Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Tabel IV.1.1 Hasil percobaan PSA pada Aspergillus niger
Metode
Gores
Tusuk

Jumlah Koloni
Banyak
Lebih Sedikit

Tabel IV.1.1 Hasil percobaan PSA pada Jamur tomat busuk ( Penicillium corylophilum )
Metode
Gores
Tusuk

Jumlah Koloni
Banyak
Lebih Sedikit

IV.2 Pebahasan
IV.2.1 Perbandingan jumlah metode gores dan metode tusuk
Pada perobaan kami, dari kedua sampel biakan ( Aspergillus niger dan
Penicillium corylophilum ) menunjukkan bahwa metode gores menghasilkan
lebih banyak koloni dibanding metode tusuk. Hal ini disebabkan pada metode
gores, mikroorganisme lebih bebas bergerak karena berada pada permukaan
dibanding metode tusuk yang mana mikroorganisme berada di tengah medium
padat. Sehingga pada metode tusuk didapatkan jumlah koloni yang lebih banyak
dibanding dengan metode tusuk.
IV.2.2 Perbandingan data yang didapat dengan referensi
- Aspergillus niger
Aspergilus niger merupakan fungi dari filum askomikota yang
berfilamen, mempunyai hifa berseptat, dan dapat ditemukan melimpah di alam.
Fungi ini biasanya diisolasi dari tanah, sisa tumbuhan, dan udara di dalam
ruangan. Koloninya berwarna putih pada Agar Dekstrosa Kentang (PDA) 25 C
dan berubah menjadi hitam ketika konidia dibentuk. Kepala konidia dari

Aspergillus niger berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi bagianbagian yang lebih longgar seiring dengan bertambahnya umur (Putra, 2013).
Pada pengamatan secara mikroskopik yang kami lakukan pada
praktikum kami data Aspergillus niger yang kami dapat sama dengan refferensi
dari segi struktur, bentuk tubuh dan warnanya.
- Penicillium corylophilum
Penicillium corylophium juga merupakan fungi dari filum askomikota
yang berfilamen. Struktur Penicillium corylophilum hamper sama dengan
Aspergillus niger, hanya saja Penicillium corylophilum mempunyai sporangium
yang bercabang, sedangkan Aspergillus niger tidak bercabang.
Pada pengamatan secara makroskopis yang kami lakukan padsa
praktikum kami data Penicillium corylophilum yang kami dapat sama dengan
reffernesi dari segi struktur dan bentuk tubuh.
IV.2.3 Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum
Pada praktikum ini, kami melakukan dua jenis sterilisasi yaitu sterilisasi
menggunakan autoklaf untuk mensterilkan alat praktikum seperti Petridis dan
tabung reaksi dan sterilisasi kawat osse pada saat metode gores dan tusuk
pembiakkan mikroorganisme.
- Sterilisasi autoklaf
Autoklaf merupakan alat sterilisasi yang sering digunakan. Alat ini
bekerja dengan sistem sterilisasi basah. Secara prinsip, cara kerja alat ini adalah
sterilsasi dengan menggunakan uap air pada suhu 1210C selama 15 menit pada
tekanan 1 atm. Atau lebih tergantung ketinggian tempat terhadap permukaan air
laut (Sukirman, 2013). Sterilisasi uap ini tergantung pada ;
a. sifat bahan atau alat, harus dapat ditembus atau terkena uap secara merata
tanpa mengalami kerusakan agar proses sterilisasi berlangsung efektif,
b. kondisi sterilisasi harus bebas udara (vacuum),
c. suhu yangterukur harus mencapai 1210C dan dipertahankan selama 15 menit.

- Sterilisasi kawat osse


Sterilisasi kawat osse dilakukan dengan cara membakar kawat osse
dengan sumber api dari pemanas Bunsen, lalu kawat tersebut dicelupkan ke
dalam HCl pekat dan dibakar lagi sampai kering. Tujun pembakaran dan
penyelupan terhadap HCl ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan
mikroorganisme lain yang kemungkinan ada dan hidup pada kawat osse. Karena
rata rata mikroorganisme dapat hidup dan bekerja secara optimum pada suhu
sekitar 30-40o C dan pH sekitar 4-5.5, sehingga dengan pembakaran dan
penyelupan terhadap HCl pekat yang mempunyai pH sekitar 1-2 menyebabkan
mikroorganisme yang kemungkinan hidup pada kawat osse tersebut mati.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Pada kedua metode yang digunakan pada praktikum ini menunjukkan bahwa metode
gores menghasilkan jumlah koloni yang lebih banyak dibanding metode tusuk baik
pada biakkan Aspergillus niger maupun Penicillium corylophilum
2. Autoklaf merupakan sterilisasi dengen sistem basah yang menggunakan uap air pada
suhu 121o C selama 15 menit
3. Sterilisasi kawat osse bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang dikhawatirkan
masih hidup pada kawat tersebut
V.2 Saran
1. Alat alat yang digunakan dalam praktikum harus steril
2. Pembuatan media harus tepat
3. Cermat dalam penghitungan jumlah koloni

INTISARI
Mikroba merupakan organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk
mengamatinya diperlukan alat bantuan seperti mikroskop. Saat ini beberapa materi telah
memanfaatkan perkembangbiakan mikroba maka dari itu keberadaannya sangat dibutuhkan
sebagai biokatalis. Tetapi disisi lain bakteri ada yang bersifat pathogen. Supaya mikroba
tersebut tidak menggangu dalam proses industri maka perlu disterilkan. Mikroba yang
menguntungkan dalam industri kimia pada saat ini sudah mulai dikembangkan dalam media
piaraan, sehingga kebutuhan bakteri yang berkatalisator dapat terpenuhi.
Sterilisasi sangat berperan penting dalam pembiakkan mikroorganisme. Karena dengan
dilakukannya sterilisasi maka bakteri yang tidak diinginkan tidak akan tumbuh pada biakkan
yang akan dibiakkan. Secara umum sterilisasi dibagi menjadi tiga, yaitu sterilisasi autoklaf,
oven dan cara kimiawi.
Langkah kerja pada praktikum ini terdiri dari penyiapan media, lalu membagi media
menjadi media yang setengah padat dan media padat. Pada saat media setengah padat,
dimasukkan biakkan ke tengah media tersebut. Inilah yang disebut metode tusuk. Sedangkan
media lain ditunggu memadat lalu digoreskan media pada permukaannya. Inilah yang disebut
metode gores. Penusukkan dan penggoresan dilakukan dengan menggunakan kawat osse yang
telah disterilisasi dengan cara dibakar dan dicelupkan ke dalam HCl pekat. Selanjutnya media
yang telah diberikan biakkan diinkubasi selama 2 hari lalu selanjutya diamati.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa metode gores menghasilkan lebih banyak koloni
dibanding metode tusuk. Hal ini dikarenakan pada metode gores mikroorganisme lebih bebas
bergerak dibanding metode tusuk pada media padat.
Sebagai saran, alat yang digunakan pada saat praktikum harus steril karena sangat
berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme, pembuatan media harus tepat dan cermat
dalam menghitung jumlah koloni.

DAFTAR PUSTAKA
Ehrenberg. 1838. Rhizopus. Sp. http://doctorfungus.org/thefungi/rhizopus.htm
Moldlab.

2010.

Garlic

and

Aspergillus

niger.

http://www.moldlab.com/wp_moldlab/garlic_and_aspergillus_niger. Diakses pada 3


Mei 2015
Putra, Pazza Patriansyah. 2013. Aspergillus niger Palembang: Universitas Sriwijaya
Regita. 2013. Jamur Tempe Diakses pada 3 Mei 2015
Sukirman, Maman. 2013. Praktikum Mikrobiologi Laut. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai