Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FILTRASI GINJAL

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

:
:
:
:

Rafta Firmana Adhiem


B0A014014
1
Liya Maratussolikhah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015
I.

PENDAHULUAN

I.1Latar Belakang

Ginjal adalah organ penting yang melakukan berbagai fungsi untuk


menjaga darah tetap bersih dan seimbang secara kimiawi. Ginjal tersusun atas
kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis). Ginjal
berbentuk seperti biji kacang merah. Panjangnya sekitar 10 cm, beratnya kurang
lebih 170 gram, dan terletak di dalam rongga perut. Ginjal berjumlah 2 buah dan
berwarna merah keunguan. Ginjal bagian kiri letaknya lebih tinggi daripada ginjal
bagian kanan. Nefron terdapat di kulit ginjal dan berfungsi sebagai alat penyaring
darah. Korteks mengandung lebih kurang satu juta nefron. Setiap nefron tersusun
atas badan malphighi dansaluran panjang (tubulus) yang berkelok-kelok. Badan
malpighi tersusun atas glomerulus dan kapsul Bowman. Glomerulus merupakan
untaian pebuluh darah kapiler tempat darah disaring. Glomerulus dikelilingi oleh
kapsul Bowman (Poedjiadi, 2009).
Alat ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru paru.
Air dapat diekskresikan melalui semua organ tersebut, tetapi setiap organ ekskresi
mengeluarkan zat sisa metabolisme yang berbeda. Ginjal merupakan organ utama
yang melakukan proses ekskresi. Fungsi ginjal secara umum adalah :
1. Mengeksresikan zat sisa seperti urea, asam urat, kreatinin, kreatin, dan zat lain
yang bersifat racun.
2. Mengatur volume plasma darah dan jumlah air di dalam tubuh.
3. Mengatur tekanan osmosis.
4. Mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan mengekskresikan urin yang
bersifat basa.

5. Menjalankan fungsi sebagai hormon dengan menghasilkan dua macam zat,


yaitu renin dan eritropoietin yang diduga memiliki fungsi endokrin.
Pembentukkan urin sebagai hasil kerja ginjal dalam membersihkan darah
meliputi 3 proses, yaitu:
a. Filtrasi (tahap penyaringan) terjadi di sel-sel nefron antara glomerolus dan
simpai bowman pada proses ini dihasilkan Urin Primer
b. Reabsorbsi (tahap penyerapan kembali), terjadi pada saluran pengumpulan dari
Simpai Bowman terhadap zat-zat seperti glukosa dan bahan lain diserap
kembali ke aliran darah. Zat-zat yan tidak direabsorbsi seperti urea, garam dan
lain-lain bercampur dengan air menjadi urine. Reabsorbsi terjadi di Tubulus
Kontortus Proksimal dan dihasilkan Urin Sekunder.
c. Augmentasi (tahap pembuangan), terjadi di piramida

pada

medula

ginjal.Tepatnya di Tubulus Kontortus Distal dan Tubulus Kolektivus.


(Arisworo dan Yusa, 2008).
I.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui senyawa yang dapat
melewati filter sebagai gambaran fungsi filtrasi ginjal mamalia.

II. MATERI DAN CARA KERJA


II.1

Materi
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan protein 1%,

larutan glukosa 1%, akuades, larutan biuret, dan larutan benedict.


Alat yang digunakan adalah mikropipet skala 100-1000 l dan tip, kertas
filter GF/F, corong gelas, tabung reaksi, pipet, kertas label, tabung erlenmeyer dan
penangas.
II.2 Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Tuangkan masing masing 1 ml larutan protein, larutan glukosa, dan akuades
pada tabung reaksi.
3. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi larutan protein dan akuades,
amati dan catat perubahan yang terjadi.
4. Tambahkan 1 ml larutan benedict ke tabung berisi larutan glukosa, amati
perubahan warnanya kemudian panaskan selama 5 menit dan amati kembali
perubahan warnanya.
5. Ketiga tabung tersebut digunakan sebagai tabung kontrol.
6. Tuang 2 ml akuades ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas filter GF/F
yang diletakkan di atas corong gelas
7. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi filtrat akuades, amati dan
catat perubahan yang terjadi
8. Tuang 2 ml larutan protein ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas
filter GF/F yang diletakkan di atas corong gelas
9. Tambahkan 1 ml larutan biuret ke tabung berisi filtrat larutan protein, amati
dan catat perubahan yang terjadi
10. Tuang 2 ml larutan glukosa ke tabung reaksi dengan menggunakan kertas
filter GF/F yang diletakkan di atas corong gelas
11. Tambahkan 1 ml larutan benedict ke tabung berisi filtrat larutan glukosa, dan
dipanaskan selama 5 menit dalam suhu 100oC dan amati perubahan yang
terjadi

12. Bandingkan hasil ketiga tabung reaksi berisi filtrat larutan protein, glukosa,
dan akuades dengan ketiga tabung reaksi kontrol yang berisi masingmasing
larutan tersebut dan catat hasilnya perubahannya.

III.
III.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

3.1.1 Tabel Hasil pengamatan uji filtrasi menggunakan kertas saring :

No.

Larutan

Protein + Biuret

Glukosa + Benedict

3
Akuades + Biuret
Keterangan :

Intensitas warna
sebelum filtrasi
+++ (biru keunguan)
++ (merah bata)

Intensitas warna
setelah filtrasi
++
+++

+++ (biru keunguan)

: tidak ada perubahan


+
: intensitas warna lemah
++
: intensitas warna sedang
+++
: intensitas warna kuat
3.1.2 Gambar hasil pengamatan
-

Gambar 1.
Perbandingan
larutan
kontrol dan
larutan filtrat
akuades

III.2

Gambar 2.
Perbandinga
n larutan
kontrol dan
larutan filtrat
protein

Gambar 3.
Perbandingan
larutan
kontrol dan
larutan filtrat
glukosa
setelah

Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan analisis filtrasi ginjal, didapatkan hasil yaitu

tabung kontrol yang berisi larutan protein yang ditambahkan dengan larutan biuret
berwarna biru keunguan lebih pekat jika dibandingkan dengan dengan larutan
filtrat protein. Larutan akuades kontrol berwarna sedikit lebih pekat jika
dibandingkan dengan hasil filtrat akuades, perubahan warna yang terjadi pada

akuades ini tidak terlau berbeda dari sebelumnya. Larutan glukosa kontrol akan
berwarna merah bata jika dipanaskan sedangkan larutan glukosa filtrat akan
berwarna hijau muda jika dipanaskan. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan
pernyataan Linder (2012), yang menyatakan bahwa protein dan glukosa akan
tersaring hingga menyisakan 0,03% pada urin primer hasil filtrasi ginjal dan sisa
dari zat-zat tersebut akan di reabsorbsi hingga tidak tersisa lagi pada pembentukan
urin sekunder, sedangkan air hanya akan mengalami sedikit penyaringan dan akan
direabsorbsi kemudian. Reabsorbsi air tergantung dari kebutuhan tubuh, jika
tubuh sudah mengandung banyak air maka air tidak akan mengalami reabsorbsi.
Reabsorbsi air pada tubulus ginjal akan dipengaruhi oleh hormon antidiretik
(ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.
Percobaan filtrasi ginjal yang dilakukan merupakan contoh salah satu cara
dari kerja ginjal di dalam tubuh. Larutan glukosa, protein, dan akuades yang di
tuang ke tabung reaksi dianalogikan sebagai senyawa atau zatzat yang terdapat di
dalam tubuh dan kertas saring GF/F dianalogikan sebagai ginjal yang akan
melakukan filtrasi, perbedaan warna yang terjadi ketika larutan filtrat
dibandingkan dengan larutan kontrol itu memberikan bukti bahwa larutan tersebut
mengalami penyaringan atau filtrasi atau tidak sehingga kandungan zat yang
terdapat pada larutan tersebut akan berkurang pada larutan hasi filtrat, hal tersebut
dapat dilihat dari warna larutan filtrat yang lebih pudar atau lebih jernih dari pada
larutan kontrol.
Dalam uji glukosa yang menggunakan benedict sebagai reagennya. Hal ini
didasarkan pada perubahan warna urin yang semula kuning jernih berubah
menjadi hijau keruh setelah dipanaskan dan sebelumnya diberi 5 tetes benedict.
Berdasarkan teori, perubahan warna ini disebabkan tembaga alkalis larutan
benedict direduksi oleh gugus aldehida glukosa sehingga membentuk kuprooksida
yang berwarna hijau keruh. Uji larutan protein menggunakan larutan biuret
sebagai

reagennya.

Sedangkan

menurut

teorinya,

jika

larutan

tersebut

mengandung protein, warnanya akan berubah menjadi ungu (Khopkar, 1990).


Ginjal merupakan alat utama ekskresi sehingga jika ginjal tersebut
mengalam ganguan

tentu juga akan mempengaruhi sistem ekskresi. Ginjal

normal seharusnya mampu menyaring darah, protein, glukosa, keton, dan nitrat.

Menurut Wariyono (2008) Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan


urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah, lamanya darah
berada di dalam urin dan keasaman urin. Hematuria tanpa disertai nyeri bisa
terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya
hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih
ada.
Ginjal mamalia menurut Subahar (2007) terdiri dari korteks, medula, dan
pelvis. Ginjal mempunyai nefron sebagai unsur fungsional dan struktural terkecil.
Ginjal memiliki berjuta-juta nefron, di setiap nefron terdapat badan malpighi yang
mengandung glomerulus dan ditutup oleh kapsula bowman, serta setiap nefron
memiliki saluran. Nefron dibagi menjadi 2 macam yaitu unsur epitel (nefron
korteks) dan unsur pembuluh (nefron jukstamedula). Pada bagian unsur epitel
terdiri arterial, glomerulus, arterial eferen, dan kapiler tubular. Sedangkan pada
bagian unsur epitel terdiri dari tubulus kontortus proksimal, lengkung henle
(lengkungan ke bawah atau

ke atas), tubulus kontortus distal dan saluran

pengumpul atau tubulus kolektifus dan kapsula bowman. Medula terdapat


piramida dan piala yang banyak mengandung pembuluh-pembuluh untuk
mengumpulkan hasil eksresi. Pembuluh tersebut berhubungan dengan ureter yang
akan bermuara ke kantung kemih atau vesica urinaria. Setelah ditampung dalam
kantung kemih untuk sementara, maka urin akan dikeluarkan melalui saluran
bernama uretra. Faktor perkembangan anatomis ginjal pascalahir dan faktor
sistem sirkulasi kemungkinan besar ikut berperan dalam kejadian peningkatan laju
filtrasi glomeruler, pada manusia perkembangan laju filtrasu glomeruler
mempunyai kaitan yang erta dengan perkembangan anatomi pada ginjal
(Widiyono 2003).
Menurut Linder (1992), penyakit yang dapat terjadi jika pada ginjal
terdapat kelainan antara lain :
1. Albuminuria
Albuminuria adalah kelainan pada ginjal karena terdapat albumin dan
protein di dalam urine. Hal ini merupakan suatu gejala kerusakan alat filtrasi pada
ginjal. Penyakit ini menyebabkan terlalu banyak albumin yang lolos dari saringan

ginjal dan terbuang bersama urine. Albumin merupakan protein yang bermanfaat
bagi manusia karena berfungsi untuk mencegah agar cairan tidak terlalu banyak
keluar dari darah. Penyebab albuminuria di antaranya adalah kekurangan protein,
penyakit ginjal, dan penyakit hati.
2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah kelainan pada ginjal karena adanya gula (glukosa)
dalam urine yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan
karena proses perombakan glukosa menjadi glikogen terganggu sehingga glukosa
darah meningkat. Ginjal tidak mampu menyerap seluruh glukosa tersebut.
Akibatnya, glukosa diekskresikan bersama urine. Diabetes melitus harus dikelola
dan dikendalikan dengan baik agar penderitanya dapat merasa nyaman dan sehat,
serta dapat mencegah terjadinya komplikasi.
3. Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu kelainan pada sistem ekskresi karena
kekurangan hormon antidiuretik. Kelainan ini dapat menyebabkan rasa haus yang
berlebihan serta pengeluaran urine menjadi banyak dan sangat encer. Diabetes
insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik, yaitu
hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak.
Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal, tetapi
ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini (keadaan ini
disebut diabetes insipidus nefrogenik).
4. Nefritis
Nefritis adalah penyakit pada ginjal karena kerusakan pada glomerulus
yang disebabkan oleh infeksi kuman. Penyakit ini dapat menyebabkan uremia
(urea dan asam urin masuk kembali ke darah) sehingga kemampuan penyerapan
air terganggu. Akibatnya terjadi penimbunan air pada kaki atau sering disebut
oedema (kaki penderita membengkak).

Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa
dibandingkan pada orang-orang setengah baya. Penderita biasanya mengeluh
tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak)
pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual, dan muntah-muntah.
Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh.
5. Poliuria dan Oligouria
Poliuria adalah gangguan pada ginjal, dimana urine dikeluarkan sangat
banyak dan encer. Sedangkan, oligouria adalah urine yang dihasilkan sangat
sedikit.
6. Anuria
Anuria adalah kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine. Hal
ini disebabkan oleh adanya kerusakan pada glomerulus. Akibatnya, proses filtrasi
tidak dapat dilakukan dan tidak ada urine yang dihasilkan. Sebagai akibat
terjadinya anuria, maka akan timbul gangguan keseimbangan di dalam tubuh.
Misalnya, penumpukan cairan, elektrolit, dan sisa-sisa metabolisme tubuh yang
seharusnya keluar bersama urine. Keadaan inilah yang akan memberikan
gambaran klinis daripada anuria. Tindakan pencegahan anuria sangat penting
untuk dilakukan. Misalnya, pada keadaan yang memungkinkan terjadinya anuria
tinggi, pemberian cairan untuk tubuh harus selalu diusahakan sebelum anuria
terjadi.
Kerusakan ginjal yang parah, jika telah terjadi, maka opsi yang tersisa
ialah pengangkatan ginjal (nefrektomi). Menurut Kanamaru (2011), perawatan
untuk penyakit ginjal berhubungan dengan resiko penyakit ginjal kronis setelah
operasi. Diantara seluruh jenis operasi, nefrektomi (pengangkatan ginjal) memiliki
resiko yang paling tinggi untuk terjadinya penyakit ginjal kronis, karena salah satu
ginjal akan dibuang permanen. Oleh karena itu, penting untuk memprediksi secara
akurat efek jangka panjang fungsi ginjal
dilakukan.

pasca operasi sebelum nefrektomi

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari paraktikum yang telah diamati dapat diambil


kesimpulan bahwa:
1. Kertas filtrasi GF/F cukup efektif menyaring ketiga larutan, dan cukup
menggambarkan mekanisme kerja ginjal. Larutan yang telah mengalami
filtrasi cenderung menghasilkan warna yang lebih cerah di bandingkan
dengan larutan kontrol.

DAFTAR REFERENSI
Arisworo, Djoko dan Yusa. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk
Kelas IX Sekolah Menengah Pertama. Grafindo Media
Pratama. Bandung.
Inker, Lesley A. M.D. 2012. Estimating Glomerular Filtration Rate
from Serum Creatinine anf Cystatin C. Medical Center,
Boston (L.A.I., C.H.S., H.T., Y.L.Z., A.S.L.); the University of
Minnesota, Minneapolis ( J.H.E.); the University of
Pennsylvania School of Medicine, Philadelphia (H.I.F.);
Kanamaru, H. 2011. Mercaptoacetyltriglycine-3 renogram is not superior to
estimated glomerular filtration rate measurement for theprediction of longterm renal function after nephrectomy. International Journal of Urology
(2011) 18, 570574.doi: 10.1111/j.1442-2042.2011.02791.x.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Linder, Maria C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.
Subahar, Tati Suryati Syamsudin. 2007. Biologi SMA Kelas XI. Quadra. Bogor.
Wariyono, Sukis dan Muharomah, Yani. 2008. Mari Belajar Ilmu Sekitar Alam;
Panduan Belajar IPA Terpadu untuk Kelas IX SMP/MTS. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Widiyono, Irkham. 2003. Perkembangan Filtrasi pada Ginjal Kambing Praruminansia. Buletin Peternakan vol 27 Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai