PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini berbagai bencana sering melanda bangsa kita. Bencana
itu datang silih-berganti: tsunami di Aceh, banjir bandang di Wasior Papua;
tsunami lagi di Mentawai; dan letusan gunung Merapi di Yogyakarta. Belum lagi
bencana-bencana yang lain seperti gempa, banjir, longsor, lumpur Lapindo,
tabrakan kereta api, jatuhnya pesawat dan seribu satu bencana lainnya. Sungguh
negeri ini tak lepas dirundung malang, harta dan nyawapun tak sedikit melayang.
Tak aneh bila ada orang yang menyebut negeri ini sebagai negeri 1001 bencana.
Walaupun sesungguhnya bencana tidak saja melanda negeri kita, negeri-negeri
lainpun tak lepas dari bencana.
Bencana yang terjadipun sering dikaitkan dengan berbagai kepercayaan
bahkan mitos. Dalam masyarakat primitif bencana sering dikaitkan dengan
kemarahan para dewa; bencana karena melanggar tabu atau karena manusia tidak
memberi persembahan (sesaji) pada leluhur. Kaum beragama bahkan penganut
agama modern seperti Yahudi, Kristen dan Islam mengaitkan terjadinya bencana
dengan murka atau azab Tuhan. Bagi mereka yang agnostik (tidak percaya
Tuhan), mengatakan bahwa bencana hanya proses dan kejadian atau fenomena
alam belaka. Dalam teks-teks keagamaan dan kepercayaan orang-orang beragama
disebutkan pula bahwa Tuhan tidak serta merta mendatangkan bencana tanpa
sebab musababnya. Bencana terjadi senantiasa disebabkan oleh perilaku destruktif
manusia seperti keingkaran kepada seruan Tuhan, perbuatan dosa, kefasikan dan
kezaliman.
Adapun maksud dan tujuan pembahasan makalah ini, yaitu berdasarkan rumusan
masalah.
1. Untuk mengetahui Perilaku Destruktif Masyarakat dan terjadinya Bencana
2. Untuk mengetahui Potensi Ancaman Bencana
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Bencana alam
4. Dapat menjelaskan Macam-Macam Bencana Alam Dan Cara
Mangantisipasinya
5. Dapat menjelaskan mengenai Sistem Penanggulangan Bencana
6. Untuk mengetahui Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat
7. Untuk mengetahui Peran Masyarakat Dalam Penaggulangan Bencana
1.3 Sasaran
Pembuatan Makalah ini di tujukan kepada Individu, Mahasiswa dan
Masyarakat luas di Indonesia untuk memberi pengetahuan lebih mengenal
Pemuda dan Sosialisasi didalam masyarakat maupun lingkungan sekitar. Sehingga
Pemuda sekarang ini dapat memperdalam ilmu mengenai masalah tersebut dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.
1.4 Metode Penulisan
Penulisan memakai kajian literature dan kepustakaan dalam penulisan
makalah ini. Referensi makalah ini bersumber tidak hanya dari buku, melainkan
dari media lain seperti website dan media masa yang di ambil dari internet.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka berikut penulis akan merumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa hubungan masyarakat hingga terjadinya bencana ?
2. Apa saja potensi ancaman dari bencana ?
3. Apa saja klasifikasi dari Bencana alam ?
4. Apa saja macam-macam bencana alam dan bagaimana cara
mangantisipasinya ?
5. Apa saja Sistem Penanggulangan Bencana ?
6. Bagaimana penanggulangan bencana berbasis masyarakat ?
7. Apa saja peran masyarakat dalam penaggulangan bencana ?
BAB III
3
PEMBAHASAN
perilaku dalam bahasa Inggris behavior adalah respon atau reaksi yang
dilakukan oleh makhluk hidup dalam situasi tertentu. Definisi lain perilaku adalah
cara bertindak seseorang terhadap orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2007), perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan
atau
lingkungan.
Adapun
kata
destruktif
menurut Kamus
dari
Besar
bahasa
Bahasa
laku
atau
dikemukakan Sumadi
perilaku
destruktif
Suryabrata
(1998)
atau
patologis.
memandang
Hal
Perilaku
senada
destruktif
longsor, badai
panas,hurikan, badai
liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.
Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar
yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Dua jenis bencana
alam yang diakibatkan dariluar angkasa jarang mempengaruhi manusia,
seperti asteroid dan badai matahari. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala
yang sangat alamiah dan biasa terjadi pada bumi. Namun, hanya ketika gejala
alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan segala produk budidayanya
(kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat menyebutnya sebagai bencana.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan
dengan pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya
gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah
"alam" juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau
malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga
tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang
mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun
demikian
pada
daerah
yang
memiliki
tingkat
bahaya
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastrukturinfrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan
serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana
dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap
bencana yang cukup.
3.2 Potensi Ancaman Bencana
Bencana dapat disebabkan oleh kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah
manusia (man-made disaster). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan bencana
antara lain:
1.
Bahaya alam (natural hazards) dan bahaya karena ulah manusia (manmade hazards) yang menurut United Nations International Strategy for Disaster
Reduction (UN-ISDR) dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi
(geological hazards), bahaya hidrometeorologi (hydrometeorological hazards),
bahaya biologi (biological hazards), bahaya teknologi (technological hazards)
dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation)
2.
3.
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera ? Jawa - Nusa Tenggara ? Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat (Arnold, 1986).
bencana
alam
berdasarkan
penyebabnya
dibedakan
dan
gunung
meletus
terjadi
di
hanya
sepanjang
jalur-jalur
Aliran
lahar
dapat
berupa
banjir
lumpur
atau
ada
daerah-daerah
yang
banyak
merugikan
banyak
pihak
Berdasarkan
sumber
air
yang
ke aliran sungai
Timbulnya penyakit-penyakit
Menghambat transportasi darat
d. Cara Mengantisipasi Banjir
membersihkan saluran air dari sampah yang dapat menyumbat aliran air
sehingga menyebabkan terjadinya banjir.
mengeruk sungai-sungai dari endapan-endapan untuk menambah daya
tampung air.
membangun rute-rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru, sistemsistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang berlebihan terhadap
sungai.
tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi daerah
lokasi penyerapan air.
tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul akan
sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus menerus
air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan akan menggerus
tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah longsor.
membuat tembok-tembok penahan dan tanggul-tanggul di sepanjang
sungai, tembok-tembok laut di sepanjang pantai-pantai dapat menjaga
tingkat ketinggian air agar tidak masuk ke dalam daratan.
2. Gempa Bumi
Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai
dari yang tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Kebanyakan
gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang
dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Gempa bumi biasanya terjadi di
perbatasan lempengan lempengan tersebut. Beberapa gempa bumi lain juga dapat
terjadi karena pergerakanmagma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Gempa bumi merupakan gejala alam yang sampai sekarang masih sulit untuk
diperkirakan kedatangannya. Sehingga dapat dilihat bahwa gejala alam ini
sifatnya seolah-olah mendadak dan tidak teratur. Dengan sifat seperti ini, ketika
usaha-usaha untuk memperkirakan masih belum menampakkan hasil, maka usaha
yang paling baik dalam mempersiapkan diri dengan cara mengatasi bencana alam
ini
adalah
denganmitigasi.
11
12
13
4.GunungMeletus
Gunung meletus adalah gunung yang memuntahkan materi-materi dari
dalam bumi seperti debu, awan panas, asap, kerikil, batu-batuan, lahar panas,
lahar dingin, magma, dan lain sebagainya. Gunung meletus biasanya bisa
diprediksi waktunya sehinggi korban jiwa dan harta benda bisa diminimalisir.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan magma
yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu
dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa
membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus
disebut gunung berapi aktif.
Ciri-ciri gunung berapi akan meletus
Gunung berapi yang akan meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara
lain :
5.TanahLongsor
Tanah longsor merupakan jenis gerakan tanah. Tanah longsor sendiri
merupakan gejala alam yang terjadi di sekitar kawasan pegunungan. Semakin
curam kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar pula kemungkinan terjadi
longsor. Longsor terjadi saat lapisan bumi paling atas dan bebatuan terlepas dari
bagian utama gunung atau bukit. Pada dasarnya sebagian besar wilayah di
Indonesia merupakan daerah perbukitan atau pegunungan yang membentuk lahan
miring. Lahan atau lereng yang kemiringannya melampaui 20 umumnya berbakat
untuk bergerak atau longsor. Tapi tidak selalu lereng atau lahan yang miring
berpotensi
Secara
garis
untuk
besar
faktor
penyebab
longsor.
tanah
longsor
sebagai
berikut.
a.Faktor alam
14
Kondisi geologi antara lain batuan lapuk, kemiringan lapisan tanah, gempa
bumi dan letusan gunung api.
Iklim yaitu pada saat curah hujan tinggi.
Keadaan topografi yaitu lereng yang curam.
b.Faktor manusia
air tanah.
Pembebanan berlebihan dari bangunan di kawasan perbukitan.
3.5 Sistem Penanggulangan Bencana
mungkin
untuk
mencegah,
mengurangi,
menghindari
dan
16
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat ditarik suatu kesimpulan :
Bahwa bencana terjadi disebabkan oleh perbuatan manusia. Fenomena
alam pun membuktikan demikian. Sesuai dengan hukum aksi-reaksi. Bila alam
diperlakukan negatif dan destruktif, maka alam akan memberikan reaksi yang
sama. Ketika manusia sudah tidak memperhatikan alam, seperti membangun
perumahan di daerah-daerah tempat serapan air, sehingga akan menimbulkan
terjadinya banjir. Demikian pula bila hutan-hutan, gunung dan bukit digunduli
maka akan menimbulkan terjadinya banjir dan longsor. Terjadinya global warming
(pemanasan global) juga disebabkan oleh ulah manusia yang semena-mena.
18
4.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan
makalah ini.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Marwanto,
12
November
2006.
Dampak
permasalahan
lingkungan.
Jakarta:Kompas
Cahya Menethil, perilaku manusia dan terjadinya bencana,
(wordpress.com: cahyamenethil, 2010)
Abd. Rohim Ghazali. 2008. Definisi dan Jenis Bencana Alam. Logos Wacana
Ilmu, Jakarta.
Suhermanto, permasalahan bencana, (blogspot.com : suhermanto, 2012 )
Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
19
20