"Dok, anak saya batuk grok-grok dan napasnya susah. Saya minta anak saya "diuap"."
"Dok, minta obat untuk batuk dan obat untuk pilek ya. Anak saya sudah seminggu sakit, tapi
belum minum obat."
"Dok, saya minta puyer racikan ya. Sudah berobat ke Puskesmas dan diberi obat sirup, tapi
belum sembuh."
Data di Amerika menyatakan obat-obatan pereda gejala batuk-pilek berada di dalam daftar 20
obat tersering yg menyebabkan kematian pd anak balita. Pada tahun 2008, Badan Pengawas
Obat dan Makanan di AS (FDA) menyatakan obat-obatan jenis ini yg dijual bebas (OTC)
dihindari penggunaannya pada anak berusia di bawah 2 tahun. Para produsen farmasi
mengikutinya. Hasilnya adalah: angka kunjungan ke IGD akibat efek samping obat-obatan
jenis ini berkurang. Para produsen lalu melabel ulang OTC untuk obat batuk pilek anak tidak
boleh digunakan untuk anak berusia di bawah 2 tahun.
2. Antitusif, ditujukan untuk menekan refleks batuk, sehingga anak berkurang batuknya.
Contohnya adalah dekstrometorfan (DMP). Satu penelitian, masih dari jurnal yang sama,
menyimpulkan DMP tidak lebih baik dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala batuk
di malam hari yang mengganggu tidur pada anak.
Batuk pada dasarnya adalah upaya tubuh untuk membuang lendir dari saluran napas. Lendir
berisi antara lain virus yang justru memang berusaha dibuang ke luar tubuh. Artinya, batuk
bertujuan baik, karena merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Logikanya, upaya untuk
menekan batuk justru berpotensi membahayakan tubuh, karena menghalangi dahak untuk
dibuang keluar. Meskipun demikian, toh penelitian menunjukkan DMP tidak berkhasiat
dalam mengurangi gejala common cold. Obat ini juga mempunyai efek samping mengantuk
dan limbung.
Lalu apa obat-obatan yang bisa digunakan untuk meredakan gejala batuk-pilek pada anak?
Apa obat yang bisa diberikan untuk mengatasi gejala batuk-pilek pada anak?
Sumber lain menyebutkan obat hirup seperti ipratoprium bromida untuk mengurangi produksi
ingus, tetapi terbatas pada anak di atas 5 tahun dan berefek samping mimisan, hidung kering,
dan sakit kepala.
Ada beberapa cara penanganan common cold yang dianggap cukup berperan dalam
meredakan gejala dan dapat digunakan, seperti:
- Pemberian obat pereda demam/nyeri seperti parasetamol dan ibuprofen. Obat-obatan ini
diberikan untuk membuat anak demam dan rewel menjadi lebih nyaman, tetapi dengan dosis
yang tidak melebihi seharusnya. Ibuprofen lebih berisiko mengiritasi lambung dan membuat
muntah. Silakan baca mengenai "fever phobia" akan penggunaan obat penurun panas.
- Melembabkan udara, misalnya dengan cara meletakkan air panas di kamar mandi dan
membuat ruangannya beruap menyerupai sauna, sehingga melakukan "terapi uap" alami.
Meskipun demikian, cara ini juga berisiko menyebabkan cedera anak terkena air panas.
- Minum, minum, dan minum. Banyak minum adalah cara terbaik yang dapat dilakukan
untuk membantu meredakan batuk pilek, karena membuat dahak menjadi lebih encer dan
memudahkan anak menelannya (anak kan belum bisa buang dahak sendiri) dan mencegah
kekurangan cairan akibat demam.
Pada akhirnya cara terbaik adalah melakukan upaya pencegahan, misalnya dengan memakai
masker pada orang dewasa yang sedang batuk-pilek, dan sering-sering mencuci tangan
setelah memegang anak sakit atau sesudah bersin/buang ingus, untuk menghindari
penyebaran virus dari satu anak ke anak lain. Anyway, however, common cold adalah infeksi
virus yang akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu.
Mayoritas orangtua beralasan anaknya sulit tidur bahkan sesak karena batuknya grok-grok.
Mereka menginginkan anaknya "diuap" untuk mengencerkan lendirnya sehingga sesaknya
berkurang. Benarkah demikian.
Saya kesulitan mencari referensi yg menunjukkan manfaat terapi inhalasi pada common cold.
Bahkan mencari penggunaan terapi inhalasi yg biasa dilakukan di sini saja sulit di jurnal dan
kepustakaan berbahasa Inggris. Mengapa demikian? Karena terapi inhalasi dengan nebulizer
memang tidak masuk dalam standar penatalaksanaan common cold. Inhalasi atau nebulisasi
diberikan pada serangan asma, bukan batuk pilek akibat common cold. Kalapun ada untuk
indikasi lain, yg saya dapatkan adalah pada bronkiolitis (dengan NaCl 3%--masih dlm
penelitian, dan steroid pd kasus dg mengi--tapi bukan terapi standar) dan croup (inhalasi
epinefrin/adrenalin, juga tidak rutin).
Kadang saya sampaikan ke orangtua: "Bu, kalaupun anaknya sekarang diuap dan terlihat
enakan, sampai rumah juga kemungkinan batuk grok-grok lagi. Apakah kemudian anaknya
harus dibawa untuk diinhalasi tiap kali grok-grok? Enggak juga kan?"
Lalu kenapa anak kadang terlihat lebih nyaman setelah diinhalasi? Pengamatan saya,
kebanyakan anak yg diinhalasi menangis, sampai akhirnya muntah, dan menyertakan dahak
di muntahannya. Mungkin mereka menjadi lebih nyaman karena dahaknya terbuang, dengan
cara muntah! Jadi, buat saja anak menangis sampai muntah? Hehe.
Tenang saja, tubuh manusia dilengkapi dengan rambut-rambut halus yg mengalirkan dahak
keluar tubuh, jadi tanpa dimuntahkan pun lendir akan keluar dari saluran napas.
So...sudah jelas ya, selama tidak ada sesak napas, common cold ya aman aman saja.
Anda bisa membaca lebih lanjut mengenai terapi common cold di tautan berikut:
http://www.aafp.org/afp/2012/0715/p153.pdf
http://www.cps.ca/documents/position/treating-cough-cold
http://www.ncbi.nlm.nih.gov//ar/PMC2776795/pdf/0551081.pdf
http://pedsinreview.aappublications.org//2/47.full.pdf+html
Jenis-jenis Batuk
Tanda-tanda awal batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yang memicu
batuk. Batuk tanpa dahak ini biasa terjadi pada tahap akhir pilek atau ketika ada paparan
bahan iritan.
Pada kasus yang berdahak, batuk justru sangat membantu karena berfungsi mengeluarkan
dahak. Dahak tersebut bisa berasal dari tenggorokan, sinus, serta paru-paru.
Penyebab Batuk
Infeksi saluran pernapasan akibat virus adalah penyebab utama pada sebagian besar
pengidap. Di samping itu, ada beberapa penyebab batuk lain yang meliputi:
Penyakit jangka panjang yang kambuh, misalnya asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), atau bronkitis kronis.
GERD. Penyakit ini menyebabkan asam lambung berkumpul pada esofagus dan
memicu batuk.
Meski jarang terjadi, faktor-faktor di atas tetap bisa menjadi penyebab awal dari penyakit
yang menyebabkan batuk jangka panjang.
Diagnosis Batuk
Batuk ringan memang jarang membutuhkan langkah pengobatan tertentu. Namun, segera
konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami batuk yang:
Disertai darah, kesulitan bernapas, sakit dada, penurunan berat badan tanpa alasan
jelas, demam, atau terjadi pembengkakan dan muncul benjolan di leher.
Dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa kondisi fisik Anda. Riwayat medis Anda dan
keluarga juga akan ditanyakan pada awal pemeriksaan. Jika tidak yakin dengan penyebab
batuk Anda, Dokter kemungkinan akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa:
Pengambilan sampel dahak untuk menentukan adanya infeksi bakteri dan jenis
antibiotik yang akan diberikan jika batuk disebabkan oleh bakteri.
Spirometri, yaitu prosedur menarik dan menghembuskan napas lewat tabung yang
terhubung dengan mesin. Langkah ini berfungsi untuk memeriksa apakah Anda
memiliki penyakit saluran pernapasan atau tidak.
Tes alergi untuk memeriksa entah batuk Anda diakibatkan sesuatu yang memicu
alergi, misalnya tungau debu.
Batuk pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan batuk pada
orang dewasa, antara lain infeksi saluran pernapasan, asma, dan GERD.
Bila batuk menjadi berkepanjangan, bisa menjadi pertanda adanya infeksi saluran pernapasan
yang lebih serius. Konsultasikanlah ke dokter jika anak Anda mengalami batuk yang parah
dan tidak kunjung reda, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.
Mewaspadai gejala batuk rejan juga sangat penting, terutama pada anak-anak dan bayi.
Gejala batuk rejan meliputi:
Muntah.
Di samping batuk rejan, batuk pada bayi dan anak juga bisa disebabkan oleh bronkiolitis dan
croup. Bronkiolitis merupakan infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada bayi serta
anak-anak di bawah usia dua tahun. Sedangkan croup adalah infeksi virus yang menyerang
laring (kotak suara) atau trakea (batang tenggorokan) bayi dan anak-anak.
nfeksi virus yang menyebabkan batuk biasanya bisa reda dengan sendirinya. Batuk bisa
dikelompokkan menjadi batuk akut dan kronis berdasarkan masa berlangsungnya.
Batuk Akut
Kebanyakan batuk disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas dan
bawah.
Infeksi saluran pernapasan bagian atas meliputi pilek, flu, laringitis, sinusitis dan batuk rejan.
Infeksi ini menyerang tenggorokan, batang tenggorokan, dan sinus. Sedangkan
bronkitis dan pneumonia merupakan contoh infeksi virus pada saluran pernapasan bawah,
yaitu baik pada saluran pernapasan bagian bawah sendiri atau pada bagian paru-paru.
Di samping infeksi, penyebab batuk akut juga bisa dipicu oleh sejumlah faktor. Beberapa di
antaranya adalah:
Penyakit kronis, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), serta
bronkitis kronis.
Meski jarang terjadi, batuk bisa saja menandakan kondisi kesehatan yang lebih serius.
Contohnya, tuberkulosis, embolisme pulmonari, kanker paru-paru, atau gagal jantung.
Jenis batuk ini lebih sering dialami oleh orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.
Beberapa penyebab batuk berkepanjangan pada orang dewasa meliputi:
Obat dengan resep dokter, misalnya obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi
hipertensi atau penyakit jantung.
Merokok. Batuk pada perokok juga bisa menjadi gejala Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK).
Postnasal drip (lendir yang menetes dari bagian belakang hidung ke tenggorokan
yang disebabkan alergi seperti rinitis).
Pengobatan Batuk-batuk
Tidak ada cara cepat untuk menyembuhkan batuk akibat infeksi virus. Batuk biasanya akan
sembuh dengan sendirinya setelah sistem kekebalan tubuh memusnahkan virus. Tapi terdapat
sejumlah cara untuk meredakan batuk yang bisa kita lakukan. Langkah-langkah sederhana
tersebut meliputi:
Sementara obat antitusif atau penekan batuk adalah obat-obatan yang berfungsi menstimulasi
otak untuk menekan refleks batuk. Jenis obat ini hanya ampuh untuk batuk kering.
Keampuhan obat batuk belum terbukti sepenuhnya walaupun beberapa orang mengaku
terbantu dengan obat batuk. Obat batuk yang komposisinya tidak terlalu banyak dan hanya
berfungsi untuk menekan satu jenis gejala, lebih baik daripada obat untuk mengatasi segala
macam gejala.
Apabila batuk Anda dipicu oleh penyakit atau kondisi medis lain, menangani penyebabnya
merupakan langkah paling efektif. Misalnya:
Bagi penderita batuk yang disebabkan PPOK, bisa mengonsumsi obat yang
melebarkan saluran napas (bronkodilator).
Batuk adalah kondisi normal yang bisa terjadi oleh siapa saja dan kapan saja. Banyak
hal yang bisa menyebabkan batuk, tapi sebenarnya batuk adalah cara tubuh untuk
melegakan tenggorokan serta menyingkirkan sesuatu hal yang mungkin saja
menghalangi saluran perpanasan. Ketika zat asing tersebut masuk ke dalam tubuh dan
tersangkut di tenggorokan maka secara otomatis Anda akan terbatuk.
Namun terkadang gejala batuk yang terjadi tidak sesederhana yang Anda anggap.
Jangan pernah sepelekan gejala kecil, bahkan batuk. Karena batuk bisa saja
merupakan tanda dan gejala dari suatu penyakit. Apa saja jenis batuk yang harus Anda
tahu? Dan apa artinya?
1. Post-nasal drip
Di dalam hidung dan tenggorokan terdapat lendir yang bertugas untuk menjaga
kelembaban serta mencegah kekeringan. Pada kondisi post nasal drip, lendir yang ada
di sekitar hidung dan tenggorokan terlalu banyak. Hal ini menyebabkan saluran
tenggorokan menjadi tersumbat, oleh karena itu batuk bisa terjadi.
Jika Anda mengalami kondisi ini maka batuk yang Anda alami bisa berupa batuk
kering maupun batuk berdahak. Lendir yang berkumpul dan terakumulasi biasanya
terjadi ketika Anda berada di suhu yang dingin atau alergi terhadap sesuatu.
Batuk jenis ini biasanya akan bertambah parah ketika malam hari. Anda juga akan
sering merasa gatal pada mata serta bersin-bersin. Cobalah untuk pergi ke dokter,
biasanya bila Anda mengalami alergi maka dokter akan memberikan obat anti-
histamin untuk mengatasi batuk yang muncul. Jika hal ini terjadi karena Anda merasa
kedinginan maka Anda bisa mengatasinya dengan menghangatkan diri Anda dengan
menggunakan baju hangat atau makan dan minum sesuatu yang hangat. Tetapi jika
Anda tetap batuk dalam beberapa minggu maka Anda harus periksakan diri ke dokter.
2. Batuk asma
Batuk ini merupakan salah satu gejala yang bisa timbul pada penderita asma. Jenis
batuk yang dialami oleh penderita asma adalah batuk kering dan diiringi dengan
mengi. Penderita asma memiliki peradangan pada saluran napasnya dan hal ini
menyebabkannya susah untuk bernapas, sehingga sering batuk.
Selain itu, gejala yang biasanya juga dialami oleh penderita asma adalah batuk yang
semakin parah di malam hari, merasa kelelahan, serta sesak dada. Untuk mengatasi
batuk yang timbul akibat asma, maka penderita harus memeriksakan diri ke dokter.
Kemudian biasanya dokter akan memberikan obat-obatan yang bisa membuat saluran
napas lebih lega.
Pada kondisi normal, asam lambung hanya akan berada di perut saja. Tapi kali ini
asam lambung naik hingga ke tenggorokan, sehingga menyebabkan tenggorokan tidak
nyaman dan akhirnya batuk. Batuk yang dialami adalah batuk kronis, dan menurut
sebuah studi, batuk yang kronis paling sering terjadi karena GERD. Batuk akan
semakin parah jika sedang berbaring atau makan.
Diketahui bahwa sebanyak 75% dari pasien GERD yang diteliti pada studi tersebut
mengalami batuk kronis, suara serak, juga rasa mulas. Kondisi batuk kronis ini bisa
diatasi dengan cara mengatasi GERD-nya terlebih dahulu, karena batuk merupakan
gejala yang muncul akibat penyakit ini.
BACA JUGA: 10 Pertanyaan yang Bisa Anda Tanya Pada Dokter Tentang
GERD
BACA JUGA: 3 Gerakan untuk Mengatasi Nyeri Perut Setiap Batuk Selama
Hamil
6. Pneumonia
Awalnya timbul gejala batuk kering, kemudian beberapa hari setelahnya menjadi
batuk berdahak dengan dahak berwarna hijau, kuning, atau merah kebiruan. Tidak
hanya itu, penderita pneumonia juga mnegalami demam, sulit bernapas, dan merasa
nyeri ketika mengambil napas yan terlalu dalam. Penyakit ini disebabkan oleh virus
dan bakteri, sehingga dokter akan memberikan obat untuk mengatasi gejala serta
tanda yang muncul.
Mukolitik
Mukolitik = penghancur dahak
Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi alergi, merokok, dan infeksi.
Beberapa penyakit yg meningkatkan produksi dahak antara lain pneumonia, asma, dan
bronkhitis akut.
Mekanisme Kerja Mukolitik
Ambroxol (Epexol)
Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
Merupakan metabolit dari bromheksin
Hendaknya digunakan bersama makanan
Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
Erdosteine (Edotin)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Asetilsistein (Fluimucil)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
Bromheksin (Bisolvon)
Digunakan sebagai mukolitik
Efek samping: diare, mual, muntah.
Juga memiliki efek antioksidan
Pengobatan batuk harus diberikan berdasarkan jenis batuknya, apakah termasuk jenis batuk
berdahak atau batuk kering. Hal ini penting agar obat yang digunakan tepat untuk sesuai
dengan tujuan terapinya. Terapi farmakologi (dengan obat) pada batuk dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut :
a. Antitusif
Antitusif digunakan untuk pengobatan batuk kering (batuk non produktoif). Golongan obat
ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat dengan cara menekan rangsangan batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk
batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak menjadi kental dan susah
dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah codein, dekstrometorfan, noskapin, prometazin,
difenhidramin.
b. Ekspektoran
Ekspektoran digunakan untuk batuk berdahak. Golongan obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan sekresi cairan saluran pernafasan sehingga kekentalan dahak menjadi
berkurang akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Obat golongan ini tidak sesuai bila
digunakan untuk batuk kering karena akan menyebabkan frekuensi batuk menjadi meningkat.
Contoh obat golongan ini adalah guaifenesin (gliseril guaikolat), Amonium klorida, OBH.
c. Mukolitik
Mukolitik digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti batuk pada
bronchitis dan emfisema. Golongan obat ini bekerja dengan jalan memutus serat-serat
mukopolisakarida atau membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang terdapat
pada dahak sehingga kekentalan dahak akan menjadi berkurang, akibatnya dahak akan mudah
dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol,
bromheksin dan erdostein.
1 Pengertian Batuk
dapat juga disebabkan oleh bau-bauan, debu, gas, dan perubahan suhu
yang mendadak atau juga merupakan gejala dari penyakit TBC, asma,
napas secara tiba-tiba dengan kekuatan besa, otot dalam dinding perut
batuk. Karena kekuatan besar itulah, maka batuk akan berfungsi untuk
penyakit.
dalam, dengan disertai bunyi yang melengking. Batuk yang tidak berat
tetapi penyakit tersebut tetap harus dicegah atau diatasi sendiri mungkin.
Pencegahan dan penyembuhan yang tepat sangat diperlukan, terutama
penyakit lain.
dimulai, setelah itu timbul gejala batuk kronik biasanya disertai dengan
sejumlah sputum.
Jenis batuk secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yakni:
batuk, kadang disertai pilek, demam. Batuk ini harus diobati karena
seperti hidung dan tenggorokan karena flu atau pilek. Namun pada
beberapa kasus batuk ini juga bisa muncul karena infeksi saluran
kecil di paru-paru atau pnemonia, batuk ini bisa jadi memburuk ketika
bawah (tenggorokan dan paru-paru). Saat batuk, dahak akan keluar. Batuk
berdahak lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka terhadap
b. Ekspektoran
Obat yag dapat membantu mengeluarkan mukus dan bahan lain
dari paru, bronchi, dan trachea. Salah satu contoh ekspektoran adalah
dan OBH.
c. Mukolitika
Mukolitika berdaya mengurangi kekentalan dahak dan
OBAT SIMTOMATIK
Antitusif
Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di
perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas
golongan narkotik dan nonnarkotik.1
Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat
bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.1
c. Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat
ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu,
akasia, gliserin dan anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini
mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan memberikan perbaikan
subyektif obat ini banyak dipakai.1
*Antitusif yang bekerja sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan
untuk merangsang pusat batuk. Dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.
Golongan narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga
digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung
kiri dan antidiare. Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping
obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta
efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan
histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif. Di samping itu
narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi
kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia. Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.1
a. Kodein
Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang paling
sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160 mg per hari
biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan
ketergantungan. Di samping itu, obat ini sangat sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat
napas dan pembersihan mukosilier. Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada
dosis agak besar dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi, palpitasi, gatal-gatal,
banyak keringat dan agitasi.1
b. Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek antitusif yang serupa
dengan kodein. Efek samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan
kekeringan mukosa. Obat ini tidak lebih unggul dari kodein.1
Golongan nonnarkotik
a. Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan, sering digunakan sebagai
antitusif nonnarkotik. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam.
Dosis dewasa 10-20 mg, setiap 4 jam, anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg, sedangkan anak
umur 2-6 tahun dosisnya 2,5- 5 mg setiap 4 jam.1
b. Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif nonnarkotik yang baru diperkenalkan ini bekerja secara sentral
dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas
bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan
tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf
pusat. Dalam penelitian uji klinik, obat ini mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein
dalam menekan batuk. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan
dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan
kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak
umur 6-8 tahun 2x10 ml, sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.1
c. Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk golongan alkaloid opiat.
Efektivitas dalam menekan batuk sebanding dengan kodein. Kadang-kadang memberikan
efek samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut dan konjungtivitis. Dosis dewasa 15-30
mg setiap 4- 6 jam, dosis tunggal 60mg aman dalam menekan batuk paroksismal. Anak
berumur 2-12 tahun dosisnya 7,5-15 mg setiap 3-4 jam dan tidak melebihi 60 mg per hari.1
d. Difenhidramin
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik
pada bronkitis. Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut dan
hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini
mempunyai efek antikolinergik, karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita
glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk
ialah 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk dewasa. Dosis untuk anak
berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/hari, sedangkan
untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg/hari.1
Retensi cairan yang patologis di jalan napas disebut mukostasis. Obat-obat yang
digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinetik
dikelompokkan atas beberapa golongan.
Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas
(ekspetorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris. Mekanisme kerjanya
diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara reflex merangsang
sekresi kelenjar saluran napas lewat N.vagus, sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini, ialah:2
a. Ammonium klorida
Biasanya digunakan dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif.
Ammonium klorida dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru. Dosis ammonium
klorida sebagai ekspektoran pada orang dewasa ialah 300 mg (5 mL) tiap 2-4 jam.2
b. Gliseril guaiakolat
Penggunaan obat ini hanya didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien dan dokter.
Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah.
Obat ini tersedia dalam bentuk sirop 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali
200-400 mg sehari.2
Mukolitik
Mukolitik adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Contoh mukolitik,
ialah:2
a. Bromheksin
Bromheksis ialah derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat
ini digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran napas yang lain. Efek
samping pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminasi serum. Bromheksin harus
hati-hati digunakan pada pasien tukak lambung. Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3
kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali.2
b. Ambroksol
Ambroksol, suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan penggunaannya.2
c. Asetilsistein
Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk
larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui kateter atau
bronksokop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara
nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan menggigil jarang
ditemukan. Efek toksis sistemik tidak lazim oleh karena obat dimetabolisme dengan cepat.1
Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya
adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke
dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Obat ini
selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian
aerosol sangat efektif dalam mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka
waktu yang lama obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.1
Di samping bersifat mukolitik, N-asetilsistein juga mempunyai fungsi sebagai
antioksidan. N-asetilsistein merupakan sumber glutathion, yaitu zat yang bersifat antioksidan.
Pemberian N-asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh
oksidan. Penelitian pada penderita penyakit saluran napas akut dan kronik menunjukkan
bahwa N-asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak.
Perbaikan klinik pengobatan dengan N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan
bromheksin.1
Dekongestan
A-agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rhinitis alergika atau
rhinitis vasomotor dan pada pasien infeksi saluran napas atas dnegan rhinitis akut. Obat-
obatan ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga
mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.3
Reseptor 2 terdapat pada arteriol yang membawa suplai makanan bagi mukosa hidung.
Vasokonstriksi arteriol ini oleh 2- agonis dapat menyebabkan kerusakan structural pada
mukosa tersebut. Pengobatan dnegan dekongestan nasal seringkali menimbulkan hilangnya
efektivitas, rebound hyperemia dan memburuknya gejala pada pemberian kronik atau bila
obat dihentikan. Mekanismenya belum jelas, tetapi mungkin melibatkan desensitisasi reseptor
dan kerusakan mukosa. 1-agonis yang selektif lebih kecil kemungkinannya untuk
menimbulkan kerusakan mukosa.3
1-agonis dapat diberikan per oral (pseudoefedrin, efedrin, dan fenilpropanolamin ) atau
secara topical (xylometazoline, naphazoline, tetrahydrozoline, oxymetazoline, epinefrin,
phenylephrine).4
Kortikosteroid
(Penjelasan umum mengenai golongan ini terdapat di LTM saya pada modul renal, pemicu
2.)
Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid. Cara pemberian yang
paling baik adalah secara inhalasi. Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat
menurunkan kebutuhan terhadap kortikosteroid sistemik. Pada asma kronik berat dibutuhkan
dosis inhalasi yang tinggi untuk mengontrol asma. Bila dengan dosis inhalasi yang tinggi
belum juga dapat mengontrol asmanya, maka ditambahkan kortikosteroid oral. Pada
pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat timbal efek samping kandidiasis
orofaring, disfonia dan kadang-kadang batuk. Efek samping itu dapat dicegah dengan
pemakaian spacer atau dengan mencuci mulut sesudah pemakaian alat.5
Pemberian obat kortikosteroid jangka panjang mungkin perlu untuk mengontrol asma
persisten berat, tetapi pemberian itu terbatas oleh karena risiko terhadap efek samping.
Pemberian inhalasi kortikosteroid jangka lama selalu lebih baik daripada pemberian secara
oral maupun parenteral.5
Contoh Kortikosteroid inhalasi adalah beclomethasone, budesonide, flunisolide,
fluticasone, triamcinolone.4
Berikut informasi keamanan obat batuk pilek atau flu untuk ibu hamil: Acetaminophen atau
parasetamol Aman karena tidak terbukti mengakibatkan cacat lahir. Antihistamin Aman
karena tidak terbukti dapat menyebabkan masalah pada manusia. Antihistamin generasi
pertama aman untuk digunakan selama kehamilan. Kafein Aman. Studi pada manusia tidak
menyebabkan cacat lahir. Namun, studi pada hewan telah menunjukkan bahwa kafein dapat
menyebabkan cacat lahir jika diberikan dalam dosis yang sangat besar (setara dengan 12
sampai 24 cangkir kopi sehari). Fenilefrin Studi pada cacat lahir dengan phenylephrine
belum dilakukan baik manusia atau hewan. Pseudoefedrin Boleh untuk waktu singkat. Studi
mengenai cacat lahir dengan pseudoefedrin belum dilakukan pada manusia. Namun Pada
hewan pseudoephedrine tidak menyebabkan cacat lahir tetapi menyebabkan penurunan berat
badan rata-rata, panjang, dan laju pembentukan tulang pada janin hewan jika diberikan dalam
dosis tinggi. Iodida (misalnya, kalsium iodida dan gliserol iodinasi) Tidak aman untuk ibu
hamil. Iodida telah terbukti menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid pada janin dan
mengakibatkan masalah pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya mengambil iodida
dalam dosis besar untuk jangka waktu yang panjang. Salisilat (misalnya, aspirin) Sebaiknya
Jangan. Studi cacat lahir pada manusia telah dilakukan dengan aspirin, tapi tidak dengan
salisilamid atau natrium salisilat. Salisilat belum terbukti dapat menyebabkan cacat lahir pada
manusia. Namun, salisilat telah terbukti menyebabkan cacat lahir pada hewan. Alkohol
Tidak Aman. Terlalu banyak penggunaan alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan
cacat lahir. Kodein Sebaiknya Jangan. Meskipun studi tentang cacat lahir dengan kodein
belum dilakukan pada manusia, belum ada laporan codein menyebabkan cacat lahir pada
manusia. Kodein belum terbukti dapat menyebabkan cacat lahir pada hewan percobaan, tetapi
menyebabkan efek yang tidak diinginkan lainnya. Selain itu, biasa menggunakan narkotika
selama kehamilan dapat menyebabkan bayi menjadi tergantung pada obat. Dekstrometorfan
hanya direkomendasikan ketika manfaat melebihi risiko. Penelitian pada hewan telah
menunjukkan bukti efek teratogenik (cacat lahir). Namun belum diteliti pada kehamilan
manusia. Obat Batuk Pilek (flu) yang Aman untuk Ibu Menyusui obat batuk ibu menyusui
Acetaminophen (Parasetamol) Aman. Belum ada laporan kalau obat ini menyebabkan
masalah pada bayi. Alkohol Jumlah alkohol dalam dosis Obat batuk pilek yang dianjurkan
biasanya tidak menyebabkan masalah pada bayi yang menyusu. Antihistamin Antihistamin
masuk ke dalam ASI namun hanya sedikit. Oleh karena itu semua antihistamin dinyatakan
aman untuk digunakan selama menyusui dan tidak akan menimbulkan efek buruk pada bayi
yang disusui. Kafein Kafein dalam dosis yang dianjurkan biasanya tidak menyebabkan
masalah pada bayi menyusui. Dekongestan (misalnya efedrin, phenylephrine,
pseudoephedrine) Phenylephrine belum dilaporkan menyebabkan masalah pada bayi
menyusui. Efedrin dan pseudoefedrin masuk ke dalam ASI dan dapat menyebabkan efek
yang tidak diinginkan pada bayi menyusui (bayi baru lahir dan terutama prematur). Efek pada
bayi menyusui tidak diketahui. Namun, The American Academy of Pediatrics menganggap
pseudoephedrine kompatibel (aman) pada ibu menyusui. Iodida (misalnya, kalsium iodida
dan gliserol iodinasi) Tidak Aman. Obat ini masuk ke dalam ASI dan dapat menyebabkan
efek yang tidak diinginkan, seperti tiroid kurang aktif pada bayi. Salisilat (misalnya, aspirin)
Salisilat masuk ke dalam ASI. Meskipun salisilat belum dilaporkan menyebabkan masalah
pada bayi menyusui, namun efek buruk dapat terjadi jika dikonsumsi dalam dosis besar
secara terus menerus. Kodein dan obat batuk narkotika lainnya (misalnya, dihydrocodeine,
hydrocodone, dan hydromorphone) TIDAK AMAN Dekstrometorfan Tidak ada data
bahwa obat ini diekskresi ke dalam ASI. Namun, penggunaan dekstrometorfan yang tidak
mengandung alkohol mungkin aman untuk digunakan selama ibu menyusui. Itulah informasi
mengenai obat batuk pilek yang aman untuk ibu hamil dan menyusui yang perlu Anda tahu
sebelum meminumnya, namun apabila Anda masih bingung sebaiknya berkonsultasilah
dengan dokter.
Bersumber dari: Obat Batuk Pilek yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui | Mediskus
Home Menyusui Obat 6 Obat Batuk untuk Ibu Menyusui yang Aman Anjuran Dokter 6
Obat Batuk untuk Ibu Menyusui yang Aman Anjuran Dokter dr. Retno Add Comment
Menyusui, Obat Jumat, 23 Oktober 2015 Sama seperti ketika hamil, saat menyusui Anda juga
harus berhati-hati dalam mengkonsumsi obat untuk menyembuhkan masalah kesehatan Anda.
Meski dalam dosis kecil, kandungan bahan aktif dari obat yang dikonsumsi, sedikit banyak
akan mengalir dalam ASI Anda. Jika dikonsumsi bayi, ASI yang mengandung bahan aktif
dari obat tersebut pasti akan mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. Obat Batuk untuk Ibu
Menyusui Hal yang sama berlaku juga ketika Anda sedang terserang batuk. Selama
menyusui, Anda tak boleh mengkonsumsi obat batuk secara serampangan tanpa konsultasi ke
dokter. Bahan aktif obat batuk yang mengalir melalui ASI dan dikonsumsi bayi dapat
menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada bayi seperti gagal jantung, kelumpuhan,
hiperaktif, bahkan bisa menyebabkan kematian. Menyadari bahaya-bahaya tersebut, dokter
biasanya akan menyarankan beberapa obat batuk untuk ibu menyusui yang aman karena
terbuat dari bahan-bahan herbal. Obat batuk untuk ibu menyusui tersebut antara lain: 1. Obat
Batuk Silex Untuk mengobati batuk saat menyusui, Anda bisa mengkonsumsi obat batuk
Silex herbal. Merk obat batuk ini aman bagi ibu hamil, maupun ibu menyusui karena
memang terbuat dari bahan-bahan alami seperti Guaifenesin, Ekstrak Primulae, Ekstrak
Thymi, Ekstrak Droserae, Ekstrak Althaea, Minyak Eucalyptus, Ekstrak Serpylli, dan Minyak
Anisi. 2. Obat Batuk Laserin Sama halnya seperti obat batuk Silex, beberapa dokter biasanya
juga akan menyarankan Anda untuk mengobati batuk saat menyusui dengan obat batuk
Laserin. Obat batuk Laserin dapat dikonsumsi sebagai obat batuk aman untuk ibu menyusui
karena terbuat dari bahan-bahan alami seperti Zingiberis rhizoma, Euphorbia hirta herba,
Cardamomum fructus, Cinnamomum cortex, Caryophyllum flos, Abri folium, Piperis folium,
Mentha arvensis folium, Oleum mentha piperitae, Hibiscus tilliaceus folium, Succus, dan
liquiritae.
Sumber: http://www.ibu-hamil.web.id/2015/10/6-obat-batuk-untuk-ibu-menyusui-yang.html
Disalin dari Ibu-Hamil.web.id, Blog Ibu Hamil Indonesia.
Jika batuk dan dingin - hasil dari infeksi, tubuh cenderung unt
Jika Anda menderita diabetes, seseorang memiliki dingin dan batuk yang berlangsung lebih
dari seminggu, tingkat kronis peningkatan glukosa darah dapat mengakibatkan komplikasi
lain seperti ketoasidosis , menyebabkan terlalu banyak asam dalam darah meningkat.Hal ini
membuat bahkan lebih penting bagi penderita diabetes untuk menangani gejala batuk dan
dingin segera, tanpa menunggu bahwa semuanya berjalan dengan sendirinya.Komposisi
obat batuk
Seperti dengan semua sediaan farmasi, obat batuk mengandung bahan-bahan tertentu yang
aktif (obat bertanggung jawab untuk efek terapi) dan beberapa bahan aktif (pelarut, pewarna,
wewangian dan pengawet), dan untuk memberikan produk estetika diterima.Bahan aktif dan
tidak aktif di sirup batuk konvensional dapat mempengaruhi tingkat glukosa dalam darah atau
fungsi penting lainnya pada pasien yang menderita diabetes.
Gula dan alkohol dalam campuran batuk adalah penyebab utama yang dapat menyebabkan
fluktuasi kadar gula darah pada penderita diabetes.Gula adalah bahan utama dalam banyak
obat batuk tidak aktif dan ketika diserap oleh darah, secara langsung akan menghasilkan
lonjakan yang signifikan dalam glukosa darah.
Alkohol konsumsi , juga dapat mengakibatkan komplikasi diabetes.Mengingat bahwa cukup
banyak obat batuk mengandung alkohol, penting untuk diingat bahwa hal itu juga dapat
mempengaruhi proses metabolisme dan meningkatkan tingkat glukosa dalam darah.
Ketika datang ke bahan aktif dalam persiapan sirup obat batuk sebagai dekstrometorfan dan
guaifenesin, keduanya dianggap aman bagi penderita diabetes dalam dosis yang
ditentukan.Namun, sebagian besar campuran batuk juga bisa mengandung bahan aktif lain
seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk membantu mengurangi rasa sakit - obat ini dapat
memiliki efek toksik pada penderita diabetes yang memiliki komplikasi ginjal .Selain itu,
ibuprofen juga cenderung meningkatkan efek menurunkan glukosa darah obat
antidiabetes.Dekongestan dan antihistamin yang hadir dalam sirup, juga dapat mempengaruhi
cara tubuh memetabolisme gula, insulin, dan obat anti-diabetes.
Apa solusinya?
Kebanyakan obat cair untuk pengobatan batuk dan obat flu mengandung gula, tetapi ada
produk yang lebih aman yang dirancang khusus untuk pengobatan batuk pada pasien dengan
diabetes mellitus, dan karena itu adalah pilihan yang lebih baik dari obat batuk konvensional.
ini juga dianjurkan untuk memeriksa tingkat gula darah penderita diabetes lebih teratur jika
mereka memiliki batuk dan dingin.Informasi tentang perubahan tingkat gula membantu
dokter menentukan pengobatan yang tepat untuk membantu Anda pulih lebih cepat.
Minum teh herbal dapat membantu menenangkan tenggorokan teriritasi, tetapi penderita
diabetes harus memperhatikan komponen yang hadir dalam teh seperti - zat seperti kayu
manis mungkin cenderung mengurangi tingkat gula darah, dan lain-lain, seperti madu dapat
membuat gulameningkat;Dengan demikian, penting untuk latihan hati-hati dan berbicara
dengan dokter Anda sebelum mengambil obat rumah.
Mengingat komplikasi batuk dan obat flu pada penderita diabetes, di tempat pertama, lebih
baik untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyakit ini.Untuk melakukan hal
ini, penting untuk menjaga kebersihan pribadi yang baik untuk menghindari penangkapan
dingin dari seseorang dalam keluarga, adalah sama penting untuk tetap waspada dan mulai
memperlakukan batuk sesegera mungkin.