pada
anak
diabetes
adalah
hipoglikemia. Tanda umum dari
kadar glukosa darah yang rendah
yaitu termasuk takikardi, diaforesis,
dan hipertensi. Pada pasien yang
dianestesi, tanda tanda ini
mungkin salah diartikan sebagai
tanda dari anestesi yang tidak
adekuat. Karena tanda klinis dari
hipoglikemia ditutupi oleh sedasi
atau anestesi, pengukuran kadar
glukosa serum yang berulang (per
jam)
sangat
penting
untuk
mencegah
hipoglikemia,
dan
pemilihan regimen glukosa insulin.
Strip tes glukosa (ChemStrip bG,
Roche
Diagnostics
Corp.,
Indianapolis, IN), dengan atau tanpa
penggunaan
fotometer
refleksi,
menyediakan
pengukuran
gula
darah yang cepat, tepat, dan dapat
dipercaya untuk panduan terapi.
Penentuan glukosa darah yang
fotometer
(Accu-Check,
Roche
Diagnostics Corp., Indianapolis, IN)
menyediakan hasil yang biasanya
dalam
10%
penentuan
kadar
glukosa dari laboratorium klinik
pada spesimen yang sama (Chen et
al., 2003). Evaluasi visual dari strip
glukosa
adalah
kurang
akurat
(Arslanian
et
al.,
1994).
Pengambilan insulin
postoperasi
ditentukan oleh waktu pasien dapat
mulai makan dan konsenterasi
glukosa darah postoperasi. Para
endokrinologis dan ahli bedah
seharusnya dapat menjadi partner
yang aktif dalam memilih regimen
insulin yang tepat karena mereka
akan
bertanggungjawab
untuk
mengontrol homeostasis glukosa
setelah pasien meninggalkan ruang
pulih sadar. Untuk pasien yang
dioperasi disiang hari, rencana
untuk
manajemen
insulin
dan
mekanisme
pemantauan
dan
konsultasi
harus
digambarkan
secara jelas kepada perawat dan
keluarga.
Anestesi regional atau umum
perlu dilakukan untuk anak dengan
diabetes melitus. Jika ditoleransi
dengan sedasi minimal, anestesi
regional dapat diusulkan untuk
menawarkan
keuntungan
dari
observasi
kesadaran
sebagai
monitor
hipoglikemia.
Secara
praktis, banyak anak anak
meminta anestesi umum, bahkan
sekalipun anestesi regional telah
diterapkan. Kemudahan dan adanya
penentuan titik perhatian kadar
glukosa dari spesimen vena atau
stik jari menyingkirkan kebutuhan
untuk memonitor fungsi otak.
Kadang kadang, diabetes
memerlukan pembedahan untuk
trauma atau infeksi pada keadaan
ketoasidosis.
Ketoasidosis
diabetikum terjadi jika terdapat
hiperglikemia (konsentrasi glukosa
plasma
>
300mg/dL)
dengan
glikosuria, ketonemia (keton positif
lebih dari 1:2 perbandingan serum),
ketonuria, dan asidosis (pH < 7,3
atau bikarbonat serum < 15 mEq/L,
atau keduanya). Hal ini umum untuk
bencana perut dengan infeksi, untuk
dapat menimbulkan ketoasidosis.
Foster dan McGarry (1983) telah
meringkas dengan jelas patofisiologi
dari ketoasidosis diabetikum. Hal
yang
memici
biasanya
adalah
penghentian terapi insulin atau
onset stres yang mengakibatkan
dosis insulin yang biasanya dipakai
menjadi
tidak
adekuat.
Kadar
glukagon, katekolamin, kortisol, dan
ditambahkan
sebagai
cairan
rehidrasi
untuk
memperlambat
penurunan kadar glukosa, jauh lebih
baik daripada meningkatkan kadar
infus insulin (Arslanian et al., 1994).
Untungnya,
para
anestesiologis
jarang dipanggil untuk mengatur
anestesi
selama
ketidakstabilan
metabolik
berat.
Jika
anestesi
dibutuhkan
dalam
ketoasidosis
diabetikum, perhatian preoperasi
segera
ditujukan pada koreksi
hipovolemia
dan
hipokalemia
dengan memulai infus insulin.
Kontrol
hemodinamik
invasif
mungkin
diindikasikan
pada
preoperatif untuk mengoptimalkan
cairan pasien dan keseimbangan
elektrolit dan untuk mengontrol
status hemodinamik pasien secara
akurat. Pembedahan tidak dapat
ditunda
dengan
tidak
pasti
dikarenakan koreksi ketidakstabilan
metabolik mungkin sulit dicapai
sebelum faktor penyebab atau
infeksi
atau
disfungsi
organ
dikoreksi. Pada pasien dengan tanda
tanda edema otak, diperlukan
monitor tekanan intrakranial.
DIABETES INSIPIDUS
Diabetes insipidus adalah sindrom
klinis dari poliuria hipotonik pada
elevasi osmolalitas plasma yang
tampak dari produksi yang tidak
adekuat dan juga respon yang tidak
adekuat
terhadap
antidiuretic
hormone (ADH). Diabetes insipidus
pusat tampak dari produksi atau
pelepasan ADH yang tidak adekuat
dari
bagian
posterior
kelenjar
hipofisis.
ADH
disebut
juga
vasopresin
arginin.
Diabetes
Penyebab
dari
diabetes
insipidus neurogenik)
insipidus dijelaskan
dalam Kotak 32
Didapat
Idiopatik
1. Diskusi ini akan fokus pada
Traumatik (kecelakaan, pembedahan)
diabetes insipidus
sentral.
Diabetes
Neoplastik
(craniofaringioma,
metastasis, telah
limfoma)
insipidus nefrogenik
ditinjau
Granulomatous (sarkoid, histiositosis)
oleh Cramolini
(1993) dan Malhotra
Infeksi (meningitis, ensefalitis)
dan Roizen (1987).
klinik
VaskularManifestasi
(Sheehans sindrom,
aneurisma
dari diabetes
melipus insipidus
Genetik (autosomal dominant).
adalah poliuria dan polidipsia. Urine
Air yang
Berlebihan
(Polidipsi
bersifatMasukan
hipotonik
relatif
terhadap
primer)
plasma. Osmolalitas urine biasanya
Didapat
kurang dariIdiopatik
200 (pengaturan
mOsml/L, kembali
dan
osmotat)
massa jenis urine
kurang dari 1,005
Psikogenik
(Weigle, 1987). Ketika tidak ada
akses yang
untuk
air, dehidrasi
Tidak baik
Sensitif
Terhadap
Vasopresin
(Diabetes
Melitus
Nefrogenik)
berat dan hipernatremia terjadi
Didapat
akibat banyaknya
volume urin yang
Infeksi (pyelonefritis)
Post
obstruksi
(uretra, ureteral)
diencerkan yang terus diproduksi.