PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asal dari kebersihan pribadi kembali ke zaman prasejarah. Sejak air
menjadi bagian yang penting untuk kehidupan, orang pertama hidup dekat air dan
tahu sesuatuapa itu properti kebersihan - sedikitnya bagaimana membilas lumpur ke
tanganmereka.Benda mirip sabun ditemukan dalam bentuk tabung saat penggalian
diBabilonia Kuno adalah fakta tentang pembuatan sabun diketahui pada tahun
2800SM. Persembahan di tabung mengatakan bahwa lemak direbus dengan abu,
dimana adalah metoda membuat sabun, tetapi tidak mengenai kegunaan sabun itu.
Beberapa bahan terakhir digunakan untuk penggaya rambut.Catatan memperlihatkan
bahwa orang Mesir Kuno mandi biasa. Papirus Eber,dokumen kesehatan dar sekitar
tahun 1500 SM, mendeskripsikan kombinasi minyak hewani dan nabati dengan garam
alkali untuk membuat bahan sejenis sabun untuk menyembuhkan penyakit kulit, juga
untuk membersihkan.Di waktu yang sama, Musa memberi orang Israel peraturan
pemerintahkebersihan pribadi. Dia juga menghubungkan kebersihan untuk kesehatan
dan penyucian agama. Laporan Injil mengusulkan bahwa orang Israel tahu
bahwacampuran abu dan produk minyak adalah jenis dari gel rambut.
Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan estetik dan rupanya
tidak menggunakan sabun. Malahan, mereka membersihkan tubuh mereka dengan
balok lilin, pasir, batu apung dan abu, juga meminyaki tubuh dengan minyak,
menggesek minyak dan kotoran dengan peralatan metal yang disebut strigil. Mereka
jugamenggunakan minyak dengan abu. Baju dicuci tanpa sabun di sungai.Sabun
mendapatkan nama, diantara legenda Romawi Kuno, dari GunungSapo, dimana
binatang dikorbankan. Hujan membersihkan campuran dari lemak hewani mencair,
atau lemak dan abu kayu dibawah menjadi lilin di sepanjang SungaiTiber. Para wanita
menemukan bahwa campuran lilin membuat pembersih merekadengan lebih kurang
usaha. Orang Jerman Kuno dan Gaul juga memasukkan dengan memjelajahi
sesuatu bernama sabun, terbuat dari lemak dan abu, digunakan untuk mewarnai
rambutmereka menjadi merah.
Ketika peradaban Romawi maju, jadi selalu mandi. Tempat mandi
Romawiterkenal pertama, terdapat dengan air dari saluran air, dibangun sekitar tahun
312 SM.Mandi sangatlah mewah, dan mandi menjadi populer. Di abad-ke 2 Masehi,
dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.Setelah
musim gugur di Roma di 467 Masehi dan hasilnya kebiasaan mandimenurun, lebih
banyak di lakan Eropa pengaruh yang kuat di kesehatan publik bergantiberganti.Menurunnya kebersihan pribadi dan berhubungan kondisikehidupan tanpa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengenalan Sabun
Sabun merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylicyang
panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung pada jenis
sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun kerasadalah
Natrium Hidroksida (NaoH) dan alkali yang biasa digunakn pada sabunlunak adalah
Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupunzat
pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak
denganlarutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat
berupalemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.Pada saat ini
teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang
bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,sabun cuci
baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabunyang
digunakan dalam industri.Kandungan zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi
sesuai dengansifat dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan
kualitas
sabun
dengan
teliti
sebelum
membeli
dan
menggunakannya.Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah :
C12 C18 Jika : < C12 : Iritasi pada kulit> C 20 : Kurang larut (digunakan sebagai
campuran). Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air,
dliserin,garam dan impurity lainnya.Semua minyak atau lemak pada dasarnya
dapatdigunakan untuk membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua
tipeester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan
asamkarboksilat seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Lemak padat
mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat, sedangkan minyak, seperti
minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.Sabun adalah salah satu
senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun sendiri tidak pernah secara aktual
ditemukan, namun berasal dari pengembangan campuran antara senyawa alkali dan
lemak/minyak
Bahan pembuatan sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan
bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak
dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan
untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari daya tarik.
Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya
natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
a.
b.
c.
d.
e.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah
trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi
dengangliserol. Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak
dengan rantai karbon panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat)
pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida
diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida
membebaskan gliserol. Sifat sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan
komposisi darikomponen asam asam lemak yang digunakan. Komposisi asam asam
lemak yangsesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantyai dan tingkat
kejenuhan. Padaumumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari
penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai
yang lebih dari 18atom karbon membentuk sabun yang sukar larut dan sulit
menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam asam lemak tak jenuh menghasilkan
sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan alasan diatas, factor
ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dibuat menjadi sabun
terbatas.Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga titik lelehnya
lebihrendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga
sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur
tinggi.
Jenis-jenis Minyak atau Lemak Jumlah minyak atau lemak yang digunakan
dalam proses pembuatan sabunharus dibatasi karena berbagai alasan, seperti :
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah
berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain.Beberapa jenis minyak atau lemak yang biasa
dipakai dalam proses pembuatan sabundi antaranya :
Tallow
Tallow adalah lemak sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan
daging sebagai hasil samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna,titer
(temperatur solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi,dan
bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan
sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun
cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam tallow.
Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer padatallow umumnya di atas
40C. Tallow dengan titer di bawah 40C dikenal dengannama grease.
Lard
Lard merupakan minyak babi yang masih banyak mengandung asamlemak tak
jenuh seperti oleat (60 ~ 65%) dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~40%). Jika
digunakan sebagai pengganti tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
untuk mengurangi ketidak jenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna
putih dan mudah berbusa.
karena memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan
asam laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
Bahan Baku Utama : Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH,KOH, Na2,CO3, NH4,OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengansoda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan
sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2,CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak). Ethanolamines merupakan
golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebutdapat digunakan untuk membuat
sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah
berbusa, dan mampu menurunkan kesadahan air.
Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa menunjukkan
sifatmudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan sebagai sabun
industridan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga. Pencampuran alkali yang
berbedasering dilakukan oleh industri sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun
dengan keunggulan tertentu.
2.5 Bahan Bahan Pendukung Pembuatan Sabun
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan
sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabunmenjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl
(garam) dan bahan-bahan aditif.
a. NaCl
NaCl merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun.
Kandungan NaCl pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu
tinggi didalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk
memisahkan produk sabun dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam
brine karena kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus
bebas dari besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
b. Bahan aditif
Bahan aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun
yang bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
Pada proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH
atauKOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garamgaram
ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yangmengaundung garam,
gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliseroldiperoleh lagi dari proses
penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol
kemudian dimurnikan dengan air dandiendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya
endapan direbus dengan air secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang
lama-kelamaan membentuk lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat
dijuallangsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yangmurah.
Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apungdalam pembuatan
sabun gosok. Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi
sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun16 wangi, sabun cuci, sabun cair dan
sabun apung (dengan melarutkan udara didalamnya).
b. Metoda Kontinu
Metoda kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang, lemak atau
minyak hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis
seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu
ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkandari ujung
yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam inikemudian dinetralkan
dengan alkali untuk menjadi sabun.
2.9 Reaksi Saponifikasi
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, =
sabundan fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai
membuatsabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak
hewandengan abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam
bidang pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas.Reaksi
pembuatan sabun adalah sebagai berikut : Seperti yang kita ketahui, air adalah
substansi kimia dengan rumus kimia H2O,yaitu molekul yang tersusun atas dua atom
hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau padakondisi standar, yaitu pada tekanan 100
kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 C).Air sering disebut sebagai pelarut universal
karena air melarutkan banyak zat kimia.Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh
dapat tidaknya zat tersebut menandingikekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air.
Gugus - OH pada alcohol di substitusi oleh atom Cl yang berasal dari asam clorida
sehingga membentuk etil klorida serta air. Reaksi di atas serupa dengan reaksi
saponifikasi yang akan di bahas berikut ini.
Sabun dapat dibuat melalui reaksi substitusi lemak dengan basa kuat seperti
yang diuraikan sebelumnya. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
RCOONa yang merupakan garam dari natrium karboksilat dapat menjadi sabun
apabila R (gugus alkil) yang diikat merupakan gugus alkil yang besar seperti
C15H31 dan C 16H33. Hal ini terjadi karena gugus alkil yang besar memiliki sifat
nonpolar, tidak seperti gugus alkil berantai pendek yang lebih bersifat polar. Apabila
sabun larut dalam air akan terbentuk ion RCOO- dengan gugus R yang bersifat
nonpolar dan COO- yang bersifat polar. Gugus R yang terbentuk akan mengikat
pengotor yang umumnya berbentuk lemak yang bersifat nonpolar dan selanjutnya
pada saat air dialirkan, air yang bersifat polar akan menarik gugus nonpolar dari
sabun dan kotoran sehingga kotoran tersebut lepas dari tubuh kita. Karena sabun
dibuat dari bahan baku alami yang berupa lemak, limbahnya tidak berbahaya
terhadap lingkungan karena mudah diuraikan oleh mikroorganisme.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan
alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun
maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai
reaksi autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi
karena jumlah minyak yang sudah berkurang.( Baileys, 1964 ).
Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus diperhatikan
pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas yang berlebihan.
Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau NaOH) dilakukan
sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan sabun cair. Untuk
membuat proses yang lebih sempurna dan merata maka pengadukan harus lebih baik.
Sabun cair yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya
(Levenspiel, 1972).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya,
dimana penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya
sempurna. Jika basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya
emulsi pada larutan sehingga fasenya tidak homogen., sedangkan jika basa yang
digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil,
hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff : RTHdTKd=ln ( 1 )
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (H negatif), maka
dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan),
tetapi jika ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi.
Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith 1987) : k = ARTEe ( 2
)
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor
tumbukan, E adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (K), dan R adalah
tetapan gas ideal (cal/grmol.K).
Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti
harga k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu
tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam
waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya
maka akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan
reaksi K akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata
lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh
naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis
(Levenspiel, 1972).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekulmolekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar,
maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan
persamaan Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan
semakin sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A
(Levenspiel, 1987).
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang
dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi
telah mencapai kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan
jumlah minyak yang
2.10 Pembuatan Sabun Dalam Industri
Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan
tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya
padakondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses
emulsikedua reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
Jumlahalkali yang dibutuhkan untuk mengubah paduan trigliserida menjadi sabun
dapatdihitung berdasarkan persamaan berikut :Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa +
Gliserin NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV
(NaOH)/MV(KOH)Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat
molekul. Komponen penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan
untuk memasukkan kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor
autoclave,yangt beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi
reaksi.Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave. Temperatur
campurantersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian dipompakan ke
separator statisuntuk memisahkan sabun yang tidak tercuci dengan larutan alkali yang
digunakan.Sabun tersebut kemudian dicuci dengan larutan alkali pencuci dikolam
pencuci untuk memisahkan gliserin (sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun.
Separator sentrifusi memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (6063 %TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan
sabundalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses menjadi produk
akhir.
Pengeringan Sabun
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni)
yangumumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada
sabundikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran
ataulempengan. Jenis jenis vakum spray dryer , dari sistem tunggal hingga multi
sistem,semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi
vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui
pipaheat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian
luar pipa. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding
ruang vakumdan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder, yang
mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan mulai
memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih efisien
daripadadryer sistemtunggal.
Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan
sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.RCOOH +
NaOH RCOONa + H2O Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi
suatu paduanasam lemak dapat dihitung sebagai berikut : NaOH = {berat asam lemak
x 40) / MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat
dihitung dengan persamaan :MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AVDimana AV (angka
asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkanuntuk menetralisasi 1 gram
asam lemak Operasi sistem ini meliputi pemompaan reaktan melalui pemanasan
terlebih dihulu menuju turbodisperser dimana interaksi reaktan reaktan tersebut
mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang direaksikan sebagian
pada tahap ini,kemudian dialirkan ke mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali
hingga netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan oleh suatu
pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas. Sabun murni kemudian dikeringkan
denganvakum spray dryer untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah
menjadi sabun batangan.
Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan
zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalammixer (analgamator).
Campuransabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran
tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan
ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun
tersebut menjadi potongan potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan
menjadisabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan.
Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan
tahap akhir.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Kaleng Susu
Pembakar Bunsen
Tungku ( Kaki 3)
Gelas Ukur
Gelas Beker
Timbangan
Cetakan
Batang Pengaduk
Sendok
Bahan
Minyak Sayur (Kemasan)
NaOH
Air
Pewarna Bubuk
Parfume
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida
dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengangliserol.
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka
kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi
autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena
jumlah minyak yang sudah berkurang.
Masing masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon
panjang antara C12(asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan
begitu juga dengan lemak tak jenuh.
Campuran trigliserida diolah menjadisabun melalui proses saponifikasi dengan larutan
natrium hidroksida membebaskangliserol
4.2 Saran
Saat melakukan pemanasan minyak hendaknya api diperhatikan, suhu harus tetap
dijaga agar hasilnya bagus
Saat gliserol terbentuk, buanglah gliserol-gliserol tersebut agar tidak terlalu banyak
gliserol
Saat menambahkan pewarna dan pewangi jangan menggunakan terlalu banyak air,
lebih baik menggunakan pewarna bubuk agar tidak mengandung terlalu banyak air