Anda di halaman 1dari 4

NIAT

At Tauhid edisi VIII/11


Oleh: Rizki Amipon Dasa
Suatu amalan ibadah tidaklah akan diterima kecuali jika terkumpul dua syarat, yaitu ikhlas dan
ittiba. Ikhlas berkaitan dengan amalan hati yaitu niat, sedangkan ittiba adalah berkaitan dengan
amalan dzahir seseorang, apakah ia sesuai tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam
dalam beribadah atau tidak. Dengan kata lain, niat ikhlas adalah tolak ukur ibadah hati dan
ittibaur rasul adalah tolak ukur ibadah dzahir.
Banyak orang yang setelah mengenal kebenaran, tahu mana yang sunnah dan mana yang bidah,
mereka bersemangat memperbaiki amalan dzahir agar mencocoki Rasulullah shalallahu alaihi
wa sallam dalam beramal. Tidaklah dipungkiri bahwa hal ini merupakan amalan yang baik. Akan
tetapi sayangnya kita sering kurang memperhatikan masalah yang berhubungan dengan hati,
yaitu niat. Sehingga tema ini kami angkat dalam edisi ini.
Definisi Niat
An Niat (niat) secara bahasa artinya adalah al qashdu (maksud) dan al iraadah (keinginan) atau
dengan kata lain qashdul quluub wa iraadatuhu (maksud dan keinginan hati). Sedangkan definisi
niat secara Istilah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as
Sadi, beliau berkata, Niat adalah maksud dalam beramal untuk mendekatkan diri pada Allah,
mencari ridha dan pahalaNya. (Bahjah Quluubil Abraar wa Qurratu Uyuunil Akhyaar Syarah
Jawaamiul Akhbar hal. 5)
Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh menjelaskan bahwa makna niat dalam istilah para
ulama ada dua macam:
1. Niat yang terkait dengan ibadah. Inilah istilah yang dimaksudkan para ahli fiqih dalam
berbagai hukum ketika mereka mengatakan, Syarat yang pertama: niat. Yang mereka
maksudkan adalah niat yang ditujukan untuk ibadah yang membedakan antara ibadah
yang satu dengan ibadah yang lain. Misalnya, untuk membedakan shalat dari puasa, dan
membedakan shalat wajib dari shalat sunah.
2. Niat yang terkait dengan kepada siapa ibadah tersebut ditujukan. Niat dengan pengertian
ini sering diistilahkan dengan ikhlas. (Syarah Al Arbain An Nawawiyyah fil Ahadits Ash
Shahihah an Nabawiyyah Majmuatul Ulama- hal.31-32)
Hadits tentang Niat
Dari Umar radhiallahuanhu, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam bersabda, Semua amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan
sesuai niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya
itu kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin ia

dapatkan atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa
yang ditujunya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa semua amalan apakah itu amalan baik maupun buruk, maka pasti
diiringi dengan niat. Jika seseorang berniat melakukan amalan yang hukum asalnya mubah
dengan niat yang baik, maka dia diberi pahala dengan niatnya tersebut. Jika ia berniat dengan
maksud yang buruk, maka ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Tempat Niat
Tempat niat adalah di dalam hati, dan An Nawawi berkata,Tidak ada khilaf dalam hal ini. Ibnu
Taimiyyah mengatakan,Niat tidaklah dilafadzkan. . Dan jelas bagi kita bahwa niat adalah
amalan hati dan bukan amalan dzahir. Adapun melafadzkan niat, maka tidak dicontohkan oleh
Nabi shalallahu alaihi wa sallam , tidak pula para sahabat beliau, dan tidak terdapat hadits dari
Nabi shalallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan bahwa jika beliau hendak shalat atau
berwudhu beliau mengucapkan, Nawaitu an ushalli(aku berniat untuk sholat) atau
Nawaitu an atawadhdha(Aku berniat untuk wudhu) atau Nawaitu an aghtasil(Aku
berniat untuk mandi) dan sebagainya.
Beribadah dengan Niat Mendapatkan Perkara Dunia
Perlu diketahui bahwasanya amalan ibadah ada dua macam:
1. Amalan yang wajib diniatkan untuk Allah dan tidak boleh terbetik dalam hati pelakunya
untuk mendapatkan balasan berupa perkara dunia sama sekali. Mayoritas amalan ibadah
adalah demikian, semisal: shalat, zakat, dzikir, dan sebagainya.
2. Amalan ibadah yang Allah subhanahu wa taala menyebutkan balasannya di dunia
dengan tujuan untuk memotivasi. Misalnya adalah sabda Nabi shalallahualaihi wa
sallam,Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah bersilaturahim. (Muttafaqun alaih)
Barangsiapa yang menginginkan balasan dunia dalam keadaan meyakini bahwa itulah motivasi
dari Allah, maka diperbolehkan. Karena tidaklah Allah memotivasi dengan balasan dunia,
kecuali Allah mengijinkan hal tersebut menjadi hal yang dicari dan dituntut. Oleh karena itu
barangsiapa bersilaturahim dengan mengharap wajah Allah dan juga menginginkan balasan di
dunia dengan banyaknya rizki serta dipanjangkan umurnya, maka hukumnya boleh.
Jika telah jelas bahwa orang yang demikian tidak dihukumi sebagai musyrik, lalu yang menjadi
pertanyaan adalah apakah sama orang yang bersilaturahim dengan niat mendapat balasan dunia
disamping ia meniatkannya karena Allah dibandingkan orang yang hanya meniatkannya untuk
Allah dan tidak menginginkan balasan dunia? Jawabannya adalah tidak sama. Pahalanya akan
berbeda. Barangsiapa yang niatnya ikhlas karena Allah maka pahalanya akan bertambah besar
sebanding dengan menguatnya keikhlasan. (Syarah Al Arbain An Nawawiyyah fil Ahadits Ash
Shahihah an Nabawiyyah Majmuatul Ulama- hal.34-35)
Ketika Niat Ikhlas Tercampur Riya

Ada tiga keadaan dalam hal ini:


1. Ketika niat utama yang mendorong seseorang melakukan sebuah amalan adalah riya,
maka hal ini merupakan kesyirikan dan ibadahnya batal.
2. Ketika pada awal ibadah niatnya ikhlas, kemudian di tengah ibadah tercampur riya,
maka
ada
dua
keadaan:
a. Jika ia berusaha melawan rasa riya tersebut dan tidak terus menerus dalam rasa riya,
maka
riya
tersebut
tidak
berpengaruh
pada
amalannya.
b. Jika ia tidak melawan rasa riya dan terus menerus dalam keadaan riya, maka hukum
ibadah
dalam
keadaan
ini:
Jika ibadah tersebut bagian akhirnya tidak terbangun atas bagian awalnya (tidak
serangkaian), maka amalan yang tidak tercampur riya adalah sah dan amalan yang
tercampur riya batal. Contoh: seseorang ingin bersedekah sebanyak Rp 200.000,- .
Pertama, ia sedehkan Rp 100.000,- dengan niat ikhlas. Kemudian ia sedekahkan lagi Rp
100.000,- , tetapi dengan niat riya . Maka sedekahnya yang pertama sah, dan sedekahnya
yang
kedua
batal.
Jika ibadah tersebut bagian akhirnya terbangun dari bagian awalnya (satu rangkaian
ibadah), maka keseluruhan ibadah tersebut batal. Contoh: seseorang shalat dua rakaat
dengan niat awal ikhlas karena Allah. Kemudian muncul rasa riya di rakaat yang kedua
dan dia tidak melawannya serta terus menerus dalam keadaan riyahingga selesai shalat,
maka batallah sholatnya dari awal hingga akhir.
3. Ketika muncul riya, tetapi setelah ibadah selesai, maka tidak membatalkan amalan.
(At Tauhid al Muyassar hal. 97-98, dengan sedikit perubahan)
Beberapa Faidah dan Urgensi Niat
Diantara faidah dan urgensi niat adalah:
1. Niat berfungsi untuk membedakan antara amalan ibadah yang satu dengan yang lain.
Misalnya, seseorang shalat dua rakaat , bisa jadi ia meniatkannya untuk shalat fardhu,
atau shalat sunah rawatib, atau tahiyatul masjid. Maka, dengan niat, seseorang
membedakan apakah ia melakukan hal yang wajib ataukah hal yang sunah.
2. Niat berfungsi untuk membedakan perkara ibadah dan perkara adat kebiasaan manusia.
Misalnya seseorang yang mandi, bisa jadi ia meniatkannya hanya sekedar untuk
membersihkan badan (yang nilainya hanyalah sekedar kebiasaan saja) atau bisa jadi ia
berniat untuk menghilangkan hadats besar (yang nilainya adalah ibadah).
3. Benarnya niat menunjukkan ikhlas kepada Allah.
4. Niat yang benar merupakan sebab mendapatkan pahala.
Niat merupakan syarat sebuah amal membuahkan pahala. Amalan mubah seperti makan, minum,
dan sebagainya, jika diiringi dengan niat yang benar, semisal karena memenuhi perintah Allah da
RasulNya serta untuk membantu dalam melaksanakan ketaatan, maka bisa menjadi amal shalih

dan pelakunya diberi pahala. (Al Aqd Ats Tsamiin fi Syarhi Mandzumah Asy Syaikh Ibnu
Utsaimin fi Ushuulil Fiqhi wa Qawaaidihi hal.214-215) [Rizki Amipon Dasa]

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas 1 Jusman Cover
    Tugas 1 Jusman Cover
    Dokumen1 halaman
    Tugas 1 Jusman Cover
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Problematika Umat Kontemporer
    Problematika Umat Kontemporer
    Dokumen5 halaman
    Problematika Umat Kontemporer
    Jusman Ugie Forevermore
    100% (1)
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Modul-Fisika SMK
    Modul-Fisika SMK
    Dokumen108 halaman
    Modul-Fisika SMK
    Rudy Djatmiko
    100% (2)
  • Pengajuan Dosen Pembimbing KP
    Pengajuan Dosen Pembimbing KP
    Dokumen1 halaman
    Pengajuan Dosen Pembimbing KP
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Cover KP
    Cover KP
    Dokumen3 halaman
    Cover KP
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Cover KP
    Cover KP
    Dokumen3 halaman
    Cover KP
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Elemen Mesin 1
    Elemen Mesin 1
    Dokumen6 halaman
    Elemen Mesin 1
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Bab 11
    Bab 11
    Dokumen12 halaman
    Bab 11
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Pelu Mas
    Pelu Mas
    Dokumen4 halaman
    Pelu Mas
    100impian
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen3 halaman
    Bab I
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Pelumasan
    Pelumasan
    Dokumen18 halaman
    Pelumasan
    Iwan Ruhiyana
    100% (3)
  • Ekonomi Teknik
    Ekonomi Teknik
    Dokumen68 halaman
    Ekonomi Teknik
    Muhammad Abdillah
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen8 halaman
    Tugas 1
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Ekonomi Teknik
    Ekonomi Teknik
    Dokumen68 halaman
    Ekonomi Teknik
    Muhammad Abdillah
    Belum ada peringkat
  • Dasar Dasar Sistem Kontrol (Compatibility Mode)
    Dasar Dasar Sistem Kontrol (Compatibility Mode)
    Dokumen23 halaman
    Dasar Dasar Sistem Kontrol (Compatibility Mode)
    Faudhal Joe Akbar
    100% (1)
  • Assalamualaikum WR
    Assalamualaikum WR
    Dokumen12 halaman
    Assalamualaikum WR
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Tiga Nasehat
    Tiga Nasehat
    Dokumen4 halaman
    Tiga Nasehat
    Andy Hidayat
    Belum ada peringkat
  • KEPEMIMPINAN
    KEPEMIMPINAN
    Dokumen2 halaman
    KEPEMIMPINAN
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal Pembangunan Ruangan Sekolah
    Contoh Proposal Pembangunan Ruangan Sekolah
    Dokumen8 halaman
    Contoh Proposal Pembangunan Ruangan Sekolah
    Aulia Fiki
    Belum ada peringkat
  • Keutamaan Al Ikhlas
    Keutamaan Al Ikhlas
    Dokumen8 halaman
    Keutamaan Al Ikhlas
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat
  • NIAT
    NIAT
    Dokumen4 halaman
    NIAT
    Jusman Ugie Forevermore
    Belum ada peringkat