Anda di halaman 1dari 15

Pendahuluan

Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan pada
melanosit, sel penghasil melanin yang biasanya berlokasi di stratum basal epidermis, tetapi
juga ditemukan di mata, telinga, traktus gastrointestinal, leptomeningens, mukosa oral dan
genitalia. Sebagian besar sel melanoma menghasilkan melanin, maka melanoma seringkali
berwarna coklat atau hitam.1
Penyakit ini biasanya terjadi de novo atau didahului nevus berpigmen dan lentigo
maligna. Angka kejadian melanoma tinggi terutama di kawasan Amerika, Australia dan
Inggris. Ras Kaukasia memiliki angka insidensi melanoma lebih tinggi daripada ras Hispanik,
Asia, dan Afrika-Amerika
Melanoma biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam waktu singkat, tidak
saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar melalui aliran darah, serta
dapat menyebabkan kematian. Ini adalah jenis penyakit kanker kulit yang paling ganas
dengan angka mortalitas tinggi.2
Di Indonesia, angka kejadian melanoma maligna lebih sedikit dibandingkan ketiga
negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan (merusak penampilan) juga dapat berakibat fatal bagi penderita pada stadium
lanjut. Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan pemeriksaan, diagnosis
dapat ditegakkan dengan cepat. Kompetensi dokter umum terhadap pasien melanoma adalah
dua artinya dokter umum harus mampu menegakkan diagnosis dan merujuk kasus tersebut.
Referat ini akan membahas tentang definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis.

Epidemiologi
Insiden melanoma maligna itu sendiri berbeda-beda di tiap negara, dengan insiden
tertinggi terjadi di Australia dan Amerika. Melanoma menduduki urutan ke 6 laki-laki dan
urutan ke 7 perempuan di Amerika. Diperkirakan jumlah kasus baru melanoma maligna di
Amerika pada tahun 2011 sebesar 62.480 kasus, dengan 34.4950 kasus terjadi pada laki-laki
dan 27.350 pada wanita.3

Insiden melanoma melanoma meningkat seiring dengan peningkatan usia. Sebuah


penelitian menyatakan bahwa rerata usia penderita melanoma adalah 53 tahun. Namun, faktor
usia tersebut tidaklah mutlak karena insiden melanoma tergantung juga pada faktor-faktor
lainnya.4,5
Patogenesis
Melanoma berasal dari melanosit, yang timbul dari puncak saraf dan bermigrasi ke
epidermis, uvea, meningen dan mukosa ektodermal. Melanosit, berada di kulit dan
menghasilkan melanin pelindung, yang terkandung dalam lapisan basal epidermis. Melanoma
dapat berkembang pada atau di sekitar lesi yang sudah ada sebelumnya atau di kulit yang
tampak sehat. Melanoma yang berkembang dalam kulit yang sehat dinamakan de novo.
Namun, sebagian besar melanoma tidak timbul de novo melainkan di atas lesi kulit yang
telah ada sebeluumnya. Faktor risiko melanoma adalah radiasi ultraviolet dari sinar matahari .
Melanoma juga dapat terjadi didaerah tidak terbakar kulit, termasuk telapak tangan, telapak
kaki, dan perineum. Lesi tertentu dianggap prekursor lesi melanoma seperti nevus, nevus
displastik, nevus kongenital, dan nevus bleu. Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan, yaitu
radial dan vertikal. Sebagian besar melanoma tumbuh ke arah vertikal, di mana sel-sel ganas
menginvasi dermis dan mampu bermetastasis.2
Faktor Risiko
Faktor risiko melanoma maligna terdiri atas faktor internal dan eksternal.
Faktor internal:
a. Tahi lalat (Nevus)

Tahi lalat atau nevus merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit. Nevus
tersebut dapat timbul sejak lahir atau saat masa kanak-kanak, bisa juga saat remaja.
Salah satu tipe nevus yang dapat berubah menjadi melanoma yaitu dysplastic
nevus atau tahi lalat atipik. Nevus displastik sedikit seperti nevus normal biasa, namun
juga terlihat seperti melanoma. Nevus displastik ini seringkali merupakan faktor keluarga.
Jika seseorang memiliki seorang anggota keluarga yang mempunyai displastik nevus,
maka sekitar 50% kemungkinan nevus tersebut akan berkembang.2

