Anda di halaman 1dari 113

Excellence Learning Center

Tapak perjalanan untuk menjadi yang terbaik

Diklat
Pra Penugasan
Kantor Akuntan Publik

BUKU PESERTA
PEMERIKSA
Badiklat PKN BPK RI
Diklat Pra Penugasan KAP Buku Peserta

SALAM PENDIDIKAN

Pendidikan dan pelatihan (diklat) Sertifikasi Kantor Akuntan Publik (KAP)


merupakan diklat teknis yang wajib diikuti oleh KAP sebagai syarat agar
dapat memenuhi kualifikasi sebagai pemeriksa yang memiliki kompetensi
pemeriksaan laporan keuangan pemerintah dalam melakukan
pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK. Diklat Pra
Penugasan Pemeriksaan LKPD bagi KAP yang akan bekerja untuk dan atas
nama BPK membahas pengelolaan keuangan pemerintah daerah serta
pemeriksaannya.
Modul diklat teknis ini dikembangkan dengan bantuan narasumber BPK
yang kompeten. Diklat ini mengadopsi metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang
mengutamakan keaktifan peserta diklat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga
instruktur lebih banyak berperan sebagai fasilitator. Instrumen evaluasi yang digunakan juga
senantiasa diperbaiki agar penilaian yang dihasilkan dapat menggambarkan kondisi yang
sesungguhnya. Seluruh rancangan yang terintegrasi, mulai dari kurikulum, silabus, modul, alat
bantu pembelajaran, fasilitator, dan metode evaluasi yang telah kami perbaharui ini merupakan
kumpulan perangkat diklat yang diharapkan dapat mendukung implementasi pembelajaran
berbasis kompetensi, demi tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif.
Proses pembelajaran akan dirancang secara berkelanjutan dan sejalan dengan praktek
pemeriksaan keuangan negara di BPK melalui pendidikan berkelanjutan pada program Excellence
Learning Center di Badan Diklat PKN BPK dan untuk menjamin pembentukan keahlian pemeriksa
sesuai standar dan metodologi pemeriksaan keuangan negara yang sejalan dengan
perkembangan best practice.
Akhir kata, perkenankan kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT dan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap pengembangan modul ini. Kami
menyadari bahwa apa yang telah kami lakukan masih jauh dari sempurna. Masukan, kritik, dan
saran dari peserta diklat, instruktur, dan narasumber sangat berguna dalam menyempurnakan
diklat sebagai salah satu sarana pengembangan kompetensi mitra BPK.

Jakarta, 20 Februari 2017

Dwi Setiawan Susanto, S.E., M.Si., Ak.


NIP 196911261996031001
Diklat Pra Penugasan KAP- LKPD Buku Peserta

DAFTAR ISI

SALAM PENDIDIKAN ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................1
A. DESKRIPSI SINGKAT ..................................................................................................... 1
B. KOMPETENSI DIKLAT ................................................................................................... 1
C. METODE PEMBELAJARAN ........................................................................................... 1
D. KERANGKA BAHASAN ................................................................................................. 2
E. PETA KOMPETENSI...................................................................................................... 3
BAB I DASAR-DASAR KEUANGAN NEGARA ...................................................................... 4
A. DEFINISI KEUANGAN NEGARA .................................................................................... 4
B. LINGKUP KEUANGAN NEGARA ................................................................................... 5
C. SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ..................................... 5
BAB II KONSEP DASAR LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ..........................22
A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN ...................................................................22
B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN ............................................................................ 23
C. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH ................................................. 24
D. NERACA ..................................................................................................................... 25
E. LAPORAN OPERASIONAL...........................................................................................27
F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS ............................................................................. 30
G. LAPORAN ARUS KAS ................................................................................................. 30
H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN .................................................................... 32
I. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAHAN .................................................. 33
J. SISTEM PENCATATAN ............................................................................................... 34
K. BASIS AKUNTANSI..................................................................................................... 35
L. PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH .............................. 38
BAB III MEKANISME PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK YANG BEKERJA UNTUK
DAN ATAS NAMA BPK ................................................................................................ 41
A. PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN BPK ........................................................... 41
B. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH
AKUNTAN PUBLIK YANG BEKERJA UNTUK DAN ATAS NAMA BPK ......................... 42
C. MEKANISME PEMERIKSAAN AKUNTAN PUBLIK YANG BEKERJA UNTUK DAN ATAS
NAMA BPK ................................................................................................................. 44
BAB IV PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD................................................................. 57
A. PROSES PERENCANAAN PEMERIKSAAN .................................................................. 57

Badan Diklat PKN BPK RI ii


Diklat Pra Penugasan KAP- LKPD Buku Peserta

B. LANGKAH DALAM TAHAP PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD ........................... 58


C. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN DAN PEMERIKSAAN INTERIM ...............................72
D. PEMANFAATAN E-AUDIT DALAM PEMERIKSAAN LKPD .......................................... 73
BAB V PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ............................................................................................. 75
A. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN................................................................................. 75
B. LANGKAH DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN ...................................... 75
BAB VI PELAPORAN PEMERIKSAAN ................................................................................................ 84
A. PELAPORAN PEMERIKSAAN ..................................................................................... 84
B. LANGKAH DALAM TAHAP PELAPORAN PEMERIKSAAN .......................................... 85
BAB VII PASCA PEMERIKSAAN BPK ................................................................................................. 92
A. TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN .................................................................... 92
B. PEMBERIAN KETERANGAN AHLI .............................................................................. 95
DAFTAR SINGKATAN……………………………….………………………………………………99
LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 103
TIM PENYUSUN MODUL 2017 ......................................................................................................... 109

Badan Diklat PKN BPK RI iii


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat
Diklat ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta diklat agar
mampu memahami pengelolaan keuangan daerah dan prosedur pemeriksaannya. Peserta
pada mata diklat ini adalah akuntan pubilk (AP) yang bekerja untuk dan atas nama BPK
dalam melakukan pemeriksaan keuangan negara.

B. Kompetensi Diklat
Standar Kompetensi Diklat:
Setelah mengikuti diklat ini, Peserta mampu melaksanakan pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah.

Kompetensi Dasar Diklat:


Setelah mengikuti diklat ini, peserta diklat mampu:
1. Menjelaskan Dasar-Dasar Keuangan Negara;
2. Menjelaskan Konsep Dasar Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD);
3. Menjelaskan Tahap Perencanaan Pemeriksaan LKPD;
4. Menjelaskan Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan LKPD;
5. Menjelaskan Tahap Pelaporan Pemeriksaan LKPD;
6. Memahami Tahap Pasca Pemeriksaan BPK.

C. Metode Pembelajaran
Agar peserta diklat dapat memahami pengelolaan keuangan daerah dan prosedur
pemeriksaannya maka proses belajar mengajar menggunakan pendekatan andragogi.
Dengan pendekatan ini, peserta didorong untuk berpartisipasi secara aktif melalui
komunikasi dua arah. Metode yang digunakan merupakan kombinasi dari ceramah, Tanya
jawab, diskusi, dan latihan soal.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 1


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Instruktur membantu peserta dalam memahami materi melalui ceramah, dimana dalam
proses ini peserta diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab. Agar proses
pendalaman materi dapat berlangsung dengan baik, dilakukan pula diskusi kelompok,
sehingga peserta diklat benar-benar dapat secara aktif terlibat dalam proses belajar
mengajar.
Dalam proses pembelajaran pada materi ini disertakan pula studi kasus untuk membantu
peserta dalam mempercepat dan mempermudah memahami materi. Selain itu sebelum
pelaksanaan diklat peserta diberikan bahan bacaan sebagai bekal diskusi dan Tanya
jawab dalam kelas.

D. Kerangka Bahasan
Buku Peserta ini disusun dengan kerangka bahasan sebagai berikut:
BAB I DASAR-DASAR KEUANGAN NEGARA
Bab ini memuat tentang sistem pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
BAB II KONSEP DASAR LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Bab ini memuat tentang konsep pelaporan keuangan pemerintah daerah.
BAB III PERENCANAAN PEMERIKSAAN
Bab ini memuat tentang tahapan perencanaan pemeriksaan beserta langkah-
langkahnya.
BAB IV PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
Bab ini memuat tentang tahapan pelaksanaan pemeriksaan beserta langkah-
langkahnya.
BAB V PELAPORAN PEMERIKSAAN
Bab ini memuat tentang tahapan pelaporan pemeriksaan beserta langkah-
langkahnya.
BAB VI PASCA PEMERIKSAAN BPK
Bab ini memuat tentang konsekuensi setelah dilaksanakannya pemeriksaan BPK
seperti tindak lanjut pemeriksaan dan permintaan keterangan ahli.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 2


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

E. Peta Kompetensi
Peta kompetensi yang diharapkan dapat digambarkan sebagai berikut:

Mampu melaksanakan
pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah

Pasca Pemeriksaan BPK

Tahapan pelaporan pemeriksaan dan


langkah-langkahnya

Tahapan pelaksanaan pemeriksaan


dan langkah-langkahnya

Tahapan perencanaan pemeriksaan


dan langkah-langkahnya

Konsep dasar pelaporan keuangan


pemerintah daerah

Dasar-dasar Keuangan Negara


termasuk keuangan daerah

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 3


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB I
DASAR-DASAR KEUANGAN NEGARA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta mampu memahami
gambaran mengenai pengelolaan keuangan negara dan daerah

A. DEFINISI KEUANGAN NEGARA


Berdasarkan Pasal 1 butir 1 UU 17/2003 Keuangan Negara adalah semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut. Sedangkan pengertian pengelolaan keuangan negara adalah
keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan
kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.
Penyelenggaraan pemerintahan negara dalam mewujudkan tujuan bernegara
menimbulkan hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang. Presiden selaku
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara menguasakan kepada Menteri
Keuangan untuk melakukan pengelolaan fiskal dalam hal ini APBN.
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi:
1. Obyek
Meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
2. Subyek
Meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai oleh P e m e r i n t a h pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah,
dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 4


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

3. Proses
Mencakup s e l u r u h rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek
sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
4. Tujuan
Meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara.

B. LINGKUP KEUANGAN NEGARA


Lingkup keuangan negara mencakup hak dan kewajiban negara, antara lain:
1. hak untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman
2. kewajiban untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga, penerimaan negara, pengeluaran negara, penerimaan
daerah, pengeluaran daerah, kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
negara/perusahaan daerah, kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum, dan kekayaan
pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.

C. SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH


1. Gambaran Umum Sistem Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah
Regulasi yang diterbitkan terkait dengan pengelolaan keuangan pemerintah daerah di
antaranya yaitu:
a. Peraturan pemerintah (PP) Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;
b. PP Nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
c. Permendagri nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
yang diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 5


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
d. Permendagri nomor 19 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah;
e. Permendagri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang telah
diubah dengan Permendagri Nomor 39 tahun 2012 dan terakhir dirubah dengan
Permendagri Nomor 14 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Permendagri nomor
32 Tahun 2011;
f. Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah;
g. Peraturan-Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Kepala Daerah serta ketentuan
pengelolaan keuangan daerah lain yang mengatur mengenai pengelolaan keuangan
daerah.
Sistem Pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah meliputi sistem pengelolaan
keuangan daerah dan sistem pengelolaan barang daerah. Siklus pengelolaan keuangan
pemerintah daerah dapat digambarkan sebagai berikut:

Pertanggungjawaban Perencanaan

Pemeriksaan Penganggaran

Pelaksanaan
Akuntansi Anggaran/
Perbendaharaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 6


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

2. Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah


a. Pengelola Keuangan Daerah
Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan daerah sebagai pengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
b. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Lainnya
1) Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah adalah Sekretaris Daerah.
Berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerah sekretaris
daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugas kepada kepala daerah.
2) Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi BUD;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala
daerah.
PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:
a) menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b) mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c) melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d) memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah;
e) melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f) menetapkan SPD;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 7


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

g) menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama


pemerintah daerah;
h) melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i) menyajikan informasi keuangan daerah;
j) melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah.
PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola
keuangan daerah selaku kuasa BUD. PPKD bertanggung jawab atas pelaksanaan
tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.
c. Kuasa BUD
Penunjukan kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kuasa BUD,
mempunyai tugas:
1) menyiapkan anggaran kas;
2) menyiapkan SPD;
3) menerbitkan SP2D;
4) menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
5) memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank dan/atau
lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
6) mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD;
7) menyimpan uang daerah;
8) melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan
investasi daerah;
9) melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran
atas beban rekening kas umum daerah;
10) melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;
11) melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
12) melakukan penagihan piutang daerah.
Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD.
d. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai
tugas:
1) menyusun RKA-SKPD;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 8


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

2) menyusun DPA-SKPD;
3) melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja;
4) melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
5) melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
6) melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
7) mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan;
8) menandatangani SPM;
9) mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya;
10) mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya;
11) menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;
12) mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
13) melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah;
14) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui
sekretaris daerah.
e. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas
dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD
selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
Pelimpahan sebagian kewenangan berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah,
besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pelimpahan sebagian
kewenangan ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.
f. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna anggaran/kuasa
pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk pejabat
pada unit kerja SKPD selaku PPTK. PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 9


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

anggaran/kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya


kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
g. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD
sebagai PPK-SKPD.
h. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan
anggaran pada SKPD. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran adalah
pejabat fungsional.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun
tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan
dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/pekerjaan/
penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank
atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
3. Struktur APBD
Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari:
a. pendapatan daerah;
b. belanja daerah;
c. pembiayaan daerah.
Struktur APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang
bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan
peraturan perundangundangan. Klasifikasi APBD menurut urusan pemerintahan dan
organisasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
dengan peraturan perundang-undangan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 10


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

4. Pelaksanaan Anggaran Daerah


Pelaksanaan anggaran daerah meliputi mekanisme pelaksanaan penerimaan daerah dan
mekanisme pengeluaran daerah.
a. Mekanisme Penerimaan Daerah
1) Transaksi penerimaan Pendapatan Daerah
Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah
yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD menerima nota kredit.
Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah, dilakukan dengan
cara :
a) Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;
b) Disetor melalui bank lain, lembaga keuangan dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga;
c) Disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga.
2) Penerimaan Pendapatan melalui Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan menerima setoran dari wajib bayar, dan berkewajiban
menyetor semua uang yang diterima ke bank (Rekening Kas Daerah) paling

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 11


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

lambat 1 (satu) hari kerja terdekat dari hari saat uang kas tersebut diterima.
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai sumber pendapatan daerah
(Unit Penghasil Daerah/ UPD) wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang
menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
3) Bendahara Penerima Pembantu
Dalam hal obyek pendapatan daerah tersebar atas pertimbangan kondisi
geografis wajib pajak dan/atau wajib retribusi tidak mungkin membayar
kewajibannya langsung pada badan, lembaga keuangan atau kantor pos yang
bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan, dapat
ditunjuk bendahara penerimaan pembantu.
Bendahara penerimaan pembantu wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan kepada bendahara penerimaan paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya. Bendahara penerimaan melakukan verifikasi, evaluasi
dan analisis atas laporan pertanggungjawaban penerimaan.
4) Penyetoran Penerimaan
Kepala daerah dapat menunjuk bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos
yang bertugas melaksanakan sebagian tugas dan fungsi bendahara penerimaan.
Bank, badan, lembaga keuangan atau kantor pos menyetor seluruh uang yang
diterimanya ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja
terhitung sejak uang kas tersebut diterima. Walaupun demikian, atas atas
pertimbangan kondisi geografis yang sulit dijangkau dengan komunikasi dan
transportasi, penyetoran dapat melebihi ketentuan batas waktu penyetoran
ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
Bendahara penerimaan pembantu wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya
ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak uang
kas tersebut diterima. Bendahara penerimaan pembantu mempertanggungjawab
kan bukti penerimaan dan bukti penyetoran dari seluruh uang kas yang
diterimanya kepada bendahara penerimaan. Pengisian dokumen penatausahaan
penerimaan dapat menggunakan aplikasi komputer dan/atau alat elektronik
lainnya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 12


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

5) Verifikasi penerimaan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)


PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban bendahara penerimaan pada SKPD. Verifikasi, evaluasi dan
analisis dilakukan dalam rangka rekonsiliasi penerimaan. Mekanisme dan tata cara
verifikasi, evaluasi dan analisis diatur dalam peraturan kepala daerah.
Saldo rekening penerimaan setiap akhir hari kerja wajib disetorkan seluruhnya ke
Rekening Kas Daerah.
6) Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya.
Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD selaku
BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
b. Mekanisme Pengeluaran Daerah
1) Penyediaan Dana
Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas
menerbitkan SPD. SPD disiapkan oleh kuasa BUD untuk ditandatangani oleh PPKD.
Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau dokumen lain
yang dipersamakan dengan SPD. Penerbitan SPD dilakukan perbulan, pertriwulan,
atau persemester sesuai dengan ketersediaan dana.
2) Permintaan Pembayaran
Berdasarkan SPD atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD bendahara
pengeluaran mengajukan SPP kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran melalui PPK-SKPD. SPP terdiri dari: SPP Uang Persediaan (SPP-UP); SPP
Ganti Uang (SPP-GU); SPP Tambahan Uang (SPP-TU); dan SPP Langsung (SPP-LS).
Pengajuan SPP dilampiri dengan daftar rincian rencana penggunaan dana sampai
dengan jenis belanja.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 13


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

3) SPP UP
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan.
Dokumen SPP-UP terdiri dari:
a) surat pengantar SPP-UP;
b) ringkasan SPP-UP;
c) rincian SPP-UP;
d) salinan SPD;
e) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan SP2D
kepada kuasa BUD;
f) lampiran lain yang diperlukan.
4) SPP GU
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan oleh bendahara
pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam rangka ganti uang persediaan.
Dokumen SPP-GU terdiri dari:
a) surat pengantar SPP-GU;
b) ringkasan SPP-GU;
c) rincian penggunaan SP2D-UP/GU yang lalu;
d) bukti transaksi yang sah dan lengkap;
e) salinan SPD;
f) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD;
g) lampiran lain yang diperlukan.
Ketentuan batas jumlah SPP-UP dan SPP-GU ditetapkan dalam peraturan kepala
daerah.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 14


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

5) SPP TU
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU dilakukan oleh bendahara
pengeluaran/bendahara pengeluaran pembantu untuk memperoleh persetujuan
dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD dalam
rangka tambahan uang persediaan.
Dokumen SPP-TU terdiri dari:
a) surat pengantar SPP-TU;
b) ringkasan SPP-TU;
c) rincian rencana penggunaan TU;
d) salinan SPD;
e) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat
pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
f) surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan uang
persediaan;
g) lampiran lainnya.
Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan
memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu penggunaan. Dalam hal dana
tambahan uang tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, maka sisa tambahan
uang disetor ke rekening kas umum daerah.
Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan uang dikecualikan untuk:
a) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;
b) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang
diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA.
Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU digunakan dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran SKPD yang harus dipertanggungjawabkan.
6) SPP LS
a) Untuk Pembayaran Gaji, Tunjangan dan Penghasilan Lain
Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan
tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna memperoleh

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 15


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-


SKPD.
Dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan tunjangan terdiri dari:
(1) surat pengantar SPP-LS;
(2) ringkasan SPP-LS;
(3) rincian SPP-LS;
(4) lampiran SPP-LS.
b) Untuk Pengadaan Barang dan Jasa
PPTK menyiapkan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa untuk
disampaikan kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan
permintaan pembayaran.
Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa terdiri dari:
(1) surat pengantar SPP-LS;
(2) ringkasan SPP-LS;
(3) rincian SPP-LS;
(4) lampiran SPP-LS.
Lampiran dokumen SPP-LS. untuk pengadaan barang dan jasa mencakup:
(1) salinan SPD;
(2) salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;
(3) SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani wajib
pajak dan wajib pungut;
(4) surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor
rekening bank pihak ketiga;
(5) berita acara penyelesaian pekerjaan;
(6) berita acara serah terima barang dan jasa;
(7) berita acara pembayaran;
(8) kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan
PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;
(9) surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank
atau lembaga keuangan non bank;
(10) dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 16


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar


negeri;
(11) berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak ketiga/rekanan
serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran daftar barang
yang diperiksa;
(12) surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang dilaksanakan
di luar wilayah kerja;
(13) surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari
PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;
(14) foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/penyelesaian pekerjaan;
(15) potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku/surat pemberitahuan jamsostek);
(16) khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya
menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi kemajuan
pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga konsultan sesuai
pentahapan waktu pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat
penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan rincian dalam
surat penawaran.
Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa
digunakan sesuai dengan peruntukannya. Dalam hal kelengkapan dokumen
yang diajukan tidak lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan
dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.
Bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada pengguna anggaran
setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
Permintaan pembayaran untuk suatu kegiatan dapat terdiri dari SPP-LS
dan/atau SPP-UP/GU/TU. SPP-UP/GU/TU untuk pembayaran pengeluaran
lainnya yang bukan untuk pihak ketiga.
SPP-LS untuk pembayaran langsung kepada pihak ketiga berdasarkan kontrak
dan/atau surat perintah kerja setelah diperhitungkan kewajiban pihak ketiga
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SPP-LS belanja
barang dan jasa untuk kebutuhan SKPD yang bukan pembayaran langsung

