Inferior
: Caput Pancreas
Lateral
Medial
: Caput pancreas
Posterior
Superior
Inferior
: Lekukan-Lekukan Jejunum
Posterior
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Lengkung antara pars superior duodeni dan pars descendens duodeni disebut Flexura
duodeni superior.
Lengkung antara pars descendens duodeni dan pars Inferior Duodeni disebut Flexura
duodeni inferior.
Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni dan berakhir pada
lengkung yang disebut Flexura duodenojejunalis.
Usus Besar
Usus Besar dibagi dalam: Caecum, appendix
vermiformis, colon ascenden, colon transversum,
colon descenden, colon sigmoideum, rectum dan
anus.
Caecum
Caecum adalah bagian usus besar yang terletak
dibawah perbatasan antara ileum dan usus besar.
Caecum Terletak pada fossa iliaca, panjangnya
sekitar 6cm, dan seluruhnya diliputi peritoneum.
Batas-batas
Anterior : lekukan usus halus, omentum majus,
dan dinding anterior abdomen
Posterior : m.iliacus, crista iliaca, m.quadratus
lumborum, origo m.transversus abdominis dan
kutub bawah ginjaln kanan. N ilihypogastricus
dan ilioinguinalis berjalan dibelakangnya.
Pembuluh arteri yang memperdarahi colon
ascenden adalah a.iliocolica dan a.colica dextra
yang merupakan cabang a.mesenterica superior.
Vena sesuai dengan arterinya dan mengalirkan
darahnya ke V.mesenterica superior.
Kelenjar limfe mengalirkan cairan limfe ke
kelenjar limfe yang terletak sepanjang perjalanan av.colica dan akhirnya mencapai
nodi lymphatici mesentericus superior.
Saraf colon ascenden berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (n.vagus) dari
plexus mesentericus superior.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon Transversum
Panjangnya sekitar 38cm dan berjalan menyilang abdomen, menduduki regio
umbilicalis dan hipogastricum. Colon transversum mulai pada flexura coli dextra
(flexura hepatica) dibawah lobus kanan hati dan tergantung kebawah, tergantung pada
mesocolon transversum. Kemudian colon ini berjalan keatas sampai flexura coli
sinistra (flexura lienalis) tepat inferior terhadap limpa. Flexura coli sinistra lebih
tinggi daripada Flexura coli dextra dan tergantung pada diphragma oleh ligamentum
phrenicocolica.
Mesocolon transversum melekat pada pinggir superior colon transversum, dan lapisan
posterior omentum majus melekat pada pinggir inferior. Karena panjang mesocolon
transversum sangat variabel dan dapat mencapai pelvis.
Batas-batas
Anterior
Posterior
jejunum dan
Pembuluh arteri 2/3 proksimal colon Transversum adalah a.colica media, suatu
cabang a.mesenterica superior. 1/3 distal diperdarahi oleh a.colica sinistra, suatu
cabang dari a.mesenterica inferior.
Vena-vena sesuai arterinya mengalirkan darah ke v.mesenterica inferior.
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak sepanjang
perjalanan av.colica. cairan limfe dari 2/3 proksimal colon transversum akan masuk
ke nodi lymphatici mesentericus superior. Sedangkan 1/3 distalnya akan masuk ke
nodi lymphatici inferior.
Saraf yang mempersarafi colon transversum berasal dari saraf simpatis dan n.vagus
dan dari saraf parasimpatis pelvis. Serabut simpatis berjalan dari plexus mesentericus
superior dan inferior. Serabut-serabut n.vagus hanya mempersarafi 2/3 proksimal
colon transversum; 1/3 distal dipersarafi oleh saraf parasimpatis n.pelvicus.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon descenden
Panjangnya sekitar 25 cm dan terletak pada regio iliaca kiri. Colon descenden berjalan
ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Peritoneum meliputi
permukaan depan dan pinggir-pinggir dan menghubungkannya dengan dinding
posterior abdomen.
Batas-batas
Anterior
abdomen.
Posterior
Pembuluh arteri yang memperdarahi colon descenden adalah a.colica sinistra dan
a.sigmoidea (a. colica inferior sinistra) yang merupakan cabang a.mesenterica inferior.
Vena-vena sesuai dengan arterinya, mengalirkan darah ke v.mesenterica inferior.
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak sepanjang
perjalanan av. Colica, dan cairan limfe akhirnya menuju ke nodi lymphatici
mesentericus inferior yang terletak sekitar origo a.mesenterica inferior.
Saraf yang mempersarafi colon descenden berasal dari serabut-serabut simpatis dari
plexus mesentericus inferior dan saraf parasimpatis n.pelvicus.
(Sumber : Snell RS. Clinical Anatomi for Medical Student. 3th ed. EGC, Jakarta. 1997)
Colon sigmoideum
Panjangnya 25-38cm
Batas-batas
Anterior:
Pada pria : Vesica urinaria
Pada wanita : Permukaan posterior uterus dan bagian atas vagina
Posterior: Rectum dan Sacrum
Perdarahan oleh rami sigmoideus a.mesenterica inferior
Vena-venanya oleh vena colon sigmoideum dipercabangkan di sistem vena porta
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke kelanjar limfe sepanjang a.sigmoidea; dari
kelenjar limfe ini cairan limfe dialirkan nodi lymphatici mesenterica inferior.
Persarafan Plexus hypogastricus inferior. Sara berjalan ke atas pada atap mesocolon
sigmoideum.
LO.1.2.
Mikroskopis
Mukosa
o Plika Sirkularis adalah lipatan atau peninggian mukosa permanen, berjalan
berpilin dan terjulur kedalam lumen usus; plika yang paling besar terdapat
di bagian proksimal usus halus yang merupakan tempat sebagian besar
absorbsi berlangsung dan makin mengecil ke arah ileum.
o Vili Intestinal adalah Tonjolan permanen mirip jari pada lamina propria
mukosa yang juga terjulur kedalam
lumen. Vili ditutupi oleh epitel
selapis silindris dan lebih banyak
terdapat di bagian proksimal usus
halus. Pusat jaringan ikat setiap vilus
mengandung kapiler limfatik yang
disebut lakteal, kapiler darah dan
berkas otot polos. Terdapat sel-sel
goblet yang terpulas pucat dan kelenjar intestinal tubular pendek (kripti
Lieberkuhn) didalam lamina propria. Lamina Propria juga mengandung
serat-serat jaringan ikat halus dengan sel retikulum, jaringan limfoid difus
dan/atau limfonoduli.
o Mikrovili adalah juluran sitoplasma yang menutupi apeks sel-sel absorptif.
Dalam Mikroskop cahaya mikrovili tampak sebagai striated (brush) border.
Submukosa
o Di duodenum hampir seluruh submukosanya diisi oleh kelenjar duodenal
tubular yang sangat bercabang (Kelenjar Brunner).
o Di antara lapisan mukosa dan submukosa dipisahkan oleh mukosa
muskularis
Muskularis Eksterna
o Lapisan Circularis dalam
o Lapisan Longitudinal Luar
o Sel-sel ganglion parasimpatis pleksus saraf mienterikus (Auerbach)
Serosa (Peritoneum Viseral) Mengandung sel-sel jaringan ikat, pembuluh
darah, dan sel-sel lemak.
Jejenum dan Ileum
Rektum
PENCERNAAN KARBOHIDRAT
yang telah mengalami hidrasi (hydrated starch) akan dicerna oleh amilase pankreas
dan menghasilkan maltosa [-Glk(1 4)Glk], trisa-karida maltotriosa [-Glk(1 4)
Glk(1 4) Glk], a-limit dextrins dan sedikit glukosa. Dapat juga menghasilkan
isomaltosa.
Amilase merupakan endopolisakaridase jadi tidak bisa memotong glukosa yang
terletak di ujung cabang; -amilse tidak bisa memutus ikatan -(1 4) pada glukosa
yang terletak pada titik cabang
Enzim-enzim yang dapat menghidrolisis disakarida terdapat pada "brush border",
dengan nama umum disakaridase. Hasil utama hidrolisis disakarida adalah glukosa,
galaktosa, dan fruk-tosa. Monosakarida yang telah diserap masuk ke vena porta
setelah melalui hepar dan jantung beredar keseluruh tubuh. Selulosa tidak dapat
dicerna oleh manusia, akhirnya akan dikeluarkan bersama/membentuk feses.
Monosakarida diserap dengan kecepatan yang berbeda. Urutan menurut kecepatannya
adalah sebagai berikut : galaktosa, glukosa, fruktosa, mannosa, xilosa (xylosa) dan
arabinosa. Galak-tosa dan glukosa diserap secara aktif.
Fungsi Usus
Usus Halus (intestinum tenue)
Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Semua akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses
ini.
Usus Besar (intestinum crissum)
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit,
yang sudah nampir lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi
berlangsung.
LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Usus
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat
melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam
empedu dan molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam
empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung
hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap keluar menuju
medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan
kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang larut
dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh
permukaan sel epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enteriukus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson,
2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap
tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan
obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun
2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia
LO 3.3 Etiologi
1. Perlengketan :
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pasda
jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi :
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya
oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum
kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum
kedalam usus besar (colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus :
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada
mesentriumnya
4. Hernia :
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
atau defek di dinding rongga peritoneum yang memungkinkan terbentukkan
tonjolan peritoneum mirip kantong yang dilapisi serosa
5. Tumor :
Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.
6. Inkarserasi (terperangkap) massa visera yang meningkat di dalam hernia
sehingga massa tersebut terperangkap akibat adanya stasis dan edema secara
permanen.
7. Strangulasi gangguan lebih lanjut dimana pasokan darah dan drainase
menyebabkan infark segmen yang terperangkap
LO 3.4 Klasifikasi
Ada dua tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.
Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor polipoid dan
neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes
mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok :
a. Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
b. Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
c. Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar
1. Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah.
2. Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis
atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh
toksin dari jaringan gangren.
3. Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar
suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis, ileus obstruktif dibagi dua :
1. Ileus obstruktif usus halus, termasuk duodenum
2. Ileus obstruktif usus besar
LO 3.5 Patofisiologi
Etiologi1 penyumbatan intestinal penyempitan lumen usus pasase lumen usus terganggu
Bagian proksimal3 obstrusi tersumbat Pengumpulan isi lumen2
Distensi4
Tekanan intralumen
Iskemik
Kehilangan cairan ke
Peritoneum
Nekrosis
Permabilitas
hiperperistaltik
-
Kolik abdomen
Muntah
Perfusi jaringan
Asidosis metabolit
Syok hipovolumik
4 sampai 5 menit dalam ileus obstruktif usus halus, setiap 15 sampai 20 menit
pada ileus obstruktif usus besar. Nyeri dari ileus obstruktif usus halus biasanya
terlokalisasi supraumbilikus di dalam abdomen, sedangkan yang dari ileus
obstruktif usus besar biasanya tampil dengan nyeri intaumbilikus. Dengan
berlalunya waktu, usus berdilatasi, motilitas menurun, sehingga gelombang
peristaltik menjadi jarang, sampai akhirnya berhenti. Pada saat ini nyeri mereda
dan diganti oleh pegal generalisata menetap di keseluruhan abdomen.
Jika nyeri abdomen terlokalisasi baik, parah, menetap dan tanpa remisi, maka
ileus obstruksi strangulata harus dicurigai. Muntah refleks ditemukan segera setelah
mulainya ileus obstruksi yang memuntahkan apapun makanan dan cairan yang
terkandung, yang juga diikuti oleh cairan duodenum, yang kebanyakan cairan
empedu. Setelah mereda, maka muntah tergantung atas tingkat ileus obstruktif. Jika
ileus obstruktif usus halus, maka muntah terlihat dini dalam perjalanan dan terdiri
dari cairan jernih hijau atau kuning. Usus didekompresi dengan regurgitasi,
sehingga tak terlihat distensi. Jika ileus obstruktif usus besar, maka muntah timbul
lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk
(fekulen) sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnasi.
Karena panjang usus yang terisi dengan isi demikian, maka muntah tidak
mendekompresi total usus di atas obstruksi (Sabiston, 1995).
Distensi pada ileus obstruktif derajatnya tergantung kepada lokasi obsruksi dan
makin membesar bila semakin ke distal lokasinya. Gerkakan peristaltik
terkadang dapat dilihat. Gejala ini terlambat pada ileus obstruktif usus besar dan
bisa minimal atau absen pada keadaan oklusi pembuluh darah mesenterikus.
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses
dan gas tidak bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar) (Winslet,
2002). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses per rektum juga suatu gambaran
khas ileus obstruktif. Tetapi setelah timbul obstruksi, usus distal terhadap titik
ini harus mengeluarkan isinya sebelum terlihat obstipasi. Sehingga dalam ileus
obstruktif usus halus, usus dalam panjang bermakna dibiarkan tanpa terancam di
usus besar. Lewatnya isi usus dalam bagian usus besar ini memerlukan waktu,
sehingga mungkin tidak ada obstipasi, selama beberapa hari. Sebaliknya, jika ileus
obstruktif usus besar, maka obstipasi akan terlihat lebih dini. Dalam ileus
obstuksi sebagian, diare merupakan gejala yang ditampilkan pengganti obstipasi
(Sabiston, 1995).
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan
muntah yang berulang-ulang dan pengendapan cairan. Hal ini menyebabkan kulit
kering dan lidah kering, pengisian aliran vena yang jelek dan mata gantung dengan
oliguria. Nilai BUN dan hematokrit meningkat memberikan gambaran polisitemia
sekunder.
Hipokalemia bukan merupakan gejala yang sering pada ileus obstruktif
sederhana. Peningkatan nilai potasium, amilase atau laktat dehidrogenase di
dalam serum dapat sebagai pertanda strangulasi, begitu juga leukositosis atau
leukopenia. Pireksia di dalam ileus obstruktif dapat digunaklan sebagai petanda:
1. Mulainya terjadi iskemia
2. Perforasi usus
3. Inflamasi yang berhubungan denga penyakit obsruksi
Hipotermi menandakan terjadinya syok septikemia. Nyeri tekan abdomen yang
terlokalisir
menandakan
iskemia
yang mengancam atau sudah terjadi.
Perkembangan peritonitis menandakan infark atau perforasi.
Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi
dengan tanpa strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan
diagnosa hanya tergantung gejala kilnis. Sebagai catatan perlu diperhatikan
(Winslet, 2002):
1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang
sangat penting, tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian
rutin.
Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area
dengan nyeri tekan lokal pada tempat yang mengalami obstruksi; pada
strangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang berhubungan dengan kekakuan
abdomen.
1. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness
menandakan perlunya laparotomy segera.
2. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap asa walaupun telah
diterapi konservatif, walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap
harus didiagnosa.
3. Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang,
lunak, ireponibel, tidak hanya membesar karena reflek batuk dan
benjolan semakin membesar.
Pada ileus obstruksi usus besar juga menimbulkan sakit kolik abdomen yang
sama kualitasnya dengan sakit ileus obstruktif usus halus, tetapi intensitasnya
lebih rendah. Keluhan rasa sakit kadang-kadang tidak ada pada penderita lanjut
usia yang pandai menahan nafsu. Muntah-muntah terjadi lambat, khususnya bila
katup ileocaecal kompeten. Muntah-muntah fekulen paradoks sangat jarang.
Riwayat perubahan kebiasaan berdefekasi dan darah dalam feses yang baru
terjadi sering terjadi karena karsinoma dan divertikulitis adalah penyebab yang
paling sering. Konstipasi menjadi progresif, dan obstipasi dengan ketidakmapuan
mengeluarkan gas terjadi. Gejala-gejala akut dapat timbul setelah satu minggu.
LO 3.7 Diagnosis dan Diagnosis banding
Anamnesis
Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan
penyebabnya, misalnya berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi
sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi usus halus kolik dirasakan
di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan di
sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijaun
dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus (Gambar 2.4) yang bisa
bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
(Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup defance musculair involunter atau
rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal.
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik
gemerincing logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di
atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga bising
usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa
juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata.
COLOK DUBUR
Pemeriksaan colok dubur atau digital rectal examination adalah pemeriksaan rektum
bagian bawah. Dokter menggunakan jari dalam sarung tangan yang dilumasi untuk
memeriksa adanya kelainan.
Beberapa penyakit yang dapat diketahui melalui pemeriksaan colok dubur :
1. Wasir (haemorrhoid). Ada yang di luar (eksterna) dan di dalam (interna). Bila
diluar, langsung keliatan tanpa perlu memasukkan jari ke anus, sedangkan yang
interna, perlu memasukkan jari ke anus.
BNO 3 POSISI
Teknik Pemeriksaan
Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat
mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan
film ukuran 35 x 43 cm.
Foto polos abdomen dapat dilakukan dalam 3 posisi, yaitu :
1. Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi anteroposterior (AP).
2. Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP.
3. Tiduran miring ke kiri (Left Lateral Decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Prosedur Kerja
a) Posisi AP supine
Posisi obyek : bagian tengah kaset setinggi krista iliaka dengan batas tepi
bawah setinggi simfisis pubis, tidak ada rotasi pelvis dan bahu. Pusat sinar
pada bagian tengah film dengan jarak minimal 102 cm
Pasien tidur miring ke kiri, tekuk lengan melingkari kepala. Film diletakan
di depan atau belakang perut pasien. Mengikuti area simphisis pubis pada
film. Titik tengah terletak pada garis tengah film.
Arah sinar horizontal 90o dengan film dengan proyeksi AP untuk melihat
air fluid level dan kemungkinan perforasi usus.
anatomi. Pasien tidak boleh bergerak. Point sentral terletak pada garis
tengah tubuh dengan garis tengah film.
Fluid sinks
Kidneys drop
Transverse colon drops
Small bowel drops
Breasts drop
Lower abdomen bulges dan penambahan densitas pada X-ray
Sedapat
mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar
perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk
melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal
lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus
biasanya tidak tampak.
Pada foto polos abdomen tampak gambaran air fluid level yang
pendek-pendek dan bertingkat-tingkat seperti tangga disebut juga step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam usus halus
yang mengalami distensi.
diperoleh adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid
level.
Diagnosis Banding
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana.
LO 3.8 Komplikasi Ileus
1. Peritonitis septikemia
2. Syok hipovolemia
3. Perforasi usus
4. ganguan elektrolit
5. pnemonia aspirasi dari proses muntah
6. sepsis
7. nekrosis usus
8. perfusi usus
LO 3.9 Prognosis Ileus
Obstruksi yang tak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian sekitar
5%. Kebanyakan yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi
yang disertai dengan strangulasi mempunyai angka kematian 8%. Kalau operasi
dilakukan dalam jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala yang bersangkutan.
Inilah syarat-syarat dibolehkannya operasi medis yang diletakkan oleh fuqaha Islam
dalam buku-buku mereka, syarat-syarat ini diambil dari dasar-dasar kaidah syariat.
1) Hendaknya operasi medis disyariatkan.
2) Hendaknya penderita membutuhkannya.
3) Hendaknya penderita mengizinkan.
4) Hendaknya tim medis menguasai.
5) Hendaknya peluang keberhasilan lebih besar.
6) Hendaknya tidak ada cara lain yang lebih minim mudharatnya.
7) Hendaknya operasi medis berakibat baik.
8) Hendaknya operasi tidak berakibat lebih buruk daripada penyakit penderita.