Anda di halaman 1dari 6

A.

RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


1. Tanda-Tanda (Sign)
a. Melakukan sesuatu hal yang berulang-ulang
b. Memiliki dorongan yang kuat dan terus menerus akan suatu hal
c.
2. Gejala (Simptom)
Gejala Obsesi ditandai dengan munculnya berbagai pikiran, ide atau dorongan yang
tidak diinginkan yang terus saja datang tanpa henti. Dorongan ini terus saja ada di kepala
anda, bisa menyebabkan kecemasan dan rasa takut. Ketakutan ini bisa menyangkut pikiran
tentang seksual, kekerasan penyakit serta infeksi. Beberapa contoh gejala OCD Obsesi
adalah :
a.
b.
c.
d.

Takut kotor, terkena kuman ataupun infeksi.


Ketakutan pasangan mendapatkan bahaya saat mengemudi.
Takut membahayakan diri sendiri ataupun pasangan.
Selalu merasa resah. Banyak pikiran negatif yang ada di pikiran seperti perasaan lupa
mengunci pintu, lupa mematikan kompor dan lain-lain.
Gejala Kompulsi ditunjukkan dengan adanya kelakuan yang dilakukan secara

berulang-ulang untuk menghilangkan gejala obsesi di atas. Gejala ini misalnya :


a.
b.
c.
d.

Mencuci tangan terus menerus untuk menghilangkan kotor, kuman, atau infeksi.
Berdoa secara terus menerus yang diakibatkan oleh kecemasan yang berlebihan.
Melakukan hal-hal yang aneh atau diluar kewajaran.
Mengulang sesuatu hingga anda merasa hal tersebut sempurna namun tidak akan
pernah terasa sempurna.

3. Kumpulan Gejala (Sindrom)


B. DIAGNOSIS BANDING
1. Keadaan Medis
Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distres pribadi dan gangguan fungsional
membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa.
Gangguan neurologis utama dipertimbangkan dan diagnosis banding adalah gangguan
Tourette, gangguan tic lainnya, epilepsy lobus termporalis dan kadang-kadang-kadang
trauma serta komplikasi pascaensefalitis.
2. Gangguan Tourette
Gejala khas gangguan Tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering terjadi gejala
bahkan setiap hari. Gangguan Tourete dan OCD memiliki awitan dan gejala yang
serupa. Sekitar 90% orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan
sebanyak dua pertiga memenuhi kriteria diagnostik OCD.

3. Keadaan Psikiatri lain


Keadaan psikiatri lain yang dapat terkait erat dengan OCD adalah hipokondriasi,
gangguan dismorfik tubuh, dan mungkin gangguan pengendalian impuls lain, seperti
kleptomania dan judi patlogis. Pada semua gangguan ini, pasien memiliki berulang
(contohnya kepedulian akan tubuh) atau perilaku berulang (contohnya mencuri).
4. PEMBAHASAN
5. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
I.
Pemeriksaan Psikolog
II.
Pemeriksaan Penunjang
6. DIAGNOSIS
a. AKSIS 1 (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
b. AKSIS 2 (Gangguan kepribadian, retradasi mental)
c. AKSIS 3 ( Kondisi medik umum)
d. AKSIS 4 (Stressor psikososial)
e. AKSIS 5 ( Fungsi sosial)
Pedoman diagnostik berdasarkan PPGDJ-III :5
Untuk menegakkan diagnosis pasti gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya harus
ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau menganggu aktivitas penderita.
Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
a)

Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri;

b)

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang

tidak lagi dilawan oleh penderita.


c)

Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan untuk merupakan hal yang memberi

kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap
sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas);
d)

Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak

menyenagkan (unpleasantly repetitive).


Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi. Penderita gangguan
obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif, dan sebaliknya penderita gangguan
depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode depresifnya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala depresif umumnya
dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang
timbul lebih dulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakan hanya bila tidak ada gangguan depresi pada saat gejala
obsesif kompulsif tersebut timbul.
Bila dari keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis
yang pirmer.
Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan saat gejala yang
lain menghilang.
Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan
mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.
Adapun kriteria diagnostic OCD yang lain adalah DSM-IV-TR yang memungkinkan klinisi merinci
apakah pasien memiliki OCD tipe tilikan yang buruk jika mereka umumnya tidak menyadari obsesi dan
kompulsinya berlebihan.: 1
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Obsesif Kompulsif :
Salah satu obsesi atau kompulsif
Obsesi didefinisikan sebagai berikut :
Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang intrusive dan
tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang selama periode gangguan.
Pikiran, impuls atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang nyata.
Indvidu berusaha untuk mengabaikan dan menekan pikiran, impuls atau bayangan atau menetralisir
dengan pikiran lain dan tindakan.
Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari pikirannya sendiri
(tidak disebabkan factor luar atau pikiran yang disisipkan)

Kompulsi didefinisikan oleh (1) dan (2) :


Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktifitas mental (berdoa,
menghitung, mengulang kata tanpa suara) yang individu merasa terdorong melakukan dalam respon
dari obsesinya, atau sesuai aturan yang dilakukan secara kaku.
Prilaku atau aktifitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress atau mencegah
kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktifitas mental tidak berhubungan dengan cara realistic
untuk mencegah atau menetralisir.
Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadai bahwa obsesi dan kompulsi
berlebihan dan tidak beralasan. Catatan: keadaan ini tidak berlaku pada anak.
Obsesi dan kompulsi menyebakan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu lebih dari satu
jam perhari) atau menganggu kebiasaan, fungsi pekerjaan atau akademik atau aktifitas social.
Bila ada gangguan lain pada aksis I, isi dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan gangguan
tersebut.
Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya penyalahgunaan zat,obat)
atau kondisi medis umum.
Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa obsesi dan
kompulsinya berat dan tidak beralasan

7. RENCANA TERAPI/PENATALAKSANAAN
Terapi Organobiologik
1. Psikofarmaka
2. Obat sebagai pengobatan termasuk selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti
paroxetine, sertraline, fluoxetine, escitalopram dan fluvoxamine dan antidepresan trisiklik,
khususnya clomipramine. SSRI mencegah kelebihan serotonin dari yang dipompa kembali
ke asli neuron yang dirilis itu. Selama periode beberapa minggu, peningkatan kadar
serotonin downregulate reseptor, membuat mereka kurang responsif terhadap 5-HT.
Downregulation ini bersamaan dengan timbulnya manfaat terapeutik apapun dari SSRI, dari
2-3 minggu.
3. Pengobatan OCD merupakan daerah yang memerlukan perbaikan yang signifikan dalam
rejimen resep. Benzodiazepines kadang-kadang digunakan, meskipun mereka umumnya
diyakini efektif untuk mengobati OCD. Adalah umum selama 2-3 bulan untuk berlalu
sebelum perbaikan nyata adalah melihat. Selain ini, pengobatan biasanya membutuhkan
dosis tinggi. Fluoxetine , misalnya, biasanya diresepkan dalam dosis 20 mg per hari untuk
depresi klinis, sedangkan dengan dosis OCD sering berkisar antara 20 mg sampai 80 mg
atau lebih tinggi, jika perlu. Dalam kebanyakan kasus terapi antidepresi saja hanya
menyediakan pengurangan parsial dalam gejala, bahkan dalam kasus-kasus yang tidak
dianggap resisten pengobatan. Banyak penelitian saat dikhususkan untuk potensi terapi dari

agen yang mempengaruhi pelepasan neurotransmitter glutamat atau mengikat reseptornya.


Ini termasuk riluzole , memantine , gabapentin , N-Acetylcysteine , dan lamotrigin .
4. The atipikal antipsikotik olanzapine, quetiapine, dan risperidone juga telah ditemukan untuk
menjadi berguna sebagai tambahan untuk SSRI dalam OCD pengobatan-tahan. Namun,
obat ini sering buruk ditoleransi, dan memiliki efek samping metabolisme yang signifikan
yang membatasi penggunaannya. Tak satu pun dari antipsikotik atipikal telah menunjukkan
keberhasilan sebagai monoterapi.

5. Terapi Fisik
Psikoedukatif/Psikoterapi

Terapi Sosiokultural
Terapi Rehabilitas
Terapi Spiritual
Edukasi dan Modifikasi Keluarga
8. PROGNOSIS
Faktor Premorbid
a. Riwayat Penyakit Keluarga
b. Pola Asuh Keluarga

c. Kepribadian Premorbid
d. Stessor Psikososial
e. Sosial Ekonomi

f.

Status Perkawinan

Ada
Tidak Ada
Demokratis
Overprotektif
Liberal
Introvert
Ekstrovert
Ada
Tidak Ada
Tinggi
Menengah
Bawah
Menikah
Tidak Menikah

Faktor Morbid
a. Usia Onset

Anak

Remaja
Dewasa
Tua

b. Jenis Penyakit

c. Perjalanan Penyakit

d. Kelainan Organik

e. Regresi

f.

Respon Terapi

Psikotik
Nonpsikotik
Akut
Kronik
Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Bagus
Jelek

Kesimpulan Prognosis
Baik
Dubia ad bonam
Dubia ad malam
Jelek
9. RENCANA FOLL UP
10. PEMBAHASAN
11. DAFTAR PUSTAKA
Elvira, SD. Hadisukanto, G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : 2010
Sadock.BJ, Sadock. VA. Kaplan & Sadocks Synopsis Psikatri: Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri
Klinis, ed7, jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara: 1997
Sadock.BJ, Sadock. VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis ed. 2. Jakarta: EGC, 2009
Anonym. Symptom of OCD- Stanford university. Available from : www.ocd.stanford.edu
Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPGDJ-III. Jakarta:2003

Anda mungkin juga menyukai