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 17


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

kepada pihak ketiga dikelola oleh bendahara pengeluaran.


c) Untuk Belanja Bunga, Hibah, Bantuan dan Pembiayaan
Permintaan pembayaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja
bagi hasil, bantuan keuangan, dan pembiayaan oleh bendahara pengeluaran
SKPKD dilakukan dengan menerbitkan SPP-LS yang diajukan kepada PPKD
melalui PPK-SKPKD.
Dokumen yang digunakan oleh bendahara pengeluaran dalam
menatausahakan pengeluaran permintaan pembayaran mencakup:
(1) buku kas umum;
(2) buku simpanan/bank;
(3) buku pajak;
(4) buku panjar;
(5) buku rekapitulasi pengeluaran per rincian obyek;
(6) register SPP-UP/GU/TU/LS.
Dalam rangka pengendalian penerbitan permintaan pembayaran untuk setiap
kegiatan dibuatkan kartu kendali kegiatan. Buku-buku tersebut dapat
dikerjakan oleh pembantu bendahara pengeluaran.
Dokumen yang digunakan oleh PPK-SKPD dalam menatausahakan penerbitan
SPP mencakup register SPP-UP/GU/TU/LS. Pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran meneliti kelengkapan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU,
dan SPP-LS yang diajukan oleh bendahara pengeluaran. Penelitian kelengkapan
dokumen SPP dilaksanakan oleh PPK-SKPD. Dalam hal kelengkapan dokumen
yang diajukan tidak lengkap, PPK-SKPD mengembalikan dokumen SPP-UP,
SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS kepada bendahara pengeluaran untuk dilengkapi.
7) Perintah Membayar
Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah, pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran menerbitkan SPM. Dalam hal dokumen SPP dinyatakan tidak
lengkap dan/atau tidak sah, pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
menolak menerbitkan SPM. Dalam hal pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi
wewenang untuk menandatangani SPM.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 18


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Penerbitan SPM paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya
dokumen SPP. Penolakan penerbitan SPM paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung
sejak diterimanya pengajuan SPP. SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada
kuasa BUD untuk penerbitan SP2D.
8) Pencairan Dana
a) Mekanisme SP2D
Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran agar pengeluaran yang diajukan tidak
melampaui pagu dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat
pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
b) Penerbitan SP2D
Penerbitan SP2D paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya
pengajuan SPM. Penolakan penerbitan SP2D paling lama 1 (satu) hari kerja
terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM.
Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada
pengguna anggaran/kuasa penggguna anggaran.
Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan pembayaran
langsung kepada pihak ketiga.
c) Dokumen SP2D
Dokumen yang digunakan kuasa BUD dalam menatausahakan SP2D mencakup:
1) register SP2D;
2) register surat penolakan penerbitan SP2D;
3) buku kas penerimaan dan pengeluaran.
9) Pertanggungjawaban Penggunaan Dana
Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggungjawabkan
penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan
kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 19


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Dokumen pendukung SPP-LS dapat dipersamakan dengan bukti


pertanggungjawaban atas pengeluaran pembayaran beban langsung kepada
pihak ketiga.
Bendahara pengeluaran pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku
BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Penyampaian
pertanggungjawaban bendahara pengeluaran secara fungsional dilaksanakan
setelah diterbitkan surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh
pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran.
10)Bendahara Pengeluaran Pembantu
Bendahara pengeluaran pembantu dapat ditunjuk berdasarkan pertimbangan
tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,
lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif Iainnya.
Bendahara pengeluaran melakukan verifikasi, evaluasi dan analisis atas laporan
pertanggungjawaban pengeluaran.
11) Pemeriksaan Kas
Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melakukan pemeriksaan kas yang
dikelola oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran melakukan pemeriksaan kas
yang dikelola oleh bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran
pembantu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan. Pemeriksaan kas
dituangkan dalam berita acara pemeriksaan kas.
Pengisian dokumen penatausahaan bendahara pengeluaran dapat menggunakan
aplikasi komputer dan/atau alat elektronik lainnya.
12) Penatausahaan Pendanaan Tugas Pembantuan
Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan
oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Pendanaan dalam rangka tugas
pembantuan dilaksanakan setelah adanya penugasan pemerintah

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 20


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

melalui kementerian negara/lembaga kepada kepala daerah (gubernur/bupati/wali


kota) atas beban APBN dan dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat fisik.
Gubernur melimpahkan kewenangan kepada bupati/walikota untuk menetapkan
pejabat kuasa pengguna anggaran pada SKPD kabupaten/kota yang
menandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang
melaksanakan tugas pembantuan di kabupaten/kota.
Bupati/walikota melimpahkan kewenangan kepada kepala desa untuk
menetapkan pejabat kuasa pengguna anggaran pada lingkungan pemerintah desa
yang menandatangani SPM/menguji SPP, PPTK dan bendahara pengeluaran yang
melaksanakan tugas pembantuan di pemerintah desa.
Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
dana tugas pembantuan provinsi di kabupaten/kota dilakukan secara terpisah dari
administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
kabupaten/kota. Administrasi penatausahaan dan laporan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan dana tugas pembantuan kabupaten/kota di pemerintah desa
dilakukan secara terpisah dari administrasi penatausahaan dan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 21


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB II
KONSEP DASAR LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta mampu memahami
gambaran mengenai Konsep Dasar dan Isi Laporan Keuangan
Peemerintah Daerah

A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN

Laporan keuangan pokok yang wajib disusun entitas pemerintahan setidak-tidaknya terdiri
dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu.

2. Laporan Perubahan SAL

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau


penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya

3. Laporan Operasional

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas
dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 22


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

5. Neraca

Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas


pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan. Neraca
terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas.

6. Laporan Arus Kas (LAK)


Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur
keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas).

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)


Catatan atas laporan keuangan (CaLK) adalah bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan yang menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam
rangka pengungkapan yang memadai.

B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara
tersanding untuk suatu periode tertentu.
Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat capaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas
pelaporan terhadap anggaran. Berhubung anggaran akan disandingkan dengan realisasinya
maka dalam penyusunan APBD seharusnya digunakan struktur, definisi, dan basis yang sama
dengan yang digunakan dalam pelaporannya.
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Secara umum struktur LRA dapat digambarkan sebagai berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 23


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pendapatan ..... (a)


Rp XXX

Belanja (termasuk transfer) ..... (b) Rp XXX

Surplus (Defisit) ..... (c) = (a-b) Rp XXX

Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan ..... (d) Rp XXX

Pengeluaran Pembiayaan ..... (e) Rp XXX

Pembiayaan Netto ..... (f) = (d-e) Rp XXX

Selisih Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran

(SILPA/SIKPA) ..... (g) = (c-f) Rp XXX

Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan


anggaran entitas pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan
tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi
mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari
suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.

C. LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara komparatif dengan


periode sebelumnya pos-pos berikut:
a) Saldo Anggaran Lebih awal;
b) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
e) Lain-lain; dan
f) Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang
terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 24


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

D. NERACA
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan
asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca.
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang akan digunakan
dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar
dan nonlancar dalam neraca untuk memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan
digunakan dalam periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk keperluan
jangka panjang.
Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk
menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan. Informasi tentang tanggal
penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga
bermanfaat untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar
dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.
Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. investasi jangka pendek;
3. piutang pajak dan bukan pajak;
4. persediaan;
5. investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. kewajiban jangka pendek;
8. kewajiban jangka panjang;
9. ekuitas.
Pos-pos selain yang disebutkan di atas disajikan dalam Neraca jika Standar Akuntansi
Pemerintahan mensyaratkan, atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar
posisi keuangan suatu entitas pelaporan. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara
terpisah didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 25
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;


2. Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan;
3. Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.
Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3 (tiga) sampai 12
(dua belas) bulan dan surat berharga yang mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain
piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang lainnya
yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan,
misalnya barang pakai habis seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen
peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud, yang
digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan
masyarakat umum. Aset nonlancar diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap,
dana cadangan, dan aset lainnya untuk mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar
yang disajikan di neraca.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.
Aset tetap terdiri dari:
1. Tanah;
2. Peralatan dan mesin;
3. Gedung dan bangunan;
4. Jalan, irigasi, dan jaringan;
5. Aset tetap lainnya; dan
6. Konstruksi dalam pengerjaan.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana
cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya.
Aset nonlancar lainnya diklasifikasikan sebagai aset lainnya. Termasuk dalam aset lainnya
adalah aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas)
bulan, aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 26


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan


dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset
lancar. Beberapa kewajiban jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang
kepada pegawai merupakan suatu bagian yang akan menyerap aset lancar dalam tahun
pelaporan berikutnya.
Kewajiban jangka pendek lainnya adalah kewajiban yang jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Misalnya bunga pinjaman, utang jangka pendek
dari fihak ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK), dan bagian lancar utang jangka panjang.
Suatu entitas pelaporan tetap mengklasifikasikan kewajiban jangka panjangnya,
meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas)
bulan setelah tanggal pelaporan jika beberapa kewajiban yang jatuh tempo untuk dilunasi pada
tahun berikutnya mungkin diharapkan dapat didanai kembali (refinancing) atau digulirkan (roll
over) berdasarkan kebijakan entitas pelaporan dan diharapkan tidak akan segera menyerap
dana entitas.
Kewajiban yang demikian dipertimbangkan untuk menjadi suatu bagian dari pembiayaan
jangka panjang dan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Namun dalam situasi di
mana kebijakan pendanaan kembali tidak berada pada entitas (seperti dalam kasus tidak adanya
persetujuan pendanaan kembali), pendanaan kembali ini tidak dapat dipertimbangkan secara
otomatis dan kewajiban ini diklasifikasikan sebagai pos jangka pendek kecuali penyelesaian atas
perjanjian pendanaan kembali sebelum persetujuan laporan keuangan membuktikan bahwa
substansi kewajiban pada tanggal pelaporan adalah jangka panjang.

E. LAPORAN OPERASIONAL

Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional


keuangan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari
suatu entitas pelaporan. Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 27


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi


pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan,
sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:
1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
3. yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif;
4. mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila
surplus operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis
akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu,
apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional tahunan disajikan
dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan
informasi sebagai berikut:
1. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
2. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-catatan
terkait tidak dapat diperbandingkan.
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/defisit
dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara
komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan
yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti
kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang
dianggap perlu untuk dijelaskan.
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan, jika dianggap perlu,
diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 28


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;


2. cakupan entitas pelaporan;
3. periode yang dicakup;
4. mata uang pelaporan; dan
5. satuan angka yang digunakan.
Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO
2. Beban
3. Surplus/Defisit dari operasi
4. Kegiatan non operasional
5. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
6. Pos Luar Biasa
7. Surplus/Defisit-LO
Dalam Laporan Operasional ditambahkan pos, judul, dan sub jumlah lainnya apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut
diperlukan untuk menyajikan Laporan Operasional secara wajar. Pendapatan-LO diklasifikasikan
menurut sumber pendapatan.
Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat dikelompokkan
berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak, dan
pendapatan hibah. Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah daerah
dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan
transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-masing pendapatan tersebut diklasifikasikan
menurut jenis pendapatan.
Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang, beban bunga,
beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi,
beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari
beban pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial,
beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga. Selisih
lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 29


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri dalam
kegiatan non operasional. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional
antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban
jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.
Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut:
(a) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal tahun anggaran;
(b) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang; dan
(c) kejadian diluar kendali entitas pemerintah.

F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:


1. Ekuitas awal
2. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal
dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar, misalnya:
a. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya;
b. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
4. Ekuitas akhir.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang
terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

G. LAPORAN ARUS KAS

SiLPA/SiKPA adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran


selama satu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan
Belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos SiLPA/SiKPA. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran pada akhir periode pelaporan
dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 30
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

pengambilan keputusan. Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan
keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan
standar ini untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen
laporan keuangan pokok.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah
(termasuk likuiditas dan solvabilitas).
Kas dan setara kas harus disajikan dalam laporan arus kas. Setara kas pemerintah
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk
memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah menjadi
kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Oleh
karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud mempunyai masa jatuh
tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Mutasi antar pos-pos kas dan
setara kas tidak diinformasikan dalam laporan keuangan karena kegiatan tersebut merupakan
bagian dari manajemen kas dan bukan merupakan bagian aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para
pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara
kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.
Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan sedangkan
pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi kecuali
bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi. Dalam hal entitas

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 31


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

bersangkutan masih membukukan penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas berdasarkan
akun pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas dapat disajikan dengan mengacu pada akun-
akun pelaksanaan anggaran tersebut. Yang dimaksud dengan akun-akun pelaksanaan anggaran
adalah akun yang berhubungan dengan pendapatan, belanja, transfer, pembiayaan, dan
transaksi nonanggaran, yang dalam Laporan Arus Kas dikelompokkan menjadi aktivitas operasi,
investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran.

H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk meningkatkan


transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik, atas informasi
keuangan pemerintah. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas
Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan
umum.
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami
oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen
entitas pelaporan. Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai
potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari
kesalahpahaman, atas sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan
yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan.
Pembaca yang terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam
memahami konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor
komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan
perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos laporan keuangan menjadi penting
bagi pembaca laporan keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan
akuntansi yang diterapkan akan dapat membantu pembaca menghindari kesalahpahaman
dalam memahami laporan keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA,
Neraca, LO, dan Laporan Arus Kas dapat mempunyai referensi silang dengan informasi terkait
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau
daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Keuangan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 32


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
Dalam rangka pengungkapan yang memadai, Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan
yang dihadapi dalam pencapaian target;
4. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang
dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan
keuangan;
6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan mengikuti pernyataan standar
akuntansi berlaku yang mengatur tentang pengungkapan untuk pos-pos yang terkait. Misalnya,
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan keuangan, pengungkapan pada
Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul
atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi
keuangan entitas pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.

I. SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAHAN

Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-
subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan
tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output (keluaran). Input sistem

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 33


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen dan formulir. Ouput-nya
adalah laporan keuangan. Dalam proses akuntansi terdapat beberapa catatan yang dibuat,
yaitu jurnal, buku besar (BB), dan buku pembantu (BP).

J. SISTEM PENCATATAN
Ada beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan dalam akuntansi yaitu
sistem pencatatan single entry, double entry, dan triple entry.

Single entry
Sistem pencatatan single entry atau biasa yang disebut dengan sistem tata buku tunggal atau
tata buku saja. Dalam sistem ini, pencatatan transakasi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya sekali saja. Transaksi yang mengakibatkan bertambahnya kas akan dicatat
pada sisi penerimaan kas saja, sedangkan transaksi yang mengakibatkan berkurangnya kas
akan dicatat dalam sisi pengeluaran saja.

Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering juga disebut dengan sistem tata buku berpasangan.
Dalam sistem ini, setiap transaksi ekonomi dicatat dua kali, atau istilah lainya dijurnal. Satu

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 34


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

kali pada sisi debit, satu kali pada sisi kredit. Alat bantu pada sistem ini adalah persamaan
akuntansi.

ASET = UTANG + EKUITAS


ASET = UTANG + EKUITAS +( PENDAPATAN - BEBAN) ASET
+ BEBAN = UTANG + EKUITAS + PENDAPATAN

Triple Entry
Triple entri adalah pencatatan yang menggabungkan single entry pada pembukuan
anggaran, dan double entry pada catatan finansial. Triple entry biasanya digunakan pada
entitas yang menghasilkan dua jenis laporan yaitu laporan anggaran dan laporan finansial.

K. BASIS AKUNTANSI

Basis akuntansi menetukan kapan suatu transaksi atau kejadian diakui dalam
sistem akuntansi. Terdapat dua basis pencatatan utama, yakni basis kas (cash basis) dan
basis akrual (accrual basis), yang merupakan suatu continuum. Di antara kedua basis
tersebut terdapat dua basis lain, yakni basis kas modifikasian (modified cash basis) dan
basis akrual modifikasian (modified accrual basis). Organisasi bisnis menggunakan basis
akrual, begitu pula organisasi pemerintah yang melakukan aktivitas bisnis (misalnya
BUMN/BUMD). Untuk penggunaan di organisasi pemerintah, basis kas dan basis akrual dapat
dimodifikasi.

Pada dua dekade terakhir terjadi pergeseran basis akuntansi dan anggaran dari basis
kas ke basis akrual di pemerintahan di dunia. Menurut Vonck (2004), pergeseran ini
merupakan suatu langkah maju menuju pada konteks yang lebih luas dari reformasi
pengelolaan keuangan sektor publik.

1. Basis Kas
Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Pada basis kas, pencatatan suatu
transaksi atau peristiwa dilakukan apabila transkasi tersebut menyebabkan perubahan
saldo kas, yakni terjadi aliran kas masuk atau kas keluar. Penerimaan dan pendapatan
akan dicatat apabila ada kas yang diterima, sedangkan pengeluaran dan belanja akan
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 35
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

dicatat apabila ada kas yang dibayarkan. Apabila suatu transaksi tidak atau belum
menimbulkan perubahan pada kas, maka transaksi tersebut tidak dicatat. Dengan
menggunakan basis kas, hanya satu laporan yang bisa dihasilkan, yakni laporan arus
kas.

2. Basis Akrual
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar. Dengan demikian, basis akrual, pencatatan atas
transaksi atau peristiwa pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima atau
dikeluarkan. Basis akrual adalah basis yang mengakui adanya hak atau kewajiban pada
saat perpindahan hak lepas dari saat kas diterima atau dikeluarkan.

Jika dalam basis kas hanya dihasilkan satu laporan keuangan, yakni laporan arus kas,
maka dalam basis akrual, selain menghasilkan laporan arus kas, juga akan menghasilkan
dua laporan lain, yakni laporan operasi dan neraca. Laporan operasi akan memberi
gambaran tentang kinerja finansial organisasi bagaimana belanja dibiayai dari
pendapatan selama satu periode akuntansi, sementara neraca menunjukkan posisi
keuangan yang dimiliki organisasi pada tanggal tertentu, yang secara tidak langsung
mengindikasikan keberlangsungan keuangan organisasi dalam jangka panjang.

Informasi keuangan yang disusun atas dasar akrual akan membantu pengguna laporan
keuangan untuk:

a. Membuat pembandingan yang lebih baik di antara alternatif-alternatif


pengalokasian sumber daya yang ada;
b. Menganalisis secara lebih baik kinerja, posisi keuangan, dan aliran kas entitas;
c. Mengevaluasi dengan lebih baik kemampuan pemerintah dalam membiayai aktivtas
dan memenuhi kewajiban dan komitmennya;
d. Memperoleh wawasan yang lebih jelas tentang bagaimana pemerintah
membiayai aktivitas - aktivitasnya;
e. Mengevaluasi dengan lebih baik kinerja pemerintah dalam hal biaya pelayanan,
efisiensi, dan pencapaiannya; dan
f. Mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang seberapa berhasil
pemerintah mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 36


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Keunggulan basis akrual adalah sebagai berikut.


a. Mempunyai peran akuntabilitas dan informatif, sehingga laporan keuangan dapat
memberikan informasi tentang:
1) Penilaian kinerja, posisi keuangan, dan arus kas suatu entitas;
2) Menilai kepatuhan ektitas terhadap undang-undang, regulasi, hukum, dan
perjanjian kontrak yang berkaitan dengan pelaporan kinerja keuangan serta jasa,
posisi keuangan, dan arus kas; dan
3) Pengambilan keputusan tentang penggunaan sumber daya dalam
menjalankan usahanya.
b. Dalam konteks sektor publik, akuntansi dasar akrual memberikan informasi bahwa:
1) Pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk sumber daya yang
digunakannya;
2) Pemerintah menerapkan akuntabilitas untuk manajemen aset dan kewajiban
yang diakui dalam laporan keuangan;
3) Menunjukkan bagaimana sektor publik membiayai kegiatannya dan
memenuhi segala persyaratan kasnya;
4) Menunjukkan kondisi keuangan pemerintah dan perubahannya;
5) Informasi yang disajikan berguna untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
biaya pelayanan jasa kepada publik, efisiensi, dan pencapaiannya.
c. Manajemen sektor publik mensyaratkan informasi seluruh posisi keuangan dan
informasi rinci atas aset dan kewajiban untuk:
1) Mengambil keputusan tentang kelayakan jasa yang ingin diberikan;
2) Menerapkan akuntabilitas kepada publik untuk mengelola aset dan kewajibannya;
3) Perencanaan pendanaan atas pemeliharaan dan penggantian aset;
4) Perencanaan pelunasan dan kelangsungan kewajiban; dan
5) Pengelolan posisi kas dan pembelanjaan.

d. Manajemen sektor publik perlu mengetahui pengaruh keputusan yang lalu terhadap
posisi keuangan saat ini dan pengaruh keputusan saat ini terhadap posisi
keuangan masa datang. Informasi ini dapat diperoleh jika tersedia informasi rinci atas
aset dan kewajiban.
e. Para manajer organisasi sektor publik acapkali dipercaya untuk mengelola aset dan
kewajiban, sehingga perlu melakukan cara yang paling efisien dalam menggunakan
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 37
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

aset, pengendalian kewajiban, dan pelaporan atas pengelolaannya.


f. Akuntansi akrual mensyaratkan organisasi untuk memeliharan pencatatannya atas
aset dan kewajiban, termasuk informasi yang berhubungan dengan kepemilikan dan
pengendalian, yang merupakan isyarat pengelolaan yang tepat atas aset dan
kewajiban.

L. PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

1. Dasar Hukum Pemeriksaan LKPD


Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah, Pasal 31
Ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
mengamanatkan Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6
(enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selain itu, Pasal 56 Ayat (3) Undang-
Undang Nomor 1 tahun 2004 juga menegaskan bahwa Laporan Keuangan (pemerintah
daerah) disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Pasal 6
menyatakan bahwa BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga
Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum,
Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan
negara. Pemeriksaan BPK tersebut mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan jenis
pemeriksaan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran LKPD.
Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan SAP;
b. Kecukupan pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan sesuai
dengan pengungkapan yang seharusnya dibuat seperti disebutkan dalam SAP;
c. Efektivitas Sistem Pengendalian Intern; dan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 38


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

d. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.


2. Objek Pemeriksaan LKPD
Objek pemeriksaan LKPD adalah pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang pada
dasarnya merupakan suatu entitas pelaporan. Jumlah entitas pelaporan atas
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah di seluruh Indonesia posisi per 2015
adalah sebanyak 548 entitas, terdiri dari 34 pemerintah provinsi, 416 pemerintah
kabupaten, dan 98 pemerintah kota (Sumber: www.kemendagri.go.id, Permendagri
No.56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan)
Sebagai entitas pelaporan, pemerintah provinsi/kabupaten/kota melingkupi
beberapa entitas akuntansi yang diselenggarakan oleh masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Banyak sedikitnya SKPD dalam lingkungan pemerintah daerah
tergantung pada struktur organisasi yang ditetapkan oleh masing-masing pemerintah
daerah.
Beberapa pemerintah daerah juga memiliki satuan kerja yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), misalnya rumah sakit
pemerintah daerah. Pada intinya, BLUD diberikan fleksibilitas dalam pengelolaan
keuangannya, termasuk dapat melakukan penggunaan langsung atas pendapatan yang
diterimanya (tidak perlu disetor ke Kas Daerah) untuk membiayai operasional BLUD
tersebut. Dalam konteks ini, BLUD dapat diposisikan sebagai sebuah entitas pelaporan,
tetapi pertanggungjawaban pengelolaan keuangannya tetap dikonsolidasikan dengan
LKPD sebagai satu kesatuan.
Pelaporan dan penyajian LKPD harus didasarkan pada Standar Akuntansi
Pemerintahan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010. PP 71 tahun 2010 yang merupakan pengganti PP 24 tahun 2005, mensyaratkan
penyajian LKPD disusun berdasarkan basis akuntansi akrual, dari sebelumnya masih
menggunakan basis akuntansi kas menuju akrual (Cash Toward Accrual/CTA). Hal tersebut
menyebabkan adanya penambahan komponen LKPD yang harus disajikan pemerintah
daerah menjadi tujuh, yaitu dua komponen Laporan Pelaksanaan Anggaran (LRA dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih), empat komponen Laporan Finansial (Neraca,
Laporan Operasional, LAK, Laporan Perubahan Ekuitas), dan satu komponen Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 39


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Tentang


Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah,
penerapan SAP berbasis akrual pada pemerintah daerah dilaksanakan paling lambat
mulai tahun anggaran 2015.
3. Tahapan Pemeriksaan LKPD
Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan sesuai Keputusan BPK
Nomor 4/K/I-XIII.2/7/2014, pemeriksaan LKPD meliputi tiga tahapan pemeriksaan, yakni
tahapan perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan
pemeriksaan yang secara ringkas meliputi 22 langkah, yaitu:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 40


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB III
MEKANISME PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK YANG BEKERJA UNTUK
DAN ATAS NAMA BPK

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta mampu memahami
manajemen dan pengendalian mutu dalam pemeriksaan yang
dilakukan untuk dan atas nama BPK

A. PANDUAN MANAJEMEN PEMERIKSAAN BPK


Untuk melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan SPKN, BPK memerlukan suatu
manajemen pemeriksaan yang mendukung efektivitas pelaksanaan SPKN. BPK telah
menetapkan Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada tahun. Sejak ditetapkannya, PMP
berkembang menjadi rujukan Pemeriksa dalam melaksanakan setiap kegiatan pemeriksaan
yang memastikan bahwa prinsip-prinsip standar pemeriksaan dapat dijalankan secara efektif.
Dengan makin berkembangnya dinamika lingkungan internal dan eksternal, pada
tahun 2015 BPK memandang perlu untuk melakukan penyempurnaan atas kedudukan dan
substansi PMP untuk mendukung proses pemeriksaan yang lebih efektif. Setidaknya ada 4
(empat) alasan yang mendorong perlunya penyempurnaan PMP, yaitu aspek pemenuhan
kewenangan BPK, aspek pelembagaan pengendalian mutu (quality control) dan pemerolehan
keyakinan mutu (quality assurance), aspek keselarasan proses pemeriksaan dengan proses
bisnis BPK lainnya, serta aspek kesesuaian dengan kaidah praktik internasional.
PMP digunakan sebagai acuan bagi BPK dan Pelaksana BPK dalam menjalankan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, yang meliputi tahap
perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, dan pelaporan pemeriksaan. PMP
bertujuan untuk memastikan pengelolaan pemeriksaan BPK telah dirancang, diorganisasikan,
dilaksanakan dan dikendalikan secara efektif pada setiap tahapan pemeriksaan sehingga
dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang sesuai dengan standar.
PMP berisi pengelolaan proses pemeriksaan, yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan untuk menghasilkan Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP), dan dilengkapi dengan Sistem Manajemen Mutu (SMM) dalam setiap tahapannya.
Lingkup yang diatur dalam PMP secara rinci adalah sebagai berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 41


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. Perencanaan Pemeriksaan;
2. Pelaksanaan Pemeriksaan;
3. Pelaporan Pemeriksaan; dan
4. Kondisi Khusus dalam Pemeriksaan yang mengatur mengenai Pemeriksaan
Interim/Pendahuluan, Pemeriksaan Tematik, Pemeriksaan On Call, dan Pemeriksaan
Akuntan Publik yang Bekerja Untuk dan Atas Nama BPK (AP).

B. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAN OLEH AKUNTAN PUBLIK


YANG BEKERJA UNTUK DAN ATAS NAMA BPK
Pemeriksaan oleh akuntan publik yang bekerja untuk dan atas nama BPK melibatkan
Pejabat Struktural Pemeriksaan (PSP), Pejabat Fungsional Pemeriksaan (PFP), Direktorat
Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (EPP), Direktorat PSMK, Biro Keuangan, Panitia
Pengadaan Barang dan Jasa (PPBJ) BPK, serta Akuntan Publik. Secara teknis pemeriksaan,
organisasi pemeriksaan yang memanfaatkan Akuntan Publik terdiri dari PTP, PFP, dan PSP
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing seperti yang telah dijelaskan dalam PMP.
Dalam pemeriksaan oleh Akuntan Publik, PSP berperan:
a. menentukan objek dan/atau entitas pemeriksaan yang akan diperiksa oleh AP;
b. mengusulkan pemanfaatan AP sebagai bagian dari RKP kepada Dit. PSMK dan Biro
Keuangan, setelah memperoleh persetujuan dari Anggota terkait;
c. menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) untuk
disampaikan ke PPBJ BPK; dan
d. melaksanakan pemerolehan keyakinan mutu (quality assurance) atas pekerjaan AP.
PSP adalah pejabat pelaksana Unit Kerja Pemeriksaan yang bertugas mengelola sumber daya
pemeriksaan dan menjamin mutu pemeriksaan sesuai dengan lingkup wilayah kerja
pemeriksaannya. PSP pada Kantor BPK Pusat secara berjenjang dijabat oleh Auditor Utama
Keuangan Negara (Tortama), Kepala Auditorat, dan Kepala Subauditorat. PSP pada Kantor
BPK Perwakilan secara berjenjang dijabat Kepala Perwakilan (Kalan) dan Kepala Subauditorat
(Kasubaud).
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Akuntan Publik, PFP berperan untuk
melaksanakan penugasan sesuai perannya dalam Surat Tugas Pemeriksaan. PFP adalah
pelaksana fungsional pemeriksaan BPK yang bertanggung jawab melaksanakan penugasan
pemeriksaan yang diberikan oleh PTP.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 42


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Peran PFP dibangun berdasarkan kompetensi pemeriksa yang dibuktikan melalui


proses sertifikasi peran dan diakui secara formal oleh BPK sebagai Pembina Jabatan
Fungsional Pemeriksa melalui Surat Ketetapan Peran (SKP) Pemeriksa oleh Sekretaris Jenderal
BPK. Peran PFP yang dilegitimasi dengan SKP disebut juga dengan Peran Formal. Peran Formal
Pemeriksa secara berjenjang terdiri dari:
1. Pengendali Mutu
Pengendali Mutu berperan menjamin mutu pelaksanaan pemeriksaan agar sesuai dengan
SPKN, PMP dan SPKM, serta dapat menyetujui dan menandatangani LHP apabila diberi
penugasan oleh Pemberi Tugas Pemeriksaan (PTP);
2. Pengendali Teknis
Pengendali Teknis berperan mengendalikan, memantau, dan mengevaluasi teknis
kegiatan pemeriksaan sesuai lingkup tugas dan program pemeriksaan yang telah
ditetapkan, dengan mengacu kepada sistem, prosedur, standar, dan peraturan
perundangan yang berlaku, guna memastikan kegiatan pemeriksaan berjalan dengan
efektif dan efisien. Pengendali Teknis bertanggung jawab kepada Pengendali Mutu;
3. Ketua Tim
Ketua Tim merupakan pemimpin pemeriksaan yang mengorganisasi, mengarahkan, dan
mengawasi pemeriksaan lapangan serta memastikan hasil pemeriksaan akurat,
komprehensif, dan tepat waktu. Ketua Tim bertanggung jawab kepada Pengendali Teknis;
4. Anggota Tim
Anggota Tim bertindak sebagai pelaksana pemeriksaan sesuai dengan tugas yang
diberikan oleh Ketua Tim untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang akurat dan
bertanggung jawab terhadap Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang disusunnya.
Keseluruhan mutu yang ditugaskan kepada PFP merupakan tanggung jawab dari
Penanggung Jawab pemeriksaan. Penanggung Jawab pemeriksaan yang tercantum dalam
Surat Tugas adalah PFP yang berperan sebagai Pengendali Mutu atau PSP yang ditunjuk. PSP
dapat bertindak sebagai pejabat pelaksana fungsional pemeriksaan setelah
mempertimbangkan ketersediaan PFP yang setingkat dan PSP tersebut memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan untuk melaksanakan peran sebagai pejabat fungsional. Dalam organisasi
pemeriksaan yang memanfaatkan Akuntan Publik, Penanggung Jawab berasal dari BPK dan
ditetapkan oleh Pemberi Tugas Pemeriksaan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 43


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan (EPP) berperan mengelola daftar KAP
Terdaftar di BPK. Direktorat PSMK dan Biro Keuangan berperan melakukan pembahasan
dengan PSP terkait anggaran atau biaya pemeriksaan yang memanfaatkan Akuntan Publik.
PPBJ berperan melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa sesuai ketentuan yang
berlaku, Terakhir, Akuntan Publik berperan melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar
dan pedoman pemeriksaan yang berlaku di BPK.

C. MEKANISME PEMERIKSAAN AKUNTAN PUBLIK YANG BEKERJA UNTUK DAN ATAS NAMA
BPK
1. Mekanisme Perencanaan Pemeriksaan;
Perencanaan pemeriksaan dan pengendalian mutu oleh AP secara umum dilakukan
sesuai dengan Bab II PMP. AP dapat memberikan masukan kepada Penanggung Jawab
dalam perencanaan pemeriksaan.

Dalam perencanaan pemeriksaan, Pengendali Mutu berperan:


(1) mengusulkan TPP dan Tim Pemeriksaan kepada PSP; menyetujui LHPP dan
penggunaan Tenaga Ahli;
(2) mengevaluasi konsep Program Pemeriksaan berdasarkan RKP;
(3) memastikan materi konsep Program Pemeriksaan telah memenuhi Harapan
Penugasan; dan
(4) menyetujui konsep Program Pemeriksaan.

Pengendali Teknis berperan:


(1) me-review LHPP dan hasil identifikasi kebutuhan Tenaga Ahli;
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 44
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

(2) menjelaskan kepada Tenaga Ahli mengenai hasil yang diharapkan dari keahliannya
tersebut;
(3) me-review kesesuaian konsep Program Pemeriksaan dengan Juklak/Juknis
pemeriksaan terkait;
(4) me-review ketepatan metodologi pemeriksaan; dan
(5) memberikan arahan terkait konsep PKP.

Ketua Tim berperan:


(1) menyusun LHPP dan mengidentifikasi kebutuhan keahlian khusus dari Tenaga Ahli
yang diperlukan dalam melaksanakan pemeriksaan;
(2) menyusun Program Pemeriksaan;
(3) mengevaluasi apakah prosedur yang dirancang oleh Tenaga Ahli akan memenuhi
hasil yang diinginkan oleh pemeriksaan dimaksud;
(4) melakukan pembagian tugas atas Program Pemeriksaan yang telah disetujui;
(5) me-review konsep PKP; dan
(6) menyetujui PKP.

Anggota Tim berperan :


menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan Ketua Tim untuk menyusun LHPP dan
Program Pemeriksaan serta menyusun konsep PKP.
Perencanaan pemeriksaan dilakukan setelah mempertimbangkan kebijakan dan strategi
pemeriksaan serta risiko manajemen pemeriksaan BPK. Tahapan yang ada dalam
perencanaan pemeriksaan meliputi persiapan yang bersifat teknis dan dukungan
pemeriksaan.
Persiapan yang bersifat teknis meliputi:
a. Pembentukan Tim Perencanaan Pemeriksaan (TPP)
Tujuan dari pembentukan TPP adalah untuk menyusun Program Pemeriksaan. Sesuai
dengan kebijakan dan strategi pemeriksaan, RKP, arahan Badan, dan data profil PFP,
PSP menetapkan TPP secara berjenjang sebelum pemeriksaan dimulai. Penugasan
TPP; tertuang dalam Surat Perintah Perencanaan Pemeriksaan (SP3) atau Surat
Tugas.
b. Penyusunan paket Program Pemeriksaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 45


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Paket Program Pemeriksaan terdiri dari Program Pemeriksaan (P2) dan Surat Tugas.
Tahapan penyusunan P2 adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman objek pemeriksaan
Output pemahaman objek pemeriksaan adalah Laporan Hasil Perencanaan
Pemeriksaan (LHPP) yang menjadi bahan penyusunan konsep P2. LHPP antara
lain memuat kesimpulan TPP mengenai kompleksitas pemeriksaan yang akan
berpengaruh pada komposisi Tim Pemeriksaan dan apakah perlu digunakan
Tenaga Ahli dalam pemeriksaan;
2) Penyusunan Program Pemeriksaan
Konsep P2 disusun dengan memperhatikan sifat, luas, dan jenis pemeriksaan
yang akan dirancang dalam tahapan pelaksanaan pemeriksaan dengan
memperhatikan Harapan Penugasan. Proses penyusunan P2 dilaksanakan oleh
Pejabat Fungsional Pemeriksa (PFP) secara berjenjang sesuai dengan tanggung
jawabnya;
3) Penentuan Tim Pemeriksaan
Berdasarkan perencanaan kebutuhan pemeriksa tahunan, Pejabat Struktural
Pemeriksaan (PSP) menentukan komposisi Tim Pemeriksaan dengan
mempertimbangkan masukan PFP serta status penyelesaian penugasan PFP
sebelumnya. Penentuan komposisi ini dituangkan dalam bentuk konsep Surat
Tugas. Dalam proses penentuan ini, PFP dapat memberikan pertimbangan
mengenai kompetensi kolektif yang dibutuhkan terkait dengan objek
pemeriksaan kepada PSP (latar belakang, pendidikan, pengalaman, independensi,
dan hasil evaluasi kinerja penugasan sebelumnya);
4) Persetujuan penugasan
Proses ini dilakukan secara berjenjang oleh PSP untuk disetujui oleh Pemberi
Tugas Pemeriksaan (PTP). Persetujuan dilakukan dengan menandatangani Surat
Tugas setelah mempertimbangkan Program Pemeriksaan.

c. Penyusunan Program Kerja Perorangan


Berdasarkan paket P2 yang telah disetujui, Ketua Tim melakukan pembagian tugas
kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah pemeriksaan yang terdapat dalam

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 46


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

P2. Para Anggota Tim kemudian menjabarkan P2 dalam konsep PKP. Konsep tersebut
kemudian di-review oleh Ketua Tim dan menyetujui konsep tersebut setelah
memperhatikan arahan Pengendali Teknis.
Persiapan yang merupakan dukungan pemeriksaan meliputi:
a. Penerbitan Surat Perjalanan Dinas (SPD) dan administrasi keuangan;
b. Pengurusan akomodasi serta transportasi ke lokasi selama pemeriksaan; dan
c. Penyediaan tenaga ahli jika diperlukan oleh TPP.
Sistem Manajemen Mutu pada tahap perencanaan pemeriksaan dilakukan oleh Pemberi
Tugas Pemeriksaan, PSP, dan PFP. Tabel SMM yang berisi informasi mengenai objek
pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM tercantum dalam PMP.

2. Mekanisme Pelaksanaan Pemeriksaan;


Pelaksanaan pemeriksaan dan pengendalian mutu oleh AP dilakukan sesuai dengan Bab
III PMP dan pedoman terkait.

Pengendali Mutu berperan:


(1) menjamin terpenuhinya tujuan, harapan, dan lingkup pemeriksaan serta menjamin
kelancaran pelaksanaan pemeriksaan; dan
(2) menjamin Temuan Pemeriksaan sesuai dengan standar dan pedoman pemeriksaan.

Pengendali Teknis berperan:


(1) menyampaikan tujuan, harapan, dan lingkup pemeriksaan kepada entitas
pemeriksaan;
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 47
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

(2) menjamin terpenuhinya pelaksanaan Program Pemeriksaan yang tertuang dalam


KKP;
(3) menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dalam Temuan Pemeriksaan dengan
ketentuan yang berlaku;
(4) me-review kebenaran substansi Temuan Pemeriksaan; dan
(5) menjamin kebenaran matematis dalam Temuan Pemeriksaan untuk nilai-nilai yang
material.

Ketua Tim berperan:


(1) mengkoordinasikan jalannya pemeriksaan di lapangan;
(2) menjamin kelengkapan dan kecukupan bukti pendukung;
(3) menjamin terpenuhinya unsur-unsur Temuan Pemeriksaan seperti kondisi, kriteria,
sebab, dan akibat sesuai dengan standar serta relevansi diantara unsur-unsur Temuan
Pemeriksaan tersebut;
(4) menjamin validitas substansi dan kebenaran matematis serta akurasi angka dalam
Temuan Pemeriksaan;
(5) me-review hasil prosedur yang dilaksanakan oleh Anggota Tim termasuk Tenaga Ahli
dalam kaitannya dengan prosedur pemeriksaan yang telah direncanakan; dan
(6) memberikan feedback atas kinerja pekerjaan Tenaga Ahli kepada Sekretariat Unit
Kerja Pemeriksaan.

Anggota Tim berperan:


(1) menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan Ketua Tim dalam berkomunikasi dengan
entitas terperiksa serta mengadministrasikannya;
(2) melaksanakan Program Pemeriksaan dan mendokumentasikannya dalam KKP;
(3) menjamin kebenaran matematis dan akurasi angka dalam KKP; dan
(4) menyusun konsep Temuan Pemeriksaan dan LAPPL.

Mekanisme pelaksanaan pemeriksaan adalah sebagai berikut:


a. Pemberitahuan Pemeriksaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 48


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Berdasarkan paket P2 yang telah disetujui, Ketua Tim menyusun jadwal pemeriksaan
yang memuat waktu tentatif yang dialokasikan untuk melakukan pemeriksaan pada
entitas yang bersangkutan. Dalam hal diperlukan, Ketua Tim menyusun permintaan
data/informasi awal terkait pemeriksaan. Ketua Tim menyampaikan Surat Tugas,
jadwal pemeriksaan, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan termasuk di dalamnya
permintaan data/informasi awal beserta dengan Surat Pembatalan Penugasan
Pemeriksa (jika ada) kepada pimpinan entitas. Pemberitahuan pemeriksaan
disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum PFP melaksanakan
pemeriksaan lapangan.
Dalam hal PFP akan memanfaatkan data dan informasi awal yang tersedia dalam
pusat data BPK, maka Ketua Tim dapat memperoleh data dan informasi setelah Surat
Tugas terbit dan diinput ke dalam Sistem Informasi Pemeriksaan.
b. Komunikasi Awal
Tujuan aktivitas ini adalah untuk menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan, meliuti
tujuan, lingkup, rencana kegiatan, dan waktu pemeriksaan, kebutuhan dokumen
yang diperiksa, serta menjelaskan komposisi tim yang tercantum dalam Surat Tugas.
Bentuk komunikasi ini adalah pertemuan awal dengan pimpinan entitas yang
diperiksa.
Komunikasi awal ini dilakukan oleh seluruh Tim Pemeriksa mulai dari Pengendali
Mutu hingga Anggota Tim. Dalam hal Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu tidak
dapat mendampingi karena alasan kedinasan lainnya, maka komunikasi awal
setidaknya dilakukan oleh Ketua Tim dan Anggota Tim. Dalam pertemuan awal ini,
PFP membuat notulen yang berisi informasi tentang pertemuan awal termasuk jika
entitas menolak pemeriksaan.
c. Pelaksanaan Program Pemeriksaan dan Penyusunan KKP
Pelaksanaan P2 dilakukan oleh PFP sesuai dengan pembagian tugas dalam PKP
dengan tujuan memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan kompeten. Bukti
pemeriksaan yang diperoleh kemudian menjadi bahan penyusunan KKP.
Seluruh pelaksanaan P2 dilaporkan oleh Ketua Tim kepada Pengendali Teknis melalui
laporan mingguan dan oleh Pengendali Teknis kepada Pengendali Mutu melalui
laporan dua mingguan. Dalam hal ada P2 yang tidak dapat dilaksanakan karena
pimpinan entitas menolak untuk diperiksa atau tidak menyediakan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 49


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

dokumen/keterangan yang diminta, maka PFP membuat Berita Acara Penolakan


Pemeriksaan/Pemberian Keterangan/Dokumen Pemeriksaan yang ditandatangani
oleh pimpinan entitas dan Pengendali Mutu.
Dalam hal PFP mengidentifikasi kebutuhan Tenaga Ahli pada saat pelaksanaan
pemeriksaan, PFP dapat mengusulkan permintaan tersebut kepada PSP dengan
disertai alasannya.
Dalam hal beberapa langkah pada P2 tidak dapat dilaksanakan atau ketika diperlukan
penambahan atau modifikasi langkah karena kondisi di lapangan, Ketua Tim dapat
mengusulkan perubahan P2 kepada Pengendali Mutu melalui Pengendali Teknis.
Dalam hal persetujuan belum diperoleh, Ketua Tim dapat melaksanakan langkah
pemeriksaan sesuai dengan usulan perubahan Program Pemeriksaan, tetapi dengan
sepengetahuan Pengendali Teknis. Perubahan Program Pemeriksaan beserta
alasannya harus didokumentasikan dalam KKP.
KKP sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan oleh Pemeriksa tentang prosedur
pemeriksaan yang ditempuh, pengujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh,
dan simpulan yang dibuat sehubungan dengan penugasannya berfungsi sebai bukti
bahwa Pemeriksa telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar
pemeriksaan dan program pemeriksaan. KKP juga berfungsi sebagai bahan
menyusun Temuan Pemeriksaan dan LHP serta membantu pelaksanaan review oleh
Pengendali Teknis dan/atau Pengendali Mutu. KKP dapat didokumentasikan dalam
media kertas dan/atau media elektronis, dengan syarat bahwa sistem elektronik
tersebut dapat mengakomodir proses review secara berjenjang sebagai bagian dari
pengendalian mutu.
KKP disusun oleh Anggota Tim dan Tenaga Ahli (jika ada) untuk di-review secara
berjenjang oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, dan/atau Pengendali Mutu saat
pelaksanaan pemeriksaan. KKP disusun dengan mencantumkan referensi silang pada
bagian yang saling berhubungan untuk mempermudah proses review baik oleh PT
ataupun oleh Pemeriksa berikutnya.
Berdasarkan pemeriksaan final, PFP menyusun lembar sampul dan Hasil Pelaksanaan
Prosedur Pemeriksaan (HP3) yang merupakan bagian dari KKP. Lembar sampul dan
HP3 merupakan lembar control yang digunakan oleh PT untuk memastikan bahwa

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 50


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

setiap langkah-langkah dalam P2 telah dilaksanakan dan sudah dilengkapi dengan


bukti dan analisis yang memadai dari Ketua Tim dan Anggota Tim.
Dalam hal terdapat prosedur yang tidak dapat dilaksanakan oleh Anggota Tim karena
satu dan lain hal, maka Anggota Tim perlu mendapatkan persetujuan Ketua Tim dan
Pengendali Teknis. Prosedur yang tidak dilaksanakan tersebut didokumentasikan
dalam kertas kerja disertai dengan alasan yang mendasari.
d. Penyusunan Temuan Pemeriksaan
Konsep TP disusun oleh Anggota Tim sesuai dengan bagian yang ditetapkan di dalam
PKP-nya dengan memperhatikan aspek kualitatifnya. TP tersebut didokumentasikan
sebagai KKP Anggota Tim dan didokumentasikan dalam Sistem Informasi
Pemeriksaan BPK. Proses penyusunan TP tersebut akan di-review oleh Ketua Tim.
Ketua Tim juga dapat menyusun TP dengan mempertimbangkan beban pekerjaan
dan kompleksitas pemeriksaan.
Ketua Tim memastikan terpenuhinya unsur-unsur TP (judul, kondisi, kriteria, sebab,
dan akibat). Selain itu, Ketua Tim juga mengidentifikasi TP yang mengandung unsur
pidana sesuai dengan peraturan perundangan yang terkait dengan Keterbukaan
Informasi Publik dan peraturan BPK yang terkait. TP kemudian secara berjenjang di-
review oleh PT dan PM. Temuan Pemeriksaan yang dinilai tidak layak berdasarkan
hasil review oleh Ketua Tim dan PT tetap didokumentasikan ke dalam KKP. Setelah
review dilakukan secara berjenjang, Ketua Tim menyampaikan konsep TP kepada
pejabat entitas yang diperiksa untuk dimintakan komentar instansi.
Penyelenggaraan diskusi antara PFP dengan pimpinan entitas dapat dilakukan dan
menjadi forum untuk menanggapi konsep TP tersebut. Diskusi tersebut dapat
diselenggarakan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum penyerahan TP kepada
pimpinan entitas yang diperiksa. Tujuan diskusi adalah untuk mengklarifikasi
permasalahan yang diungkap dalam konsep TP. Konsep TP yang terbukti salah akan
dihapuskan dan konsep TP yang benar akan menjadi Temuan Pemeriksaan. Konsep
TP yang salah tetap didokumentasikan dalam KKP dan dilaporkan kepada PM.
TP yang telah memperoleh komentar/tanggapan dari pimpinan entitas dihimpun
menjadi Himpunan TP oleh Ketua Tim. Diskusi dengan entitas didokumentasikan
dalam suatu risalah diskusi TP. Risalah tersebut sekaligus sebagai notulen pertemuan
akhir apabila tidak ada diskusi lebih lanjut. Jika entitas menindaklanjuti TP sebelum

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 51


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

tim menyelesaikan proses pelaporan pemeriksaan, maka TP tetap dimuat dalam LHP
beserta keterangan atas status penyelesaian tindak lanjutnya.
Untuk TP yang berindikasi merugikan negara/daerah dan/atau memiliki unsur pidana
maka Ketua Tim menyampaikannya kepada PT untuk kemudian didiskusikan
kelayakannya bersama PM. Untuk kemudian disampaikan kepada PSP.
e. Komunikasi Akhir (Penyampaian Temuan Pemeriksaan)
PM menyampaikan TP yang dilampiri komentar bersamaan dengan Surat
Penyampaian TP kepada pimpinan entitas. Dalam hal PM tidak dapat menyampaikan
secara langsung karena alasan kedinasan, maka penyampaian dapat dilakukan oleh
PT dan/atau Ketua Tim.
f. Pengakhiran Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
PFP menyampaikan Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan (LAPPL)
kepada PSP sebagai bentuk pertanggungjawaban. Penyampaian LAPPL merupakan
awal dari proses pelaporan. Konsep LAPPL disampaikan oleh Ketua Tim kepada PM
melalui PT disertai dengan Laporan Perkembangan Mingguan, Temuan Pemeriksaan,
Nota Penyampaian TP, penilaian kinerja tim, dan pertanggungjawaban keuangan.
g. Penilaian Kinerja PFP
Berdasarkan hasil review KKP dan observasi terhadap PFP, PFP secara berjenjang
membuat penilaian kinerja untuk PFP dengan peran satu tingkat di bawahnya. Aspek
yang dinilai meliputi sasaran kerja, kompetensi perilaku, dan kompetensi teknis PFP
selama pelaksanaan pemeriksaan. Lembar Penilaian Kinerja bersifat rahasia.
Sistem Manajemen Mutu pada tahap pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh Pemberi
Tugas Pemeriksaan, PSP, dan PFP. Tabel SMM yang berisi informasi mengenai objek
pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM tercantum dalam PMP.

3. Mekanisme Pelaporan Pemeriksaan;


Konsep LHP dan KKP wajib diserahkan oleh AP secara berjenjang kepada Penanggung
Jawab. Pelaporan pemeriksaan dan pengendalian mutu dilakukan sesuai dengan Bab IV
PMP.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 52


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pengendali Mutu berperan:


(1) me-review konsep LHP untuk menjamin kesesuaiannya dengan SPKN dengan
memperhatikan ketepatan waktu penyelesaian LHP;
(2) memastikan ketidaklayakan Temuan Pemeriksaan telah didukung oleh bukti yang
cukup;
(3) menyampaikan pelaporan informasi rahasia, indikasi kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana kepada Anggota terkait melalui Tortama/Kalan; dan
(4) me-review bahan IHPS.

Pengendali Teknis berperan:


(1) me-review konsep LHP dengan memperhatikan ketepatan waktu penyelesaian LHP;
(2) me-review usulan pelaporan informasi rahasia, indikasi kerugian negara/daerah
dan/atau unsur pidana;
(3) menjamin terpenuhinya unsur-unsur temuan sesuai SPKN;
(4) menjamin validitas substansi, kebenaran matematis, dan akurasi angka untuk hal-hal
yang material atas bahan penyusunan LHP;
(5) menjamin kesesuaian penggunaan bahasa dengan ketentuan yang berlaku; dan
(6) memastikan kebenaran bahan IHPS.

Ketua Tim berperan:


(1) menyusun konsep LHP dengan memperhatikan ketepatan waktu penyelesaian LHP;
(2) mengusulkan pelaporan informasi rahasia, indikasi kerugian negara/daerah dan/atau
unsur pidana;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 53


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

(3) menjamin kebenaran matematis, dan akurasi angka atas bahan penyusunan LHP;
dan
(4) menyusun bahan IHPS.
Anggota Tim berperan menyiapkan bahan penyusunan LHP dan bahan IHPS.

Mekanisme pelaporan pemeriksaan adalah sebagai berikut:


a. Penyusunan Konsep LHP
Ketua Tim menyusun konsep LHP berdasarkan TP dan informasi relevan yang telah
disiapkan oleh Anggota Tim. Dalam penyusunan konsep ini, Ketua Tim harus
menjamin validitas substansi, kebenaran matematis, dan akurasi angka atas bahan
penyusunan LHP yang diterima dari Anggota Tim. Konsep tersebut kemudian
disampaikan kepada PT, termasuk jika ada usulan informasi rahasia, indikasi kerugian
negara/daerah, dan/atau unsur pidana;
b. Review Konsep LHP
Konsep LHP di-review oleh PT yang disampaikan oleh Ketua Tim. Pembahasan
dengan PT terhadap konsep LHP dilakukan terkait kelengkapan, akurasi,
objektivitas, keyakinan, dan kejelasan atas temuan dan rekomendasi dalam LHP.
Hasil pembahasan konsep LHP dimuat dalam suatu risalah pembahasan konsep LHP
yang ditandatangani oleh Ketua Tim dan PT. Konsep LHP kemudian disampaikan
kepada PM untuk di-review kemudian disampaikan kepada PSP;
c. Penyampaian Konsep LHP dan Perolehan Tanggapan dari Entitas yang Diperiksa
Setelah memperoleh konsep LHP, PSP menyusun dan menandatangani surat
pengantar konsep LHP untuk disampaikan secara tertulis kepada pimpinan entitas
yang diperiksa sehingga dapat memperoleh tanggapan. Tanggapan entitas dimuat
dalam formulir Rencana Aksi sebagai bentuk rencana tindak lanjut entitas. Pada saat
penyampaian konsep LHP, disampaikan juga kuesioner untuk menilai pelaksanaan
pemeriksaan sebagai umpan balik atas independensi, integritas, dan profesionalisme
PFP.
Setelah menerima tanggapan dari entitas, PSP menyampaikannya kepada PFP untuk
ditelaah. Jika tanggapan yang diperoleh dianggap belum memadai atau memerlukan
penjelasan lebih lanjut, PFP dapat mengusulkan pembahasan dengan entitas yang
diperiksa kepada PTP melalui PSP. Hasil pembahasan disusun dalam suatu risalah;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 54


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

d. Finalisasi Konsep LHP


Tanggapan atas konsep LHP dan rencana aksi entitas yang diperiksa ditelaah oleh
Ketua Tim dan memuatnya dalam konsep LHP. Apabila Ketua Tim tidak sependapat
dengan tanggapan dan rencana aksi dari entitas, maka Ketua Tim
mengungkapkannya dalam konsep LHP untuk di-review secara berjenjang.
Setelah dilakukan penelaahan, Ketua Tim menyampaikan konsep LHP yang disertai
dengan tanggapan entitas secara berjenjang kepada PT dan PM untuk kemudian
disampaikan kepada PSP agar dapat dilakukan proses pemerolehan keyakinan mutu.
Steleh pemerolehan keyakinan mutu dilakukan, maka PSP menyusun konsep Surat
Keluar yang diparaf oleh PSP dan PFP sebagai pernyataan bahwa konsep LHP telah
mendapatkan pengendalian mutu dan pemerlehan keyakinan mutu yang memadai;
e. Persetujuan Konsep LHP dan Surat Keluar
PSP menyampaikan konsep LHP kepada PTP dengan dilampiri konsep Surat Keluar.
Apabila diperlukan, PTP dapat melakukan pembahasan atas konsep LHP dengan PSP
dan PFP. Hasil pembahasan dituangkan dalam suatu risalah. Konsep LHP kemudian
ditandatangani oleh PTP atau PFP yang ditugaskan oleh PTP sebagai Penanggung
Jawab Pemeriksaan menjadi LHP. Kemudian berdasarkan LHP tersebut, PTP
menandatangani Surat Keluar;
f. Penerbitan dan Penyerahan LHP
LHP dan Surat Keluar yang sudah ditandatangani menjadi dasar untuk melakukan
penggandaan dan penjilidan. Penyerahan LHP dilakukan oleh PTP kepada pemangku
kepentingan untuk ditindaklanjuti sesuai kewenangannya. Penyerahan tersebut
dituangkan dalam suatu berita acara serah terima.
BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK yang terdapat
dalam LHP dan melaporkan kepada lembaga perwakilan dalam IHPS. Substansi
pengelolaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan beserta dengan sistem manajemen
mutunya diatur tersendiri dalam Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
(PMPP).
Dalam rangka penentuan opini hasil pemeriksaan, BPK dapat meminta penjelasan kepada
Akuntan Publik untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai atas konsep LHP.
Dalam hal terdapat implikasi hukum atas pemeriksaan, AP dapat diminta untuk
memberikan keterangan terkait pemeriksaan tersebut. Pemenuhan tanggung jawab AP

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 55


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

sebagai penyedia jasa pemeriksaan dilakukan dengan menyerahkan konsep hasil


pemeriksaan termasuk KKP berdasarkan kontrak yang telah disepakati.
Sistem Manajemen Mutu pada tahap pelaksanaan pemeriksaan dilakukan oleh Pemberi
Tugas Pemeriksaan, PSP, dan PFP. Tabel SMM yang berisi informasi mengenai objek
pengendalian dan pemerolehan keyakinan mutu, tanggung jawab pada setiap aktivitas
SMM, serta dokumen yang dihasilkan dari aktivitas SMM tercantum dalam PMP.

4. Evaluasi atas Pemanfaatan Akuntan Publik (AP)


Evaluasi terhadap pemeriksaan yang memanfaatkan AP adalah proses penilaian atas
aspek kinerja pemeriksaan serta kinerja KAP. Evaluasi atas kinerja pemeriksaan bertujuan
untuk melihat kesesuaian pelaksanaan pemeriksaan dengan standar dan perangkat lunak
lainnya yang ada di BPK serta tujuan harapan penugasan. Sedangkan evaluasi atas kinerja
AP dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh tingkat kesesuaian pelaksanaan pekerjaan
dengan kontrak yang telah disepakati.
Evaluasi kinerja pemeriksaan yang memanfaatkan AP dilakukan pada semua tahap
pemeriksaan oleh Penanggung Jawab dan PSP. Hasil evaluasi disampaikan kepada Dit.
EPP sebagai bahan pertimbangan bagi Dit. EPP dalam melakukan evaluasi/review atas
database KAP Terdaftar di BPK dan bagi AKN/BPK Perwakilan untuk pemanfaatan AP
selanjutnya.
Evaluasi dilaksanakan oleh Unit Kerja Pemeriksaan pada objek Evaluasi yang ditentukan
oleh Komite Pengarah. Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Pengarah dibantu oleh
Komite Kerja dan Tim Evaluasi. Dimana Tim Evaluasi merupakan PFP yang terdiri dari
Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim, dan Anggota Tim.
Pelaksana proses Evaluasi setidaknya memiliki kualifikasi profesional terkait pemeriksaan
keuangan. Output yang dihasilkan dari proses evaluasi atas pelaksanaan pemeriksaan
oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah
Laporan Hasil Evaluasi (LHE).
Untuk proses Evaluasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
a. Perencanaan Evaluasi;
b. Pelaksanaan Evaluasi; dan
c. Pelaporan Hasil Evaluasi.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 56


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB IV
PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini peserta mampu memahami dan
menerapkan seluruh tahapan proses perencanaan
pemeriksaan

A. PROSES PERENCANAAN PEMERIKSAAN

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, pemeriksa menghadapi berbagai keterbatasan,


seperti waktu, sumber daya manusia, dan biaya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut
mengakibatkan pemeriksa tidak mungkin melakukan pengujian atas seluruh area pemeriksaan
dalam suatu entitas pemeriksaan. Di sisi lain, pemeriksa selalu menghadapi ketidakpastian (risiko)
dalam melaksanakan pemeriksaan. Misalnya, ketidakpastian terhadap ketepatan bukti, efektivitas
sistem pengendalian intern entitas pemeriksaan yang diperiksa, dan ketidakpastian apakah
laporan keuangan yang diberikan opini WTP telah menyajikan informasi keuangan secara wajar.
Kondisi tersebut mengharuskan pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan dengan sebaik-
baiknya, yang pada umumnya difokuskan pada area-area yang berisiko tinggi atas kemungkinan
timbulnya salah saji.
SPKN sebagaimana dalam Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan menyatakan
bahwa pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, pemeriksa harus
merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji
material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Hal
tersebut mengandung maksud bahwa proses perencanaan pemeriksaan LKPD mutlak harus
dilakukan guna mendukung efektivitas pemeriksaan LKPD secara keseluruhan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 57


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

B. LANGKAH DALAM TAHAP PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD

Dalam tahap perencanaan pemeriksaan, terdapat 10 (sepuluh) langkah/kegiatan, yaitu:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 58


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan


Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan untuk
mengetahui hasil akhir dan sasaran pemeriksaan yang diharapkan Pemberi Tugas serta
mengetahui kriteria pengukuran kinerja penugasan. Pemahaman tersebut dilakukan dengan
melakukan komunikasi dengan Pemberi Tugas oleh Pemeriksa
Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain:
a. laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya;
b. laporan hasil pemantauan tindak lanjut;
c. survei pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa;
d. database entitas; dan
e. hasil komunikasi dengan Pemeriksa sebelumnya.
f. Arahan dan pesan dari Badan atau Kepala Perwakilan (untuk pemeriksaan pada BPK
Perwakilan) yang disampaikan dalam forum/workshop persiapan pemeriksaan juga dapat
digunakan sebagai masukan untuk harapan penugasan.
Tujuan pemeriksaan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah Laporan Keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau
basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dengan memperhatikan:
a. kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi;
b. kecukupan pengungkapan;
c. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan; dan
d. efektivitas SPI.
Langkah-langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan meliputi:
a. Pembahasan dan pengomunikasian dengan Pemberi Tugas.
Pemeriksa bersama-sama dengan Pemberi Tugas membangun pemahaman yang jelas dan
dapat dijadikan dasar dalam mendefinisikan, memprioritaskan, dan mengukur kinerja
Pemeriksa dalam pelaksanaan penugasan.
b. Pengajuan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Langkah ini dilakukan oleh Pemeriksa dengan membuat penilaian (pengkajian awal) atas
entitas dan memutakhirkan pengetahuan mengenai lingkup kerja entitas. Pemeriksa juga
mempertimbangkan hasil pemeriksaan tahun lalu, catatan pertemuan-pertemuan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 59


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

sebelumnya, dan diskusi-diskusi dengan entitas. Pertimbangan awal mengenai informasi


tersebut memungkinkan Pemeriksa untuk mempersiapkan pembicaraan dengan Pemberi
Tugas dan menentukan area yang ingin ditelaah lebih dalam. Penilaian awal ini juga dapat
digunakan untuk mempertimbangkan Pemeriksa yang akan ditugaskan dalam
pemeriksaan tersebut.
c. Penetapan tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan yang telah dirumuskan, didokumentasikan
secara tertulis dan ditandatangani oleh Ketua Tim, Pengendali Teknis, Penanggung Jawab,
atau Pemberi Tugas.

