Anda di halaman 1dari 83

Buku Kerja

Audit Intern

AUDIT KINERJA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
2014
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja

Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP


dalam rangka Diklat Fungsional Auditor – Diklat Pembentukan Auditor Ahli

Edisi Pertama : Tahun 2014

Penyusun : Deny Sundara, Ak., M.E.


Narasumber : Burhanudin, Ak., M.E.
Pereviu : Andilo Tohom Tampubolon, Ak., M.Si.
Penyunting : Kusmayawati
Penata Letak : Didik Hartadi, S.E.

Pusdiklatwas BPKP
Jl. Beringin II, Pandansari, Ciawi, Bogor 16720
Telp. (0251) 8249001 - 8249003
Fax. (0251) 8248986 - 8248987
Email : pusdiklat@bpkp.go.id
Website : http://pusdiklatwas.bpkp.go.id
e-Learning : http://lms.bpkp.go.id

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau


seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis dari
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP.
Kata Pengantar

Pusdiklatwas BPKP sebagai salah satu instansi penyelenggara pendidikan dan pelatihan,
berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi para pengguna jasanya. Kami menyadari
bahwa pelatihan selain harus memberikan pemahaman terhadap suatu pengetahuan, juga
harus memberikan keterampilan untuk mampu menerapkan pengetahuan tersebut. Setelah
pelaksanaan diklat diharapkan peserta diklat siap menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh di tempat kerjanya. Untuk itu, selain modul yang bermuatan konsep-konsep,
bahan ajar pelatihan di Pusdiklatwas BPKP dilengkapi dengan modul buku kerja.

Modul buku kerja akan digunakan sebagai bahan latihan dalam menerapkan konsep-konsep
yang terkait. Melalui proses survei di lapangan, perbaikan berkelanjutan, dan kendali mutu yang
cukup, kami berusaha untuk dapat menyajikan modul buku kerja yang dapat mencerminkan
kondisi yang terjadi di lapangan.

Buku kerja ini adalah salah satu bahan ajar tertulis untuk digunakan pada proses pembelajaran
diklat yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas BPKP. Buku Kerja ini tidak dimaksudkan untuk
menjadi satu-satunya referensi yang berkenaan dengan substansi materinya. Peserta diklat
diharapkan memperkaya pemahamannya melalui berbagai referensi lain yang terkait.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi atas terwujudnya modul ini.

Ciawi, 30 April 2014


Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP

Nurdin, Ak., M.B.A.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


i
ii
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................................................................iii

OVERVIEW TAHAPAN AUDIT KINERJA..........................................................................................1

Kasus 1 PENUGASAN AUDIT KINERJA....................................................................................19


Kasus 2 TAHAPAN AUDIT KINERJA........................................................................................23
Kasus 3 PENGUJIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA................................................................27
Kasus 4 IDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN.................................................................................31
Kasus 5 PENILAIAN RISIKO.....................................................................................................35
Kasus 6 PENENTUAN PENGENDALIAN KUNCI (KEY CONTROL).............................................41
Kasus 7 EVALUASI KECUKUPAN DESAIN PENGENDALIAN.....................................................47
Kasus 8 PENYUSUNAN RENCANA PENGUJIAN......................................................................51
Kasus 9 PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN IMB.......................................................55
Kasus 10 HASIL PENGUJIAN DAN PENYUSUNAN KESIMPULAN..............................................61
Kasus 11 PENGUJIAN PENGENDALIAN PENGADAAN BARANG/JASA.....................................65

LAMPIRAN .................................................................................................................................. 69

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


iii
iv
2014 |Pusdiklatwas BPKP
OVERVIEW TAHAPAN AUDIT KINERJA

Audit kinerja dilakukan melalui beberapa tahapan. Pada setiap tahap terdapat prosedur yang
harus diikuti oleh auditor untuk mencapai hasil yang telah direncanakan. Pengembangan
prosedur disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi auditor di lapangan. Pelaksanaan audit
kinerja secara bertahap dimaksudkan agar audit dapat dilaksanakan secara sistematis sehingga
mutu hasil audit terjamin. Berikut adalah overview dari setiap tahapan audit kinerja sesuai
modul audit intern.

1. PERENCANAAN

a. Penetapan Tujuan dan Lingkup Penugasan

Langkah pertama dalam memulai suatu penugasan adalah menentukan tujuan (apa
yang akan dicapai) dan lingkup penugasan (apa yang akan diuji). Tujuan audit kinerja
adalah untuk memberikan penilaian atas pencapaian prestasi atau unjuk kerja dari
instansi pemerintah dalam hal keekonomisan, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsinya. Lingkup penugasan terkait proses, tingkatan, dan wilayah
tertentu yang akan diuji. Secara umum lingkup penugasan audit kinerja yaitu
pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi instansi
pemerintah. Keputusan menentukan lingkup penugasan secara lebih spesifik
memerlukan professional judgement.

b. Pemahaman Auditan

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memahami auditan (proses


dan area yang menjadi lingkup penugasan). Kegagalan dalam memahami auditan
dapat berakibat pengujian yang tidak lengkap atau kesalahan pengalokasian sumber
daya. Pada tahap ini semua informasi yang diperoleh bukan merupakan bukti
(evidence) melainkan hanya merupakan deskripsi tentang auditan. Pengumpulan
informasi latar belakang penugasan audit tidak terbatas pada: organisasi, peraturan
perundangan yang berlaku, rencana strategis perusahaan, sistem dan prosedur, data

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


1
keuangan, ukuran/indikator kinerja yang digunakan, informasi mengenai penerapan
sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP), serta informasi lain yang relevan.

Audit kinerja mendasarkan pengujiannya pada kerangka indikator kinerja utama


(IKU) sebagai kriteria efisiensi dan efektivitas operasi, oleh karena itu, pada tahap ini
auditor juga perlu menilai kecukupan indikator kinerja utama auditan. Indikator
kinerja utama (IKU) yang dinilai kecukupannya dapat bersumber dari indikator
kinerja yang telah ditetapkan dalam penetapan kinerja sebagai kontrak kinerja
pejabat unit eselon I dan II.

Penilaian ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja yang digunakan
benar‐benar dapat menggambarkan kinerja instansi yang diaudit, sesuai dengan
tujuan pendirian organisasi sebagaimana tertuang dalam pernyataan visi, misi/ tugas
pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran, serta strategi organisasi.

Indikator kinerja dianggap cukup bila memenuhi karakteristik: spesifik, dapat diukur,
relevan, dan komprehensif.

1) Spesifik berarti pernyataan indikator kinerja telah memberikan makna yang


jelas dan sama di antara para pengguna. Tidak ada interpretasi yang berbeda
tentang apa arti dari indikator kinerja dan bagaimana mengukurnya.

2) Dapat diukur berarti tersedia data kinerja yang obyektif untuk mengukur
capaian dari indikator kinerja tersebut dan menggunakan satuan ukuran yang
umum digunakan seperti prosentase, buah, unit dan sebagainya.

3) Relevan berarti indikator kinerja yang digunakan selaras dengan pernyataan


visi, misi, dan dan tugas pokok dan fungsi organisasi, tujuan dan sasaran serta
strategi yang ditetapkan.

4) Komprehensif berarti indikator Kinerja yang digunakan telah mencakup semua


aktivitas kunci instansi pemerintah serta mengandung komposisi yang baik
antara indikator kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, masa lalu dan
masa depan. Penilaian ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja
yang digunakan benar‐benar dapat menggambarkan kinerja instansi yang
diaudit, sesuai dengan tujuan pendirian organisasi sebagaimana tertuang

2
2014 |Pusdiklatwas BPKP
dalam pernyataan visi, misi/tugas pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran, serta
strategi organisasi.

c. Identifikasi dan Penilaian Risiko

Dalam audit kinerja, pendekatan audit berbasis risiko lebih ditekankan pada risiko
yang terkait dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan
keuangan dan pencapaian tujuan/sasaran dari pelaksanaan tugas dan fungsi
auditan.

Beberapa hal yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan
auditor dalam menilai risiko yang dihadapi auditan antara lain:

1) pengeluaran yang signifikan di bawah atau melebihi anggaran;

2) tingginya mutasi pegawai;

3) ekspansi program secara mendadak;

4) ketiadaan reaksi manajemen auditan terhadap kelemahan yang ada;

5) tanggung jawab yang tumpah tindih dan tidak jelas; dan

6) aktivitas yang rumit dan penuh ketidakpastian.

Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah proses menetapkan apa, dimana, kapan, mengapa, dan
bagaimana sesuatu dapat terjadi, sehingga dapat berdampak negatif terhadap
pencapaian tujuan. Hasilnya adalah suatu daftar risiko yang berpotensi mengancam
pencapaian tiap tujuan organisasi.

Setelah mengidentifikasi apa yang dapat terjadi, maka perlu dipertimbangkan


kemungkinan-kemungkinan penyebab dan skenario- skenario yang dapat terjadi.
Terdapat banyak jalan untuk kemunculan suatu kejadian, oleh karena itu adalah
perlu agar jangan sampai ada penyebab-penyebab signifikan yang tertinggal.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


3
Penilaian risiko

Penilaian risiko pada dasarnya merupakan penentuan tingkat kemungkinan


terjadinya risiko serta pengaruh/akibat yang harus ditanggung oleh entitas/
organisasi. Terdapat dua unsur yang menjadi dasar untuk melakukan penilaian risiko
yaitu:

 dampak risiko (consequences atau impact) adalah besarnya efek bila risiko
terjadi; dan

 kemungkinan terjadinya suatu risiko (likelihood atau probability) adalah


tingkat kemungkinan risiko akan terjadi.

