HIPOPITUITARISME
Ns.Martha Sinaga,SKep
DEFINISI
HIPOPITUITARI
ETIOLOGI
Hipopiutuitarisme
5.Nekrotik hipoksik
(kematian akibat kekurangan O2) hipofisis
atau
oksigenasi dapat merusak sebagian atau
semua
sel penghasil hormon.
Salah satunya sindrom sheecan, yang
terjadi
setelah perdarahan maternal.
MANIFESTASI KLINIS
1.Sakit kepala dan gangguan penglihatan
atau adanya tanda tanda tekanan intra
kranial yang meningkat.
Mungkin merupakan gambaran penyakit
bila
tumor menyita ruangan yang cukup besar.
4.Sindrom Chusing :
Obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi,
diabetesmilitus, osteoporosis.
5.Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt
Hormon = GH)
gangguan pertumbuhan pada anak anak.
6.Defisiensi Gonadotropin :
impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok
pada pria, amenore pada wanita.
7.Defisiensi TSH :
rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran
laboratorium dari hipertiroidism.
8.Defisiensi Kortikotropin :
malaise,anoreksia, rasa lelah yang nyata,
pucat,
gejala gejala yang sangat hebat selama
menderita penyakit sistemik ringan biasa,
gambaran laboratorium dari penurunan
fungsi
adrenal.
9.Defisiensi Vasopresin : poliuria,
polidipsia,
dehidrasi, tidak mampu memekatkan
urin.
PEMERIKSAAN FISIK
1.Pemeriksaan Fisik
a.Inspeksi :
Amati bentuk dan ukuran tubuh,
ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran
buah dada, pertumbuhan rambut axila dan
pubis pada klien pria amati pula
pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan
kumis)
b.Palpasi :
Palpasi kulit, pada wanita
biasanya menjadi kering dan kasar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan Laboratorik.
Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi
kortikosteroid dalam urin menurun, BMR
menurun.
2.Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis
Sella Tursika
a.Foto polos kepala
b.Poliomografi berbagai arah(multi direksional)
c.Pneumoensefalografi
d.CT Scan
e.Angiografi serebral
KOMPLIKASI
1.Kardiovaskuler.
a.Hipertensi.
b.Tromboflebitis.
c.Tromboembolisme.
d.Percepatan uterosklerosis.
2.Imunologi.
Peningkatan resiko infeksi dan
penyamaran tanda tanda infeksi.
3.Perubahan mata.
a.Glaukoma.
b.Lesi kornea.
4.Muskuloskeletal.
a.Pelisutan otot.
b.Kesembuhan luka yang jelek.
c.Osteoporis dengan fraktur kompresi
vertebra, fraktur patologik tulang
panjang, nekrosis aseptik kaput femoris.
5.Metabolik.
Perubahan pada metabolisme glukosa
sindrome penghentian steroid.
6.Perubahan penampakan.
a.Muka seperti bulan (moon face).
b.Pertambahan berat badan.
c.Jerawat.
DIAGNOSA BANDING
1.Gangguan hipotalamus.
2.Penyakit organ target
seperti gagal tiroid primer, penyakit
addison
atau gagal gonadal rimer.
3.Penyebab sindrom chusing lain termasuk
tumor adrenal, sindrome ACTH ektopik.
4.Diabetes insipidus psikogenik atau
nefrogenik.
5.Syndrom parkinson
PENATALAKSANAAN MEDIS
1.Kausal.
Bila disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan
radiasi.
Bila gejala gejala tekanan oleh tumor progresif
dilakukan
operasi.
2.Terapi Substitusi
a.Hidrokortison antara 20 30 mg sehari
b.Puluis tiroid / tiroksin diberikan setelah terapi dengan
hidrokortison.
c.Testosteron pada penderita laki laki
berikan suntikan testosteron enantot atau testosteron
siprionat 200 mg intramuskuler tiap 2 minggu. Dapat
juga diberikan fluoxymestron 10 mg per-os tiap hari.
TINJAUAN KEPERAWATAN
1 PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini
antara lain mencakup:
1.Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala
yang pernah diderita klien, serta riwayat radiasi pada
kepala.
2.Sejak kapan keluhan diarasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa
balita sedang defisiensi gonadotropin nyata pada
masapraremaja.
3.Apakah keluhan terjadi sejak lahir.
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada klien
kretinisme.
Pemeriksaan fisik
a.Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB,
amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan
rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula
pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).
b. Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering
dan kasar.
Tergantung pada penyebab hipopituitary,perlu juga
dikaji
data lain sebagai data penyerta seperti bila
penyebabnya
adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis
dan
adanya keluhan nyeri kepala.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan citra tubuh yang berhubungan
dengan perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh akibat defisiensi
gonadotropin
dan defisiensi hormon pertumbuhan.
2.Koping individu tak efektif berhubungan
dengan kronisitas kondisi penyakit.
3.Harga diri rendah berhubungan dengan
perubahan penampilan tubuh.
3 INTERVENSI
Secara umum tujuan yang diharapakan
dari perawatan klien dengan hipofungsi
hipofisis adalah :
1.Klien memiliki kembali citra tubuh yang
positif dan harga diri yang tinggi.
2.Klien dapat berpartisipasi aktif dalam
program pengobatan.
3.Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari hari.
4.Klien bebas dari rasa cemas.
5.Klien terhindar dari komplikasi.
Intervensi :
1.Dorong individu untuk mengekspresikan
perasaan.
R/ Kita dapat mengkaji sejauh mana tingkat
penolakan terhadap kenyataan akan
kondisi fisik tubuh, untuk mempercepat
teknik penyembuhan / penanganan.
2.Dorong individu untuk bertanya mengenai
masalah, penanganan, perkembangan,
prognosa kesehatan.
R/Dengan mengetahui proses perjalanan
penyakit tersebut maka klien
secara bertahap akan mulai menerima
kenyataan.
IMPLEMENTASI
Mendorong klien untuk mengungkapkan
perasaan.
Mendorong klien untuk meningkatkan
proses koping terhadap orang lain.
Mendorong klien untuk berbagi rasa
dengan individu yang mengalami
pengalaman yang sama.
Membantu klien dalam aktivitas
perawatan diri melibatkan juga orang lain.
Membantu klien untuk dapat terlibat
dalam aktivitas perawatan diri.
EVALUASI
S: Keluarga mengatakan bahwa klien mulai
melakukan kegiatan penerimaan diri misalnya :
perawatan diri.
O:Aktivitas peningkatan diri misalnya :
penampilan, kerapian, pola makan, dan lain
lain.
Kemampuan dalam penampilan perawatan diri /
tanggung jawab peran membaik, misalnya :
penampilan dalam aktifitas keterlibatan sosial.
A:Masalah gangguan citra tubuh berangsur
angsur teratasi.
P:Lanjutkan intervensi hingga keadaan
membaik.
Intervensi :
1.Kaji status koping individu yang ada.
R/Meningkatkan proses interaksi sosial karena
klien mengalami peningkatan komunikatif.
2.Berikan dukungan jika individu berbicara.
R/Klien meningkatkan rasa percaya diri
kepada orang lain.
3.Bantu individu untuk memcahkan masalah
(problem solving).
R/Dengan berkurangnya ketegangan,
ketakutan klien akan menurun dan tidak
mengucil /
mengisolasikan diri dari lingkungan.
IMPLEMENTASI
Mengkaji status koping individu yang ada.
Memberikan dukungan jika individu
berbicara.
Melakukan tindakan komunikasi
terapeutik dengan membina hubungan
saling percaya kepada klien.
Membantu individu dalam memecahkan
masalah (problem solving).
Mengajarkan teknik relaksasi.
EVALUASI
S:Klien mengungkapkan keinginan untuk
berpartisipasi dalam proses sosialisasi,
interaksi sosial.
O:Kondisi emosional terkontrol, pasien tidak
mudah marah, tingkat stress menurun,
klien mulai ikut serta dalam tindakan
pengobatan, klien mulai berkomunikasi
kepada perawat serta tenaga kesehatan
lain.
A:Masalah teratasi.
P:Hentikan intervensi.
Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya perawat dan klien.
R/Rasa percaya diri meningkat, pasien menerima
kenyataan akan penampilan tubuh.
2.Tingkatkan interaksi sosial.
R/Pasien akan merasa berarti, dihargai, dihormati,
serta diterima oleh lingkungan.
3.Diskusikan harapan / keinginan / perasaan.
R/Dengan cara pertukaran pengalaman perasaan
akan lebih mampu dalam mencegah faktor
penyebab terjadinya
harga diri rendah.
4.Rujuk kepelayanan pendukung.
R/Memberikan tempat untuk pertukaran masalah dan
pengalaman yang sama.
IMPLEMENTASI :
Membina hubungan saling percaya antar
perawat dengan klien.
Meningkatkan interaksi sosial.
Meningkatkan harga diri dengan cara
mendukung segala tindakan, harapan
atau keinginan pasien.
Intervensi :
1.Kurangi penglihatan yang berlebih.
R/Mengurangi tingkat ketegangan otot mata,
meningkatkan relaksasi mata.
2.Orientasikan terhadap keseluruhan 3 bidang (orang,
tempat, waktu).
R/Untuk mengetahui faktor penyebab melalui tes
sensori indera penglihatan.
3.Sediakan waktu untuk istirahat bagi klien tanpa
gangguan.
R/Meningkatkan kepekaan indera penglihatan melalui
stimulus indera khususnya penglihatan.
4.Gunakan berbagai metode untuk menstimulasi
indera.
R/Mempertahankan normalitas melalui waktu lebih
muda bila tidak mampu menggunakan penglihatan.
IMPLEMENTASI
Mengurangi penglihatan yang berlebihan.
Mengorientasikan klien terhadap orang,
tempat dan waktu.
Menyediakan waktu istirahat atau tidur
bagi pasien tanpa gangguan.
Gunakan berbagai metode untuk
menstimulasi indera.
Intervensi :
1.Bina hubungan saling percaya.
R/Komunikasi terapeutik dapat memudahkan
tindakan.
2.Catat respon verbal non verbal pasien.
R/Mengetahui perasaan yang sedang dialami klien.
3.Berikan aktivitas yang dapat menurunkan
ketegangan.
R/Kondisi rileks dapat menurunkan tingkat ancietas.
4.Jadwalkan istirahat adekuat dan periode
menghentikan tidur.
R/Mengatasi kelemahan, menghemat energi dan
dapat meningkatkan kemampuan koping.
IMPLEMENTASI
Mengkaji tingkat ansietas.
Memberikan kenyamanan dan
ketentraman hati.
Memberikan aktivitas yang dapat
menurunkan ketegangan.
Mencegah adanya faktor penyebab
ansietas.
Mengajarkan teknik penghentian ansietas
untuk mengatasi stres teknik relaksasi.
EVALUASI
S:Klien merasa cemas, gelisah dan
ketakutan.
O:Wajah tegang, tampak pucat.
Peningkatan frekuensi pernafasan,
frekuensi jantung dan tekanan darah.
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi.
Intervensi :
1.Kaji faktor penyebab menurunnya defisit
perawatan diri.
R/Menghambat faktor penyebab dapat
meningkatkan perawatan diri.
2.Tingkatkan partisipasi optimal.
R/Partisipasi optimal dapat memaksimalkan
perawatan diri.
3.Evaluasi kemampuan untuk berpartisipasi dalam
setiap aktivitas perawatan.
R/Dapat menumbuhkan rasa percaya diri klien.
4.Beri dorongan untuk mengexpresikan perasaan
tentang kurang perawatan diri.
R/Dapat memberikan kesempatan pada klien untuk
melakukan perawatan diri.
IMPLEMENTASI
Mengkaji faktor penyebab menurunnya
defisit perawatan diri.
Meningkatkan keterlibatan klien secara
total dalam kegiatan perawatan diri.
Mengevaluasi kemampuan untuk
berpartisipasi dalam setiap aktifitas
perawatan diri.
Memberi dorongan untuk
mengungkapkan perasaan tentang
kurang perawatan diri.
Intervensi :
1.Pertahankan kecukupan masukan cairan untuk
hidrasi yang adekuat.
2.Berikan dorongan latihan rentang gerak dan
mobilisasi.
R/Meningkatkan pemeliharaan fungsi otot / sendi.
3.Ubah posisi atau mobilisasi.
R/Meningkatkan posisi fungsional pada ekstrimitas.
4.Tingkatkan masukan karbohidrat dan protein untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif.
R/Kelemahan dan kehilangan pengaturan
metabolisme terhadap makanan dapat
mengakibatkan malnutrisi.