2. Pemahaman Entitas dan Proses Bisnis


Aktivitas pemahaman entitas dan proses bisnis bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam dan memadai mengenai proses kerja secara umum dan risiko
terkait dari tiap proses kerja spesifik entitas yang diperiksa, serta untuk mengidentifikasi dan
memahami hal-hal penting yang harus dipenuhi oleh entitas dalam mencapai tujuan.
Input yang diperlukan dalam aktivitas ini, antara lain sebagai berikut:
a. Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebelumnya;
b. Komunikasi dengan Pemeriksa terdahulu;
c. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas;
d. Hasil survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa;
e. Laporan hasil pengawasan internal;
f. Database entitas, database entitas dapat diperoleh melalui pusat data BPK dengan
mekanisme e-audit; dan
g. Informasi lain yang relevan dari lembaga sumber, seperti pengumuman di media,
kutipan situs internet, dan lain-lain.
Langkah-langkah dalam aktivitas ini antara lain:
a. mendapatkan pemahaman yang mutakhir mengenai faktor – faktor internal dan
eksternal yang memengaruhi entitas;
b. memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh stakeholders utama terhadap entitas;
c. mengidentifikasi dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan yang
mungkin mempunyai dampak signifikan pada laporan keuangan entitas;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 60


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

d. memahami tujuan dan sasaran entitas dan pengembangan strategi usaha untuk
mencapainya;
e. mengidentifikasi faktor sukses yang penting (critical success factors) bagi pencapaian
tujuan entitas;
f. mengidentifikasi dan mendapatkan gambaran umum proses kerja entitas;
g. mengidentifikasi proses kerja strategis entitas; dan
h. memahami bagaimana manajemen mengendalikan proses kerja strategisnya untuk
mencapai faktor penentu keberhasilan (critical success factor - CSF) entitas.
Pemeriksa harus memperoleh pemahaman yang mutakhir mengenai faktor-faktor
internal dan eksternal yang memengaruhi entitas. Faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh atas entitas tersebut adalah peraturan perundang-undangan, organisasi,
pengelolaan sistem keuangan baik itu manual maupun elektronik, praktik-praktik akuntansi
dan kewajiban pelaporan keuangan, dampak lingkungan, sosial, ekonomi, dan pertimbangan
politik.
Faktor-faktor internal dan eksternal entitas tersebut merupakan sumber informasi
bagi Pemeriksa untuk menganalisis indikasi penting adanya potensi risiko salah saji atas
laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi dan mempertimbangkan risiko tersebut
melalui pemahaman kegiatan/operasi utama entitas serta faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi kegiatan/operasi tersebut.
Pemeriksa mengidentifikasi proses kerja strategis entitas berdasarkan pemahaman
Pemeriksa terhadap lingkup kerja entitas secara profesional. Sebuah proses dianggap
penting jika tujuan dan/atau keluarannya (output) secara langsung berhubungan dengan
pencapaian faktor sukses. Di lain pihak, sebuah proses tidak akan dinilai sebagai sebuah
proses kerja strategis jika tujuan proses tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan
pencapaian faktor sukses. Pada saat mengidentifikasi proses kerja strategis, Pemeriksa juga
mengidentifikasi dan memahami sistem Teknologi Informasi (TI) dan aplikasi bisnis yang
berpengaruh terhadap proses kerja strategis. Sampai tahap ini Pemeriksa akan dapat
mempertimbangkan area-area dari sistem informasi operasional manajemen berbasis TI
sebagai salah satu proses kerja strategis yang difokuskan dalam pemeriksaannya dan
kemungkinan penerapan teknik-teknik Audit TI.
Untuk memahami bagaimana manajemen entitas mengendalikan proses kerja
strategis tersebut, Pemeriksa mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 61


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

a. pelaporan keuangan, sistem atau pengelolaan operasi, dan kepatuhan proses


(implementasinya);
b. konsistensi tujuan pengendalian dengan pencapaian faktor sukses strategis entitas;
c. efektivitas pengendalian proses-proses tersebut yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan, operasi dan tujuan; dan
d. pandangan manajemen mengenai kekuatan dan risiko proses tersebut.

Pemeriksa juga mengidentifikasi setiap perubahan yang dibuat dalam waktu dekat
atau yang diantisipasi, yang berhubungan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
teknologi yang terlibat dalam proses kerja strategis. Pemeriksa dapat memperoleh beberapa
informasi tersebut saat mendapatkan pemahaman umum atas proses kerja entitas.
Pemeriksa dapat mendokumentasikan mengenai lingkup kerja entitas dalam bentuk
catatan, ringkasan mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT), atau
bukti-bukti sejenis. Pendokumentasian pemeriksaan mencakup pula pemahaman Pemeriksa
mengenai sasaran tujuan, strategi, faktor sukses strategis utama, pengaruh internal dan
eksternal entitas, atau pengaruh pemangku kepentingan utama terhadap tindakan
pimpinan/manajemen entitas.
Dokumentasi gambaran entitas tersebut adalah yang mempunyai dampak signifikan
terhadap lingkup kerja entitas dan risiko laporan keuangan, serta bagaimana pemahaman
Pemeriksa akan hal-hal tersebut dapat memengaruhi penilaian risiko secara gabungan
(combined risk assessment) atas risiko inheren dan risiko pengendalian, dan penentuan
strategi pemeriksaan.

3. Pemahaman Hasil Pemeriksaan Sebelumnya


Tujuan dari tahap ini adalah:
a. memperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai proses kerja entitas dan risiko-
risiko terkait berdasarkan hasil pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK;

b. menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK; dan menganalisis dampak
pelaksanaan tindak lanjut terhadap laporan keuangan yang diperiksa.

Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain:


a. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;

b. matriks dan resume pemantauan tindak lanjut atas pemeriksaan sebelumnya;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 62


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

c. hasil analisis pemantauan tindak lanjut;

d. laporan hasil pemantauan tindak lanjut;

e. hasil pemahaman umum atas entitas; dan laporan hasil Audit TI, apabila pernah
dilakukan pada entitas terperiksa.

Pemantauan tindak lanjut adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara


sistematis oleh BPK untuk menentukan bahwa pejabat telah melaksanakan rekomendasi
hasil pemeriksaan dalam tenggang waktu yang telah ditentukan oleh undang-undang.
Tindak lanjut yang dilaksanakan oleh entitas dapat pula mengindikasikan adanya
risiko lain yang masih harus diperhatikan dalam pemeriksaan tahun berjalan. Pemeriksa harus
menyadari akan kemungkinan ini terhadap risiko pemeriksaan yang dilakukan. Rekomendasi
signifikan atas hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya yang tidak atau belum seluruhnya
ditindaklanjuti harus menjadi bahan pertimbangan atas pemeriksaan tahun berjalan.

4. Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal


Tujuan dari prosedur ini adalah untuk membantu Pemeriksa dalam merencanakan
sifat, saat, dan lingkup untuk prosedur-prosedur lainnya di tahap selanjutnya atau prosedur
pemeriksaan yang akan digunakan untuk memperoleh bukti-bukti pemeriksaan untuk saldo
akun atau kelas transaksi tertentu.
Input yang diperlukan dalam tahap ini antara lain:
a. laporan hasil pemeriksaan sebelumnya;

b. matriks dan resume pemantauan tindak lanjut atas pemeriksaan sebelumnya;

c. hasil analisis pemantauan tindak lanjut;

d. laporan hasil pemantauan tindak lanjut;

e. hasil pemahaman umum atas entitas; dan

f. laporan hasil Audit TI, apabila pernah dilakukan pada entitas terperiksa.

Pemeriksa melakukan analisis keseluruhan atas informasi keuangan dan


nonkeuangan disertai dengan informasi yang didapatkan dari pemahaman entitas mengenai
kegiatan keuangan dan operasi. Prosedur Analitis keseluruhan yang terarah akan membantu
Pemeriksa dalam mengidentifikasi area-area yang berisiko tinggi yang membutuhkan
pemeriksaan yang mendalam dibandingkan area-area yang berisiko rendah. Oleh karena itu,
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 63
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

keseluruhan Prosedur Analitis dirancang untuk memberikan penjelasan atas perubahan-


perubahan yang terjadi, baik yang sudah diduga sebelumnya maupun tidak terduga, jumlah
yang tertera dalam laporan keuangan, indikator-indikator penyajian, tren laba perusahaan,
atau hal-hal yang berhubungan dengan keuangan.
Keseluruhan Prosedur Analitis yang dilakukan akan meningkatkan pemahaman
Pemeriksa atas dampak dari kejadian penting dan kegiatan operasi/kerja entitas, kondisi
keuangan, dan kemampuan keuangan entitas. Pemahaman serta pengetahuan akan bidang
usaha atau kegiatan entitas akan membantu Pemeriksa dalam mengembangkan pemahaman
atas akun, dan segala hal yang berhubungan dengan keuangan pada keseluruhan periode
pemeriksaan. Pemahaman ini akan membantu Pemeriksa untuk mengidentifikasi transaksi-
transaksi yang tidak biasa, dan untuk menilai kewajaran dari perhitungan saldo akun-akun
atau pos-pos keuangan sebelum melakukan prosedur analitis yang lebih rinci atau prosedur
subtantif.
Teknik Prosedur Analitis Awal biasanya meliputi perbandingan saldo yang tercatat
dengan data-data lainnya (seperti saldo keuangan tahun yang lalu, saldo akun-akun yang
berhubungan, atau pos-pos sejenis pada tahun lalu), penggunaan rasio-rasio atau hal lainnya
yang masih berhubungan, dan analisis terhadap industri/kegiatan entitas. Setiap perbedaan-
perbedaan yang diidentifikasi sebagai hasil dari prosedur-prosedur ini akan dievaluasi lagi
untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan dalam area pemeriksaan
tertentu. Pemeriksa haruslah mendokumentasikan penemuan-penemuannya sebagai bahan
pertimbangan selanjutnya.
Prosedur Analitis Awal didokumentasikan dalam dokumen Prosedur Analitis.
Langkah-langkah dan pendokumentasian prosedur analitis awal dibahas secara lebih rinci
dalam suatu Seri Panduan Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan.

5. Pemahaman atas Sistem Pengendalian Internal


Sistem Pengendalian Internal, yang selanjutnya disebut SPI, adalah suatu proses
integral yang didesain dan diimplementasikan oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan yang memadai terhadap pencapaian tujuan entitas terkait dengan:
a. efektivitas dan efisiensi operasi;
b. keandalan dari laporan keuangan;
c. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan; dan pengamanan aset.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 64


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pemahaman atas SPI bertujuan mengkaji pengendalian internal yang diterapkan oleh
entitas dalam menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien serta mengkaji
kemungkinan terjadinya kesalahan dan kecurangan (misstatement dan fraud).
Dalam tahap ini, Pemeriksa juga melakukan penilaian kemungkinan salah saji yang
disebabkan oleh hal-hal terkait risiko lingkungan SPI. Entitas terperiksa dapat menerapkan
pengendalian lingkungan internalnya secara berbeda-beda, sesuai dengan besarnya risiko
lingkungan SPI yang mereka hadapi. Entitas dengan risiko lingkungan SPI yang kecil/rendah
dapat menyatukan pengendalian internal terkait lingkungan SPI dengan pengendalian
internal reguler yang mereka miliki, sedangkan entitas dengan risiko lingkungan SPI yang
besar mungkin harus memiliki pengendalian internal yang khusus didesain untuk
mengendalikan risiko lingkungan SPI.
Dalam memahami SPI entitas, data dan informasi yang dibutuhkan antara lain:
a. struktur organisasi;
b. seluruh uraian pekerjaan yang terkait pelaporan keuangan;
c. prosedur operasi standar (Standard Operating Procedure/SOP);
d. kebijakan akuntansi;
e. kebijakan dan keputusan penting yang ditetapkan oleh pimpinan entitas;
f. anggaran tahunan;

g. laporan pertanggungjawaban;

h. laporan, kertas kerja pengawasan internal, dan program pengawasan internal;

i. peraturan perundang-undangan yang berpengaruh terhadap pelaporan keuangan entitas,


termasuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lingkungan.

j. dokumen yang berisi komitmen entitas dalam menjalankan kegiatan yang terkait
lingkungan, kebijakan, dan pencapaian dalam mengelola hubungan antara proses bisnis
dan risiko lingkungan;

k. khusus untuk entitas yang telah menggunakan TI, maka Pemeriksa harus memiliki
pemahaman terhadap dokumen pengendalian terkait penggunaan TI.

Hasil pemahaman SPI didokumentasikan dalam bentuk:


a. narasi siklus transaksi;
b. bagan alir (flowchart) siklus transaksi; dan
c. kuesioner SPI.
Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 65
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Gambar Alur Pertimbangan atas Hasil Pemeriksaan Sebelumnya

tid a k

A p a k a h a d a te m u a n
p a d a p e m e r ik s a a n R P : R endah
s e b e lu m n y a ?

ya

tid a k

Sudah ada
R P : T in g g i
tin d a k la n ju t?

ya

tid a k

A p a k a h tin d a k la n ju t
R P : S e d a n g /T in g g i
s u d a h s e l e s a i?

ya

R P : R endah

6. Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal


Tujuan tahap ini adalah melakukan pengkajian atas penilaian risiko-risiko pemeriksaan
agar dapat disusun prosedur pemeriksaan yang fokus pada area berisiko tinggi yang
disebabkan oleh salah saji ataupun fraud, sehingga proses pemeriksaan menjadi lebih efektif
dan efisien.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
a. kertas kerja pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua
dan selanjutnya) terutama mengenai penilaian risiko;

b. hasil penelaahan umum atas entitas;

c. Matriks Risiko Bisnis entitas;

d. hasil Fraud Risk Assessment;

e. hasil pemahaman atas IT Risk Assesment;

f. hasil diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau Komite Audit entitas yang pernah
dilakukan;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 66


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

g. hasil diskusi dengan personil satuan kerja pengawasan internal yang pernah dilakukan
dan hasil reviu laporan hasil pengawasan internal; dan hasil pemahaman atas SPI.

Pemeriksa mengumpulkan informasi dan bukti pemeriksaan yang telah diperoleh


melalui langkah-langkah sebelumnya dan menggunakan bukti pemeriksaan dan informasi itu
untuk membuat penilaian tentang risiko inheren, risiko pengendalian, ataupun risiko deteksi,
yang dihubungkan dengan masing-masing akun/siklus signifikan dan asersi terkait. Dengan
demikian, Pemeriksa dapat menentukan sifat, pemilihan waktu, dan luas dari prosedur
pemeriksaan berdasarkan penilaian risiko secara gabungan tersebut.
Pemeriksa melakukan penilaian risiko untuk setiap saldo akun atau kelompok akun
maupun siklus yang signifikan. Prosedur penilaian awal tentang risiko ini kemudian
dihadapkan untuk setiap asersi laporan keuangan. Langkah-langkah yang akan dilaksanakan
antara lain:
a. menetapkan tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima Pemeriksa (Acceptable
Audit Risk) untuk tingkat laporan keuangan entitas.

b. memperoleh pemahaman dan penilaian tentang risiko terjadinya kesalahan penyajian


laporan keuangan (risk of misstatement in financial statement)

1) penilaian risiko inheren. Dalam melakukan penilaian atas risiko inheren, Pemeriksa
perlu mempertimbangkan adanya risiko yang berkaitan dengan lingkungan alam,
yakni yang merupakan risiko salah saji material pada laporan keuangan yang
disebabkan oleh masalah lingkungan, misalnya timbulnya kerusakan alam/lingkungan
hidup akibat dari aktivitas tertentu yang dilakukan oleh entitas;

2) penilaian risiko pengendalian;

3) mempertimbangkan pengaruh risiko terjadinya kecurangan (fraud) pada saat


penilaian risiko inheren dan risiko pengendalian;

c. menetapkan risiko deteksi;

d. menentukan sifat, saat, dan luas prosedur pemeriksaan untuk mendapat bukti
pemeriksaan selanjutnya. Penentuan sifat, saat dan luas dari prosedur pemeriksaan
dapat didasarkan pada interpretasi risiko deteksi yang diperoleh dari formula risiko
pemeriksaan; dan

e. merencanakan pengujian terinci (test of details).

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 67


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pemeriksa mendokumentasikan hasil penilaian risiko dalam Matriks Risiko Bisnis (MRB)
Entitas, Matriks Risiko Pengendalian (MRP), matriks/formulir penilaian risiko kecurangan, dan
formulir penilaian risiko tingkat akun.

7. Penetapan Batas Materialitas Awal


Tujuan tahap ini adalah Pemeriksa menentukan batasan materialitas dalam
perencanaan pemeriksaan yang akan dilakukan. Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut.
a. hasil penelaahan umum atas entitas;

b. hasil pemahaman SPI;

c. hasil penilaian risiko pemeriksaan;

d. kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun
kedua dan selanjutnya) terutama mengenai penilaian risiko dan materialitas; dan data
laporan keuangan entitas.

Pemeriksa menetapkan batas materialitas pemeriksaan keuangan. Materialitas


merupakan besaran informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau kesalahan
penyajian dalam laporan keuangan akan mengubah atau memengaruhi pengambilan
keputusan. Dalam mengembangkan strategi pemeriksaan, Pemeriksa mengklasifikasikan
materialitas dalam 2 (dua) kelompok:
a. perencanaan tingkat materialitas (Planning Materiality/PM) yang berhubungan dengan
laporan keuangan secara keseluruhan; dan

b. kesalahan tertoleransi (Tolerable Misstatement/TM) yang berhubungan dengan akun-


akun atau pos-pos keuangan secara individual.

Nilai materialitas awal (PM) merupakan nilai maksimum yang menjadi batas
pemeriksa untuk meyakini bahwa semua salah saji yang diatas nilai tersebut dianggap
material dan dapat mempengaruhi keputusan dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Materialitas ini ditetapkan untuk tingkat keseluruhan laporan keuangan. Penetapan nilai
materialitas awal secara kuantitatif meliputi tahapan:
a. penentuan dasar (basis) penetapan materialitas;

b. penentuan tingkat (rate) materialitas;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 68


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

c. penetapan nilai materialitas awal; dan

d. penetapan kesalahan yang dapat ditoleransi.

Selain menentukan jumlah PM dan TM, Pemeriksa juga menentukan jurnal usulan
koreksi yang akan diajukan kepada entitas. Nominal jurnal koreksi yang diusulkan Pemeriksa
menggunakan pertimbangan prinsip materialitas. Pemeriksa mendokumentasikan dalam
strategi pemeriksaan hal-hal mengenai perencanaan materialitas, kesalahan tertoleransi, dan
jumlah nominal yang dibukukan di dalam Koreksi Pemeriksaan.

8. Penentuan Metode Uji Petik


Tujuan tahap ini adalah Pemeriksa menentukan metode dan teknik pemilihan uji petik
yang tepat dalam pengujian yang akan dilaksanakannya.Input yang diperlukan dalam tahap
ini adalah sebagai berikut.
a. hasil penelaahan umum atas entitas;

b. hasil pemahaman SPI;

c. hasil penilaian risiko pemeriksaan atas setiap akun atau kelompok akun;

d. kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun
kedua dan selanjutnya) terutama mengenai penilaian risiko dan materialitas; dan data
laporan keuangan entitas.