Dalam melakukan penilaian risiko, idealnya dipahami pengertian mengenai risiko


yang ada sebelum dan sesudah dilakukannya penanganan risiko, yaitu:

 inherent risk (risiko melekat atau absolut), bobot risiko diukur melalui
penaksiran atas konsekuensi dan tingkat kejadian risiko pada saat manajemen
belum melakukan suatu tindakan terhadap pengendalian intern;

 residual risk (risiko bersih atau terkendali), bobot risiko diukur melalui
penaksiran atas konsekuensi dan tingkat kejadian risiko setelah pengendalian
intern diberlakukan.

Untuk memudahkan dalam penilaian risiko, dampak risiko dapat dikelompokkan dan
diberi skor misalnya menjadi: tinggi sekali (4), tinggi (3), rendah (2) dan rendah sekali
(1). sedangkan kemungkinan terjadinya risiko dapat dikelompokkan dan diberi skor
misalnya menjadi: sering sekali (4), sering (3), jarang (2) dan jarang sekali (1).

d. Identifikasi Pengendalian Kunci

Pada tahap ini, tugas auditor internal adalah mengidentifikasi pengendalian yang
paling berperan untuk menekan risiko sampai di level yang dapat diterima. Dalam
praktek, banyak pengendalian yang diterapkan dalam suatu proses. Semua
pengendalian ini memiliki peran untuk menekan risiko, namun hanya beberapa yang
benar-benar berpengaruh. Pengendalian ini selanjutnya disebut pengendalian kunci.

4
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Menurut COSO Internal Control — Integrated Framework Guidance on Monitoring,
pengendalian kunci (key controls) memiliki salah satu atau kedua karakteristik
sebagai berikut.

1) Kegagalan pengendalian kunci dapat berdampak material terhadap


pencapaian tujuan organisasi karena tidak dapat segera dideteksi oleh
pengendalian lain.

2) Berfungsinya pengendalian kunci dapat mencegah kegagalan pengendalian


lain sebelum berdampak material.

e. Evaluasi Pengendalian

Internal auditor harus memastikan bahwa pengandalian kunci telah didesain dengan
baik untuk menekan risiko di level yang dapat diterima. Dalam penugasan audit
kinerja, pengujian atas sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk menilai
efektivitas pengendalian intern untuk dapat membantu mengidentifikasi potensi
kegiatan yang kinerjanya tidak mencapai target.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, terdapat lima unsur dari sistem
pengendalian intern yang diuji, yaitu sebagai berikut.

1) Lingkungan pengendalian (control environment), merupakan fondasi dari


sistem pengendalian intern pemerintah, meliputi penciptaan kondisi dan
situasi pengendalian dalam jajaran pejabat dan pegawai yang terlibat dalam
kegiatan satuan kerja, sehingga diharapkan dapat mempengaruhi kesadaran
mereka dalam organisasi untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan.

Lingkungan pengendalian mencakup unsur‐unsur:

a) penegakan integritas dan etika;

b) komitmen atas kompetensi;

c) kepemimpinan yang kondusif;

d) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;

e) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


5
f) penyusunan dan penerapan kebijakan serta praktik yang sehat mengenai
pembinaan SDM;

g) peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan

h) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

2) Penilaian risiko (Risk Assessment), melakukan identifikasi dan analisis risiko


yang berkaitan dengan permasalahan keuangan dan non keuangan, sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Penaksiran risiko mencakup unsur‐unsur:

a) tujuan dan sasaran (goals and objectives) pada tingkatan aktivitas; dan

b) identifikasi dan analisis risiko.

3) Kegiatan pengendalian (Control Activities), menciptakan kebijakan dan


prosedur dalam rangka pengendalian untuk memberikan keyakinan bahwa
terdapat kegiatan yang dapat meminimalkan risiko dalam mencapai tujuan
satuan kerja yang diaudit atau tujuan program/kegiatan.

Kegiatan pengendalian mencakup unsur‐unsur:

a) reviu atas kinerja;

b) pembinaan SDM;

c) pengendalian atas sistem informasi (controls over information system);

d) pengendalian fisik aset;

e) penetapan dan reviu atas indikator kinerja;

f) pemisahan fungsi;

g) otorisasi transaksi;

h) pencatatan yang akurat dan tepat waktu;

i) pembatasan akses atas sumber daya dan catatan;

j) akuntabilitas atas sumber daya dan catatan; dan

k) dokumentasi yang baik atas sistem pengendalian intern dan transaksi/


kejadian penting.

6
2014 |Pusdiklatwas BPKP
4) Informasi dan komunikasi, diperlukan pimpinan auditan untuk melaksanakan
pengendalian. Oleh karena itu, informasi harus direkam dan dikomunikasikan
kepada pimpinan dan pejabat lain yang memerlukan guna menjalankan
tanggung jawab operasionalnya.

Pemrosesan informasi dan komunikasi mencakup unsur‐unsur:

a) pencatatan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat;

b) mekanisme komunikasi internal dan eksternal yang efektif;

c) bentuk dan sarana komunikasi yang tepat; dan

d) penyempurnaan sistem informasi yang terus menerus.

5) Pemantauan (Monitoring), pimpinan auditan wajib melakukan pemantauan


atas sistem pengendalian intern. Pemantauan adalah proses penilaian
mutu/kinerja dari pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan
mencakup unsur‐unsur:

a) pelaksanaan pemantauan berkelanjutan;

b) evaluasi terpisah; dan

c) tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan.

f. Penyusunan Rencana Pengujian

Auditor internal harus mendesain tehnik bagaimana memperoleh bukti-bukti untuk


mencapai tujuan audit. Rencana pengujian termasuk sifat pengujian, waktu dan
prosedur yang diperlukan dalam mendapatkan bukti. Teknik yang dapat digunakan
untuk menguji sistem pengendalian intern satuan kerja, unit pelaksana teknis (UPT),
atau pengelola program adalah dengan melakukan survei, penelaahan dokumen dan
pengamatan lapangan/wawancara untuk memperoleh informasi mengenai
efektivitas dan manfaat pengendalian yang telah ditetapkan. Berikut penjelasan
dari masing‐masing teknik tersebut.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


7
1) Survei

Survei dilakukan dengan mengembangkan kuesioner yang akan disebarkan


kepada sejumlah responden yang terdiri dari unsur pejabat dan pegawai yang
terkait.

2) Penelitian Dokumen dan Prosedur

Teknik ini dilakukan dengan mengambil uji petik dari dokumen yang tersedia,
dinilai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Penelitian dokumen
dilakukan untuk memperoleh bukti pengujian atas catatan dan dokumen yang
dimiliki auditan. Pengumpulan bukti yang berasal dari dokumen‐dokumen
harus dipersiapkan dan ditujukan dalam rangka memperoleh informasi yang
mendukung simpulan atas efektivitas sistem pengendalian. Dokumen yang
penting, signifikan atau kontroversial harus dibuat duplikasinya untuk
disimpan dan dicatat sumbernya, sehingga dapat terhindar dari terjadinya
polemik atas bukti pengujian yang berasal dari bahan‐bahan yang tertulis.

3) Pengamatan Lapangan

Teknik ini dilakukan untuk mengukur dan menguji sejauhmana kegiatan


pengendalian atas lima komponen pengendalian berjalan secara efektif. Teknik
seperti ini membantu auditor memperoleh bukti atas aset fisik dan dapat
membantu mengumpulkan bukti apakah pegawai telah memenuhi prosedur
yang layak. Peninjauan atas suatu proses tatkala proses tersebut beroperasi
akan memberikan auditor suatu pemahaman dan kredibilitas yang memadai
pada saat membahas isu‐ isu dengan UPT/Satker yang diaudit.

4) Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi yang dilakukan dengan komunikasi


secara lisan dengan menggunakan metode tanya jawab yang mempunyai
tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci atau pendapat/
keyakinan/tanggapan. Teknik ini lebih tepat digunakan jika jumlah
respondennya sedikit dan responden memiliki pengetahuan serta kompetensi
terkait topik yang akan ditanyakan. Auditor dapat merumuskan informasi dari

8
2014 |Pusdiklatwas BPKP
tangan pertama (key person) mengenai aktivitas atau perilaku melalui suatu
kajian dari hasil wawancara yang cermat.

g. Penyusunan program audit

Program kerja audit (PKA) adalah rancangan prosedur dan teknik audit yang disusun
secara sistematis yang harus diikuti/dilaksanakan oleh auditor dalam kegiatan audit
untuk mencapai tujuan audit. PKA disusun setelah auditor memperoleh pemahaman
yang cukup tentang tujuan auditnya. Program kerja audit disusun secara tertulis
untuk tahap audit pendahuluan dan pengujian sistem pengendalian intern. Audit
program untuk pengujian sistem pengendalian intern disesuaikan dengan ruang
lingkup audit, yaitu apakah tingkat satuan kerja keseluruhan (entitas) atau tingkat
kegiatan (dalam hal ini satuan kerja eselon II ke bawah).

Mengingat keberagaman proses bisnis dari tugas fungsi dan program/kegiatan dari
auditan, PKA untuk tahap pelaksanaan audit kinerja mempunyai karakteristik dan
penekanan yang berbeda‐beda antar instansi pemerintah.

Program Kerja Audit memuat:

1) tujuan audit untuk tiap tahapan;

2) prosedur audit yang akan dilakukan;

3) sumber‐sumber bukti audit;

4) petugas yang melaksanakan; dan

5) waktu yang dibutuhkan.

h. Pengalokasian Sumber Daya

Langkah terakhir di tahap perencanaan adalah pengalokasian sumber daya (jam


kerja auditor dan dana) yang diperlukan untuk melaksanakan penugasan. Pada
tahap ini diperlukan pengalaman auditor dalam menentukan jumlah waktu, biaya
dan jadwal agar penugasan dapat diselesaikan tepat waktu.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


9
2. PELAKSANAAN

a. Pengujian dan Pengumpulan Bukti

Pada tahap pelaksanaan audit kinerja dilakukan pengujian yang telah direncanakan
dalam PKA pada tahap perencanaan. Dalam setiap pengujian yang dilakukan,
hasilnya didokumentasikan ke dalam kertas kerja audit (KKA). Demikian halnya
dengan pengukuran capaian kinerja. Sebelum mengumpulkan informasi data hasil
capaian kinerjanya, auditor harus meyakinkan diri bahwa laporan kinerja telah
disajikan secara wajar. Indikator kinerja disimpulkan telah disajikan secara wajar bila
data besaran indikator kinerja yang dilaporkan instansi pemerintah didukung oleh
data yang memadai dan dapat diandalkan.

Langkah penetapan kewajaran penyajian indikator kinerja meliputi:

1) Pastikan bahwa sistem informasi instansi pemerintah menjamin dihasilkannya


informasi yang dapat diandalkan.

2) Tentukan apakah indikator kinerja membatasi observasi pada jenis‐jenis


permasalahan tertentu atau situasi yang cenderung bergerak ke arah
pencapaian target. Bila demikian, buat penilaian sejauh mana hal itu akan
membiaskan pengukuran.

3) Pastikan bahwa besaran angka hasil capaian kinerja didukung oleh data yang
cukup dan kompeten.

Dalam pengukuran capaian kinerja, terdapat dua kondisi yang mungkin akan
ditemui. Berikut ini diuraikan kedua kondisi dimaksud.

1) Bila auditan telah memiliki indikator kinerja dan melaporkan data capaiannya.

Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengujian atas data kinerja. Pengujian
ini dilakukan dengan memastikan sumber data sekunder berupa laporan
yang tepat yang dapat digunakan untuk mengukur realisasi capaian kinerja.

Jika dari hasil pengujian atas sistem pengendalian terkait dengan sistem
informasi menunjukkan tingkat keandalan yang memadai, auditor dapat
melakukan sampling terhadap dokumen pendukung primer (berkas).

10
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Namun, jika hasil sampling menunjukkan bahwa laporan tersebut
menunjukkan informasi yang tidak andal, maka auditor harus melakukan
pengukuran kinerja dengan mendasarkan pada dokumen primer (berkas awal).

2) Bila digunakan indikator kinerja yang disepakati dan belum ada data
capaiannya.

Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengukuran untuk memperoleh data
capaian kinerja auditan pada periode yang diaudit. Gunakan seluruh informasi
yang tersedia untuk mendapatkan hasil capaian kinerjanya.

Dalam hal capaian indikator kinerja diperoleh melalui survei (Survei Kepuasan
Pegawai dan Survei Kepuasan Pelayanan Publik), auditor hendaknya
melakukan pengujian atas ketepatan metodologi survei yang dilakukan.
Pengujian ini dilakukan dengan menilai ketepatan penetapan ukuran
sampel, pemilihan responden, pengolahan data hasil survei, dan penyimpulan
hasil survei.

b. Evaluasi Bukti dan Pengambilan Kesimpulan

Data/Informasi yang diperoleh dari pengujian dan pengumpulan bukti selanjutnya


dibandingkan dengan tolok ukur yang dapat berupa target, standar, capaian tahun‐
tahun sebelumnya, rata‐rata capaian kinerja organisasi sejenis lainnya, atau data
pembanding lainnya yang sesuai (benchmark atau best practices). Hasil
pembandingan tersebut merupakan kesenjangan (gap) antara realisasi capaian
kinerja dengan tolok ukurnya. Data gap tersebut selanjutnya digunakan sebagai
dasar analisis dan pengujian rinci untuk mencari penyebab hakiki terjadinya gap dan
solusi perbaikannya sebagaimana akan diuraikan pada tahap berikut ini.

c. Pengembangan temuan dan rekomendasi

Langkah selanjutnya setelah diperoleh data kesenjangan (gap) antara tingkat


capaian kinerja dengan tolok ukur yang digunakan adalah menetapkan kinerja
bagian mana yang menunjukkan capaian yang jauh lebih rendah dari tolok ukurnya.
Berdasarkan data tersebut, auditor mengumpulkan informasi detail/rinci, sehingga
dapat diperoleh faktor penyebab hakiki dari penyimpangan/gap tersebut. Hipotesis

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


11
awal yang muncul pada fase pengujian sistem pengendalian intern akan diuji dan
bila perlu dimodifikasi setelah informasi baru diperoleh dan diuji.

Selama pelaksanaan fase ini, harus difokuskan pada hasil atau “focus on
results”. Perolehan informasi dipandu oleh program pengujian yang memungkinkan
tim auditor untuk memahami bagaimana setiap pekerjaan pengujian berhubungan
dengan hasil yang diharapkan.

Audit rinci ini dapat mengarah pada beberapa atau seluruh sasaran berikut.

1) Ketepatan waktu, kualitas dan efisiensi.

2) Keandalan dan integritas sistem dan prosedur.

3) Pengendalian intern dan akuntabilitas.

4) Perlindungan terhadap aset‐aset publik.

5) Kepatuhan pada peraturan, kebijakan dan prosedur.

6) Efektivitas layanan publik atau program/kegiatan.

Langkah‐langkah pengujian terinci meliputi, sebagai berikut.

1) Mengembangkan sasaran/tujuan pengujian.

2) Menentukan ruang lingkup.

3) Mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi (bukti).

4) Menetapkan faktor utama penyebab kesenjangan antara capaian kinerja


dengan tolok ukurnya.

5) Membuat simpulan dan mendokumentasikan hasil audit.

Setelah dilakukan pengujian, pengumpulan bukti, evaluasi bukti, dan menyusun


simpulan, auditor internal harus menyusun temuan (observation/finding). Temuan
hasil audit merupakan dokumen yang berisikan temuan penting yang dihasilkan
selama pelaksanaan audit kinerja. Dokumen ini dibuat berdasarkan kertas kerja
audit. Temuan berpangkal tolak dari perbandingan kondisi (apa yang sebenarnya
terjadi) dengan kriteria (apa yang seharusnya terjadi), mengungkap akibat yang
ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan kriteria tersebut serta mencari
penyebabnya. Oleh karena itu, temuan hasil audit harus mengikuti kaidah

12
2014 |Pusdiklatwas BPKP
penyusunan temuan audit, yaitu harus memiliki kelengkapan unsur‐unsur temuan
berupa:

1) kondisi (“fakta yang ada”),

2) kriteria (“apa yang seharusnya”),

3) sebab (“mengapa terdapat deviasi antara kondisi dengan kriteria”),

4) dampak (“apa konsekuensi dari kondisi yang tidak sesuai kriteria”),

5) tanggapan auditan yang diperoleh secara tertulis terhadap kondisi, sebab, dan
atau dampak;

6) rekomendasi auditor, sebagai sesuatu yang perlu dilakukan untuk


menghilangkan atau mengurangi penyebab, akan disampaikan baik secara
lisan maupun tertulis kepada auditan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan rekomendasi:

1) Auditor harus memasukan rekomendasi untuk mengarahkan tindakan koreksi


terhadap kelemahan kinerja.

2) Rekomendasi tersebut harus dinyatakan dalam arti yang luas terhadap apa
yang perlu dilakukan dengan rincian yang cukup agar auditan lebih praktis
menerapkannya.

3) Biaya untuk mengimplementasikan rekomendasi tidak melebihi manfaat yang


akan diperolehnya.

4) Bila terdapat beberapa alternatif rekomendasi terkait dengan biaya, harus


diusulkan dan disepakati oleh auditan.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


13
3. PELAPORAN

a. Penyampaian Simpulan Sementara

Konsep temuan yang telah disusun oleh tim audit disampaikan kepada pimpinan
auditan untuk dibahas dan diberikan komentar/tanggapan. Komentar/tanggapan
auditan tersebut kemudian didokumentasikan dan dianalisis. Apabila auditan tidak
setuju dengan temuan hasil audit tersebut, maka alasan tidak setuju tersebut harus
juga dianalisis. Terhadap temuan yang tidak disetujui, apabila dari hasil analisis atas
tanggapan auditan beserta bukti‐bukti pendukungnya, tim audit menerima alasan
yang disampaikan, temuan tersebut dapat dihilangkan dari temuan hasil audit atau
memberi tanda silang (x) pada konsep temuan. Selanjutnya ketua tim atau
pengendali teknis audit bersama-sama dengan pimpinan auditan memparaf tiap
halaman temuan hasil audit. Apabila seluruh temuan audit telah disepakati oleh tim
dan auditan, ketua tim dan/atau pengendali teknis audit bersama-sama dengan
pimpinan auditan menandatangani halaman terakhir dari halaman temuan tersebut.

b. Penyusunan laporan

Konsep laporan disusun segera setelah pekerjaan lapangan selesai berlandaskan


fakta yang direkam dalam KKA, temuan hasil audit, dan hasil pembahasan temuan
hasil audit. Selanjutnya, konsep laporan direviu secara berjenjang mulai dari
pengendali teknis hingga pejabat yang berwenang untuk disetujui. Konsep
laporan yang telah diperbaiki dan disetujui oleh pimpinan APIP kemudian
disampaikan kepada bagian penggandaan untuk digandakan. Selanjutnya laporan
tersebut diberi nomor dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang untuk
didistribusikan kepada pihak‐pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Media dan sarana yang dapat digunakan oleh auditor selama proses
penyusunan laporan hasil audit adalah notisi audit, pembahasan akhir, konsep
laporan dan laporan final.

Dalam menentukan bentuk dan isi laporan, auditor harus menggunakan


pertimbangan profesional yang meliputi pertimbangan atas pengguna dan distribusi
laporan. Penggunaan tabel, grafik, dan slide yang ringkas perlu dipertimbangkan
dalam menyusun laporan untuk mendukung penyajian laporan yang bersifat formal.

14
2014 |Pusdiklatwas BPKP
c. Distribusi Laporan dan Monitoring Tindak Lanjut

Laporan final yang telah ditandatangani oleh penanggung jawab audit harus segera
diterbitkan. Kecepatan dan ketepatan waktu penerbitan laporan audit kinerja perlu
mendapat perhatian pimpinan APIP agar pemanfaatannya oleh para pihak yang
berkepentingan dapat optimal. Laporan harus didistribusikan secara cepat (tepat
waktu) kepada pejabat yang berkepentingan sehingga pejabat yang bertanggung
jawab dapat segera merespons atau mengambil tindakan perbaikan sesuai dengan
saran dan rekomendasi auditor. Pendistribusian laporan hasil audit beserta surat
pengantar (SP) disampaikan kepada pengelola dan penanggung jawab instansi yang
diperiksa dan pihak‐pihak yang berkepentingan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Semua dokumen dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan audit,
termasuk pelaporan hasil audit, harus dijaga kerahasiaan dan keamanannya.

Banyaknya manfaat pekerjaan audit bukan terletak pada temuan audit yang
dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi pada penyelesaian secara efektif
atas temuan audit dan rekomendasinya. Kinerja instansi pemerintah diharapkan
dapat meningkat melalui penerapan rekomendasi atau action plan yang
dikemukakan dalam laporan hasil audit kinerja (LHAK). Untuk itu dibutuhkan suatu
pendekatan yang konsisten dan sistematis dalam hal menindaklanjuti hasil audit
kinerja. Proses tindak lanjut umumnya akan dilaksanakan bila manfaat atau dampak
dari kegiatan tindak lanjut tersebut diharapkan sebanding dengan biayanya.

Untuk menjamin pelaksanaan tindak lanjut yang efektif, diperlukan pemantauan


tindak lanjut. Pemantauan tidak lanjut hasil audit bertujuan untuk:

1) meningkatkan efektivitas laporan hasil audit;

2) membantu pihak pemerintah dan lembaga pembuat laporan dalam


penyempurnaan peraturan;

3) menyediakan umpan balik kepada auditor, APIP dan pemerintah tentang


efektivitas audit kinerja;

4) memantau tindakan perbaikan yang telah dilakukan oleh manajemen, serta


hasil dan pengaruhnya bagi entitas yang diperiksa; dan

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


15
5) memastikan bahwa temuan yang diperoleh dalam audit sebelumnya tidak
dijumpai lagi dalam audit yang sedang dilaksanakan.

Auditor harus mengikuti pelaksanaan tindak lanjut terhadap temuan audit yang
signifikan beserta rekomendasinya dari audit yang terdahulu, yang dapat
mempengaruhi tujuan audit. Hal tersebut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan telah dilakukan oleh pihak yang diaudit secara memadai dan tepat waktu.
Laporan audit harus mengungkapkan status temuan audit yang signifikan beserta
rekomendasinya yang belum diperbaiki dan mempengaruhi tujuan audit.

Pemantauan tindak lanjut dapat dilakukan dalam tiga bentuk kegiatan sebagai
berikut.

1) Korespondensi

Penyampaian laporan hasil audit kinerja kepada auditan disertai permintaan


untuk menyampaikan informasi berupa surat mengenai langkah‐langkah
perbaikan yang telah diambil oleh auditan untuk menindaklanjuti rekomendasi
auditor. Setelah jangka waktu tertentu belum ada tanggapan, disampaikan
surat susulan untuk menanyakan sampai seberapa jauh auditan telah
melaksanakan atau menindaklanjuti hasil audit terdahulu. Bila belum ada
tanggapan tertulis, maka pimpinan lembaga pemeriksa (APIP) akan
menyampaikan surat kepada atasan langsung dari pejabat instansi yang
diaudit (Presiden/menteri/kepala LPND/kepala daerah).

Jika ada respon tindak lanjut yang dilakukan oleh auditan melalui surat, tim
audit/bagian pemantauan tindak lanjut dapat menuangkannya dalam formulir
laporan tindak lanjut temuan audit.

2) Follow-up Meeting

Rapat pembahasan tindak lanjut adalah suatu forum resmi yang diadakan
secara berkala antara lembaga pemeriksa (APIP) dan instansi yang diperiksa
untuk memantau apakah tindak lanjut atas saran dan rekomendasi yang
dimuat dalam LHAK telah dilaksanakan secara memadai.

16
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Rapat pembahasan dapat merupakan inisiatif dari tim pemantauan tindak
lanjut yang dimiliki lembaga pemeriksa (APIP). Hasil pemantauannya
dituangkan dalam laporan pemantauan tindak lanjut temuan audit yang dibuat
oleh tim pemantauan tindak lanjut.

3) Follow-up Audit

Audit tindak lanjut merupakan audit yang dilakukan terhadap


saran/rekomendasi yang material dan belum selesai atau belum ditindak
lanjuti dalam jangka waktu tertentu sampai dengan saat audit berikutnya pada
entitas yang bersangkutan. Selain itu, auditor harus menentukan apakah
terdapat temuan‐temuan yang sifatnya berulang. Sebagaimana dengan audit
lainnya, suatu perencanaan audit harus dipersiapkan termasuk audit lapangan
dan penerbitan laporan khusus tindak lanjut.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


17
18
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Kasus 1
PENUGASAN AUDIT KINERJA

Baca secara seksama Berikut adalah beberapa penugasan kepada auditor dan tujuannya.
kasus/informasi yang
ada pada kolom di
samping. No. Uraian Kegiatan Cakupan/Tujuan Audit

Tugas anda adalah 1. Audit independen  Menilai kewajaran penyajian


menentukan/memilih dukungan atas Laporan laporan keuangan program,
mana yang Keuangan Program efektivitas sistem pengendalian
merupakan Nasional Pemberdayaan intern program, kinerja program,
penugasan audit
kinerja dan berikan
Masyarakat (PNPM) serta ketaatan terhadap
alasannya. Mandiri Perdesaan ketentuan program.
Kabupaten “K” Tahun
Tugas dikerjakan anggaran yang berakhir
secara berkelompok pada Tanggal 31
(4-5 orang) dalam Desember 2008.
lembar kerja yang
telah disediakan. 2. Audit atas Program  Menilai keberhasilan instansi
Bantuan Langsung Tunai terkait dalam melaksanakan atau
Tahun 2008 pada Kota menyelenggarakan penyaluran
“X” di Provinsi “Y”. BLT dalam rangka kompensasi
pengurangan subsidi BBM.
 Menjaring permasalahan yang
terjadi dalam pelaksanaan atau
penyelenggaraan penyaluran BLT
dan memberikan rekomendasi
jika dijumpai kelemahan dalam
kaitannya dengan peningkatan
efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan program.

3. Verifikasi atas  Meyakini jumlah tunggakan


Tunggakan Pembayaran pembayaran PNPM Mandiri
PNPM Mandiri Perkotaan pada SNVT PBL
Perkotaan Provinsi “B” Provinsi “B” Tahun Anggaran
Tahun 2008. 2008 yang dianggarkan
pembayarannya pada Revisi
DIPA ke I Tahun Anggaran 2009.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


19
No. Uraian Kegiatan Cakupan/Tujuan Audit

4. Audit atas Program  Meyakinkan bahwa manajemen


Jaminan Kesehatan kepesertaan program
Masyarakat Jamkesmas sesuai dengan
(Jamkesmas) Pada RSUD ketentuan yang berlaku;
ABC Kota “X” s/d 31
 Menyakinkan bahwa pelayanan
Agustus 2008.
kesehatan di PPK Tingkat
Lanjutan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
 Meyakinkan bahwa pendanaan
di PPK Tingkat Lanjutan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
 Meyakinkan bahwa komite
medis/satuan pengawas
intern/tim pengendali
Jamkesmas RS melakukan
pengendalian atas pelaksanaan
program Jamkesmas.

5. Reviu Pedoman Memberikan masukan dan saran


Pengadaan Barang dan kepada Tim Penyusun Pedoman
Jasa pada BUMD “X” Pengadaan Barang dan Jasa pada
Kabupaten “Y”. BUMD “X” Kabupaten “Y”.

20
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


21
22
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Kasus 2
TAHAPAN AUDIT KINERJA

Baca secara seksama Berikut adalah tahapan audit kinerja yang disajikan secara acak.
kasus/informasi yang
ada pada kolom di
1. PERENCANAAN
samping.
a. Pemahaman auditi.
Pada kasus tersebut,
terdapat beberapa
b. Penyusunan program audit.
tahapan yang
ditempuh oleh auditor c. Penyusunan rencana pengujian.
dalam melaksanakan
audit kinerja. d. Penetapan tujuan dan lingkup penugasan.
Tugas anda adalah e. Evaluasi pengendalian.
mengurutkan
tahapan audit kinerja f. Identifikasi dan penilaian risiko.
tersebut. Selanjutnya
setiap kelompok g. Identifikasi pengendalian kunci.
memilih dua sub
tahapan dan h. Pengalokasian sumber daya.
menjelaskan contoh
data/informasi yang
harus diperoleh pada
2. PELAKSANAAN
tahapan tersebut.
a. Pengembangan temuan dan rekomendasi.
Tugas dikerjakan
b. Pengujian dan pengumpulan bukti.
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam c. Evaluasi bukti dan pengambilan kesimpulan.
lembar kerja yang
telah disediakan.
3. PELAPORAN

a. Penyusunan laporan.

b. Penyampaian simpulan sementara.

c. Monitoring tindak lanjut.

d. Distribusi laporan.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


23
24
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________
____________________________________________________

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


25
26
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Kasus 3
PENGUJIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Baca secara seksama Anda sedang melakukan tugas audit kineja pada Dinas Tata Ruang dan
kasus yang ada pada
kolom di samping.
Tata Bangunan di pemerintah daerah tempat anda bertugas. Saat ini
anda sedang melakukan pengujian atas kecukupan indikator kinerja
Kasus ini tentang
prosedur pelayanan utama dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (untuk kepentingan
IMB pada suatu dinas. pelatihan, kegiatan yang diperiksa adalah terkait pelayanan IMB).
Dalam kasus ini
digambarkan tentang
Dari dokumen rencana kerja dan penetapan kinerja yang dimiliki auditan,
informasi yang telah
diperoleh auditor diketahui indikator kinerja utama dan target dari kegiatan pelayanan IMB
terkait indikator untuk periode yang diaudit adalah sebagai berikut.
kinerja yang
digunakan auditan
untuk mengukur
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
sasarannya.

Tugas anda adalah 1. Meningkatnya ketepatan % penerbitan IMB yang sesuai


waktu penerbitan IMB standar waktu layanan
1. Melakukan
penilaian 2. Meningkatnya kepastian Jumlah perubahan/revisi atas
kecukupan hukum atas tata ruang dan RUTR /W
indikator kinerja wilayah
tersebut dari segi
spesifik, dapat 3. Meningkatnya % Retribusi IMB yang akurat
diukur, relevan,
pajak/retribusi daerah atas
dan komprehensif.
layanan IMB
2. Dari indikator
kinerja utama 4. Meningkatnya akurasi % IMB yang tepat sesuai pemilik
tersebut, pemberian layanan IMB yang seharusnya
indentifikasi
indikator yang 5. Meningkatnya kemampuan Jumlah pegawai yang telah
dapat dijadikan dan profesionalitas pegawai mengikuti pelatihan sesuai yang
alat ukur efisiensi dipersyaratkan
pelaksanaan
kegiatan dan 6. Ketepatan sumberdaya dan Pengadaan sarana sesuai
indikator yang
sarana kegiatan pelayanan dengan kebutuhannya
dapat dapat
dijadikan alat ukur IMB
efektivitas
pelaksanaan 7. Meningkatnya kemudahan Indeks Kepuasan masyarakat
kegiatan. Apabila masyarakat memperoleh
menurut anda ada informasi tata kota
indikator kinerja

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


27
utama lainnya
yang memenuhi
syarat SMART,
silahkan
ditambahkan.

Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.

28
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

Indikator
No. Sasaran Spesifik Dapat diukur Relevan Komprehensif
Kinerja
a) b) c) d) e) f)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Petunjuk pengisian lembar kerja penyelesaian kasus:

a) Diisi dengan pernyataan sasaran dari informasi yang tersedia dari kasus tersebut
di atas
b) Diisi dengan pernyataan indikator kinerja dari informasi yang tersedia dari kasus
tersebut di atas
c) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
d) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
e) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya
f) Diisi jawaban Ya atau Tidak disertai argumentasinya

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


29
30
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
31
Kasus 4
IDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN

Baca secara seksama Setelah auditor telah memperoleh pemahaman tentang auditan
kasus yang ada pada
kolom di samping.
termasuk menilai kecukupan indikator kinerja (pada kasus 3), langkah
selanjutnya adalah melakukan identifikasi risiko atas pencapaian
Kasus ini masih
membahas tentang indikator kinerja utama. Tahap identifikasi risiko adalah membuat suatu
prosedur pelayanan register risiko yang terdiri dari uraian risiko, penyebab dan dampak dari
IMB pada suatu dinas.
risiko tersebut. Penyebab tersebut sangat berguna dalam menentukan
Tugas anda adalah kegiatan pengendalian (control activity) yang diperlukan untuk

1. Identifikasi risiko mengurangi terjadinya suatu risiko.


di Dinas Tata
Ruang dan Tata Untuk kasus berikut ini, anda masih menggunakan informasi yang
Bangunan
tersedia pada kasus 3 tentang “Pengujian Indikator Kinerja Utama”.
tersebut di
samping. Disamping informasi yang tersedia pada kasus 3, terdapat tambahan
informasi yang diperoleh selama audit sebagai berikut.
2. Identifikasi
tinggi-rendahnya
risiko bawaan Proses pelayanan IMB yang dilakukan pada Dinas Tata Ruang dan Tata
untuk risiko Bangunan dapat digambarkan sebagai berikut.
tersebut pada
butir 1 ditinjau
dari
kemungkinan
terjadinya dan
dampak dari
risiko tersebut
terhadap kinerja
organisasi.

Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.

Penjelasan proses yang tergambar dalam bagan tersebut adalah sebagai


berikut.

32
2014 |Pusdiklatwas BPKP
1. Penerimaan 2. Pemeriksaan
berkas IMB gambar rencana &
peninjauan lapangan
3. Perhitungan 4. Pemberian No.
Ret. /SKR Reg.
5. Pemetaan & 6. Pembuatan
Situasi Konsep IMB/pengetikan
7. Pemeriksaan PIMB 8. Pemeriksaan
berkas
9. Penandatanganan 10. Penomoran Kep.
IMB IMB
11. Pencatatan / Dok. 12. Penyerahan IMB
IMB

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


33
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

Simpulan
No. Uraian Risiko
Kemungkinan Dampak
terjadinya

1.

2.

3.

34
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
35
Kasus 5
PENILAIAN RISIKO

Baca secara seksama Setelah berhasil mengidentifikasi risiko (pada kasus 4), selanjutnya
kasus yang ada pada
kolom di samping.
sebagai auditor anda diharapkan dapat membantu manajemen/
pimpinan dinas melakukan penilaian risiko yang meliputi penentuan
Kasus ini tentang tata
cara penilaian risiko. besarnya probabilitas keterjadian dan besarnya dampak dari risiko,
sehingga dapat dinilai besar risiko (perkalian antara probabilitas dan
Tugas anda adalah
menentukan nilai dampak). Hasil penilaian risiko ini akan digunakan untuk membuat
masing-masing risiko prioritas pemeriksaan, nilai risiko terbesar dapat menjadi prioritas
yang telah
diidentifikasi pada
tertinggi bagi auditor dalam melakukan audit rinci.
kasus 4 dengan
memperhatikan Dalam melakukan penilaian risiko ini, anda sebagai auditor harus
fakta-fakta terkait memperhatikan sasaran strategis Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan
risiko tersebut dan
kriteria risiko yang dalam pelayanan IMB dan indikator kinerja utamanya pada kasus 3 dan
tersedia, lalu letakkan fakta-fakta serta risiko yang telah teridentifikasi pada kasus 4.
tiap risiko pada kasus
4 (a,b,c,d,dan e)
sebagai titik dalam Sebagai informasi tambahan, berdasarkan hasil wawancara dengan
diagram sederhana pihak-pihak terkait dalam Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan,
seperti pada lembar
kerja penyelesaian diperoleh keterangan sebagai berikut.
kasus.
a. Berkas permohonan kadang tidak lengkap. Sebagai contoh, bukti
Tugas dikerjakan
pembayaran PBB, ataupun perhitungan rencana gambar meski
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam tidak dilampirkan dalam berkas namun tetap diproses oleh petugas,
lembar kerja yang
dengan alasan berkas akan segera disusulkan. Namun demikian,
telah disediakan.
seringkali sampai dengan proses akhir berkas tersebut tidak
diserahkan kepada petugas. Hal itu mengakibatkan beberapa IMB
tidak sesuai dengan pemilik yang seharusnya. Kejadian tersebut
terjadi beberapa kali namun tidak terlalu sering.

b. Demikian juga gambar rencana, kebanyakan pemohon (lebih dari


50%) melampirkan gambar rencana yang tidak benar. Pemohon
hanya melampirkan gambar sketsa dari rencana bangunan dan
seringkali tidak dapat dipastikan ukurannya. Hal itu dapat
mengakibatkan tidak tepatnya pengenaan tarif/IMB sehingga

36
2014 |Pusdiklatwas BPKP
berpotensi mengurangi retribusi secara signifikan.

c. Permasalahan di atas menjadi salah satu penyebab seringnya


terjadi kesalahan penetapan tarif atas IMB. Hal itu berdampak pada
berkurangnya potensi penerimaan retribusi secara signifikan.

d. Keterbatasan petugas baik dari segi jumlah maupun kemampuan


teknis serta tidak tertibnya pemohon dalam memberikan berkas,
terkadang membuat proses pelayanan menjadi terlambat.
Akibatnya tingkat pelayanan menurun dan dapat berdampak pada
reputasi dinas. Meskipun demikian kejadian keterlambatan
tersebut hanya sebagian kecil dari seluruh permohonan IMB.

e. Pengadaan formulir dan perlengkapan pengurusan IMB


dilaksanakan setiap tahun melalui panitia pengadaan yang belum
mempunyai sertifikasi pengadaan barang/jasa. Selama ini, Dinas
belum pernah melakukan evaluasi mengenai kewajaran harga
maupun kebutuhan bahan yang sesungguhnya.

Disamping informasi tersebut di atas, pimpinan Dinas Tata Ruang Dan


Tata Bangunan dengan bantuan auditor telah menetapkan kriteria skala
kemungkinan terjadinya dan dampak dari risiko sebagai berikut.

Kriteria
No Definisi Kriteria Kemungkinan Skala Nilai
Kemungkinan

Kecil kemungkinan tetapi tidak


diabaikan
Probabilitas rendah, tetapi lebih besar
1 Jarang Sekali 1
dari pada nol
Mungkin terjadi sekali dalam 25
tahun
Probabilitas kurang dari pada 50%,
2 Jarang tetapi masih cukup tinggi 2
Mungkin terjadisekali dalam 10 tahun
Mungkin tidak terjadi atau peluang
50/50
3 Sering 3
Mungkin terjadi kira-kira sekali dalam
setahun

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


37
Kriteria
No Definisi Kriteria Kemungkinan Skala Nilai
Kemungkinan

Kemungkinan terjadi > 50%


4 Sangat Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam 4
setahun

Kriteria
No Definisi Kriteria Dampak Skala Nilai
Dampak
Tidak cukup mengganggu jalannya
pelayanan
Menimbulkan kerusakan kecil
Kerugian sampai Rp.50.000.000,-
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan namun tidak lebih
Rendah
1 dari Rp.100.000.000,- 1
Sekali
Menggangu pencapaian tujuan
organisasi meskipun tidak signifikan
Tidak berdampak pada pandangan
negatif terhadap institusi
Adanya kerusakan kecil terhadap
lingkungan
Mengganggu kegiatan pelayanan secara
signifikan sampai dengan 2 hari.
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan yang serius
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.50.000.000,- sampai
Rp.500.000.000,-
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan lebih dari Rp
2 Rendah 2
100.000.000,00 namun tidak lebih dari
Rp.500.000.000,-
Menggangu pencapaian tujuan
organisasi secara signifikan
Berdampak pada pandangan negatif
terhadap institusi dalam skala lokal
(masuk dalam pemberitaan media lokal)
Adanya kerusakan cukup besar
terhadap lingkungan

38
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Kriteria
No Definisi Kriteria Dampak Skala Nilai
Dampak
Terganggunya pelayanan lebih dari 2
hari tetapi kurang dari 1 minggu
Adanya kekerasan, ancaman dan
menimbulkan kerusakan yang serius
dan membutuhkan perbaikan yang
cukup lama
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.500.000.000,- sampai
Rp.1.000.000.000,-
3 Tinggi Terjadi penambahan anggaran yang 3
tidak diprogramkan namun tidak lebih
dari Rp.1.000.000.000,-
Sebagian tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala
nasional (telah masuk dalam
pemberitaan media lokal dan nasional)
Adanya kerusakan besar terhadap
lingkungan
Terganggunya pelayanan lebih dari 1
minggu
Kerusakan fatal
Kerugian yang terjadi diatas
Rp.1.000.000.000,-
Terjadi penambahan anggaran yang
tidak diprogramkan namun tidak lebih
4 Tinggi Sekali dari Rp.2.000.000.000,- 4
Sebagian besar tujuan organisasi gagal
dilaksanakan
Merusak citra institusi dalam skala
nasional, penggantian pucuk pimpinan
instansi secara mendadak
Terjadinya KKN dan diproses secara
hukum

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


39
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

Penilaian Risiko
No. Risiko Kemungkinan Dampak Nilai Risiko
keterjadian
a) b) c) d)

1.

2.

3.

4.

5.

Petunjuk pengisian lembar kerja penyelesaian kasus:

a) Diisi dengan kemungkinan potensi (risiko) yg dimiliki


b) Diisi dengan nilai (angka) kemungkinan keterjadian
c) Diisi dengan nilai (angka) dampak
d) Diisi dengan nilai (angka) risiko

40
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

3
K
e
m
u
n
g 2
k
i
n
a
n
1

1 2 3 4

Dampak

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


41
Kasus 6
PENENTUAN PENGENDALIAN KUNCI (KEY
CONTROL)

Baca secara seksama Setelah anda (auditor) mengetahui nilai masing-masing risiko dalam
kasus yang ada pada
kolom di samping.
pencapaian kinerja Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (pada kasus 5),
berikutnya anda perlu mengidentifikasi/menentukan pengendalian kunci
Kasus ini tentang
penentuan (key control) untuk meminimalisir dampak risiko tersebut. Untuk
pengendalian kunci keperluan penyelesaian kasus ini, anda diminta merujuk kembali
dan rincian
informasi dan hasil penyelesaian kasus pada kasus 3, 4, dan 5.
pengujiannya.

Tugas anda adalah Berikut di bawah ini merupakan tambahan informasi lainnya mengenai
menentukan
kegiatan pengendalian pelayanan IMB yang telah ditetapkan dalam
pengendalian kunci
pada masing-masing prosedur kegiatan baku/standard operating procedure (SOP) Dinas Tata
risiko yang ada. Ruang Dan Tata Bangunan.
Risiko diurutkan
sesuai dengan
prioritas risiko (pada 1. Pemohon mengambil formulir permohonan IMB di kantor
kasus sebelumnya). suku dinas terdekat.
Tugas dikerjakan
secara berkelompok 2. Pemohon mengisi formulir tersebut dan menandatanganinya
(4-5 orang) dalam yang diketahui oleh lurah dan camat setempat.
lembar kerja yang
telah disediakan.
3. Formulir diserahkan di loket pelayanan IMB dengan
dilengkapi dokumen sebagai berikut.

a. Keterangan Rencana Kota (KRK) Asli.

b. Fotokopi surat-surat penguasaan tanah yang sah


(menunjukkan asli atau fotokopi yang dilegalisir oleh pejabat
yang berwenang).

c. Bila tanah bukan miliknya sendiri dilampiri surat pernyataan


tidak keberatan dari pemilik tanah dan ditandatangani di atas
meterai cukup.

d. Fotokopi KTP pemohon dan/atau pemilik tanah.

42
2014 |Pusdiklatwas BPKP
e. Fotokopi pembayaran PBB tahun terakhir atau keterangan dari
instansi yang berwenang apabila tidak terkena PBB.

f. Bila pemohon merupakan badan hukum dilampiri fotokopi akta


pendirian badan hukum (PT,CV,Firma, Yayasan,dll).

g. Gambar teknis rencana bangunan meliputi: denah, tampak 2


sisi, 2 potongan, rencana atap, rencana pondasi, dan sumur
resapan .

h. Perhitungan konstruksi (lengkap dengan gambar-gambarnya)


dilengkapi fotokopi ijasah dan KTP penanggung jawab serta
surat pernyataan pertanggungjawaban yang ditandatangani di
atas meterai cukup, apabila:

- bangunan berlantai 2 atau lebih

- bangunan dengan konstruksi bentang atap lebih dari 10m.

i. Penyelidikan tanah untuk bangunan berlantai 3 atau lebih.

j. Surat pernyataan ditandatangani di atas meterai cukup.

k. Dokumen lain yang disyaratkan sesuai ketentuan yang berlaku:

- Kajian lingkungan (SPPL/UKL-UPL/AMDAL)

- Rekomendasi ketinggian bangunan dari instansi teknis yang


berwenang

- Persetujuan prinsip dari walikota untuk pembangunan


tempat ibadah serta bangunan lain sesuai ketentuan yang
berlaku

- Rekomendasi instalasi pencegah bahaya kebakaran untuk


bangunan berlantai 4 atau lebih

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


43
4. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap dan benar, berkas
permohonan diagendakan dan kepada pemohon diberikan arsip
permohonan.

5. Dilaksanakan proses pengukuran dan cek lapangan.

6. Dilakukan penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif


Perda sesuai klasifikasi, fungsi, dan luas bangungan.

7. Berkas permohonan selanjutnya diproses oleh suku dinas


yang bersangkutan mulai dari pemetaan sampai dengan pencatatan/
dokumentasi IMB untuk diserahkan kepada pemohon.

8. Apabila IMB telah diterbitkan, pemohon akan diberitahu dan


selanjutnya bisa diambil di loket pengambilan dengan menunjukkan
tanda lunas pembayaran retribusi dari loket pembayaran atau kas
daerah.

9. Standar waktu pelayanan pemberian ijin adalah 14 hari kerja.

10. Pengadaan formulir/perlengkapan lainnya dilakukan evaluasi


kebutuhan setap tahunnya.

11. Mengikutkan diklat pengadaan barang dan jasa bagi pegawai


yang terkait pengadaan.

44
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
45
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

No. Risiko Kegiatan Pengendalian

a) b) c)

Diisi dengan Risiko (sesuai urutan nilai risiko Diisi dengan butir pengendalian yang dimiliki
dimulai dari risiko tertinggi) auditan

1.

2.

3.

4.

46
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
47
Kasus 7
EVALUASI KECUKUPAN DESAIN
PENGENDALIAN

Baca secara seksama Setelah pengendalian kunci (key control) ditentukan, langkah selanjutnya
kasus yang ada pada
kolom di samping.
yang harus dilakukan auditor adalah menyusun rencana pengujian (audit
program) dan melaksanakan pengujian pengendalian. Untuk kepentingan
Kasus ini tentang
informasi yang telah pelatihan, diasumsikan ketua tim audit telah menyusun audit program
diperoleh auditor dan mengalokasikan sumber daya.
terkait pengujian
efektivitas
Salah satu prosedur pengendalian yang dimiliki oleh Dinas Tata Ruang
pengendalian
khususnya dalam dan Tata Bangunan (lihat butir 6 Kasus 6) adalah penetapan besaran
penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai klasifikasi, fungsi dan luas
retribusi.
bangunan. Prosedur pengendalian ini dimaksudkan untuk mengurangi
Tugas anda adalah risiko ketidakakuratan dalam penentuan besarnya retribusi IMB. Adapun
menuangkan
simpulan atas hasil prosedur penetapan besaran retribusi dimaksud adalah sebagai berikut.
evaluasi pengendalian
penetapan besaran 1. Berdasarkan berkas yang diterima dari seksi registrasi, petugas pada
retribusi tersebut
dalam kertas kerja seksi teknik dan bangunan mengidentifikasi apakah permohonan
audit. yang diajukan merupakan lingkup kegiatan pembinaan
Tugas dikerjakan penyelenggaraan bangunan gedung (pembangunan baru,
secara berkelompok rehabilitasi/renovasi dan pelestarian/pemugaran) atau administrasi
(4-5 orang) dalam
lembar kerja yang IMB (pemecahan dokumen IMB, pembuatan duplikat, pemutakhiran
telah disediakan. data dan/atau perubahan non teknis lainnya).

2. Selanjutnya petugas menetapkan lingkup item komponen retribusi


sesuai permohonan yang diajukan dan menetapkan volume/besaran
kegiatan, indeks, harga satuan retribusi untuk bangunan gedung dan
untuk prasarana bangunan gedung.

3. Berdasarkan hasil penetapan tersebut di atas, petugas menghitung


besarnya retribusi menggunakan rumus yang telah ditetapkan dalam
Perda.

4. Tingkat penggunaan jasa atas pemberian layanan perizinan IMB

48
2014 |Pusdiklatwas BPKP
menggunakan indeks berdasarkan fungsi, klasifikasi dan waktu
penggunaan bangunan gedung serta indeks untuk prasarana
bangunan gedung sebagai tingkat intensitas penggunaan jasa dalam
proses perizinan.

Anda mendapatkan tugas untuk mengevaluasi kecukupan desain


pengendalian atas keakuratan perhitungan besarnya retribusi dengan
memperhatikan informasi dari hasil wawancara pada kasus 5.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


49
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

KERTAS KERJA AUDIT

Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..


Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………

Isi Kertas Kerja :

Simpulan Kerta Kerja :

Terhadap kecukupan pengendalian :

50
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
51
Kasus 8
PENYUSUNAN RENCANA PENGUJIAN

Baca secara seksama Sebelum melakukan pengujian pengendalian intern, auditor harus
kasus yang ada pada
kolom di samping.
menyusun rencana pengujian agar pengalokasian sumber daya dan
pelaksanaan pengujian dapat lebih terarah.
Kasus ini tentang
rincian pengujian
Berbekal hasil identifikasi pengendalian kunci pada kasus 6, tentukan
atas pengendalian
kunci. rencana pengujian yang akan dilakukan terhadap setiap pengendalian
kunci yang telah tertuang dalam kertas kerja kasus 6 tersebut.
Tugas anda adalah
menentukan rencana
pengujian terhadap
pengendalian kunci
yang telah
teridentifikasi pada
kasus 6.

Tugas dikerjakan
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam
lembar kerja yang
telah disediakan.

52
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
53
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

Rencana Pengujian
No. Risiko
Kegiatan Wawancara Pemeriksaan Pengamatan
Pengendalian Dokumen

a) b) c) d) e)

Diisi dengan Diisi dengan butir Diisi dengan isi Diisi dengan Diisi dengan isi
Risiko (sesuai pengendalian daftar nama dokumen apa yang
urutan nilai risiko yang dimiliki pertanyaan dan yg diperiksa serta diamati.
dimulai dari auditan siapa teknik audit yg
risiko tertinggi) respondennya. digunakan.

1.

2.

3.

4.

54
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
55
Kasus 9
PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN
IMB

Baca secara seksama Berdasarkan hasil evaluasi pengendalian dan rencana yang telah disusun,
kasus yang ada pada
kolom di samping.
tim melakukan pengujian pengendalian. Pada kasus ini, tim akan
melakukan pengujian dokumen untuk mengetahui efektivitas
Kasus ini tentang
informasi yang telah pengendalian penetapan besaran retribusi IMB. Selain itu, hal ini juga
diperoleh auditor dimaksudkan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya risiko sisa
terkait pengujian
(residual risk) dan besarannya. Untuk kepentingan pelatihan,
efektivitas
pengendalian diasumsikan ketua tim audit telah menyusun audit program dan
khususnya dalam
mengalokasikan sumber daya.
penetapan besaran
retribusi.
Diketahui bahwa salah satu prosedur pengendalian yang dimiliki oleh
Tugas anda adalah Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (lihat butir 6 Kasus 6) adalah
menuangkan
simpulan atas hasil penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai klasifikasi,
pemeriksaan fungsi dan luas bangunan. Prosedur pengendalian ini dimaksudkan untuk
dokumen tentang
efektivitas mengurangi risiko ketidakakuratan retribusi IMB.
pengendalian
penetapan besaran Anda mendapatkan tugas untuk menguji pengendalian atas keakuratan
retribusi tersebut
dalam kertas kerja perhitungan besarnya retribusi. Dari hasil pemeriksaan berkas
audit. permohonan IMB dan dokumen perhitungan retribusi secara uji petik
Tugas dikerjakan terhadap 50 orang pemohon, diperoleh data sebagai berikut.
secara berkelompok Kesesuaian Penentuan
(4-5 orang) dalam
lembar kerja yang No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
telah disediakan. Bangunan Bangunan Bangunan
1 Suhanda √ x √
2 Maryono √ √ √
3 Rosyid √ √ √
4 Mega √ √ √
5 Supendi √ x √
6 Poniem √ √ √
7 Napsiah √ √ √

56
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
8 Saperih √ √ √
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
9 Memed √ √ √
10 Baan X x √
11 Bustami √ √ √
12 Sunaryah X √ √
13 Sanusi √ √ √
14 CV Raih Jewel √ √ √
15 Mira Santika √ √ √
16 Nenden Siti Rodiah √ √ √
17 Novi Maryanti √ √ √
18 PT Traders Internetan √ √ √
Way
19 Nurul Fitriyanti √ √ √
20 Reni Siti Ropiah √ √ √
21 Rima Hadiyanti √ √ √
22 Rini Suherni √ √ √
23 Risma Riyanti √ √ √
24 Siska Meldiyana X √ x
25 Sati Mariah √ √ √
26 Siti Mariam X x √
27 Sucia Puspita √ √ √
28 Tita Rosana √ √ √
29 Vera Mutiara √ √ x
30 Windi Fitriani √ √ √
31 Yola Indah Septiani √ x √
32 PT Perdana Sarana √ √ √
Agarana
33 Devi Hasanah √ √ √

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


57
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
34 Elsa Oktariani X x x
35 Enon Halimah √ √ √
36 Fitri Purwaganti X √ √
Kesesuaian Penentuan
No. Nama Pemohon Fungsi Klasifikasi Luas
Bangunan Bangunan Bangunan
37 Fitria Vinawati √ √ √
38 CV Gama Smarter √ x √
Kuminter
39 Isma Herawati √ √ √
40 Ngadiman √ x √
41 Supriyadi √ √ √
42 Madun √ √ √
43 Nurahman √ √ √
44 Hj Ijah X x √
45 Mat Nuh √ √ √
46 Ismail √ √ √
47 Jaelani X √ x
48 Karmen √ √ √
49 Shaleh √ √ √
50 Nandar √ x x

Cat:
√ = Sesuai
x = Tidak Sesuai

58
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
59
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

KERTAS KERJA AUDIT

Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..


Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………

Isi Kertas Kerja :

60
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Simpulan Kerta Kerja :

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Pengendalian :

Terhadap kecukupan pengendalian :

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


61
Kasus 10
HASIL PENGUJIAN DAN PENYUSUNAN
KESIMPULAN

Baca secara seksama Setelah melakukan tahapan-tahapan audit kinerja pada Dinas Tata Ruang
kasus yang ada pada
kolom di samping.
dan Tata Bangunan, anda (auditor) memperoleh hasil pengujian atas
efektivitas pengendalian terkait dengan pelaksanaan pelayanan IMB
Kasus ini tentang
informasi yang telah dengan ihtisar sebagai berikut.
diperoleh auditor
terkait pengujian a. Tidak ada penetapan standar kompetensi bagi pegawai yang
efektivitas melakukan pengukuran lapangan dan perhitungan retribusi IMB.
pengendalian dan gap
atas capaian kinerja.
b. Pegawai yang melakukan tugas pengukuran lapangan dan
Perhatikan angka perhitungan adalah pegawai baru dan supervisi atas pelaksanaan
capaian kinerja yang
belum sesuai
tugas oleh atasannya tidak dilakukan secara memadai.
targetnya (gap), hasil
pengujian efektivitas c. Standar waktu penyelesaian pemberian ijin adalah 14 hari kerja,
pengendalian. namun tidak ada standar waktu penyelesaian per tahapan kegiatan
Tugas anda adalah layanan.
menyusun kesimpulan
terhadap informasi d. Penetapan besaran retribusi berdasarkan tarif Perda sesuai
yang ada atas
beberapa gap kinerja
klasifikasi, volume, dan luas bangunan. Namun, belum didasarkan
tersebut dengan pada rekomendasi ketinggian bangunan dari instansi teknis yang
format sesuai lembar
berwenang.
kerja penyelesaian
kasus.
e. Sekitar 30% dari IMB yang diterbitkan tidak didukung dokumen
Tugas dikerjakan kepemilikan yang dipersyaratkan. Ada IMB atas tanah bukan
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam miliknya sendiri yang belum dilampiri surat pernyataan tidak
lembar kerja yang keberatan dari pemilik tanah dan ditandatangani di atas meterai
telah disediakan.
cukup dan fotocopy KTP pemohon dan/atau pemilik tanah.

f. Pengadaan sarana berupa formulir IMB selalu meningkat sebesar


20% tiap tahun, sementara kebutuhan berdasar data realisasi tiap
tahun meningkat hanya 10% per tahun.

Pengujian data beberapa capaian kinerja yang terkait menunjukkan hasil

62
2014 |Pusdiklatwas BPKP
sebagai berikut.

No. Indikator Kinerja Target Realisasi

1. % IMB yg tepat sesuai pemiliknya 100% 60%


2. % Retribusi IMB yang akurat 100% 70%
3. % IMB yg tepat waktu 100% 40%
4. Jumlah pegawai yang telah mengikuti 10 org 3 org
pelatihan sesuai yang dipersyaratkan
5. Pengadaan sarana sesuai kebutuhan 100% 80%
6. Jumlah keluhan pelayanan yang diterima 100 80

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


63
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

Risiko Pengendalian Prosedur Hasil Pengujian Simpulan


Pengujian

a b c d e

Risiko A  Pengendalian A  Prosedur A  Hasil Pengujian Gap capaian A


A terjadi tidak
 Pengendalian B  Prosedur B
efektif/tdak
 Hasil Pengujian
 Pengendalian C  Prosedur C efisien/tidak
B
ekonomis
 Hasil Pengujian karena……
C
Saran……..

Keterangan :

(a) Mengacu pada jawaban kasus 6


(b) Mengacu pada jawaban kasus 6
(c) Mengacu pada jawaban kasus 6
(d) Mengacu pada info soal kasus 7 dan 8
(e) Menyebutkan gap terkait kasus 7 dan 8, serta kesimpulan tidak efektif, tidak efisien/tidak ekonomis
dilengkapi penyebab dan rekomendasi.

64
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
65
Kasus 11
PENGUJIAN PENGENDALIAN PENGADAAN
BARANG/JASA

Baca secara seksama Dalam rangka pengujian prosedur pengendalian pengadaan formulir/
kasus yang ada pada
kolom di samping.
perlengkapan pengurusan IMB, anda telah meminta dokumen
penganggaran dan melakukan pengujian evaluasi kebutuhan.
Kasus ini tentang
informasi yang telah
Berdasar hasil wawancara dengan petugas pengadaan, selama ini belum
diperoleh auditor
terkait pengujian pernah dilakukan evaluasi atas kebutuhan pengadaan formulir
efektivitas
permohonan IMB.
pengendalian
pengadaan
formulir/perlengkapa Berdasarkan rekapitulasi data pemohon tiga tahun terakhir, diketahui
n pengurusan IMB. total pemohon sejak tahun 2011 sampai dengan 2013 bertutut-turut
Tugas anda adalah adalah sebanyak 310 orang, 340 orang, dan 365 orang.
menuangkan
simpulan atas hasil Berdasarkan data dokumen kontrak pengadaan formulir yang anda
pemeriksaan
dokumen tentang peroleh dari sub bagian umum diketahui bahwa pengadaan formulir tiga
desain dan tahun terakhir (2011, 2012 dan 2013) adalah sebanyak 300 eksemplar,
implementasi
pengendalian 360 eksemplar, dan 430 eksemplar. Sedangkan harga pembelian formulir
pengadaan formulir/ dalam pengadaan tersebut bervariasi tiap tahun yaitu berturut-turut
perlengkapan
pengurusan IMB Rp15.000, Rp 17.500, dan Rp 20.000 dengan rekanan yang selalu sama
dalam kertas kerja melalui mekanisme penunjukan langsung. Anda mempunyai informasi
audit.
tambahan yang didapat dari perusahaan percetakan milik teman anda,
Tugas dikerjakan bahwa yang bersangkutan dapat menawarkan formulir permohonan IMB
secara berkelompok
(4-5 orang) dalam dengan spesifikasi yang sama pada tahun 2013 seharga sekitar
lembar kerja yang Rp13.000,00
telah disediakan.
Sedangkan informasi yang anda dapat dari bagian gudang, saldo lembar
formulir pada tahun 2011, 2013 dan 2013 berturut-turut adalah
sebanyak 55 eksemplar, 73 eksemplar, dan 102 eksemplar dengan
kondisi masih bagus dan dapat digunakan. Bagian gudang mengaku
selalu memberikan data saldo akhir persediaan formulir kepada sub
bagian umum.

66
2014 |Pusdiklatwas BPKP
Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja
67
68
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LEMBAR KERJA PENYELESAIAN KASUS

KERTAS KERJA AUDIT

Disusun oleh : ……………. Tgl : ………………..


Direviu oleh : ……………. Tgl : ………………..
Judul Kertas Kerja : Pengujian atas ……………………………………………

Isi Kertas Kerja :

1. Kecukupan desain pengendalian

2. Efektivitas pengendalian

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


69
70
2014 |Pusdiklatwas BPKP
LAMPIRAN

RISIKO BAWAAN

Definisi:

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji materian dengan asumsi tidak ada
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

Besaran:

Risiko bawaan selalu ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat dirubah oleh
penerapan prosedur audit yang paling baik sekalipun.

Karakteristik:

Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan dan keterjadian kas
mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai
merupakan suatu aset yang sangat rawan terhadap manipulasi dan semua orang berminat terhadap
uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya.

Jenis:

Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan untuk
banyak akun.
Contoh faktor-faktor yang menentukan risiko bawaan pada banyak akun:
- Profitabilitas perusahaan secara relatif dibandingkan dengan perusahaan pada umumnya.
Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin kecil risiko bawaannya.
- Jenis usaha dan sensitivitas operasi. Perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan lebih besar
risiko bawaannya daripada perusahaan ekspedisi karena bidang keuangan sangat sensitif terhadap
perubahan kurs mata uang, dan perubahan tingkat suku bunga. Oleh karena itu, semakin sensitif
operasi perusahaan, semakin tinggi risiko bawaannya. Bidang usaha yang sangat dipengaruhi
perkembangan teknologi dan kompetisi usahanya ketat, mengakibatkan risiko bawaan yang tinggi.
- Masalah kelangsungan usaha. Perusahaan yang sedang mengalami masalah kebangkrutan
mempunai risiko bawaan yang tinggi.
- Sifat, penyebab, dan jumlah salah saji yang dideteksi dalam audit tahun sebelumnya. Risiko
bawaan perusahaan akan dinilai lebih tinggi apabila banyak salah saji yang terdeteksi melalui audit
tahun sebelumnya.
- Integritas, reputasi, dan pengetahuan akuntansi dari manajemen. Semaikin baik integritas,
reputasi, dan pengetahuan tentang akuntansi yang dimiliki manajemen klien, semakin kecil risiko
bawaannya.

Buku Kerja Audit Intern – Audit Kinerja


71
72
2014 |Pusdiklatwas BPKP

Anda mungkin juga menyukai