Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang study

: Keperawatan Medikal Bedah

Topik

: Infeksi Nosokomial

Sasaran

: Pasien dan Keluarga Pasien di Penyakit Dalam Pria


RSUD Ulin Banjarmasin

Tempat

Hari/tanggal

Waktu

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami tentang pengertian, jenis, dan
cara pencegahan infeksi nosokomial.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang infeksi nosokomial,
diharapkan pasien dan keluarga memahami:
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial
C. MATERI (terlampir)
1. Pengertian infeksi nosokomial
2. Rantai penularan infeksi
3. Cara mencegah infeksi nosokomial
D. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
E. MEDIA
1. Leaflet
2. Laptop
3. LCD

F. KEGIATAN PENYULUHAN
No.

WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
5 menit Pembukaan :

Membuka

KEGIATAN PESERTA
dengan

kegiatan

Menjawab salam

mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri.

Menjelaskan

Mendengarkan

dari

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

perkembangan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

tujuan

penyuluhan.

30menit

Menyebutkan

materi

yang

akan

diberikan.
Pelaksanaan :

Pengertian infeksi nosokomial

Faktor

penyebab

infeksi nosokomial

Jenis penyakit yang disebabkan


infeksi nosokomial

8 menit

Cara mencegah terjadinya infeksi

nosokomial
Evaluasi :

Memberikan kesempatan kepada

Menjawab

peserta untuk bertanya.

pertanyaan

Menanyakan

kepada

peserta

tentang materi yang telah diberikan.

Memberikan reinforcement positif


kepada

2 menit

peserta

yang

dapat

menjawab pertanyaan.
Terminasi :

Mengucapkan terimakasih

atas

Mendengarkan

peran serta peserta.

Mengucapkan salam penutup

G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan

Menjawab salam

b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan diruang Bugenville RSU Propinsi


Mataram
c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.
b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum kegiatan selesai.
c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu
menyebutkan :
a) Pengertian infeksi nosokomial
b) Faktor penyebab perkembangan infeksi nosokomial
c) Respon dan toleransi tubuh
d) Jenis penyakit yang disebabkan oleh infeksi nosokomial
e) Pencegahan terjadinya infeksi nosokomial
H. PENGORGANISASIAN
Moderator

Pembicara

Observer

Fasilitator

I. DAFTAR RUJUKAN
1. Babb, JR. Liffe, AJ. Pocket Reference to Hospital Acquired infection.
Science Press limited, Cleveland Street, London; 2005
2. Ducel, G. et al. Prevention of hospital-acquired infections, A practical
guide.

2nd

edition.

World

Health

Organization.

Department

of

Communicable disease, Surveillance and Response; 2002


3. Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta; 2001
4. Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah
Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 2009. Badan Litbang

Kesehatan

Departemen

Yogyakarta; 2010

Kesehatan

dan

Kesejahteraan

Sosial,

INFEKSI NOSOKOMIAL
A.

Definisi
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh

yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh
penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme
yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru
yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi
eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat
dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien
mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit
selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam
penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus
karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah
sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda medis maupun non
medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan banyak kerugian, antara
lain :
lama hari perawatan bertambah panjang
penderitaan bertambah
biaya meningkat
Di beberapa bagian, terutama di bagian penyakit dalam dalam, terdapat
banyak prosedur dan tindakan yang dilakukan baik untuk membantu diagnosa
maupun memonitor perjalanan penyakit dan terapi yang dapat menyebabkan
pasien cukup rentan terkena infeksi nosokomial. Pasien dengan umur tua,
berbaring lama, atau beberapa tindakan seperti prosedur diagnostik invasif, infus
yang lama dan kateter urin yang lama, atau pasien dengan penyakit tertentu

yaitu penyakit yang memerlukan kemoterapi, dengan penyakit yang sangat


parah,

penyakit

keganasan,

diabetes,

anemia,

penyakit

autoimun

dan

penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan bahwa resiko terkena


infeksi lebih besar. Sumber penularan dan cara penularan terutama melalui
tangan dan dari petugas kesehatan maupun personil kesehatan lainnya, jarum
injeksi, kateter iv, kateter urin, kasa pembalut atau perban, dan cara yang keliru
dalam menangani luka. Infeksi nosokomial ini pun tidak hanya mengenai pasien
saja, tetapi juga dapat mengenai seluruh personil rumah sakit yang berhubungan
langsung dengan pasien maupun penunggu dan para pengunjung pasien.
B.

Rantai Penularan Infeksi


a. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di

rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak
selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi
tergantung pada:
karakteristik mikroorganisme,
resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
tingkat virulensi,
dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan

infeksi

nosokomial.

Infeksi

ini

dapat

disebabkan

oleh

mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan
oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan
infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal,
yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau
bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini
kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada
manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang
normal.
1. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang
sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari

datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan


infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya dan
menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik. Contohnya:
Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangren
Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan
hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi
pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus,
Klebsiella, Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan
pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar
setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas
jahitan, paru, dan peritoneum.
2. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam
virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi,
dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan
enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme
lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan
dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah
cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicellazoster virus, juga dapat ditularkan.
3. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke
orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul
selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan, contohnya
infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans,
Cryptosporidium.

b. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh,


berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang
paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air
dan bahan-bahan organik lainnya. Pada manusia: permukaan kulit,
selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina.
c. Port of exit (Pintu keluar) adalah jalan dari mana agen infeksi
meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan,
saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrana
mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport
agen infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa
cara penularan yaitu :
1) Kontak (contact transmission):
a) Direct/Langsung:

kontak

badan

ke

badan

transfer

kuman

penyebab secara fisik pada saat pemeriksaan fisik, memandikan


pasen
b) Indirect/Tidak

langsung

kontak

melalui

objek

(benda/alat)

perantara: jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci


2) Droplet : partikel droplet > 5 m melalui batuk, bersin, bicara, jarak
sebar pendek, tidak bertahan lama di udara, paling banyak pada
mukosa bibir, hidung, mulut.
3) Airborne : partikel kecil ukuran < 5 m, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran

jauh,

dapat

terinhalasi,

contoh:

Mycobacterium

tuberculosis, virus campak, Varisela (cacar air), spora jamur.


4) Melalui

Vehikulum:

Bahan

yang

dapat

berperan

dalam

mempertahankan kehidupan kuman penyebab sampai masuk (tertelan


atau terokulasi) pada pejamu yang rentan. Contoh: air, darah, tinja,
makanan.
5) Melalui Vektor: Serangga atau binatang lain yang dapat menularkan
kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau menimbun
kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh: nyamuk,
lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
e. Port of entry (Pintu masuk) adalah Tempat dimana agen infeksi
memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran

pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput


lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka).

f.

Pejamu rentan (suseptibel) adalah orang yang tidak memiliki daya


tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah
infeksi atau penyakit. Faktor yang mempengaruhi: umur, status gizi,
status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau
pembedahan. Sedangkan faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah
jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup,
pekerjaan dan herediter.
Anak-anak yang berusia di bawah 12 tahun adalah yang paling rentan
terinfeksi nosokomial. Oleh sebab itu anak-anak dilarang membesuk
orang yang sedang dirawat inap di rumah sakit. Anak-anak usia ini daya
tahan tubuhnya masih rendah dan belum sempurna.

Pencegahan terjadinya Infeksi Nosokomial


Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a.

Penempatan pasien kamar tersendiri


Penyebaran dari infeksi nosokomial juga dapat dicegah
dengan membuat suatu pemisahan pasien. Ruang isolasi sangat
diperlukan terutama untuk penyakit yang penularannya melalui
udara, contohnya tuberkulosis, dan MRSA, yang mengakibatkan

