LAPORAN KASUS
A.
KRONOLOGI KASUS
Jenazah ditemukan meninggal pukul 00.00 WIB di parit di daerah sekitar PetapanKramat-Labang, dengan dugaan meninggal akibat pembunuhan. Kemudian dibawa ke
Instalasi Forensik RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan dan tiba pukul 01.30
WIB.
B.
HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Luar :
1.
Jenazah laki-laki, umur empat puluh tahun, berat badan delapan puluh satu
kilogram, panjang badan seratus enam puluh lima sentimeter, kulit sawo matang,
status gizi kesan baik.
2.
Properti jenazah :
a. Kalung berbentuk bulat kecil berwarna silver.
b. Sarung berbahan kain berwarna kuning, tanpa merek, terdapat bercak
c.
4.
Lebam mayat tidak ditemukan di leher dan punggung. Tidak ditemukan tanda-tanda
pembusukan.
5.
Kepala
a.
belas sentimeter di atas mata kiri dan batas atas lima sentimeter dari garis
tengah tubuh.
- Ditemukan luka mengelupas hingga tampak tulang, batas luka teratur,
tepi rata, sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, tampak rambut
terpotong dengan warna dasar luka merah kecoklatan, dengan ukuran
panjang dua puluh empat sentimeter, lebar tiga belas sentimeter. Dengan
batas bawah luka dua sentimeter diatas daun telinga kiri dan batas atas
luka pada puncak kepala.
b. Rambut kepala : Berwarna hitam, panjang rata-rata tujuh sentimeter,
bergelombang, tampak bercak berwarna merah kecoklatan.
c.
kiri.
Gigi : Gigi pada 21, 22, 23 tidak ada. Gigi pada 31, 32, 41 tidak ada.
Dagu : Pada Dagu tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
Leher : Ditemukan luka terbuka dengan batas luka teratur, tepi rata, sudut lancip,
tidak terdapat jembatan jaringan, dengan warna dasar luka merah kecoklatan.
Dengan ukuran panjang dua sentimeter, lebar setengah sentimeter, berjarak empat
sentimeter di bawah telinga kiri.
7.
8.
9.
Punggung :
-
Ditemukan luka terbuka dengan batas luka teratur, tepi rata, sudut lancip, tidak
terdapat jembatan jaringan, dengan warna dasar luka merah kecoklatan.
Dengan ukuran panjang sembilan belas sentimeter, lebar satu sentimeter,
dengan batas atas berada tepat di pundak kanan dan batas bawah berjarak lima
belas sentimeter dibawah pundak kanan dan sejajar dengan tulang belakang.
Ditemukan luka terbuka hingga tampak jaringan lemak, batas luka teratur, tepi
rata, sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dengan warna dasar luka
merah kecoklatan. Dengan ukuran panjang lima belas sentimeter, lebar tiga
sentimeter, dengan batas atas berjarak enam belas sentimeter dibawah pundak
kanan dan sejajar dengan tulang belakang dan batas bawah berjarak tiga puluh
sentimeter dari tulang.
Ditemukan tiga luka terbuka dengan batas luka teratur, tepi rata, sudut lancip,
tidak terdapat jembatan jaringan, dengan warna dasar luka merah kecoklatan.
Luka pertama dengan ukuran panjang empat sentimeter, lebar satu sentimeter,
batas kanan luka berjarak sekitar satu sentimeter sebelah kiri tulang belakang,
batas kiri luka berjarak sekitar sepuluh sentimeter dari bahu kiri bagian
belakang.
Luka kedua kedua dengan ukuran panjang lima belas sentimeter, lebar setengah
sentimeter, dengan batas luka sejajar luka pertama.
Luka ketiga sepanjang empat sentimeter, lebar satu sentimeter, batas kanan
berjarak dua puluh sentimeter sebelah kiri tulang belakang, batas kiri berjarak
sekitar sepuluh sentimeter dari bahu kiri bagian belakang.
Ditemukan luka terbuka hingga tampak jaringan lemak dengan batas luka
teratur, tepi rata, sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dengan warna
dasar luka merah kecoklatan. Dengan ukuran panjang dua puluh sentimeter,
lebar lima sentimeter. Berjarak dua puluh sentimeter di atas tulang ekor dan
memanjang dengan jarak dua puluh centimeter dari tulang panggul kanan.
Kanan : Ditemukan luka terbuka hingga tampak jaringan lemak, dengan batas
luka teratur, tepi rata, sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dengan
warna dasar merah kecoklatan. Dengan ukuran panjang tiga belas sentimeter,
lebar lima sentimeter, berada tepat di belakang sendi bahu bahu.
Kiri : Ditemukan luka terbuka hingga tampak jaringan lemak, dengan batas
luka teratur, tepi rata, sudut lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dengan
warna dasar merah kecoklatan. Dengan ukuran panjang lima sentimeter, lebar
dua sentimeter. Berada di lengan kiri bawah dalam, berjarak sepuluh sentimeter
di atas siku lengan kiri bawah dalam.
11. Anggota gerak bawah : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
12. Alat kelamin : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
13. Dubur : Tidak ditemukan kelainan dan tanda-tanda kekerasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
DEFINISI
Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam, atau tumpul, perubahan suhu zat kimia, ledakan,
sengatan listrik atau gigitan hewan.
Benda tajam adalah benda atau alat yang bermata tajam dan atau berujung runcing
atau dapat juga berujung runcing tapi tidak bermata tajam.
Luka akibat benda tajam adalah kelainan pada tubuh yang disebabkan persentuhan
dengan benda atau alat bermata tajam dan/atau berujung runcing sehingga kontinuitas
jaringan rusak/hilang.
B.
C.
Perdarahan
Emboli udara
Infeksi/sepsis
3. Luka Bacok
Adalah luka akibat benda atau alat yang berat dengan mata tajam atau agak
tumpul yang terjadi dengan suatu ayunan disertai tenaga yang cukup besar. Luka
bacok umumnya terjadi pada daerah yang dapat terjangkau oleh tangan korban.
Tempat yang lazim adalah leher, dada, pergelangan tangan dan perut.
Contoh : pedang, clurit, kapak, baling-baling kapal.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Prosedur Medikolegal
Sebagai seorang dokter mempunyai tugas melakukan pemeriksaan medik untuk
tujuan penegakan hukum, dalam hal ini pembuatan Visum et Repertum terhadap
seseorang yang diduga sebagai korban suatu tindak pidana.
Visum et Repertum (VeR) adalah suatu alat bukti yang sah sebagaimana yang
tertulis pada pasal 184 KUHAP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidanaterhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et
Repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medis yang tertuang
dalam bagian Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti. Jadi seperti pada kasus ini, korban yang dibacok dan dilakukan pemeriksaan,
maka diuraikan hasil pemeriksaan luka yang dilakukan terhadap korban. Menurut
KUHAP pasal 133 ayat 1, yang berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
(Visum et Repertum) adalah penyidik, permintaan keterangan ahli oleh penyidik ini
harus dilakukan secara tertulis, hal ini secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133
ayat 2, terutama untuk korban mati. Sehingga prosedur pembuatannya korban harus
diantar polisi dengan membawa Surat Permintaan Visum (SPV). Dokter wajib membuat
Visum et Repertum (VeR) sesuai dengan permintaan dan hasil pemeriksaan seperti yang
tertuang dalam pasal 179 KUHP. Pada surat permintaan Visum et Repertum harus jelas
tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, baik itu pemeriksaan luar, atau pemeriksaan
otopsi (bedah mayat) sesuai pasal 133 KUHAP.
Jenazah datang ke RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu pada hari Kamis, 9 April
2015 pukul 00.05 WIB yang kemudian disusul dengan adanya SPV dari saudara _____,
pangkat ________, NRP ____________, tertanggal ____________, nomor Polisi
_________, sehingga bias dibuatkan VeR. Selanjutnya, VeR ini bisa digunakan untuk
kepentingan hukum dan peradilan, sehingga penyidik se,aku instansi pertama yang
memerukan VeR guna membuat terang dan jelas suatu perkara pidana yang terjadi,
khususnya yang menyangkut tubuh, kesehatan dan nyawa manusia.
B.
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap jenis luka dapat membantu untuk menentukan jika luka
yang terjadi merupakan luka vital atau tidak vital. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan
luka-luka. Pada jenazah ini ditemukan dua buah luka yaitu luka bacok dan luka iris.
- Luka yang pertama adalah luka bacok di kepala, telunga, punggung, bahu
kanan dan lengan kiri.
- Luka kedua adalah luka iris di leher.
1.
Jenis Kekerasan
Dari ciri-ciri luka pada jenazah yaitu luka terbuka dengan tepi luka rata, sudut
lancip, tidak terdapat jembatan jaringan, dan dapat dirapatkan menunjukkan ciri-ciri
luka akibat senjata tajam. Dengan lebar luka yg besar namun tidak dalam,
menunjukkan jenis lukanya adalah luka bacok.
2.
Lokasi Luka
Pada kasus ini ditemukan sembilan belas luka bacok di kepala, telinga kiri, pipi
kanan, mulut, punggung, bahu kanan belakang, dan lengan kiri bawah dalam. Dan
satu luka iris di leher kiri. Adanya luka bacok pada lengan kiri bawah dalam,
memberi
petunjuk
bahwa
korban
sempat
memberikan
perlawanan
dan
kemungkinan terjadi perkelahian. Selain luka tersebut, tidak ditemukan luka dalam
dan luka percobaan. Dari keadaan korban di atas, maka kemungkinan besar luka
bacok ini adalah akibat perkelahian.
3.
C.
Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan luka
Pada jenazah didapatkan sembilan belas luka terbuka di daerah kepala, telinga kiri, pipi
kanan, mulut, punggung, bahu kanan belakang, dan lengan kiri bawah dalam. Luka
tersebut sesuai dengan luka bacok dan tindak penganiayaan.
Tanda-tanda pemeriksaan luka:
Secara teori, luka yang disebabkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka
yang disebabkan oleh benda lainnya yaitu keadaan sekitar tepi luka rata, sudut luka
lancip, rambut ikut terpotong, tidak ditemukan jembatan jaringan, tidak ditemukan
memar atau lecet disekitarnya.
Luka tangkis merupakan luka yang terjadi akibat perlawanan korban dan
umumnya ditemukan pada telapak dan punggung tangan, jari-jari tangan, punggung
lengan bawah dan tungkai.
BAB IV
KESIMPULAN
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian Laporan Kasus ini:
Yang menjadi aspek medikolegal pada pemeriksaan luka bacok pada korban adalah
seorang dokter forensik yang dapat membuat suatu Visum et Repertum (VeR) jenazah
dengan membawa Surat Permintaan Visum (SPV) karena diduga sebagai korban suatu
tindak pidana. Jadi seperti pada kasus ini diuraikan mengenai deskripsi luka yang
berkaitan dengan perkara. Yang diuraikan dalam bagian ini merupakan pengganti barang
bukti.
Berdasarkan pada prosedur medikolegal, kesimpulan Visum et Repertum pada
kasus ini adalah berdasarkan pada sifat lukanya, luka bacok tersebut disebabkan oleh
benda tajam kemungkinan adalah clurit.
B.
SARAN
Sebagai seorang dokter kita harus dapat mengidentifikasi luka, baik itu akibat
kekerasan benda tumpul maupun tajam. Khususnya pada luka akibat benda tajam,
seorang dokter dapat mengidentifikasi ukuran luka, sudut luka, dasar lukam jumlah
luka, danlokasi-lokasi luka yang dapat berakibat fatal, dan dapat membedakan luka
tersebut merupakan suatu akibat pembunuhan, bunuh diri, ataupun kecelakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat R. Luka, Trauma, Shock dan Bencana. Dalam: Sjamsuhidajat R dan Wim de
Jong eds. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 1997.
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peran Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum. Jakarta,
Februari 2008.
Bagian Kedokteran Forensik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran
Forensik.
Jones R.