Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENGKAJIAN
a. Latar belakang
Laring atau organ suara adalah struktur epitel kartilago yang
menghubungkan laring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk
memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga melindungi jalan nafas bawah
dari obstrusi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai
kotak suara dan terdiri dari Epiglottis,Glottis, Kartilago tiroid, Kartilago trikoid,
Kartilago aritenoid, Pita Suara,
Karsinoma laring merupakan tumor ganas ketiga menurut jumlah tumor
ganas di bidang THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang
tersering adalah jenis karsinoma sel skuamosa.
Belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
Ca. laring adalah Rokok,Alkohol,Terpapar oleh sinar radioaktif,Infeksi kronis
(Herves simpleks)
Gejalanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan
kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar
pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala
lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
Asuhan Keperawatan pada hakekatnya adalah suatu ilmu atau metode
untuk menentukan suatu diagnosa, merencanakan keperawatan, menginterpretasi
respon manusia terhadap masalah kesehatan baik actual maupun potensial untuk
memenuhi kebutuhan dasar yang mencakup bio, psiko, social dan spiritual.

2. Tujuan khusus
1.
2.
3.
4.
5.

mengetahui tentang defenisi CA laring pada tenggorokan.


mengetahui etiolohi dari CA laring pada tenggorokan
menjelaskan patofisiologi dari CA laring pada tenggorokan
mengetahui menifestasi klinis dari CA laring pada tenggorokan
menjelaskanbagaimana penatalaksanaan medis CA laring pada

tenggorokan
6. menjelaskan asuhan keperawatan dari CA laring pada tenggorokan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi

Laring adalah kotak kaku yang tidak dapat meregang, laring mengandung
ruang sempit antara pita suara (glottis) dimana udara harus melewati ruangan ini.
Kanker merupakan massa jaringan abnormal yang tumbuh secara terus-menerus,
tidak pernah mati. Jaringan tersebut tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan
jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana jaringan tersebut tumbuh.
Penyakit Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara
(laring) atau daerah lainnya di tenggorokan. Kanker di laring hampir selalu
merupakan karsinoma sel skuamosa. Kanker yang biasa terjadi pada perokok.
Kanker pita suara sejati, berbeda dengan karsinoma supraglotis dan subglotis,
biasanya ditemukan dini karena dampaknya pada suara. Bila kanker pita suara
terdiagnosis dini, maka dapat dicapai angka penyembuhan 98% dengan operasi
singkat, tanpa keperluan trakeostomi permanen atau kehilangan suara. Sebaliknya
pada kasus lanjut, mungkin memerlukan terapi yang lama, kehilangan laring dan
kadang-kadang reseksi bedah yang mencakup faring atau laher
B. Etiologi
Belum diketahui secara pasti, Kanker laring (pita suara) biasanya lebih banyak
ditemukan pada pria dan berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol.
Adapun penyebab lain biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena
penyebab kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan
lingkungan.adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca. laring
adalah :

Rokok

Alkohol

Terpapar oleh sinar radioaktif

Infeksi kronis (Herves simpleks)

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis paling dini adalah berupa suara parau atau serak kronik,
tidak sembuh-sembuh walaupun penderita sudah menjalani pengobatan pada
daerah glotis dan subglotis. Tidak seperti suara serak laringitis, tidak disertai oleh
gejala sistemik seperti demam. Biasanya meraskan tidak enak ditenggorokan,
seperti ada sesuatu yang tersangkut. Terkadang muncul sebuah benjolan di leher
yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih
dulu sebelum gejala lainnya timbul. Seperti :

Nyeri tenggorok

Sulit menelan

Suara Serak

Hemoptisis dan batuk

Sesak nafas

Berat Badan turun


Bila tumor laring mengadakan perluasan ke arah faring akan timbul

gejala disfagia, rasa sakit bila menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga.
Apabila dijumpai kasus dengan jelas diatas, khususnya dengan keluhan suara
parau lebih dari dua minggu yang dengan pengobatan tidak sembuh, diderita
orang dewasa atau tua, sebaiknya penderita segera dirujuk.

D. Patofisiologi

Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun


kebanyakan pada orang laki laki. mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok,
bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.
Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala
dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan. Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas
pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan
pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila
kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor
supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara
sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih
dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan.
E. Pemeriksaan Penunjang
Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.

Foto thoraks

Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di
paru.

CT-Scan

Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan


daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.

Biopsi laring

Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.

BAB III
ASKEP TEORITIS

Pengkajian
a. Identitas klien
Pengkajian
Nama

Umur

jenis kelamin

alamat

kepercayaan

status pendidikan dan

pekerjaan klien

Identitas penaggung jawab


nama

umur

jenis kelamin

alamat

kepercayaan

status pendidikan

pekerjaan PJ
hubungan dengan klien

:
:

Keluhan utama
Keluhan utama pada klien ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit
menelan,sulit bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk ,penurunan berat badan,
nyeri tenggorok, lemah.

Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada
tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut
meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.

Riwayat Penyakit Dahulu


-

Tanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi kronis

Tanyakan pola hidup klien (merokok, minum alkohol)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tanyakan pada klien apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit
yang sama. Atau adakah keluarga yang meninggal akibat penyakit ini

b. Pemeriksaan fisik
1. Sistim pencernaan => Adanya kesulitan menelan
Tandanya => Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok
yang menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan reflek.
2. Neorosensori

=> Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.

Tandanya => Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau


menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik).
Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.
3. Sistem pernafasan

=>

Adanya benjolan di leher

Asimetri leher

Nyeri tekan pada leher

Adanya pembesaran kelenjar limfe

dipsnoe

sakit tenggorokan

suara tidak ada

c. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk
bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut
syaraf oleh sel-sel tumor.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan saluran pencernaan.(disfagia)
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi
(pengangkatan batang suara).
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan
suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
d. Intervensi
DX1.

Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

pengangkatan sebagian atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk


bernapas, batuk dan menelan, serta sekresi banyak dan kental.

Tujuan => Jalan nafas kembali normal


Kriterian hasil => efektif Memperlihatkan kepatenan jalan napas
dengan bunyi napas bersih/jelas.
Intervensi =>
1.

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan catat kemudahan bernafas.

Auskultasi bunyi napas. Selidiki kegelisahan,dispea, terjadinya sianosis.


2.

Awasi pasien untuk posisi yang nyaman, misal : peninggian kepala

tempat tidur 30-450.


3.

Bimbing pasien untuk nafas dalam dan batuk efekt.

Rasional =>
1.

Perubahan pada pernafasan, penggunaan otot aksesori pernafasan dan

atau adanya ronkhi/mengi diduga ada retensi sekret.


2.

Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan

menggunakan gravitasi, namun pasien dengan infiltrasi tumor ke trakhea akan


mencari posisi yang mudah untuk bernafas.
3.

Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas dan membantu

mencegah komplikasi pernafasan.


DX2.

Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan

serabut syaraf oleh sel-sel tumor.


Tujuan =>

kebutuhan rasa nytaman terpenuhi.

Criteria hasil => Rasa nyeri bias teratasi

Intervensi =>
1.

Tentukan riwayat nyeri, misal : lokasi nyeri, frekuensi,

durasi dan intensitas (skala 1-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
2.

Berikan tindakan kenyamanan dasar,misal : reposisi dan

aktivitas hiburan.
3.

Bimbing pasien dalam penggunaan keterampilan

manajemen nyeri (misal : teknik relaksasi) tertawa, musik dan sentuhan


teraupetik.
4.

Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan

dokter.
Rasional =>
1.

Informasikan memberikan data dasar untuk mengevaluasi

kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan : pengalaman nyeri adalah individu atau


digabungkan dengan baik respon fisik dan emosional.
2.

Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan

kembali perhatian.
3.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan

meningkatkan.
DX3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan gangguan saluran pencernaan.(disfagia)


Tujuan => klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang tidak adekuat.
Criteria hasil => Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
dalam situasi individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan
atau insisi sesuai waktunya.

Intervensi =>
1.

Timbang BB dan porsi makan, Pantau masukan makanan

setap hari, Identifikasi pasien yang mengalami mual/ muntah yang diantisipasi,
Berikan diet nutrisi seimbang
2.

Kolaborasi,dan berikan obat obat yang sesuai.

Rasional =>
1.

Untuk mengetahui Berat badan pasien, Mengidentifikasi kekuatan

/defisiensi nutrisi Mual /muntah psikogenik sebelum kemoterapi mulai secara


umum tidak berespons terhadap obat anti emetic.
2.

macam-macam jenis makanan dapat dibuat untuk tambahan atau batasan

faktor tertentu, seperti lemak dan gula atau memberikan makanan yang disediakan
pasien.
DX4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit
anatomi (pengangkatan batang suara).
Criteria hasil => pasien/klien mampu mengkomunikasikan kebutuhannya dengan
baik.
Intervensi =>
1.