Pemeriksa menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesional. Uji


petik merupakan elemen uji yang diambil oleh Pemeriksa untuk memberikan keyakinan
tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Metode
uji petik yang dilakukan dapat menggunakan metode statistik atau nonstatistik.
Penentuan uji petik dengan metode statistik dalam pengujian pengendalian dilakukan
dengan metode attribute sampling, sedangkan dalam pengujian substantif menggunakan
metode variable sampling. Penentuan uji petik dengan metode nonstatistik ditentukan oleh
pertimbangan profesional Pemeriksa dengan memperhatikan, antara lain cakupan dan
lingkup pemeriksaan, risiko dan tingkat materialitas, sistem akuntansi yang diselenggarakan
oleh entitas yang diperiksa, serta dengan memperhatikan asas manfaat (cost and benefit).

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 69


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Penggunaan metode uji petik baik metode statistik maupun nonstatistik harus
didokumentasikan di dalam KKP. Dokumentasi tersebut antara lain mengungkapkan alasan
penggunaan dan gambaran umum metode uji petik tersebut.

9. Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa


Langkah ini dilakukan dengan tujuan:
a. menyusun Tim Pemeriksa dengan komposisi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan
penugasan;

b. memberi tahu Anggota Tim Pemeriksa mengenai penugasan yang akan dilakukan, yang
meliputi tujuan pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, harapan Pemberi Tugas, dan ukuran
kinerja pemeriksaan; dan

c. membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-masing dan mendapatkan


komitmen dari anggota Pemeriksa akan peran mereka dalam penyelesaian tugas dan
memenuhi harapan Pemberi Tugas agar dapat dilaksanakan pemeriksaan yang efektif
dan efisien.

Input yang diperlukan dalam langkah pemenuhan kebutuhan Pemeriksa ini adalah:
a. KKP sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun kedua dan
selanjutnya terutama tentang hal-hal spesifik yang cukup signifikan yang harus diperiksa
(misalnya, perpajakan, teknologi informasi entitas, dan aspek lingkungan);

b. Formulir Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan;

c. Hasil pemahaman atas SPI;

d. Hasil penilaian risiko pemeriksaan atas akun/siklus; dan

e. Profil SDM pemeriksa (ketersediaan dalam jumlah, peran, jabatan, dan kriteria lainnya).

SPKN mengatur bahwa Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan


profesional yang memadai untuk melaksanakan pemeriksaan, memenuhi persyaratan
pendidikan berkelanjutan, dan memenuhi persyaratan kemampuan/keahlian Pemeriksa.
SPKN juga mengatur bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
organisasi Pemeriksa, dan Pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari
gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat memengaruhi independensi.
Selain itu, Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memenuhi
kualifikasi tambahan, yaitu memiliki keahlian di bidang akuntansi dan pemeriksaan,

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 70


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang
diperiksa, dan sebaiknya memiliki sertifikasi keahlian. Khusus bagi Pemeriksa yang berperan
sebagai Penanggung Jawab pemeriksaan keuangan, ia harus memiliki sertifikasi keahlian
yang diakui secara profesional.

10. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja


Tujuan penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP)
adalah merangkum seluruh tahapan perencanaan ke dalam suatu dokumentasi formal untuk
mendapat pengesahan. Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:
a. hasil penelaahan umum atas entitas;

b. hasil pemahaman dan pengujian pengendalian;

c. hasil penilaian risiko pemeriksaan;

d. strategi pemeriksaan;

e. hasil penetapan batas materialitas;

f. hasil penentuan metode uji petik;

g. Rencana Kerja Pemeriksaan; dan

h. hasil penentuan kebutuhan Tim Pemeriksa.

P2 dipersiapkan atau diperbaharui pada masing-masing penugasan untuk prosedur


pengujian atas pengendalian internal dan pemeriksaan substantif atas akun atau pos-pos
keuangan signifikan yang terkait. P2 mengkonversikan strategi pemeriksaan yang dibuat
menjadi suatu deskripsi komprehensif mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Lebih lanjut,
P2 tersebut harus diperiksa dan disetujui oleh Penanggung Jawab sebelum pelaksanaan
pekerjaan.
P2 menjelaskan secara terperinci jenis, waktu, dan luas prosedur pemeriksaan
(misalnya prosedur yang akan dilakukan, banyaknya transaksi yang akan diuji atau jumlah
uang yang akan diverifikasi, dan kapan prosedur tersebut akan dilakukan). P2 yang disusun
pada saat perencanaan sifatnya tentatif, artinya masih dapat berubah apabila pada tahap
pelaksanaan diperlukan pemutakhiran baik berupa penambahan, pengurangan, atau
perubahan atas langkah-langkah atau prosedur pemeriksaan yang disesuaikan dengan
kondisi terkini/yang ada.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 71


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Berdasarkan paket P2 yang telah disetujui, Ketua Tim melakukan pembagian tugas
kepada masing-masing Anggota Tim atas langkah pemeriksaan yang terdapat dalam P2. Para
Anggota Tim Pemeriksa kemudian menyusun konsep PKP yang merupakan penjabaran dari
P2 dan mengajukannya kepada Ketua Tim untuk direviu. Setelah memperhatikan
pertimbangan Pengendali Teknis, Ketua Tim Pemeriksa menyetujui konsep PKP. Bentuk P2
dan PKP mengacu kepada PMP.

C. PEMERIKSAAN PENDAHULUAN DAN PEMERIKSAAN INTERIM

Dalam pemeriksaan LKPD seringkali muncul istilah pemeriksaan interim dan


pemeriksaan pendahuluan. Secara prinsip, pemeriksaan interim dilaksanakan pada tahun
berjalan sebelum tanggal laporan keuangan (31 Desember 200X), misalnya dilaksanakan pada
Semester II. Cakupan pemeriksaan interim biasanya meliputi data transaksi-transaksi selama
periode tahun tersebut sampai dengan pemeriksaan interim berlangsung. Sedangkan
pemeriksaan pendahuluan merupakan pemeriksaan atas LKPD yang dilakukan setelah tanggal
laporan keuangan (31 Desember 200X), tetapi sebelum LKPD (unaudited) diserahkan oleh pihak
entitas untuk diperiksa. Jika pemeriksaan LKPD dilaksanakan setelah LKPD (unaudited)
diserahkan oleh pihak entitas untuk diperiksa, dikenal istilah pemeriksaan terinci.
Selain soal waktu pelaksanaan, perbedaan lainnya diantara pemeriksaan interim dan
pendahuluan adalah pelaksanaan pengujian substantif yang umumnya dilakukan pada
pemeriksaan interim tetapi tidak dilakukan pada pemeriksaan pendahuluan. Namun demikian,
baik pemeriksaan interim maupun pemeriksaan pendahuluan berada pada tahap perencanaan
pemeriksaan yang dapat menjadi dasar penyusunan program pemeriksaan terinci dan sama-
sama merupakan bagian dari tujuan pemeriksaan LKPD secara keseluruhan, yaitu pemberian
opini atas kewajaran LK.
Pada umumnya, kebijakan perlu tidaknya dilaksanakan pemeriksaan interim dan/atau
pemeriksaan pendahuluan pada LKPD sepenuhnya ditetapkan oleh masing-masing BPK
Perwakilan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Kekuatan personil auditor pada Perwakilan yang bersangkutan;
2. Nilai anggaran entitas yang diperiksa;
3. Hasil pemeriksaan sebelumnya; dan
4. Pertimbangan objektif lainnya.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 72


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pelaksanaan pemeriksaan interim atas LKPD antara lain bertujuan untuk:


1. Pemberian kesimpulan hasil reviu atas sistem pengendalian intern dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan.
2. Pengujian kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan atas transaksi-transaksi selama
periode yang berlangsung sampai dengan saat pemeriksaan interim.
3. Perolehan data dan informasi untuk pengembangan perencanaan pemeriksaan terinci LKPD,
antara lain meliputi, tapi tidak terbatas pada, pemantauan atas tindak lanjut hasil pemeriksaan
sebelumnya dan penilaian risiko (risk assesment).
Sementara itu, tujuan pemeriksaan pendahuluan atas LKPD umumnya diarahkan untuk:
1. Menilai efektivitas sistem pengendalian intern (SPI);
2. Menilai kepatuhan atas peraturan perundang-undangan;
3. Memantau tindak lanjut atas hasil pemeriksaan tahun-tahun sebelumnya, terutama tindak
lanjut atas temuan-temuan yang berdampak terhadap salah saji atau menjadi pengecualian
atas LKPD tahun sebelumnya.
Dalam pemeriksaan interim dan pemeriksaan pendahuluan tidak ada penyusunan LHP,
tetapi terdapat laporan pemeriksaan interim/pendahuluan yang bersifat internal. Permasalahan
yang ditemukan dalam pemeriksaan interim maupun pemeriksaan pendahuluan akan menjadi
bagian dari LHP pemeriksaan terinci.

D. PEMANFAATAN E-AUDIT DALAM PEMERIKSAAN LKPD

E-Audit merupakan sebuah sistem yang membentuk sinergi antara sistem informasi di
BPK dengan sistem informasi yang dimiliki entitas pemeriksaan yang menggunakan komunikasi
data untuk secara sistematis membentuk pusat data pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara di BPK.
E-Audit dapat memfasilitasi Pemeriksa untuk mempermudah kegiatan pemeriksaan,
antara lain dalam pemerolehan data dan pengujian transaksi dengan efektif dan efisien. Dengan
memanfaatkan e-Audit, pemeriksa dapat mengumpulkan data dari entitas, baik pada saat
pemeriksaan maupun diluar proses pemeriksaan. Data yang terkumpul di pusat data BPK dapat
dimanfaatkan Pemeriksa setiap saat.
Dengan penerapan e-Audit, diharapkan dapat tercapai kegiatan pemeriksaan yang
efektif dan efisien dengan menciptakan suatu sinergi secara elektronik. Sinergi tersebut dapat

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 73


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

memperdalam perencanaan pemeriksaan, memperluas cakupan pemeriksaan, efisiensi


pelaksanaan field-audit, mempercepat pemenuhan kebutuhan data dalam proses pemeriksaan
serta meningkatkan validitas dan akurasi hasil pemeriksaan.
Penerapan e-Audit dalam pemeriksaan LKPD dapat dilaksanakan melalui modul-modul
yang telah disediakan dalam portal e-Audit, diantaranya:
1. Pengujian asersi keterjadian dan penilaian pos Belanja Perjalanan Dinas, melalui pencocokan
dokumen pertanggungjawaban perjalanan dinas (nama, harga, nomor tiket dan boarding
pass) dengan data manifest perusahaan penerbangan;
2. Pengujian asersi keterjadian dan penilaian atas transaksi penyetoran pajak-pajak pemerintah
pusat (Perhitungan Fihak Ketiga, PFK) yang dipotong/dipungut oleh bendahara pemerintah
daerah, melalui pencocokan dengan database Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN);
3. Pengujian asersi keterjadian dan kelengkapan atas transaksi Pendapatan Transfer (DAU, DAK,
Dana Bagi Hasil) yang diterima oleh pemerintah daerah melalui pencocokan dengan data
pengiriman dari pemerintah pusat (Kementerian Keuangan).
4. Pengujian asersi keterjadian dan kelengkapan atas transaksi Belanja Bagi Hasil Pajak yang
disajikan pemerintah provinsi melalui pencocokkan dengan jumlah data Pendapatan Bagi
Hasil Pajak yang diterima oleh seluruh kabupaten/kota di wilayah provinsi tersebut.
Gambaran Penerapan E-Audit BPK

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 74


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB V
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari Modul ini peserta diharapkan dapat


memahami dan mempraktikkan tahapan pelaksanaan pemeriksaan
di lapangan.

A. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Pelaksanaan pemeriksaan merupakan realisasi atas perencanaan pemeriksaan yang telah


ditetapkan pada tahapan perencanaan pemeriksaan. Pada Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan,
Pemeriksa akan melakukan serangkaian pengujian terkait dengan nilai yang disajikan pada
Laporan Keuangan untuk mendapat keyakinan yang memadai (reasonable assurance) terhadap
kewajaran penyajian Laporan Keuangan dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Pemeriksa juga melakukan pendokumentasian atas pengujian-pengujian yang dilakukan pada
saat pemeriksaan. Bila ditemukan terdapat permasalahan berdasarkan dari pengujian-pengujian
yang dilakukan, pemeriksa menuangkan permasalahan–permasalahan tersebut pada temuan
pemeriksaan.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang ada pada tahapan
Pelaksanaan Pemeriksaan. Selain itu, peserta akan melakukan simulasi pelaksanaan pemeriksaan
dengan studi kasus yang telah disediakan.

B. LANGKAH DALAM TAHAP PELAKSANAAN PEMERIKSAAN


Tahapan pelaksanaan pemeriksaan LKPD terdiri dari 10 tahapan yang dimulai dari
pelaksanaan pengujian pengendalian internal dan diakhiri dengan penilaian risiko dan
materialitas akhir. Secara ringkas, setiap tahapan pada tahapan pelaksanaan pemeriksaan
adalah sebagai berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 75


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

TAHAPAN OUTPUT/
PENJELASAN
DOKUMENTASI
Pengujian Pengujian pengendalian dilakukan KKP Pengujian
Pengendalian berdasarkan program pemeriksaan hasil dari Pengendalian
tahap perencanaan pemeriksaan

Hasil pengujian pengendalian digunakan - Form Penilaian


Penyesuaian Tingkat sebagai dasar untuk menyesuaikan hasil risiko
risiko dan Tingkat penilaian risiko awal dan materialitas awal - Form
Materialitas sehingga sesuai dengan kondisi yang ada pada Materialitas
pelaksanaan pemeriksaan apabila diperlukan
penyesuaian

Penyesuaian Prosedur Sifat, saat, dan luas lingkup Pengujian Prosedur Pengujian
Pengujian Substantif menyesuaikan dengan penyesuaian Substantif setelah
tingkat risiko dan tingkat materialitas disesuaikan

Pengujian Pengujian substantif dilakukan dengan KKP Pengujian


Substantif menggunakan prosedur pengujian substantif
yang telah disesuaikan
Substantif

Evaluasi hasil pengujian substantif akan


Evaluasi terhadap menentukan apakah diperlukan prosedur KKP Pengujian
pelaksanaan pengujian tambahan untuk mendapatkan kecukupan Substantif
substantif bukti untuk meyakini hasil pengujian subtantif

Prosedur
Melaksanakan prosedur pengujian tambahan Tambahan jika
Pelaksanaan jika memang bukti dirasa belum memadai dari memang
Prosedur Tambahan segi kecukupan dan ketepatan dan jika ada dianggap perlu
indikasi kecurangan

- LTP
Penyusunan dan Dari hasil pengujian-pengujian yang dilakukan
pemeriksa menyusun temuan pemeriksaan jika - Usulan Jurnal
Penyampaian Temuan Koreksi
Pemeriksaan dan Jurnal terdapat permasalahan yang ditemukan pada
Penyesuaian saat melaksanakan pengujian dan membuat - Surat
usulan jurnal koreksi Penyampaian LTP

Meminta Management Representation Letter.


Perolehan Surat Surat ini menggambarkan representasi resmi Management
Representasi dan tertulis pimpinan entitas atas berbagai Representation
data dan informasi yang dikeluarkan selama Letter
pemeriksaan berlangsung.

Prosedur analitis akhir diterapkan untuk


membantu Pemeriksa dalam menilai Update HP3
Prosedur Analitis Akhir kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam
mengevaluasi penyajian laporan keuangan
Prosedur Analits
secara keseluruhan
- Form Penilaian
Setelah pengujian dilakukan, evaluasi kembali risiko akhir
Penilaian Risiko dan atas penilaian risiko dan materialitas perlu - Form
Materialitas Akhir
dilakukan apakah masih dapat digunakan. Materialitas
Penyesuaian ini akan berpengaruh pada akhir
kesimpulan akhir yaitu opini hasil pemeriksaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal. 76


Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. Pengujian Pengendalian
Pengujian SPI dilakukan untuk memperoleh keyakinan atas efektivitas SPI
berdasarkan nilai awal risiko pengendalian yang diperoleh pada tahapan Pemahaman SPI.
Uji pengendalian yang dilakukan terhadap atribut pengendalian dapat meyakinkan bahwa
keberadaan pengendalian tersebut berfungsi dalam memenuhi asersi manajemen.
Terdapat persamaan metode dalam 0pengujian pengendalian dan pemahaman SPI,
antara lain: wawancara, pengujian dokumen dan data, serta observasi. Sedangkan
perbedaan antara pemahaman dan pengujian SPI adalah: a) dalam Pemahaman SPI,
prosedur untuk memperoleh pemahaman dilakukan pada semua pengendalian pada
siklus yang teridentifikasi berisiko dari hasil analisis Matriks Risiko Bisnis (MRB).
Sementara, pada tahap pengujian pengendalian hanya dilakukan pada pengendalian
dengan risiko rendah dan/ atau sedang; b) Prosedur Pemahaman SPI dilakukan hanya
pada satu atau beberapa transaksi (dalam observasi dokumen), sebaliknya pada
pengujian pengendalian dilakukan pada sampel yang lebih banyak dengan menggunakan
teknik uji petik pemeriksaan.
Langkah-langkah dalam uji pengendalian adalah:
a. Merancang uji pengendalian.
b. Menguji pengendalian.
c. Mengevaluasi hasil pengujian.
d. Mendokumentasikan hasil.
e. Menentukan tingkat RP siklus.
f. Menyusun temuan sementara atas efektivitas SPI entitas, jika ada
Pengujian terhadap efektivitas desain SPI juga meliputi pengujian terhadap
implementasi SPI. Dalam pengujian desain SPI, Pemeriksa mengevaluasi apakah SPI telah
didesain secara memadai dan dapat meminimalisasi secara relatif salah saji dan
kecurangan. Sementara itu, pengujian implementasi SPI dilakukan dengan melihat
pelaksanaan pengendalian pada kegiatan atau transaksi yang dilakukan oleh pihak yang
terperiksa. Apabila entitas yang diperiksa menyelenggarakan sistem akuntansi berbasis
TI, maka pengujian juga dilakukan terhadap pengendalian TI tersebut yang meliputi
pengujian atas: pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengujian SPI merupakan dasar pengujian substantif selanjutnya, dimana pengujian
SPI dilakukan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pemahaman atas SPI yang diakukan
pada tahap perencanaan pemeriksaan. Hasil pengujian ini digunakan untuk menentukan
strategi pengujian transaksi laporan keuangan entitas yang diperiksa dan meliputi
Badan Diklat PKN BPK RI Hal.
77
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

pengujian substantif mendalam dan pengujian substantif terbatas. Hasil pengujian SPI
juga digunakan untuk menentukan asersi-asersi dari laporan keuangan entitas yang
terperiksa.
Seluruh pengkajian Pemeriksa mengenai pengendalian internal di tingkat entitas dan
tingkat siklus transaksi akuntansi serta risiko adanya kecurangan harus
didokumentasikan. Tim dapat mengembangkan suatu rangka kerja (template) yang
membantu mendefinisikan pengendalian internal dan risiko kecurangan. Tim juga
diharapkan mendokumentasikan pemahaman mengenai pengendalian internal dengan
pendekatan 5 (lima) komponen SPI dari COSO, risiko-risiko kecurangan terutama risiko
yang belum sepenuhnya dimitigasi oleh pengendalian yang ada (termasuk rencana
prosedur pemeriksaan atas risiko ini), dan pemahaman Pemeriksa mengenai
pengendalian umum dan pengendalian aplikasi TI.

2. Penyesuaian Tingkat Risiko dan Tingkat Materialitas


Pemeriksa harus mengevaluasi kembali tingkat risiko yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan hasil dari pengujian pengendalian. Risiko pengendalian dan risiko
deteksi yang telah ditetapkan di tahap identifikasi dan penilaian risiko awal dapat
berubah dan harus dimutakhirkan dengan mempertimbangkan hasil dari pengujian
pengendalian.
Apabila hasil pengujian pengendalian mendukung penilaian risiko pengendalian awal
yang telah ditetapkan adalah rendah atau sedang, dan membuktikan bahwa
pengendalian internal entitas yang diperiksa efektif, maka tingkat risiko yang digunakan
adalah tingkat risiko yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Apabila dari
pengujian pengendalian internal mengindikasikan bahwa pengendalian internal entitas
tidak efektif atau ditemukan adanya indikasi kecurangan (fraud), maka tingkat risiko
pengendalian yang telah ditetapkan pada tahap penilaian risiko awal harus
dipertimbangkan kembali untuk disesuaikan/dimutakhirkan. Penyesuaian terhadap
tingkat risiko pengendalian tersebut akan berpengaruh juga terhadap tingkat risiko
deteksi yang ditetapkan.
Tingkat materialitas yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan perlu dinilai lagi
kesesuaiannya di tahap pelaksanaan. Apabila diperlukan, tingkat materialitas yang telah
ditentukan pada tahap perencanaan tersebut dapat diubah/diperbarui. Perubahan tingkat
materialitas dapat dipengaruhi oleh faktor kualitatif, antara lain karena ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, hasil pengujian pengendalian internal, dan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


78
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

hasil analisis risiko kecurangan, yang kesalahannya berdampak signifikan terhadap


penyajian laporan keuangan.
Pemeriksa harus menggunakan pertimbangan profesional dan asas konservatisme
untuk menurunkan tingkat materialitas lebih rendah dari tingkat materialitas awal yang
telah ditetapkan sebelumnya. Perubahan tersebut harus disetujui oleh Penanggung
Jawab dan dikomunikasikan secara tertulis kepada Pemberi Tugas.

3. Penyesuaian Prosedur Pengujian


Hasil pengujian pengendalian dan penyesuaian tingkat risiko dan tingkat materialitas
di tahap pelaksanaan ini akan berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luas lingkup prosedur
pemeriksaan yang dirancang. Penyesuaian prosedur pemeriksaan dilakukan dengan
mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian baik yang mendukung bukti SPI yang
efektif maupun yang menunjukkan ketidakefektifan SPI entitas.
Apabila dari hasil pengujian pengendalian menunjukkan bahwa pengendalian internal
entitas atas suatu siklus tertentu tidak efektif, maka Pemeriksa merevisi risiko
pengendalian menjadi tinggi dan menyesuaikan prosedur pemeriksaan yang telah
dirancang dengan mempertimbangkan menambah prosedur pengujian substantif atau
melakukan pengujian substantif mendalam atas akun-akun terkait. Pemeriksa juga dapat
menyusun temuan sementara atas kelemahan-kelemahan material pengendalian yang
teridentifikasi dari pengujian atas SPI entitas. Dampak dari kelemahan pengendalian
tersebut dapat diidentifikasi setelah dilakukan pengujian substantif.

4. Pengujian Substantif
Pelaksanaan Pengujian Substantif mempertimbangkan hasil pengujian atas Sistem
Pengendalian Internal. Jika Pengujian Sistem Pengendalian Internalnya menghasilkan
kesimpulan bahwa pengendaliannya baik, maka pengujian substantif dilakukan dengan
sampel yang sedikit dan pemeriksaan yang tidak terlalu mendalam, karena mengandalkan
pengendalian yang sudah baik. Jika Pengujian Sistem Pengendalian Internalnya
menghasilkan kesimpulan bahwa pengendaliannya tidak baik, maka pengujian substantif
dilakukan dengan sampel yang banyak dan pemeriksaan yang mendalam.
Pengujian substantif dapat dilaksanakan pada pemeriksaan interim maupun
pemeriksaan terinci. Pengujian substantive juga dilakukan untuk menguji 5 asersi
manajemen:
a. Keberadaan dan keterjadian;
b. Kelengkapan;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


79
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

c. Hak dan kewajiban;


d. Penilaian dan pengalokasian;
e. Penyajian dan pengungkapan.
Pengujian Substantif terdiri dari antara lain:
a. Pengujian atas Saldo (Test of balance)
 Test of Balance dilakukan dengan cara menguji angka yang ada di dalam laporan
keuangan, kemudian buku besar, buku besar pembantu, sampai dengan jurnal.
 Merinci angka yang ada di dalam laporan keuangan ke dalam laporan dan sub
laporan dan memastikan bahwa angka di dalam laporan keuangan merupakan
penjumlahan dari laporan yang ada di bawahnya.
 Menggunakan sarana Lead Schedule dan Supporting Schedule.
b. Pengujian atas Transaksi (Test of Transaction)
 Memahami unsur definisi akun, unsur pengakuan, unsur penilaian, unsur
pengungkapan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan.
 Melakukan pengujian transaksi dengan mempertimbangkan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan dengan melakukan beberapa teknik audit seperti
wawancara, observasi, inspeksi atas dokumen, reperforming, konfirmasi, analisis,
tracing, dan vouching untuk mengumpulkan bukti-bukti sebagai berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


80
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

5. Evaluasi Pelaksanaan Pengujian Substantif


Tujuan dilakukan prosedur substantif adalah untuk mendeteksi salah saji baik secara
individu maupun gabungan yang menyebabkan salah saji material pada tingkat asersi di
laporan keuangan. Prosedur substantif yang dirancang, harus responsif terhadap risiko
salah saji material yang telah dinilai. Prosedur substantif harus dirancang dan dilakukan
pada seluruh asersi relevan yang terkait dengan penilaian risiko atas kelas transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan untuk mengantisipasi risiko yang tidak teridentifikasi
pada tahap identifikasi dan penilaian risiko.
Jenis pengujian apakah prosedur pengujian terinci atau prosedur analitis, ditentukan
dari tingkat risiko salah saji material. Semakin tinggi risiko salah saji material atas asersi
tertentu, maka keandalan bukti pemeriksaan yang diperlukan semakin tinggi. Semakin
jauh rentang waktu antara pengujian yang dilakukan saat interim dengan akhir tahun,
maka semakin tinggi risiko salah saji yang ditemui saat akhir tahun. Semakin besar risiko
salah saji material, maka semakin luas prosedur substantif yang dirancang.

6. Pelaksanaan Prosedur Tambahan


Prosedur pemeriksaan tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan. Prosedur
tambahan dilakukan apabila Pemeriksa merasa bahwa bukti yang diperoleh dari hasil
pengujian substantif dirasa belum memadai dari segi kecukupan dan ketepatan sehingga
Pemeriksa perlu memperoleh tambahan bukti lagi untuk mendukung opininya. Prosedur
ini juga dapat dilakukan apabila Pemeriksa menemukan indikasi terjadinya kecurangan
saat melakukan proses pengujian pengendalian atau pengujian substantif.

7. Penyusunan dan Penyampaian Temuan Pemeriksaan serta Jurnal Penyesuaian


Dalam pemeriksaan LKPD, pemeriksa mengungkapkan permasalahan-permasalahan
yang ditemukan dalam bentuk:
5. Temuan Pemeriksaan yang memuat unsur-unsur judul temuan, kondisi, kriteria,
akibat, dan sebab. Kendala dalam penulisan TP pada umumnya adalah bagaimana
mensinkronkan hubungan yang logis antara unsur-unsur temuan. Panduan
penyusunan Temuan Pemeriksaan diatur lebih lanjut dalam Bab 7 Buku Panduan
Pemeriksaan LKPD Edisi Akrual.
6. Daftar usulan jurnal penyesuaian yang memuat usulan koreksi atas penyajian
Laporan Keuangan, termasuk kecukupan pengungkapan, berdasarkan SAP.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


81
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Tujuan dari tahapan ini adalah menyampaikan himpunan TP yang telah direviu secara
berjenjang kepada pihak pimpinan entitas yang diperiksa. Penyampaian LTP disertai
dengan surat penyampaian LTP. Penyampaian LTP tersebut merupakan akhir dari
pekerjaan lapangan pemeriksaan keuangan. Dalam tahap ini, LTP bukan merupakan
laporan pemeriksaan, melainkan kumpulan indikasi permasalahan yang ditemukan
selama pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab atas suatu
kondisi yang terjadi setelah tanggal pekerjaan lapangan tersebut. Oleh karena itu,
tanggal penyampaian TP tersebut merupakan tanggal laporan hasil pemeriksaan.
Input yang diperlukan dalam tahapan ini adalah temuan, tanggapan resmi dan
tertulis dari entitas yang diperiksa, dan Surat Penyampaian TP. Pemeriksa dalam hal ini
ketua tim menyampaikan himpunan TP yang telah disertai tanggapan kepada pihak yang
diperiksa. Penyampaian TP ditandai dengan ditandatanganinya surat penyampaian TP
oleh ketua tim dan pimpinan entitas terperiksa.
Temuan pemeriksaan dapat diklasifikasikan sebagai temuan SPI dan temuan
kepatuhan. Temuan SPI yaitu temuan yang berhubungan dengan kelemahan
struktur/desain sistem pengendalian intern dan aplikasi sistem pengendalian intern.
Sedangkan temuan kepatuhan yaitu temuan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
pengelolaan keuangan daerah terhadap peraturan perundangundangan, peraturan
pemerintah maupun peraturan daerah terkait lainnya. Temuan kepatuhan terdiri dari
empat jenis yaitu temuan yang mengindikasikan terjadinya kerugian negara, potensi
kerugian negara, kekurangan penerimaan, dan temuan administrasi yang merupakan
bagian dalam pelaporan temuan kepatuhan.

8. Perolehan Surat Representasi


Pemeriksa harus memperoleh surat representasi yang dilampiri dengan laporan
keuangan. Surat representasi tersebut menggambarkan representasi resmi dan tertulis
dari pimpinan entitas atas berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan keuangan
yang disampaikan selama proses pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan
bentuk tanggung jawab Pimpinan/Manajemen Entitas yang diperiksa. Jika terjadi
perubahan substansi isi surat representasi yang dilakukan pimpinan entitas, maka
Pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan berdampak
material terhadap pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut
akan mempengaruhi opini.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


82
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Tujuan memperoleh representasi tertulis dari manajemen adalah untuk melengkapi


prosedur pemeriksaan lain yang dilakukan Pemeriksa. Representasi tersebut merupakan
bagian dari bukti yang diperoleh Pemeriksa, namun bukan merupakan pengganti bagi
penerapan prosedur pemeriksaan yang diperlukan untuk memperoleh dasar memadai
bagi pendapat Pemeriksa atas laporan keuangan.
Representasi harus dibuat per tanggal tidak lebih awal dari tanggal laporan
pemeriksaan. Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh sampai dengan
penerbitan LHP, Pemeriksa harus mempertimbangkan dampak penolakan tersebut
terhadap kemampuannya untuk mengandalkan representasi manajemen yang lain.
Penolakan manajemen untuk melengkapi representasi tertulis merupakan pembatasan
terhadap lingkup pemeriksaan yang menghalangi Pemeriksa untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian dan biasanya cukup menyebabkan Pemeriksa tidak
memberikan pendapat. Surat tersebut harus ditandatangani pimpinan entitas yang
diperiksa dan diberi tanggal yang sama dengan tanggal tanggal LHP.

9. Prosedur Analitis Akhir


Prosedur analitis akhir diterapkan untuk membantu Pemeriksa dalam menilai
kesimpulan akhir yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Pemeriksa harus menganalisis rasio keuangan dan mengevaluasi
lebih lanjut perbedaan material antara nilai yang diharapkan dengan yang tercatat dalam
laporan keuangan. Apabila penjelasan tentang perbedaan tidak dapat diperoleh, maka
Pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perbedaan tersebut baik secara individu
maupun gabungan merupakan salah saji material yang dapat mempengaruhi opini
Pemeriksa terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan.

10. Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir


Setelah pengujian pengendalian dan pengujian substantif, Pemeriksa harus
mengevaluasi kembali tingkat risiko dan materialitas (PM dan TM) yang ditetapkan,
apakah nilai tersebut masih sesuai/tepat untuk digunakan. Apabila Pemeriksa masih
menemukan salah saji material di tingkat saldo akun maupun laporan keuangan secara
keseluruhan yang tidak dapat dikoreksi, maka Pemeriksa harus mempertimbangkan
kembali tingkat risiko dan materialitas yang ditetapkan. Penyesuaian tingkat risiko dan
materialitas tersebut akan berpengaruh terhadap kesimpulan akhir Pemeriksa yaitu opini
hasil pemeriksaan atas laporan keuangan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


83
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB VI
PELAPORAN PEMERIKSAAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini peserta mampu memahami
dan menerapkan tahapan pelaporan hasil pemeriksaan serta
mampu menyusun LHP dan opini

A. PELAPORAN PEMERIKSAAN

Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa dituangkan secara tertulis
ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut sebagai Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP
merupakan bukti penyelesaian penugasan bagi Pemeriksa yang dibuat dan disampaikan
kepada Pemberi Tugas, yakni BPK.
Fungsi laporan tertulis adalah
1. Mengomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman;
3. Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi
terkait; dan
4. Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang
semestinya telah dilakukan.
LHP dalam pemeriksaan LKPD pada umumnya meliputi:
1. LHP atas Laporan Keuangan;
2. LHP atas Sistem Pengendalian Intern; dan
3. LHP atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan.
LHP atas Laporan Keuangan memuat opini, LHP atas Sistem Pengendalian Intern memuat
temuan-temuan atas kelemahan pengendalian intern entitas, dan LHP atas Kepatuhan
terhadap Peraturan Perundang-undangan memuat temuan-temuan pemeriksaan yang
terkait dengan kepatuhan entitas terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


84
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Unsur-Unsur LHP atas LK


1. judul, “Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan
Keuangan”; 9. pernyataan bahwa Pemeriksa telah melakukan
2. dasar hukum pemeriksaan; pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan dan penilaian atas
3. pernyataan bahwa Pemeriksa telah melakukan
keandalan SPI yang berdampak material terhadap
pemeriksaan;
penyajian LK;
4. unsur LK yang diperiksa; 10. keyakinan Pemeriksa bahwa pemeriksaan yang
5. pernyataan bahwa laporan keuangan adalah dilakukan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab memberikan dasar memadai untuk menyatakan opini;
Pemeriksa terbatas pada opini Pemeriksa atas LK; 11. pernyataan opini
6. pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan 12. laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan
berdasarkan SPKN; terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
7. pernyataan bahwa SPKN mengharuskan dan SPI dimuat dalam laporan terpisah, namun
Pemeriksa merencanakan dan melaksanakan merupakan satu kesatuan
pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang dengan laporan hasil pemeriksaan atas LK, apabila
memadai tentang kewajaran informasi keuangan terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan
yang disajikan peraturan perundangundangan dan kelemahan SPI
8. pernyataan bahwa suatu pemeriksaan laporan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan;
keuangan meliputi pengujian bukti-bukti yang 13. tempat dan tanggal LHP; dan
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan 14. identitas penanda tangan dan tanda tangan
dalam LK;

B. LANGKAH DALAM TAHAP PELAPORAN PEMERIKSAAN


Sesuai juklak pemeriksaan keuangan tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan
pemeriksaan keuangan bahwa tahap metodologi pemeriksaan yang terakhir adalah
Pelaporan. Pelaporan pemeriksaan meliputi 2 langkah kegiatan, yaitu penyusunan dan
pembahasan konsep hasil pemeriksaan (KHP), dan penyusunan konsep akhir dan
penyampaian laporan hasil pemeriksaan (LHP). Aktivitas dalam tahap pelaporan dapat dilihat
dalam gambar:

Aktivitas Manfaat Dokumentasi

Menyusun KHP dan Risalah Pembahsan Internal


Penyusunan dan
melakukan pembahasan
Pembahasan KHP Action Plan
KHP
KHP
Surat Penyampaian KHP
Menyusun konsep akhir
Penyusunan Konsep Akhir
LHP dan menyiapkan LHP
dan Penyampaian LHP
surat penyampaian Surat Penyampaian LHP

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


85
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

1. Penyusunan dan Pembahasan Konsep LHP

Penyusunan konsep LHP bertujuan untuk menuangkan secara tertulis seluruh hasil
pemeriksaan untuk menjawab tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan. Konsep LHP
masih bersifat rahasia dan diberi watermark: “RAHASIA”. Penggunaan konsep LHP
dibatasi pada tim pemeriksa dan entitas yang diperiksa. Langkah penerapannya adalah
sebagai berikut:

•TP teknik •Konsep LHP


•Risalah diskusi •Risalah
pembahasan TP & pembahasan
internal
Ikhtisar koreksi •Konsep LHP disusun oleh •Tanggapan atas
•LK yang telah Ketua Tim Pemeriksa dan konsep
disupervisi/direviu oleh rekomendasi dan
disesuaikan dengan Pengendali Teknis. Action plan
ikhtisar koreksi •Anggota Tim Pemeriksa •Risalah
menyiapkan bahan dan pembahasan
•Worksheet dengan
data penyusunan Konsep
•Pedoman Penulisan LHP Pemerintah dan
KL
gaya selingkung •Konsolidasi temuan •Surat
pemeriksaan pada LKPP Representasi
•Membahas KHP secara
input internal antara tim dengan
PT, WPJ, dan PJ output
•Membahas temuan LKPP
dengan Pemerintah

a. Penyusunan konsep LHP atas Laporan Keuangan


Konsep LHP atas Laporan Keuangan terdiri dari lembar opini dan LKPD yang telah
disesuaikan dengan ikhtisar koreksi. Terdapat empat jenis opini atas kewajaran LKPD,
yaitu:
1) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau Unqualified Opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau Qualified Opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP, kecuali untuk dampak hal-hal
yang berhubungan dengan yang dikecualikan;
3) Tidak Wajar (TW) atau Adverse Opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar
dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


86
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

4) Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP)


atau Disclaimer Opinion.
Memuat suatu pernyataan bahwa Pemeriksa tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan.

Dasar penetapan opini atas laporan keuangan dilakukan dengan


mempertimbangkan pasal 16 UU no. 15 Tahun 2004 dan standar pelaporan
pemeriksaan keuangan pada SPKN. Berdasarkan penjelasan pasal 16 ayat (1) UU
nomor 15 Tahun 2004, opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada kriteria:
a. Kesesuaian dengan SAP;
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosure);
c. Kepatuhan perundang-undangan; dan
d. Efektivitas SPI.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


87
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Disamping itu, di dalam penetapan opini, Pemeriksa mempertimbangkan tingkat


kesesuaian dan kecukupan pengungkapan laporan keuangan dikaitkan dengan tingkat
materialitas yang telah ditetapkan, tanggapan entitas atas hasil pemeriksaan dan
pemerolehan surat representasi sebagaimana diatur dalam SPKN.

HUBUNGAN MATERIALITAS TEMUAN DENGAN OPINI

Tingkat Pengaruh Terhadap Keputusan Pemakai Jenis Opini


Materialitas

Tidak Material Keputusan tidak terpengaruh WTP

Material Keputusan terpengaruh jika informasi dimaksud WDP


penting terhadap keputusan yang akan diambil.
LK keseluruhan dianggap disajikan secara wajar

Sangat Sebagian besar dari seluruh keputusan yang Disclaimer atau


Material didasarkan pada LK akan sangat terpengaruh Adverse Opinion

KONDISI PENYEBAB OPINI SELAIN WTP

Kondisi Tidak Material Sangat Material


Material

Ruang lingkup dibatasi oleh auditee WTP Paragraf penjelasan, WDP Disclaimer
atau kondisi tertentu

LK disajikan tidak sesuai PABU/SAP WTP WDP Adverse

Auditor tidak independen Disclaimer Disclaimer Disclaimer

Prinsip akuntansi tidak diterapkan scr WTP WTP paragraf penjelasan, WTP paragraf
konsisten WDP penjelasan, Adverse

b. Penyusunan konsep LHP atas Sistem Pengendalian Intern


Pelaporan SPI meliputi efektivitas SPI terkait laporan keuangan. Pengungkapan
temuan pengendalian intern yang perlu dilaporkan, dilakukan langkah sebagai berikut:
(1) Apabila temuan pengendalian intern tersebut secara material berpengaruh pada
kewajaran laporan keuangan, Pemeriksa mengungkapkan uraian singkat temuan
tersebut dalam LHP yang memuat opini atas kewajaran laporan keuangan sebagai
alasan pemberian opini;

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


88
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

(2) Pengungkapan semuan temuan pengendalian intern secara terinci dilaporkan


dalam laporan atas Pengendalian Intern dalam kerangka pemeriksaan laporan
keuangan.
LHP atas SPI memuat Resume dan Hasil Pemeriksaan atas SPI.

Resume: Laporan SPI


- judul
- dasar pemeriksaan TP atas SPI
- standar pemeriksaan serta kewajiban
- kondisi
pelaporan
atas ketidakpatuhan yang ditemukan - kriteria
- paragraf tentang rujukan LHP yang memuat - akibat
opini dan LHP atas efektifitas SPI - sebab
- pokok" temuan SPI
- tanggapan instansi
- tempat & tgl penandatanganan LHP
- tanda tangan, nama, nomor register akuntan - sanggahan atas tanggapan
penandatangan - rekomendasi

Gambaran umum SPI

c. Penyusunan konsep LHP atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan


Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa
pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang
undangan yang ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat sebagai temuan
pemeriksaan dalam LHP atas kepatuhan. Temuan ketidakpatuhan yang mengandung
unsur pelanggaran hukum misalnya belanja perjalanan dinas fiktif, belanja atau
pengadaan fiktif lainnya, atau penggunaan uang/barang untuk kepentingan pribadi.
Konsep LHP yang telah mendapat review dari Pengendali Teknis disampaikan
kepada Penanggung Jawab untuk di bahas. Konsep LHP yang telah disetujui
Penanggung Jawab disampaikan kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu
penyampaian laporan keuangan yang telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku
bagi entitas, untuk mendapat tanggapan akhir. Konsep LHP disampaikan kepada
entitas yang diperiksa dengan surat pengantar konsep LHP dengan dilampiri formulir
rencana aksi.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


89
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Laporan Ketidakpatuhan

Resume: HP yang memaparkan semua


- judul temuan ketidakpatuhan:
- dasar pemeriksaan
- kondisi
- standar pemeriksaan serta kewajiban pelaporan
atas ketidakpatuhan yang ditemukan - kriteria
- paragraf tentang rujukan LHP yang memuat - akibat
opini dan LHP atas efektifitas SPI - sebab
- pokok" temuan ketidakpatuhan
- tanggapan instansi
- tempat & tgl penandatanganan LHP
- tanda tangan, nama, nomor register akuntan - sanggahan atas tanggapan
penandatangan - rekomendasi

Hasil kegiatan penyusunan dan pembahasan konsep LHP harus didokumentasikan.


Bentuk dokumentasi dapat berupa risalah diskusi penyusunan konsep LHP, konsep-konsep
LHP, surat pengantar konsep LHP, lembar reviu hasil pengendalian mutu hasil reviu
Pengendali Teknis dan formulir rencana aksi yang telah diisi oleh entitas.

2. Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian LHP

Pada tahapan ini, dilakukan penyelesaian atas konsep LHP yang telah mendapat
tanggapan menjadi suatu laporan. Laporan tersebut merupakan bukti penyelesaian
penugasan bagi Pemeriksa dan disampaikan kepada Pemberi Tugas, Pimpinan Entitas,
dan pihak lain yang berkepentingan. Langkah penerapan tahapan ini adalah sebagai
berikut:

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


90
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Teknik
•Konsep LHP
•Pedoman Penulisan •Pembahasan konsep LHP antara Tim,
Gaya Selingkung PT dan PJ •Penetapan Opini
•Asersi Final •Meminta Managemet Representation •LHP
•Tanggapan tertulis Letter jika belum diperoleh pada tahap •Surat keluar
•Rencana aksi dari pelaksanaan pemeriksaan •Lembar kendali
entitas • Menyusun konsep akhir LHP dan mutu
•Risalah diskusi menyiapkan surat penyampaian
(termasuk analisis tanggapan atas
konsep rekomendasi dan action plan)

Input
•Memvalidasi LHP dan asersi final dalam
proses konsolidasi pada pemeriksaan Output
LKPD
•Penandatanganan LHP dan surat keluar

Seluruh hasil kegiatan penyusunan LHP didokumentasikan. Bentuk dokumentasi dapat berupa
surat keluar, risalah diskusi, surat pengantar LHP, dan lembar reviu pengendalian mutu.
Dokumentasi penyusunan LHP tersebut mengacu pada PMP dan Juklak Sistem Pemerolehan
Keyakinan Mutu.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


91
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

BAB VII
PASCA PEMERIKSAAN BPK

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, peserta diharapkan memahami
konsekuensi setelah selesainya pemeriksaan BPK

Setelah proses pemeriksaan selesai dilaksanakan, laporan hasil pemeriksaan dari Tim
Pemeriksa diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya. Selain itu untuk
kepentingan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada
Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota. Penyerahan hasil pemeriksaan BPK dilakukan oleh Anggota
BPK atau pejabat yang ditunjuk.
Pada saat laporan telah diserahkan kepada pejabat yang berwenang pemeriksa wajib
memantau tindak lanjut hasil pemeriksaan. Apabila terdapat kerugian negara dalam temuan
pemeriksaan, pemeriksa dapat dimintai keterangan atas hasil pemeriksaannya.

A. TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN


Pasal 7 Ayat (2) Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
menyatakan bahwa DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sesuai dengan
peraturan tata tertib masing-masing lembaga perwakilan. Sementara itu, dalam Pasal 8 Ayat
(1) dikemukakan bahwa untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 Ayat (1), BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


92
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

tanggung jawab keuangan negara kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 8 Ayat (2) Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 menyatakan bahwa tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diberitahukan secara tertulis oleh Presiden,
Gubernur, Bupati/Walikota kepada BPK.

1. Kewajiban Terperiksa untuk Menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK


Pasal 20 Ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara menetapkan:
”Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.”
Rekomendasi yang harus ditindaklanjuti oleh pejabat dapat berupa tindakan korektif
terhadap kondisi yang menggambarkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan. Tindakan korektif yang harus dilakukan tersebut sebagai tindak
lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan BPK tersebut disesuaikan
dengan aspek hukum yang terkait. Sebagai contoh:

a. Adanya kekurangan volume pekerjaan dalam kegiatan pengadaan barang, maka


tindak lanjutnya adalah meminta kelebihan/selisih pembayaran berdasarkan
perbandingan antara volume pekerjaan yang disepakati dalam kontrak dengan
volume pekerjaan yang senyatanya dikerjakan oleh pemborong, untuk disetorkan
kepada kas negara/daerah. Tindak lanjut ini terkait dengan aspek hukum perdata.

b. Apabila diketahui bahwa di suatu pemerintah daerah penyusunan laporan barang


tidak dilakukan secara berjenjang mulai dari laporan yang harus dibuat oleh Kuasa
Pengguna Barang dan Pengguna Barang. Perihal barang daerah dalam Neraca
daerah disusun hanya berdasarkan Laporan Barang Milik Daerah (LBMD) yang dibuat
oleh Pengelola Barang yang tidak didasarkan laporan barang yang dibuat oleh Kuasa
Pengguna Barang dan Pengguna Barang, sehingga Neraca pemerintah daerah
disusun dengan tidak merepresentasikan keadaan barang daerah yang senyatanya.
Tindak lanjut yang harus dilaksanakan adalah kepala daerah bersangkutan harus
memerintahkan kepada seluruh Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang agar
menyusun laporan barang untuk kemudian menjadi dasar penyusunan LBMD,
sehingga nilai barang daerah dalam neraca daerah dapat lebih menggambarkan
kondisi yang sesungguhnya. Tindak lanjut ini terkait dengan aspek hukum tata usaha
negara.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


93
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

2. Rumusan Unsur Pidana


Selain ketentuan mengenai tindak lanjut sebagaimana telah dinyatakan di atas, tindak
lanjut atas hasil pemeriksaan BPK RI antara lain dinyatakan dalam UU Nomor 15 Tahun
2008 pasal 8 Ayat (3), yang menyatakan bahwa apabila dalam pemeriksaan ditemukan
unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak
diketahui adanya unsur pidana tersebut.
Rumusan unsur pidana serupa dengan rumusan tentang delik (perbuatan pidana), yaitu:

a. Delik meliputi beberapa unsur, yaitu diancam dengan pidana oleh hukum,
bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh orang yang bersalah, dan orang itu
dipandang bertanggung jawab atas perbuatannya (Simons).

b. Kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum yang


patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan (Van Hamel).
Rumusan delik dalam suatu undang-undang sebagai berikut.
a. Subjek atau pelaku delik atau kualitas sebagai subjek hukum (Korporasi, Pegawai
Negeri).
b. Perbuatan yang dilakukan (inti dari delik).
c. Ketentuan sanksi.

3. Tindak Lanjut Apabila Terdapat Unsur Pidana


Apabila dalam pemeriksaan terdapat dugaan adanya unsur-unsur tindak pidana,
khususnya yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, maka terhadap hasil
pemeriksaan tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Meminta pertimbangan hukum dari Direktorat Utama Pembinaan dan
Pengembangan Hukum (Ditama Binbangkum). Selanjutnya, Ditama Binbangkum
memberikan pendapat hukum atas temuan dimaksud.
b. Pendapat hukum atas temuan dimaksud kemudian disampaikan kepada Badan.
c. Apabila Badan menyetujuinya maka atas nama BPK, temuan pemeriksaan tersebut
disampaikan kepada aparat yang berwenang (dhi. Kepolisian atau Kejaksaan) untuk
dilakukan proses secara hukum (penyelidikan/penyidikan).

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


94
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

B. PEMBERIAN KETERANGAN AHLI


Terkait dengan pelaksanaan tugas pemeriksaan, BPK dapat memberikan keterangan ahli
dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/daerah. Berdasarkan Pasal 184 KUHAP,
keterangan ahli merupakan salah satu dari lima alat bukti yang sah. Keterangan ahli adalah apa
yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 186
tersebut dinyatakan bahwa keterangan ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat
dengan sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

1. Definisi
Definisi Ahli berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah
Pasal 120 ayat (1) jo. Pasal 179 ayat (2):
Ahli adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus yang memberikan keterangan sebaik-
baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya untuk
membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan di pengadilan.

Pasal 1 angka 28:


Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian
khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
kepentingan pemeriksaan.”

Pasal 186:
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.
Berdasarkan Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan
Ahli
Pasal 1 angka 2: Ahli adalah orang yang ditunjuk oleh BPK karena kompetensinya untuk
memberikan keterangan mengenai kerugian negara/daerah yang dimuat dalam Laporan
hasil Pemeriksaan BPK atau Laporan Hasil Penghitungan Kerugian negara/Dawerh, dalam
proses peradilan.

2. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


95
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

c. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan


d. Peraturan BPK RI Nomor 3 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli
e. Pasal 11 huruf c UU No. 15 Tahun 2006 dan Pasal 2 ayat (1) Peraturan BPK RI No. 3 Tahun
2010

3. Syarat Pemberi Keterangan Ahli


Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Peraturan BPK No. 3 Tahun 2010, yang dapat memberikan
keterangan ahli adalah:
a. Anggota BPK;
b. Pejabat Pelaksana BPK;
c. Pemeriksa atau Tenaga Ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK.

Seorang Ahli harus memiliki pemahaman mengenai:


a. Pemeriksaan atas Pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara, dan;

b. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK terkait kerugian negara/daerah yang akan dimintakan
keterangan ahli.
c. Keterangan ahli yang diberikan terbatas pada:
1) Terbatas mengenai kerugian negara/daerah berdasarkan hasil pemeriksaan BPK.
2) Atas hasil pemeriksaan instansi lain dapat diberikan setelah BPK melakukan penilaian
dan perhitungan kerugian negara/daerah.
3) Data/dokumen yg digunakan diperoleh dari pemohon berdasarkan permintaan BPK.

Ahli tersebut setidak-tidaknya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut: 1


a) Able to Identify Financial Issues, yaitu memahami sistem dan issues keuangan,
akuntansi keuangan, auditing dan sebagainya.
b) Has Knowledge of Investigative Techniques, yaitu kemampuan membangun
hypotesa, mengumpulkan informasi, menganalisis dan memilah bukti.
c) Has Knowledge of Evidences, yaitu pengetahuan tentang bukti yang relevan,
mencukupi, cara memperoleh, menyimpan dan menyajikan bukti di peradilan.
d) Capable to Interpreting Financial Information. Dokumen/informasi keuangan dapat
merupakan alat bukti, oleh karena itu harus dipahami dan diinterpretasikan secara
tepat.

1
Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan oleh Auditor APIP ; Badan Diklat
PKNwas.bpkp.go.id/pemberianketeranganahli; diunduh pada tanggal 18 September 2015
Badan Diklat PKN BPK RI Hal.
96
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

e) Able to Present Findings. Ahli harus mampu menyajikan temuan dengan alur pikir
yang jelas, obyektif, independen, sehingga dapat mendudukkan masalah secara
proporsional.

4. Proses Permintaan Keterangan Ahli di BPK


Pada Kantor Pusat
a. Pemohon mengajukan permintaan keterangan ahli secara tertulis kepada Ketua BPK;
b. Ketua BPK meneruskan permintaan keterangan ahli kepada Anggota BPK terkait;
c. Jika permintaan keterangan ahli didasarkan pada LHP BPK, Tortama dapat meminta
Pemohon untuk melakukan pemaparan perkara sebagai dasar pemberian jawaban
permintaan Pemohon;
d. Jika permintaan Keterangan Ahli didasarkan pada penilaian dan perhitungan kerugian
negara/daerah, Tortama dapat meminta Pemohon untuk melakukan pemaparan
kasus sebagai dasar pemberian jawaban permintaan Pemohon;
e. Pemberian keterangan Ahli yang dilakukan berdasarkan penilaian dan perhitungan
kerugian negara/daerah dilakukan dengan data/dokumen yang diperoleh dari
Pemohon;
f. Dalam hal Tortama terkait berpendapat bahwa permintaan keterangan ahli dari
Pemohon dapat dipenuhi, pendapat disampaikan kepada Anggota BPK terkait untuk
dimintakan persetujuan disertai usulan nama dan jabatan orang yang akan ditunjuk
sebagai Ahli.

PROSES PERMINTAAN KETERANGAN


AHLI DI PUSAT
BPK
Pemohon
(Ketua)

Anggota dan
Tortama Jawaban
terkait disertai
LHP BPK Dipenuhi
nama
Ahli

Mengkaji dan Pemaparan


memberi perkara Jawaban permintaan
pendapat oleh paling lama 10 hari sejak
pemohon permintaan diterima

Penilaian dan
perhitungan kerugian Jawaban
negara/daerah, jika Tidak
Dipenuhi disertai
tidak berdasarkan alasan
LHP BPK

14

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


97
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Pada Kantor Perwakilan BPK


a. Pemohon mengajukan permintaan keterangan ahli secara tertulis kepada Kepala
Perwakilan;
b. Kepala Perwakilan meminta Kepala Subauditorat terkait untuk mengkaji dan
memberikan pendapat mengenai jawaban permintaan Pemohon;
c. Jika keterangan ahli didasarkan pada LHP BPK, maka Kepala Perwakilan dapat
meminta Pemohon untuk melakukan pemaparan perkara sebagai dasar pemberian
jawaban permintaan Pemohon;
d. Jika Keterangan Ahli didasarkan pada penilaian dan perhitungan kerugian
negara/daerah, Tortama dapat meminta Pemohon untuk melakukan pemaparan
kasus sebagai dasar pemberian jawaban permintaan Pemohon;
e. Pemberian keterangan Ahli yang dilakukan berdasarkan penilaian dan penghitungan
kerugian negara/daerah dilakukan dengan data/dokumen yang diperoleh dari
Pemohon;
f. Dalam hal Kepala Subauditorat terkait berpendapat bahwa permintaan keterangan
ahli dari Pemohon dapat dipenuhi, pendapat disampaikan kepada Kepala Perwakilan
untuk dimintakan persetujuan disertai usulan nama dan jabatan orang yang akan
ditunjuk sebagai Ahli.
g. Pendapat, persetujuan serta usulan nama yang akan ditunjuk sebagai Ahli dilaporkan
secara berjenjang kepada Anggota BPK terkait melalui Tortama terkait.

PROSES PERMINTAAN KETERANGAN


AHLI DI PERWAKILAN
BPK
Pemohon
(Kepala
Perwakilan)

Kasubaud Jawaban
terkait Dipenuhi disertai
nama
LHP BPK Ahli

Mengkaji Pemaparan
dan memberi perkara Jawaban permintaan
pendapat oleh paling lama 10 hari sejak
pemohon permintaan diterima
Penilaian dan
perhitungan kerugian
negara/daerah, Jawaban
Tidak
Jika tidak berdasarkan disertai
Dipenuhi
LHP BPK alasan

15

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


98
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Dalam hal Tortama terkait atau Kepala Perwakilan BPK tidak dapat memberikan pendapat
mengenai permohonan Keterangan Ahli kepada Pemohon, Tortama terkait atau Kepala
Perwakilan BPK dapat menyampaikan hal tersebut secara berjenjang kepada Anggota BPK untuk
memberikan pendapat.

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


99
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

DAFTAR SINGKATAN

AKN : Auditama Keuangan Negara


AP : Akuntan Publik
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BAST : Berita Acara Serah Terima
BB : Buku Besar
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
BP : Buku Pembantu
BPK : Badan Pemeriksa Keuangan
BUD : Bendahara Umum Daerah
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
BUN-SAU : Bendahara Umum Negara-Sistem Akuntansi Umum
CaLK : Catatan atas Laporan Keuangan
COSO : Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commision
CSF : Critical Success Factor
CTA : Cash Toward Accrual
DAK : Dana ALokasi Khusus
DAU : Dana Alokasi Umum
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat EPP : Direktorat Evaluasi dan Pelaporan Pemeriksaan
Direktorat PSMK : Direktorat Perencanaan Strategis dan Manajemen Kinerja
Ditama Binbangkum : Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
DPA-SKPD : Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah
DPD : Dewan Perwakilan Daerah
DPPA-SKPD : Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPR : Daftar Pengeluaran Riil
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FRA : Fraud Risk Assesstment
HP3 : Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan
IHPS : Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran
Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
JUKLAK : Petunjuk Pelaksanaan
JUKNIS : Petunjuk Teknis
KAK : Kerangka Acuan Kerja
KALAN : Kepala Perwakilan
KAP : Kantor Akuntan Publik
KASUBAUD : Kepala Subauditorat
KHP : Konsep Hasil Pemeriksaan
KKP : Kertas Kerja Pemeriksaan
KL : Kementerian Lembaga
KL-SAI : Kementerian/Lembaga-Sistem Akuntansi Instansi
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
KUHAP : Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
LAK : Laporan Arus Kas
LAPPL : Laporan Akhir Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan
LBMD : Laporan Barang Milik Daerah
LHP : Laporan Hasil Pemeriksaan

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


100
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

LHPP : Laporan Hasil Perencanaan Pemeriksaan


LKPD : Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
LO : Laporan Operasional
LPE : Laporan Perubahan Ekuitas
LPSAL : Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
LRA : Laporan Realisasi Anggaran
LTP : Laporan Temuan Pemeriksaan
MRB : Matriks Risiko Bisnis
MRP : Matris Risiko Pengendalian
NTPN : Nomor Tanda Penerimaan Negara
P2 : Program Pemeriksaan
PA : Pengguna Anggaran
PABU : Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
PAD : Pendapatan Asli Daerah
Pemda : Pemerintah Daerah
PFK : Perhitungan Fihak Ketiga
PFP : Pejabat Fungsional Pemeriksaan
PJ : Penanggung Jawab
PKP : Program Kerja Perorangan
PM : Planning Materiality
PM : Pengendali Mutu
PMP : Panduan Manajemen Pemeriksaan
PMPP : Pedoman Manajemen Penunjang Pemeriksaan
PPBJ : Panitia Pengadaan Barang dan Jasa
PPh : Pajak Penghasilan
PPKD : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
PPK-SKPD : Pejabat Penatausahaan Keuangan -Satuan Kerja Perangkat Daerah
PPN : Pajak Pertambahan Nilai
PPTK : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
PSP : Pejabat Struktural Pemeriksaan
PT : Pengendali Teknis
PTP : Pemberi Tugas Pemeriksaan
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RKA-SKPD : Rencana Kerja dan Anggaran-Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKP : Rencana Kegiatan Pemeriksaan
SAP : Standar Akuntansi Pemerintahan
SDM : Sumber Daya Manusia
SILPA/SIKPA : Selisih Lebih (Kurang) Pembiayaan Anggaran
SKP : Surat Ketetapan Peran
SKP Daerah : Surat Ketetapan Pajak Daerah
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPKD : Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
SKR : Surat Ketetapan Retribusi
SMM : Sistem Manajemen Mutu
SOP : Standard Operating Procedure
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SP3 : Surat Perintah Perencanaan Pemeriksaan
SPD : Surat Penyediaan Dana
SPI : Sistem Pengendalian Internal
SPJ : Surat Pertanggungjawaban
SPKM : Sistem Pemerolehan Keyakinan Mutu

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


101
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

SPKN : Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


SPM : Surat Perintah Membayar
SPP : Surat Permintaan Pembayaran
SPPD : Surat Perintah Perjalanan DInas
SPP-GU : Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang
SPP-LS : Surat Permintaan Pembayaran-Langsung
SPP-TU : Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang
SPP-UP : Surat Permintaan Pembayaran-Uang Persediaan
SPTB : Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja
SSBP : Surat Setoran Bukan Pajak
SSP : Surat Setoran Pajak
STS : Surat Tanda Setoran
SWOT : Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats
TBP : Tanda Bukti Pembayaran
TI : Teknologi Informasi
TM : Tolerable Misstatement
TMP : Tidak Memberikan Pendapat
TORTAMA : Auditor Utama Keuangan Negara
TP : Temuan Pemeriksaan
TPP : Tim Perencanaan Pemeriksaan
TW : Tidak Wajar
WDP : Wajar Dengan Pengecualian
WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


102
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

LAMPIRAN

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


1. DPA SKPD

2. SKR

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


103
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


3. TBP

4. STS

5. Ceklist SPJ

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


104
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


6. SPM

7. SPTB

8. SSBP

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


105
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


9. Rincian SPPD

10. SPPD Hal 1

11. SPPD Hal 3

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


106
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


12. DPR

13. BAST

14. TANDA BUKTI


PENGELUARAN

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


107
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

No Nama Dokumen Contoh Dokumen


15. LAPORAN
BENDAHARA
PENGELUARAN

16. SP2D Pemerintah Daerah


......................................

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


108
Diklat Pra Penugasan Pemeriksaan LKPD - KAP Buku Peserta

Tim Penyusun Modul 2017

Pengarah : Dwi Setiawan Susanto


Pereviu : Nur Budi Setiawan
Penyunting : Nina Roslina
Narasumber : Jarot Sembodo
Erwin Antoni
Sekretariat : 1. Caesar Rudy R
2. Alia Monalita

Masukan dan saran perbaikan disampaikan ke:


Bidang Standarisasi Diklat Badan Diklat PKN BPK RI
email: palupi.widyanthi@bpk.go.id

Badan Diklat PKN BPK RI Hal.


109

Anda mungkin juga menyukai