Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini berbagai bencana sering melanda bangsa kita. Bencana
itu datang silih-berganti: tsunami di Aceh, banjir bandang di Wasior Papua;
tsunami lagi di Mentawai; dan letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Belum lagi
bencana-bencana yang lain seperti gempa, banjir, longsor, lumpur Lapindo,
tabrakan kereta api, jatuhnya pesawat dan seribu satu bencana lainnya. Sungguh
negeri ini tak lepas dirundung malang, harta dan nyawapun tak sedikit melayang.
Tak aneh bila ada orang yang menyebut negeri ini sebagai negeri 1001 bencana.
Walaupun sesungguhnya bencana tidak saja melanda negeri kita, negeri-negeri
lainpun tak lepas dari bencana.
Bencana yang terjadipun sering dikaitkan dengan berbagai kepercayaan
bahkan mitos. Dalam masyarakat primitif bencana sering dikaitkan dengan
kemarahan para dewa; bencana karena melanggar tabu atau karena manusia tidak
memberi persembahan (sesaji) pada leluhur. Kaum beragama bahkan penganut
agama modern seperti Yahudi, Kristen dan Islam mengaitkan terjadinya bencana
dengan murka atau azab Tuhan. Bagi mereka yang agnostik (tidak percaya
Tuhan), mengatakan bahwa bencana hanya proses dan kejadian atau fenomena
alam belaka. Dalam teks-teks keagamaan dan kepercayaan orang-orang beragama
disebutkan pula bahwa Tuhan tidak serta merta mendatangkan bencana tanpa
sebab musababnya. Bencana terjadi senantiasa disebabkan oleh perilaku destruktif
manusia seperti keingkaran kepada seruan Tuhan, perbuatan dosa, kefasikan dan
kezaliman.

1.2 Maksud dan Tujuan


1

Adapun maksud dan tujuan pembahasan makalah ini, yaitu berdasarkan rumusan
masalah.
1. Untuk mengetahui Perilaku Destruktif Masyarakat dan terjadinya Bencana
2. Untuk mengetahui Potensi Ancaman Bencana
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Bencana alam
4. Dapat menjelaskan Macam-Macam Bencana Alam Dan Cara
Mangantisipasinya
5. Dapat menjelaskan mengenai Sistem Penanggulangan Bencana
6. Untuk mengetahui Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
7. Untuk mengetahui Peran Masyarakat Dalam Penaggulangan Bencana

1.3 Sasaran
Pembuatan Makalah ini di tujukan kepada Individu, Mahasiswa dan
Masyarakat luas di Indonesia untuk memberi pengetahuan lebih mengenal
Pemuda dan Sosialisasi didalam masyarakat maupun lingkungan sekitar. Sehingga
Pemuda sekarang ini dapat memperdalam ilmu mengenai masalah tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan memakai kajian literature dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, melainkan
dari media lain seperti website dan media masa yang di ambil dari internet.

BAB II

PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka berikut penulis akan merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa hubungan masyarakat hingga terjadinya bencana ?
2. Apa saja potensi ancaman dari bencana ?
3. Apa saja klasifikasi dari Bencana alam ?
4. Apa saja macam-macam bencana alam dan bagaimana cara
mangantisipasinya ?
5. Apa saja Sistem Penanggulangan Bencana ?
6. Bagaimana penanggulangan bencana berbasis masyarakat ?
7. Apa saja peran masyarakat dalam penaggulangan bencana ?

2.2 Batasan Masalah


1. Perilaku Destruktif Masyarakat dan terjadinya Bencana
2. Potensi Ancaman Bencana
3. Klasifikasi Bencana alam
4. Macam-Macam Bencana Alam Dan Cara Mangantisipasinya
5. Sistem Penanggulangan Bencana
6. Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
7. Peran Masyarakat Dalam Penaggulangan Bencana

BAB III
3

PEMBAHASAN

3.1 Perilaku Destruktif Masyarakat dan terjadinya Bencana

perilaku dalam bahasa Inggris behavior adalah respon atau reaksi yang
dilakukan oleh makhluk hidup dalam situasi tertentu. Definisi lain perilaku adalah
cara bertindak seseorang terhadap orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2007), perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan

atau

lingkungan.

Inggris destructive yang

Adapun

kata

destruktif

menurut Kamus

dari

Besar

bahasa
Bahasa

Indonesia (KBBI). Menurut Kartini (1992:2), perilaku destruktif merupakan


tingkah laku yang dianggap sebagai tidak cocok. melanggar norma dan adat
istiadat. atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum atau penyimpangan
tingkah

laku

atau

dikemukakan Sumadi

perilaku

destruktif

Suryabrata

(1998)

atau

patologis.

memandang

Hal

Perilaku

senada
destruktif

merupakan tingkah laku atau reaksi organisme sebagat keseluruhan terhadap


perangsang dari luar yang menyimpang. Reaksi tersebut terdiri dari gerakangerakan dan perubahan jasmani tertentu, Jadi dapat diamati secara obyektif.
Penyebab terjadinya perilaku destruksi antara lain karena tradisi, sikap hidup,
emosi, kebiasaan dan filsafat hidup.
Menurut Hamid Abdul Khalik Hamid perilaku destruktif adalah tindakan
melanggar norma yang dilatarbelakangi oleh faktorfaktor emosi yang
terpendam, seperti prasaan minder atau benci terhadap pengekangan. Dengan
demikian, maka tindakan destruktif ini merupakan gejala timbulnya rasa ingin
balas dendam, atau ingin membuktikan eksistensi dirinya.
Menurut Ali Qaimi perilaku destruktif ditampakkan lewat perilaku dan sikap
kasar, menentang, tidak suka, menolak, serta membantah keinginan tertentu.
Manusia yang memiliki perilaku destruktif ini adalah orang yang cenderung
meraih kebebasan absolut dan menolak berbagai aturan dan tatanan yang ada,
terbiasa melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan norma-norma sosial,
egois dan degil, sehingga tidak mempedulikan dan mengindahkan aturan serta
norma yang ada.
4

Yang dimaksud perilaku destruktif di sini adalah melakukan perbuatan jahat


baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam, ingkar terhadap aturan
hukum dan norma baik norma agama maupun norma sosial, berbuat dosa baik
secara individu maupun kolektif, ingkar pada kebenaran, melakukan tindakan
fasik dan kezaliman.
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak
besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung
berapi, gempa
es, gelombang

bumi, tsunami, tanah

longsor, badai

panas,hurikan, badai

salju, kekeringan, hujan

tropis, taifun, tornado, kebakaran

liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.
Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar
yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana
alam yang diakibatkan dariluar angkasa jarang mempengaruhi manusia,
seperti asteroid dan badai matahari. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala
yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala
alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya
(kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
"alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau
malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun

demikian

pada

daerah

yang

memiliki

tingkat

bahaya

tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga


tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep

ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastrukturinfrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
bencana yang cukup.
3.2 Potensi Ancaman Bencana
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana
antara lain:
1.

Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (manmade hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster
Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi
(geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards),
bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards)
dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation)

2.

Kerentanan (vulnerability) yang tinggi dari masyarakat, infrastruktur serta


elemen-elemen di dalam kota/ kawasan yang berisiko bencana

3.

Kapasitas yang rendah dari berbagai komponen di dalam masyarakat


Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak

pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat (Arnold, 1986).

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat


menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah
yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering
mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik
aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600?2000 terdapat 105
kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9
persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk.,
2000). Wilayah pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi
bencana tsunami terutama pantai barat Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa,
pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,
pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah
daerah yang paling rawan tsunami. Dalam kurun waktu tahun 1600?2000, di
daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di antaranya diakibatkan oleh gempa
bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di bawah laut.
Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya
jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor
dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.
Pada tahun 2006 saja terjadi bencana tanah longsor dan banjir bandang di Jember,
Banjarnegara, Manado, Trenggalek dan beberapa daerah lainnya. Meskipun
pembangunan di Indonesia telah dirancang dan didesain sedemikian rupa dengan
dampak lingkungan yang minimal, proses pembangunan tetap menimbulkan
dampak kerusakan lingkungan dan ekosistem. Pembangunan yang selama ini
bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam (terutama dalam skala besar)

menyebabkan hilangnya daya dukung sumber daya ini terhadap kehidupan


mayarakat. Dari tahun ke tahun sumber daya hutan di Indonesia semakin
berkurang, sementara itu pengusahaan sumber daya mineral juga mengakibatkan
kerusakan ekosistem yang secara fisik sering menyebabkan peningkatan risiko
bencana.
Pada sisi lain laju pembangunan mengakibatkan peningkatan akses
masyarakat terhadap ilmu dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya
kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat
fatal seperti kecelakaan transportasi, industri dan terjadinya wabah penyakit akibat
mobilisasi manusia yang semakin tinggi. Potensi bencana lain yang tidak kalah
seriusnya adalah faktor keragaman demografi di Indonesia. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2004 mencapai 220 juta jiwa yang terdiri dari beragam
etnis, kelompok, agama dan adat-istiadat. Keragaman tersebut merupakan
kekayaan bangsa Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain. Namun karena
pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak diimbangi dengan kebijakan dan
pembangunan ekonomi, sosial dan infrastruktur yang merata dan memadai, terjadi
kesenjangan pada beberapa aspek dan terkadang muncul kecemburuan sosial.
Kondisi ini potensial menyebabkan terjadinya konfl ik dalam masyarakat yang
dapat berkembang menjadi bencana nasional.
3.3 Klasifikasi Bencana alam
Klasifikasi

bencana

alam

berdasarkan

penyebabnya

dibedakan

menjadi empat jenis, yaitu :


1. Bencana alam geologis
Bencana alam geologi adalah bencana alam yang terjadi di permukaan
bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus.[2]Gempa
bumi

dan

gunung

meletus

terjadi

di

hanya

sepanjang

jalur-jalur

pertemuanlempeng tektonik di darat atau lantai samudera. Contoh bencana alam


geologi yang paling umum adalah gempa bumi, tsunami dan gunung meletus.
Gempa bumi terjadi karena gerakan lempeng tektonik. Gempa bumi pada lantai
samudera dapat memicu gelombang tsunami ke pesisir-pesisir yang jauh.

Gelombang yang disebabkan oleh peristiwa seismik memuncak pada ketinggian


kurang dari 1 meter di laut lepas namun bergerak dengan kecepatan ratusan
kilometer per jam. Jadi saat mencapai perairan dangkal, tinggi gelombang dapat
melampaui 10 meter. Gunung meletus diawali oleh suatu periode aktivitas
vulkanis seperti hujan abu, semburan gas beracun, banjir lahardan muntahan batubatuan.

Aliran

lahar

dapat

berupa

banjir

lumpur

atau

kombinasilumpur dan debu yang disebabkan mencairnya salju di puncak gunung,


atau dapat disebabkan hujan lebat dan akumulasi material yang tidak stabil.
2.Bencana alammeteorologi
Bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan
iklim. Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus,
walaupun

ada

daerah-daerah

menderita banjir musiman, kekeringan atau badai

yang

tropis (siklon, hurikan, taifun)

dikenal terjadi pada daerah-daerah tertentu. Bencana alam bersifat meteorologis


seperti banjir dan kekeringan merupakan bencana alam yang paling banyak terjadi
di seluruh dunia. Beberapa di antaranya hanya terjadi suatu wilayah dengan iklim
tertentu. Misalnya hurikan terjadi hanya di Karibia, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan bagian utara. Kekhawatiran terbesar pada abad moderen adalah bencana
yang disebabkan oleh pemanasan global.
3.Wabah
Wabah atau epidemi adalah penyakit menular yang menyebar melalui
populasi manusia di dalam ruang lingkup yang besar, misalnya antar negara atau
seluruh dunia.[3] Contoh wabah terburuk yang memakan korban jiwa jumlah
besar adalah pandemi flu, cacar dantuberkulosis.
4.Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar
angkasa, Bencana dari ruang angkasa adalah datangnya berbagai benda langit
seperti asteroid atau gangguan badai matahari.[4] Meskipun dampak langsung
asteroid yang berukuran kecil tidak berpengaruh besar, asteroid kecil tersebut

berjumlah sangat banyak sehingga berkemungkinan besar untuk menabrak bumi.


Bencana ruang angkasa seperti asteroid dapat menjadi ancaman bagi negaranegara

dengan penduduk yang

banyak

seperti Cina, India, Amerika

Serikat, Jepang, dan Asia Tenggara.


3.4 Macam-Macam Bencana Alam Dan Cara Mangantisipasinya
1. Banjir
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam
wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana.
Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah
yang rendah terkena dampak kiriman banjir.
a. Jenis Jenis Banjir
Banjir

merugikan

banyak

pihak

Berdasarkan

sumber

air

yang

menjadipenampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir


sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
Banjir Sungai, Terjadi karena air sungai meluap.
Banjir Danau, Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
Banjir Laut pasang, Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa
bumi.
b. Penyebab Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut :
Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
Pendangkalan sungai,
Pembuangan sampah yang sembarangan, baik

ke aliran sungai

mapupun gotong royong,


Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
Pembuatan tanggul yang kurang baik,
Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
c. Dampak Dari Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:

Rusaknya areal pemukiman penduduk,


Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
Rusaknya areal pertanian
10

Timbulnya penyakit-penyakit
Menghambat transportasi darat
d. Cara Mengantisipasi Banjir
membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistemsistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap
sungai.
tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah
lokasi penyerapan air.
tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus
air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus
tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang
sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga
tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai
dari yang tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Kebanyakan
gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Gempa bumi biasanya terjadi di
perbatasan lempengan lempengan tersebut. Beberapa gempa bumi lain juga dapat
terjadi karena pergerakanmagma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit untuk
diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dilihat bahwa gejala alam ini
sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini, ketika
usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil, maka usaha
yang paling baik dalam mempersiapkan diri dengan cara mengatasi bencana alam
ini

adalah

denganmitigasi.

Mitigasi yaitu mengurangi kerugian yang akan ditimbulkan oleh bencana.

11

Usaha mitigasi adalah meningkatkan ketahanan dan kesiapsiagaan masyarakat


dalam menghadapi bencana alam sehingga risiko bencana alam dapat dikurangi.
Mengantisipasi Gempa Bumi
Antisipasi yang harus dilakukan bagi masyarakat luas adalah apa dan bagaimana
cara menghadapi kejadian gempa, pada saat dan sesudah gempa terjadi. Beberapa
saran dalam menghadapi kejadian gempa adalah sebagai berikut:
Sebelum terjadi gempa
Mengetahui secara teliti jalan-jalan keluar masuk dalam keadaan darurat di
mana pun kita berada. Ingat gempa dapat terjadi sewaktu-waktu.
Meletakkan barang-barang yang berat di tempat yang stabil dan tidak
tergantung.
Matikan segera lampu, kompor minyak atau gas serta listrik agar terhindar
dari bahaya kebakaran.
Saat terjadi gempa
Jika berada di dalam ruangan: diamlah sejenak, jangan panik dan segeralah
keluar dari bangunan. Secepatnya mencari perlindungan di bawah meja
atau di dekat pintu. Jauhi tempat-tempat yang mungkin mengakibatkan
luka seperti kaca, pipa gas atau benda-benda tergantung yang mungkin
akan jatuh menimpa.
Jika berada di luar rumah: tinggallah atau carilah tempat yang bebas dari
bangunan-bangunan, pohon atau dinding. Jangan memasuki bangunan
meskipun getaran gempa sudah berhenti karena tidak mustahil runtuhan
bangunan masih dapat terjadi.
Jika berada di tengah keramaian: janganlah turut berdesak-desakan
mencari jalan keluar, meskipun orang-orang yang panik mempunyai
keinginan yang sama. Carilah tempat yang tidak akan kejatuhan runtuhan.
Jika berada dalam bangunan tinggi: secepatnya mencari perlindungan di
bawah meja dan jauhilah jendela atau dinding luar bangunan. Tetaplah
berada di lantai di mana kamu berada ketika gempa terjadi, dan jangan
gunakan elevator atau lift yang ada.
Jika sedang mengendarai kendaraan: hentikan kendaraan kamu dan
tetaplah berada di dalam mobil dan pinggirkanlah mobil kamu. Jangan
berhenti di atas jembatan, atau di bawah jalan layang. Jika gempa sudah

12

berhenti, janganlah langsung melintasi jalan layang atau jembatan yang


membentang, sebelum dipastikan kondisinya aman.
Setelah terjadi gempa
Tetap menggunakan alas kaki untuk menghindari pecahan-pecahan kaca
atau bahan-bahan yang merusak kaki.
Periksalah apakah kamu mendapat luka yang memerlukan perawatan
segera.
Periksalah aliran/pipa gas yang ada apakah terjadi kebocoran. Jika tercium
bau gas usahakan segera menutup sumbernya dan jangan sekali-kali
menyalakan api dan merokok.
Periksalah kerusakan yang mungkin terjadi pada bangunan kamu.
Dengarkan informasi melalui televisi, radio, telepon yang biasanya
disiarkan oleh pemerintah, bila hal ini memungkinkan.
Bersiaplah menghadapi kemungkinan terjadinya gempa-gempa susulan.
Dan berdoa agar terhindar dari bencana yang lebih parah.
3. Tsunami
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan akibat
adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, angin ribut, dan
lain sebagainya. Sunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih
pemukiman warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam.
Adapun langkah yang perlu dilakukan tiap individu sebagai berikut.
Menyiapkan tas darurat yang berisi keperluan-keperluan mengungsi
selama tiga hari seperti makanan, pakaian, suratsurat berharga atau obatobatan.
Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya
gempa.
Selalu peka terhadap fenomena alam yang tidak biasa. Apabila kita peka
sebenarnya alam telah memberikan tanda-tanda sebelum terjadinya
tsunami.
Beberapa petunjuk yang diberikan alam antara lain berikut ini.
Adanya suara gemuruh di laut, hal ini akibat adanya pergeseran lapisan
tanah.
Laut tiba-tiba menyurut sampai agak jauh ke tengah
Karena surutnya laut maka akan tercium bau khas laut seperti bau amis.
Burung-burung laut terbang dengan kecepatan tinggi menuju daratan.

13

4.GunungMeletus
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari
dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas,
lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa
diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma
yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus
disebut gunung berapi aktif.
Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara
lain :

Suhu di sekitar gunung naik.


Mata air menjadi kering
Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
Tumbuhan di sekitar gunung layu
Binatang di sekitar gunung bermigrasi.

5.TanahLongsor
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri
merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin
curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi
longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari
bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di
Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan
miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20 umumnya berbakat
untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring
berpotensi
Secara

garis

untuk
besar

faktor

penyebab

longsor.
tanah

longsor

sebagai

berikut.

a.Faktor alam

14

Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa
bumi dan letusan gunung api.
Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.
Keadaan topografi yaitu lereng yang curam.
b.Faktor manusia

Pemotongan tebing pada penambangan batu di lereng yang terjal


Penimbunan tanah di daerah lereng.
Penebangan hutan secara liar di daerah lereng.
Budidaya kolam ikan di atas lereng.
Sistem drainase di daerah lereng yang tidak baik.
Pemompaan dan pengeringan air tanah yang menyebabkan turunnya level

air tanah.
Pembebanan berlebihan dari bangunan di kawasan perbukitan.
3.5 Sistem Penanggulangan Bencana

Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan harus ditangani secara


serius sejak terjadinya gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang Aceh dan
sekitarnya pada 2004. Kebencanaan merupakan pembahasan yang sangat
komprehensif dan multi dimensi. Menyikapi kebencanaan yang frekuensinya terus
meningkat setiap tahun, pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus
dipahami dan diimplementasikan oleh semua pihak. Bencana adalah urusan semua
pihak. Secara periodik, Indonesia membangun sistem nasional penanggulangan
bencana. Sistem nasional ini mencakup beberapa aspek antara lain:
1. Legislasi
Dari sisi legislasi, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan UndangUndang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Produk
hukum di bawahnya antara lain Peraturan Pemerintah , Peraturan Presiden,
Peraturan Kepala Kepala Badan, serta peraturan daerah. (Lebih detail lihat
Produk Hukum).
2. Kelembagaan
Kelembagaan dapat ditinjau dari sisi formal dan non formal. Secara
formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan
focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat. Sementara itu, focal point
penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Dari sisi non formal,
15

forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk


memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia. Di
tingkat nasional, terbentuk Platform Nasional (Planas) yang terdiri unsur
masyarakat sipil, dunia usaha, perguruan tinggi, media dan lembaga
internasional. Pada tingkat lokal, kita mengenal Forum PRB Yogyakarta
dan Forum PRB Nusa Tenggara Timur.
3. Pendanaan
Saat ini kebencanaan bukan hanya isu lokal atau nasional, tetapi
melibatkan internasional. Komunitas internasional mendukung Pemerintah
Indonesia dalam membangun manajemen penanggulangan bencana
menjadi lebih baik. Di sisi lain, kepedulian dan keseriusan Pemerintah
Indonesia terhadap masalah bencana sangat tinggi dengan dibuktikan
dengan penganggaran yang signifikan khususnya untuk pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana dalam pembangunan.
Berikut beberapa pendanaan yang terkait dengan penanggulangan bencana di
Indonesia:
a) Dana DIPA (APBN/APBD)
b) Dana Kontijensi
c) Dana On-call
d) Dana Bantual Sosial Berpola Hibah
e) Dana yang bersumber dari masyarakat
f) Dana dukungan komunitas internasional
3.6 Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
Penanggulangan bencana berbasis masyarakat adalah upaya yang
dilakukan oleh anggota masyarakat secara terorganisir baik sebelum, saat dan
sesudah bencana dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki
semaksimal

mungkin

untuk

mencegah,

mengurangi,

menghindari

dan

memulihkan diri dari dampak bencana.


Beberapa alasan pentingnya penanggulangan bencana berbasis masyarakat
1. Penanggulangan bencana adalah tanggungjawab semua pihak, bukan
pemerintah saja.

16

2. Setiap orang berhak untuk mendapatkan perlindungan atas martabat,


keselamatan dan keamanan dari bencana.
3. Masyarakat adalah pihak pertama yang langsung berhadapan dengan
ancaman dan bencana. Karena itu kesiapan masyarakat menentukan besar
kecilnya dampak bencana di masyarakat.
4. Masyarakat yang terkena bencana adalah pelaku aktif untuk membangun
kembali kehidupannya.
5. Masyarakat meskipun terkena bencana mempunyai kemampuan yang bisa
dipakai dan dibangun untuk pemulihan melalui keterlibatan aktif.
6. Masyarakat adalah pelaku penting untuk mengurangi kerentanan dengan
meningkatkan kemampuan diri dalam menangani bencana.
7. Masyarakat yang menghadapi bencana adalah korban yang harus siap
menghadapi kondisi akibat bencana.
8. Oleh karena itu perlu disusun perencanaan sedemikian rupa untuk
membantu masyarakat dalam membuat perencanaan untuk persiapan
sebelum bencana, penanggulangan pada saat terjadi bencana dan
pemulihan setelah bencana.
3.7 Peran Masyarakat Dalam Penaggulangan Bencana

Pada saat kritis, masyarakat setempatlah yang mengatasi dampak bencana


pada keluarga dan tetangga dengan menggunakan kemampuan yang mereka
miliki. Dalam tahap pemulihan yang seringkali membutuhkan waktu panjang dan
sumber daya yang banyak, masyarakat memerlukan dukungan karena sumber
daya mereka menipis atau habis.
Umumnya yang terjadi adalah pemerintah atau lembaga bantuan dari luar
hanya memusatkan perhatian pada upaya tanggap darurat melalui konsultasi yang
minim sekali dengan masyarakat setempat dan seringkali masyarakat hanya
menjadi obyek proyek bantuan darurat.
Pada tahap pemulihan, kegiatan pemerintah dan lembaga bantuan sangat
terbatas, apalagi pada tahap sebelum bencana. Melihat kedua hal di atas, maka
penting bagi masyarakat untuk menyiapkan diri dengan cara mengurangi
ancaman, melakukan kegiatan pengurangan dampak ancaman, kesiapsiagaan, dan
meningkatkan kemampuan dalam penanganan bencana. Hal-hal tersebut dapat

17

dilakukan dengan baik apabila masyarakat mengorganisir diri membentuk


Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan :
Bahwa bencana terjadi disebabkan oleh perbuatan manusia. Fenomena
alam pun membuktikan demikian. Sesuai dengan hukum aksi-reaksi. Bila alam
diperlakukan negatif dan destruktif, maka alam akan memberikan reaksi yang
sama. Ketika manusia sudah tidak memperhatikan alam, seperti membangun
perumahan di daerah-daerah tempat serapan air, sehingga akan menimbulkan
terjadinya banjir. Demikian pula bila hutan-hutan, gunung dan bukit digunduli
maka akan menimbulkan terjadinya banjir dan longsor. Terjadinya global warming
(pemanasan global) juga disebabkan oleh ulah manusia yang semena-mena.

18

4.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan
makalah ini.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Marwanto,

12

November

2006.

Dampak

permasalahan

lingkungan.

Jakarta:Kompas
Cahya Menethil, perilaku manusia dan terjadinya bencana,
(wordpress.com: cahyamenethil, 2010)
Abd. Rohim Ghazali. 2008. Definisi dan Jenis Bencana Alam. Logos Wacana
Ilmu, Jakarta.
Suhermanto, permasalahan bencana, (blogspot.com : suhermanto, 2012 )
Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.

19

Marwanto, 12 November 2006. Bencana alam Indonesia sebagai


penyebab pencemaran lingkungan. Jakarta:Kompas

20

Anda mungkin juga menyukai