Kaji kemampuan baca klien, Anjurkan penggunaan komunikasi meliputi

kertas dan pensil, papan gambar, papan tulis, alat papan komunikasi elektrik atau
alat lainnya yang mendukung.
2.

Bantu pasien dengan latihan untuk meningkatkan kualitas suara, nada, dan

volume suara, Letakkan bel dalam jangkauan klien setiap saat.


3.

Kolaborasi dengan rehabilitasi suara

RASIONAL =>
1.

Untuk membuat Perencanaan dan terciptanya cara-cara komunikasi yang

baik dan sesuai, Mengembangkan dan meningkatkan komunikasi.


2.

Meningkatkan fonasi yang terpengaruh pada pasien dengan ca.laring.

3.

Memberikan metode untuk memanggil dan meminta pertolongan jika

diperlukan.
4.

Memberika therapi berbicara/ bersuara sehingga dapat berkomunikasi

secara verbal.
DX5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan
suara,perubahan anatomi wajah dan leher.
Tujuan => Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif
pada diri sendiri.
Criteria hasil => menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai
bukti dengan partisipasi aktivitas perawatan diri dan dapat berinteraksi positip
dengan orang lain.
Intervensi =>
1.

Berikan kesempatan pada klien untuk mengekspresikan kecemasannya.

2.

Diskusikan arti kehilangan atau perubahan dengan pasien, identifikasi

persepsi situasi atau harapan yang akan datang.


3.

Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.

4.

libatkan orang terdekat untuk memberikan support kepada klien.

5.

Pendekatan spiritual sesuai dengan agama yang dianut klien.


Rasional =>

1.

Untuk mengungkapkan perasaan klien dan mengurangi

2.

Agar klien dapat menerima kenyataan.

3.

Untruk mengetahui perubahan emosi klien.

4.

Untuk memotivasi klien dan mengurangi kecemasan

5.

Untuk meningkatkan keyakinan pada klien bahwa

kecemasan.

klien.

tuhan akanmenyembuhkan.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pada kasus kanker laring atau karsinoma laring, dapat dilakukan pengobatan
dengan radiasi dan pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih
berdasar stadiumnya. Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya
mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang
dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut, lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan masih
mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang

demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat


dipertahankannya suara yang normal.

DAFTAR PUSTAKA
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah do sal
dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak,
berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh
laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut : Atas :
Basis kranii. Bawah : Palatum mole Belakang : Vertebra servikalis Depan : Koane Lateral :
Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus). Pada atap dan
dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.

B.konsep penyakit
Pengertian ca nasofaring
Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Carsinoma Nasofaring merupakan
karsinoma yang paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan
terlambat atau stadium lanjut.
Etiologi ca nasofaring
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya
penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan
suatu kelainan dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu

mediator kebiasaan untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa kanakkanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga menimbulkan
Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring : 1. Ikan asin,
makanan yang diawetkan dan nitrosamine. 2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan
dan kebiasaan hidup. 3. Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance,
gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan). 4. Ras dan keturunan
(Malaysia, Indonesia) 5. Radang kronis nasofaring

Tanda dan gejala ca nasofaring


Gejala dini Gejala pada telinga dapat dijumpai sumbatan Tuba Eutachius. Pasien mengeluh rasa
penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan gangguan pendengaran. Gejala
ini merupakan gejala yang sangat dini. Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana
rongga telinga tengah akan terisi cairan. Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak,
sehingga akhirnya terjadi kebocoran gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran
Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh
rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini
biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga
berwarna merah muda. Selain itu,sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan
tumor ke dalam rongga hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadangkadang disertai dengan gangguan penciuman dan adanya ingus kental. Gejala telinga dan hidung
ini bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada
infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisan juga sering
terjadi pada anak yang sedang menderita radang Gejala lanjutan Pembesaran kelenjar limfe leher

yang timbul di daerah samping leher, 3-5 sentimeter di bawah daun telinga dan tidak nyeri.
Benjolan ini merupakan pembesaran kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum tumor
meluas ke bagian tubuh yang lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering
diabaikan oleh pasien. Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar
dan mengenai otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan.
Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher
merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter Gejala akibat perluasan
tumor ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke arah rongga tengkorak dan kebelakang melalui
sela-sela otot dapat mengenai saraf otak dan menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia),
rasa baal (mati rasa) didaerah wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan
gangguan pendengaran serta

ASKEP CA.NASOFARING

ASKEP CA NASOFARING
A.

KONSEP MEDIS
1.

Pengertian
Karsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal

dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.


Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di
THT. Sebagian besar klien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau
stadium lanjut.
2.

Etiologi

Insidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan


kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat,
1997). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik,
pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman
atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor
ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma
nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien
nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty &
Nurbaiti, 2001).
Kaitan Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai
penyebab utama timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam
tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan dalam
jangka waktu yang lama.
Untuk mengaktifkan virus ini dibutuhkan suatu mediator kebiasaan
untuk mengkonsumsi ikan asin secara terus menerus mulai dari masa
kanak-kanak, merupakan mediator utama yang dapat mengaktifkan virus
ini sehingga menimbulkan Ca Nasofaring. Mediator yang berpengaruh
untuk timbulnya Ca Nasofaring :
Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan
hidup.
Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance,
gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
Radang kronis nasofaring
3.

Patofisiologi

Sudah hampir dipastikan ca.nasofaring disebabkan oleh virus eipstein


barr. Hal ini dapat dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein
laten pada penderita ca. nasofaring. Sel yang terinfeksi oleh EBV akan
menghasilkan protin tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi dan
mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein tersebut
dapat digunakan sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1,
LMP-2A dan LMP-2B. EBNA-1 adalah protein nuclear yang berperan
dalam mempertahankan genom virus. EBV tersebut mampu aktif
dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat
karsinogen yang menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang
tidak terkontrol, sehingga terjadi differensiasi dan proliferasi protein
laten(EBNA-1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel kanker pada
nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller.
4.

Tanda dan Gejala


Simtomatologi ditentukan oleh hubungan anatomic nasofaring

terhadap hidung, tuba Eustachii dan dasar tengkorak


Gejala Hidung :
Epistaksis : rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi
perdarahan.
Sumbatan hidung. Sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor
kedalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya : pilek
kronis, ingus kental, gangguan penciuman.
Gejala telinga
Kataralis/ oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula dofosa Rosen
Muler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan

muara tuba ( berdengung, rasa penuh, kadang gangguan


pendengaran)
Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran
Gejala lanjut
Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel kanker
dapat mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar
ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar
dan tampak benjolan dileher bagian samping, lama kelamaan
karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada
otot sehingga sulit digerakkan.
Gejala karsinoma nasofaring dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu
antara lain :
a)

Gejala nasofaring
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan

hidung.
b)

Gangguan pada telinga


Merupakan gejala dini karena tempat asal tumor dekat muara tuba

Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat sumbatan


pada tuba eustachius seperti tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga
sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
c)

Gangguan mata dan syaraf


Karena dekat dengan rongga tengkorak maka terjadi penjalaran

melalui foramen laserum yang akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI
sehingga dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf ke V berupa
gangguan motorik dan sensorik.

Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf otak ke IX, X, XI dan XII
jika penjalaran melalui foramen jugulare yang sering disebut sindrom
Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut sindrom unialteral.
d)

Metastasis ke kelenjar leher


Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap muskulus

sternokleidomastoid yang akhirnya membentuk massa besar hingga kulit


mengkilat.
5.

Perluasan Tumor ke Jaringan Sekitar

a)

Perluasan ke atas : ke N.II dan N. VI, keluhan diplopia, hipestesi

b)

pipi.
Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua saraf grup anterior terkena

dengan gejala khas :


Neuralgia trigeminal unilateral
Oftalmoplegia unilateral
Amaurosis
Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan tumor pada duramater
c)
Perluasan ke belakang : N.VII-N.XII, trismus, sulit menelan,
hiper/hipo/anestesi palatum,faring dan laring,gangguan respirasi dan
salvias, kelumpuhan otot trapezius, stenokleidomastoideus,
d)

hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah.


Manifestasi kelumpuhan :
N IX: kesulitan menelan akibat hemiparese otot konstriktor superior
serta gangguan pengecap pada sepertiga belakang lidah.
N X : Hiper / hipo / anestesi mukosa palatum mole, faring dan
laring disertai gangguan respirasi dan salvias.
N XI : kelumpuhan atau atropi otot-otot trapezius, sterno kleido
mastoideus, serta hemiparese palatum mole.
N XII : hemiparese dan atropi sebelah lidah.

6.

Penentuan Stadium :

TUMOR SIZE (T)

T
T0
T1
T2

Tumor primer
Tidak tampak tumor
Tumor terbatas pada satu lokasi saja
Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas

T3
T4

pada rongga nasofaring


Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang

tengkorak atau saraf-saraf otak


Tx
Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0
Tidak ada pembesaran
N1
Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2
Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat
digerakkan
Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun

N3

bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar


METASTASE JAUH (M)
M0
Tidak ada metastase jauh
M1
Metastase jauh

Stadium I : T1 No dan Mo
Stadium II : T2 No dan Mo
Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau T3 dan No dan Mo
Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau
T1/T2/T3/t4 dan No/N1/N3/N4 dan M1

7.

Penatalaksanaan
a)
Radioterapi : hal yang perlu dipersiapkan adalah KU pasien baik,
b)
c)

hygiene mulut, bila ada infeksi mulut diperbaiki dulu.


Kemoterapi
Pembedahan

B.

KONSEP KEPERAWATAN
1.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a)
Identitas
Identitas klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status marital, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, No Medrec, diagnosis dan alamat.
Identitas penanggung jawab yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan
alamat.

b)

Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Biasanya didapatkan adanya keluhan suara agak serak,
kemampuan menelan terjadi penurunan dan terasa sakit waktu
menelan dan terdapat kekakuan dalam menelan.
Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien
dirawat di RS. Menggambarkan keluhan utama klien, kaji
tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan,
faktor apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan
bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan,
daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk
PQRST.
Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya
yang ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan
kebiasaan atau gaya hidup, misalnya pada penderita Ca tonsil
adanya kebiasaan merokok, minum alkohol, terpapar zat-zat

kimia, riwayat stomatitis yang lama, oral hygiene yang jelek,


dan yang lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
yang sama dengan klien atau adanya penyakit keturunan, bila
c)

ada cantumkan genogram.


Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi sistem tubuh secara
menyeluruh dengan menggunakan tekhnik inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi.
Keadaan umum
Kaji tentang keadaan klien, kesadaran dan tanda-tanda vital.
Sistem respirasi
Jika Ca sudah membesar dan menyumbat jalan nafas maka
klien akan mengalami kesukaran bernafas, apalagi klien
dilakukan Trakheostomi, produksi sekret akan menumpuk dan
mengakibatkan jalan nafas tidak efektif dengan adanya
perubahan frekuensi nafas dan stridor.
Sistem cardiovaskuler
Ca nasofaring dengan pemasangan Trakheostomi dan produksi
sekret meningkat, bila dilakukan suction yang berlebihan dalam
satu waktu dapat merangsang reflek nerves sehingga
mengakibatkan bradikardi dan biasanya terjadi peningkatan
JVP.
Sistem gastrointestinal
Dapat ditemukan adanya mukosa dan bibir kering, nafsu makan
menurun, penurunan berat badan. Jika Ca sudah menyumbat
saluran pencernaan dapat dilakukan tindakan Gastrostomy.
Sistem musculoskeletal

Kekuatan otot mungkin penuh atau bisa juga terjadi kelemahan


dalam mobilisasi leher karena adanya pembengkakan bila Ca
sudah terlalu parah.
Sistem endokrin
Mungkin ditemukan adanya gangguan pada hormonal apabila
ada metastase pada kelenjar tiroid.
Sistem persyarafan
Biasanya ditemukan adanya gangguan pada nervus III, IV, dan
VI yaitu syaraf yang mempersyarafi otot-otot mata, nervus IX,
X, XI dan XII yang mempersyarafi glosofaringeal, vagus,
asesorius dan hipoglosus. Biasanya bila ada nyeri yang
dirasakan klien dapat merangsang pada sistem RAS di formatio
retikularis sehingga menyebabkan klien terjaga.
Sistem urinaria
Biasanya tidak ditemukan adanya masalah, bila ada metastase
ginjal, akan terjadi penurunan fungsi ginjal.
Sistem wicara dan pendengaran
Dapat terjadi gangguan pendengaran yang disebabkan adanya
sumbatan pada tuba eustacius sehingga menggangu saluran
pendengaran. Bila Ca sudah bermetastase pada pita suara, maka
klien tidak dapat berkomunikasi secara verbal.
Sistem integument
Klien yang mendapat terapi radiasi atau kemoterapi akan
terjadi perubahan warna hiperpigmentasi pada area
penyianaran.
Sistem reproduksi
Biasanya dengan adanya perasaan nyeri, maka dapat
d)

menyebabkan gangguan pada sexualitas.


Data psikologis

Ca tonsil dengan pemasangan Trakheostomy dan atau Gastrostomy


akan menimbulkan perasaan denial, timbulnya perasaan rendah hati,
dengan ditemukan data klien lebih suka diam dan menarik diri.
e)

Data spiritual
Kaji tentang keyakinan atau persepsi klien terhadap penyakitnya.
Biasanya klien akan merasa kesulitan dalam menjalankan ibadahnya.

f)

Data sosial
Biasanya didapatkan interaksi klien dengan lingkungannya menjadi
menurun dikarenakan adanya penyakit yang diderita klien.

g)

Pemeriksaan Penunjang
Nasofaringoskopi

Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter

Biopsi multiple
Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT Scan,
Bone scantigraphy (bila dicurigai metastase tulang)
Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui perluasan
tumor kejaringan sekitar yang menyebabkan penekanan atau
infiltrasi kesaraf otak, manifestasi tergantung dari saraf yang
dikenai.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
b)

terdapatnya akumulasi sekret yang banyak dan mengental.


Nyeri berhubungan dengan metastase kanker, Insisi bedah,

c)

Pembengkakan jaringan.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Radiasi atau agen
kemoterapi, Pembentukan oedema.

d)

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan.


e)
Deficit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan
aktifitas.

3.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Bersihan

Hasil
NOC:

Jalan Nafas

v Respiratory status :

tidak efektif
berhubungan
dengan:
-

Obstruksi

Ventilation
v Respiratory status :
Airway patency
v Aspiration Control

Intervensi

Pastikan kebutuhan oral / tracheal


suctioning.
Berikan O2 l/mnt, metode
Anjurkan pasien untuk istirahat dan
napas dalam

jalan nafas

Setelah dilakukan

:sekresi

tindakan keperawatan

tertahan,

selama ..pasien

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

banyaknya

menunjukkan keefektifan

Keluarkan sekret dengan batuk atau

mukus,

jalan nafas dibuktikan

DS:

dengan kriteria hasil :

Posisikan pasien untuk memaksimalkan


ventilasi

suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya

Dispneu

v Menunjukkan jalan

suara tambahan

DO:

nafas yang paten (klien Atur intake untuk cairan

tidak merasa tercekik,

mengoptimalkan keseimbangan.

tidak efekotif

irama nafas, frekuensi

Monitor respirasi dan status O2

atau tidak

pernafasan dalam

Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk

ada

rentang normal, tidak

Batuk,

Produksi
sputum

ada suara nafas


abnormal).
v Foto thorak dalam batas

mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

normal
Diagnosa

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Nyeri

Hasil
NOC:

NIC :

berhubungan

v Comfort level

Pain Manajemen

dengan

v Pain control

metastase

v Pain level

kanker, insisi

Setelah dilakukan

bedah.

tindakan keperawatan

Keperawatan

selama . nyeri kronis


DS:

pasien berkurang dengan

kriteria hasil:

Kelelahan

- Takut untuk
injuri ulang
DO:

terhadap manajemen nyeri


-

v Tidak ada gangguan

Tingkatkan istirahat dan tidur


yang adekuat

Kelola pemberian
analgetik ...........

v Tidak ada gangguan


tidur

Monitor kepuasan pasien

Jelaskan pada pasien penyebab


nyeri

Lakukan tehnik nonfarmakologis


(relaksasi, masase punggung)

Gangguan
aktifitas

konsentrasi
v Tidak ada gangguan

- Anoreksia

hubungan

interpersonal

Perubahan
pola tidur

Respon

v Tidak ada ekspresi


menahan nyeri dan

simpatis

ungkapan secara

(suhu dingin,

verbal

perubahan
posisi tubuh ,

v Tidak ada tegangan


otot

hipersensitif,
perubahan
berat badan)

Diagnosa

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Kerusakan

Hasil
NOC :

NIC : Pressure Management

integritas kulit

Tissue Integrity : Skin

Anjurkan pasien untuk menggunakan

berhubungan

and Mucous Membranes

dengan :

Wound Healing : primer

Hindari kerutan pada tempat tidur

Eksternal :

dan sekunder

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih

Setelah dilakukan

Keperawatan

Radiasi

pakaian yang longgar

dan kering

Perubahan

tindakan keperawatan

status cairan

selama.. kerusakan

(edema)

integritas kulit pasien

Monitor kulit akan adanya kemerahan

teratasi dengan kriteria

Oleskan lotion atau minyak/baby oil

DO:
-

Gangguan
pada bagian
tubuh

Kerusakan

hasil:
v Integritas kulit yang
baik bisa

Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)


setiap dua jam sekali

pada derah yang tertekan


Monitor aktivitas dan mobilisasi
pasien

dipertahankan

Monitor status nutrisi pasien

lapisa kulit

(sensasi, elastisitas,

Memandikan pasien dengan sabun dan

(dermis)

temperatur, hidrasi,

Gangguan

pigmentasi)

permukaan

v Perfusi jaringan baik

kulit

v Mampu melindungi

(epidermis)

air hangat
Kaji lingkungan dan peralatan yang
menyebabkan tekanan

kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami

Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Ketidakseimba

NOC:

Kaji adanya alergi makanan

ngan nutrisi

a.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

kurang dari
kebutuhan

Nutritional status:
Adequacy of nutrient

b.

tubuh

Nutritional Status :
food and Fluid Intake

Berhubungan

c.

Weight Control

dengan :

Setelah dilakukan

Ketidakmampua tindakan keperawatan

menentukan jumlah kalori dan nutrisi


yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat

n untuk

selama.nutrisi kurang

menelan.

teratasi dengan indikator: Monitor adanya penurunan BB dan gula


v Albumin serum

catatan makanan harian.

darah

v Pre albumin serum

Monitor lingkungan selama makan

v Hematokrit

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

v Hemoglobin
v Total iron binding
capacity
v Jumlah limfosit

tidak selama jam makan


Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang

kebutuhan suplemen makanan seperti


NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Defisit

Hasil
NOC :

NIC :

perawatan diri

v Self care : Activity of

Self Care assistane : ADLs

Keperawatan

Berhubungan

Daily Living (ADLs)

Monitor kemempuan klien untuk

dengan :

Setelah dilakukan

keterbatasan

tindakan keperawatan

aktivitas

selama . Defisit

alat bantu untuk kebersihan diri,

perawatan diri teratas

berpakaian, berhias, toileting dan

DO :

dengan kriteria hasil:

makan.

ketidakmampua

v Klien terbebas dari

n untuk mandi,
ketidakmampua

bau badan
v Menyatakan

perawatan diri yang mandiri.


Monitor kebutuhan klien untuk alat-

Sediakan bantuan sampai klien


mampu secara utuh untuk melakukan
self-care.

n untuk

kenyamanan terhadap

Dorong klien untuk melakukan

berpakaian,

kemampuan untuk

aktivitas sehari-hari yang normal

ketidakmampua

melakukan ADLs

sesuai kemampuan yang dimiliki.

n untuk makan,

v Dapat melakukan

ketidakmampua

ADLS dengan

mandiri, tapi beri bantuan ketika

n untuk

bantuan

klien tidak mampu melakukannya.

toileting

Dorong untuk melakukan secara

Ajarkan klien/ keluarga untuk


mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

C.

KASUS
Seorang wanita berumur 35 tahun masuk ke Rumah Sakit Avicenna pada hari
rabu, 22 mei 2013. Diterima oleh Ners D diruang interna, pasien mengeluh sakit
ketika menelan dan nyeri pada telinga sejak satu bulan terakhir. pasien juga
mengatakan sering mimisan dan sering pilek dengan lendir yang kental. Ketika
Ners D melakukan anamnesa, pasien sering mengulang pertanyaan karena pasien
mengalami gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
radang pada telinga. Pada palpasi ditemukan adanya benjolan pada leher bagian
atas. Ibu pasien pernah mengalami penyakit yang sama. Pemeriksaan vital sign
diperoleh suhu 37,7 C, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 X / mnt,
pernapasan 23 x/mnt. Pemeriksaan CT-Scan : ca.nasofaring.
1.

PENGKAJIAN
a)
Identitas
b)
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama:

Pasien mengeluh sakit ketika menelan dan nyeri

c)

d)

pada telinga.
Riwayat keluhan utama :

Keluhan dirasakan sejak satu bulan terakhir.


Keluhan lain :

Sering mimisan

Sering pilek dengan lendir yang kental.


Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan keluarga :

Ibu pasien pernah mengalami penyakit yang


sama.
Pemeriksaan fisik

Vital sign
TD
: 120/80 mmHg
N
: 85 X / mnt

S : 37,7 C
P : 23 X / mnt

Pemeriksaan kepala
Telinga :

Adanya radang pada telinga tengah.

Adanya gangguan pendengaran pada pasien.


Leher :

Adanya benjolan pada leher bagian atas.


e)
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan
: ca. nasofaring

PATHWAY DAN PENYIMPANGAN KDM

Sumber : kelompok 1,kelas C STIK AVICENNA


2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan dengan metastase kanker, Pembengkakan
jaringan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menelan.


Deficit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan aktifitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Nyeri

NOC:

NIC :

berhubungan

v Comfort level

Pain Manajemen

dengan

v Pain control

metastase

v Pain level

kanker,

Setelah dilakukan

pembengkakan

tindakan keperawatan

jaringan.

selama . nyeri kronis

DS:

pasien berkurang dengan

kriteria hasil:

Kelelahan

- Takut untuk
injuri ulang
DO:
-

Gangguan
aktifitas

tidur
v Tidak ada gangguan
konsentrasi
v Tidak ada gangguan
hubungan

interpersonal

pola tidur
-

Respon

v Tidak ada ekspresi


menahan nyeri dan

simpatis

ungkapan secara

(suhu dingin,

verbal

perubahan
posisi tubuh ,
hipersensitif,
perubahan

v Tidak ada tegangan


otot

Monitor kepuasan pasien


terhadap manajemen nyeri

Tingkatkan istirahat dan tidur


yang adekuat

Kelola pemberian
analgetik ...........

v Tidak ada gangguan

- Anoreksia
Perubahan

Jelaskan pada pasien penyebab


nyeri

Lakukan tehnik nonfarmakologis


(relaksasi, masase punggung)

berat badan)

Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria

Intervensi

Ketidakseimba

Hasil
NOC:

Kaji adanya alergi makanan

ngan nutrisi

d.

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

kurang dari
kebutuhan

Nutritional status:
Adequacy of nutrient

e.

tubuh

Nutritional Status :
food and Fluid Intake

Berhubungan

f.

Weight Control

dengan :

Setelah dilakukan

Ketidakmampua tindakan keperawatan

menentukan jumlah kalori dan nutrisi


yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat

n untuk

selama.nutrisi kurang

menelan.

teratasi dengan indikator: Monitor adanya penurunan BB dan gula


v Albumin serum

catatan makanan harian.

darah

v Pre albumin serum

Monitor lingkungan selama makan

v Hematokrit

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

v Hemoglobin
v Total iron binding

tidak selama jam makan


Monitor turgor kulit

capacity
v Jumlah limfosit

Monitor kekeringan, rambut kusam,


total protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line

Diagnosa
Keperawatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil

Intervensi

Defisit

NOC :

NIC :

perawatan diri

v Self care : Activity of

Self Care assistane : ADLs

Berhubungan

Daily Living (ADLs)

Monitor kemempuan klien untuk

dengan :

Setelah dilakukan

keterbatasan

tindakan keperawatan

aktivitas

selama . Defisit

alat bantu untuk kebersihan diri,

perawatan diri teratas

berpakaian, berhias, toileting dan

DO :

dengan kriteria hasil:

makan.

ketidakmampua

v Klien terbebas dari

n untuk mandi,
ketidakmampua

bau badan
v Menyatakan

perawatan diri yang mandiri.


Monitor kebutuhan klien untuk alat-

Sediakan bantuan sampai klien


mampu secara utuh untuk melakukan
self-care.

n untuk

kenyamanan terhadap

Dorong klien untuk melakukan

berpakaian,

kemampuan untuk

aktivitas sehari-hari yang normal

ketidakmampua

melakukan ADLs

sesuai kemampuan yang dimiliki.

n untuk makan,

v Dapat melakukan

ketidakmampua

ADLS dengan

mandiri, tapi beri bantuan ketika

n untuk

bantuan

klien tidak mampu melakukannya.

toileting

Dorong untuk melakukan secara

Ajarkan klien/ keluarga untuk


mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.

Pertimbangkan usia klien jika


mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai