Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Hipertensi

merupakan

masalah

yang

harus

dihadapi

bersama, baik oleh para klinisi maupun ahli kesehatan


masyarakat
meningkat

pada

setiap

seiring

level.

dengan

Prevalansi

pertambahan

hipertensi

usia.

JNC

VII

mengutarakan bahawa hampir separuh dari populasi berusia


60-69 tahun dan tiga perempat dari populasi berusia 70
tahun menderita hipertensi (Chobanian, 2003). Hipertensi
juga

sering

disebutkan

sebagai

silent

killer

karena

walaupun prevalansi hipertensi di Indonesia diperkirakan


mencapai

17-21%

dari

populasi,

namun

kebanyakan

terdeteksi karena manusia dapat saja mengalami


hipertensi

tanpa

merasakan

gangguan

atau

tidak

gangguan
gejalanya

(Depkes, 2008).
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama
dari

penyakit-penyakit

tahunnya

menjadi

kardiovaskular

penyebab

kematian

yang

tertinggi

setiap
ketiga

setelah tuberkulosis dan stroke. Hal ini terjadi dengan


seiring perkembangan gaya hidup masyarakat yang jauh dari
pola hidup sehat. Merokok, diet tinggi lemak dan garam,
kurangnya

konsumsi

sayuran

dan

buah,

pengkonsumsian

alkohol, dan kurangnya olah raga merupakan contoh gaya


hidup yang banyak dianut masyarakat sekarang padahal hal

tersebut

merupakan

faktor

resiko

untuk

terjadinya

hipertensi (Reddy and Katan, 2004). Selain itu, stres


ataupun

pengontrolan

emosi

setiap

pribadi

yang

kurang

juga akan menambah berat faktor resiko (Matthews et al.,


2004).

Bertambahnya

usia

juga

dapat

merupakan

faktor

resiko yang tidak bisa dihindari sehingga perlu menjaga


pola

gaya

hidup

agar

mengurangi

kemungkinan

terkena

hipertensi.
Prevalensi

hipertensi

mencapai

angka

26,4%

pada

populasi di dunia (Chockalingam et al., 2006), dan setiap


tahunnya

mengalami

peningkatan

kurang

lebih

80%

pertahunnya.. Di negara maju seperti Amerika, hipertensi


merupakan

salah

satu

masalah

kesehatan

yang

sering

ditemui dengan prevalensinya ditemukan pada 1 diantara 3


orang

dewasa

(Fields

et

al.,

2004).

Menurut

Survei

Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001, mortalitas yang


diakibatkan

karena

penyakit

kardiovaskular

mencapai

26,3% dengan salah satu faktor resiko yang utama adalah


hipertensi.
17-21%

di

Prevalensi
daerah

meskipun

belum

penderita

yang

sama

antara

hipertensi

urban

dan

mencakup
ada

wanita

di
dan

rural

secara

Indonesia.
pria,

di

dan

Indonesia
pada

tahun

keseluruhan

sebesar
2007,
semua

Insidensi

hipertensi

kejadian

komplikasi

penyakit kardiovaskular persentasenya lebih banyak wanita


(52%) dibandingkan pria (48%) (Riskesdas, 2007).
A. Gambaran Wilayah Kerja Kelurahan Notoprajan

Kelurahan Notoprajan merupakan salah satu kelurahan


yang

berada

di

Wilayah

Kota

Yogyakarta.

Kelurahan

Notoprajan terletak di Kecamatan Ngampilan, tepatnya di


bagian sisi utara dan terbagi atas 13 RW dan 70 RT.
Kelurahan Notoprajan mempunyai batas-batas administratif
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan
Gedong Tengen
2. Sebelah

Selatan

Kelurahan

Ngampilan

Kecamatan

Kelurahan

Pakuncen

Kecamatan

Kelurahan

Ngupasan

Kecamatan

kelurahan

Notoprajan

Ngampilan
3. Sebelah

Barat

Wirobrajan
4. Sebelah

Timur

Gondomanan
Dilihat

dari

letak

orbitannya,

terbilang

cukup

dekat

dengan

pusat-pusat

pemerintahan.

Untuk lebih jelasnya jarak kelurahan Notoprajan ke pusat


pemerintahan adalah sebagai berikut :
1. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 1 km
2. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota Administratif :
km

3. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : 5 km


4. Jarak dari Ibukota Propinsi : 2 km
5. Jarak dari Ibukota Negara : 565 km
Sesuai

dengan

data

monografi

kelurahan,

luas

tanah

yang termasuk dalam wilayah kelurahan Notoprajan secara


keseluruhan adalah 45,48 Ha. Dari keseluruhan luas tanah
tersebut diperuntukkan untuk jalan 3,4356 Ha, bangunan
umum

0,2488

Selanjutnya
digunakan

Ha

dan

untuk

pemukiman/

luas

untuk

tanah

industri

perumahan

di

41,7956

kelurahan

0,6443

Ha.

Notoprajan

Ha,

pertokoan/

perdagangan 0,4800 Ha, perkantoran 1,2100 Ha, pasar desa


0,8525

Ha,

pemukiman.
Notoprajan
mempunyai
udara

tanah

wakaf

Keadaan
secara

rata-rata

tanah

umum

ketinggian
di

0,2828

114

Ha

dan

dari

kelurahan

sisanya

topografi

merupakan
m

dan

dataran
permukaan

Notoprajan

adalah

kelurahan

rendah

yang

laut.

Suhu

adalah

28C

dengan curah hujan yang cukup banyak yaitu 1500 mm/th.


B. Kondisi Demografis Kelurahan Notoprajan

Berdasarkan data monografi, jumlah penduduk kelurahan


Notoprajan adalah 13.865 jiwa, yang terdiri dari 6.916
laki-laki

dan

6946

kepala keluarga (KK).

perempuan

yang

terbagi

dalam

2619

Jumlah

penduduk

kelurahan

Notoprajan

secara

terperinci

dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 1: Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan
No

Jenis Kelamin

Frekuensi

Prosentase(%)

Laki-laki

6.919

49,90

Perempuan

6949

50,10

13.856

100

Jumlah

Sumber : Data monografi Kelurahan Notoprajan Tahun 2004


semester II
Secara terperinci mengenai jumlah penduduk menurut usia
dilihat dari kelompok pendidikan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2: Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok
Pendidikan di Kelurahan
Notoprajan, Kecamatan
Ngampilan
No

Kelompok Umur (th)

Frekuensi

Prosentase(%)

00-03

382

2,75

04-06

468

3,37

07-12

994

7,16

13-15

408

2,94

5
6

16-18
19-ke atas

Jumlah

485
11.085

3,49
79,94

13.865

100

Sumber : Data monografi Kelurahan Notoprajan Tahun 2004


semester II
Untuk
Notoprajan

mengetahui
menurut

jumlah

usia

penduduk

kelompok

di

tenaga

kelurahan

kerja

dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga
Kerja di Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan
No

Kelompok Umur (th)

Frekuensi

Prosentase
(%)

10-14

778

5,61

15-19

836

6,02

20-26

1.639

11,82

27-40

4.023

29,01

5
6

41-56
57-ke atas

3.392
1.721

24,46
12,41

13.865

100

Jumlah

Sumber : Data monografi Kelurahan Notoprajan


Tahun 2004 semester II
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di kelurahan
Notoprajan jumlah usia tenaga kerja terbanyak terdapat
pada usia 27-40 th, yaitu 4.023 jiwa.
Untuk

mengetahui

bagaimana

tingkat

pendidikan

di

kelurahan Notoprajan dapat dilihat pada tabel berikut :


Tabel 4 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Umum
di Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan
No

Tingkat Pendidikan

Frekuensi

Prosentase
(%)

TK

828

5,97

SD

3.003

21,65

SMP/ SLTP

2.124

15,31

SMA/ SLTA

2.741

19,76

5
6

Akademi/ D1-D3
Sarjana (S1-S3)

3.311
966

23,88
6,96

13.865

100

Jumlah

Sumber : Data monografi Kelurahan Notoprajan


Tahun 2004 semester II

RW IV merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Ngampilan.


RW IV terdiri dari 6 Rukun Tetangga (RT) yaitu RT 21, RT
22, RT 23, RT 24, RT 26 dan RT 27.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil wawancara dan informasi awal dari
puskesmas,

warga

masyarakat

dan

lingkungan

penduduk,

masalah

hipertensi

menjadi

antara

sosial
masalah

kesehatan yang penting bagi warga usia produktif di atas


40

tahun

Ngampilan.
sering

di

RW

04,

Kelurahan

Hipertensi

didapatkan

termasuk

pada

Notoprajan,
5

pasien

penyakit
dalam

Kecamatan
utama

wilayah

yang
kerja

Puskesmas Ngampilan.
Jumlah penduduk yang berusia 40 tahun ke atas di
wilayah

RW

04

cukup

banyak,

yaitu

sekitar

150

orang.

Kegiatan posyandu lansia diadakan secara aktif. Selang


beberapa hari, senam otak perilansia dan lansia diadakan
bersama, dan kegiatan ini mendapat respon yang positif
dari warga penduduk.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan diadakan penelitian ini adalah:
1. Untuk

mengetahui

masyarakat

RW

04

factor

resiko

Kelurahan

Ngampilan Kota Yogyakarta.


2. Untuk meningkatkan kesadaran
Kelurahan

Notoprajan

hipertensi

Notoprajan

Kecamatan

masyarakat

Kecamatan

pada

Ngampilan

RW

04
Kota

Yogyakarta

sebagai

upaya

prevensi

penyakit

Hipertensi.
I.4 Keaslian Penelitian
Survey

faktor

resiko

hipertensi

dengan

skrining

pengukuran tekanan darah dan pengisian kuesioner telah


banyak dan sering dilakukan oleh peneliti dari berbagai
negara di seluruh dunia. Salah satu penelitian yang agak
mirip yang pernah dilakukan di Jogjakarta bertempat di
Kecamatan Umbulharjo oleh Martelina et al (2008). Akan
tetapi, survei sedemikian belum pernah dilakukan di RW 04
Kecamatan Ngampilan, Kelurahan Notoprajan.
I.5 Manfaat Penelitian
Penelitian
mengenai
subyek

ini

bagaimana
berhubungan

Hipertensi

pada

bermanfaat
faktor

demografi

dengan

masyarakat

untuk

pada

faktor
RW

04

memberikan
suatu

resiko

Kecamatan

data
sampel

penyakit
Ngampilan,

Kelurahan Notoprajan. Dengan mengetahui hubungan antara


faktor demografi dan faktor resiko penyakit Hipertensi,
diharapkan

dapat

dilakukan

intervensi

upaya

pencegahan

yang tepat pada golongan berisiko tinggi, sehingga dapat


menurunkan angka kejadian dan angka kesakitan.

BAB II

10

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan teori

II.1.1

Penyakit Tidak Menular

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang


bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius).
Penyakit

ini

meliputi

penyakit

jantung,

hipertensi,

kanker, stroke, diabetes mellitus, asma bronkial, serta


trauma akibat kecelakaan lalu lintas. PTM telah mempunyai
prakondisi

sejak

(seperti

berat

terjadi

infeksi

dalam
badan

kandungan
lahir

berulang

dan

masa

rendah,

pada

masa

pertumbuhan

kurang

gizi

kanak-kanak)

dan
yang

diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat, pola makan


yang salah, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol,
dan penyalahgunaan narkoba.
Faktor risiko PTM adalah suatu kondisi yang secara
potensial berbahaya dan dapat memicu terjadinya PTM pada
seseorang

atau

kelompok

tertentu.

Faktor

risiko

yang

dimaksud antara lain kurang aktivitas fisik, diet yang


tidak

sehat

alkohol,

dan

tidak

obesitas,

hiperkolesterol,

dan

seimbang,

merokok,

hiperglikemia,
perilaku

yang

kecelakaan dan cedera (DepKes RI, 2003).

konsumsi

hipertensi,

berkaitan

dengan

11

Diagram 1 : Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular


Proses
paparan

terjadinya

faktor

dilanjutkan
terjadi

penyakit

resiko

dalam

yang

fase

manifestasi

dimulai

pre

mengenai

dengan

manusia.

klinis

simtomatik
yang

di

berarti

adanya

Kemudian

mana

atau

belum

mungkin

tidak menimbulkan gejala sama sekali. Hal ini dikarenakan


tubuh

masih

dapat

mengatasi

patogen

tersebut

melalui

proses imun yang kuat. Jika seseorang memiliki imun yang


tidak baik ketika terpapar oleh patogen tersebut, maka
yang

timbul

manifestasi

klinis

yang

berarti

kemudian

orang tersebut menjadi sakit. Fase terakhir ini disebut


fase klinik. Ketiga proses ini disebut sebagai proses
laten

dari

berlanjut
suatu

suatu

pada

fase

penyakit,

kesehatan,

penyakit.

yakni

terminal,

yang
orang

diikuti

Dari

fase

berujung
dengan

tersebut

dapat

klinis

dapet

menjadi

sebagi

perubahan

status

menjadi

sembuh dengan kecacatan, atau bahkan meninggal.

sembuh,

12

Diagram 2: Riwayat Alamiah Penyakit


II.1.2

Hipertensi

II.1.2.1

Definisi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan


darah sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastolik >90
mmHg (Chobanian et al., 2003).
Hipertensi
dengan

tekanan

yang

diderita

sistolik

dan

seseorang
diastolik

erat

kaitannya

atau

keduanya

secara terus menerus. Tekanan sistolik berkaitan dengan


tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi,
sedangkan

tekanan

darah

diastolik

berkaitan

dengan

tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua


denyut jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik

13

memiliki nilai yang lebih besar dari tekanan diastolik


(Corwin, 2005).
Hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah yang
lebih

tinggi

dari

sesuai

derajat

tekanan

darah

(Joint

140/90

mmHg

keparahannya,
normal

National

tinggi

Committee

dapat

diklasifikasikan

mempunyai
sampai

On

rentang

hipertensi

Preventation,

dari

maligna

Detection,

Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure VI / JNC


VI, 2001).
II.1.2.2

Etiologi

Dijelaskan bahwa hipertensi tergantung pada kecepatan


denyut

jantung,

Resistance

volume

(TPR).

sekuncup

Sehingga

dan

apabila

Total

terjadi

Peripheral
peningkatan

salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi


dapat menyebabkan hipertensi.
Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat terjadi
akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus
SA. Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung
kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme (Astawan,
2002).
Peningkatan

volume

sekuncup

yang

berlangsung

lama

dapat terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma


yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan
air

oleh

ginjal

Peningkatan
penurunan

atau

pelepasan
aliran

konsumsi
renin

darah

ke

garam
atau

yang

berlebihan.

aldosteron

ginjal

dapat

maupun
mengubah

penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume

14

plasma

akan

menyebabkan

peningkatan

volume

diastolik

akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan


tekanan

darah.

Peningkatan

preload

biasanya

berkaitan

dengan peningkatan tekanan sistolik (Amir, 2002).


Peningkatan
berlangsung
rangsangan

Total

lama

dapat

saraf

responsivitas

Periperial

atau

yang

Resistence

terjadi
hormon

berlebihan

pada

pada
dari

yang

peningkatan

arteriol,
arteriol

atau

terdapat

rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan


penyempitan

pembuluh

darah.

Pada

peningkatan

Total

Periperial Resistence, jantung harus memompa secara lebih


kuat dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih
besar, untuk mendorong darah melintas pembuluh darah yang
menyempit. Hal ini disebut peningkatan dalam afterload
jantung dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
diastolik.
lama,

Apabila

maka

hipertrofi

peningkatan

ventrikel

kiri

(membesar).

ventrikel

akan

oksigen

afterload

mungkin

Dengan

berlangsung

mulai

mengalami

hipertrofi,

kebutuhan

semakin

meningkat

sehingga

ventrikel harus mampu memompa darah secara lebih keras


lagi untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi,
serat-serat
panjang
penurunan
2003).

otot

normalnya

jantung

juga

yang

pada

kontraktilitas

dan

mulai

tegang

akhirnya

volume

melebihi

menyebabkan

sekuncup

(Hayens,

15

II.1.2.3

Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi


pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula
di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis
di

toraks

dan

abdomen.

Rangsangan

pusat

vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah


melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang
darah,

serabut

dimana

saraf

pasca

dengan

ganglion

ke

dilepaskannya

pembuluh

norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.


Pada

saat

bersamaan

dimana

sistem

saraf

simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,


kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas
epinefrin,
adrenal

vasokonstriksi.
yang

Medula

menyebabkan

mensekresi

kortisol

adrenal

mensekresi

vasokonstriksi.

dan

steroid

Korteks

lainnya,

yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.


Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin
gilirannya

II,

suatu

merangsang

vasokonstriktor
sekresi

kuat,

aldosteron

yang

oleh

pada

korteks

adenal. Hormon ini menyebakan retensi natrium dan air


oleh

tubulus

ginjal,

menyebabkan

peningkatan

volume

16

intravaskuler.

