motivated by monitoring larvae process. The purpose of this research is to find out the
results of evaluation of process monitoring larvae in the low larvae density areas (Study
in Kelurahan Panggung Lor Kota Semarang). Kind of this research is descriptive research
using evaluation study design with qualitative approach about the condition of monitoring
larvae in low larvae density areas at the planning, implementation, monitoring and
reporting stage. Number of informants in this research is 11 people consists of a FKK
chairman, Jumantik and community that were determined by purposive sampling and
snowball sampling technique. The instruments that are used is the interview guide,
observation sheets and documentation sheets. Analysis of the data using content analysis
methods. The conclusions of this research, planning of monitoring larvae in Kelurahan
Panggung Lor include socialization by sequentially explanation from DKK to RT
throught PKK every month, jumantik recruitment by appointment with criteria kader as
jumantik, jumantik training is done routine every year in DKK and every month in public
health center and pokja 4 PKK. Implementation of monitoring larvae in Kelurahan
Panggung Lor include preparation form of home data collection and approaches to
community every month in PKK, home visits by jumantik are not routinely done every
week, monitoring larvae independently by the community, DBD counseling by individual
and group every month about introduction, symptoms, and mosquito-borne dengue fever,
ways of monitoring larvae, PSN, and 3M as well as recording the results on the form JPJ1. Monitoring of monitoring larvae in Kelurahan Panggung Lor only form of local area
monitoring without mapping the area but not every month, and data of monitoring larvae
are reported monthly to the Public Health Center and processed into ABJ. Advice given
from the results of the study is expected to repairs on the stage of implementation,
monitoring, and reporting of monitoring larvae data in Kelurahan Panggung Lor by the
Semarang Health Departement, Bulu Lor Public Health Center, and Panggung Lor
jumantik.
Kata Kunci : Evaluasi, Pemantauan Jentik, Kepadatan Jentik
PENDAHULUAN
Deman Berdarah Dengue (DBD)
adalah salah satu penyakit menular
dengan perjalanan penyakitnya cepat
(Depkes
RI,
2009:121)
yang
disebabkan
virus
dengue
yang
ditularkan dari manusia ke manusia
lain melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti maupun Aedes albopictus
(Dantje T. Sembel, 2009:63). Data
tahun 2009 menunjukkan incident rate
(IR) DBD di Indonesia 68,22 per
100.000 penduduk dan case fatality
rate (CFR) 0,89% (Depkes RI,
2010:47), yang jauh dari target IR < 20
per 100.000 penduduk dan mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2008
dengan IR 59,02 per 100.000 penduduk
menilai
kebenaran
data
hasil
pemantauan jentik perlu dinilai
kesesuaian antara proses pemantauan
jentik
yang
melatarbelakangi
munculnya data dengan tataran
idealnya.
Kegiatan Pemantauan Jentik
Kegiatan pemantauan jentik adalah
kegiatan
pemeriksaan
tempat
penampungan
air
dan
tempat
perkembangbiakan nyamuk Ae. Aegypti
untuk mengetahui adanya jentik
nyamuk, yang dilakukan di rumah dan
tempat umum secara teratur untuk
mengetahui keadaan populasi jentik
nyamuk penular penyakit DBD.
dilakukan
pengambilan/pemeriksaan
jenis larva. Metode ini paling sering
digunakan dalam pemantauan jentik
(Widya Hary Cahyati, 2006:47).
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hasil evaluasi proses
pemantauan jentik di daerah kepadatan
jentik rendah Kelurahan Panggung Lor
yang terdiri dari (1) gambaran
perencanaan pelaksanaan pemantauan
jentik, (2) gambaran pelaksanaan
pemantauan jentik, (3) gambaran
monitoring pelaksanaan pemantauan
jentik, dan (4) gambaran pelaporan dan
pengolahan data informasi pemantauan
jentik.
METODE
Penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah studi
evaluasi (Moch. Imron dan Amrul
Munif, 2010:122) dengan pendekatan
kualitatif (Saryono dan Mekar Dwi
Anggraeni, 2010:49) dimana peneliti
mengevaluasi proses pemantauan jentik
secara retrospektif dan prospektif
(Moch. Imron dan Amrul Munif,
2010:122) dengan menggambarkan
kondisi pemantauan jentik di daerah
kepadatan jentik rendah pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, monitoring
dan pelaporan secara obyektif yang
diperoleh dari hasil mengamati fokus
penelitian, mencatat apa yang terjadi di
tempat penelitian, melakukan analisis
isi terhadap berbagai dokumen yang
ditemukan di tempat penelitian dan
membuat laporan penelitian secara
mendetail (Sugiyono, 2011:14).
Informasi proses pemantauan
jentik tersebut didapatkan dengan cara
observasi
tentang
pelaksanaan
pemantauan jentik, wawancara tentang
proses pemantauan jentik yang
Mei
2011berdasarkan data dari
Puskesmas Bulu Lor
3. masyarakat Kelurahan Panggung
Lor yang :
tinggal di Kelurahan Panggung
Lor lebih dari 1 tahun sampai
penelitian berlangsung
tinggal di RW dengan angka
bebas jentik >95% selama bulan
Januari Mei 2011
tinggal di RW yang ditemukan
kasus demam berdarah dengue
pada bulan Januari Mei 2011
berdasarkan
data
dari
Puskesmas Bulu Lor
bersedia dijadikan informan
penelitian
Dari kriteria di atas ditetapkan
partisipan sebanyak 5 orang, yang
terdiri dari :
1. ketua FKK Panggung Lor
2.
10
11
12
13
tidak
ada
pemantauan
wilayah
setempat,
pemeriksaan
jentik
sepenuhnya
dipercayakan
kepada
petugas PKB RT dengan didampingi
Bu RT.
Jika dilihat dari hasil wawancara di
atas, pemantauan wilayah setempat di
Kelurahan Panggung Lor kurang sesuai
dengan teori. Hal ini dikarenakan
pelaksanaan
pemantauan
wilayah
setempat tidak rutin. Padahal maksud
dari pemantauan wilayah setempat
adalah
untuk
mengetahui
perkembangan hasil penggerakan PSN
DBD di masing-masing RW setiap
bulannya (Dirjen PPM-PLP, 1995:25).
Indikator yang digunakan adalah
Angka Bebas Jentik (ABJ). Selain itu
hasil pemantauan tidak dicatat pada
Formulir
Pemantauan
Wilayah
Setempat (PWS) (lihat lampiran 6).
Padahal melalui formulir PWS dapat
diketahui perkembangan ABJ dari tiaptiap RW, jumlah penderita DBD, dan
kegiatan-kegiatan penggerakan PSN
DBD di masing-masing RW pada
bulan yang bersangkutan sehingga
diharapkan agar RW yang kepadatan
jentiknya masih tinggi dapat lebih
meningkatkan kegiatan penggerakan
PSN DBD di lingkungannya.
Pemetaan Wilayah per RW
Berdasarkan hasil wawancara
dengan partisipan diketahui bahwa
pemetaan wilayah per RW dari hasil
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor tidak pernah dilakukan.
Bila ada rumah yang positif saat
pemantaun jentik, jumantik RT
langsung menghimbau agar tempat
penampungan air dikuras dan diberi
abate. Selain itu, jika ada laporan kasus
DBD, jumantik kelurahan melaporkan
kepada puskesmas dan selanjutnya
14
15
2.
Perencanaan
pelaksanaan
pemantauan jentik di Kelurahan
Panggung Lor meliputi sosialisasi
pemantauan jentik secara ceramah
berurutan dari DKK sampai RT
melalui PKK setiap bulan,
perekrutan
jumantik
secara
penunjukkan
oleh
kepala
kelurahan dan pokja 4 PKK
dengan kriteria kader sebagai
jumantik, dan pelatihan jumantik
secara rutin tiap tahun di DKK
serta tiap bulan di puskesmas dan
pokja 4 PKK.
Pelaksanaan pemantauan jentik di
Kelurahan Panggung Lor meliputi
persiapan pemantauan jentik yang
hanya berupa pengumpulan data
rumah
dan
pendekatan
ke
masyarakat tiap bulan di PKK,
kunjungan rumah oleh jumantik
yang tidak rutin dilakukan tiap
minggu, pemantauan jentik secara
mandiri
oleh
masyarakat,
penyuluhan DBD secara individual
saat jumantik berkunjung dan
kelompok setiap bulan di PKK
mengenai pengenalan, gejala, dan
nyamuk penular DBD, cara
pemantauan jentik, PSN, dan 3M
serta pencatatan hasil pada
16
3.
4.
Rachman
Rosidi,
Wiku
Adisasmito, 2006, Hubungan
Faktor
Penggerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk
Demam Berdarah Dengue
(PSN-DBD) dengan Angka
Bebas Jentik di Kecamatan
Sumberjaya
Kabupaten
Majalengka Jawa Barat, Jurnal
MKB Volume XII No 2 Tahun
2009.
Amellia
Rahmadhani,
Evaluasi
Pelaksanaan Kegiatan Juru
Pemantau
Jentik
dalam
Mengupayakan
Peningkatan
Atribut Surveilans, Dalam :
http://adln.lib.unair.ac.id/files/di
sk1/296/gdlhub-gdl-s1-2011rahmadhani-14756-abstrake.pdf, Diakses tanggal 4 Mei
2011.
Azizah Gama T dan Faizah Betty R,
2010, Analisis Faktor Resiko
Kejadian Demam Berdarah
Dengue di Desa Mojosongo
Kabupaten Boyolali, Jurnal
Eksplanasi Vol. 5 No. 2 Edisi
Oktober 2010.
Budioro
B,
2002,
Pengantar
Administrasi
Kesehatan
Masyarakat, Semarang : Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Burhan
17
___________________________,
2010, Buku Pegangan Kader
Kesehatan
dan
Tokoh
Masyarakat, Semarang : Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
______________,
2004,
Kebijaksanaan Program P2DBD dan Situasi Terkini DBD
Indonesia, Jakarta : Depkes RI.
Dirjen P2PL, 2010, Pemberantasan
Nyamuk
Penular
Demam
Berdarah Dengue, Jakarta :
Depkes RI.
___________________________,
2011, Data Morbiditas DBD
dan ABJ Kota Semarang 2010,
Semarang : Dinas Kesehatan
___________, 2010, Pemberantasan
Kota Semarang.
Sarang
Nyamuk
Demam
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa93
Berdarah
Dengue
dan
Tengah, 2010, Profil Kesehatan
Pemeriksaan Jentik Berkala,
Jawa Tengah 2009, Semarang :
Jakarta : Depkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.
Dwi
Rohini,
2005,
Evaluasi
Pelaksanaan PSN DBD dalam
Dirjen PPM&PL, 1995, Menuju Desa
Rangka Upaya Peningkatan
Bebas
Demam
Berdarah
ABJ di Puskesmas Buaran
Dengue, Jakarta : Depkes RI.
Kabupaten Pekalongan Tahun
2005,
Skripsi,
Universitas
_______________, 1996, Kumpulan
Diponegoro.
Surat
Keputusan/Edaran
tentang
Pemberantasan
Penyakit Demam Berdarah Frida N, 2008, Mengenal Demam
Dengue, Jakarta : Dirjen
Berdarah Dengue, Jakarta :
PPM&PL.
Penerbit Pamularsih.
_______________, 2003, Surveilans
Epidemiologi Penyakit, Jakarta :
Depkes RI.
_______________,
2004,
Juru
Pemantau Jentik (Jumantik)
Salah Satu Peran Serta
Masyarakat
dalam
Penanggulangan
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD),
Buletin
Harian
Tim
Penanggulangan DBD Depkes
RI Edisi Selasa, 9 Maret 2004.
18
Srisasi
Gandahusada, Herry D.
Illahude, Wita Pribadi, 2000,
Parasitologi
Kedokteran,
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Sri
Sugirilyati,
1995,
Evaluasi
Program
Pemberantasan
Vektor
Intensif
Demam
Berdarah Dengue (DBD) di
Kota Madya Dati II Bogor,
Tesis, Universitas Indonesia.
19