Oleh :
Himmatul Fuad
Isna Noor Rakhmawati
Faisal Hafidh
G99141088
G99141089
G99141090
Pembimbing
dr.Sri Marwanta Sp.PD
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Himmatul Fuad
Isna Noor Rakhmawati
Faisal Hafidh
G99141088
G99141089
G99141090
Pembimbing
BAB I
STATUS PASIEN
I. ANAMNESA
A. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. RM
Masuk Bangsal
Pemeriksaan
: Nn. A
: 28 tahun
: Perempuan
: Islam
: Belum menikah
: SDLB C
: Tidak bekerja
: Mondokan, Sragen, Jawa Tengah
: 01298275
: 3 Mei 2015
: 5 Mei 2015
B. Data Dasar
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 5 Mei 2015
di Bangsal Wing Melati 3 kamar 1 E RSDM.
A. Keluhan Utama :
Lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD Dr Moewardi dengan keluhan lemas sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Lemas dirasakan di seluruh badan.
Lemas dirasakan terus menerus, makin lama pasien makin malas
beraktivitas dan hanya bisa berbaring saja. Lemas tidak berkurang dengan
pemberian makan maupun istirahat. Pasien juga mengeluhkan pusing
nggliyer yang dirasakan muncul bersamaan dengan keluhan lemas. Pusing
dirasakan di seluruh kepala terus menerus. Pusing dirasakan makin
mengganggu ketika pasien bangun dari posisi tidur (pasien sering hampir
jatuh ketika berdiri). Pusing sedikit berkurang ketika pasien beristirahat.
Pasien sedang menstruasi sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah
menstruasi keluar banyak, dalam 1 hari ganti pembalut 3-4 kali dan
pembalut hampir selalu penuh ketika diganti. Pasien mengeluhkan
mimisan 2 kali, 2 hari dan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Darah tiba-
tiba keluar dari lubang hidung kanan tanpa didahului dengan riwayat
trauma. Darah yang keluar sekitar 1-2 sendok makan tiap kali mimisan,
warna merah cerah, tidak menggumpal. Darah berhenti keluar setelah
sekitar 5 menit setelah pasien menengadahkan kepala. Tidak ada keluhan
telinga berdenging maupun mata berkunang-kunang. Buang air kecil 3-4
kali sehari, masing-masing - 1 gelas belimbing, warna kuning, nyeri
ketika BAK (-), BAK panas (-), BAK berpasir (-). Buang air besar 1 kali
dalam 2 hari terakhir @ 1 gelas belimbing, konsistensi padat, warna coklat
kehitaman, tidak berubah warna menjadi merah ketika disiram air, darah
(-), lendir (-), BAB bau amis (-).
Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Muntah 3-4 kali tiap hari, setiap kali makan. Tiap kali
muntah sekitar - 1 gelas belimbing. Muntah berisi makanan yang
dimakan dan cairan kekuningan. Muntah disertai keluhan perut kembung
dan nyeri di ulu hati setiap kali muntah. Muntah berwarna hitam seperti
kopi disangkal, muntah darah disangkal.
Pasien mengeluh demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
demam dirasakan di seluruh badan, terasa sumer-sumer dan terus-menerus.
Demam tidak dirasakan makin meninggi, sedikit berkurang dengan
pemberian obat penurun demam namun pasien kembali demam 2-3 jam
setelah minum obat. Demam tidak disertai nyeri di sendi. Pasien mengeluh
sering demam sumer-sumer tanpa sebab yang jelas sejak +- 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sempat
mengeluhkan BAB hitam seperti petis, BAB berubah warna menjadi
merah ketika disiram air, lendir pada BAB disangkal. Pasien kemudian
dibawa ke RSUD Boyolali dan dikatakan oleh dokter bahwa pasien
mengalami kurang darah. Pasien kemudian dirujuk ke RS Dr. Moewardi
setelah 3 hari dirawat di RSUD Boyolali. Setelah 6 hari dirawat di RS Dr.
Moewardi pasien merasa sudah membaik, kemudian pasien diijinkan
pulang dan jadwal kontrol ke poliklinik 1 minggu setelah pulang.
Pasien adalah penderita sindrom Down. Sebelumnya pasien belum
pernah sakit kuning, sakit ginjal maupun sakit jantung. Pasien tidak
mempunyai riwayat sakit darah tinggi, tiap kali berobat tensi selalu normal
sekitar 100-110.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit
Pengobatan dan
Onset/ Kronologis
Riwayat
Operasi
Disangkal
keganasan/kanker
1.
Keluhan
datang
adalah
hari
minggu
masuk
Riwayat mondok
sebelum
rumah
Keluhan
adalah
saat
sakit.
datang Tambah darah
BAB
dikatakan
kurang darah.
3.
Di
Sukoharjo,
sakit
RSUD
bulan
Keluhan
datang
adalah
saat
lemas.
Tambah darah
merah 10
kantong.
Onset/ Kronologis
Pengobatan dan
Operasi
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Pohon Keluarga
: Pasien
28 th, Down syndrome
2. Riwayat Kebiasaan
Kebiasaan
Rokok
Alkohol
Obat-obatan bebas
Jamu-jamuan
Makan-minum
Keterangan
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Disangkal
Makan 3 kali sehari porsi sedang. Berisi
nasi, sayur, lauk-pauk bervariasi tempe-tahu,
telur, daging. Nafsu makan menurun ketika
Olah raga
Status gizi
Kulit
Kepala
Wajah
Mata
ikterik (-)
Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, lurus, mudah
rontok (-), luka (-)
Mongoloid face (+)
Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik
(-/-), pupil isokor dengan diameter (3mm/3mm), reflek
cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-),
Telinga
eksopthalmus (-/-)
Low set ear (+/+), sekret (-), darah (-/-), nyeri tekan
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
(-),
pembesaran
KGB
axilla
(-/-),
KGB
Auskultasi
medioclavicularis sinistra
Detak jantung 84 kali/menit, reguler. Bunyi jantung I-II
intensitas
normal,
reguler,
gallop
(-).
Bising
(+)
Palpasi
Statis
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
Pulmo Posterior
Inspeksi
Statis
Dinamis
Simetris
Pergerakan kanan = kiri, fremitus raba sulit dievaluasi
sonor
sonor
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Normochest, simetris.
Pengembangan dada simetris kanan = kiri, retraksi
intercostal (-).
Palpasi
Statis
Simetris
Dinamis
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Kiri
Abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
epigastrium (-)
Timpani, pekak alih (-), undulasi (-), area troube pekak,
Palpasi
Sonor
Sonor
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Petechie
Spoon Nail
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Darah (3 Mei 2015)
PEMERIKSAA
HASIL
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
5.1
15
18.3
10
1.72
SATUAN
RUJUKAN
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
Golongan Darah
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
HDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
UC/AMC
Kimia Klinik
GDS
SGOT
SGPT
Bilirubin total
Albumin
Creatinine
Ureum
Elektrolit
Natrium
Kalium
Chlorida
O
73.0
29.7
34.1
21.0
4.0
14.2
/um
pg
g/dl
%
g/dl
fl
80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
2.2-3.2
7.2-11.1
0.10
0.70
3.60
89.10
2.40
4.30
%
%
%
%
%
%
0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00
-
87
35
21
0.69
2.7
0.9
42
mg/dl
u/l
u/l
mg/dl
g/dl
mg/dl
mg/dl
60-140
0-35
0-45
0.00-1.00
3.5-5.2
0.6-1.2
<50
134
4.0
106
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.3-5.1
98-106
IV.RESUME
1. Keluhan Utama
Lemas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Anamnesis
Lemas
- sejak 2 hari SMRS
- dirasakan di seluruh badan
- terus menerus hingga terasa malas beraktivitas
- tidak berkurang dengan pemberian makan maupun istirahat.
Pusing nggliyer
- muncul bersamaan dengan keluhan lemas.
- terus menerus.
- pasien sering hampir jatuh ketika berdiri
- sedikit berkurang ketika istirahat.
Riwayat perdarahan
- Menstruasi sejak 2 hari SMRS, darah keluar banyak.
- Mimisan 2 kali, 2 hari dan 1 hari SMRS. Darah tiba-tiba keluar dari lubang
10
hidung kanan, sekitar 1-2 sendok makan tiap mimisan, warna merah cerah,
tidak menggumpal, berhenti setelah pasien menengadahkan kepala 5 menit.
Mual dan muntah
- sejak 2 hari SMRS.
- 3-4 kali tiap hari, setiap kali makan. Tiap kali muntah sekitar - 1 gelas
belimbing, berisi makanan yang dimakan dan cairan kekuningan.
- disertai perut kembung dan nyeri di ulu hati
Demam
- sejak 4 hari SMRS
- di seluruh badan terasa sumer-sumer dan terus-menerus.
- tidak dirasakan makin meninggi, sedikit berkurang dengan pemberian obat
penurun demam namun pasien kembali demam 2-3 jam setelah minum obat.
Mengeluh sering demam sumer-sumer tanpa sebab yang jelas sejak 3 bulan
Bisitopenia
dengan
11
VI.RENCANA AWAL
No
Diagnosis /
Pengkajian (Assesment)
Masalah
1
Anamnesa
dengan
dd
Rencana Terap
Diagnosis
Bisitopenia
leukositosis
Rencana Awal
Sindrom
GDT
anemia:
lemas, Hitung
pusing nggliyer.
Riwayat epistaksis 1 hari
Retikulosit
BMP
dan 4 hari SMRS
Mual muntah sejak 3 hari USG Abdomen
SMRS
PT/APTT
Demam sejak 4 hari SMRS
Riwayat melena 2 minggu
Inj. Omeprazole 50 mg /
SMRS
Transfusi TC 4 kolf
Pemeriksaan Fisik
umum:
flabot/24 jam
Sucralfat syr 3 x C I
Keadaan
tampak
lemas.
Suhu tubuh 38,5 oC
Ekimosis (+); konjungtiva
pucat (+/+); papil lidah
atrofi (+); bising jantung
(+)
pansistolik
derajat
Pemeriksaan Penunjang
Febrile
Netropenia
- Hb 5,1 g/dl
- Hct 15 %
- AL 18.300/ul
- AT 10.000/ul
- AE 1,72 juta/ul
- Albumin 2,7 g/dl
Anamnesa
-
Pemeriksaan Fisik
-
Urine rutin
12
Feses rutin
Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24
Pemeriksaan Penunjang
3
Sindrom Down
AL 18.300/ul
Netrofil 3,60 %
Anamnesa
low
set
ear,
VII.
Tanggal
Subyektif
4 Mei 2015
Demam (+), menstruasi (+)
13
5 Mei 2015
Demam (+), menstruasi (+)
Objektif
TD : 110/70 mmHg
TD : 100/70 mmHg
RR : 16x/menit
RR : 18x/menit
N : 92 x/menit
N : 84 x/menit
S : 37,8 oC
S : 37,3 oC
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Hidung
Mulut
Mulut
Leher
Leher
tidak membesar
tidak membesar
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
melebar
A : BJ
I-II
melebar
intensitas
normal,
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
gallop (-)
gallop (-)
kanan=kiri
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
tambahan (-/-)
tambahan (-/-)
Abdomen
Abdomen
14
cm
cm
teraba Schufnerr II
teraba Schufnerr II
Akral hangat
__
_
_
_
Px.
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
Akral hangat
Oedem
Oedem
Terlampir
Terlampir
flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Sucralfat syr 3 x C I
7. Sucralfat syr 3 x C I
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg
8. Paracetamol tab 3 x 500 mg
9. Transfusi TC 4 kolf
9. Transfusi TC 4 kolf
10. Transfusi PRC 2 kolf
10. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi
3. Cek PT/APTT
15
5. USG
6. USG
Tanggal
Subyektif
Objektif
6 Mei 2015
7 Mei 2015
Demam (-), menstruasi (+)
Demam (-), menstruasi (+)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup
TD : 100/60 mmHg
TD : 110/70 mmHg
RR : 16x/menit
RR : 18x/menit
N : 72 x/menit
N : 72 x/menit
S : 36,4 oC
S : 36,6 oC
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Hidung
Mulut
Mulut
Leher
Leher
tidak membesar
tidak membesar
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
melebar
A : BJ
I-II
melebar
intensitas
normal,
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
gallop (-)
gallop (-)
kanan=kiri
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
16
tambahan (-/-)
__
_
_ Px.
_
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
tambahan (-/-)
Abdomen
Abdomen
cm
cm
teraba Schufnerr II
teraba Schufnerr II
Akral hangat
Oedem
Terlampir
Akral hangat
Oedem
Terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
Tirah baring tidak total
1.
O2 2 lpm (nasal kanul)
2.
Infus NaCl 20 tpm
3.
Infus aminofluid 20 tpm 1 4.
flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
5. Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Sucralfat syr 3 x C I
7. Aspar K 3 x 1 tab
8. Paracetamol tab 500 mg /kp
8. Sucralfat syr 3 x C I
9. Transfusi TC 4 kolf
9. Paracetamol tab 500 mg /kp
10. Transfusi PRC 2 kolf
10. Transfusi TC 4 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi
3. Feses rutin
3. Cek albumin
4. Cek elektrolit
17
6. USG
Tanggal
Subyektif
Objektif
8 Mei 2015
12 Mei 2015
Demam (-), menstruasi (-)
Demam (-)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup
TD : 110/70 mmHg
TD : 110/70 mmHg
RR : 16x/menit
RR : 16x/menit
N : 76 x/menit
N : 72 x/menit
S : 36,4 oC
S : 36,5 oC
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Hidung
Mulut
Mulut
Leher
Leher
tidak membesar
tidak membesar
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
melebar
A : BJ
I-II
melebar
intensitas
normal,
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
gallop (-)
gallop (-)
kanan=kiri
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
tambahan (-/-)
tambahan (-/-)
Abdomen
Abdomen
18
__
_
_
_
Px.
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
cm
cm
teraba Schufnerr II
teraba Schufnerr II
Akral hangat
Akral hangat
Oedem
Oedem
Terlampir
Terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
flabot/24 jam
5.
Inj. Ceftriaxon 2 gr / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6.
7.
Aspar K 3 x 1 tab
8.
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi PRC 2 kolf
KUVS/24 jam
1.
flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi TC 4 kolf
KUVS/24 jam
3. Cek albumin
3. Cek albumin
4. Cek elektrolit
4. Cek elektrolit
6. USG
6. USG
19
Tanggal
Subyektif
Objektif
13 Mei 2015
16 Mei 2015
Demam (-)
Demam (-)
KU: Tampak lemas, composmentis, KU:Tampak lemas, composmentis,
kesan gizi cukup
TD : 110/70 mmHg
TD : 100/60 mmHg
RR : 18x/menit
RR : 16x/menit
N : 72 x/menit
N : 68 x/menit
S : 36,6 oC
S : 36,3 oC
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Hidung
Mulut
Mulut
Leher
Leher
tidak membesar
tidak membesar
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
melebar
A : BJ
I-II
melebar
intensitas
normal,
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
gallop (-)
gallop (-)
kanan=kiri
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
tambahan (-/-)
tambahan (-/-)
Abdomen
Abdomen
20
cm
cm
teraba Schufnerr II
teraba Schufnerr II
Akral hangat
__
_
_
_
Px.