Semua

faktor

tersebut

cenderung

mencetuskan keadaan hipertensi (Oparil et al., 20


II.1.2.4

Klasifikasi

Berdasarkan JNC VII


Tabel 5: Klasifikasi Tekanan Darah untuk orang dewasa
yang berumur 18 tahun menurut JNC 7

Berdasarkan Penyebabnya
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial) dijumpai pada 95%
kasus

dimana

Biasanya

penyebab

terjadi

pada

hipertensi
usia

25

tidak
sampai

diketahui.
55

tahun;

sangat jarang pada usia dibawah 20 tahun(Oparil et


al., 2003).
Faktor genetik memiliki peran yang penting pada
patogenesis

hipertensi

lingkungan,

konsumsi

terlibat,

dan

primer.
garam,

berjalan

Selain
dan

sinergis

itu

obesitas
dengan

faktor
ikut
faktor

17

predisposisi. Faktor lain yang mungkin terlibat pada


patogenesis

hipertensi

esensial

diantaranya

hiperaktivitas saraf simpatis, perkembangan ginjal


dan

kardiovaskular

sistem

renin

yang

tidak

angiotensin,

ketidakseimbangan

normal,

aktivitas

defek

natriuresis,

dan

faktor-faktor

elektrolit,

eksaserbasi lain (Oparil et al., 2003).


Adapun
baru

faktor

dari

ditemukannya

lainnya

yang

patofisiologi
abnormalitas

merupakan

konsep

hipertensi

yakni

struktur

maupun

pada

fungsi dari vaskular itu sendiri. Keadaan seperti


disfungsi

endotelial,

vaskular

sendiri,

penyesuaian
eksternal

akan

perubahan
kemampuan

keadaan

seperti

struktur

adanya

vaskular

dari
untuk

sekitar,

ataupun

faktor

stres

oksidatif

yang

berlebihan inilah yang akan mempengaruhi terjadinya


hipertensi (Oparil et al., 2003).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder memiliki penyebab spesifik
lain

yang

dibawah

diketahui.

25

menderita

tahun

Pasien-pasien

dan

hipertensi

diatas
sekunder.

55

dengan

tahun

usia

biasanya

Kurang

lebih

5%

pasien dengan hipertensi memiliki penyebab spesifik


yang

diketahui,

pemeriksaan
meliputi
hipertensi
primer,

fisik,

ditunjukkan
dan

dengan

anamnesis,

laboratorium.

Penyebabnya

sindroma

genetik,

arteri

renalis,

hiperaldosteronisme

cushing,

koartasio

sindroma

penyakit

ginjal,
aorta,

18

hipertensi karena kehamilan, dan penggunaan estrogen


(Kaplan NM, 2002).
Berdasarkan Bentuk Hipertensinya
Hipertensi
yaitu

diastolik

peningkatan

(diastolic

tekanan

diastolik

hypertension)
tanpa

diikuti

peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada


anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran (sistol
dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah

pada

(isolated
tekanan

sistol

dan

systolic

sistolik

diastolik.

diastol.

Hipertensi

hypertension)

tanpa

Umumnya

diikuti

ditemukan

yaitu

sistolik

peningkatan

peningkatan
pada

usia

tekanan
lanjut.

(Gunawan, 2001)
II.1.2.5

Manifestasi Klinis

Pada

suatu

penelitian

disebutkan

bahwa

pada

penderita hipertensi tidak akan menampakkan gejala pada


awalnya.

Hingga

vaskular

ataupun

bertahun-tahun
sudah

sampai

mempengaruhi

adanya

organ

kerusakan

lain

akibat

hipertensi tersebut, maka gejala akan mulai tampak pada


individu tersebut (Wijayakusuma, 2000).
Gejala-gejala

awal

yang

sering

dikeluhkan

pada

penderita hipertensi diantaranya : nyeri kepala hingga


bagian tengkuk leher, kadang-kadang disertai mual. Namun
gejala ini tidak khas terjadi pada kasus hipertensi saja.
Apabila sudah memperngaruhi organ-organ lain maka akan
gejala seperti : pandangan kabur akibat kerusakan retina
akibat

hipertensi,

ayunan

langkah

yang

tidak

mantap

19

karena

kerusakan

susunan

saraf

pusat,

nokturia

karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,


edema

dependen

dan

pembengkakan

akibat

peningkatan

tekanan kapiler (Wiryowidagdo, 2002).


II.1.2.6

Faktor Resiko

Yang Tidak Dapat Diitervensi


1. Usia
Terdapat

kesepakatan

dari

para

peneliti

bahwa

prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya


umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 60 %
mempunyai
140/90

tekanan

mmHg.

Hal

darah
ini

lebih

besar

disebabkan

atau

karena

sama

pada

dengan

usia

tua

pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh


darah sudah menebal (Kiangdo,1977).
2. Jenis Kelamin
Prevalensi
dengan

wanita.

terjadinya

kardiovaskuler

Namun

hipertensi

wanita

sebelum

pada

terlindung

menopause.

pria

dari

Wanita

sama

penyakit

yang

belum

mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang


berperan

dalam

Lipoprotein
merupakan
proses

meningkatkan

(HDL).
faktor

kadar

Kadar

kolesterol

pelindung

dalam

aterosklerosis.

Efek

High
HDL

Density

yang

mencegah

perlindungan

tinggi

terjadinya
estrogen

dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada


usia

premenopause.

kehilangan
selama

ini

sedikit

Pada
demi

melindungi

premenopause
sedikit

pembuluh

wanita

hormon
darah

estrogen

dari

mulai
yang

kerusakan.

20

Proses

ini

terus

berlanjut

dimana

hormon

estrogen

tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita


secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45 55 tahun (Anggaraini, 2009).
3. Riwayat Keluarga
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan
memiliki

kemungkinan

hipertensi

jika

lebih

orang

besar

tuanya

untuk

mendapatkan

menderita

hipertensi.

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika


seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka
sepanjang

hidup

kita

mempunyai

25%

kemungkinan

mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai


hipertensi,
tersebut

kemungkunan

60%.

Keluarga

kita
yang

mendapatkan
memiliki

penyakit

hipertensi

dan

penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali


lipat.
4. Genetik
Hipertensi
disebabkan

akibat

faktor

dari

genetik

riwayat

pada

keluarga

keluarga

juga

tersebut.

Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada


gen

angiotensinogen

bersifat

poligenik.

tetapi
Gen

mekanismenya

angiotensinogen

mungkin
berperan

penting dalam produksi zat penekan angiotensin, yang


mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah
(Ibnu, 1996).
Yang Dapat Diintervensi
1. Pola Diet
Hal
masyarakat

ini

dikaitkan

awam

sering

dengan

konsumsi

menghubungkan

garam

antara

karna

terjadinya

21

hipertensi

dapat

dipicu

oleh

konsumsi

garam

yang

berlebih. Garam merupakan hal yang sangat penting pada


mekanisme

timbulnya

terhadap

hipertensi

(cairan

tubuh)

hipertensi.
melalui

dan

Pengaruh

peningkatan

tekanan

darah.

asupan
volume

Pada

garam
plasma

hipertensi

esensial mekanisme ini terganggu, di samping ada faktor


lain yang berpengaruh. Asupan garam kurang dari 3 gram
tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah,
sedangkan

jika

asupan

garam

antara

5-15

gram

perhari

prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh


asupan

terhadap

peningkatan

timbulnya

volume

plasma,

hipertensi
curah

terjadi

jantung

melalui

dan

tekanan

meningkatkan

risiko

darah.
2. Aktivitas Fisik
Kurangnya

aktivitas

fisik

menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan


berat

badan.

mempunyai

Orang

frekuensi

yang
denyut

tidak

aktif

jantung

juga

yang

cenderung

lebih

tinggi

sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada


setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung
harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
3. Obesitas
Menurut

Hall

(2000)

perubahan

fisiologis

dapat

menjelaskan hubungan antara kelebihan berat badan dengan


tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia,
rennin-angiotensin,

aktivasi
dan

saraf

perubahan

simpatis
fisik

dan
pada

sistem
ginjal.

Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen

22

dan berperan dalam gaya hidup pasif. Lemak tubuh yang


berlebihan

dan

ketidak

resistensi

insulin

aktifan

(Sylvia

fisik

Price,

berperan

2005).

dalam

Peningkatan

konsumsi energy juga meningkatkan insulin plasma, dimana


natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi
natrium

dan

peningkatan

tekanan

darah

secara

terus

menerus (Anggaraini, 2009).


4. Stres
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu
terjadinya

hipertensi

dimana

hubungan

antara

stress

dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis


peningkatan
intermiten

saraf
(tidak

dapat

menaikan

menentu).

tekanan

Stress

yang

darah

secara

berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.


5. Merokok
Adapun

hubungan

merokok

dengan

hipertensi

adalah

nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena


nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak
akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada
kelenjar

adrenal

untuk

melepas

efinefrin

(adrenalin).

Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan


memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan
yang lebih tinggi (Astawan, 2002).
6. Konsumsi Alkohol
Alkohol

juga

dihubungkan

dengan

hipertensi.

Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun


mekanisme
secara

timbulnya

pasti.

Diduga,

hipertensi
peningkatan

belum
kadar

diketahui
kortisol,

23

dan

peningkatan

kekentalan
darah.

darah

Alkohol

langsung

volume

menghambat

berperan

juga

pada

diduga
dan

natrium

pertukaran

natrium

darah

dalam

pembuluh

natrium

peningkatan

sel

merah

menaikkan

empunyai

darah,
kalium,

tekanan

efek

pressor

karena

alkohol

sehingga

terjadi

intrasel

dan

kalsium

seluler

dan

serta

menghambat
yang

akan

memudahkan kontraksi sel otot (Karyadi, 2002).


II.1.2.7

Tata Laksana Hipertensi

Non Farmakologis
Pendekatan non-farmakologis merupakan penanganan
awal

sebelum

penambahan

obat-obatan

hipertensi,

disamping perlu diperhatikan oleh seorang yang sedang


dalam terapi obat. Sedangkan pasien hipertensi yang
terkontrol,
membantu

pendekatan

nonfarmakologis

pengurangan

penderita.

Oleh

merupakan

hal

berperan

dalam

dosis

karena
yang

obat

itu,

pada

modifikasi

penting

ini

sebagian

gaya

diperhatikan,

keberhasilan

penanganan

dapat
hidup
karena

hipertensi

(Kaplan NM, 2002).


Farmakologis
Talaksanaan utama hipertensi primer alah dengan
obat.

Keputusan

antihipertensi

untuk

mulai

berdasarkan

derajat

peninggian

kerusakan

organ

beberapa

tekanan

target

dan

memberikan
faktor

darah,

terdapatnya

obat
seperti

terdapatnya
manifestasi

24

klinis

penyakit

kardiovaskuler

atau

faktor

risiko

lain.
Penatalaksanaan
sebagian

besar

dengan

pasien

obat

dimulai

antihipertensi
dengan

dosis

bagi

rendah

kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan


kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24
jam

dan

lebih

disukai

dalam

dosis

tunggal

karena

kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat mengontrol


hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi
pasien

terhadap

serangan

jantung,

risiko

dari

atau

stroke

kematian
akibat

mendadak,
peningkatan

tekanan darah mendadak saat bangun tidur.


Sekarang
dosis

rendah

terdapat
2

obat

obat
dari

yang

berisi

golongan

yang

kombinasi
berbeda.

Kombinasi ini terbukti memberikan efektifitas tambahan


dan mengurangi efek samping. Jika tambahan obat yang
kedua
minimal

dapat

mengontrol

setelah

tekanan

tahun,

dapat

darah

dengan

dicoba

baik

menghentikan

obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan


dan progresif (Kaplan NM, 2002).
II.1.3

Tindakan Preventif Terhadap Hipertensi

Merupakan tindakan non farmakologikal yang bertujuan


untuk mencegah terjadinya hipertensi pada seseorang. Hal
ini dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yakni:
1. Intervensi untuk menurunkan tekanan darah di populasi
dengan tujuan

menggeser

kearah yang lebih rendah.

distribusi

tekanan

darah

25

2. Strategi
mereka

yang

tekanan
mereka

penurunan

mempunyai

darah,
yang

tekanan

ditujukan

kecenderungan

kelompok

mengalami

darah

masyarakat

tekanan

meningginya
ini

darah

pada

termasuk

normal

dalam

kisaran yang tinggi (TDS 130-139 mmHg atau TDD 85-89


mmHg),

riwayat

keluarga

ada

yang

menderita

hipertensi, obsitas, tidak aktif secara fisik, atau


banyak minum alcohol dan garam.
Tindakan-tindakan yang sangat disarankan untuk dilakukan
dalam pencegahan hipertensi antara lain :
1. Mempertahankan/

Menurunkan

Berat

Badan

Pada

Batas

Nomal
Cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi
resiko
darah

berat
yaitu

badan
dengan

terhadap

peningkatan

menggunakan

skor

tekanan

IMT

(Indeks

Massa Tubuh) dimana pada skor 20 24 adalah normal


dan

tidak

beresiko,

sedangkan

pada

skor

25

29

beresiko sedang dan beresiko tinggi pada skor >30,


dalam

mengontrol/

lebih

terhadap

memperkecil

peningkatan

resiko
tekanan

berat

badan

darah

dapat

dimodifikasi dengan berolahraga, membatasi konsumsi


karbohidrat, membatasi konsumsi lemak dan menambah
porsi sayur dan buah pada hidangan makanan seharihari (Efendi, 2004).
2. Olahraga dan Aktivitas Fisik

26

Selain untuk menjaga berat badan tetap normal,


olahraga

dan

aktivitas

fisik

teratur

bermanfaat

untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran


tubuh. Olahraga isotonik seperti jogging, berenang
baik

dilakukan

untuk

penderita

hipertensi.

Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali


seminggu, dengan demikian dapat menurunkan tekanan
darah

walaupun

berat

Olahraga

yang

teratur

tekanan

perifer

badan

belum

dibuktikan

sehingga

dapat

tentu

dapat

turun.

menurunkan

menurunkan

tekanan

adalah

mengatur

darah (Mayer,1980).
3. Pengaturan Diet
Pengaturan

diet

hipertensi

tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan


darah

tinggi

dan

mengurangi

penyakiit

kardiovaskuler. Secara garis besar, ada empat macam


diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
keadaan tekana darah, yakni : diet rendah garam ,
diet rendah kolestrol, lemak terbatas serta tinggi
serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan
(Astawan, 2002).
Nasihat

pengurangan

memperhatikan

kebiasaan

asupan
makan

garam
pasien,

harus
dengan

memperhitungkan jenis makanan tertentu yang banyak


mengandung

garam.

Membatasi

asupan

garam

sangat

dianjurkan, pembatasan diupayakan tidak lebih dari 5


gr ( < 1 sendok teh) garam dapur untuk diet setiap
hari (Efendi, 2004).

27

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar


kolesterol

darah

dapat

menurun

pada

batas

normal

(200 250 mg/dl). Untuk menjaga agar kolesterol


dalam

darah

penderita
daging

tidak

bertambah

hipertensi

tidak

maka

diperbolehkan

lebih

mengkonsumsi

tinggi

dari

daging.

100

Untuk

gr

untuk

mengkonsumsi
pada

penderita

setiap

hipertensi

sebaiknya mengkonsumsi daging hewan tidak lebih 2


kali

dalam

seminggu

sampai

tidak

mengkonsumsinya

lagi (Efendi, 2004).


Buah dan sayur segar mengandung banyak vitamin
dan

mineral.

Beberapa

penelitian

menunjukkan

efektivitasnya vitamin yang dapat menangkal radikal


bebas sedangkan mineral kalium secara langsung dapat
menurunkan tekanan darah. (Efendi, 2004)
4. Membatasi/ Menghindarkan Konsumsi Rokok, Alkohol dan
Kopi
Untuk

konsumsi

rokok

pada

pecandu

(riwayat

sebelumnya), mengurangi secara bertahap mulai dari 5


batang

rokok

sampai

memberhentikan

total.

Sama

halnya dengan alkohol jika pada penderita hipertensi


yang

mempunyai

mengurangi
gelas

riwayat

minuman

(pada

kadar

mengkonsumsinya.

candu

alcohol
15

Selain

alkohol

pada

batas

alkohol)
pembatasan

sebaiknya
maksimal

sampai
pada

berhenti
rokok

dan

alkohol, untuk penderita hipertensi juga dianjurkan


agar tidak mengkonsumsi kopi, karena zat kafein yang
ada

kopi

justru

akan

meningkatkan

detak

jantung

28

sehingga

akan

menaikkan

tekanan

darah

(Efendi,

2004).
5. Menghilangkan stres
Stres
lingkungan
kemampuan

menjadi
hampir
kita

menghilangkan
dengan

atau

untuk

stres

membuat

masalah

bila

bahkan

tuntutan
sudah

mengatasinya.

yaitu

perubahan

melebihi

Cara

untuk

pola

hidup

kehidupan

rutin

perubahan
dalam

sehari-hari dapat meringankan beban stres.

II.2 Kerangka Konsep

Variabel
bebas:
Usia
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
terakhir
Pengetahuan
tentang
hipertensi

Variabel
terikat:
Tindakan
preventif
masyaraka
t terhadap
hipertensi

dari

BAIK

BURUK

INTERVENSI
Diagram 3 : Kerangka Konsep Penelitian

29

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1

Rancangan penelitian
Penelitian

eksperimental
menggunakan
penelitian

ini

merupakan

deskriptif

rancangan

kualitatif

penelitian

dikumpulkan

penelitian

dari

yang

cross

tanggal

19

non

dilaksanakan

sectional.

Data

September

2013

sampai dengan 22 September 2013.


III.2

Populasi dan sampel penelitian


Responden penelitian adalah warga RW IV kelurahan

Notoprajan

kecamatan

berusia

20-50

dipilih

menjadi

Ngampilan

tahun.

Kriteria

sampel

D.I.

Yogyakarta

inklusi

penelitian

adalah

individu
warga

yang
yang
RW

IV

kelurahan Notoprajan kecamatan Ngampilan D.I. Yogyakarta


usia antara 20-50 tahun, bisa membaca, dan tidak pernah
terdiagnosis

hipertensi

sebelumnya.

Kriteria

ekslusi

sampel adalah warga yang tidak bisa membaca dan pernah


terdiagnosis hipertensi.
Sampel diambil dengan acak dari data kepala keluarga
di

RW

IV

kelurahan

Notoprajan

kecamatan

Ngampilan

D.I.Yogyakarta. Sampel yang diambil sebanyak 60 orang.

30

III.3

Teknik pengumpulan data


a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung
dari

responden

melalui

wawancara

dan

pengisian

kuesioner yang
telah disiapkan. Dalam penelitian ini digunakan
kuesioner untuk mengetahui data faktor demografi,
tingkat pengetahuan warga tentang hipertensi, dan
tindakan

preventif

hipertensi

apa

yang

sudah

dilakukan oleh warga. Adapun data yang ditanyakan


dalam kuesioner adalah sebagai berikut:
1. Identitas responden, meliputi nama, usia, jenis
kelamin,

alamat,

pekerjaan,

pendidikan,

penghasilan dan pengeluaran per bulan.


2. Tingkat pengetahuan responden tentang penyakit
hipertensi.
3. Gaya hidup responden, meliputi diet, aktivitas
fisik, konsumsi rokok dan alkohol.
Pengisian

dan

pengumpulan

kuesioner

dilakukan

pada waktu yang sama dengan mendatangi langsung


responden dari rumah ke rumah.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen tertulis. Data monografi penduduk
didapat

dari

puskesmas

Ngampilan

dan

kantor

kelurahan Notoprajan, yang berkaitan dengan data


kependudukan dan profil kesehatan.

31

III.4

Instrumen penelitian
Penelitian

ini

menggunakan

instrumen

berupa

kuesioner, yang dibuat berdasarkan teori yang ada pada


tinjauan pustaka serta modifikasi dari STEPS WHO tentang
non-communicable

disease

surveillance.

Tidak

dilakukan

uji validitas untuk kuesioner penelitian ini.


Kuesioner

tingkat

terdiri

dari

15

jawaban

benar

pengetahuan

pertanyaan

atau

tentang

tertutup

salah.

hipertensi

dengan

Kuesioner

pilihan

terdiri

dari

pertanyaan favourable dan unfavourable. Untuk pertanyaan


favourable,
salah

jawaban

diberi

benar

nilai

0.

diberi

Untuk

nilai

pertanyaan

dan

jawaban

unfavourable,

jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban salah diberi


nilai 1. Sikap masyarakat dikatakan baik apabila nilai
yang

didapat

lebih

dari

sama

dengan

10

dan

dikatakan

kurang baik apabila nilai yang didapatkan kurang dari 10.


Untuk

mengukur

tindakan

preventif

masyarakat

terhadap hipertensi digunakan kuesioner dengan pertanyaan


favourable,
pertanyaan
jawaban

unfavourable,
favourable,

tidak

diberi

dan

jawaban
nilai

multiple
ya
0.

choice.

diberi
Untuk

nilai

Untuk
1

dan

pertanyaan

unfavourable, jawaban ya diberi nilai 0 dan jawaban tidak


diberi nilai 1.
III.5

Variabel penelitian
a. Variabel bebas:
1. Usia
2. Jenis kelamin

32

3. Pekerjaan
4. Pendidikan terakhir
5. Pngetahuan terhadap hipertensi
b. Variabel terikat: tindakan preventif

terhadap

hipertensi

III.6

Defisini operasional
a. Usia
Variabel

usia

responden

pada

pada
saat

penelitian

ini

penelitian

adalah

ini

umur

dilakukan.

Cara pengukurannya yaitu dengan ditanyakan pada


saat

wawancara

dengan

responden.

Usia

dikategorikan menjadi 3, yaitu 20-30, 31-40, dan


41-50 tahun.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin

merupakan

jenis

kelamin

menurut

pengakuan responden penelitian yang terdiri dari


laki-laki

dan

perempuan.

Diukur

dengan

cara

observasi saat wawancara dengan responden.


c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah mata pencaharian utama responden
penelitian.
d. Pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir
formal

yang

Pendidikan

dicapai
formal

adalah
oleh

adalah

jenjang

responden
jenis

pendidikan
penelitian.

pendidikan

yang

terdiri dari sekolah dasar dan sekolah menengah


ke atas.
e. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan

adalah

tingkat

pemahaman

responden penelitian tentang penyakit hipertensi


yang

diukur

dari

kemampuan

responden

dalam

33

menjawab

pertanyaan

pengetahuan

pada

kuesioner.

Tingkat pengetahuan dikatakan baik apabila nilai


yang didapatkan dari kuesioner sebesar lebih dari
atau

sama

dikatakan

dengan

kurang

10.

Tingkat

apabila

nilai

pengetahuan

yang

didapatkan

dari kuesioner sebesar kurang dari 10.


f. Tindakan preventif terhadap hipertensi
Tindakan preventif terhadap hipertensi

adalah

hal-hal yang sudah dilakukan oleh responden dalam


mencegah

hipertensi.

Tindakan

preventif

dinilai

dengan 4 indikator, yaitu diet, konsumsi alkohol,


kebiasaan

merokok,

ditanyakan
terhadap
terdapat

dalam

dan

kuesioner.

hipertensi
3

kategori

dari
baik.

hipertensi

aktivitas

Tindakan

dikatakan
indikator

Tindakan

dikatakan

fisik

buruk

preventif

baik

yang

yang

apabila

masuk

dalam

preventif

terhadap

apabila

terdapat

kurang dari 3 indikator yang masuk dalam kategori


baik.

III.7

Analisis data
Proses pengolahan data dimulai dengan proses editing

untuk

meneliti

apakah

kuesioner

sudah

diisi

dengan

lengkap atau belum, sehingga bila ada kekurangan dapat


segera

dilengkapi.

Editing

dilakukan

di

tempat

34

pengumpulan

data.

Proses

ke

dua

adalah

coding

untuk

memberi kode nilai pada jawaban responden atas pertanyaan


pada kuesioner. Proses ke tiga adalah entry data yang
disajikan dalam bentuk table dan grafik. Proses ke empat
adalah

analisis

data

secara

univariate

dan

deskriptif

kualitatif.

III.8

Jalannya penelitian

Jenis
kegiatan
Pengaraha
n
Pengurusa
n
perijinan
Observasi
lapangan
Survey
pendahulu
Menentuka
n masalah
Persiapan
instrumen
Pengumpul
an data
Analisis
data
Penyusuna
n laporan

Tanggal kegiatan (16-28 September 2013)


16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

28

35

Persiapan
presentas
i
Konsultas
i
pembimbin
g
Ujian
Presentas
i

ke

masyaraka
t

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENELITIAN


Tabel 6: Karakter Responden Berdasarkan Usia, Jenis
Kelamin, Umur, Pekerjaan dan Pendidikan Terakhir

36

No
.
1.

Karakteristik

Frekuensi

(%)
Usia (tahun)
20-30
31-40

2.

3.

41-50
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pekerjaan
Buruh
Pegawai swasta
Pegawai negeri
Wiraswasta

4.

Persentase

Tidak bekerja
Pendidikan terakhir
Pendidikan dasar

Menengah ke atas
Sumber: Data Primer
Dari

Tabel

tampak

13
29
17

22,0
49,2
28,8

19
40

32,2
67,8

8
14
3
8
26

13,6
23,7
5,1
13,6
44,1

9
50

15,3
84,7

distribusi

responden

menurut

jenis kelamin lebih didominasi oleh responden perempuan,


yaitu sebanyak 34 orang (67,8%). Kelompok umur responden
yang terbanyak adalah kelompok umur
sebanyak

29

orang

(49,2%).

31-40 tahun yaitu

Berdasarkan

tingkat

pendidikan, 9 (15,3%) orang hanya menamatkan pendidikan


dasar,

sedangkan

50

(84,7%)

orang

lainnya

mendapatkan

pendidikan menengah ke atas.


Tabel 7: Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
hipertensi
No

Pengetahuan

terhadap Jumlah

Persentase(%)

37

hipertensi
Baik
Buruk
Sumber: Data Primer
Tabel

diatas

52
7

88,1
11,9

menunjukkan

tingkat

pengetahuan

masyarakat mengenai hipertensi. Sebanyak 52 orang (88,1%)


responden dinilai baik dan 7 orang dinilai kurang dalam
pengetahuan
tersebut,

tentang

dapat

hipertensi

dideskripsikan

(11,9%).
lagi

Dari

pertanyaan

data
dalam

questioner yang sulit untuk dijawab oleh masyarakat pada


diagram 1. Hal ini terlihat dari banyaknya orang yang
salah

dalam

tersebut.

menjawab

pertanyaan

dalam

questioner

38

Diagram 4: Tingkat pengetahuan hipertensi masyarakat RW


04, Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan (sumber:
data primer)

Dari
pengetahuan

diagram

dapat

masyarakat

ditarik

masih

kesimpulan

kurang

kuesioner pengetahuan nomer delapan.


dengan

banyaknya

responden

yang

pada

bahwa

pertanyaan

Hal ini terbukti

tidak

dapat

menjawab

pertanyaan dengan benar.

Tabel 8: Karakteristik Responden Berdasarkan Diet,


Paparan Rokok ,
No. Karakteristik
1. Diet
Baik
Buruk

Konsumsi

Alkohol, dan Aktivitas Fisik


Frekuensi
22
37

Persentase
37,3
62,7

39

2.

3.

4.

Konsumsi Alkohol
Baik
Buruk
Rokok
Baik
Buruk
Aktivitas fisik
Baik

Buruk
Sumber: Data Primer
Dari
responden

tabel

8,

mempunyai

tampak

56
3

94,9
5,1

49
10

83,1
16,9

25
34

42,4
57,6

bahwa

kebiasaan

lebih

diet

garam) yang buruk yang jumlahnya

dari

setengah

(khususnya

konsumsi

37(62,7%) responden.

Sebanyak 34 orang mengalami paparan rokok yang buruk,


baik sebagai perokok pasif maupun perokok aktif.

Untuk

paparan rokok, 49 orang (83,1%) yang mengalami paparan


rokok

buruk

dan

terpapar rokok.
mengkonsumsi

10

orang

(16,9%)

yang

tidak/jarang

Masyarakat RW 04 sebagian besar

alkohol

yang

jumlahnya

sekitar

tidak
56

orang(94,9%) tidak mengkonsumsi alkohol dan hanya 3 orang


saja(5,1%) yang mengaku mengkonsumsi alkohol.

40

Diagram 5: Jawaban responden pada kuesioner

diet

(sumber: data primer)


Dari
sebanyak

hasil

kuesioner

yang

ada,

terlihat

bahwa

41 (69,49%) responden mengkonsumsi buah dan

atau sayuran kurang dari 4 porsi sehari (800 ml). Hasil


ini menunjukkan bahwa masyarakat RW 04 belum menerapkan
pola

makan

yang

baik.

Sebanyak

25

orang

dari

responden dalam memasak menggunakan garam kurang

39
dari

satu sendok teh. Sebanyak 3 dari 20 orang responden yang


tidak masak dirumah menganggap bahwa makanan yang mereka
makan

terlalu

asin.

Sebanyak

makanan yang disajikan dirumah.

42

orang

makan

diluar

41

Diagram 6: Jawaban Responden Pada Kuesioner Alkohol


(sumber: data primer)
Kesadaran masyarakat akan alkohol sangat tinggi. Hal
ini terlihat dari pola hidup responden yang dapat dinilai
dari

hasil

kuesioner.

Sebanyak

47

(71,1%)

responden

mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Sedangkan 12


(29,9%) responden mengaku pernah mengkonsumsi alkohol .
Pada kuesioner nomer 8 responden dikatakan buruk dalam
penilaian kesadaran terhadap alkohol apabila mengkonsumsi
alkohol setiap hari atau lebih dari 4-6 hari/minggu, dan
jumlahnya adalah sekitar 2(3%) responden.

42

Diagram 7: Jawaban Responden Pada Kuesioner Rokok (sumber


: data primer)
Pada

diagram

dapat

dilihat

bahwa

kesadaran

masyarakat akan bahaya rokok sudah baik. Hal ini terlihat


dari baiknya hasil kuesioner yang

didapatkan. Sebanyak

45 responden(76%) mengaku tidak pernah merokok walaupun


hanya

satu

hisapan

saja.

Sebanyak

12

responden(20%)

mengaku sudah merokok lebih dari 10 tahun yang lalu.

Dan

hanya 3 responden (5%) yang mengkonsumsi rokok lebih dari


15 batang per hari.

43

Diagram 8: Jawaban Responden Terhadap Kuesioner Aktivitas


Fisik (sumber: data primer)
Pada

diagram

8,

dapat

dilihat

bahwa

kesadaran

masyarakat akan aktivitas fisik masih rendah. Hal ini


tampak dari kesadaran responden dalam beraktivitas fisik.
Frekuensi

aktivitas

fisik

Sebanyak

33

responden

(55%)

masih buruk karena masih jarang melakukannya.


IV.2 PEMBAHASAN
Penelitian

ini

bertujuan

masyarakat

RW

04,

Ngampilan,

Kodya

Responden

berada

penelitian

ini

pengetahuan

masyarakat

Kelurahan

Yogyakarta
pada
pula

mencegah

usia

mencoba

mengenai

melihat

Notoprajan,

dalam

rentang
kami

untuk

pola

20-50

Kecamatan
hipertensi.

tahun.

memetakan
hidup

tindakan

Pada

tingkat

yang

dapat

mencegah terjadinya hipertensi dikemudian hari. Faktor-

44

faktor

risiko

penyakit

hipertesi

yang

kami

teliti

meliputi:
a. Pola makan/diit
Diit dapat diasosiasikan dengan perubahan perilaku
ke arah yang lebih sehat,seperti mengubah pola makan
dengan mengkonsumsi makanan rendah kalori atau rendah
lemak, dan menambah aktivitas fisik secara wajar. Diit
sehat

dapat

membuat

seseorang

memiliki

tubuh

ideal

tanpa mendatangkan efek samping yang berbahaya bagi


tubuh.

Diit

sehat

dapat

dilakukan

dengan

cara

mengurangi masukan kalori ke dalam tubuh namun tetap


menjaga pola makan yang dianjurkan oleh pedoman gizi
seimbang.

Orang

yang

melakukan

kesehatan

akan

melakukan

diit

cara

yang

untuk

alasan

sehat

pula,

misalnya mengikuti pola makan yang dianjurkan


Adapun

pola

makan

sehat

yang

dianjurkan

agar

seseorang senantiasa mendapatkan nutrisi yang seimbang


bagi tubuh mereka adalah:

Berbagai macam variasi dari buah-buahan dan sayuran


sebaiknya
sehari.

dikonsumsi
Dari

mendapatkan
memiliki

dan

vitamin,

banyak

diantaranya
membantu

sayur

adalah

menangkal

paling

sedikit

buah,

serat,

manfaat
menjaga
radikal

dan
bagi
daya

lima

tubuh

kita

mineral.
tubuh,
tahan

bebas.

porsi
akan

Vitamin
beberapa

tubuh

Serat

dan

sangat

berguna untuk melancarkan pencernaan. Konsumsi serat


yang cukup akan mengurangi jumlah lemak yang diserap

45

oleh

tubuh.

Mineral

berperan

dalam

fungsi

metabolisme tubuh.

Beberapa

makanan

sebaiknya

dikonsumsi,

serat

tinggi

kentang.

seperti

Di

dikonsumsi

yang

khususnya
roti,

Indonesia,

dalam

mengandung

bentuk

karbohidrat

yang

pasta,

mengandung
sereal,

dan

lebih

umum

mie,

atau

karbohidrat
nasi,

roti,

kentang sebagai makanan pokok yang dimakan setiap


hari. Pola makan yang baik salah satunya membatasi
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.

Daging,
dalam

ikan,

dan

jumlah

sejenisnya

sedang

dan

sebaiknya

lebih

dikonsumsi

dianjurkan

untuk

memilih yang rendah lemak. Selain itu protein dapat


berasal

dari

nabati,

kacangan.Protein
pertumbuhan.

sangat

Protein

juga

coontohnya:

kacang-

penting

dalam

masa

berperan

penting

dalam

memperbaiki sel-sel yang rusak.

Susu dan produk-produk olahan dari susu sebaiknya


dikonsumsi dalam jumlah sedang dan mengandung kadar
lemak yang rendah, apabila memungkinkan.

Cemilan

dan

makanan

yang

mengandung

gula

seperti

keripik kentang, permen, dan minuman yang mengandung


gula

sebaiknya

jarang.

dikonsumsi

Cemilan

yang

dalam

jumlah

terkontrol

kecil

dapat

dan

mencegah

konsumsi makanan yang berlebihan.

Dari data yang kami ambil dari kuesioner, kebanyakan


responden

belum

menerapkan

pola

makan

yang

baik.

46

Makanan sehari-hari mayoritas penduduk hanya terdiri


dari nasi dan lauk. Konsumsi buah dan sayur sangatlah
kurang (rata-rata < 600 ml atau setara dengan 3 gelas
belimbing). Sesuai dengan guideline yang diterbutkan
oleh WHO, konsumsi buah dan sayur dalam sehari minimal
800 ml atau setara dengan 4 gelas belimbing. Tingginya
kadar

garam

seseorang.

dalam

darah

Banyaknya

banyaknya

intake

mempengaruhi

garam

garam

dalam

yang

tekanan

darah

darah

dipengaruhi

dikonsumsi

seseorang.

Dalam hal ini berhubungan dengan kebiasaan masyarakat


mengkonsumsi
ambil,
garam

garam.

kebiasaan
yang

memasak

Dari

masyarakat

dikonsumsi

sendiri

data

di

untuk

sudah

rumah

kuesioner

yang

membatasi

baik.

kami
jumlah

Masyarakat

menambahkan

<1

yang

sendok

the

garam dalam tiap masakannya. Begitu pula masyarakat


yang

tidak

memasak

sendiri,

mereka

tidak

merasakan

terlalu banyak garam pada makanan yang mereka konsumsi


setiap

hari.

mengandung

Kebiasaan

lemak

tidak

makan
sehat

makanan
seperti

yang

banyak

makanan

cepat

saji juga dapat meningkatkan tekanan darah.


Masyarakat sudah memiliki kesadaran yang baik untuk
tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan cepat saji.
Dari

penjabaran

diatas,

kami

menghimbau

masyarakat

untuk dapat lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur


disamping

mempertahankan

kebiasaan

pola

makan

yang

sudah baik.
b. Alkohol
Sebuah

penelitian

menyebutkan,

alkohol

tenyata

47

menimbulkan
dengan

dampak

dua

heroin

jenis

dan

setiap

zat

kokain.

memperkirakan
penggunaan

yang

tahunnya

buruk

berbahaya

Badan

bahwa

alkohol

lebih

yang

menyebabkan
akibat

lainnya,

Kesehatan

risiko

dibandingkan
seperti

Dunia,

berkaitan
2,5

penyakit

WHO,
dengan

juta

kematian

jantung

liver,

kecelakaan lalu lintas, bunuh diri, dan kanker. Angka


ini menyumbang 3,8 persen total kematian dan menempati
peringkat tiga

pemicu risiko kematian prematur dan

kecacatan di dunia.

Alkohol murni tidaklah dikonsumsi

manusia. Yang sering dikonsumsi adalah minuman yang


mengandung

bahan

sejenis

alkohol,

biasanya

adalah

ethyl alcohol atau ethanol. Bahan ini dihasilkan dari


proses fermentasi gula yang dikandung dari malt dan
beberapa

buah-buahan

seperti

hop,

anggur

dan

sebagainya. Alkohol sangat berbahaya bagi kesehatan,


beberapa diantaranya adalah: Kecanduan, Penyakit Hati
dan

hipertensi,

berbahaya,

Mengakibatkan

Efek

negatif

Kecelakaan,

terhadap

suatu

Perilaku
hubungan,

Depresi, Mengabaikan kebersihan diri sendiri, dan lain


sebagainya.
Alkohol bukan hanya berbentuk minuman keras, tetapi
dapat

juga

terdapat

dalam

makanan

seperti

tape

dan

duren. Dari hasil penelitian yang kami lakukan pada


masyarakat

RW

04,

Ngampilan

tindakan

Kelurahan

Notoprajan,

mengkonsumsi

minimal. Terlihat bahwa

Kecamatan

alcohol

sangat

tindakan prevensi terhadap

hipertensi dalam masyarakat tersebut sudah baik.

48

c. Rokok
Rokok mengandung senyawa-senyawa yang membahayakan
bagi tubuh, misalnya: hidrogen sianida (HCN) , arsen,
amonia, polonium, dan karbon monoksida (CO), Nikotin,
Tar,
Dari

Karbon

Monoksida,

penelitian

Zat

yang

Karsinogen,

dilakukan,

Zat

Iritan.

rokok

dapat

menyebabkan:

Kanker Paru
Diketahui

sekitar

90

persen

kasus

kanker

paru

diakibatkan oleh rokok. Hal ini karena asap rokok


akan masuk secara inhalasi ke dalam paru-paru. Zat
dari asap rokok ini akan merangsang sel di paru-paru
menjadi

tumbuh

abnormal.

perokok

sedang

dan

Diperkirakan

dari

perokok

dari

berat

10

akan

meninggal akibat kanker paru.

Kanker Payudara
Perempuan yang merokok lebih berisiko mengembangkan
kanker payudara. Hasil studi menunjukkan perempuan
yang mulai merokok pada usia 20 tahun dan 5 tahun
sebelum ia hamil pertama kali berisiko lebih besar
terkena kanker payudara.

Kanker Serviks
Sekitar

30

persen

kematian

akibat

kanker

serviks

disebabkan oleh merokok. Hal ini karena perempuan


yang merokok lebih rentan terkena infeksi oleh virus
menular seksual.

49

Kanker Mulut
Tembakau

adalah

penyebab

Diketahui

perokok

utama

kali

kanker

lebih

besar

mulut.

mengalami

kanker mulut dibandingkan dengan orang yang tidak


merokok, dan orang yang merokok tembakau tanpa asap
berisiko 50 kali lipat lebih besar.

Kanker Tenggorokan
Asap rokok yang terhirup sebelum masuk ke paru-paru
akan melewati tenggorokan, karenanya kanker ini akan
berkaitan dengan rokok.

Serangan Jantung
Nikotin dalam asap rokok menyebabkan jantung bekerja
lebih

cepat

dan

meningkatkan

tekanan

darah.

Sedangkan karbon monoksida mengambil oksigen dalam


darah

lebih

banyak

yang

membuat

jantung

memompa

darah

lebih

banyak.

Jika

jantung

bekerja

terlalu

keras

ditambah

tekanan

darah

tinggi,

maka

bisa

menyebabkan serangan jantung.

Penyakit Jantung Koroner (PJK)


Sebagian besar penyakit jantung koroner disebabkan
oleh rokok dan akan memburuk jika memiliki penyakit
lain seperti diabetes melitus.

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


Kondisi
sehingga

ini

menyebabkan

membuat

aliran

seseorang

darah

sulit

terhalangi

bernapas,

dan

50

sekitar 80 persen kasus PPOK disebabkan oleh rokok.


Kondisi

ini

(sesak

napas

akibat

alveoli)

dan

atau

bisa

menyebabkan

terjadinya

kerusakan

bronkitis

pada

kronis

emfisema

kantung

udara

(batuk

dengan

banyak lendir yang terjadi terus menerus selama 3


bulan).

Impotensi
Bagi laki-laki berusia 30-an dan 40-an tahun, maka
merokok

bisa

sekitar

50

meningkatkan
persen.

Hal

risiko
ini

disfungsi

karena

ereksi

merokok

bisa

merusak pembuluh darah, nikotin mempersempit arteri


sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah
ke penis. Jika seseorang sudah mengalami impotensi,
maka bisa menjadi peringatan dini bahwa rokok sudah
merusak daerah lain di tubuh.
Penjabaran
banyak

dampak

diatas

hanyalah

negatif

yang

sebagian

disebabkan

kecil
oleh

dari
rokok.

Terdapat juga, dampak negatif secara tidak langsung yang


juga disebabkan oleh rokok, misalnya: kemiskinan, gizi
buruk, dan lain sebagainya. Masyarakat RW 04, Kelurahan
Notoprajan,

Kecamatan

Ngampilan

telah

menetapkan

diri

sebagai desa bebas rokok sebagai bentuk kesadaran akan


bahaya merokok. Warga telah dengan sadar tidak merokok
pada acara-acara desa, tidak merokok dalam rumah, dan
tidak menyedaikan asbak. Hal ini terbukti sangat efektif
mengurangi jumlah perokok di kawasan tersebut. Dari data
yang kami kumpulkan, tindakan prevensi hipertensi di RW
04,

Kelurahan

Notoprajan,

Kecamatan

Ngampilan

yang

51

berhubungan dengan kebiasaan merokok sudah baik.


d. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang baik harus mengandung 5 unsur
CRIPE

(Continuos,

Rhytmic,

Interval,

Progressive,

Endurance)
1. Continuos
Olahraga yang dilakukan secara berkesinambungan
terus

menerus

tanpa

berhenti.

Misal:

apabila

olahraga yang dipilih adalah jogging, maka jogging


dilakukan terus menerus selama 30 menit tanpa henti.
Sebenarnya sesuai dengan kekuatan atau stamina anda,
bila

tidak

jogging

kuat

tanpa

30

menit,

pertama-tama

henti

selama

15

menit.

ditarget

Jika

sudah

terbiasa durasi bisa ditingkatkan menjadi 30 menit.


2. Rhytmic
Jenis

Olahraga

berirama.

Maksudnya

yang

dipilih

olahraga

yang

harus

yang

membuat

otot

ditubuh berkontraksi dan berelaksasi secara teratur.


Misalnya: jogging, bersepeda, senam, berenang, atau
yang paling ringan yakni jalan kaki. Dengan adanya
kontraksi

dan

metabolisme
ditubuh

relaksasi

akan

akan

otot

berjalan

mudah

yang

lebih

terbakar.

teratur,

baik

Selain

dan

itu,

maka
lemak

jantung

akan memompa darah dengan stabil.


3. Interval
Gerakan
gerakan

yang

yang

dilakukan

cepat

dan

selang-seling

lambat.

Bila

antara

seseorang

52

jogging dengan cepat sejak awal tentunya akan terasa


melelahkan sekali. Akan lebih baik jika diselingi
dengan berjalan, misalnya: 10 menit digunakan untuk
jogging, 5 menit untuk berjalan kemudian dilanjutkan
lagi dengan jogging, begitu seterusnya. contoh lain
adalah jalan cepat lalu diselingi jalan lambat.
4. Progressive
Semua olahraga wajib diawali dengan pemanasan
dulu. Setiap olahraga sebaiknya dilakukan bertahap
sesuai

kemampuan

jogging

lalu

pertama

dinaikkan

dilakukan

bertahap,

contoh:

selama15

menit,

dilanjutkan minggu depan jogging selama 30 menit.


Diawali dari intensitas ringan, sedang hingga batas
maksimal anda. Olahraga yang baik cukup dilakukan 30
- 60 menit setiap harinya.
5. Endurance
Olahraga yang baik adalah olahraga yang menguji
serta

meningkatkan

daya

tahan

kardiorespirasi.

Carilah olahraga yang membuat nafas terengah-engah


atau

ngos-ngosan

misalnya:

hingga

jogging,

mengeluarkan

berenang,

bersepeda

keringat,
atau

jalan

mengetahui

bahwa

cepat.
Salah

satu

indikator

untuk

aktivitas tersebut memenuhi kriteria diatas adalah


pada akhir aktivitas tersebut, seseorang akan ngosngosan. Dari hasil data yang kami dapat, masyarakat
RW 04, Kelurahan Notoprajan , Kecamatan Ngampilan

53

belum menerapkan aktivitas fisik yang baik.


Responden
bekerja

memaparkan

membuat

mereka

bahwa

kesibukan

mereka

sempat

untuk

tidak

berolahraga. Aktivitas fisik tidak lepas dari waktu


instirahat.

Dalam

membutuhkan

jam

bertujuan

untuk

manusia.

Kebiasaan

Kelurahan

sehari,
untuk

secara

beristirahat.

mengistirahatkan
istirahat

Notoprajan

ideal

manusia
Istirahat

fungsi

masyarakat

Kecamatan

tubuh
RW

Ngampilan

04,
sudah

baik. Dari pemaparan diatas, kami menghimbau warga


agar

menyempatkan

diri

untuk

berolah

raga

setiap

harinya. Olah raga dapat disesuaikan denga kesibukan


kerja masing-masing, misalnya: jalan kaki selama 30
menit setiap hari atau olah raga permainan di akhir
pekan

bersam

hubungan
terpenuhi.

warga

yang

bertetangga,

lain.

kebutuhan

Selain
olah

mempererat
raga

pun

54

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa :
1. Tingkat Pengetahuan masyarakat RW 04 Kelurahan
Notoprajan Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta
terhadap penyakit hipertensi secara umum sudah
baik.
2. Perilaku
preventif
terhadap
hipertensi
yang
dilakukan masyarakat RW 04 Kelurahan Notoprajan
Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta masih kurang,
terutama
pada
perilaku
diit/pola
makan
dan
aktivitas fisik.
V.3. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
populasi yang lebih besar dan perhitungan sampel
yang sesuai sehingga hasil yang didapat bisa
mencerminkan gambaran populasi yang sebenarnya
2. Bagi masyarakat yang masih kurang dalam perilaku
hidup sehat harus dimotivasi untuk hidup sehat
dalam rangka pencegahan penyakit non-communicable
khususnya hipertensi.
3. Perlu kerjasama dengan puskesmas setempat untuk
diadakan penyuluhan pola hidup sehat baik dari segi
diit maupun aktivitas fisik guna mencegah penyakit
non-communicable khususnya hipertensi, dan sindrom
metabolik pada umumnya.

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Arun Chockalingam, Norman R. Campbell, J. George


Fodor, 2006. Worldwide Epidemic of Hypertension,
Canadian Journal of Cardiology.
2. Astawan, I Made, 2005. Cegah Hipertensi Dengan Pola
Makan.
3. Amir. 2002. Diagnosis dan Penatalaksanaan Depresi
Pasca Stroke. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran.
4. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.L., Cushman,
W.C., Green, L.A., Izzo Jr, J.L., Jones, D.W.,
Materson, B.J., Oparil, S., Wright Jr, J.T., Rocella,
E.J., and The National High Blood Pressure Education
Programs Coordinating Committee., 2003. Seventh Report
of Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension: 1206-52.
5. Corwin,
Elizabeth
J.,
Buku
Saku
PatofisiologI.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001; 356.
6. Depkes. 2008. Kendalikan Stres dan Hipertensi, Raih
Produktivitas. At http://www.depkes.go.id/index.php?
option=new&task=viewarticle&sid=3145.
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Kebijakan dan
Strategi
Nasional
Pencegahan
dan
Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular. Jakarta: 2003: 2-8.
8. Gunawan L. 2001. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta : Kansius.
9. Hayens,
B,
dkk.
2003.
Buku
pintar
menaklukkan
Hipertensi. Jakarta : Ladang Pustaka.
10. Kaplan NM. 2002. Clinical Hypertenson. 8th edition:
Lippincott Williams and Wilkins.
11. Matthews, K.A., Kiefe, C.I., Lewis, C.E., Liu, K.,
Sidney,
S.,
Yunis,
C.,
2002.
Socioeconomic

56

Trajectories and Incident Hypertension in a Biracial


Cohort of Young Adults, Hypertension; 39-77.
12. Oparil S, Zaman MA, Calhoun DA. 2003. Pathogenesis
of Hypertension. Ann Intern Med 139:761-776.
13. Reddy K.S., Martijn B. Katan, 2004. Diet, Nutrition
and the Prevention of Hypertension and Cardiovascular
Diseases, Public Health Nutrition; 167 186.
14. Riskesdas. 2007. Laporan Nasional 2007, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan , Republik Indonesia, Desember 2008.
15. Wijayakusuma,H.M. 2000. Ramuan Tradisional untuk
pengobatan Darah Tinggi. Jakarta: Swadaya.
16. Wiryowidagdo,S.
2002.
Obat
tradisional
untuk
penyakit
jantung,
darah
tinggi
dan
kolestrol.
Jakarta : Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai