Anda di halaman 1dari 24

Khusus batuk

Monday, March 24, 2014

Apakah Batuk Pilek Perlu Diobati?

"Dok, anak saya batuk grok-grok dan napasnya susah. Saya minta anak saya "diuap"."
"Dok, minta obat untuk batuk dan obat untuk pilek ya. Anak saya sudah seminggu sakit, tapi
belum minum obat."
"Dok, saya minta puyer racikan ya. Sudah berobat ke Puskesmas dan diberi obat sirup, tapi
belum sembuh."

Pernyataan-pernyataan yang kurang lebih bernada di atas beberapa kali disampaikan


kepadaku, langsung oleh orangtua. Dalam hati aku merasa geli, karena mereka sudah
menentukan sendiri terapi untuk anak-anaknya. Dokter diminta dapat memenuhi keinginan
mereka.
Lalu apa diagnosisnya? Selesma atau common cold. Apa lagi?

Pertanyaan berikutnya adalah:


- Perlukah terapi inhalasi atau uap untuk mengatasi selesma? Apalagi jika si anak masih
berusia di bawah 1 tahun. Batuknya grok-grok, banyak dahak, dan sukar dikeluarkan.
Tidurnya pun terganggu, terutama di malam hari.
- Perlukah pemberian obat batuk pilek untuk mengurangi atau meredakan gejala-gejala
seperti sudah disebutkan?
Sebuah artikel yang cukup informatif dari American Academy of Family Physician (AAFP)
menjelaskannya di: www.aafp.org/afp/2012/0715/p153.html

Data di Amerika menyatakan obat-obatan pereda gejala batuk-pilek berada di dalam daftar 20
obat tersering yg menyebabkan kematian pd anak balita. Pada tahun 2008, Badan Pengawas
Obat dan Makanan di AS (FDA) menyatakan obat-obatan jenis ini yg dijual bebas (OTC)
dihindari penggunaannya pada anak berusia di bawah 2 tahun. Para produsen farmasi
mengikutinya. Hasilnya adalah: angka kunjungan ke IGD akibat efek samping obat-obatan
jenis ini berkurang. Para produsen lalu melabel ulang OTC untuk obat batuk pilek anak tidak
boleh digunakan untuk anak berusia di bawah 2 tahun.

Bagaimana dengan Indonesia? Belum ada upaya ke sini sepertinya.


Tetapi terlepas dari potensi efek samping obat batuk pilek utk anak, sebenarnya adakah
manfaat obat obatan ini dalam membantu penyembuhan common cold?

1. Antihistamin, ditujukan untuk meredakan bersin-bersin dan ingus meler. Antihistamin


lazimnya diberikan untuk menghambat reseptor histamin yang berperan dalam reaksi alergi
(gejala alergi memang bisa berupa bersin dan hidung meler, tetapi common cold disebabkan
oleh infeksi virus, bukan reaksi alergi). Contohnya adalah: klorfeniramin (CTM),
difenhidramin, dan hidroksizin. Satu penelitian yang dimuat di jurnal bergengsi Pediatrics
tahun 2004 menyimpulkan difenhidramin tidak lebih baik dibandingkan dengan plasebo
(pembanding, digunakan dalam penelitian dan tidak memiliki khasiat apapun) dalam
mengurangi batuk di malam hari dan gangguan tidur (akibat common cold) pada anak.
Dua review (ikhtisar berbagai penelitian) dari Cochrane juga menyimpulkan antihistamin
tidak lebih baik dibandingkan dengan plasebo dalam mengatasi batuk.
Perlu diketahui, Cochrane Database adalah meta-analisis yang menempati tingkat kesahihan
tertinggi di dalam penelitian kedokteran.
Lebih lanjut, kita mengetahui CTM mempunyai efek samping mengantuk, yang dapat
merancukan kondisi anak: apakah anak mengantuk karena obat atau karena adanya penyakit
yang membuat penurunan kesadaran? Antihistamin juga berefek samping mengurangi
produksi lendir (sehingga menjadi lebih kental?) dan membuat mulut kering, yang tentunya
menjadikan anak makin tidak nyaman.
Kesimpulannya: antihistamin tidak efektif dalam meredakan gejala common cold.

2. Antitusif, ditujukan untuk menekan refleks batuk, sehingga anak berkurang batuknya.
Contohnya adalah dekstrometorfan (DMP). Satu penelitian, masih dari jurnal yang sama,
menyimpulkan DMP tidak lebih baik dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala batuk
di malam hari yang mengganggu tidur pada anak.
Batuk pada dasarnya adalah upaya tubuh untuk membuang lendir dari saluran napas. Lendir
berisi antara lain virus yang justru memang berusaha dibuang ke luar tubuh. Artinya, batuk
bertujuan baik, karena merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Logikanya, upaya untuk
menekan batuk justru berpotensi membahayakan tubuh, karena menghalangi dahak untuk
dibuang keluar. Meskipun demikian, toh penelitian menunjukkan DMP tidak berkhasiat
dalam mengurangi gejala common cold. Obat ini juga mempunyai efek samping mengantuk
dan limbung.

3. Dekongestan, ditujukan untuk melegakan hidung tersumbat. Contohnya adalah:


pseudoefedrin, fenilpropanolamin (PPA), dan fenilefrin. Sayangnya dekongestan mempunyai
efek samping penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) yang bisa mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, dan dampak lain seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan
gangguan irama jantung. Jurnal Pediatrics in Review di tahun 2011 menyatakan tidak ada
bukti yang menyokong efektivitas dekongestan dalam meredakan gejala common cold.
Bahkan pernah dilaporkan adanya kematian akibat penggunaan obat jenis ini.

4. Ekspektoran, ditujukan untuk mengencerkan dahak, misalnya: guaifenesin. Pada orang


dewasa, penelitian yang ada menunjukkan kegagalannya dalam mengurangi gejala batuk.
Penelitian yang menunjukkan efektivitasnya pada anak belum ada.

Lalu apa obat-obatan yang bisa digunakan untuk meredakan gejala batuk-pilek pada anak?

Apa obat yang bisa diberikan untuk mengatasi gejala batuk-pilek pada anak?

Berbagai penelitian telah dilakukan dengan rangkuman sebagai berikut:


- Jurnal AAFP yang pernah saya sebutkan di tulisan pertama membagi beberapa obat yang
dikategorikan "mungkin efektif" dalam mengatasi common cold pada anak. Apa artinya?
Semua jenis terapi ini tidak secara tegas dinyatakan "pasti" efektif. Apa saja macamnya?
- Produk yang dikategorikan suplemen dan alternatif, misalnya:
-- balsam "vapor rub": dapat mengurangi batuk malam hari, tetapi baunya mungkin tidak
disukai anak dan ada risiko alergi kulit pada anak-anak tertentu;
-- zinc sulfate: dapat mengurangi lamanya sakit bila diminum dalam 24 jam pertama sakit,
tetapi penelitian lain tidak menunjukkan manfaatnya, sehingga sampai sekarang tidak
direkomendasikan;
-- madu: beberapa penelitian menunjukkan khasiatnya dalam meredakan batuk, meskipun
Cochrane menunjukkan belum cukup bukti untuk mendukung/menolak penggunaannya
dalam common cold. Madu hanya boleh digunakan pada anak berusia dia atas 1 tahun, karena
risiko botulisnismus pada bayi;
-- Echinacea: Cochrane menyatakan belum cukup data untuk menyatakan efektivitasnya.
- Irigasi nasal atau semprot hidung dengan NaCl. Penggunaannya dapat mengurangi keluhan
hidung tersumbat karena ingus kental dan mencairkan ingus. Pada praktiknya anak-anak tidak
suka disemprot hidungnya dan orangtua sulit melakukannya.
- Obat asetilsistein disimpulkan dapat mengurangi batuk setelah enam sampai tujuh hari
penggunaan pada anak di atas 2 tahun, tetapi mempunyai efek samping tersering muntah.
- Obat kortikosteroid hirup: mungkin membantu pada batuk yang disertai mengi, tetapi pada
dosis tinggi.

Sumber lain menyebutkan obat hirup seperti ipratoprium bromida untuk mengurangi produksi
ingus, tetapi terbatas pada anak di atas 5 tahun dan berefek samping mimisan, hidung kering,
dan sakit kepala.

Ada beberapa cara penanganan common cold yang dianggap cukup berperan dalam
meredakan gejala dan dapat digunakan, seperti:
- Pemberian obat pereda demam/nyeri seperti parasetamol dan ibuprofen. Obat-obatan ini
diberikan untuk membuat anak demam dan rewel menjadi lebih nyaman, tetapi dengan dosis
yang tidak melebihi seharusnya. Ibuprofen lebih berisiko mengiritasi lambung dan membuat
muntah. Silakan baca mengenai "fever phobia" akan penggunaan obat penurun panas.
- Melembabkan udara, misalnya dengan cara meletakkan air panas di kamar mandi dan
membuat ruangannya beruap menyerupai sauna, sehingga melakukan "terapi uap" alami.
Meskipun demikian, cara ini juga berisiko menyebabkan cedera anak terkena air panas.
- Minum, minum, dan minum. Banyak minum adalah cara terbaik yang dapat dilakukan
untuk membantu meredakan batuk pilek, karena membuat dahak menjadi lebih encer dan
memudahkan anak menelannya (anak kan belum bisa buang dahak sendiri) dan mencegah
kekurangan cairan akibat demam.

Pada akhirnya cara terbaik adalah melakukan upaya pencegahan, misalnya dengan memakai
masker pada orang dewasa yang sedang batuk-pilek, dan sering-sering mencuci tangan
setelah memegang anak sakit atau sesudah bersin/buang ingus, untuk menghindari
penyebaran virus dari satu anak ke anak lain. Anyway, however, common cold adalah infeksi
virus yang akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu.

Mayoritas orangtua beralasan anaknya sulit tidur bahkan sesak karena batuknya grok-grok.
Mereka menginginkan anaknya "diuap" untuk mengencerkan lendirnya sehingga sesaknya
berkurang. Benarkah demikian.

Saya kesulitan mencari referensi yg menunjukkan manfaat terapi inhalasi pada common cold.
Bahkan mencari penggunaan terapi inhalasi yg biasa dilakukan di sini saja sulit di jurnal dan
kepustakaan berbahasa Inggris. Mengapa demikian? Karena terapi inhalasi dengan nebulizer
memang tidak masuk dalam standar penatalaksanaan common cold. Inhalasi atau nebulisasi
diberikan pada serangan asma, bukan batuk pilek akibat common cold. Kalapun ada untuk
indikasi lain, yg saya dapatkan adalah pada bronkiolitis (dengan NaCl 3%--masih dlm
penelitian, dan steroid pd kasus dg mengi--tapi bukan terapi standar) dan croup (inhalasi
epinefrin/adrenalin, juga tidak rutin).

Kadang saya sampaikan ke orangtua: "Bu, kalaupun anaknya sekarang diuap dan terlihat
enakan, sampai rumah juga kemungkinan batuk grok-grok lagi. Apakah kemudian anaknya
harus dibawa untuk diinhalasi tiap kali grok-grok? Enggak juga kan?"

Lalu kenapa anak kadang terlihat lebih nyaman setelah diinhalasi? Pengamatan saya,
kebanyakan anak yg diinhalasi menangis, sampai akhirnya muntah, dan menyertakan dahak
di muntahannya. Mungkin mereka menjadi lebih nyaman karena dahaknya terbuang, dengan
cara muntah! Jadi, buat saja anak menangis sampai muntah? Hehe.
Tenang saja, tubuh manusia dilengkapi dengan rambut-rambut halus yg mengalirkan dahak
keluar tubuh, jadi tanpa dimuntahkan pun lendir akan keluar dari saluran napas.

So...sudah jelas ya, selama tidak ada sesak napas, common cold ya aman aman saja.

Anda bisa membaca lebih lanjut mengenai terapi common cold di tautan berikut:
http://www.aafp.org/afp/2012/0715/p153.pdf
http://www.cps.ca/documents/position/treating-cough-cold
http://www.ncbi.nlm.nih.gov//ar/PMC2776795/pdf/0551081.pdf
http://pedsinreview.aappublications.org//2/47.full.pdf+html
Jenis-jenis Batuk

Jenis-jenis batuk meliputi batuk kering dan berdahak.

Tanda-tanda awal batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yang memicu
batuk. Batuk tanpa dahak ini biasa terjadi pada tahap akhir pilek atau ketika ada paparan
bahan iritan.

Pada kasus yang berdahak, batuk justru sangat membantu karena berfungsi mengeluarkan
dahak. Dahak tersebut bisa berasal dari tenggorokan, sinus, serta paru-paru.

Penyebab Batuk

Infeksi saluran pernapasan akibat virus adalah penyebab utama pada sebagian besar
pengidap. Di samping itu, ada beberapa penyebab batuk lain yang meliputi:

Penyakit jangka panjang yang kambuh, misalnya asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), atau bronkitis kronis.

Rinitis alergi, misalnya alergi terhadap serbuk sari (hay fever).

GERD. Penyakit ini menyebabkan asam lambung berkumpul pada esofagus dan
memicu batuk.

Cairan dari hidung yang menetes ke tenggorokan.

Merokok atau menggunakan tembakau dengan cara lain.

Paparan debu, asap, serta senyawa kimia.

Meski jarang terjadi, faktor-faktor di atas tetap bisa menjadi penyebab awal dari penyakit
yang menyebabkan batuk jangka panjang.

Diagnosis Batuk

Batuk ringan memang jarang membutuhkan langkah pengobatan tertentu. Namun, segera
konsultasikan kepada dokter jika Anda mengalami batuk yang:

Lebih dari tiga minggu akibat infeksi virus.


Bertambah parah.

Disertai darah, kesulitan bernapas, sakit dada, penurunan berat badan tanpa alasan
jelas, demam, atau terjadi pembengkakan dan muncul benjolan di leher.

Dokter akan menanyakan gejala dan memeriksa kondisi fisik Anda. Riwayat medis Anda dan
keluarga juga akan ditanyakan pada awal pemeriksaan. Jika tidak yakin dengan penyebab
batuk Anda, Dokter kemungkinan akan menganjurkan pemeriksaan lebih lanjut yang berupa:

Pengambilan sampel dahak untuk menentukan adanya infeksi bakteri dan jenis
antibiotik yang akan diberikan jika batuk disebabkan oleh bakteri.

Rontgen dada untuk memeriksa entah Anda mengalami infeksi paru-paru.

Spirometri, yaitu prosedur menarik dan menghembuskan napas lewat tabung yang
terhubung dengan mesin. Langkah ini berfungsi untuk memeriksa apakah Anda
memiliki penyakit saluran pernapasan atau tidak.

Tes alergi untuk memeriksa entah batuk Anda diakibatkan sesuatu yang memicu
alergi, misalnya tungau debu.

Batuk pada Bayi dan Anak-anak

Batuk pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan batuk pada
orang dewasa, antara lain infeksi saluran pernapasan, asma, dan GERD.

Bila batuk menjadi berkepanjangan, bisa menjadi pertanda adanya infeksi saluran pernapasan
yang lebih serius. Konsultasikanlah ke dokter jika anak Anda mengalami batuk yang parah
dan tidak kunjung reda, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.

Mewaspadai gejala batuk rejan juga sangat penting, terutama pada anak-anak dan bayi.
Gejala batuk rejan meliputi:

Suara lengkingan di setiap tarikan napas dalam-dalam setelah batuk.

Batuk bertubi-tubi dan intens yang mengeluarkan dahak kental.

Kelelahan dan wajah memerah karena terus batuk.

Muntah.

Di samping batuk rejan, batuk pada bayi dan anak juga bisa disebabkan oleh bronkiolitis dan
croup. Bronkiolitis merupakan infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada bayi serta
anak-anak di bawah usia dua tahun. Sedangkan croup adalah infeksi virus yang menyerang
laring (kotak suara) atau trakea (batang tenggorokan) bayi dan anak-anak.

nfeksi virus yang menyebabkan batuk biasanya bisa reda dengan sendirinya. Batuk bisa
dikelompokkan menjadi batuk akut dan kronis berdasarkan masa berlangsungnya.
Batuk Akut

Kebanyakan batuk disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas dan
bawah.

Infeksi saluran pernapasan bagian atas meliputi pilek, flu, laringitis, sinusitis dan batuk rejan.
Infeksi ini menyerang tenggorokan, batang tenggorokan, dan sinus. Sedangkan
bronkitis dan pneumonia merupakan contoh infeksi virus pada saluran pernapasan bawah,
yaitu baik pada saluran pernapasan bagian bawah sendiri atau pada bagian paru-paru.

Di samping infeksi, penyebab batuk akut juga bisa dipicu oleh sejumlah faktor. Beberapa di
antaranya adalah:

Penyakit kronis, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), serta
bronkitis kronis.

Rinitis alergi atau hay fever.

Tak sengaja menghirup pemicu batuk, seperti debu atau asap.

Batuk Kronis atau Jangka panjang

Meski jarang terjadi, batuk bisa saja menandakan kondisi kesehatan yang lebih serius.
Contohnya, tuberkulosis, embolisme pulmonari, kanker paru-paru, atau gagal jantung.

Jenis batuk ini lebih sering dialami oleh orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.
Beberapa penyebab batuk berkepanjangan pada orang dewasa meliputi:

Obat dengan resep dokter, misalnya obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi
hipertensi atau penyakit jantung.

Merokok. Batuk pada perokok juga bisa menjadi gejala Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK).

Penyakit asam lambung karena iritasi akibat naiknya asam lambung.

Infeksi saluran pernapasan jangka panjang, contohnya bronkitis kronis.

Penyakit kronis, seperti asma.

Postnasal drip (lendir yang menetes dari bagian belakang hidung ke tenggorokan
yang disebabkan alergi seperti rinitis).

Pengobatan Batuk-batuk
Tidak ada cara cepat untuk menyembuhkan batuk akibat infeksi virus. Batuk biasanya akan
sembuh dengan sendirinya setelah sistem kekebalan tubuh memusnahkan virus. Tapi terdapat
sejumlah cara untuk meredakan batuk yang bisa kita lakukan. Langkah-langkah sederhana
tersebut meliputi:

Mengonsumsi air madu bercampur lemon. Ini merupakan ramuan


paling sederhana dan murah yang bisa digunakan untuk menangani
batuk. Dengan melembapkan tenggorokan, madu dapat meringankan
iritasi yang menyebabkan batuk. Tetapi, sebaiknya Anda tidak memberi
madu pada bayi di bawah usia satu tahun, karena berisiko terkena
botulisme (keracunan madu) pada bayi.

Memastikan Anda atau anak Anda banyak minum cairan. Langkah


ini dapat membantu mencairkan dahak di tenggorokan. Langkah ini juga
bisa mencegah dehidrasi.

Berhenti Merokok. Langkah ini tidak hanya bisa menyehatkan paru-


paru, tapi juga tubuh Anda secara keseluruhan. Pernapasan Anda akan
membaik dan gejala seperti batuk-batuk atau sesak napas bisa reda
setelah berhenti merokok.

Menggunakan lebih dari satu bantal agar meringankan frekuensi


batuk pada saat tidur.

Mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen jika dibutuhkan. Obat-


obatan ini berfungsi meredakan rasa sakit.

Di samping langkah penanganan sederhana, konsumsi obat batuk juga mungkin


digunakan bagi mereka yang membutuhkan. Jenis obat batuk terbagi menjadi
dua kategori, yaitu ekspektoran (pengencer dahak) dan dan antitusif (penekan
batuk).
Obat ekspektoran berfungsi untuk membantu mengeluarkan dahak. Jenis obat ini cocok untuk
mengobati batuk berdahak karena dapat membantu Anda untuk mengeluarkan dahak agar
batuk menjadi lebih ringan.

Sementara obat antitusif atau penekan batuk adalah obat-obatan yang berfungsi menstimulasi
otak untuk menekan refleks batuk. Jenis obat ini hanya ampuh untuk batuk kering.

Keampuhan obat batuk belum terbukti sepenuhnya walaupun beberapa orang mengaku
terbantu dengan obat batuk. Obat batuk yang komposisinya tidak terlalu banyak dan hanya
berfungsi untuk menekan satu jenis gejala, lebih baik daripada obat untuk mengatasi segala
macam gejala.

Apabila batuk Anda dipicu oleh penyakit atau kondisi medis lain, menangani penyebabnya
merupakan langkah paling efektif. Misalnya:

Konsumsi antibiotik bagi Anda mengalami infeksi bakteri sekunder,


seperti pneumonia, karena antibiotik hanya berguna untuk membunuh
bakteri dan bukan virus.

Penggunaan inhaler (obat hirup) yang mengandung steroid guna


menangani asma.
Konsumsi antasida untuk pengidap penyakit asam lambung.

Pemberian antihistamin guna mengatasi alergi.

Bagi penderita batuk yang disebabkan PPOK, bisa mengonsumsi obat yang
melebarkan saluran napas (bronkodilator).

Batuk adalah kondisi normal yang bisa terjadi oleh siapa saja dan kapan saja. Banyak
hal yang bisa menyebabkan batuk, tapi sebenarnya batuk adalah cara tubuh untuk
melegakan tenggorokan serta menyingkirkan sesuatu hal yang mungkin saja
menghalangi saluran perpanasan. Ketika zat asing tersebut masuk ke dalam tubuh dan
tersangkut di tenggorokan maka secara otomatis Anda akan terbatuk.

Namun terkadang gejala batuk yang terjadi tidak sesederhana yang Anda anggap.
Jangan pernah sepelekan gejala kecil, bahkan batuk. Karena batuk bisa saja
merupakan tanda dan gejala dari suatu penyakit. Apa saja jenis batuk yang harus Anda
tahu? Dan apa artinya?

1. Post-nasal drip
Di dalam hidung dan tenggorokan terdapat lendir yang bertugas untuk menjaga
kelembaban serta mencegah kekeringan. Pada kondisi post nasal drip, lendir yang ada
di sekitar hidung dan tenggorokan terlalu banyak. Hal ini menyebabkan saluran
tenggorokan menjadi tersumbat, oleh karena itu batuk bisa terjadi.

Jika Anda mengalami kondisi ini maka batuk yang Anda alami bisa berupa batuk
kering maupun batuk berdahak. Lendir yang berkumpul dan terakumulasi biasanya
terjadi ketika Anda berada di suhu yang dingin atau alergi terhadap sesuatu.

Batuk jenis ini biasanya akan bertambah parah ketika malam hari. Anda juga akan
sering merasa gatal pada mata serta bersin-bersin. Cobalah untuk pergi ke dokter,
biasanya bila Anda mengalami alergi maka dokter akan memberikan obat anti-
histamin untuk mengatasi batuk yang muncul. Jika hal ini terjadi karena Anda merasa
kedinginan maka Anda bisa mengatasinya dengan menghangatkan diri Anda dengan
menggunakan baju hangat atau makan dan minum sesuatu yang hangat. Tetapi jika
Anda tetap batuk dalam beberapa minggu maka Anda harus periksakan diri ke dokter.

BACA JUGA: Mengapa Anak Sering Batuk dan Pilek?

2. Batuk asma
Batuk ini merupakan salah satu gejala yang bisa timbul pada penderita asma. Jenis
batuk yang dialami oleh penderita asma adalah batuk kering dan diiringi dengan
mengi. Penderita asma memiliki peradangan pada saluran napasnya dan hal ini
menyebabkannya susah untuk bernapas, sehingga sering batuk.

Selain itu, gejala yang biasanya juga dialami oleh penderita asma adalah batuk yang
semakin parah di malam hari, merasa kelelahan, serta sesak dada. Untuk mengatasi
batuk yang timbul akibat asma, maka penderita harus memeriksakan diri ke dokter.
Kemudian biasanya dokter akan memberikan obat-obatan yang bisa membuat saluran
napas lebih lega.

3. Batuk karena asam lambung


GERD alias gastroesophagal reflux disease lebih dikenal dengan gangguan refluks
asam lambung. Orang yang mengalami GERD ternyata tidak hanya bermasalah pada
saluran pencernaannya saja, namun juga pada sistem pernapasan, sehingga
menyebabkan batuk.

Pada kondisi normal, asam lambung hanya akan berada di perut saja. Tapi kali ini
asam lambung naik hingga ke tenggorokan, sehingga menyebabkan tenggorokan tidak
nyaman dan akhirnya batuk. Batuk yang dialami adalah batuk kronis, dan menurut
sebuah studi, batuk yang kronis paling sering terjadi karena GERD. Batuk akan
semakin parah jika sedang berbaring atau makan.

Diketahui bahwa sebanyak 75% dari pasien GERD yang diteliti pada studi tersebut
mengalami batuk kronis, suara serak, juga rasa mulas. Kondisi batuk kronis ini bisa
diatasi dengan cara mengatasi GERD-nya terlebih dahulu, karena batuk merupakan
gejala yang muncul akibat penyakit ini.

BACA JUGA: 10 Pertanyaan yang Bisa Anda Tanya Pada Dokter Tentang
GERD

4. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit kronis pada paru yang
ditandai dengan adanya penyumbatan saluran napas serta masalah pada kantung-
kantung udara di paru-paru. Salah satu gejala yang paling sering ditemukan pada
penderita PPOK adalah batuk berdahak dalam jangka lama dan paling sering terjadi
ketika pagi hari. Biasanya batuk berdahak akan diiringi dengan gejala lain seperti
sesak napas, mengi, kelelahan, serta merasa sesak pada dada.

5. Batuk akibat obat


Jika Anda mengalami batuk yang kering dan sedang mengonsumsi obat tekanan darah
tinggi, mungkin saja batuk tersebut diakibatkan oleh obat yang Anda makan.
Sebanyak 20% obat hipertensi bisa menyebabkan batuk kering dan akan muncul
ketika beberapa saat mengonsumsi obat tersebut. Jika batuk yang muncul ternyata
parah, maka Anda harus memeriksakan diri ke dokter dan mendikusikan obat
hipertensi yang tepat untuk menggantikan obat sebelumnya.

BACA JUGA: 3 Gerakan untuk Mengatasi Nyeri Perut Setiap Batuk Selama
Hamil

6. Pneumonia
Awalnya timbul gejala batuk kering, kemudian beberapa hari setelahnya menjadi
batuk berdahak dengan dahak berwarna hijau, kuning, atau merah kebiruan. Tidak
hanya itu, penderita pneumonia juga mnegalami demam, sulit bernapas, dan merasa
nyeri ketika mengambil napas yan terlalu dalam. Penyakit ini disebabkan oleh virus
dan bakteri, sehingga dokter akan memberikan obat untuk mengatasi gejala serta
tanda yang muncul.

7. Batuk rejan atau pertusis


Batuk rejan adalah penyakit infeksi yang sangat mudah sekali menular. Jika seseorang
mengalami penyakit ini maka gejala yang akan dialami adalah batuk yang keras
dengan tarikan napas awal yang panjang melalui mulut. Batuk dapat terjadi hingga 3
bulan ke depan dan terkadang diiringi dengan gejala lain seperti hidung meler, mata
berair, demam, serta merasa pengap.

Batuk dan Asma


Batuk
tanpa dahak :antitusif
berdahak : ekspektoran, mukolitik
Asma
obat asma
Obat Batuk Antitusif
Dekstrometorfan HBr (Bisoltussin)
Adalah obat batuk antitusif (menekan respon batuk), digunakan untuk batuk tidak berdahak.
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
Jangan digunakan pada wanita hamil trimester ketiga, anak < 1 tahun, kerusakan ginjal parah.
Efek samping: pusing, gangguan saluran cerna.
Codeine (Codipront)
Selain digunakan sebagai antitusif, juga dapat digunakan utk analgesik serta antidiare.
Mekanisme kerja: aksi sentral pada pusat batuk di medulla.
Efek samping: ketergantungan, mual, muntah, konstipasi, mulut kering, sakit kepala.

Mukolitik
Mukolitik = penghancur dahak
Produksi dahak meningkat antara lain pada kondisi alergi, merokok, dan infeksi.
Beberapa penyakit yg meningkatkan produksi dahak antara lain pneumonia, asma, dan
bronkhitis akut.
Mekanisme Kerja Mukolitik

Ambroxol (Epexol)
Digunakan sebagai mukolitik pada batuk berdahak.
Merupakan metabolit dari bromheksin
Hendaknya digunakan bersama makanan
Efek samping: efek samping ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.
Selain utk obat batuk, ambroxol juga memiliki sifat pereda nyeri pada sakit
tenggorokan/faringitis, shg dikembangkan tablet hisap ambroxol.
Erdosteine (Edotin)
Sifat mukolitik lebih baik daripada bromheksin
Efek samping ringan, biasanya hanya di saluran cerna.
Asetilsistein (Fluimucil)
Digunakan sebagai mukolitik, dan mencegah keracunan parasetamol
Efek samping: bronkospasme, gangguan saluran cerna
Asetilsistein memecah ikatan disulfida pada dahak.
Bromheksin (Bisolvon)
Digunakan sebagai mukolitik
Efek samping: diare, mual, muntah.
Juga memiliki efek antioksidan

Obat Batuk Ekspektoran


Guaifenesin/gliseril guaiakolat/GG
Digunakan sebagai ekspektoran pd batuk berdahak, mekanisme kerjanya dg cara
meningkatkan volume dan menurunkan viskositas dahak di trakea dan bronki, kemudian
merangsang pengeluaran dahak menuju faring.
Efek samping: mual, muntah, batu ginjal.

2. Terapi farmakologi (dengan menggunakan obat)

Pengobatan batuk harus diberikan berdasarkan jenis batuknya, apakah termasuk jenis batuk
berdahak atau batuk kering. Hal ini penting agar obat yang digunakan tepat untuk sesuai
dengan tujuan terapinya. Terapi farmakologi (dengan obat) pada batuk dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut :

a. Antitusif

Antitusif digunakan untuk pengobatan batuk kering (batuk non produktoif). Golongan obat
ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat dengan cara menekan rangsangan batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk
batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak menjadi kental dan susah
dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah codein, dekstrometorfan, noskapin, prometazin,
difenhidramin.

b. Ekspektoran

Ekspektoran digunakan untuk batuk berdahak. Golongan obat ini bekerja dengan cara
meningkatkan sekresi cairan saluran pernafasan sehingga kekentalan dahak menjadi
berkurang akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Obat golongan ini tidak sesuai bila
digunakan untuk batuk kering karena akan menyebabkan frekuensi batuk menjadi meningkat.
Contoh obat golongan ini adalah guaifenesin (gliseril guaikolat), Amonium klorida, OBH.

c. Mukolitik

Mukolitik digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti batuk pada
bronchitis dan emfisema. Golongan obat ini bekerja dengan jalan memutus serat-serat
mukopolisakarida atau membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang terdapat
pada dahak sehingga kekentalan dahak akan menjadi berkurang, akibatnya dahak akan mudah
dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol,
bromheksin dan erdostein.
1 Pengertian Batuk

Batuk adalah refleks fisiologis yang bisa terjadi pada saluran

pernapasan orang sehat maupun sakit. Batuk dapat ditimbulkan pleh

berbagai sebab, misalnya rangsangan selaput lendir pernapasan yang

terletak di tenggorokan dan cabang-cabang tenggorokan. Radang jalan

pernapasan pada bronchitis dan pharingitis. Penyumbatan jalan

pernapasan oleh lendir biasanya pilek, bronchitis, dan pertusis. Batuk

dapat juga disebabkan oleh bau-bauan, debu, gas, dan perubahan suhu

yang mendadak atau juga merupakan gejala dari penyakit TBC, asma,

atau kanker paru-paru.

Karena rangsanga saluran pernapasan, maka terjadilah pengeluaran

napas secara tiba-tiba dengan kekuatan besa, otot dalam dinding perut

dan sekitar rongga badan ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga

angin yang dikeluarkan menggetarkan selaput suara, maka terjadilah

batuk. Karena kekuatan besar itulah, maka batuk akan berfungsi untuk

membersihkan saluran pernapasan dari zat-zat yang merangsang

penyakit.

Namun batuk juga merupakan suatu penyakit yang dapat

menyebabkan gejala yang serius di dalam paru-paru. Apabila penyakit itu

sudah memuncak, si sakit akan mengalami serangan batuk yang

berulang-ulang. Ini sering berakhir dengan tarikan napas panjang dan

dalam, dengan disertai bunyi yang melengking. Batuk yang tidak berat

biasanya akan sembuh tanpa menimbulkan kerusakan yang permanen,

tetapi penyakit tersebut tetap harus dicegah atau diatasi sendiri mungkin.
Pencegahan dan penyembuhan yang tepat sangat diperlukan, terutama

pada anak-anak yang sudah lemah karena adanya komplikasi dengan

penyakit lain.

4.2 Penyebab Batuk

Berbagai kelainan atau penyakit yang merangsang reseptor batuk

atau komponen refleks batuk dapat menimbulkan batuk.

Batuk merupakan gejala umum yang mempunyai nilai diagnostik

terbatas, tetapi dapat merupakan satu-satunya in dikasi terdapatnya

penyakit bronkopulmoncr yang serius.

Batuk sangat sering terjadi pada perokok, yang kadang-kadang

tidak disadari perubahan pada sifat batuk dan ekspektorasilah yang

membuat mereka menyadari hal ini. Perubahan ini sering dusebabkan

oleh infeksi, tetapi mungkin juga merupakan indikasi terdapatnya

kaganasan yang banyak ditemukan pada perokok. Masa tanpa gejala

berarti pada perokok berlangsung kira-kira 10 tahun setelah merokok

dimulai, setelah itu timbul gejala batuk kronik biasanya disertai dengan

sejumlah sputum.

4.3 Macam-macam Batuk

Jenis batuk secara garis besar terbagi menjadi dua bagian yakni:

1. Batuk Kering atau Batuk Non Produktif


Batuk ini tidak mengeluarkan dahak. Tenggorokan terasa gatal, sehingga

merangsang timbulnya batuk. Penyakit influensa biasanya diawali dengan

batuk, kadang disertai pilek, demam. Batuk ini harus diobati karena

mengganggu kenyamanan tidur, perut nyeri, muntah, bahkan bila


vasodilasi, brokonkonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor histamine

yang paling bertanggung jawab terhadap segala alergi.


Batuk ini disebabkan karena infeksi saluran pernafasan bagian atas

seperti hidung dan tenggorokan karena flu atau pilek. Namun pada

beberapa kasus batuk ini juga bisa muncul karena infeksi saluran

pernafasan bawah seperti bronchiolitis dan peradangan saluran udara

kecil di paru-paru atau pnemonia, batuk ini bisa jadi memburuk ketika

cuaca panas, saat berada di ruangan yang hangat atau panas.


2. Batuk Berdahak atau Batuk Produktif
Umumnya batuk ini disebabkan oleh infeksi dan asma. Pada batuk ini

terdapat cairan sekresi dan lendir di saluran pernafasan dengan bagian

bawah (tenggorokan dan paru-paru). Saat batuk, dahak akan keluar. Batuk

berdahak lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka terhadap

paparan debu, lembab berlebih, dan sebagainya.

4.4 Penggolongan Batuk


a. Antitusif
Antitusif yaitu obat bekerja pada susunan saraf pusat menekan

pusat batuk dan menaikan ambang rangsang batuk. Mekanisme kerjanya

menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal pada reseptor iritan

perifer. Contoh antitusif antara lain dekstrometorfan dan difenhidramin.

b. Ekspektoran
Obat yag dapat membantu mengeluarkan mukus dan bahan lain

dari paru, bronchi, dan trachea. Salah satu contoh ekspektoran adalah

guaifenesin yag menaikan pembuangan mukus dengan mengencerkannya

dan juga melubrikasi. Untuk menunjang kerjanya harus disertai banyak

minum air. Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi mukosa lambung

dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran nafas


lewat N. Vagus, sehingga menurunka viskositas dan mempermudah

pengeluaran dahak. Contoh ekspektoran antara lain: Gliseryl Guaikolat

dan OBH.

c. Mukolitika
Mukolitika berdaya mengurangi kekentalan dahak dan

mengeluarkannya melalui batuk. Zat ini bekerja memutuskan jembatan

disulfida. Distribusinya dalam tubuh baik dengan mencapai kadar tinggi,

antara lain di saluran pernapasan dan sekret bronchi, sedangkan

ekskresinya berlangsung melalui kemih. Contoh obat mukolitik antara lain:

bromheksin dan ambroxol.

OBAT SIMTOMATIK
Antitusif

Secara umum berdasarkan tempat kerja obat, antitusif dibagi atas antitusif yang bekerja di
perifer dan antitusif yang bekerja di sentral. Antitusif yang bekerja di sentral dibagi atas
golongan narkotik dan nonnarkotik.1

*Antitusif yang bekerja di perifer


Obat golongan ini menekan batuk dengan mengurangi iritasi lokal di saluran napas, yaitu
pada reseptor iritan perifer dengan cara anestesi langsung atau secara tidak langsung
mempengaruhi lendir saluran napas.1
a. Obat-obat anestesi
Obat anestesi lokal seperti benzokain, benzilalkohol, fenol, dan garam fenol digunakan
dalam pembuatan lozenges. Obat ini mengurangi batuk akibat rangsang reseptor iritan di
faring, tetapi hanya sedikit manfaatnya untuk mengatasi batuk akibat kelainan saluran napas
bawah.1
b. Lidokain

Obat anestesi yang diberikan secara topikal seperti tetrakain, kokain dan lidokain sangat
bermanfaat dalam menghambat batuk akibat prosedur pemeriksaan bronkoskopi.1
c. Demulcent
Obat ini bekerja melapisi mukosa faring dan mencegah kekeringan selaput lendir. Obat
ini dipakai sebagai pelarut antitusif lain atau sebagai lozenges yang mengandung madu,
akasia, gliserin dan anggur. Secara obyektif tidak ada data yang menunjukkan obat ini
mempunyai efek antitusif yang bermakna, tetapi karena aman dan memberikan perbaikan
subyektif obat ini banyak dipakai.1
*Antitusif yang bekerja sentral
Obat ini bekerja menekan batuk dengan meninggikan ambang rangsang yang dibutuhkan
untuk merangsang pusat batuk. Dibagi atas golongan narkotik dan nonnarkotik.
Golongan narkotik
Opiat dan derivatnya mempunyai beberapa macam efek farmakologik, sehingga
digunakan sebagai analgesik, antitusif, sedatif, menghilangkan sesak karena gagal jantung
kiri dan antidiare. Di antara alkaloid ini, morfin dan kodein sering digunakan. Efek samping
obat ini adalah penekanan pusat napas, konstipasi, kadang-kadang mual dan muntah, serta
efek adiksi. Opiat dapat menyebabkan terjadinya bronkospasme karena penglepasan
histamin, tetapi efek ini jarang terlihat pada dosis terapeutik untuk antitusif. Di samping itu
narkotik juga dapat mengurangi efek pembersihan mukosilier dengan menghambat sekresi
kelenjar mukosa bronkus dan aktivitas silia. Terapi kodein kurang mempunyai efek tersebut.1
a. Kodein
Obat ini merupakan antitusif narkotik yang paling efektif dan salah satu obat yang paling
sering diresepkan. Pada orang dewasa dosis tunggal 20-60 mg atau 40-160 mg per hari
biasanya efektif. Kodein ditolerir dengan baik dan sedikit sekali menimbulkan
ketergantungan. Di samping itu, obat ini sangat sedikit sekali menyebabkan penekanan pusat
napas dan pembersihan mukosilier. Efek samping pada dosis biasa jarang ditemukan. Pada
dosis agak besar dapat timbul mual, muntah, konstipasi, pusing, sedasi, palpitasi, gatal-gatal,
banyak keringat dan agitasi.1
b. Hidrokodon
Merupakan derivat sintetik morfin dan kodein, mempunyai efek antitusif yang serupa
dengan kodein. Efek samping utama adalah sedasi, penglepasan histamin, konstipasi dan
kekeringan mukosa. Obat ini tidak lebih unggul dari kodein.1
Golongan nonnarkotik
a. Dekstrometorfan
Obat ini tidak mempunyai efek analgesik dan ketergantungan, sering digunakan sebagai
antitusif nonnarkotik. Obat ini efektif bila diberikan dengan dosis 30 mg setiap 4-8 jam.
Dosis dewasa 10-20 mg, setiap 4 jam, anak-anak umur 6-11 tahun 5-10 mg, sedangkan anak
umur 2-6 tahun dosisnya 2,5- 5 mg setiap 4 jam.1
b. Butamirat sitrat
Obat golongan antitusif nonnarkotik yang baru diperkenalkan ini bekerja secara sentral
dan perifer. Pada sentral obat ini menekan pusat refleks dan di perifer melalui aktivitas
bronkospasmolitik dan aksi antiinflamasi. Obat ini ditoleransi dengan baik oleh penderita dan
tidak menimbulkan efek samping konstipasi, mual, muntah dan penekanan susunan saraf
pusat. Dalam penelitian uji klinik, obat ini mempunyai efektivitas yang sama dengan kodein
dalam menekan batuk. Butamirat sitrat mempunyai keunggulan lain yaitu dapat digunakan
dalam jangka panjang tanpa efek samping dan memperbaiki fungsi paru yaitu meningkatkan
kapasitas vital dan aman digunakan pada anak. Dosis dewasa adalah 3x15 ml dan untuk anak
umur 6-8 tahun 2x10 ml, sedangkan anak berumur lebih dari 9 tahun dosisnya 2x15 ml.1
c. Noskapin
Noskapin tidak mempunyai efek adiksi meskipun termasuk golongan alkaloid opiat.
Efektivitas dalam menekan batuk sebanding dengan kodein. Kadang-kadang memberikan
efek samping berupa pusing, mual, rinitis, alergi akut dan konjungtivitis. Dosis dewasa 15-30
mg setiap 4- 6 jam, dosis tunggal 60mg aman dalam menekan batuk paroksismal. Anak
berumur 2-12 tahun dosisnya 7,5-15 mg setiap 3-4 jam dan tidak melebihi 60 mg per hari.1

d. Difenhidramin
Obat ini termasuk golongan antihistamin, mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik
pada bronkitis. Efek samping yang dapat timbul ialah mengantuk, kekeringan mulut dan
hidung, kadang-kadang menimbulkan perangsangan susunan saraf pusat. Obat ini
mempunyai efek antikolinergik, karena itu harus digunakan secara hati-hati pada penderita
glaukoma, retensi urin dan gangguan fungsi paru. Dosis yang dianjurkan sebagai obat batuk
ialah 25 mg setiap 4 jam tidak melebihi 100 mg/hari untuk dewasa. Dosis untuk anak
berumur 6-12 tahun ialah 12,5 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 50 mg/hari, sedangkan
untuk anak 2-5 tahun ialah 6,25 mg setiap 4 jam dan tidak melebihi 25 mg/hari.1

Retensi cairan yang patologis di jalan napas disebut mukostasis. Obat-obat yang
digunakan untuk mengatasi keadaan itu disebut mukokinesis. Obat mukokinetik
dikelompokkan atas beberapa golongan.

Ekspektoran
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas
(ekspetorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris. Mekanisme kerjanya
diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara reflex merangsang
sekresi kelenjar saluran napas lewat N.vagus, sehingga menurunkan viskositas dan
mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk golongan ini, ialah:2
a. Ammonium klorida
Biasanya digunakan dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif.
Ammonium klorida dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru. Dosis ammonium
klorida sebagai ekspektoran pada orang dewasa ialah 300 mg (5 mL) tiap 2-4 jam.2
b. Gliseril guaiakolat
Penggunaan obat ini hanya didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien dan dokter.
Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah.
Obat ini tersedia dalam bentuk sirop 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali
200-400 mg sehari.2
Mukolitik
Mukolitik adalah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan
memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Contoh mukolitik,
ialah:2
a. Bromheksin
Bromheksis ialah derivat sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari Adhatoda vasica. Obat
ini digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran napas yang lain. Efek
samping pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminasi serum. Bromheksin harus
hati-hati digunakan pada pasien tukak lambung. Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3
kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit sekali.2
b. Ambroksol
Ambroksol, suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan penggunaannya.2
c. Asetilsistein
Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk
larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui kateter atau
bronksokop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara
nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan menggigil jarang
ditemukan. Efek toksis sistemik tidak lazim oleh karena obat dimetabolisme dengan cepat.1
Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya
adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke
dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Obat ini
selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian
aerosol sangat efektif dalam mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka
waktu yang lama obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.1
Di samping bersifat mukolitik, N-asetilsistein juga mempunyai fungsi sebagai
antioksidan. N-asetilsistein merupakan sumber glutathion, yaitu zat yang bersifat antioksidan.
Pemberian N-asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh
oksidan. Penelitian pada penderita penyakit saluran napas akut dan kronik menunjukkan
bahwa N-asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak.
Perbaikan klinik pengobatan dengan N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan
bromheksin.1
Dekongestan
A-agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rhinitis alergika atau
rhinitis vasomotor dan pada pasien infeksi saluran napas atas dnegan rhinitis akut. Obat-
obatan ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga
mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.3
Reseptor 2 terdapat pada arteriol yang membawa suplai makanan bagi mukosa hidung.
Vasokonstriksi arteriol ini oleh 2- agonis dapat menyebabkan kerusakan structural pada
mukosa tersebut. Pengobatan dnegan dekongestan nasal seringkali menimbulkan hilangnya
efektivitas, rebound hyperemia dan memburuknya gejala pada pemberian kronik atau bila
obat dihentikan. Mekanismenya belum jelas, tetapi mungkin melibatkan desensitisasi reseptor
dan kerusakan mukosa. 1-agonis yang selektif lebih kecil kemungkinannya untuk
menimbulkan kerusakan mukosa.3
1-agonis dapat diberikan per oral (pseudoefedrin, efedrin, dan fenilpropanolamin ) atau
secara topical (xylometazoline, naphazoline, tetrahydrozoline, oxymetazoline, epinefrin,
phenylephrine).4
Kortikosteroid
(Penjelasan umum mengenai golongan ini terdapat di LTM saya pada modul renal, pemicu
2.)
Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid. Cara pemberian yang
paling baik adalah secara inhalasi. Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat
menurunkan kebutuhan terhadap kortikosteroid sistemik. Pada asma kronik berat dibutuhkan
dosis inhalasi yang tinggi untuk mengontrol asma. Bila dengan dosis inhalasi yang tinggi
belum juga dapat mengontrol asmanya, maka ditambahkan kortikosteroid oral. Pada
pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat timbal efek samping kandidiasis
orofaring, disfonia dan kadang-kadang batuk. Efek samping itu dapat dicegah dengan
pemakaian spacer atau dengan mencuci mulut sesudah pemakaian alat.5
Pemberian obat kortikosteroid jangka panjang mungkin perlu untuk mengontrol asma
persisten berat, tetapi pemberian itu terbatas oleh karena risiko terhadap efek samping.
Pemberian inhalasi kortikosteroid jangka lama selalu lebih baik daripada pemberian secara
oral maupun parenteral.5
Contoh Kortikosteroid inhalasi adalah beclomethasone, budesonide, flunisolide,
fluticasone, triamcinolone.4

Obat batuk untuk bumil dan busui


Di toko obat atau apotek banyak sekali tersedia obat batuk pilek atau flu, sampai saat ini obat
apa sajakah yang sudah anda ketahui atau yang pernah Anda minum? Namun apakah obat
batuk pilek tersebut Aman untuk ibu hamil dan menyusui? Mari kita pelajari. Ibu hamil dan
ibu menyusui juga tak luput dari penyakit batuk dan pilek, penyakit yang satu ini tentunya
akan menimbulkan penderitaan juga bagi mereka sehingga juga memerlukan pengobatan
yang efektif. Namun ibu hamil dan menyusui tidak boleh sembarangan minum obat seperti
orang lain yang tidak sedang hamil atau menyusui, karena mereka memiliki janin yang
dikandung dan bayi yang disusui yang akan terpengaruh terhadap apa yang ibu konsumsi
termasuk obat-obatan. Oleh karena itu mereka membutuhkan obat batuk dan pilek yang
Aman untuk Ibu hamil dan menyusui. Sebelumnya mari kita pelajari terlebih dahulu obat
batuk pilek yang sering digunakan yaitu berupa obat kombinasi yang biasanya mengandung :
Antihistamin berfungsi untuk meringankan hidung gatal, bersin dan hidung meler.
Contohnnya: brompheniramine, chlorpheniramine, Dexchlorpheniramine, diphenhydramine,
Doksilamin, loratadiin, Pheniramine, Phenyltoloxamine, Pyrilamine, prometazin dan
triprolidin Dekongestan berfungsi melegakan hidung tersumbat. Namun, memiliki efek
meningkatkan tekanan darah. Contohnya ephedrine, fenilefrin, pseudoefedrin dan
Phenilpropanolamin (PPA) Antitusif meringankan atau menekan reflek batuk sehingga
cocok untuk batuk kering, beberapa antitusif mengandung narkotika. Contoh antitusif
narkotika: kodein, dihydrocodeine, hydrocodone, dan hidromorfon. Contoh Antitusif non-
narkotika: Carbetapentane, Caramiphen dan dekstrometorfan (DMP). Lebih lanjut Obat
Batuk Kering Ekspektoran Mengencerkan dahak di paru-paru sehingga cocok untuk batuk
berdahak. contohnya guaifenesin, amonium klorida, kalsium iodida , gliserol iodinasi , ipecac
, kalium guaiacolsulfonate, kalium iodida , dan natrium sitrat. Lebih lanjut Obat Batuk
Berdahak Analgesik meringankan rasa sakit dan nyeri yang mungkin terjadi saat flu.
Contohnya acetaminophen (parasetamol), aspirin atau Salisilat lain seperti salisilamid dan
sodium salisilat. Obat Batuk Pilek (flu) yang Aman untuk Ibu hamil Penggunaan sesekali
obat kombinasi batuk / pilek tidak menyebabkan masalah pada janin atau bayi yang baru
lahir. Namun, ketika obat ini digunakan pada dosis yang lebih tinggi dan / atau untuk waktu
yang lama, maka kemungkinan terjadinya efek buruk dapat meningkat.
Bersumber dari: Obat Batuk Pilek yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui | Mediskus

Berikut informasi keamanan obat batuk pilek atau flu untuk ibu hamil: Acetaminophen atau
parasetamol Aman karena tidak terbukti mengakibatkan cacat lahir. Antihistamin Aman
karena tidak terbukti dapat menyebabkan masalah pada manusia. Antihistamin generasi
pertama aman untuk digunakan selama kehamilan. Kafein Aman. Studi pada manusia tidak
menyebabkan cacat lahir. Namun, studi pada hewan telah menunjukkan bahwa kafein dapat
menyebabkan cacat lahir jika diberikan dalam dosis yang sangat besar (setara dengan 12
sampai 24 cangkir kopi sehari). Fenilefrin Studi pada cacat lahir dengan phenylephrine
belum dilakukan baik manusia atau hewan. Pseudoefedrin Boleh untuk waktu singkat. Studi
mengenai cacat lahir dengan pseudoefedrin belum dilakukan pada manusia. Namun Pada
hewan pseudoephedrine tidak menyebabkan cacat lahir tetapi menyebabkan penurunan berat
badan rata-rata, panjang, dan laju pembentukan tulang pada janin hewan jika diberikan dalam
dosis tinggi. Iodida (misalnya, kalsium iodida dan gliserol iodinasi) Tidak aman untuk ibu
hamil. Iodida telah terbukti menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid pada janin dan
mengakibatkan masalah pernapasan pada bayi baru lahir yang ibunya mengambil iodida
dalam dosis besar untuk jangka waktu yang panjang. Salisilat (misalnya, aspirin) Sebaiknya
Jangan. Studi cacat lahir pada manusia telah dilakukan dengan aspirin, tapi tidak dengan
salisilamid atau natrium salisilat. Salisilat belum terbukti dapat menyebabkan cacat lahir pada
manusia. Namun, salisilat telah terbukti menyebabkan cacat lahir pada hewan. Alkohol
Tidak Aman. Terlalu banyak penggunaan alkohol selama kehamilan dapat menyebabkan
cacat lahir. Kodein Sebaiknya Jangan. Meskipun studi tentang cacat lahir dengan kodein
belum dilakukan pada manusia, belum ada laporan codein menyebabkan cacat lahir pada
manusia. Kodein belum terbukti dapat menyebabkan cacat lahir pada hewan percobaan, tetapi
menyebabkan efek yang tidak diinginkan lainnya. Selain itu, biasa menggunakan narkotika
selama kehamilan dapat menyebabkan bayi menjadi tergantung pada obat. Dekstrometorfan
hanya direkomendasikan ketika manfaat melebihi risiko. Penelitian pada hewan telah
menunjukkan bukti efek teratogenik (cacat lahir). Namun belum diteliti pada kehamilan
manusia. Obat Batuk Pilek (flu) yang Aman untuk Ibu Menyusui obat batuk ibu menyusui
Acetaminophen (Parasetamol) Aman. Belum ada laporan kalau obat ini menyebabkan
masalah pada bayi. Alkohol Jumlah alkohol dalam dosis Obat batuk pilek yang dianjurkan
biasanya tidak menyebabkan masalah pada bayi yang menyusu. Antihistamin Antihistamin
masuk ke dalam ASI namun hanya sedikit. Oleh karena itu semua antihistamin dinyatakan
aman untuk digunakan selama menyusui dan tidak akan menimbulkan efek buruk pada bayi
yang disusui. Kafein Kafein dalam dosis yang dianjurkan biasanya tidak menyebabkan
masalah pada bayi menyusui. Dekongestan (misalnya efedrin, phenylephrine,
pseudoephedrine) Phenylephrine belum dilaporkan menyebabkan masalah pada bayi
menyusui. Efedrin dan pseudoefedrin masuk ke dalam ASI dan dapat menyebabkan efek
yang tidak diinginkan pada bayi menyusui (bayi baru lahir dan terutama prematur). Efek pada
bayi menyusui tidak diketahui. Namun, The American Academy of Pediatrics menganggap
pseudoephedrine kompatibel (aman) pada ibu menyusui. Iodida (misalnya, kalsium iodida
dan gliserol iodinasi) Tidak Aman. Obat ini masuk ke dalam ASI dan dapat menyebabkan
efek yang tidak diinginkan, seperti tiroid kurang aktif pada bayi. Salisilat (misalnya, aspirin)
Salisilat masuk ke dalam ASI. Meskipun salisilat belum dilaporkan menyebabkan masalah
pada bayi menyusui, namun efek buruk dapat terjadi jika dikonsumsi dalam dosis besar
secara terus menerus. Kodein dan obat batuk narkotika lainnya (misalnya, dihydrocodeine,
hydrocodone, dan hydromorphone) TIDAK AMAN Dekstrometorfan Tidak ada data
bahwa obat ini diekskresi ke dalam ASI. Namun, penggunaan dekstrometorfan yang tidak
mengandung alkohol mungkin aman untuk digunakan selama ibu menyusui. Itulah informasi
mengenai obat batuk pilek yang aman untuk ibu hamil dan menyusui yang perlu Anda tahu
sebelum meminumnya, namun apabila Anda masih bingung sebaiknya berkonsultasilah
dengan dokter.
Bersumber dari: Obat Batuk Pilek yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui | Mediskus

Home Menyusui Obat 6 Obat Batuk untuk Ibu Menyusui yang Aman Anjuran Dokter 6
Obat Batuk untuk Ibu Menyusui yang Aman Anjuran Dokter dr. Retno Add Comment
Menyusui, Obat Jumat, 23 Oktober 2015 Sama seperti ketika hamil, saat menyusui Anda juga
harus berhati-hati dalam mengkonsumsi obat untuk menyembuhkan masalah kesehatan Anda.
Meski dalam dosis kecil, kandungan bahan aktif dari obat yang dikonsumsi, sedikit banyak
akan mengalir dalam ASI Anda. Jika dikonsumsi bayi, ASI yang mengandung bahan aktif
dari obat tersebut pasti akan mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. Obat Batuk untuk Ibu
Menyusui Hal yang sama berlaku juga ketika Anda sedang terserang batuk. Selama
menyusui, Anda tak boleh mengkonsumsi obat batuk secara serampangan tanpa konsultasi ke
dokter. Bahan aktif obat batuk yang mengalir melalui ASI dan dikonsumsi bayi dapat
menyebabkan beberapa masalah kesehatan pada bayi seperti gagal jantung, kelumpuhan,
hiperaktif, bahkan bisa menyebabkan kematian. Menyadari bahaya-bahaya tersebut, dokter
biasanya akan menyarankan beberapa obat batuk untuk ibu menyusui yang aman karena
terbuat dari bahan-bahan herbal. Obat batuk untuk ibu menyusui tersebut antara lain: 1. Obat
Batuk Silex Untuk mengobati batuk saat menyusui, Anda bisa mengkonsumsi obat batuk
Silex herbal. Merk obat batuk ini aman bagi ibu hamil, maupun ibu menyusui karena
memang terbuat dari bahan-bahan alami seperti Guaifenesin, Ekstrak Primulae, Ekstrak
Thymi, Ekstrak Droserae, Ekstrak Althaea, Minyak Eucalyptus, Ekstrak Serpylli, dan Minyak
Anisi. 2. Obat Batuk Laserin Sama halnya seperti obat batuk Silex, beberapa dokter biasanya
juga akan menyarankan Anda untuk mengobati batuk saat menyusui dengan obat batuk
Laserin. Obat batuk Laserin dapat dikonsumsi sebagai obat batuk aman untuk ibu menyusui
karena terbuat dari bahan-bahan alami seperti Zingiberis rhizoma, Euphorbia hirta herba,
Cardamomum fructus, Cinnamomum cortex, Caryophyllum flos, Abri folium, Piperis folium,
Mentha arvensis folium, Oleum mentha piperitae, Hibiscus tilliaceus folium, Succus, dan
liquiritae.

Sumber: http://www.ibu-hamil.web.id/2015/10/6-obat-batuk-untuk-ibu-menyusui-yang.html
Disalin dari Ibu-Hamil.web.id, Blog Ibu Hamil Indonesia.

Obat Batuk dan DM


batuk dan gula darah - apa hubungan?
Batuk adalah cara alami bahwa tubuh mencegah infeksi, alergi dan bakteri memasuki
tubuh.Ketika alergen yang dihirup, tubuh akan bereaksi terhadap batuk untuk menghapusnya
dari botol.Dalam kasus lain, reaksi alergi dapat menyebabkan sinus menghasilkan lendir yang
menetes ke bagian belakang tenggorokan, menyebabkan batuk. Gejala alergi batuk adalah
gejala umum dari batuk, yang merupakan hasil dari reaksi alergi.

Jika batuk dan dingin - hasil dari infeksi, tubuh cenderung unt

uk melawan, melepaskan sejumlah besar hormon untuk melawan


infeksi.Sementara itu baik untuk orang-orang tanpa diabetes, dapat menciptakan
komplikasi bagi orang yang menderita diabetes, karena hormon ini
mempengaruhi tindakan insulin dalam tubuh.Apakah itu adalah insulin alami
yang diproduksi oleh pankreas atau insulin yang seseorang menerima dalam
rangka terapi anti-diabetes, intervensi hormonal kemungkinan akan
menyebabkan peningkatan kadar gula darah.

Jika Anda menderita diabetes, seseorang memiliki dingin dan batuk yang berlangsung lebih
dari seminggu, tingkat kronis peningkatan glukosa darah dapat mengakibatkan komplikasi
lain seperti ketoasidosis , menyebabkan terlalu banyak asam dalam darah meningkat.Hal ini
membuat bahkan lebih penting bagi penderita diabetes untuk menangani gejala batuk dan
dingin segera, tanpa menunggu bahwa semuanya berjalan dengan sendirinya.Komposisi

obat batuk
Seperti dengan semua sediaan farmasi, obat batuk mengandung bahan-bahan tertentu yang
aktif (obat bertanggung jawab untuk efek terapi) dan beberapa bahan aktif (pelarut, pewarna,
wewangian dan pengawet), dan untuk memberikan produk estetika diterima.Bahan aktif dan
tidak aktif di sirup batuk konvensional dapat mempengaruhi tingkat glukosa dalam darah atau
fungsi penting lainnya pada pasien yang menderita diabetes.

Gula dan alkohol dalam campuran batuk adalah penyebab utama yang dapat menyebabkan
fluktuasi kadar gula darah pada penderita diabetes.Gula adalah bahan utama dalam banyak
obat batuk tidak aktif dan ketika diserap oleh darah, secara langsung akan menghasilkan
lonjakan yang signifikan dalam glukosa darah.
Alkohol konsumsi , juga dapat mengakibatkan komplikasi diabetes.Mengingat bahwa cukup
banyak obat batuk mengandung alkohol, penting untuk diingat bahwa hal itu juga dapat
mempengaruhi proses metabolisme dan meningkatkan tingkat glukosa dalam darah.

Ketika datang ke bahan aktif dalam persiapan sirup obat batuk sebagai dekstrometorfan dan
guaifenesin, keduanya dianggap aman bagi penderita diabetes dalam dosis yang
ditentukan.Namun, sebagian besar campuran batuk juga bisa mengandung bahan aktif lain
seperti parasetamol dan ibuprofen, untuk membantu mengurangi rasa sakit - obat ini dapat
memiliki efek toksik pada penderita diabetes yang memiliki komplikasi ginjal .Selain itu,
ibuprofen juga cenderung meningkatkan efek menurunkan glukosa darah obat
antidiabetes.Dekongestan dan antihistamin yang hadir dalam sirup, juga dapat mempengaruhi
cara tubuh memetabolisme gula, insulin, dan obat anti-diabetes.

Apa solusinya?
Kebanyakan obat cair untuk pengobatan batuk dan obat flu mengandung gula, tetapi ada
produk yang lebih aman yang dirancang khusus untuk pengobatan batuk pada pasien dengan
diabetes mellitus, dan karena itu adalah pilihan yang lebih baik dari obat batuk konvensional.

ini juga dianjurkan untuk memeriksa tingkat gula darah penderita diabetes lebih teratur jika
mereka memiliki batuk dan dingin.Informasi tentang perubahan tingkat gula membantu
dokter menentukan pengobatan yang tepat untuk membantu Anda pulih lebih cepat.

Minum teh herbal dapat membantu menenangkan tenggorokan teriritasi, tetapi penderita
diabetes harus memperhatikan komponen yang hadir dalam teh seperti - zat seperti kayu
manis mungkin cenderung mengurangi tingkat gula darah, dan lain-lain, seperti madu dapat
membuat gulameningkat;Dengan demikian, penting untuk latihan hati-hati dan berbicara
dengan dokter Anda sebelum mengambil obat rumah.

Mengingat komplikasi batuk dan obat flu pada penderita diabetes, di tempat pertama, lebih
baik untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyakit ini.Untuk melakukan hal
ini, penting untuk menjaga kebersihan pribadi yang baik untuk menghindari penangkapan
dingin dari seseorang dalam keluarga, adalah sama penting untuk tetap waspada dan mulai
memperlakukan batuk sesegera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai