini
keseluruhan dan simpulan auditor internal.
2) Kualitas Komunikasi
alasan ketidakpatuhan;
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk
memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada
manajemen. Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur
E. LATIHAN SOAL
1. Standar audit yang berlaku bagi Aparat Pengawasan Intern Pemerintah terdiri atas berapa
kategori? Sebutkan satu persatu!
3. Jika sebuah kantor/organisasi audit pemerintah menugaskan dua orang auditor yang baru
lulus dari universitas dan belum pernah melaksanakan audit (namun memiliki nilai
akademis yang tinggi) untuk melaksanakan suatu penugasan audit, apakah penugasan ini
telah memenuhi standar umum APIP? Apa alasan Saudara?
4. Apa saja yang harus dimiliki auditor untuk memenuhi standar umum yang pertama
(keahlian dan pelatihan)?
5. APIP dan para auditornya harus senantiasa mewaspadai setiap kendala yang dapat
memengaruhi independensi dalam audit yang sedang dilakukannya, baik kendala pribadi
maupun kendala eksternal. Harap Saudara jelaskan apa saja kendala pribadi dan kendala
eksternal tersebut!
86 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
6. Dalam suatu penugasan audit, Saudara menemukan bahwa di dalam sistem pengelolaan
bahan baku terdapat kelemahan di mana setiap pengeluaran bahan baku tidak didasarkan
pada bon pengeluaran barang, namun hanya berdasarkan nota telepon dari kepala bagian
produksi. Dalam hal ini, apa reaksi Saudara? Apakah langsung memberikan instruksi
kepada kepala gudang untuk memperbaiki kelemahan tersebut? Jelaskan alasan Saudara!
7. Sistem kendali mutu yang memadai meliputi suatu pengujian atas sejumlah sampel
kegiatan pelaksanaan audit secara sistematis. Pengujian ini dimaksudkan untuk
menentukan apa?
8. Supervisi, berupa bimbingan dan pengawasan terhadap para asisten, diperlukan untuk
mencapai tujuan audit dan menjaga mutu audit. Supervisi harus dilakukan dalam semua
penugasan tanpa memandang tingkat pengalaman auditor yang bersangkutan. Supervisi
ini dilakukan untuk memastikan apa saja?
10. Apa yang dimaksudkan dengan bukti relevan dan bukti kompeten?
11. Apa saja yang harus didokumentasikan dalam kertas kerja audit (KKA)?
13. Agar dapat memenuhi tujuannya, KKA harus memenuhi syarat‐syarat tertentu. Sebutkan
syarat‐syarat tersebut!
14. Dalam standar pelaporan disebutkan bahwa temuan dan simpulan yang disampaikan
kepada auditan harus dikemukakan secara objektif. Apa maksudnya?
15. Unsur‐unsur apa saja yang harus ada dalam setiap temuan hasil pemeriksaan?
16. Apa lingkup penilaian sistem pengendalian intern dalam audit operasional?
17. APIP melakukan audit dengan standar audit sendiri, berarti APIP dalam menjalankan tugas
auditnya tidak mengikuti standar audit yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Benarkah pernyataan ini? Jelaskan jawaban Saudara!
19. Bentuk dan isi laporan harus disusun sedemikian rupa, sehingga memenuhi tujuan audit,
jelas, mudah dimengerti, lengkap dan objektif. Bentuk dan isi laporan audit tersebut
sekurang‐kurangnya harus mencakup hal‐hal apa saja?
20. Menurut standar audit, apa yang harus dilakukan oleh auditor jika mendapatkan temuan
yang berindikasi melawan hukum?
88 2014 | P u s d i k l a t w a s B P K
P
Bab V
PENUTUP
Telah disampaikan pada bab pendahuluan bahwa setiap profesi yang memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat perlu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pengguna jasa
profesi tersebut. Tanpa kepercayaan, profesi tersebut akan musnah.
Selaku APIP, untuk menjaga kepercayaan masyarakat, dan tentunya juga pemerintah yang
merupakan stakeholders APIP, kita semua perlu menjaga perilaku agar sesuai dengan etika yang
berlaku dan senantiasa memenuhi standar mutu kerja yang telah tetapkan. Prinsip umum sikap
seorang auditor yang harus bekerja secara profesional, independen, dan objektif harus dipegang
teguh, sehingga tercermin ciri yang unik dan spesifik dari profesi audit, sekaligus memberikan
martabat yang tinggi bagi APIP.
Perlu disadari bersama bahwa setiap pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seorang
anggota profesi audit, akan memberikan citra buruk bagi profesi audit secara umum di mata
masyarakat, demikian pula jika penugasan dilaksanakan dengan mutu di bawah standar, hal ini
akan memberikan dampak yang kurang lebih sama. Godaan yang dihadapi APIP memang banyak
dan terkadang sangat menggiurkan, tapi martabat profesi justru diukur antara lain dari
kemampuan untuk menepis godaan tersebut dan tetap bersikap objektif.
Kode etik dan standar audit APIP adalah amanat profesi yang harus kita jaga dan laksanakan
bersama, agar martabat APIP di mata para stakeholders mendapat tempat yang terhormat dan
hasil kerja APIP diharapkan dapat benar‐benar memberikan andil yang berarti bagi kemajuan
bangsa.
Arens, Alvin A., Beasley, Mark S., and Elder, Randel J. 2007. Auditing and Assurance Services.
Prentice Hall, 11th edition.
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). 2014. Kode Etik Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (draf).
Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI). 2003. Standar Audit Auditor Intern
Pemerintah Indonesia.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 1993/1994. Aturan Perilaku Pegawai BPKP.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 1993. Aturan Perilaku Pemeriksa BPKP.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 1996. Standar Audit Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (SA‐APFP).
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2004. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke
sembilan.
Sawyer., L.B., Dittenhofer, M.A., Sawyer s Internal Auditing. 2003. The Practice of Modern
Internal Auditing, The Institute of Internal Auditing, 5th ed.