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
Tanggal
Subyektif
Akral hangat
Oedem
Oedem
Terlampir
Terlampir
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
ALL tipe L2
ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
ALL tipe L2
ISK (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1
5.
6.
7.
8.
9.
1.
flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam 5.
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6.
Sucralfat syr 3 x C I
7.
Transfusi TC 4 kolf
8.
Transfusi PRC 2 kolf
9.
KUVS/24 jam
1.
flabot/24 jam
Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
Inj. transamin 1 amp/8 jam
Sucralfat syr 3 x C I
Transfusi TC 2 kolf
KUVS/24 jam
3. Pro kemoterapi
3. Pro kemoterapi
4. USG
4. USG
18 Mei 2015
Demam (-)
20 Mei 2015
Demam (-)
21
Objektif
TD : 110/70 mmHg
TD : 100/70 mmHg
RR : 16x/menit
RR : 16x/menit
N : 76 x/menit
N : 68 x/menit
S : 36,5 oC
S : 36,3 oC
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Mata
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Hidung
Mulut
Mulut
Leher
Leher
tidak membesar
tidak membesar
Cor
Cor
I : IC tidak tampak
I : IC tidak tampak
melebar
A : BJ
I-II
melebar
intensitas
normal,
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
gallop (-)
gallop (-)
kanan=kiri
I : Pengembangan
dada
kanan=kiri
P : Sonor/sonor
P : Sonor/sonor
tambahan (-/-)
tambahan (-/-)
Abdomen
Abdomen
22
cm
cm
teraba Schufnerr II
teraba Schufnerr II
Akral hangat
__
_
_
_
Px.
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
Tanggal
Subyektif
Akral hangat
Oedem
Oedem
Terlampir
Terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalsemia
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1
ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hipokalsemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1
flabot/24 jam
flabot/24 jam
5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam 5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam 6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam 8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam
9. Sucralfat syr 3 x C I
9. Sucralfat syr 3 x C I
10. Transfusi TC 4 kolf
10. Transfusi TC 3 kolf
11. Transfusi PRC 1 kolf
11. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/24 jam
1. KUVS/24 jam
2. Cek DR3 post transfusi
3. Pro kemoterapi
3. Pro kemoterapi
4. Cek elektrolit
4. Cek elektrolit
22 Mei 2015
Demam (-)
23 Mei 2015
23
Objektif
: CP (+/+), SI(-/-)
Hidung
Mulut
Leher
I : IC tidak tampak
P : IC tidak kuat angkat
P : Batas jantung kesan tidak
melebar
A : BJ
I-II
intensitas
normal,
dada
kanan=kiri
P : Fremitus raba sulit dievaluasi
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler, suara
tambahan (-/-)
Abdomen
I : DP sama tinggi dengan DD
A : Bising usus (+) N: 12x/menit
P : Timpani, pekak alih (-), area
troube pekak, liver span 14
24
cm
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar
teraba 4 cm bawah arcus
costae dextra, 2 cm bawah
processus xyphoideus, lien
teraba Schufnerr II
Akral hangat
_
_
Oedem
_
_
Px.
Penunjang
Assesment
Terapi
Plan
Terlampir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
ALL tipe L2
Cystitis (perbaikan)
Hipoalbuminemia (perbaikan)
Hiponatremia (perbaikan)
Hipokalsemia (perbaikan)
Down Syndrome
Tirah baring tidak total
O2 2 lpm (nasal kanul)
Infus NaCl 20 tpm
Infus aminofluid 20 tpm 1
flabot/24 jam
5. Inj. Meropenem 1 amp / 24 jam
6. Inj. Omeprazole 50 mg / 12 jam
7. Inj. transamin 1 amp / 8 jam
8. Inj. Ca glukonas 1 amp / 24 jam
9. Sucralfat syr 3 x C I
10. Transfusi TC 4 kolf
11. Transfusi PRC 2 kolf
1. KUVS/ 24 jam
2. Cek DR3 post transfusi
3. Pro kemoterapi
25
VIII.
Mimisan
Nggliyer
Trombositopenia
Sindrom Down
Anemia
ALL
Lemas
Netropeni
Leukositosis
Hepatosplenomegali
Mual muntah
Febris
Sistitis
menyebabkan
meningkatkan risiko
26
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien datang ke RSUD Dr Moewardi dengan keluhan lemas sejak
2 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lemas dapat disebabkan
karena berbagai hal. Lemas yang dirasakan pada salah satu anggota gerak
mungkin disebabkan adanya kelainan neurologis. Berbeda dengan lemas
yang dirasakan pada seluruh badan, paling mungkin disebabkan karena
anemia ataupun hipoglikemia. Untuk mengetahui penyebab pastinya, perlu
penggalian anamnesis yang lebih cermat. Pada pasien ini didapatkan
keluhan lemas yang terus menerus, makin lama pasien makin malas
beraktivitas dan hanya bisa berbaring saja. Lemas tidak berkurang dengan
pemberian makan maupun istirahat. Dari hal tersebut dapat disingkirkan
hipoglikemi sebagai penyebab lemas.
Keluhan lemas pada pasien juga disertai dengan pusing nggliyer.
Pusing dirasakan di seluruh kepala terus menerus. Pusing dirasakan makin
mengganggu ketika pasien bangun dari posisi tidur (pasien sering hampir
jatuh ketika berdiri). Pusing sedikit berkurang ketika pasien beristirahat.
Hal ini mengarah pada lemas yang disebabkan karena anemia. Selain itu,
dugaan anemia juga diperkuat dengan riwayat perdarahan pada pasien
yaitu menstruasi sejak 2 hari sebelum masuk sakit dan mimisan sebanyak
2 kali dalam 2 hari serta adanya riwayat buang air besar warna hitam 2
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya konjungtiva pucat,
papil lidah atrofi dan bising pansistolik derajat III/VI di semua osteal.
Pemeriksaan laboratorium darah menunjukkan kadar hemoglobin 5,1
g/dL, MCV 73, MCH 29,7.
Adanya sindroma anemia berupa: lemas dan pusing saat perubahan
posisi serta adanya konjungtiva pucat, papil lidah atrofi, bising jangtung
serta kadar Hb 5,1 g/dL, MCV 73, MCH 29,7 maka dapat ditegakkan
diagnosis anemia normokromik normositik.
Keluhan mimisan pada pasien tidak didahului adanya trauma.
Selain itu pasien juga mengeluhkan riwayat BAB hitam 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Hasil pemeriksaan fisik juga menunjukkan adanya
27
yang
beredar
tidak
memenuhi
fungsinya
untuk
dapat
didefinisikan
sebagai
nilai
hemoglobin,
Kadar Hemoglobin
< 13 g/dL
< 12 g/dL
< 11 g/dL
< 12 g/dL
< 11 g/dL
Kadar Hemoglobin
10 g/dL cut off point
8 g/dL 9,9 g/dL
6 g/dL 7,9 g/dL
< 6 g/dL
28
diklasifikasikan
berdasar
morfologi
eritrosit
maupun
1.
2.
3.
4.
Kemungkinan Penyebab
Anemia defisiensi besi
Thalassemia
Anemia akibat penyakit
kronik
Anemia sideroblastik
1. Perdarahan akut
2. Anemia aplastik - hipoplastik
3. Anemia hemolitik (terutama
bentuk yang didapat)
4. Anemia akibat penyakit
kronik
5. Anemia mieloptisik
6. Anemia pada gagal ginjal
kronik
7. Anemia pada mielofibrosis
8. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
9. Anemia pada leukemia akut
Anemia makrositer
MCV > 95 fl
1. Megaloblastik
a. Defisiensi asam folat
b. Defisiensi vitamin B12
2. Non megaloblastik
a. Penyakit hati kronik
b. Hipotiroid
c. Sindrom mielodisplastik
Kemungkinan Penyebab
1. Kekurangan bahan untuk eritosit
a. Besi; anemia defisiensi besi
b.Vitamin B12 dan asam folat;
anemia megaloblastik
2. Gangguan utilisasi besi
a. Anemia akibat penyakit
kronik
29
b. Anemia sideroblastik
3. Kerusakan jaringan sumsum
tulang
a. Atrofi dengan penggantian
oleh jaringan lemak; anemia
aplastic/hipoplastik
b. Penggantian oleh jaringan
fibrotic/tumor; anemia
leukoeritroblastik/mieloptisik
4. Fungsi sumsum tulang kurang
baik karena sebab yang tidak
siketahui
a. Anemia diseritropoetik
b. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
Kehilangan eritrosit dari tubuh
Hemolisis (peningkatan
destruksi eritrosit)
1. Faktor ekstrakorpuskuler
a. Antibodi terhadap eritrosit
i.
Autoantibodi AIHA
ii.
Isoantibodi - HDN
b.Hipersplenisme
c. Paparan zat kimia
d.Infeksi bakteri/parasit
e. Kerusakan mekanik
2. Faktor intrakorpuskuler
a. Gangguan membran
i.
Hereditary spherocytosis
ii.
Hereditary elliptocytosis
b. Gangguan enzim
i.
Defisiensi piruvat kinase
ii.
Defisiensi G6PD
c. Gangguan hemoglobin
i.
Hemoglobinopati struktural
ii.
Thalassemia
Bentuk Campuran
Bentuk yang patogenesisnya
belum jelas
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena adanya anoksia organ
target yang disebabkan berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan. Selain itu, gejala anemia timbul karena mekanisme
30
31
penting
dalam
tahap
32
33
34
Kemungkinan Penyebab
1. Depresi selektif megakariosit
karena obat, bahan kimia atau
infeksi virus.
2. Bone marrow failure
a. Anemia aplastik
b. Leukemia akut
c. Sindrom mielodisplastik
d. Mielosklerosis
e. Infiltrasi sumsum tulang:
limfoma, carcinoma
f. Myeloma multiple
g. Anemia megaloblastik
Peningkatan destruksi
trombosit
Akibat pengenceran
(dilutional loss)
Tranfusi masif
(Bakta, 2006)
35
pasien menunjukkan bahwa suhu tubuh pasien 38,5oC dan denyut nadi 104
kali per menit. Hasil pemeriksaan laboratorium darah pasien menunjukkan
leukositosis dengan AL 18.300 /uL dan netropenia dengan 3,60% (Jumlah
netrofil = 658 sel/uL). Febris 4 hari dan leukositosis tanpa sebab yang jelas
dapat mengarah ke penyakit infeksi maupun keganasan. Untuk penegakan
diagnosis penyebab demam dibutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
urinalisis.
Peningkatan jumlah leukosit lebih dari batas normal disebut
leukositosis. Keadaan ini menunjukkan adanya proses infeksi atau radang
akut, misalnya pneumonia (radang paru-paru), meningitis (radang selaput
otak), apendiksitis (radang usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, infeksi
saluran kemih dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obatobatan misalnya aspirin, prokainamid, alopurinol, antibiotika terutama
ampicilin, eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara
spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit
infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x
besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam
pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat
bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan
merupakan pertahanan selama fase infeksi akut. Peningkatan jumlah
neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan,
apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain. Penurunan jumlah
neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan
Iain-Iain.
Febril netropeni adalah suatu keadaan di mana suhu tubuh 38,30C
dalam sekali pengukuran, atau suhu badan 380C dalam dua kali
pengukuran yang bertahan paling tidak selama 1 jam atau diukur 2 kali
dalam 24 jam yang disertai dengan penurunan netrofil (netropeni).
Dikatakan netropeni bila hitung netrofil (batang dan segmen) < 500 sel
36
/uL. Atau hitung netrofil (segmen dan batang) < 1000 sel /uL dengan
prediksi penurunan sampai 500 sel/uL dalam 2 hari. Neutropenia dapat
terjadi akibat gangguan pembentukan neutrofil, pergeseran neutrofil ke
jaringan, meningkatnya konsumsi neutrofil, serta meningkatnya destruksi
neutrofil di sirkulasi. Gangguan pembentukan neutrofil dapat terjadi akibat
infiltrasi sel ganas dan efek mielosupresif kemoterapi. Infiltrasi keganasan
dapat terjadi secara primer (leukemia) maupun sekunder (limfoma
maligna, neuroblastoma, retinoblastoma, rabdomiosarkoma). Demam
netropeni biasanya didapatkan pada pasien dengan keganasan hematologi.
(Sudewi et al, 2007)
Demam pada neutropenia merupakan kedaruratan onkologi yang
membutuhkan penanganan cepat dengan pemberian antibiotik yang tepat.
Risiko terjadinya infeksi pada pasien dengan neutropenia meningkat
dengan cepat bila hitung neutrofil kurang dari 500 sel/L dan risiko infeksi
yang berat terjadi bila hitung neutrofil kurang dari 100/L. (Sudewi et al,
2007)
Pada pasien diatas didapatkan adanya infeksi saluran kemih
asimptomatik. Pada pemeriksaan urinalisis tanggal 7 Mei 2015 ditemukan
bakteri Acinetobacter baumanns lebih dari 105 /ml urine, selain itu pada
hasil USG 18 Mei 2015 didapatkan adanya penebalan dinding bladder
yang mengesankan adanya cystitis pada pasien.
Bisitopenia adalah penurunan jumlah pada dua jenis komponen sel
darah. Sedangkan pansitopenia adalah menurunnya jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit. Bisitopenia maupun pansitopenia
dapat disebabkan oleh keganasan hematologi, anemia aplastik, anemia
defisiensi asam folat dan vitamin B12, destruksi sel darah oleh antibodi
seperti pada sindrom Evans, atau adanya maldistribusi seperti pada
sindrom hipersplenisme. (Bakta, 2006)
Bisitopenia pada pasien ditunjukkan dengan anemia normokromik
normositik dan trombositopenia. Bisitopenia disertai dengan leukositosis
pada pasien diduga disebabkan oleh keganasan hematologi. Hal ini
ditunjang dengan hasil pemeriksaan gambaran darah tepi yang menyokong
gambaran keganasan hematologi akut. Kemudian pada pasien dilakukan
37
Bone
Marrow
Punction
yang
menunjukkan
gambaran
leukemia
limfoblastik akut.
Leukemia limfoblastik akut adalah keganasan klonal dari sel-sel
prekusor limfoid. Leukimia akut merupakan leukemia dengan perjalanan
klinis yang cepat, tanpa pengobatan pederita rata-rata meninggal dalam 24 bulan. Namun, dengan pengobatan yang baik ternyata leukemia akut
mengalami kesembuhan lebih banyak dibandingkan dengan leukemia
kronik.
Leukimia akut dapat diklasifikasikan menurut FAB (French,
American British Group), tetapi dalam praktik klinik sehari-hari cukup
dibagi menjadi 2 golongan besar :
1. Acute lympoblastic leukemia (ALL)
Secara morfologik, menurut FAB (French, American British
Group), ALL dibagi menjadi 3 yaitu:
a) L1 : ALL dengan sel limfoblas kecil-kecil dan
merupakan 84% dari ALL.
b) L2 : sel lebih besar, inti ireguler, kromatin bergumpal,
nucleoli
prominen
dan
sitoplasma
agak
banyak.
38
dengan LLA yang terjadi pada anak-anak. Beberapa faktor lingkungan dan
kondisi klinis yang berhubungan dengan ALL adalah:
1. Radiasi ionik
2. Paparan dengan benzene kadar tinggi dapat menyebabkan
aplasia sumsum tulang, kerusakan kromosom, dan leukemia
3. Merokok sedikit meningkatkan risiko ALL pada usia di atas
60 tahun
4. Obat kemoterapi
5. Infeksi virus Epstein Barr berhubungan kuat ALL L3
6. Pasien degan sindrom down dan Wiskott-Aldrich
mempunyai risiko yang meningkat untuk menjadi ALL
(Fianza, 2010)
Proses patofisiologis leukemia akut dimulai dari transfomasi
ganas sel induk hematologic atau turunannya. Proloferasi ganas sel induk
ini menghasilkan sel leukemia akan mengakibatkan :
1. Penekanan hemopoesis normal sehingga terjadi bone
marrow failure
2. Infiltrasi sel leukemia ke dalam organ sehingga
menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi terjadi
keadaan hiperkatabolik.
Gejala klinik leukemia klinik sangat bervariasi, tetapi pada
umumnya timbul cepat, dalam beberapa hari sampai minggu. Gejala
leukemia akut dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar :
1. Gejala kegagalan sumsum tulang, yaitu :
a. anemia menimbulkan gejala pucat dan lemah
b. neutropenia menimbulkan infeksi yang ditandai
oleh demam, infeksi rongga mulut, tenggorok, kulit,
saluran nafas, dan sepsis sampai syok sepsis.
c. trombositopenia menimbulkan easy bruising,
perdarahan
kulit,
perdarahan
mukosa,
seperti
39
a.
b.
c.
d.
e.
kepala,
confussion,
dan
gangguan
sumsung
tulang:
anemia,
organomegali:
40
limfadeopati,
ALL
Limfoblast :
Kromatin :
bergumpal
Nucleoli: lebih
samar, lebih sedikit
Auer rod : negatif
Sel pengiring :
limfosit
Sitokimia
a.
Mieloperoksid
AML
Myeloblast
Lebih halus
Lebih prominen
Lebih banyak (<2)
Positif
netrofil
+
+
ase
b.
c.
Sudan black
Esterase
nonspesifik
d.
PAS
e.
Acid
f.
kasar
+ (Thy ALL)
phosphatase
Platelet
+ (monositik)
+ (halus)
+ (M7)
peroksidase
Enzim:
a. Tdt
b. Serum lisozime
+
-
+ (monositik)
(Bakta, 2006)
Kesimpulan dari hasil anamnesis dan analisa pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan penunjang, maka pasien didiagnosis dengan Bisitopenia
dengan leukositosis dd CML dd CLL dd AML dd ALL dd anemia aplastik.
Diagnosis kedua adalah adanya febrile netropenia yang bisanya terjadi
41
merata
Kesimpulan dari gambaran darah tepi menyokong gambaran keganasan
hematologi akut dan disarankan pemeriksaan BMP.
Pada tanggal 7 Mei 2015 dilakukan pemeriksaan urinalisa pada
pasien dan didaptkan hasil :
Selected Organism
Organism Quantity
Sensitive Antimicrobial
: Acinetobacter baumanns
: > 105 /ml urine
: - Ampicillin/Sulbactam
- Meropenem
- Amikacin
- Tigecycline
- Trimethoprim/Sulfamethoxazole
Dari hasil ini dapat disimpulkan infeksi pada pasien sehingga
menyebabkan febril adalah infeksi saluran kemih. Pada tanggal 18 Mei
dilakukan pemeriksaan USG abdomen dan didapati hasil adanya
hepatosplenomegali dan adanya sistitis pada pasien.
42
heterogen,
nukleoli prominent, sitoplasma moderat.
: Gambaran sumsum tulang menunjukkan
Kesimpulan
Akut
limfoblastik leukemia
: Evaluasi GDT paska terapi
Saran
12
15
16
17
18
20
23
TC
PRC
43
Gambar
5. Grafik
Kadar
Hemoglobin
44
45
DAFTAR PUSTAKA
Bakta, I. M. (2006). Hematologi klinik ringkas. Penerbit Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
DeMaeyer, E. M., Dallman, P., Gurney, J. M., Hallberg, L., Sood, S. K., &
Srikantia, S. G. (1989). Preventing and controlling iron deficiency
anaemia through primary health care: a guide for health
administrators and programme managers.Geneva : WHO
Fianza PI, (2010). Leukimia Limfoblastik Akut. Dalam : Sudoyo Aru W, et
all, (editors) Buku Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). Buku Ajar Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Henderson ES, Lister TA, Greaves MF, editors. (1996). Leukimia. 6th
edition. Philadelphia: WB Saunders Co.
Hillman, R. S., Ault, K. A., & Rinder, H. M. (2011). Hematology in
clinical practice. McGraw-Hill Medical.
Reksodiputro AH, et all. (1999). Hematologi dan Onkologi Medik. Dalam :
Simadibrata M, et all (editors): Pedoman Diagnosis dan Terapi di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sudewi, N. P., Tumbelaka, A. R., & Windiastuti, E. (2007). Kejadian
Demam Neutropenia pada Keganasan. Sari Pediatri, 8(suppl 3), 6872.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S.
(2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-5. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 1113-4.
46
47
LAMPIRAN
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN
1. Tanggal 4 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
PDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Hemostasis
PT
APTT
INR
b. GDT
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Kesimpulan
Saran
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
7,6
23
13,5
10
2,51
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
91,1
30,3
33,2
16,1
6,0
18,0
/um
pg
g/dl
%
%
fl
80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1
0,00
0,10
3,30
96,00
0,60
%
%
%
%
%
0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00
14,6
32,6
1.210
Detik
detik
10,0 15,0
20,0 40,0
HASIL
N
Hematologi Rutin
48
SATUAN
RUJUKAN
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Hemostasis
PT
APTT
INR
8,3
26
6,2
12
2,88
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
13,6
28,6
1.100
Detik
detik
10,0 15,0
20,0 40,0
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
8,5
25
6,7
7
2,97
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
84,7
28,4
33,6
18,1
4,0
6,6
/um
pg
g/dl
%
%
fl
80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1
0,80
0,30
4,90
89,70
2,60
%
%
%
%
%
0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
8,8
27
5,3
14
3,13
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
49
MCV
MCH
MCHC
RDW
HDW
MPV
Hitung Jenis
Eosinofil
Basofil
Netrofil
Limfosit
Monosit
Kimia klinik
Albumin
Elektrolit
Natrium
Kalium
Klorida
85,9
28,1
33,7
18,5
3,9
7,4
/um
pg
g/dl
%
%
fl
80.0-96.0
28.0-33.0
33.0-36.0
11.6-14.6
25.0 -65.0
7.2-11.1
0,10
0,20
6,90
84,60
4,40
%
%
%
%
%
0.00-4.00
0.00-2.00
55.00-80.00
22.00-44.00
0.00-7.00
2.8
Mg/dl
3.5 5.2
134
3,1
105
Mmol/L
Mmol/L
Mmol/L
136 145
3.3 5.1
98 106
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia klinik
Albumin
8,0
26
2,9
33
2,92
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
3,0
Mg/dl
3.5 5.2
50
PEMERIKSAA
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Kimia klinik
SGOT
SGPT
Albumin
Creatinine
Ureum
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
8,3
31
3,8
6
2,87
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
23
17
3,1
1,0
42
u/l
u/l
Mg/dl
mg/dl
mg/dl
0-35
0-45
3.5 5.2
0.6-1.2
<50
134
37
1,06
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.3-5.1
1.17 1.29
b. BMP
Lokasi
: SIAS Dextra
Konsistensi : Padat
Sistem eritropoietik
Sistem granulopoietik
Sistem trombopoietik
didapat
Sistem Limfopoietik
Selularitas
M/E Ratio
: Normoseluler
: Tidak dinilai
heterogen,
Kesimpulan
Akut
Saran
limfoblastik leukemia
: Evaluasi GDT paska terapi
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
9,0
28
3,5
g/dl
%
Ribu/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
51
Trombosit
Eritrosit
17
3,13
Ribu/ul
Juta/ul
150-450
4.50-5.90
PEMERIKSAA
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
10,0
31
2,3
15
3,42
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
9,8
31
2,9
27
3,41
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
135
3,5
0,99
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.3-5.1
1.17 1.29
b. USG Abdomen
Hepar : membesar ukuran 15,07 cm, echostruktur normal, VH/VP
normal, sudut tajam, tepi reguler, tak tampak nodul/kista/massa.
GB : ukuran normal, dinding tidak menebal, tak tampak batu/kista/massa.
Lien : membesar ukuran 14,48 cm, echostruktur normal, tak tampak
kista/massa.
Ginjal kanan/kiri : ukuran normal, echostruktur normal, batas sinuskorteks tegas, tak tampak ectasis PCS, tak tampak batu/kista/massa.
Bladder : terisi cukup urin, dinding menebal, tak tampak
massa/kista/batu.
Uterus : ukuran normal, tak tampak massa, tampak endometrium yang
menebal (1,68 x 0,31 cm) dengan cavum uteri yang terbuka.
Tak tampak limfadenopati paraaorta.
Tak tampak echo cairan di cavum pleura dan cavum abdomen.
52
Kesimpulan : - Hepatosplenomegaly
- Cystitis
- Endometrium yang menebal dengan cavum uteri yang
terbuka sesuai gambaran post menstruasi
- GB, Ginjal kanan/kiri tak tampak kelainan
10. Tanggal 20 Mei 2015
a. Lab Darah
PEMERIKSAA
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
8,2
26
1,8
12
2,88
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
134
4,8
1,08
mmol/L
mmol/L
mmol/L
136-145
3.3-5.1
1.17 1.29
PEMERIKSAA
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
12,8
40
2,5
27
4,42
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
PEMERIKSAA
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
14,1
43
2,9
30
4,87
g/dl
%
Ribu/ul
Ribu/ul
Juta/ul
12-15.6
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
N
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Elektrolit
Natrium
Kalium
Kalsium
11. Tanggal 22 Mei 2015
a. Lab Darah
53
13. Tanggal
54