Blok Muskuloskeletal
DISUSUN OLEH
B11
Ketua
Sekretaris
Anggota
:
1102011259
1102011161
Rachmat Putra P
Primastyo Anggata Reskianto
Melly Faisha Rahma
Nadira Danata
Rizky Amalia Shafarina
Rizq Felageti Sofiam
Widya Amalia Swastika
1102010225
1102010219
1102011161
1102011188
1102011239
1102011241
1102011290
DAFTAR ISI
Daftar isi....................................................................................................................................i
Pendahuluan: Dasar Teori...........................................................................................................1
Pelaksanaan Praktikum: Tata Cara dan Kendala..........................................................................3
Hasil Praktikum: Tabel Data, Grafik dan Analisis Data..................................................................6
Kesimpulan...............................................................................................................................10
Daftar Pustaka...........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN
Dasar Teori
Fenomena Listrik dan Aliran Ion
Sifat Listrik Otot Rangka
2
Peristiwa listrik di otot rangka dan aliran ion yang mendasari peristiwa tersebut
serupa dengan yang terjadi pada saraf, meskipun secara kuantitas berbeda dalam hal waktu
dan amplitudonya. Potensial membran istirahat otot rangka adalah sekitar -90 mV. Potensial
aksi berlangsung selama 2-4 mdet dan dihantarkan disepanjang serabut otot dengan
kecepatan kira-kira 5m/det. Masa refrakter absolutnya adalah 1-3 mdet, dan polarisasi ikutan
yang berkaitan dengan perubahan ambang terhadap rangsangan listrik, relatif lebih panjang.
Walaupun perbedaan sifat listrik diantara serabut otot tidak cukup besar seperti yang
diperlihatkan pada potensial aksi gabungan, tetapi terdapat juga perbedaan ambang rangsang
diantara berbagai serabut. Lebih lanjut, pada setiap percobaan perangsangan, beberapa
serabut letaknya lebih jauh dari elektroda perangsangan dibandingkan dengan serabut lain.
Oleh karena itu, besar potensial aksi yang terekam dari sediaan berkas otot utuh berbedabeda sesuai dengan kekuatan rangsangan yang diberikan, antara intensitas ambang sampai
rangsangan maksimal.
Distribusi dan Aliran Ion
Distribusi ion yang melewati membran serabut otot serupa dengan yang melewati
membran sel saraf. Seperti juga pada saraf depolarisasi merupakan manifestasi influks ion
Na+, dan repolarisasi terjadi pada efluks ion K+.
Respon Kontraktil
Peristiwa listrik pada otot sangat penting untuk membedakan dengan peristiwa
mekaniknya. Meskipun respon yang satu secara normal tidak akan terjadi tanpa respon yang
lain, dasar secara fisiologis dan morfologisnya berbeda. Depolarisasi membran serabut otot
dalam keadaan normal dimulai di lempang ujung (end-plate) otot rangka, yang merupakan
struktur khusus yang terdapat di bawah ujung saraf motorik. Potensial aksi dihantarkan
disepanjang serabut otot dan kemudian membangkitkan respon kontraktil.
Kontraksi Kedutan Otot
Potensial aksi tunggal menyebabkan kontraksi singkat yang kemudian diikuti dengan
relaksasi. Respon seperti ini disebut respon kedutan otot (muscle twitch). Kedutan timbul
kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum repolarisasi selesai.
Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. Serabut otot
cepat (fast) yang terutama berperan pada gerakan otot halus, cepat dan tepat, mempunyai
lama kedutan 7,5 mdet. Serabut otot lambat (slow), yang terutama berperan pada gerakan
kuat, menyeluruh, dan dipertahankan, memiliki lama kedutan sampai 100 mdet.
Hubungan Antara Panjang dengan Tegangan Otot dan Kecepatan Kontraksi
3
Tegangan yang dihasikan oleh otot bila berkontraksi secara isometrik (tegangan total)
maupun tegangan pasif yang terbentuk oleh otot yang tidak dirangsang, berbeda-beda sesuai
dengan panjang serabut otot. Panjang otot dapat berbada-beda dengan mengubah jarak antara
kedua titik fiksasinya. Pada setiap panjang tertentu tegangan pasif diukur, kemudian otot
diberi rangsangan listrik dan tegangan total diukur. Perbedaan antara kedua nilai tersebut
untuk tiap panjang otot merupakan besar tegangan yang sebenarnay dihasilkan oleh proses
kontraksi (tegangan pasif). Kurva yang sama akan diperoleh dari pengamatan terhadap satu
serabut otot. Panjang otot yang bertepatan dengan tegangan akaktif maksimal biasanya
disebut sebagai panjang istirahat. Istilah ini sebenarnya diperoleh dari berbagai percobaan
yang memperlihatkan bahwa panjang sejumlah besar otot di dalam tubuh pada keadaan
istirahat merupakan panjang otot yang menghasilkan tegangan maksimal.
Hubungan panjang tegangan yang tampak pada otot rangka dapat dijelaskan dengan
mekanisme pergeseran filamen sewaktu otot berkontraksi. Ketika serabut berkkontraksi
secara isometrik, tegangan yang timbul sebanding dengan jumlah ikatan silang yang
terbentuk diantara molekul aktin dan miosin. Jika otot diregang, tumpang tindih antara aktin
dan miosin berkurang, dan karena itulah, jumlah ikatan silang akan berkurang. Sebaliknya
jika otot jauh lebih pendek daripada panjang istirahat, jarak yang akan ditempuh oleh filamen
tipis akan berkurang.
Kecepatan kontraksi otot berbanding terbalik dengan besar beban pada otot. Pada
pemberian beban, kecepatan kontraksi akan maksimal pada panjang istirahat, dan menurun
bila otot lebih pendek atau lebih panjang daripada panjang istirahat.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
OTOT RANGKA 1
TUJUAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus dapat :
4
4. Dengan tromol tetap diam, otot diragsang sehingga terdapat suatu kerutan.
P.II.1.2 Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana
memperbesarkanya
P.II..1.3 Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus
diperhatikan/diperbaiki ?
5.
Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu istirahat selama 15
detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang cm pada tiap kali
sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap kali sesudah rangsang buka.
P.II,1.4 Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?
6.
Rangsanglah sediaan otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut turut
dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt, sehingga didapatkan
mekaniogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal ,
maksima, dan supramaksimal.
P.II.1.5 Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthereshold)
P.II.1.6 Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun
voltase sama ?
P.II.1.7 Bagaimana
supramaksimal?
kita
dapat
membedakan
rangsang
maksimal
dengan
OTOT RANGKA II
TUJUAN
Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat :
1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan pelbagai kekutaan
rangsang
2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak langsung.
3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan kontraksi.
4. Menghitung kerja sediaan otot katak.
5. Mendemontrasikan hubunan antara pembebanan dengan keija otot.
6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam pelbagai
sikap tubuh.
Alat dan binatang percobaan yang diperlukan
1. Kimograf+ kertas + perekat
2. Statif + Klem-klem + pencatat otot + klem femur
3. Stimulator induksi + elektroda perangsang
4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + Penusuk katak + katak.
5. Beban-beban dengan penggantungnya 6. Benang + kapas + gelas arloji 7. Botol
plastic berisi Larutan Rinmger + pipet + Waskom = gelas beker 8. Dinamometer.
TATA KERJA
I. Pengaruh panjang awal (Initial length) otot katak terhadap kekuatan kerutan.
1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar
2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,
bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan
Ringer dan letakkan di gelas arloji.
3. Pasanglah sediaan otot sesuai sesuai dengan gambar.
P.II.2.1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot?
4. Bebanilah otot denganbeban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu
sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, buatlah garis
sepanjang 10 cm dan tulislah : "garis dasar 20" pada ujung akhir garis tersebut.
P.II.2.2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?
6
Suruhlah o.p. duduk di pinggir meja alat tersebut dengan menghadapi timbangan
dan dengan tungkai bawah tergantung secara bebas.
2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2
3. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan
kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3.
P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor dan otot
fleksor pada sikap tersebut?
Reference:
1. Muscle Physiology in Sherwood : Human Physiology from cell to systems 2004 ;
p 257-301
2. The
Muscular
System
http://en.wikibooks.org/wiki/Human_Physiology/The_Muscular System
HASIL PRAKTIKUM
Tabel Data, Grafik dan Analisa Data
I. Hubungan antara Kekuatan Rangsang dan Tinggi Mekanomiogram Akibat Kerutan
Otot
a. Tabel Data
Rangsang
Kekuatan Rangsang
Bawah rangsang (sub threshold)
0,09 volt
Ambang (threshold)
0,10 volt
Submaksimal
3,99 volt
Maksimal
4,00 volt
Supramaksimal
4,01 volt
4.5
4
3.5
3
2.5
2
Kekuatan rangsang
1.5
1
0.5
0
b. Grafik
c. Analisis Data
Sub threshold (bawah rangsang) adalah rangsang sesaat sebelum terjadinya
kontraksi. Pada praktikum kali ini sub threshold nya adalah 0,09. Threshold (ambang)
adalah rangsang saat pertama kali terjadi kontraksi. Kekuatan rangsang 0,1 volt dapat
menyebabkan sedikit kontraksi (gerakan). Hal ini dibuktikan dengan adanya garis yang
dibentuk oleh kimograf. Penambahan voltase menyebabkan kontraksi yang lebih besar
lagi. Sampai akhirnya pada kekuatan rangsang 4 volt, mencapai kontraksi yang maksimal.
Hal tersebut dibuktikan dengan, ketika kekuatan rangsang ditingkatkan menjadi 5 volt,
panjang garis yang terbentuk sama dengan kekuatan rangsang 4 volt. Begitu pula dengan
penambahan menjadi, 6 hingga 8.
1. Manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, pemasangan alat atau
pembuatan sediaan otot?
Pemasangan alat, karena apabila pembuatan sediaan otot yang lebih dulu dilakukan, otot
tersebut sudah tidak fresh lagi. Sehingga otot tidak akan dapat melakukan kontraksi.
2. Bila hasil pencatatan kontraksi sangat kecil, bagaimana memperbesarkannya?
Dengan menaikkan voltasenya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip potensial aksi.
3. Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan atau
diperbaiki?
Sediaan otot. Harus selalu diolesi dengan larutan ringer agar bisa berkontraksi. Hal
tersebut dikarenakan sediaan otot telah terpisah dari tubuh katak, sehingga akan kaku bila
tidak dilumuri larutan ringer. Lagipula larutan ringer berfungsi sebagai cairan synovial.
4. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?
Agar otot melakukan relaksasi terlebih dahulu, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat.
Karena apabila tidak dilakukan arus buka-tutup kontraksi yang terjadi adalah kontraksi
yang berkesinambungan, kontraksinya memang akan lebih besar, tapi otot akan cepat
lelah. Dalam hal ini karena otot terpisah dari induknya, sediaan otot akan mudah rusak.
9
IV. Pengaruh Regangan Terhadap Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor dan Fleksor Pada
Manusia
IV.1 Mengukur Kekuatan Kerutan Otot Ekstensor
a. Tabel Data
Kekuatan Kerutan
Posisi
A
B
Duduk Tegak
106
60
Duduk Membungkuk
70
45
Berbaring Telentang
108
65
b. Analisis Data
Kekuatan kerutan pada otot ekstensor paling tinggi ketika tubuh OP dalam kondisi
berbaring telentang. Hal ini dikarenakan, otot ekstesor adalah otot-otot yang melakukan
ekstensi (mendekat ke lateral atau arah luar, terbuka). Pada posisi berbaring terlentang
otot-otot banyak melakukan ekstensi. Sehingga kekuatan kerutan otot-otot ekstensor pun
lebih besar.
Posisi yang kekuatan kerutannya paling sedikit adalah duduk membungkuk. Hal
ini dikarenakan gerakan duduk membungkuk yang cenderung mendekati tubuh (fleksi)
sehingga akan sedikit menggunakan otot-otot ekstensor.
Pada percobaan kali ini juga terlihat perbedaan yang signifikan antara A dan B.
Pada OP A, kekuatan kerutan yang ditimbulkan cenderung lebih sedikit dibandingkan
dengan OP B. Hal ini dikarenakan otot-otot pada OP A lebih sedikit melakukan latihan,
dibandingkan dengan otot-otot pada OP B yang cukup terlatih. Semakin sering kita
melakukan latihan, maka semakin besar kekuatan kerutan yang kita hasilkan. Hal tersebut
tentunya berbanding lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.
IV.2 Mengukur Kekuatan Kerutan Otot Fleksor
a. Tabel Data
Kekuatan Kerutan
Posisi
A
B
Duduk Tegak
45
45
Duduk Membungkuk
55
55
Berbaring Telentang
25
25
c. Analisis Data
Kekuatan kerutan pada otot fleksor paling tinggi ketika tubuh OP dalam kondisi
duduk membungkuk. Hal ini dikarenakan, otot fleksor adalah otot-otot yang melakukan
fleksi (mendekat ke arah tubuh atau medial, merapat). Pada posisi duduk membungkuk
otot-otot banyak melakukan fleksi. Sehingga kekuatan kerutan otot-otot fleksor pun lebih
besar.
Posisi yang kekuatan kerutannya paling sedikit adalah berbaring telentang. Hal ini
dikarenakan gerakan berbaring telentang yang cenderung menjauhi tubuh (ekstensi)
sehingga akan sedikit menggunakan otot-otot fleksor.
Pada percobaan kali ini juga terlihat perbedaan yang signifikan antara A dan B.
Pada OP A, kekuatan kerutan yang ditimbulkan cenderung lebih sedikit dibandingkan
dengan OP B. Hal ini dikarenakan otot-otot pada OP A lebih sedikit melakukan latihan,
dibandingkan dengan otot-otot pada OP B yang cukup terlatih. Semakin sering kita
melakukan latihan, maka semakin besar kekuatan kerutan yang kita hasilkan. Hal tersebut
tentunya berbanding lurus dengan kekuatan yang dihasilkan.
11
KESIMPULAN
Semakin tinggi voltase (kekuatan rangsang) semakin besar kerutan otot yang
dihasilkan. Namun, ketika semua otot telah berkerut, setinggi apa pun rangsang
tersebut besarnya kontraksi stak disitu (batas maksimum).
Semakin besar panjang awal, maka semakin besar kekuatan kerutan (kontraksi)
yang dihasilkan, sampai pada batas maksimum.
Semakin berat beban, semakin sedikit gerak yang ditimbulkan.
Pada otot ekstensor, posisi berbaring telentang memiliki kekuatan kerutan yang
paling besar.
Pada otot fleksor, posisi duduk membungkuk memuliki kekuatan kerutan yang
paling besar.
12
DAFTAR PUSTAKA
13