6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
Oleh kelompok 5
SIMPLISIA
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
SIMPLISIA
A. Pendahuluan
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat
dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan.
Simplisia terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati paling banyak
digunakan seperti rimpang temulawak yang dikeringkan bunga
melati, daun seledri, biji kopi, buah adas.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
B . Tatanama Simplisia
Dalam penamaan nama tumbuhan obat bahasa yang digunakan
adalah bahasa latin. Nama latin biasanya pada kata pertama
menunjukkan marga ( genus ) dan kata kedua menunjukkan jenis (
spesies ) tumbuhan, petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman
asal, diikuti dengan nama bagian tanaman yang digunakan.
Terdiri dari nama genus + spesies
Contoh : Musa Paradisca , Manginifera Indica
Terdiri dari genus + spesies + bagian tanaman yang diambil
Contoh : Gynurae Procumbensis Folium.
Nama simplisia diikuti nama penemunya
Contoh : Piper detis L
Nama latin tidak boleh > 3 kata, kecuali diberi tanda ( - )
Contoh : Hibiscus rosa sinensis
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
10
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
11
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
12
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
13
2 . Cara Panen
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus
bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.
Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi
terbawanya bahan atau tanahyang tidak diperlukan. Seperti
rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan garpu atau
cangkul.
Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang atau
dipisahkan.
Pada waktu pengangkutan bahan tidak boleh terkena panas yang
berlebihan,
Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang,
tikus dan binatang peliharaan).
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
14
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
15
Sortasi basah
Merupakan proses awal dimana bahan baku simplisia harus benar
dan murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan
baku simplisia yang dimaksud bukan dari tanaman lain. Tujuannya
untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing,
bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya
lebih besar atau lebih kecil. Proses penyortiran pertama bertujuan
untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan
yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut
terbawa dalam bahan.
Pencucian
Pada proses pencucian, menggunakan air yang berasal dari mata
air, sumur , atau air ledeng karena cemarannya tidak berat.
Pencucian bertujuan menghilang-kan kotoran-kotoran dan
mengurangi mikroba-mikroba yang melekat pada bahan.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
16
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
17
b. Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lainlain. Proses penyemprotan dilakukan dengan menggunakan air
yang bertekanan tinggi. Untuk lebih menyakinkan kebersihan
bahan, kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan
langsung dengan tangan.
c. Penyikatan (manual maupun otomatis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras/tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.
Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan
bentuknya bisa bermacam-macam, Penyikatan dilakukan terhadap
bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
18
Perajangan
Perajangan berfungsi agar
mempercepat proses pengeringan.
Perajangan dapat dilakukan dengan
manual atau dengan menggunakan
mesin perajang singkong dengan
ketebalan yang sesuai ( 3 4 mm
untuk rimpang )
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
19
Pengeringan
Pengeringan merupakan proses pengawetan
sederhana, yang bertujuan untuk mengurangi kadar
air, untuk menjamin dalam penyimpanan, mencegah
pertumbuhan jamur atau MO, serta mencegah
terjadinya proses atau reaksi enzematika yang dapat
menurunkan mutu. Dalam pengeringan faktor yang
penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara
(ventilasi). Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :
Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 104
Mikroba patogen harus negatif
Kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj
Kadar air tidak lebih dari 10%
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
20
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
21
Sortasi kering
Simplisia yang telah kering tersebut masih
dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran,
bahan organik asing, dan simplisia yang rusak
akibat proses pengeringan. Proses tersebut
dilakukan dengan pemilahan menurut ukuran,
bentuk fisik, dan jenis simplisia kering.
Penyortiran dilakukan bertujuan untuk
memisahkan benda-benda asing yang terdapat
pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir,
kotoran unggas atau benda asing lainnya.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
22
Pengepakan / Pengemasan
Wadah adalah tempat penyimpanan simplisia dan
dapat berhubungan langsung atau tidak langsung
dengan pengepakan harus sesuai dengan simplisia
yang dipak. Persyaratan wadah yang digunakan :
inert, tidak beracun, mampu melindungi simplisia
dari cemaran, penguapan kandungan aktif,
pengaruh cahaya, oksigen dan uap air. Wadah
simplisia umumnya dipakai : karung goni, plastik,
peti kayu, karton, kaleng tahan air, dan
alumunium. Bahan cair menggunakan botol kaca,
atau guci porselen.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
23
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
24
Penyimpanan
Penyimpanan harus teratur, rapi, dan sesuai dengan jenis
simplisia agar tidak mencegah resiko tercemar atau saling
mencemari satu sama lain, serta untuk memudahkan
pengambilan dan pemeriksaan. Untuk simplisia yang termasuk
daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah
diatas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci, untuk
simplisia yang termasuk obat keras kecuali yang termasuk daftar
narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam
lemari terkunci. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk tempat
penyimpanan simplisia adalah :
Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya
ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik. dapat dilakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC
Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
25
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
26
Pemeriksaan mutu
Merupakan usaha untuk menjaga
keaslian mutu simplisia. Pemeriksaan
mutu simplisia dilakukan pada waktu
penerimaan atau pemberiaanya dari
pengumpul atau pedagang simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia
dilakukan dengan cara organoleptik,
makroskopik dan mikroskopik.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
27
bermutu rendah
rusak
bulukan
dinyatakan tercampur
dipalsukan
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
28
F . Isi simplisia
Isi simplisia dibagi dalam dua
kelompok, yaitu isi utama dan isi
tambahan. Contohnya : pada
tanaman lidah buaya,kandungan
utamanya glikosida antrakinon dan
isi tambahnnya aloin,barbaloin
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
29
G . Penilaian Simplisia
Kontrol kualitas merupakan parameter yang digunakan
dalam proses standarisai suatu simplisia . Parameter
standardisasi simplisia meliputi parameter non spesifik
dan spesifik. Parameter nonspesifik lebih terkait
dengan factor lingkungan dalam pembuatan simplisia
meliputi susut pengeringan dan bobot jenis, kadar air,
kadar abu, sisa pelarut, residu pestisida .
Sedangkan parameter spesifik terkait langsung dengan
senyawa yang ada di dalam tanaman meliputi
identitas, organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut
polar dan non polar serta profil kromatografi.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
30
1. Parameter NonSpesifik
meliputi uji terkait dengan pencemaran yang disebabkan
oleh pestisida, jamur, aflatoxin, logam berat, dll.
a. Penetapan Kadar Abu Simplisia
Penentuan kadar abu dilakukan untuk memberikan
gambaran kandungan mineral internal dan eksternal
yang berasal dari proses awal sampai diperoleh simplisia
dan ekstrak baik, yang berasal dari tanaman secara
alami maupun kontaminan selama proses, temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi
dan menguap sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik yang tersisa.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
31
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
32
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
33
c. Kadar Air
Tujuan dari penetapan kadar air adalah untuk mengetahui
batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan
air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan
adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk
memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan.
Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang
dari 10%.
Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1.Titrasi Langsung
2.Titrasi Tidak Langsung
3.Destilasi
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
34
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
35
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
36
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
37
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
38
a .Organoleptik
Pemeriksaan meliputi warna, bau, dan rasa.
b. Makrokospis
Pemeriksaan dengan dilihat secara langsung, dapat juga dengan bantuan
kaca pembesar.
c.Mikrokosis
Pemeriksaan dengan melihat jaringan sel simplisia dibawah mikroskop.
Pada umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan
terhadap serbuk.
d.Fluoresensi
Uji ini dapat dilakukan terhadap ekstrak, atau larutan yang dibuat dari
simplisia.
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
39
e.Kelarutan
Dilakukan pada simplisia yang berupa eksudat tanaman.
f.Reaksi warna dan pengendapan
Pada reaksi warna dapat dilakukan pada simplisia yang telah diserbuk. Pada reaksi
pengendapan dilakukan pada ekstrak larutan simplisia yang jernih.
g. Kromatografi
Cara ini mempunyai kepekaan yang tinggi, cepat, sederhana dan murah.
h.Penetapan kadar
Syarat untuk dapat diterapkannya pengujian yang berupa zat ini adalah telah
diketahui secara pasti kadar minimal zat berkhasiat yang harus dikandung oleh
simplisia yaitu :
Cemaran mikroba dan aflatoksin
Seperti Aspergillus flavus, merupakan mikroba jamur yang tidak berbahaya, tetapi
metabolit aflatoksinnya menyebabkan keracunan.
Cemaran logam berat
Seperti cemaran hydrogen sulfida tidak boleh melebihi batas logam berat pada
monografi yang dinyatakan sebagai timbal
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
40
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
41
1 . Kayu Manis
Nama latin : Cinnamomum burmani
(nees) Bl
Familia : Lauraceae
Nama lokal : Cassia vera; Kayu
Manis (Padang), Kayu Manis.
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Mencret, Membangkitkan nafsu
makan, Memberi aroma pada
makanan dan obat tradisional
,Nyeri pinggang , Rematik, Sakit
perut.
Bagian yang digunakan : Kulit kayu
dan daun dengan komponen
koefisien fenol, minyak atsiri kulit
Kayu Manis (Padang)
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
42
Terimakasih
6/5/15
EMI.FILES.FARMAKOGNOSI
43