Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU BEDAH

ISLAM
INDONESIA STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Muhammad Afid Fitrah Tanda Tangan
NIM 12711043
Tanggal Ujian
Rumah sakit RSUD Wonosari
Gelombang Periode

A. Identitas
Nama : Tn. SG
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 67 thn
Alamat : Ponjong, Wonosari
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Cempaka
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk : 10 Februari 2019
Nomer CM : 341XXX

B. Anamnesis
Diberikan oleh : Pasien Tempat/Tanggal/pukul : Bangsal/ 10.02.19
Keluhan Utama : Pancaran air kencing melemah

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak ± 6 bulan lalu pasien mengeluhkan buang air kecil tidak lancar. Frekuensi buang air kecil tiap 2
jam sekali dengan jumlah sedikit dan pancaran yang lemah, keluhan dirasa memberat terutama pada
malam hari. Buang air kecil harus mengejan dan disertai rasa nyeri. Os merasa buang air kecil tidak
tuntas. Keluhan dirasa setiap hari hingga mengganggu aktivitas. Keluhan disertai nyeri perut tengah
bagian bawah. Nyeri bertambah saat duduk dan ditekan.
Satu hari SMRS keluhan dirasa semakin memberat. Jumlah buang air kecil semakin sedikit dan
frekuensi buang air kecil setiap satu jam sekali. Kemudian pasien dibawa ke IGD RSUD Wonosari.
Keluhan tidak disertai kencing darah, tidak menetes, pancaran tidak terbelah menjadi dua, tidak ada
riwayat BAK berpasir, demam (-), mual (-), muntah(-), nyeri menjalar (-), nyeri pinggang (-), BAB
tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pada tahun 2008 pasien mengeluhkan pingggang kiri terasa sakit dan pasien tidak memeriksakan ke
dokter. Beberapa minggu kemudian pasien buang air kecil dan mengeluarkan 2 batu dengan ukuran
sebesar kepala jarum pentul dan nyeri pinggang hilang.
Riwayat trauma genitalia disangkal
Riwayat pemakaian kateter disangkal
Riwayat DM dan Hipertensi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat alergi obat (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-).

Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Pusing berputar (-), pandangan kabur (-)

Sistem Cardiovaskular : Dada berdebar-debar (-)

Sistem Respiratorius : Sesak (-), batuk (-)

Sistem Gastrointestinal : Mual (-), Muntah (-), BAB (+) dbn

Sistem Urogenitale : Nyeri (-), rasa tidak tuntas (+), pancaran melemah

Sistem Integumentum : turgor kulit baik

Sistem Musculoskeletal : Nyeri pada lutut, kelemahan anggota gerak (-), fraktur (-)

Resume Anamnesis :

Buang air kecil tidak lancar, , buang air kecil menjadi lebih sering terutama pada malam hari, dan
tampak benjolan pada daerah pubis. Pasien memiliki riwayat keluhan BAK mengeluarkan batu sebesar
ujung jarum pentol pada tahun 2008.

C. Pemeriksaan Fisik

I. Status Generalis

Kondisi Umum : Cukup


Kesadaran : CM
Status Gizi : cukup
Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85 x/mnt
Respirasi : 18 x/mnt
Suhu :36,5oC
Warna Kulit : Sawo matang
Cephal : CA (-/-), SI (-/-), Refleks cahaya (+/+), Pupil Isokor

Thorax :

Cor : S1-S2 reg, bisng (-) Pulmo : SDV (+/+), Ro (-/-), Wh (-/-)

Abdomen : Supel, BU (+), NT (-)

Urogenitale :
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (-)
Palpasi : Nyeri ketok -/-

Regio Suprapubik:
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : VU teraba penuh, nyeri tekan (-)

Regio Genitalia Eksterna :


Inspeksi : bloody discharge (-)

Extremitas
Superior dextra : dbn Superior sinistra : dbn

Inferior dextra : dbn Inferior sinistra : dbn

II. Status Lokalis


Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (-)
Palpasi : Nyeri ketok -/-

Regio Suprapubik:
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : VU teraba penuh, nyeri tekan (-)

Regio Genitalia Eksterna :


Inspeksi : bloody discharge (-)

C. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah rutin
2. Urin rutin
3. Foto polos

E. DIAGNOSIS BANDING

1. Striktur uretra
2. Benigna Prostat Hiperplasia
3. Batu buli

F. DIAGNOSIS KERJA
Striktur uretra

G. USULAN TERAPI / TINDAKAN


Operatif : Uretrotomi interna (Sachse)

H. PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam


Ad Sanam : dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Cosmeticam : dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
Pendahuluan
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita, uretra
mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra juga penting
dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra pria berbentuk pipa yang
menyerupai alat penyiram bunga.
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya jaringan
fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai
dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar
dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak komplikasi,
dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal. Striktur uretra masih merupakan masalah yang
sering ditemukan pada bagian dunia tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari
pada wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu
yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra,
meskipun hal itu jarang terjadi.

Anatomi Uretra

Gambar 1. Anatomi Uretra


Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli
sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra pria
dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra posterior dibagi
menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra anterior dibagi menjadi
meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra. Dalam keadaan normal lumen uretra laki-
laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm maka lumen uretra laki-laki 7,2 mm dan
wanita 9 mm.
1. Uretra bagian anterior
Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari
meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa tabung yang
lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif
mudah.

2. Uretra bagian posterior


Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang dikelilingi kelenjar
prostat dinamakan uretra prostatika. Bagian selanjutnya adalah uretra membranasea, yang
memiliki panjang terpendek dari semua bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian
ini terdapat otot yang membentuk sfingter. Sfingter ini bersifat volunter sehingga kita dapat
menahan kemih dan berhenti pada waku berkemih. Uretra membranacea terdapat dibawah
dan dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai uretra
membranasea.

Etiologi
Striktur uretra dapat terjadi pada:
1. Kelainan Kongenital, misalnya kongenital meatus stenosis, klep uretra posterior
2. Cedera uretral
3. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia
4. Trauma, misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea; trauma
tumpul pada selangkangan (straddle injuries) yang mengenai uretra pars bulbosa, dapat
terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh
dengan uretra pada bingkai sepeda pria; trauma langsung pada penis; instrumentasi
transuretra yang kurang hati-hati (iatrogenik) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi
kateter yang salah.
5. Post operasi, beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktur uretra, seperti
operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.
6. Infeksi, merupakan faktor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti infeksi
oleh kuman gonokokus yang menyebabkan uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika telah
menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang sudah jarang akibat
pemakaian antibiotik, kebanyakan striktur ini terletak di pars membranasea, walaupun juga
terdapat pada tempat lain; infeksi chlamidia sekarang merupakan penyebab utama tapi dapat
dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan
kondom.

Patofisiologi
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan mukosa
pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal. Mukosanya terdiri dari
epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna epitelnya skuamosa dan berlapis.
Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular. Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka
akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan
lain (jaringan ikat) yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya
elastisitas dan memperkecil lumen uretra, sehinggaterjadi striktur uretra.
Gambar 2. Patofisiologi Striktur Uretra

Derajat Penyempitan
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga
tingkatan, yaitu derajat:
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

Gambaran Klinis
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria,
inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak, infiltrat,
abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urin.

1. Pemeriksaan Fisik
Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari penyebab striktur
uretra.
Pemeriksaan fisik dan lokal:
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra, infiltrat,
abses atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi
Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin. Volume urin
yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses miksi. Kecepatan
pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita 25 ml/detik. Bila
kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan ada obstruksi.
Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan besarnya
penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang striktur adalah
dengan membuat foto bipolar sistouretrografi dengan cara memasukkan bahan kontras
secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini
panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi.
Instrumentasi
Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan kateter Foley
ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan ukuran yang lebih kecil
sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter ukuran kecil dapat masuk
menandakan adanya penyempitan lumen uretra.
Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika diketemukan adanya striktur
langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong jaringan fibrotik
dengan memakai pisau sachse.

Diagnosis
Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis pasti
striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang striktur serta
derajat penyempitan dari lumen uretra.

Penatalaksanaan
Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien yang
datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk mengeluarkan
urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotika. Pengobatan
striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta
derajat penyempitan lumen uretra.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah:
1. Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok merupakan
satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang
juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit
melengkung; bougie filiformis mempunyai diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan
yang lebih lunak. Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan
dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra
dengan cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke
dalam uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk
mengisolasi penis. Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah
bougie filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis
lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian lanjutkan dengan dilatasi
menggunakan bougie lurus.
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus
ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya.
Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang bertugas di pusat
kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk memasukkan bougie. Penyulit dapat
mencakup trauma dengan perdarahan dan bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false
passage). Perkecil kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan
tindakan asepsis dan dengan penggunaan antibiotik.

2. Uretrotomi interna
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang memotong jaringan
sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau elektrokoter. Otis
uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian distal dari pendulans uretra
dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada wanita dengan striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah striktur uretra anterior
atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak
ada fistel, kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien
harus kontrol tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6
bulan sekali seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila
pancaran urinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.

3. Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan
anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak dapat
dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm. Cara Johansson; dilakukan bila daerah striktur
panjang dan banyak jaringan fibrotik. Stadium I, daerah striktur disayat longitudinal dengan
menyertakan sedikit jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi.
Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari. Stadium II,
beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan pembuatan uretra baru.

4. Uretroplasti
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau dengan
fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse. Operasi uretroplasty
ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah striktur di eksisi, uretra diganti dengan
kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung
uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.

Anda mungkin juga menyukai