Anda di halaman 1dari 54

REFLEKSI KASUS

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN SISTITIS PADA WANITA


PENDERITA SINDROM DOWN

Oleh :
Himmatul Fuad
Isna Noor Rakhmawati
Faisal Hafidh

G99141088
G99141089
G99141090

Pembimbing
dr.Sri Marwanta Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
S U RAK AR TA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Refleksi Kasus Ilmu Penyakit Dalam dengan judul :


LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DAN SISTITIS PADA WANITA
PENDERITA SINDROM DOWN

Disusun Oleh :
Himmatul Fuad
Isna Noor Rakhmawati
Faisal Hafidh

G99141088
G99141089
G99141090

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal :

Pembimbing

dr.Sri Marwanta Sp.PD

BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESA
A. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. RM
Masuk Bangsal
Pemeriksaan

: Nn. A
: 28 tahun
: Perempuan
: Islam
: Belum menikah
: SDLB C
: Tidak bekerja
: Mondokan, Sragen, Jawa Tengah
: 01298275
: 3 Mei 2015
: 5 Mei 2015

B. Data Dasar
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 5 Mei 2015
di Bangsal Wing Melati 3 kamar 1 E RSDM.
A. Keluhan Utama :
Lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Dr Moewardi dengan keluhan lemas sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan di seluruh badan.
Lemas dirasakan terus menerus, makin lama pasien makin malas
beraktivitas dan hanya bisa berbaring saja. Lemas tidak berkurang dengan
pemberian makan maupun istirahat. Pasien juga mengeluhkan pusing
nggliyer yang dirasakan muncul bersamaan dengan keluhan lemas. Pusing
dirasakan di seluruh kepala terus menerus. Pusing dirasakan makin
mengganggu ketika pasien bangun dari posisi tidur (pasien sering hampir
jatuh ketika berdiri). Pusing sedikit berkurang ketika pasien beristirahat.
Pasien sedang menstruasi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah
menstruasi keluar banyak, dalam 1 hari ganti pembalut 3-4 kali dan
pembalut hampir selalu penuh ketika diganti. Pasien mengeluhkan
mimisan 2 kali, 2 hari dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah tiba-

tiba keluar dari lubang hidung kanan tanpa didahului dengan riwayat
trauma. Darah yang keluar sekitar 1-2 sendok makan tiap kali mimisan,
warna merah cerah, tidak menggumpal. Darah berhenti keluar setelah
sekitar 5 menit setelah pasien menengadahkan kepala. Tidak ada keluhan
telinga berdenging maupun mata berkunang-kunang. Buang air kecil 3-4
kali sehari, masing-masing - 1 gelas belimbing, warna kuning, nyeri
ketika BAK (-), BAK panas (-), BAK berpasir (-). Buang air besar 1 kali
dalam 2 hari terakhir @ 1 gelas belimbing, konsistensi padat, warna coklat
kehitaman, tidak berubah warna menjadi merah ketika disiram air, darah
(-), lendir (-), BAB bau amis (-).
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Muntah 3-4 kali tiap hari, setiap kali makan. Tiap kali
muntah sekitar - 1 gelas belimbing. Muntah berisi makanan yang
dimakan dan cairan kekuningan. Muntah disertai keluhan perut kembung
dan nyeri di ulu hati setiap kali muntah. Muntah berwarna hitam seperti
kopi disangkal, muntah darah disangkal.
Pasien mengeluh demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam dirasakan di seluruh badan, terasa sumer-sumer dan terus-menerus.
Demam tidak dirasakan makin meninggi, sedikit berkurang dengan
pemberian obat penurun demam namun pasien kembali demam 2-3 jam
setelah minum obat. Demam tidak disertai nyeri di sendi. Pasien mengeluh
sering demam sumer-sumer tanpa sebab yang jelas sejak +- 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sempat
mengeluhkan BAB hitam seperti petis, BAB berubah warna menjadi
merah ketika disiram air, lendir pada BAB disangkal. Pasien kemudian
dibawa ke RSUD Boyolali dan dikatakan oleh dokter bahwa pasien
mengalami kurang darah. Pasien kemudian dirujuk ke RS Dr. Moewardi
setelah 3 hari dirawat di RSUD Boyolali. Setelah 6 hari dirawat di RS Dr.
Moewardi pasien merasa sudah membaik, kemudian pasien diijinkan
pulang dan jadwal kontrol ke poliklinik 1 minggu setelah pulang.
Pasien adalah penderita sindrom Down. Sebelumnya pasien belum
pernah sakit kuning, sakit ginjal maupun sakit jantung. Pasien tidak

mempunyai riwayat sakit darah tinggi, tiap kali berobat tensi selalu normal
sekitar 100-110.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit

Pengobatan dan

Onset/ Kronologis

Riwayat

Operasi

Disangkal

keganasan/kanker
1.

Di RSDM, 11 hari Tambah darah


sebelum masuk rumah merah 5 kantong,
sakit.

Keluhan

datang

adalah

saat darah warna putih


BAB 14 kantong.

warna hitam. Dirawat Keluarga pasien


selama

hari

dan tidak ingat nama

dikatakan sakit kurang obat pulang yang


darah.
diberikan.
2.
Di RSUD Boyolali,
2

minggu

masuk
Riwayat mondok

sebelum

rumah

Keluhan
adalah

saat

sakit.
datang Tambah darah

BAB

warna merah 8 kantong.

hitam. Dirawat selama 3


hari,

dikatakan

kurang darah.
3.
Di
Sukoharjo,

sakit
RSUD

bulan

sebelum masuk rumah


sakit.

Keluhan

datang

adalah

saat
lemas.

Dirawat selama 5 hari,


dikatakan sakit kurang
darah

Tambah darah
merah 10
kantong.

1. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit
Riwayat sakit kuning
Riwayat sakit ginjal
Riwayat sakit jantung
Riwayat
keganasan/kanker
Riwayat DM
Riwayat Hipertensi

Onset/ Kronologis

Pengobatan dan
Operasi

Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal

Pohon Keluarga

: Pasien
28 th, Down syndrome

2. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan
Rokok
Alkohol
Obat-obatan bebas
Jamu-jamuan
Makan-minum

Keterangan
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Makan 3 kali sehari porsi sedang. Berisi
nasi, sayur, lauk-pauk bervariasi tempe-tahu,
telur, daging. Nafsu makan menurun ketika

Olah raga

sakit. Minum 5-6 gelas belimbing/ hari.


Pasien jarang berolah raga, sehari-hari
hanya melakukan aktivitas fisik sedang.

3. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang wanita berusia 28 tahun dengan sindrom
Down. Pasien tinggal bersama ibu dan keluarga kakaknya. Pasien tidak
memiliki pekerjaan dan untuk kebutuhan sehari-hari dicukupi oleh
kakaknya yang bekerja sebagai karyawan. Sehari-hari pasien menemani
ibunya tinggal di rumah, membantu pekerjaan rumah dan bermain
dengan tetangga. Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS
kesehatan.
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 5 Mei 2015.
Keadaan Umum
Tanda Vital

Status gizi

Kulit

Pasien tampak lemas, composmentis


Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 104x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan
cukup, equal
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu tubuh : 38,50C (per axilla)
VAS : 0
BB : 50 kg
TB : 150 cm
BMI : 22,22
Status gizi : normoweight
Warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ekimosis (+),

Kepala
Wajah
Mata

ikterik (-)
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, lurus, mudah
rontok (-), luka (-)
Mongoloid face (+)
Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-),

Telinga

eksopthalmus (-/-)
Low set ear (+/+), sekret (-), darah (-/-), nyeri tekan

Hidung

mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)


Flat nasal bridge (+), nafas cuping hidung (-), sekret (-),

Mulut

epistaksis (-), fungsi penghidu normal


Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat (-),
lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (+), stomatitis (-), luka

Leher

pada sudut bibir (-), macroglosia (+).


JVP R+2, trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar
tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku

Thorax

(-), distensi vena-vena leher (-).


Bentuk normochest, simetris,

retraksi intercostal (-),

spider nevi (-), pernafasan torakoabdominal, sela iga


melebar

(-),

pembesaran

KGB

axilla

(-/-),

KGB

supraklavikuler (-/-), KGB infraklavikuler (-/-)


Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Iktus kordis tidak tampak


Iktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea
medioclavicularis sinistra, tidak kuat angkat, thrill (-)
Batas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis
dextra
Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea

Auskultasi

medioclavicularis sinistra
Detak jantung 84 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II
intensitas

normal,

reguler,

gallop

(-).

Bising

(+)

pansistolik derajat III/VI di semua osteal.


Pulmo Anterior
Inspeksi
Statis
Dinamis

Normochest, simetris, sela iga tidak melebar


Pengembangan dada simetris kanan = kiri, retraksi
intercostal (-)

Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
Pulmo Posterior
Inspeksi
Statis
Dinamis

Simetris
Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba sulit dievaluasi
sonor
sonor
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Normochest, simetris.
Pengembangan dada simetris kanan = kiri, retraksi
intercostal (-).

Palpasi
Statis

Simetris

Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
Abdomen :

Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba sulit dievaluasi

Inspeksi

Dinding perut sama tinggi dengan dinding dada, venektasi

Auskultasi

(-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-),ikterik (-)


Peristaltik (+) 6 x/menit normal , bruit hepar (-),bising

Perkusi

epigastrium (-)
Timpani, pekak alih (-), undulasi (-), area troube pekak,

Palpasi

liver span 14 cm.


Supel, nyeri tekan (+) di regio epigastrium dan

Sonor
Sonor
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)

hipocondriaca dextra, defans muskuler (-), hepar teraba


4 cm bawah arcus costae dextra, 2 cm bawah processus
Ekstremitas

xyphoideus, lien teraba Schufnerr II


CRT < 2 detik
Sandal gap (+/+)
Akral dingin
Oedem
_

Petechie

Spoon Nail

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (3 Mei 2015)
PEMERIKSAA
HASIL
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

5.1
15
18.3
10
1.72

SATUAN

RUJUKAN

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

Golongan Darah
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
HDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
UC/AMC
Kimia Klinik
GDS
SGOT
SGPT
Bilirubin total
Albumin
Creatinine
Ureum
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida

O
73.0
29.7
34.1
21.0
4.0
14.2

/um
pg
g/dl
%
g/dl
fl

80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
2.2-3.2
7.2-11.1

0.10
0.70
3.60
89.10
2.40
4.30

%
%
%
%
%
%

0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00
-

87
35
21
0.69
2.7
0.9
42

mg/dl
u/l
u/l
mg/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl

60-140
0-35
0-45
0.00-1.00
3.5-5.2
0.6-1.2
<50

134
4.0
106

mmol/L
mmol/L
mmol/L

136-145
3.3-5.1
98-106

IV.RESUME
1. Keluhan Utama
Lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Anamnesis
Lemas
- sejak 2 hari SMRS
- dirasakan di seluruh badan
- terus menerus hingga terasa malas beraktivitas
- tidak berkurang dengan pemberian makan maupun istirahat.
Pusing nggliyer
- muncul bersamaan dengan keluhan lemas.
- terus menerus.
- pasien sering hampir jatuh ketika berdiri
- sedikit berkurang ketika istirahat.
Riwayat perdarahan
- Menstruasi sejak 2 hari SMRS, darah keluar banyak.
- Mimisan 2 kali, 2 hari dan 1 hari SMRS. Darah tiba-tiba keluar dari lubang

10

hidung kanan, sekitar 1-2 sendok makan tiap mimisan, warna merah cerah,
tidak menggumpal, berhenti setelah pasien menengadahkan kepala 5 menit.
Mual dan muntah
- sejak 2 hari SMRS.
- 3-4 kali tiap hari, setiap kali makan. Tiap kali muntah sekitar - 1 gelas
belimbing, berisi makanan yang dimakan dan cairan kekuningan.
- disertai perut kembung dan nyeri di ulu hati
Demam
- sejak 4 hari SMRS
- di seluruh badan terasa sumer-sumer dan terus-menerus.
- tidak dirasakan makin meninggi, sedikit berkurang dengan pemberian obat

penurun demam namun pasien kembali demam 2-3 jam setelah minum obat.
Mengeluh sering demam sumer-sumer tanpa sebab yang jelas sejak 3 bulan

sebelum masuk rumah sakit.


Riwayat BAB hitam 2 minggu SMRS
Pasien adalah penderita sindrom Down.
Pasien maupun keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hati, jantung,

ginjal, hipertensi maupun keganasan sebelumnya.


3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak lemas
Tanda Vital: TD 90/60 mmHg; Nadi 104 kali/menit; Laju nafas 20 kali/menit; Suhu
tubuh 38,5 oC, VAS = 2.
Ekimosis (+); konjungtiva pucat (+/+); papil lidah atrofi (+); bising jantung (+)
pansistolik derajat III/VI di semua osteal. Liver span 14 cm, area troube pekak.
Nyeri tekan abdomen (+) di regio epigastrium dan hipocondriaca dextra, hepar
teraba 4 cm bawah arcus costae dextra, 2 cm bawah processus xyphoideus, lien
teraba Schufnerr II.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Darah
Hb 5,1 g/dl; Hct 15 %; AL 18.300/ul; AT 10.000/ul; AE 1,72 juta/ul; Netrofil
3,60 %; Limfosit 89,10 %; Albumin 2,7 g/dl; Natrium darah 134 mmol/L.
V. PROBLEM
1.
2.
3.

Bisitopenia

dengan

leukositosis dd CML dd CLL dd AML dd ALL dd anemia aplastik


Febrile neutropenia
Sindrom Down

11

VI.RENCANA AWAL
No

Diagnosis /

Pengkajian (Assesment)

Masalah
1

Anamnesa

dengan

dd

CML dd CLL dd AML dd ALL dd


anemia aplastik

Rencana Terap

Diagnosis

Bisitopenia
leukositosis

Rencana Awal

Sindrom

GDT
anemia:

lemas, Hitung

pusing nggliyer.
Riwayat epistaksis 1 hari

Retikulosit

Tirah baring tidak total


O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm

Infus aminofluid 20 tpm

BMP
dan 4 hari SMRS
Mual muntah sejak 3 hari USG Abdomen

SMRS
PT/APTT
Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat melena 2 minggu

Inj. Omeprazole 50 mg /

SMRS

Transfusi TC 4 kolf

Pemeriksaan Fisik
umum:

flabot/24 jam

Sucralfat syr 3 x C I

Transfusi PRC 2 kolf

Keadaan

tampak

lemas.
Suhu tubuh 38,5 oC
Ekimosis (+); konjungtiva
pucat (+/+); papil lidah
atrofi (+); bising jantung
(+)

pansistolik

derajat

III/VI di semua osteal.


Hepatosplenomegali

Pemeriksaan Penunjang

Febrile
Netropenia

- Hb 5,1 g/dl
- Hct 15 %
- AL 18.300/ul
- AT 10.000/ul
- AE 1,72 juta/ul
- Albumin 2,7 g/dl
Anamnesa
-

Demam sejak 4 hari SMRS

Pemeriksaan Fisik
-

Urine rutin

Suhu tubuh 38,0 oC

12

Feses rutin

Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24

Paracetamol tab 3 x 500

Pemeriksaan Penunjang
3

Sindrom Down

AL 18.300/ul
Netrofil 3,60 %

Anamnesa

Pasien adalah seorang dengan


sindrom Down.
Pemeriksaan Fisik
-

Mongoloid face, flat nasal


bridge,

low

set

ear,

macroglosia, sandal gap.


Pemeriksaan Penunjang
-

VII.

Tanggal
Subyektif

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

4 Mei 2015
Demam (+), menstruasi (+)

13

5 Mei 2015
Demam (+), menstruasi (+)

Objektif

KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,


kesan gizi cukup

kesan gizi cukup

TD : 110/70 mmHg

TD : 100/70 mmHg

RR : 16x/menit

RR : 18x/menit

N : 92 x/menit

N : 84 x/menit

S : 37,8 oC

S : 37,3 oC

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

tidak membesar

tidak membesar

Cor

Cor

I : IC tidak tampak

I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung kesan tidak

P : Batas jantung kesan tidak

melebar
A : BJ

I-II

melebar
intensitas

normal,

A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik

reguler, bising (+) pansistolik

grade III/VI di semua osteal,

grade III/VI di semua osteal,

gallop (-)

gallop (-)

Pulmo anterior dan posterior


I : Pengembangan

Pulmo anterior dan posterior


dada

kanan=kiri

I : Pengembangan

dada

kanan=kiri

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Sonor/sonor

P : Sonor/sonor

A : Suara dasar vesikuler, suara

A : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan (-/-)

tambahan (-/-)

Abdomen

Abdomen

I : DP sama tinggi dengan DD

I : DP sama tinggi dengan DD

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

P : Timpani, pekak alih (-), area

P : Timpani, pekak alih (-), area

troube pekak, liver span 14

troube pekak, liver span 14

14

cm

cm

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

teraba 4 cm bawah arcus

teraba 4 cm bawah arcus

costae dextra, 2 cm bawah

costae dextra, 2 cm bawah

processus xyphoideus, lien

processus xyphoideus, lien

teraba Schufnerr II

teraba Schufnerr II

Akral hangat
__
_

_
_

Px.
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

Akral hangat

Oedem

Oedem

Terlampir

Terlampir

1. Bisitopenia dengan leukositosis 1.


2.
dd CML dd CLL dd AML dd
3.
ALL dd anemia aplastik
4.
2. Febrile neutropenia (perbaikan)
3. Hipoalbuminemia (perbaikan)
4. Down Syndrome
1. Tirah baring tidak total
1.
2. O2 2 lpm (nasal kanul)
2.
3. Infus NaCl 20 tpm
3.
4. Infus aminofluid 20 tpm 1 4.

Bisitopenia dd ALL dd AML


Febrile neutropenia (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome

Tirah baring tidak total


O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Sucralfat syr 3 x C I
7. Sucralfat syr 3 x C I
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg
9. Transfusi TC 4 kolf
9. Transfusi TC 4 kolf
10. Transfusi PRC 2 kolf
10. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi

2. Cek DR3 post transfusi

3. Cek PT/APTT

3. Urine rutin dan tes kepekaan

15

4. Urine rutin dan tes kepekaan


antibiotik

antibiotik tunggu hasil


4. BMP (jadwal 9/5/2015)

5. BMP (jadwal 9/5/2015)

5. USG

6. USG
Tanggal
Subyektif
Objektif

6 Mei 2015
7 Mei 2015
Demam (-), menstruasi (+)
Demam (-), menstruasi (+)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup

kesan gizi cukup

TD : 100/60 mmHg

TD : 110/70 mmHg

RR : 16x/menit

RR : 18x/menit

N : 72 x/menit

N : 72 x/menit

S : 36,4 oC

S : 36,6 oC

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

tidak membesar

tidak membesar

Cor

Cor

I : IC tidak tampak

I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung kesan tidak

P : Batas jantung kesan tidak

melebar
A : BJ

I-II

melebar
intensitas

normal,

A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik

reguler, bising (+) pansistolik

grade III/VI di semua osteal,

grade III/VI di semua osteal,

gallop (-)

gallop (-)

Pulmo anterior dan posterior


I : Pengembangan

Pulmo anterior dan posterior


dada

kanan=kiri

I : Pengembangan

dada

kanan=kiri

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Sonor/sonor

P : Sonor/sonor

A : Suara dasar vesikuler, suara

A : Suara dasar vesikuler, suara

16

tambahan (-/-)

__
_

_ Px.
_
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

tambahan (-/-)

Abdomen

Abdomen

I : DP sama tinggi dengan DD

I : DP sama tinggi dengan DD

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

P : Timpani, pekak alih (-), area

P : Timpani, pekak alih (-), area

troube pekak, liver span 14

troube pekak, liver span 14

cm

cm

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

teraba 4 cm bawah arcus

teraba 4 cm bawah arcus

costae dextra, 2 cm bawah

costae dextra, 2 cm bawah

processus xyphoideus, lien

processus xyphoideus, lien

teraba Schufnerr II

teraba Schufnerr II

Akral hangat
Oedem
Terlampir

Akral hangat
Oedem
Terlampir

1. Bisitopenia dd ALL dd AML


2. Hipoalbuminemia (perbaikan)
3. Down Syndrome
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
Tirah baring tidak total
1.
O2 2 lpm (nasal kanul)
2.
Infus NaCl 20 tpm
3.
Infus aminofluid 20 tpm 1 4.

Bisitopenia dd ALL dd AML


ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalemia
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Sucralfat syr 3 x C I
7. Aspar K 3 x 1 tab
8. Paracetamol tab 500 mg /kp
8. Sucralfat syr 3 x C I
9. Transfusi TC 4 kolf
9. Paracetamol tab 500 mg /kp
10. Transfusi PRC 2 kolf
10. Transfusi TC 4 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi

2. Cek DR3 post transfusi

3. Feses rutin

3. Cek albumin

4. Urine rutin dan tes kepekaan

4. Cek elektrolit

antibiotik tunggu hasil


5. BMP (jadwal 9/5/2015)

17

5. BMP (jadwal 9/5/2015)


6. USG

6. USG
Tanggal
Subyektif
Objektif

8 Mei 2015
12 Mei 2015
Demam (-), menstruasi (-)
Demam (-)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup

kesan gizi cukup

TD : 110/70 mmHg

TD : 110/70 mmHg

RR : 16x/menit

RR : 16x/menit

N : 76 x/menit

N : 72 x/menit

S : 36,4 oC

S : 36,5 oC

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

tidak membesar

tidak membesar

Cor

Cor

I : IC tidak tampak

I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung kesan tidak

P : Batas jantung kesan tidak

melebar
A : BJ

I-II

melebar
intensitas

normal,

A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik

reguler, bising (+) pansistolik

grade III/VI di semua osteal

grade III/VI di semua osteal

gallop (-)

gallop (-)

Pulmo anterior dan posterior


I : Pengembangan

Pulmo anterior dan posterior


dada

kanan=kiri

I : Pengembangan

dada

kanan=kiri

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Sonor/sonor

P : Sonor/sonor

A : Suara dasar vesikuler, suara

A : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan (-/-)

tambahan (-/-)

Abdomen

Abdomen

I : DP sama tinggi dengan DD

I : DP sama tinggi dengan DD

18

__
_

_
_
Px.
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

P : Timpani, pekak alih (-), area

P : Timpani, pekak alih (-), area

troube pekak, liver span 14

troube pekak, liver span 14

cm

cm

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

teraba 4 cm bawah arcus

teraba 4 cm bawah arcus

costae dextra, 2 cm bawah

costae dextra, 2 cm bawah

processus xyphoideus, lien

processus xyphoideus, lien

teraba Schufnerr II

teraba Schufnerr II

Akral hangat

Akral hangat

Oedem

Oedem

Terlampir

Terlampir

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

Pansitopenia dd ALL dd AML


ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

1.
2.
3.
4.

Pansitopenia dd ALL dd AML


ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome

1.
2.
3.
4.

Tirah baring tidak total


O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

5.
6.
7.
8.
9.
1.

flabot/24 jam
5.
Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6.
7.
Aspar K 3 x 1 tab
8.
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi PRC 2 kolf
KUVS/24 jam
1.

flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi TC 4 kolf
KUVS/24 jam

2. Cek DR3 post transfusi

2. Cek DR3 post transfusi

3. Cek albumin

3. Cek albumin

4. Cek elektrolit

4. Cek elektrolit

5. BMP (jadwal 9/5/2015)

5. BMP tunggu hasil

6. USG

6. USG

19

Tanggal
Subyektif
Objektif

13 Mei 2015
16 Mei 2015
Demam (-)
Demam (-)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup

kesan gizi cukup

TD : 110/70 mmHg

TD : 100/60 mmHg

RR : 18x/menit

RR : 16x/menit

N : 72 x/menit

N : 68 x/menit

S : 36,6 oC

S : 36,3 oC

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

tidak membesar

tidak membesar

Cor

Cor

I : IC tidak tampak

I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung kesan tidak

P : Batas jantung kesan tidak

melebar
A : BJ

I-II

melebar
intensitas

normal,

A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik

reguler, bising (+) pansistolik

grade III/VI di semua osteal

grade III/VI di semua osteal,

gallop (-)

gallop (-)

Pulmo anterior dan posterior


I : Pengembangan

Pulmo anterior dan posterior


dada

kanan=kiri

I : Pengembangan

dada

kanan=kiri

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Sonor/sonor

P : Sonor/sonor

A : Suara dasar vesikuler, suara

A : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan (-/-)

tambahan (-/-)

Abdomen

Abdomen

I : DP sama tinggi dengan DD

I : DP sama tinggi dengan DD

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

P : Timpani, pekak alih (-), area

P : Timpani, pekak alih (-), area

20

troube pekak, liver span 14

troube pekak, liver span 14

cm

cm

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

teraba 4 cm bawah arcus

teraba 4 cm bawah arcus

costae dextra, 2 cm bawah

costae dextra, 2 cm bawah

processus xyphoideus, lien

processus xyphoideus, lien

teraba Schufnerr II

teraba Schufnerr II

Akral hangat
__
_

_
_
Px.
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

Tanggal
Subyektif

Akral hangat

Oedem

Oedem

Terlampir

Terlampir

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

ALL tipe L2
ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

ALL tipe L2
ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

5.
6.
7.
8.
9.
1.

flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam 5.
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6.
Sucralfat syr 3 x C I
7.
Transfusi TC 4 kolf
8.
Transfusi PRC 2 kolf
9.
KUVS/24 jam
1.

flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
Inj. transamin 1 amp/8 jam
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi TC 2 kolf
KUVS/24 jam

2. Cek DR3 post transfusi

2. Cek DR3 post transfusi

3. Pro kemoterapi

3. Pro kemoterapi

4. USG

4. USG

18 Mei 2015
Demam (-)

20 Mei 2015
Demam (-)

21

Objektif

KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,


kesan gizi cukup

kesan gizi cukup

TD : 110/70 mmHg

TD : 100/70 mmHg

RR : 16x/menit

RR : 16x/menit

N : 76 x/menit

N : 68 x/menit

S : 36,5 oC

S : 36,3 oC

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

Leher

: JVP R+2 cm, KGB

tidak membesar

tidak membesar

Cor

Cor

I : IC tidak tampak

I : IC tidak tampak

P : IC tidak kuat angkat

P : IC tidak kuat angkat

P : Batas jantung kesan tidak

P : Batas jantung kesan tidak

melebar
A : BJ

I-II

melebar
intensitas

normal,

A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik

reguler, bising (+) pansistolik

grade III/VI di semua osteal

grade III/VI di semua osteal,

gallop (-)

gallop (-)

Pulmo anterior dan posterior


I : Pengembangan

Pulmo anterior dan posterior


dada

kanan=kiri

I : Pengembangan

dada

kanan=kiri

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Fremitus raba sulit dievaluasi

P : Sonor/sonor

P : Sonor/sonor

A : Suara dasar vesikuler, suara

A : Suara dasar vesikuler, suara

tambahan (-/-)

tambahan (-/-)

Abdomen

Abdomen

I : DP sama tinggi dengan DD

I : DP sama tinggi dengan DD

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

A : Bising usus (+) N: 12x/menit

P : Timpani, pekak alih (-), area

P : Timpani, pekak alih (-), area

troube pekak, liver span 14

troube pekak, liver span 14

22

cm

cm

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

P : Supel, nyeri tekan (-), hepar

teraba 4 cm bawah arcus

teraba 4 cm bawah arcus

costae dextra, 2 cm bawah

costae dextra, 2 cm bawah

processus xyphoideus, lien

processus xyphoideus, lien

teraba Schufnerr II

teraba Schufnerr II

Akral hangat
__
_

_
_
Px.
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

Tanggal
Subyektif

Akral hangat

Oedem

Oedem

Terlampir

Terlampir

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.

ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalsemia
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalsemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam 5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam 8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam
9. Sucralfat syr 3 x C I
9. Sucralfat syr 3 x C I
10. Transfusi TC 4 kolf
10. Transfusi TC 3 kolf
11. Transfusi PRC 1 kolf
11. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi

2. Cek DR3 post transfusi

3. Pro kemoterapi

3. Pro kemoterapi

4. Cek elektrolit

4. Cek elektrolit

22 Mei 2015
Demam (-)

23 Mei 2015

23

Objektif

KU: Tampak lemas, composmentis,


kesan gizi cukup
TD : 110/70 mmHg
RR : 16x/menit
N : 72 x/menit
S : 36,4 oC
Mata

: CP (+/+), SI(-/-)

Hidung

: Nafas cuping hidung (-)

Mulut

: Papil lidah atrofi (+)

Leher

: JVP R+2 cm, KGB


tidak membesar
Cor

I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak
melebar
A : BJ

I-II

intensitas

normal,

reguler, bising (+) pansistolik


grade III/VI di semua osteal
gallop (-)
Pulmo anterior dan posterior
I : Pengembangan

dada

kanan=kiri
P : Fremitus raba sulit dievaluasi
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan (-/-)
Abdomen
I : DP sama tinggi dengan DD
A : Bising usus (+) N: 12x/menit
P : Timpani, pekak alih (-), area
troube pekak, liver span 14

24

cm
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar
teraba 4 cm bawah arcus
costae dextra, 2 cm bawah
processus xyphoideus, lien
teraba Schufnerr II
Akral hangat
_
_

Oedem

_
_
Px.
Penunjang
Assesment

Terapi

Plan

Terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.

ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hiponatremia (perbaikan)
Hipokalsemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1

flabot/24 jam
5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam
9. Sucralfat syr 3 x C I
10. Transfusi TC 4 kolf
11. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/ 24 jam
2. Cek DR3 post transfusi
3. Pro kemoterapi

25

VIII.

ALUR KETERKAITAN MASALAH

Riwayat BAB hitam

Mimisan
Nggliyer

Trombositopenia

Sindrom Down

Anemia

ALL

Lemas

Netropeni
Leukositosis

Hepatosplenomegali
Mual muntah

Febris
Sistitis

menyebabkan
meningkatkan risiko

26

BAB II
PEMBAHASAN
Pasien datang ke RSUD Dr Moewardi dengan keluhan lemas sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lemas dapat disebabkan
karena berbagai hal. Lemas yang dirasakan pada salah satu anggota gerak
mungkin disebabkan adanya kelainan neurologis. Berbeda dengan lemas
yang dirasakan pada seluruh badan, paling mungkin disebabkan karena
anemia ataupun hipoglikemia. Untuk mengetahui penyebab pastinya, perlu
penggalian anamnesis yang lebih cermat. Pada pasien ini didapatkan
keluhan lemas yang terus menerus, makin lama pasien makin malas
beraktivitas dan hanya bisa berbaring saja. Lemas tidak berkurang dengan
pemberian makan maupun istirahat. Dari hal tersebut dapat disingkirkan
hipoglikemi sebagai penyebab lemas.
Keluhan lemas pada pasien juga disertai dengan pusing nggliyer.
Pusing dirasakan di seluruh kepala terus menerus. Pusing dirasakan makin
mengganggu ketika pasien bangun dari posisi tidur (pasien sering hampir
jatuh ketika berdiri). Pusing sedikit berkurang ketika pasien beristirahat.
Hal ini mengarah pada lemas yang disebabkan karena anemia. Selain itu,
dugaan anemia juga diperkuat dengan riwayat perdarahan pada pasien
yaitu menstruasi sejak 2 hari sebelum masuk sakit dan mimisan sebanyak
2 kali dalam 2 hari serta adanya riwayat buang air besar warna hitam 2
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya konjungtiva pucat,
papil lidah atrofi dan bising pansistolik derajat III/VI di semua osteal.
Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan kadar hemoglobin 5,1
g/dL, MCV 73, MCH 29,7.
Adanya sindroma anemia berupa: lemas dan pusing saat perubahan
posisi serta adanya konjungtiva pucat, papil lidah atrofi, bising jangtung
serta kadar Hb 5,1 g/dL, MCV 73, MCH 29,7 maka dapat ditegakkan
diagnosis anemia normokromik normositik.
Keluhan mimisan pada pasien tidak didahului adanya trauma.
Selain itu pasien juga mengeluhkan riwayat BAB hitam 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan adanya

27

ekimosis pada ekstremitas dan badan pasien. Adanya riwayat perdarahan


spontan tersebut dapat disebabkan oleh adanya gangguan pada faktor
koagulasi. Hal ini didukung dengan hasil pemeriksaan laboratorium darah
pasien yang menunjukkan trombositopenia dengan kadar AT 10.000/uL.
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa
hemoglobin

yang

beredar

tidak

memenuhi

fungsinya

untuk

menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Haribowo,


2008). Anemia

dapat

didefinisikan

sebagai

nilai

hemoglobin,

hematokrit, atau jumlah eritrosit per milimeter kubik lebih rendah


dari normal (Hillam et all, 2011).
Untuk menjabarkan definisi anemia maka perlu ditetapkan batas
hemoglobin atau hematokrit yang menunjukkan sudah terjadi anemia.
Batas ini disebut cut off point, yang sangat dipengaruhi oleh umur, jenis
kelamin, ketinggian tempat dari permukaan laut dan lain-lain.
Cut off point yang umum dipakai adalah kriteria WHO tahun 1968.
Berikut adalah tabel cut off point anemia :
Tabel 1. Cut off point Anemia menurut WHO 1968
Jenis kelamin/Usia
Laki-laki dewasa
Perempuan dewasa tidak hamil
Perempuan hamil
Anak umur 6-14 tahun
Anak umur 6 bulan 6 tahun

Kadar Hemoglobin
< 13 g/dL
< 12 g/dL
< 11 g/dL
< 12 g/dL
< 11 g/dL

Menurut Bakta (2006), kriteria klinik yang lazim dipakai di rumah


sakit Indonesia pada umumnya adalah :
1.
2.
3.

Hemoglobin < 10 g/dL


Hematokrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm3
Sedangkan klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah
sebagai berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Derajat Anemia
Derajat Anemia
Ringan sekali
Ringan
Sedang
Berat

Kadar Hemoglobin
10 g/dL cut off point
8 g/dL 9,9 g/dL
6 g/dL 7,9 g/dL
< 6 g/dL

28

Selain klasifikasi berdasarkan kadar hemoglobin, anemia juga


dapat

diklasifikasikan

berdasar

morfologi

eritrosit

maupun

etiopatogenesisnya. Berikut adalah klasifikasi anemia berdasarkan


morfologi eritrosit serta kemungkinan penyebabnya :
Tabel 3. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi Eritrosit
Morfologi Eritrosit
Anemia hipokromik mikrositik
MCV < 80 fl; MCH < 27 pg

1.
2.
3.
4.

Kemungkinan Penyebab
Anemia defisiensi besi
Thalassemia
Anemia akibat penyakit
kronik
Anemia sideroblastik

Anemia normokromik normositik


MCV 80-95 fl; MCH 27-34 pg

1. Perdarahan akut
2. Anemia aplastik - hipoplastik
3. Anemia hemolitik (terutama
bentuk yang didapat)
4. Anemia akibat penyakit
kronik
5. Anemia mieloptisik
6. Anemia pada gagal ginjal
kronik
7. Anemia pada mielofibrosis
8. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
9. Anemia pada leukemia akut

Anemia makrositer
MCV > 95 fl

1. Megaloblastik
a. Defisiensi asam folat
b. Defisiensi vitamin B12
2. Non megaloblastik
a. Penyakit hati kronik
b. Hipotiroid
c. Sindrom mielodisplastik

Tabel 4. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis


Etiopatogenesis
Produksi eritrosit menurun

Kemungkinan Penyebab
1. Kekurangan bahan untuk eritosit
a. Besi; anemia defisiensi besi
b.Vitamin B12 dan asam folat;
anemia megaloblastik
2. Gangguan utilisasi besi
a. Anemia akibat penyakit
kronik

29

b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan jaringan sumsum
tulang
a. Atrofi dengan penggantian
oleh jaringan lemak; anemia
aplastic/hipoplastik
b. Penggantian oleh jaringan
fibrotic/tumor; anemia
leukoeritroblastik/mieloptisik
4. Fungsi sumsum tulang kurang
baik karena sebab yang tidak
siketahui
a. Anemia diseritropoetik
b. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
Kehilangan eritrosit dari tubuh

1. Pasca perdarahan akut


2. Pasca perdarahan kronik

Hemolisis (peningkatan
destruksi eritrosit)

1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Antibodi terhadap eritrosit
i.
Autoantibodi AIHA
ii.
Isoantibodi - HDN
b.Hipersplenisme
c. Paparan zat kimia
d.Infeksi bakteri/parasit
e. Kerusakan mekanik
2. Faktor intrakorpuskuler
a. Gangguan membran
i.
Hereditary spherocytosis
ii.
Hereditary elliptocytosis
b. Gangguan enzim
i.
Defisiensi piruvat kinase
ii.
Defisiensi G6PD
c. Gangguan hemoglobin
i.
Hemoglobinopati struktural
ii.
Thalassemia

Bentuk Campuran
Bentuk yang patogenesisnya
belum jelas
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena adanya anoksia organ
target yang disebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan. Selain itu, gejala anemia timbul karena mekanisme

30

kompensasi tubuh terhadap anemia. Gejala yang ditimbulkan dari kedua


hal tersebut sebagai sindrom anemia. Gejala anemia biasanya timbul
apabila hemoglobin menurun kurang dari 7 g/dL atau 8 g/dL. Berat
ringannya gejala tergantung pada beberapa hal berikut : beratnya
penurunan kadar hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, umur
(adapatasi orang tua lebih jelek sehingga gejala lebih cepat timbul), dan
adanya kelainan kardiovaskuler sebelumnya. (Bakta, 2006)
Gejala anemia sangat bervariasi, tetapi umumnya dapat dibagi
menjadi 3 golongan besar yaitu :
1.

Gejala umum anemia


Gejala umum anemia isebut juga sebagai sindrom anemia atau
anemic syndrome. Sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada
semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa hingga titik tertentu gejala-gejala tersebut apabila
diklasifikasina menurut organ yang terkena adalah sebagai berikut :
a. Sistem kardiovaskuler : lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan gagal jantung.
b. Sistem saraf : sakit kepala, pusing, telinga berdenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabel, lesu, perasaan
dingin pada ekstremitas.
c. Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia
Gejala yang menjadi ciri khas masing-masing anemia, seperti :
a. Anemia defisiensi besi : disfagia, papil lidah atrofi, stomatitis
angularis.
b. Anemia defisiensi asam folat : lidah merah (buffy tongue)
c. Anemia hemolitik : ikterus dan hepatosplenomegali
d. Anemia aplastik : perdarahan kulit atau mukosa dan tandatanda infeksi
3. Gejala akibat penyakit dasar
Gejala yang timbul akibat penyakit yang mendasari anemia
tersebut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh
infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami. Anemia akibat kanker kolon dapat meinmbulkan gejala

31

berupa perubahan sifat defekasi (change of bowel habit), feses


bercampur darah atau lendir.
(Bakta, 2006)
Diagnosis anemia dapat sederhana, tetapi sering juga bersifat
kompleks oleh karena itu langkah-lanhkah diagnosis harus dilakukan
secara sistematik dan efisien. Untuk menegakkan anemia perlu ditempuh 3
langkah yaitu : membuktikan adanya anemia, menetapkan jenis anemia,
menetukan penyebab anemia. Untuk dapat melaksanakan ketiga langkah
tersebut dilakukan :
1. Pendekatan klinik.
Pendekatan klinik bergantung pada anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang baik untuk dapat mencari adanya sindroma anemia,
tanda khas masing-masing anemia, serta gejala penyakit dasar.
2. Pendekatan laboratorik.
Pendekatan laboratorik dilakukan dengan menganalisis hasil
pemeriksaan laboratorium menurut tahapan-tahapannya :
pemeriksaan penyaring (kadar Hb, indeks eritrosit, dan
gambaran darah tepi), pemeriksaan rutin (laju endap darah,
hitung deferensial, dan hitung retikulosit), dan pemeriksaan
khusus (bone marrow punction, sitokimia, SI, TIBC, saturasi
transferrin, serum ferritin, dll)
3. Pendekatan epidemiologik.
Pendekatan epidemiologik sangat

penting

dalam

tahap

penentuan etiologi. Dengan mengetahui pola etiologi anemia di


suatu daerah maka petunjuk menuju diagnosis etiologik lebih
mudah dikerjakan.
Berikut adalah gambar algoritma pendekatan diagnostik anemia
berdasarkan hasil laboratorium (gambar diambil dari Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid II edisi V halaman 1113-1114) :

32

Gambar 1. Algoritma pendekatan diagnostik anemia

Gambar 2. Algoritma pendekatan diagnostik anemia hipokromik


mikrositer

33

Gambar 3. Algoritma diagnosis anemia normokromik normositer

Gambar 4. Algoritma pendekatan diagnostik anemia makrositer

34

Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dibawah


normal. Kadar normal trombosit dalam darah adalah 150.000 450.000
/uL. Beberapa penyebab dari trombositopenia dipaparkan dalam tabel
berikut :
Tabel 5. Penyebab Trombositopenia
Etiopatogenesis
Gangguan produksi

Kemungkinan Penyebab
1. Depresi selektif megakariosit
karena obat, bahan kimia atau
infeksi virus.
2. Bone marrow failure
a. Anemia aplastik
b. Leukemia akut
c. Sindrom mielodisplastik
d. Mielosklerosis
e. Infiltrasi sumsum tulang:
limfoma, carcinoma
f. Myeloma multiple
g. Anemia megaloblastik

Peningkatan destruksi
trombosit

1. Idiopatic thrombocytopenic purpura


(ITP)
2. Immune thrombocytopenic purpura
sekunder: misalnya pada SLE, CLL,
limfoma
3. Alloimune thrombocytopenic purpura:
misalnya neonatal thrombocytopenia
4. Drug induced immune
thrombocytopenia : quinine,
sulfonamide
5. Disseminated intravascular coagulation
(DIC)

Distribusi tidak normal

Sindrom hipersplenisme, dimana terjadi


pooling trombosit dalam lien

Akibat pengenceran
(dilutional loss)

Tranfusi masif
(Bakta, 2006)

Pasien mengeluh demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,


demam dirasakan di seluruh badan, terasa sumer-sumer dan terus-menerus.
Pasien mengeluhkan sering demam sumer-sumer tanpa sebab yang jelas
sejak +- 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Hasil pemeriksaan fisik pada

35

pasien menunjukkan bahwa suhu tubuh pasien 38,5oC dan denyut nadi 104
kali per menit. Hasil pemeriksaan laboratorium darah pasien menunjukkan
leukositosis dengan AL 18.300 /uL dan netropenia dengan 3,60% (Jumlah
netrofil = 658 sel/uL). Febris 4 hari dan leukositosis tanpa sebab yang jelas
dapat mengarah ke penyakit infeksi maupun keganasan. Untuk penegakan
diagnosis penyebab demam dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
urinalisis.
Peningkatan jumlah leukosit lebih dari batas normal disebut
leukositosis. Keadaan ini menunjukkan adanya proses infeksi atau radang
akut, misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, infeksi
saluran kemih dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obatobatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara
spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit
infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x
besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam
pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat
bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan
merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Peningkatan jumlah
neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan,
apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain. Penurunan jumlah
neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan
Iain-Iain.
Febril netropeni adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh 38,30C
dalam sekali pengukuran, atau suhu badan 380C dalam dua kali
pengukuran yang bertahan paling tidak selama 1 jam atau diukur 2 kali
dalam 24 jam yang disertai dengan penurunan netrofil (netropeni).
Dikatakan netropeni bila hitung netrofil (batang dan segmen) < 500 sel

36

/uL. Atau hitung netrofil (segmen dan batang) < 1000 sel /uL dengan
prediksi penurunan sampai 500 sel/uL dalam 2 hari. Neutropenia dapat
terjadi akibat gangguan pembentukan neutrofil, pergeseran neutrofil ke
jaringan, meningkatnya konsumsi neutrofil, serta meningkatnya destruksi
neutrofil di sirkulasi. Gangguan pembentukan neutrofil dapat terjadi akibat
infiltrasi sel ganas dan efek mielosupresif kemoterapi. Infiltrasi keganasan
dapat terjadi secara primer (leukemia) maupun sekunder (limfoma
maligna, neuroblastoma, retinoblastoma, rabdomiosarkoma). Demam
netropeni biasanya didapatkan pada pasien dengan keganasan hematologi.
(Sudewi et al, 2007)
Demam pada neutropenia merupakan kedaruratan onkologi yang
membutuhkan penanganan cepat dengan pemberian antibiotik yang tepat.
Risiko terjadinya infeksi pada pasien dengan neutropenia meningkat
dengan cepat bila hitung neutrofil kurang dari 500 sel/L dan risiko infeksi
yang berat terjadi bila hitung neutrofil kurang dari 100/L. (Sudewi et al,
2007)
Pada pasien diatas didapatkan adanya infeksi saluran kemih
asimptomatik. Pada pemeriksaan urinalisis tanggal 7 Mei 2015 ditemukan
bakteri Acinetobacter baumanns lebih dari 105 /ml urine, selain itu pada
hasil USG 18 Mei 2015 didapatkan adanya penebalan dinding bladder
yang mengesankan adanya cystitis pada pasien.
Bisitopenia adalah penurunan jumlah pada dua jenis komponen sel
darah. Sedangkan pansitopenia adalah menurunnya jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit. Bisitopenia maupun pansitopenia
dapat disebabkan oleh keganasan hematologi, anemia aplastik, anemia
defisiensi asam folat dan vitamin B12, destruksi sel darah oleh antibodi
seperti pada sindrom Evans, atau adanya maldistribusi seperti pada
sindrom hipersplenisme. (Bakta, 2006)
Bisitopenia pada pasien ditunjukkan dengan anemia normokromik
normositik dan trombositopenia. Bisitopenia disertai dengan leukositosis
pada pasien diduga disebabkan oleh keganasan hematologi. Hal ini
ditunjang dengan hasil pemeriksaan gambaran darah tepi yang menyokong
gambaran keganasan hematologi akut. Kemudian pada pasien dilakukan

37

Bone

Marrow

Punction

yang

menunjukkan

gambaran

leukemia

limfoblastik akut.
Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan klonal dari sel-sel
prekusor limfoid. Leukimia akut merupakan leukemia dengan perjalanan
klinis yang cepat, tanpa pengobatan pederita rata-rata meninggal dalam 24 bulan. Namun, dengan pengobatan yang baik ternyata leukemia akut
mengalami kesembuhan lebih banyak dibandingkan dengan leukemia
kronik.
Leukimia akut dapat diklasifikasikan menurut FAB (French,
American British Group), tetapi dalam praktik klinik sehari-hari cukup
dibagi menjadi 2 golongan besar :
1. Acute lympoblastic leukemia (ALL)
Secara morfologik, menurut FAB (French, American British
Group), ALL dibagi menjadi 3 yaitu:
a) L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan
merupakan 84% dari ALL.
b) L2 : sel lebih besar, inti ireguler, kromatin bergumpal,
nucleoli

prominen

dan

sitoplasma

agak

banyak.

Merupakan 14% dari ALL.


c) L3 : ALL mirip dengan limfoma Burkitt, yaitu
sitoplasma basophil dengan banyak vakuola, hanya
merupakan 1% dari ALL.
2. Acute myeloid leukimia (AML)
Klasifikasi morfologik yang umum dipakai adalah klasifikasi
dari FAB:
a) M0 : Acute myeloid leukemia without differensiation
b) M1 : Acute myeloid leukemia without maturation
c) M2 : Acute myeloid leukemia with maturation
d) M3 : Acute promyelocitic leukemia
e) M4 : Acute myelomonocytic leukemia
f) M5 : Acute monocytic leukemia
i.
Subtipe M5a : tanpa maturasi
ii. Subtipe M5b : dengan maturasi
g) M6 : Erythroleukimia
h) M7 : Megakayocytic leukemia
(Reksodiputro,
1999)
Penyebab ALL pada dewasa sebagian besar tidak diketahui.
Faktor keturunan dan sindrom predisposisi genetik lebih berhubungan

38

dengan LLA yang terjadi pada anak-anak. Beberapa faktor lingkungan dan
kondisi klinis yang berhubungan dengan ALL adalah:
1. Radiasi ionik
2. Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan
aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom, dan leukemia
3. Merokok sedikit meningkatkan risiko ALL pada usia di atas
60 tahun
4. Obat kemoterapi
5. Infeksi virus Epstein Barr berhubungan kuat ALL L3
6. Pasien degan sindrom down dan Wiskott-Aldrich
mempunyai risiko yang meningkat untuk menjadi ALL
(Fianza, 2010)
Proses patofisiologis leukemia akut dimulai dari transfomasi
ganas sel induk hematologic atau turunannya. Proloferasi ganas sel induk
ini menghasilkan sel leukemia akan mengakibatkan :
1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi bone
marrow failure
2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga
menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi terjadi
keadaan hiperkatabolik.
Gejala klinik leukemia klinik sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya timbul cepat, dalam beberapa hari sampai minggu. Gejala
leukemia akut dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
1. Gejala kegagalan sumsum tulang, yaitu :
a. anemia menimbulkan gejala pucat dan lemah
b. neutropenia menimbulkan infeksi yang ditandai
oleh demam, infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit,
saluran nafas, dan sepsis sampai syok sepsis.
c. trombositopenia menimbulkan easy bruising,
perdarahan

kulit,

perdarahan

mukosa,

seperti

perdarahan gusi dan epistaksis.


2. Keadaan hiperkatabolik
a.kaheksia
b.
keringat malam
c.hiperurikemia yang dapat menimbulkan gout dan
gagal ginjal
3. Infiltrasi ke dalam organ menimbulkan organomegali dan
gejala lain seperti :

39

a.
b.
c.
d.
e.

Nyeri tulang dan nyeri sternum


Limfadenopati superfisial
Splenomegali atau hepatomegali, biasanya ringan.
Hipertrofi gusi dan infiltrasi kulit
Sindrom meningeal : sakit kepala, mual muntah,

mata kabur, kaku kuduk


4. Gejala lain yang dapat dijumpai :
a. Leukostasis terjadi jika leukosit melebihi 50000/uL.
Penderita degan leukostasis serebal ditandai oleh
sakit

kepala,

confussion,

dan

gangguan

visual.leukostasis pulmoner ditandai oleh sesak


napas, takipneu, ronkhi dan adanya infiltst psds foto
rontgen.
b. Koagulopati dapat berupa DIC atau fibrinolysis
primer. DIC lebih banyak dijumpai pada leukemia
promielositik akut (M3). DIC juga dapat timbul
pada saat pemberian kemoterapi yaitu pada fase
regimen induksi remisi.
c. Hiperurae yang bermanifestasi sebagai arthritis gout
dan batu ginjal
d. Sindrom lisis tumor dapat dijumpai sebelum terapi,
erutama pada ALL. Tetapi sindrom lisis tumor lebih
sering diumpai akibat kemoterapi.
Diagnosis leukemia harus dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
sumsum tulang. Pemeriksaan darah tepi yang normal tidak dapat
menyingkikan kemungkinan diagnosis, terutama pada aluekimia leukemia.
Tahap-tahap diagnosis leukemia akut :
1. Klinis
a. Adanya gejala gagal

sumsung

tulang:

anemia,

perdarahan, dan infeksi, sering disertai tanda-tanda


hiperkatabolik.
b. Sering
dijumpa

organomegali:

hepatomegaly atau splenomegali


2. Darah tepi dan sumsum tulang
a. Blast dalam darah tepi lebih dari 5%
b. Blast dalam sumsum tulang lebih dari 30%

40

limfadeopati,

Dari kedua pemeriksaan diatas kita dapat membuat


diagnosis klinis leukemia akut. Langkah berikutnya
adalah menentukan jeis leukemia kut yang dihadapi.
3. Tentukan jenisnya, dengan pengecatan sitokimia ditentukan
klasifikasi FAB. Jika terdapat fasilitas, lakukan :
a. Immunophenotyping
b. Pemeriksaan sitogenetika (kromosom)
(Henderson et all, 1996)
Tabel 6. Perbedaan ALL dan AML
Morfologi

ALL
Limfoblast :
Kromatin :
bergumpal
Nucleoli: lebih
samar, lebih sedikit
Auer rod : negatif
Sel pengiring :
limfosit

Sitokimia
a.
Mieloperoksid

AML
Myeloblast
Lebih halus
Lebih prominen
Lebih banyak (<2)
Positif
netrofil

+
+

ase
b.
c.

Sudan black
Esterase

nonspesifik
d.
PAS
e.
Acid
f.

kasar
+ (Thy ALL)

phosphatase
Platelet

+ (monositik)
+ (halus)
+ (M7)

peroksidase
Enzim:
a. Tdt
b. Serum lisozime

+
-

+ (monositik)

(Bakta, 2006)
Kesimpulan dari hasil anamnesis dan analisa pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang, maka pasien didiagnosis dengan Bisitopenia
dengan leukositosis dd CML dd CLL dd AML dd ALL dd anemia aplastik.
Diagnosis kedua adalah adanya febrile netropenia yang bisanya terjadi

41

pada keganasan hematologi yang disertai adanya infeksi. Serta diagnosis


ketiga adalah sindrom down.
Tatalaksana dari pasien tersebut adalah terapi nonmedikamentosa
berupa tirah baring tidak total, pemberian O2 2 lpm nasal kanul. Untuk
mantenence cairan, pasien diberikan infus NaCl 0.9% 20 tpm dan infus
aminofluid sebanyak 1 flabot dalam 24 jam. Pemberian injeksi omeprazole
50 mg / 12 jam dan sucralfat syrup digunakn untuk mengatasi keluhan
mual muntah dari pasien. Dosis masing-masing adalah 50 mg / 12 jam
untuk omeprazole dan 3 kali 1 sendok untuk sucralfat. Dua obat ini
diberikan sampai keluhan mual muntah teratasi. Untuk keadaan
trombositopenia dan anemia diberikan tranfusi TC 4 kolf dan PRC 2 kolf.
Untuk masalah febril netropeni perlu dicari sumber infesi dari
pasien. Untuk terapi awal pada pasien tersebut diberikan injeksi
ceftriaxone 2 gram tiap 24 jam. Dan untuk terapi simptmatik febril
diberikan paracetamol 3x500 mg.
Untuk mengetahui diagnosis pasti dari pasien, dilakukan
pemeriksaan GDT pada tanggal 4 Mei 2015 dan didapatkan hasil
Eritrosit
: Hipokrom, mikrositik, polikromasi, eritroblast (+)
Leukosit
Trombosit

: Jumlah meningkat, sel blast (+)


: Jumlah menurun, trombosit besar, penyebaran

merata
Kesimpulan dari gambaran darah tepi menyokong gambaran keganasan
hematologi akut dan disarankan pemeriksaan BMP.
Pada tanggal 7 Mei 2015 dilakukan pemeriksaan urinalisa pada
pasien dan didaptkan hasil :
Selected Organism
Organism Quantity
Sensitive Antimicrobial

: Acinetobacter baumanns
: > 105 /ml urine
: - Ampicillin/Sulbactam
- Meropenem
- Amikacin
- Tigecycline
- Trimethoprim/Sulfamethoxazole
Dari hasil ini dapat disimpulkan infeksi pada pasien sehingga
menyebabkan febril adalah infeksi saluran kemih. Pada tanggal 18 Mei
dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan didapati hasil adanya
hepatosplenomegali dan adanya sistitis pada pasien.

42

Pada pasien direncanakan pemeriksaan BMP dan dilaksanakan


pada tanggal 12 Mei 2015. dan didapatkan hasil sebagai berikut :
Lokasi
: SIAS Dextra
Selularitas
: Normoseluler
Konsistensi
: Padat
M/E Ratio
: Tidak dinilai
Sistem eritropoietik
: Aktivitas menurun dan maturasi normal
Sistem granulopoietik : Aktivitas menurun dan maturasi normal
Sistem trombopoietik : Aktivitas menurun, megakariosit sulit
didapat
Sistem Limfopoietik

: Aktivitas meningkat, didominasi sel-sel


limfoblas dan prolimfoblas, ukuran

heterogen,
nukleoli prominent, sitoplasma moderat.
: Gambaran sumsum tulang menunjukkan

Kesimpulan
Akut

limfoblastik leukemia
: Evaluasi GDT paska terapi

Saran

Pasien selama dirawat telah mendapatkan beberapa kali tranfusi


PRC maupun TC. Berikut adalah tabel tranfusi yang didapatkan pasien
selama dirawat :
Tabel 7. Pemberian Transfusi
Tanggal

12

15

16

17

18

20

23

TC

PRC

Gambar berikut adalah perkembangan hasil lab kadar hemoglobin,


trombosit dan leukosit pasien selama dirawat.

43

Gambar
5. Grafik
Kadar

Hemoglobin

Gambar 6. Grafik Kadar Trombosit

44

Gambar 7. Grafik Kadar Leukosit


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pasien didiagnosis ALL tipe L2.
2. Prinsip terapi pada pasien adalah menangani kegawatan terlebih
dahulu kemudian memberikan terapi simptomatik pada pasien.
B. Saran
1.

45

DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I. M. (2006). Hematologi klinik ringkas. Penerbit Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
DeMaeyer, E. M., Dallman, P., Gurney, J. M., Hallberg, L., Sood, S. K., &
Srikantia, S. G. (1989). Preventing and controlling iron deficiency
anaemia through primary health care: a guide for health
administrators and programme managers.Geneva : WHO
Fianza PI, (2010). Leukimia Limfoblastik Akut. Dalam : Sudoyo Aru W, et
all, (editors) Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). Buku Ajar Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Henderson ES, Lister TA, Greaves MF, editors. (1996). Leukimia. 6th
edition. Philadelphia: WB Saunders Co.
Hillman, R. S., Ault, K. A., & Rinder, H. M. (2011). Hematology in
clinical practice. McGraw-Hill Medical.
Reksodiputro AH, et all. (1999). Hematologi dan Onkologi Medik. Dalam :
Simadibrata M, et all (editors): Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sudewi, N. P., Tumbelaka, A. R., & Windiastuti, E. (2007). Kejadian
Demam Neutropenia pada Keganasan. Sari Pediatri, 8(suppl 3), 6872.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S.
(2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-5. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 1113-4.

46

47

LAMPIRAN
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN
1. Tanggal 4 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
PDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hemostasis
PT
APTT
INR
b. GDT
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesimpulan
Saran

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

7,6
23
13,5
10
2,51

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

91,1
30,3
33,2
16,1
6,0
18,0

/um
pg
g/dl
%
%
fl

80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1

0,00
0,10
3,30
96,00
0,60

%
%
%
%
%

0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00

14,6
32,6
1.210

Detik
detik

10,0 15,0
20,0 40,0

: Hipokrom, mikrositik, polikromasi, eritroblast (+)


: Jumlah meningkat, sel blast (+)
: Jumlah menurun, trombosit besar, penyebaran merata
: Gambaran darah tepi menyokong gambaran keganasan
hematologi akut
: BMP

2. Tanggal 5 Mei 2015


a. Lab Darah
PEMERIKSAA

HASIL

N
Hematologi Rutin

48

SATUAN

RUJUKAN

Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hemostasis
PT
APTT
INR

8,3
26
6,2
12
2,88

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

13,6
28,6
1.100

Detik
detik

10,0 15,0
20,0 40,0

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

8,5
25
6,7
7
2,97

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

84,7
28,4
33,6
18,1
4,0
6,6

/um
pg
g/dl
%
%
fl

80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1

0,80
0,30
4,90
89,70
2,60

%
%
%
%
%

0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

8,8
27
5,3
14
3,13

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

3. Tanggal 6 Mei 2015


a. Lab Darah
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
HDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
4. Tanggal 7 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Indeks Eritrosit

49

MCV
MCH
MCHC
RDW
HDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Kimia klinik
Albumin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida

85,9
28,1
33,7
18,5
3,9
7,4

/um
pg
g/dl
%
%
fl

80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1

0,10
0,20
6,90
84,60
4,40

%
%
%
%
%

0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00

2.8

Mg/dl

3.5 5.2

134
3,1
105

Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L

136 145
3.3 5.1
98 106

b. Tes urinalisa dan kepekaan antibiotik


Selected Organism
: Acinetobacter baumanns
Organism Quantity
: > 105 /ml urine
Sensitive Antimicrobial
: - Ampicillin/Sulbactam
- Meropenem
- Amikacin
- Tigecycline
- Trimethoprim/Sulfamethoxazole
Saran
: Bila klinis pasien mendukung, antibiotik yang disarankan
ampicilin/sulbactam.
5. Tanggal 8 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia klinik
Albumin

8,0
26
2,9
33
2,92

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

3,0

Mg/dl

3.5 5.2

6. Tanggal 12 Mei 2015


a. Lab Darah

50

PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia klinik
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinine
Ureum
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

8,3
31
3,8
6
2,87

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

23
17
3,1
1,0
42

u/l
u/l
Mg/dl
mg/dl
mg/dl

0-35
0-45
3.5 5.2
0.6-1.2
<50

134
37
1,06

mmol/L
mmol/L
mmol/L

136-145
3.3-5.1
1.17 1.29

b. BMP
Lokasi
: SIAS Dextra
Konsistensi : Padat
Sistem eritropoietik
Sistem granulopoietik
Sistem trombopoietik
didapat
Sistem Limfopoietik

Selularitas
M/E Ratio

: Normoseluler
: Tidak dinilai

: Aktivitas menurun dan maturasi normal


: Aktivitas menurun dan maturasi normal
: Aktivitas menurun, megakariosit sulit
: Aktivitas meningkat, didominasi sel-sel
limfoblas dan prolimfoblas, ukuran

heterogen,
Kesimpulan

nukleoli prominent, sitoplasma moderat.


: Gambaran sumsum tulang menunjukkan

Akut
Saran

limfoblastik leukemia
: Evaluasi GDT paska terapi

7. Tanggal 13 Mei 2015


a. Lab Darah
PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit

9,0
28
3,5

g/dl
%
Ribu/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0

51

Trombosit
Eritrosit

17
3,13

Ribu/ul
Juta/ul

150-450
4.50-5.90

PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

10,0
31
2,3
15
3,42

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

9,8
31
2,9
27
3,41

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

135
3,5
0,99

mmol/L
mmol/L
mmol/L

136-145
3.3-5.1
1.17 1.29

8. Tanggal 16 Mei 2015


a. Lab Darah

9. Tanggal 18 Mei 2015


a. Lab Darah
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium

b. USG Abdomen
Hepar : membesar ukuran 15,07 cm, echostruktur normal, VH/VP
normal, sudut tajam, tepi reguler, tak tampak nodul/kista/massa.
GB : ukuran normal, dinding tidak menebal, tak tampak batu/kista/massa.
Lien : membesar ukuran 14,48 cm, echostruktur normal, tak tampak
kista/massa.
Ginjal kanan/kiri : ukuran normal, echostruktur normal, batas sinuskorteks tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa.
Bladder : terisi cukup urin, dinding menebal, tak tampak
massa/kista/batu.
Uterus : ukuran normal, tak tampak massa, tampak endometrium yang
menebal (1,68 x 0,31 cm) dengan cavum uteri yang terbuka.
Tak tampak limfadenopati paraaorta.
Tak tampak echo cairan di cavum pleura dan cavum abdomen.

52

Kesimpulan : - Hepatosplenomegaly
- Cystitis
- Endometrium yang menebal dengan cavum uteri yang
terbuka sesuai gambaran post menstruasi
- GB, Ginjal kanan/kiri tak tampak kelainan
10. Tanggal 20 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

8,2
26
1,8
12
2,88

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

134
4,8
1,08

mmol/L
mmol/L
mmol/L

136-145
3.3-5.1
1.17 1.29

PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

12,8
40
2,5
27
4,42

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

PEMERIKSAA

HASIL

SATUAN

RUJUKAN

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit

14,1
43
2,9
30
4,87

g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul

12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90

N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium
11. Tanggal 22 Mei 2015
a. Lab Darah

12. Tanggal 23 Mei 2015


a. Lab Darah

53

13. Tanggal

54

Anda mungkin juga menyukai