Asal mula : Undang-Undang Dasar 1945 yaitu telah disahkan oleh Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia dan mulai petama kali pada tanggal 18 Agustus 1945.
Kedudukan : Undang-Undang Dasar dalam kerangka tata tingkatan norma hokum yang
berlaku merupakan hukum yang menempati kedudukan tertinggi. Dalam hubungan ini. UndangUndang Dasar juga mempunyai fungsi sebagai alat control, alat mencek apakah norma hukum
yang lebih rendah yang lebih berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan Undang-Undang Dasar.
Isi tiap-tiap Alinea
Alinea Pertama, dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan
menunjuk keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia menghadapi masalah kemerdekaan
melawan penjajahan. dengan pernyataan itu bukan saja bangsa Indonesia bertekad untuk
merdeka. Tetapi akan tetap berdiri dari barisan yang paling depan untuk menentang dan melawan
penjajahan diatas dunia.
Alinea ini mengungkapkan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan dan oleh karenanya harus ditentang dan dihapuskan agar
semua bangsa didunia ini dapat melaksanakan hak kemerdekaannya yang merupakan hak
asasinya. Disitulah letak moral luhur dari pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Alinea ini mengandung suatu pernyataan subyektif, yaitu aspirasi bangsa Indonesia sendiri
untuk membebaskan diri dari penjajahan.
Dalil tersebut diatas meletakkan tugas kewajiban kepada bangsa/Pemerintah Indonesia untuk
senantisa berjuang melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap
bangsa.
Sudah jelas pendirian yang demikian itu yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 akan tetap menjadi landasan pokok dalam mengendalikan politik luar negeri kita.
Alasan bangsa Indonesia menentang penjajahan, ialah karena penjajahan itu bertentangan
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini berarti bahwa setiap hal atau sifat yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan juga harus secara sadar
ditentang oleh bangsa Indonesia.
Alinea Kedua, yang berbunyi: Dan perjuangan penggerakan kemerdekaan Indonesia telah
sampai lah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang mereka bersatu, berdaulat, adil dan
makmur menunjukan kebanggaan dan penghargaan kita atas perjuangan bangsa Indonesia
selama itu. Ini juga berarti adanya kesadaran bahwa keadaan sekarang tidak dapat dipisahkan
dari keadaan yang kemaren dan langkah yang kita ambil sekarang akan menentukan keadaan
yang akan datang. Dalam alinea itu jelas apa yang dikehendaki atau diharapkan oleh para
pengatar kemerdekaan, ialah Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Nilai-nilai itulah yang selalu menjiwai segenap bangsa Indonesia dan terus berusaha
untuk mewujudkannya.
Alinea ini menunjukan adanya ketetapan dan ketajaman penelaian :
1.
2.
bahwa perjungan pergerakan di Indonesia telah sampai pada tingkat yang menentuukan ;
bahwa momentum yang telah dicapai tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan
kemerdekaan ;
3.
bahwa kemerdekaan tersebut bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan
mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur ;
Alinea Ketiga, yang berbunyi: Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginkan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaan. Bukan saja menegaskan lagi apa yang mejadi
motivasi riil dan material bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya, tetapi juga
menjadi keyakinan/kepercayaannya, menjadi motivasi spritualnya, bahwa maksud dan
tindakannya menyatakan kemerdekaan itu diberkati oleh Allah Yang Maha Kuasa. Dengan ini
digambarkan bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang berkeseimbangan, keseimbangan
kehidupan material dan spiritual, keseimbangan kehidupan didunia dan akhirat.
Alinea ini memuat motivasi spiritual yang luhur serta suatu pengukuhan dari Proklamasi
Kemerdekaan.
Alinea ini menunjukan pula ketaqwaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berkat Ridho-Nya-lah Bangsa Indonesia berhasil dalam perjungan mencapai kemerdekaan.
Alinea keempat, berbunyi: Kemudian dari pada itu membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia yang melindungi setiap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar bangsa Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusian yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam pemusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Alinea ini merumuskan dengan padat sekali tujuan dan prinsip-prinsip dasar untuk mencapai
tujuan bangsa Indonesia setelah menyatakan dirinya merdeka itu.
Tujuan perjuangan negara Indonesia dirumuskan dengan : Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsadan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang bedasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sedangkan prinsip dasar yang harus dipegang teguh untuk mencapai tujuan itu adalah dengan :
menyusun kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbetuk dalam ssuatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dan bedasarkan kepada Pancasila. Dengan rumusan yang panjang dan padat ini, alinea
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan :
1.
Negara Indonesia mempunyai pungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu : meindungi
segenap bangsa Indonesia dan sekaligus tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahtraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksakan ketertiban dunia yang bedasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,;
2.
3.
Batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 itu sendiri, ialah Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 itu mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan dijelmakan dalam Batang Tubuh
Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dalam pasal-pasalnya.
Ada empat pokok pikiran yang sifat dan maknanya sangat dalam, yaitu :
1. Pokok pikiran pertama; Negara begitu bunyinya melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan bedasar atas persatuan dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa
seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala paham golongan, mengatasi segala paham
perseorangan. Negara, menurut pengertian pembukaan itu menghandaki persatuan meliputi
segala bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
Rumusan ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim, negara,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara diatas
kepentingan golongan atau pun perorangan.
2. Pokok pikiran kedua; Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial. Pokok pikiran yang hendak diwuudkan oleh
negara bagi seluuh rakyat ini didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat.
3. Pokok pikiran ketiga, yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
ialah
negara
yang
berkedaulatan
rakyat,
bedasar
atas
kerakyatan
dan
permusyawaratan/perwakilan. Oleh karena itu sistem negara yang terbentuk dalam UndangUndang
Dasar
harus
berdasar
atas
kedaulatan
rakyat
dan
bedasar
atas
Apabila kita perhatikan keempat pokok pikiran itu, maka tampaklah bahwa pokok-pokok pikiran
itu tidak lain adalah pancaran dari dasar falsafah negara Pancasila.
Kesatuan serta semangat yang seperti itulah yang harus diketahui, dipahami, dan dihayati oleh
setiap Insan Indonesia.
Bukanlah suatu kebetulan. Apabila Orde baru sejak kelahirannya dengan sadar dan tekat
teguh menyatakan dirinya sebagai tatanan kehidupan rakyat, bangsa dan negara yang
berlandaskan kepada pelaksaan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945 secara murni dan
konsekuen.
Salah satu kelanjutan pelaksanaan dari Identitas ini adalah usaha yang sungguh-sungguh agar
semangat itu dapat benar-benar dihayati oleh setiap insane Indonesia, termasuk dan terutama
insane Indonesia yang mempunyai cita-cita ataupun yang sedang memegang kendali pelaksanaan
Undang-Undang Dasar 1945, sebagai penyelenggara negara, individu-individu yang ada
dibelakang pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945,
pengamalan Pancasila itu pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 akan terlakasana sesuai
dengan semangatnya dan akan lestarilah Pancasila sebagai dasar falsafah negara.
Untuk itulah dan disitulah letak pentingnya Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
yang dituangkan dalam ketetapan MPR No. 11/MPR/1978 yang merupakan sarana penuntun,
agar setiap individu, setiap penyelenggara negara, dapat bersikap dan bertidak sesuai dengan
semangat Pacasila yang menyemangati pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ini jelaslah pula perbedaan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan P4 yang tercantum dalam
TAP MPR. Dan dengan pengertian yang demikian itulah maka P4 itu tidak merupakan tafsir
Pancasila sebagai dasar negara. Dan juga tidak menafsirkan Pancasila dasar negara sebagaimana
tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Batang Tubuh dan Penjelasannya.
3. PENUTUP
Pembukaan UUD 1945 memberikan acuan yang jelas mulai dari asas pendirian negara
sampai ke dasar dan tatanan penyelenggaraannya. Dalam pelaksanaannya memang akan sangat
dipengaruhi oleh jiwa dan semangat penyelenggaranya. Untuk menghindari bias-bias yang dapat
menimbulkan ketersesatan dalam pelaksanaannya diperlukan pemahaman yang mendalam, jujur
dan sungguh-sungguh. Disamping itu, agar pemahaman kita benar-benar utuh, maka harus
difahami pula makna Pancasila sebagaimana diuraikan oleh Penggalinya, Bung Karno.
Untuk membangun moral serta elan vital revolusioner guna mendukung tercapainya citacita luhur tersebut, harus dilaksanakan pembangunan bangsa dan kepribadiannya (nation and
character building) melalui aksi multi-dimensi oleh seluruh eksponen bangsa. Pancasila adalah
landasan filosofis yang merupakan dasar dan acuan perjuangan.
Dengan mencermati semakin dalam makna yang terkandung dalam Pembukaan UUD
1945, semakin terasa betapa luhurnya cita-cita bangsa Indonesia, cita-cita untuk membangun
peradaban bangsa dan umat manusia.
DAFTAR PUSAKA
Bahan penataran / Sekertariat Negara Republik Indonesia
http://solindo.wordpress.com/2008/01/09/17