kontaminasi berat. MRSA dan Staph lain bisa menyebabkan


infeksi dengan memasuki tubuh lewat kulit terbuka atau arus
darah. Orang yang mempunyai masalah kesehatan seperti
kencing manis atau sistem ketahanan buruk atau yang kulitnya
terbuka karena luka, baru dioperasi atau penyakit kulit, lebih
cenderung terkena infeksi Staph. MRSA bisa menyebabkan infeksi
kulit seperti bisul, infeksi di bawah kulit, serta infeksi yang lebih
parah pada tulang, darah, paru-paru dan bagian tubuh lainnya.
Sedangkan penularan yang melibatkan virus, contohnya HIV.
Biasanya, pasien yang mempunyai resistensi rendah eperti
leukimia dan pengguna obat immunosupresan juga perlu diisolasi
agar terhindar dari infeksi. Tetapi menjaga kebersihan tangan dan
makanan, peralatan kesehatan di dalam ruang isolasi juga sangat
penting. Ruang isolasi ini harus selalu tertutup dengan ventilasi
udara selalu menuju keluar. Sebaiknya satu pasien berada dalam
satu ruang isolasi, tetapi bila sedang terjadi kejadian luar biasa
dan penderita melebihi kapasitas, beberapa pasien dalam satu
ruangan tidaklah apa-apa selama mereka menderita penyakit
yang sama (Suwarni, 2001).
b.

Gaun, menggunakan dan lepaskan gaun sebelum meninggalkan


ruangan. Baju khusus (gaun) juga harus dipakai untuk melindungi
kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk
mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses, serta
melindungi pasien dari mikroorganisme yang menempel pada
tubuh pengunjung yang berasal dari luar rumah sakit.

c.

Batasi kontak saat memindahkan pasien.

d.

Mencuci tangan
Menjaga kebersihan tangan dengan baik dan benar dapat
mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi
infeksi nosokomial. Kepatuhan terhadap kebersihan tangan
merupakan pilar pengendalian infeksi. Teknik yang digunakan
adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai antiseptik,
dan air mengalir atau handrub berbasis alkohol.

Kebersihan

tangan

merupakan

prosedur

terpenting

untuk

mencegah transmisi penyebab infeksi (orang ke orang;objek ke


orang). Banyak penelitian menunjukkan bahwa cuci tangan
menunjang penurunan insiden MRSA. Waktu mencuci tangan:

Segera setelah tiba di rumah sakit

Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien

Sebelum dan sesudah kontak pasien atau benda yang


terkontaminasi cairan tubuh pasien

Diantara kontak pasien satu dengan yang lain

Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien

Sesudah ke kamar kecil

Sesudah kontak darah atau cairan tubuh lainnya

Bila tangan kotor

Sebelum meninggalkan rumah sakit

Segera setelah melepaskan sarung tangan

Segera setelah membersihkan sekresi hidung

Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkonsumsi


makanan

Cara mencuci tangan 6 langkah:

Buka semua perhiasan, basuh tangan dengan air, tuangkan


sabun atau cairan antiseptik ke telapak tangan, lalu gosok
dengan cara memutar berlawanan dengan arah jarum jam.

Gosok punggung tangan kiri dan sela-sela jari tangan kiri


dengan tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling


digosokkan.

Gosok ibu jari tangan kiri dengan gerakan memutar dalam


genggaman tangan kanan. Dan lakukan sebaliknya.

Gosokkan ujung-ujung kuku tangan kanan pada telapak


tangan kiri dengan cara memutar. Dan lakukan sebaliknya.
Bilas tangan denga air mengalir. Keringkan dengan tisu
sekaali pakai, gunakan tisu bekas untuk menutup keran.

2.

Kewaspadaan transmisi udara


a. Menggunakan Masker
Masker, sebagai pelindung terhadap penyakit yang ditularkan
melalui udara. Begitupun dengan pasien yang menderita infeksi
saluran nafas, mereka harus menggunakan masker saat keluar
dari

kamar

penderita.

Begitu

juga

dengan

pengunjung,

pengunjung disarankan menggunakan masker sebagai cara untuk


mencegah terhadap infeksi atau penularan selama di rumah sakit.
b.

Etika Batuk
Etika Batuk adalah tata cara batuk yang baik dan benar, dengan
cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju.
jadi bakteri tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang
lain
Etika batuk:
Bila merasa

akan

batuk

atau

bersin,

segeralah

berpaling/menjauh sedikit dari orang-orang disekitar


Kemudian tutuplah hidung dan mulut dengan menggunakan

tissue / saputangan atau lengan dalam baju


Segera buang tissue yang sudah dipakai ke dalam tempat

sampah;
Cucilah tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun

atau gel pembersih tangan; dan


Bila perlu gunakan masker.

Anda mungkin juga menyukai