Risiko melanoma sekitar 6% sampai dengan 10% pada mereka yang memiliki
nevus displastik, tergantung pada usia, faktor keluarga, jumlah nevus displastik dan
faktor-faktor lainnya. Sedangkan pada mereka yang memiliki nevus melanotik sejak lahir,
resiko berkembangnya melanoma yaitu sekitar 6%.
Pada studi case-control,individu yang memiliki nevus yang dianggap nevus
displastik apabila memenuhi 2 kriteria, yaitu :
a. Diameter sekurang-kurangnya 5mm dengan tekstur yang datar (baik seluruhnya
maupun sebagian).
b. Dua dari kriteria berikut : warna yang bervariasi, asimetris atau batas yang tidak
jelas.
Tahi lalat yang berubah, jumlah yang banyak (lebih dari 100 buah) dan tahi lalat
yang sangat besar dengan diameter >20 cm pada orang dewasa menambah faktor
risiko. 4,5
b. Faktor Keluarga
Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga yang
didiagnosis melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu, saudara atau
anak. Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki sejarah keluarga yang menderita
penyakit yang sama. 2
c. Fenotip
Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud dalam hal ini
yaitu ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang, berbintik-bintik, warna mata
hijau atau biru, rambut merah atau pirang, dan lain sebagainya.
Risiko terhadap orang kulit putih 20 kali lebih tinggi bila dibanding dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena efek protektif pigmen kulit. Namun bukan berarti
orang kulit hitam terbebas sama sekali dari resiko melanoma, hanya saja tempat
predileksi yang berbeda. Beberapa penelitian menyatakan bahwa orang Hispanik dan
Afrika, melanoma lebih sering ditemukan di daerah akral. 3

d. Supresi Sistem Imun


3

Orang yang telah diterapi dengan obat-obatan imun supresor, seperti pada pasienpasien transplantasi, memiliki risiko terkena melanoma lebih tinggi. 2,3
e. Usia
Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang pada usia
lebih dari 50 tahun. 4,5
f. Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum merupakan penyakit yang diturunkan sebagai hasil dari
defek pada enzim yang memperbaiki kerusakan pada DNA dan jarang ditemukan.
Seseorang dengan xeroderma pigmentosum memiliki risiko tinggi terhadap kanker kulit,
baik melanoma maupun nonmelanoma. Hal ini dikarenakan adanya defek tersebut
menyebabkan kemampuan orang tersebut untuk memperbaiki DNA yang rusak karena
terpajan sinar Ultraviolet menurun atau tidak ada sama sekali. 5,6

Faktor eksternal:
Paparan Terhadap Radiasi Sinar UV yang Berlebihan
Sumber utama radiasi sinar UV adalah matahari. Sedangkan sumber yang lain
yaitu pada lampu-lampu yang biasanya dipakai di salon-salon kecantikan untuk
menggelapkan kulit.7
Orang yang terpapar sinar UV yang berlebihan memiliki risiko lebih besar
dibandingkan dengan yang tidak terpapar. Hal ini dikaitkan juga dengan faktor
lingkungan, yaitu tinggal dilokasi dekat dengan garis ekuator, orang yang memiliki
kebiasaan rekreasi outdoor atau orang yang memiliki pekerjaan yang mengharuskannya
terpapar sinar matahari lebih banyak, seperti pelaut, petani, dll. 2
Manifestasi Klinis
Anamnesis pada pasien melanoma penting. Lesi dapat dicurigai suatu melanoma
maligna, jika lesi melalui anamnesis didapatkan lesi dirasakan semakin membesar, berubah
bentuk serta konsistensi, berubah warna serta terdapat tanda inflamasi disekitar lesi.
Perubahan bentuk lesi dapat berupa lesi semakin tebal, permukaan tidak rata atau terbentuk
tukak. Pendarahan menandakan lesi sudah sangat lanjut. 3

Secara klinis,

melanoma maligna terdiri atas 4 macam tipe, yaitu Superficial

spreading melanoma. mucosal melanoma,

nodular melanoma, lentigo maligna, acral

lentiginous melanoma, polypoid melanoma, desmoplastic melanoma, dan amelanotic


melanoma.4
a. Superficial Spreading Melanoma (SSM)
Merupakan tipe melanoma yang sering terjadi, yaitu sekitar 70% dari kasus yang
didiagnosa sebagai melanoma. Dapat terjadi pada semua umur namun lebih sering pada usia
30-50 tahun, sering pada wanita dibanding pria dan merupakan penyebab kematian akibat
kanker tertinggi pada dewasa muda.5
Pada permukaannya terdapat campuran dari bermacam-macam warna seperti coklat,
abu-abu, biru, hitam, dan sering kemerahan, batasnya tidak tegas, dan terdapat area inflamasi
pada lesi. Area di sekitar lesi dapat menjadi gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang
sebagai reaksi imun seseorang untuk menghancurkannya. Tipe ini berkembang sangat cepat.
Diameter pada umumnya lebih dari 6mm. Predileksi pada wanita dijumpai di tungkai bawah
dan punggung, sedangkan pada laki-laki di badan dan leher. 6

Gambar 1. Superficial Spreading Melanoma/Melanoma Maligna Permukaan


b. Nodular Melanoma (NM)
Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya sangat cepat dan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai bulan. Sebanyak 15%-30% kasus
melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma merupakan nodular melanoma. Dapat terjadi
pada semua umur, namun lebih sering pada individu berusia 50 tahun ke atas. Tempat
predileksinya adalah tungkai dan tubuh. Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul coklat
kemerahan atau biru hingga kehitaman, atau nodul berbentuk kubah, atau setengah bola
(dome shaped) atau polopoid dan aksofitik yang dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah
dengan trauma minor, timbul lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau tidak

berpigmen. Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan sulit diidentifikasi
dengan deteksi ABCDE. 7,8

Gambar 2. Nodular melanoma/Melnoma Maligna bernodul


c. Lentigo Maligna Melanoma (LMM)
LMM disebut juga Hutchinsons melanotic freckle atau prakanker Dubreilh. LMM
timbul dari lesi lentigo maligna yang telah ada sebelumnya, terutama terjadi pada usia 40
tahun ke atas. Berlawanan dengan substipe melanoma lainnya, LMM mengenai daerah tubuh
yang terpapar sinar matahari untuk jangka waktu yang lama, terutama wajah, pipi, hidung,
leher, telinga. Lesi pada lentigo maligna biasanya berupa bercak makula kecil, berwarna
coklat gelap, coklat, atau hitam. Pada permukaannya dapat dijumpai adanya bercak-bercak
pigmentasi, yang tersebar tidak teratur. Lesi meluas secara perlahan dan ireguler. Dapat
berkembang menjadi nodul biru kehitaman yang invasif dan hiperkeratotik. 8

Gambar 3. Lentigo melanoma


d. Acral Lentigoneous Melanoma (ALM)
Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo). Merupakan tipe yang paling
jarang terjadi. .Sering disebut sebagai hidden melanoma karena lesi ini terdapat pada
daerah yang sukar untuk dilihat atau sering diabaikan. Predileksi di telapak kaki dan tangan,
jari-jari tangan dan kaki, dasar kuku. Lesi berupa bercak dengan pigmen yang tersebar
dengan intensitas yang bervariasi. Pada permukaannya dapat timbul papul, nodul, dan dapat
mengalami ulserasi, kadang-kadang lesi tidak mengandung pigmen. 8
6

Gambar 4.Acral Lentigous Melanoma


d. Polypoid Melanoma
Ini adalah salah satu jenis dari melanoma nodular, tampak seperti pedunculated
tumor. 8
e. Mucosal Melanoma
Pola pertumbuhan mukosa melanoma menyerupai perubahan pertumbuhan lentigo
melanoma. Di dalam mulut, terutama palatum. Lesi biasanya pigmented dan
mengalami ulserasi.8
f. Desmoplastic melanoma
Melanoma tipe ini biasanya memiliki ciri khas, yaitu spindle-cell pada pemeriksaaan
histologi. Dimana serabut kolagen meluas diantara sel tumor. Penyakit biasanya
terjadi pada laki-laki berusia lanjut, dareah predileksi, leher, kepala. 8
g. Amelanotic Melanoma
Melanoma non pigmentasi ini dibedakan dari melanoma lain karena kurangnya
pigmen. Lesi biasaya berwarna pink, eritematosa, dan biasanya menyerupai sel basal
karsinoma atau granuloma piogenik. Amelanotik melanoma yang biasanya ditemukan
pada albino. 8
Diagnosis
Diagnosis melanoma ditegakkan dengan identifikasi klinik dengan konfirmasi
histologi. Identifikasi klinik dimulai dengan riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit
terdahulu, dan pemeriksaan fisik terhadap lesi yang dicurigai.
a. Anamnesis
Dari anamnesis, lesi yang dicurigai melanoma biasanya berupa terdapatnya
pertumbuhan lesi di atas kulit normal atau di atas lesi kulit yang telah ada sebelumnya
7

dimana lesi dirasakan gatal, semakin membesar, berubah bentuk serta konsistensi,
berubah warna serta terdapat tanda inflamasi disekitar lesi. Perubahan bentuk lesi
dapat berupa lesi semakin tebal, permukaan tidak rata atau terbentuk tukak.
Pendarahan menandakan lesi sudah sangat lanjut.9
b. Pemeriksaan fisik
Yang perlu dilakukan saat pemeriksaan fisik yaitu memperhatikan lebih detil
dengan inspeksi, palpasi dan bila perlu inspeksi dengan bantuan kaca pembesar atau
lup. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ukuran, bentuk, warna dan tekstur dari nevus
tersangka dan mencari adanya perdarahan atau ulserasi. Pemeriksaan terhadap
kelenjar limfe yang berada dekat dengan lesi juga perlu dilakukan. Adanya
pembengkakan atau biasa disebut dengan limfadenopati menunjukkan kemungkinan
adanya penyebaran melanoma.
Pemeriksaan ditempat tubuh yang lain dapat dilakukan jika terdapat
kecurigaan atau untuk evaluasi dari pemeriksaan yang lalu pada individu dengan
faktor risiko. Di luar negeri, evaluasi terhadap seluruh tubuh sudah dilakukan, yaitu
dengan cara mendokumentasikan nevus-nevus yang ada di seluruh tubuh. Oleh karena
itu, perubahan akan lebih cepat terdeteksi dengan membandingkannya dengan
dokumentasi terdahulu.
Secara klinis, lesi yang dicurigai melanoma dapat dinilai dengan sistem
Asymmetry, Border, Colour, Diameter, Envolving (ABCDE). Sistem ini juga dapat
digunakan dalam penilaian lesi menggunakan dermoskopi.

Sistem ABCDE (Asymmetry, Border, Colour, Diameter, Envolving)


Berguna dalam mendiagnosa melanoma maligna serta untuk meningkatkan
kewaspadaan individu terhadap penyakit keganasan ini.
Asymmetry
Jika ditarik garis khayal vertikal yang membelah
lesi menjadi dua, maka tiap-tiap bagian tidak sesuai

Border
Batasnya tidak tegas atau kabur
Color
Tidak memiliki satu warna yang solid melainkan
campuran yang terdiri dari coklat kekuningan,
coklat dan hitam, merah, juga biru keabu-abuan.
Diameter
Melanoma biasanya lebih besar dari 6 mm, ketika
dilakukan pemeriksaan, bisa lebih kecil dari
biasanya . Sehingga harus diperhatikan perubahan
tahi lalat dibanding yang lainnya atau berubah
menjadi gatal atau berdarah ketika diameternya
lebih kecil dari 6 mm
Evolving
Mencurigai setiap perubahan dalam ukuran,
bentuk, warna, tingginya atau ciri-ciri lain atau ada
gejala baru seperti mudah berdarah, gatal dan
berkrusta
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
pemeriksaan

penunjang

histopatologik

ini
dan

yaitu

meliputi

pemeriksaan

pemeriksaan

radiologi,

laboratorik,

akhir-akhir

ini

jugadikembangkan pemeriksaan dengan epiluminescence microscopy. Dengan tehnik


ini, lesi yang berpigmen tersebut diperiksa dengan minyak emersi menggunakan alat
yang dikenal dengan dermoskop. 2,9

Gambar 5. Perbandingan gambaran klinik (A) dan dengan menggunakan epiluminescence


microscopy (B)

Lesi melanositik memiliki gambaran spesifik pada dermoskop yaitu


reticulation network, pseudonetwork (pada wajah), globules, streaks dan homogenous
blue pigmentation (Bagan 1). Jika gambaran tersebut dapat ditemukan pada lesi,
maka langkah selanjutnya adalah menilai apakah lesi melanositik ini adalah ganas
atau tidak ganas melalui sistem ABCD (Asymmetry, Border sharpness, Colors an
Dermoscopic structure) (Tabel 1). Sistem skoring untuk menilai lesi melanositik
dapat dilihat pada Tabel 2 & 3. Bagan 1. menunjukkan kriteria kalkulasi skor
dermoskopi total dari sistem ABCD menggunakan dermoskopi.9
Diagnosa Banding
Diagnosis banding melanoma meliputi nevus displastik atau nevus atipik
Karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, blue nevi, hemangioma, dermatofibroma,
keloid, keratokantoma, lentigo, keratosis seboroik.10,11

10

Evaluasi Dermaskopi

Melanoma & non melanoma

Perbedaan antara
nevus &
melanoma

Bagan 1. Algoritma pemeriksaan menggunakan dermoskop7

Tabel 1. Kriteria ABCD menggunakan dermoskop.


Dermoskopi
A = Asimetri

B = Border sharpness
C= Color (warna)
D= Dermoskop

Definisi
Apabila ditarik garis khayal, maka lesi tidak akan simetris, lesi yang
simetris pada kedua sumbu diberikan nol poin, satu sumbu asimetri 1
poin dan jika lebih dari sumbu asimetri 2 poin. Dengan demikian, poin
berkisar dari 0 sampai 2
Dilakukan pembagian lesi menjadi delapan seperti potongan kue untuk
melihat batas terjelas dari lesi dengan kulit di sekitarnya. Batas yang
paling tegas memiliki nilai tertinggi, berkisar 0-8
Coklat, coklat tua, hitam, merah, putih, biru-abu-abu. Poin berkisar 1-6
Gambaran spesifik pada dermoskop yaitu reticulation network,
pseudonetwork (pada wajah), globules, streaks dan homogenous blue
pigmentation. Poin berkisar 1-5

Tabel 2. Kalkulasi skor dermoskopi total7


11

Kategori
Asimmetry
Border sharpness
Colors
Dermoskopic structure
Skor dermoskopik total

Point
0-2
0-8
1-6
1-5

Weight factor
X 1,3
X0,1
X 0,5
X0,5

Kisaran skor
0-2,6
0-0,08
0,5-3.0
0,5-2,5
1,0-8,9

Tabel 3. Sistem skoring neoplasma melanositik7


Kategori
Benigna
Suspek ganas
Maligna

Kisaran skor
< 4,75
4,75- 5,25
>5,25

Penatalaksanaan
Pembedahan merupakan terapi utama dari melanoma maligna, yang hampir 100%
efektif pada masa-masa awal tumor. Pembedahan ini dilakukan dengan cara eksisi luas dan
dalam dengan pinggir sayatan yang disesuaikan dengan lesi. Namun apabila diketahui terjadi
penyebaran maka dibutuhkanoperasi lanjutan untuk mengangkat jaringan disekitarnya. 7,8

Komplikasi
1. Melanoma maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas, dapat menyebar
kebagian tubuh lainnya seperti kelenjar limfa, tulang, hati
2. Metastasis dapat berlangsung cepat secara hematogen maupun limfogen.
Prognosis
Prognosis melanoma maligna sangat bervariasi. Ditentukan oleh banyak faktor,
diantaranya sifat tumor, stadium klinis, metastasis dann faktor pejamu atau host.
a. Sifat tumor
Jenis tumor : untuk LMM mempunyai prognosis paling baik, kemudian SSM,
sedangkan NM dan ALM mempunyai prognosis yang paling buruk
Lokasi tumor: lesi pada ekstremitas mempunyai prognosis lebih baik daripada
dibadan.
Tingkat invasi dan kedalaman (ketebalan): makin dalam invasi tumor, prognosis
makin buruk

b. Stadium klinis
Stadium klinis melanoma menurut American Joint Committe on Cancer Melanoma
staging dapat dilihat pada Tabel 4.
12

c. Lokasi metastasis
Metastasis ke tulang dan hati mempunyai prognosis lebih buruk, dibanding bila terjadi
metastasis ke kelenjar limfe dan kulit. Jika terdapat melanogen di urin maka
prognosisnya lebih buruk.9
d. Faktor pejamu dan faktor lain
Faktor pejamu dan faktor lain yang mempengaruhi perkembangan melanoma adalah,
Imunitas, keadaan umum, jenis kelamin (prognosis pada wanita lebih baik daripada
laki-laki), usia, adanya limfosit yang diinfiltrasu tumor, ulserasi, lokasi, adanya
leukoderma pada daerah distal, dan regresi.9
Kesimpulan
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah keganasan yang
terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya berlokasi di kulit. .Karena
sebagian besar sel melanoma menghasilkan melanin, maka melanoma seringkali berwarna
coklat atau hitam. Menurut etiologinya, melanoma kulit dapat disebabkan oleh faktor
ekstrinsik berupa paparan sinar ultraviolet, faktor intrinsik berupa genetik, dan ras. Melanoma
maligna paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar sinar matahari tapi hampir separuhnya
tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen, terdapat tanda-tanda peradangan pada kulit sekitar
tahi lalat, terjadi perubahan warna, ukuran, bentuk/konsistensi serta mudah bermetastase.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan deteksi dini gejala klinis, pemeriksaan penunjang, dan
kategori ABCDE. Penanganan melanoma prinsipnya adalah melakukan eksisi yang pada
awalnya dilakukan pengukuran ketebalan invasi terlebih dahulu. Prognosa ditentukan oleh
sifat tumor, stadium klinis, lokasi metastase dan faktor penderita.

13

DAFTAR PUSTAKA
14

1. Goldstein BG, Goldstein AO. Diagnose and Management of Malignant Melanoma.


Am Fam Phys 2001.p.1357-67
2. Bailey EC, Sober AJ, Tsao H, Mihm MC, Johnson TM. Cutaneous Melanoma. In:
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors.
Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill;
2012.p 1416-44.
3. Claus Garbe, Jurgen Bauer. Melanoma. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Schaffer JV.
Dermatology. 3rd ed. Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier; 2012. p.523-38.
4. Rager E.L., Bridgeford E.P., Ollila D.W. Cutaneous Melanoma: Update on
Prevention, Screening Diagnosis, and Treatment. American Family Physician,
2005:269-276
5. Bandarchi B., Ma L., Navab R., Seth A., Rasty G., From Melanocyte to Metastatic
Malignant Melanoma. Dermatology Research and Practice. Review Article, 2010.
6. W Tan, Winston. 2011. http://emedicine.medscape.com/article/280245-overview.
medscape. (diakses tanggal 12-04-2015)
7. Taylor, Franci. Handbook of dermascopy 2006: p.32-34.
8. Mackie R.M. Malignant melanoma of the skin: In Rooks Textbook of Dermatology
7nd ed. USA: Blackwell science; 2004.p.1909-25
9. Murphy G.F. Kulit: Buku Ajar Patologi edisi ke-7, Jakarta: EGC, 2007:900-901
10. Bishop J. A. N., Corrie P. G., Evans J, Gore M. E., Hall P. N., Kirkham N. Dkk. UK
Guidlines For the Management of Cutaneous Melanoma. Br J of Plas Surg 2002:4654
11. James WD, Elston DM, Berger TG. Andrews Disease of the Skin: Clinical
Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai