Anda di halaman 1dari 37

TUGAS BESAR PLAMBING

GEDUNG B UDINUS SEMARANG

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Kebutuhan Air
Penentuan Kebutuhan Air Bersih
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu gedung, kapasitas

peralatan dan dimensi pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air (kebutuhan
air bersih) dari tiap-tiap peralatan plambing yang ada dalam gedung yang harus
disediakan untuk gedung tersebut.
Untuk memperkirakan besarnya laju aliran air, terdapat 3 metode yang dapat
digunakan, yaitu :
Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing
(Morimura, Noerbambang, 1993)
2.1.1 Penaksiran berdasarkan jumlah pemakai (penghuni)
Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari dari tiap
penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan diketahuinya jumlah penghuni,
maka angka tersebut digunakan untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari
berdasarkan standar pemakaian air per orang per hari tergantung dari
peruntukan gedung tersebut. Apabila jumlah penghuni tidak diketahui, dapat
ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian per luas lantai.
Tabel Pemakaian air rata-rata per orang per hari (tabel 3.12 pada buku
Perancangan

dan

pemeliharaan

sistem

plambing,

MORIMURA

dan

NOERBAMBANG hal. 48) dapat dipakai sebagai acuan, tetapi harus tetap
diperiksa kondisi pemakaian gedung yang dirancang.
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Pemakaian
No.

Jenis

Air

Rata-rata Sehari

Gedung
(liter)

Jangka
Pemakaian

Waktu Perbanding
Luas
Rata- an

rata Sehari

lantai
Efektif/total

( jam)

(%)

80

100

60 - 70

SLTA dan
1.

lebih
tinggi

2.

Gedung
Kantor

Keterangan

Guru

dosen 100L
Setiap
pegawai

Tabel 2.1 Pemakaian air rata-rata per orang setiap hari


(Morimura, Noerbambang, 1993)
2.1.2 Penaksiran berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing
Metode ini dipakai bila kondisi pemakaian dan jumlah dari setiap jenis alat
plambing diketahui. Tabel jumlah alat plumbing berdasarkan jumlah penghuni
(Plumbing System, Wentz hal. 187), tabel Pemakaian air tiap alat plambing, laju
aliran airnya dan ukuran cabang (tabel 3.13 Perancangan dan pemeliharaan sistem
plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 49) dan Tabel Faktor
pemakaian (%) dan jumlah alat plambing (tabel 3.15 Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 66)

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

atau

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

dapat digunakan sebagai referensi dalam perhitungan kebutuhan air rata-rata.

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Tabel 2.2 Jumlah alat plumbing berdasarkan jumlah penghuni


(ANSI A40-1993 Standard, Safety Requirements for Plumbing)

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

Pipa Cabang Air


Pemakaian
No.

Nama

Alat

Plumbing

Air

untuk

Penggunaan
Sekali

Pipa
Penggunaan Laju
Perjam

aliran

(Liter/menit)

Waktu
Pengisian
(detik)

(Liter)

Bersih

ke

Sambungan Plumbing
Alat
(mm)
Plumbing
Pipa
Tembaga4)
(mm)
Baja

Kloset

(dengan 13,5 16,5

6 12

110 - 180

8,2 10

24

322)

25

12 20

30

10

13

203)

13

6 12

15

40

13

20

13

6 12

15

60

13

20

13

tangki gelontor)
2

Peturasan

(dengan 5

katup gelontor)
3

Bak

cuci

tangan 10

biasa (lavatory)
4

Bak

cuci

dapur 15

Alat

(sink) dengan kran


13 mm

Tabel 2.3 Pemakaian Air Tiap Alat Plumbing, Laju Aliran air, dan Ukuran Pipa Cabang Air

(Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 49, Morimura dan Noerbambang,1985)

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Jumlah Alat
Plumbing

Jenis

12

16

24

32

40

50

70

100

50

50

40

30

27

23

19

17

15

12

10

Satu 2

10

100

75

55

48

45

42

40

39

38

35

33

Dua

10

13

16

19

25

33

Alat

Plumbing
Kloset
dengan katup
gelontor

Alat

plumbing
biasa

Tabel 2.4 Faktor Pemakaian Serentak (%) dan Jumlah Alat Plumbing
(Morimura dan Noerbambang,1985)

2.1.3 Penaksiran berdasarkan unit beban alat plambing


Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban
(fixture unit). Untuk setiap bagian pipa, besarnya unit beban dari semua alat plambing
dijumlahkan, kemudian ditentukan besarnya laju aliran air dengan memplotkan antara
unit beban alat plambing dengan laju aliran air dengan kurva pada kurva hubungan
antara unit beban alat plambing denga laju aliran (Gb. 3.61. pada Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 67)
Dalam menentukan besarnya laju aliran air dengan kurva tersebut, perlu dimasukkan
faktor kemungkinan penggunaan serempak dari masing-masing alat plambing. Tabel
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Unit alat plambing untuk penyediaan air dingin (tabel 3.16 Perancangan dan
pemeliharaan sistem plambing, MORIMURA dan NOERBAMBANG hal. 68)
memberikan besarnya unit beban untuk setiap alat plambing.
Unit
Jenis

Jenis

alat plambing

penyediaan air

plambing
Untuk
pribad
i

Kloset

alat

Untuk
umum

Tangki gelontor

Tangki gelontor

Bak cuci tangan

Keran

faucet

Keran

Peturasan terbuka
(urinal stall)

Tabel 2.5 Unit Beban Alat Plumbing Untuk Air Bersih


(Morimura dan Noerbambang, 1985)

Untuk menentukan kebutuhan air yang diperlukan perancangan diameter pipa


yaitu kebutuhan air jam maksimum yang diperoleh dari pemakaian air rata-rata.
Rumus yang digunakan adalah
Qh = Qd/T
dimana :
Qh = Pemakaian air rata-rata (m3/jam)
Qd = Pemakaian air rata-rata sehari (m3)
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

= Jangka Waktu pemakaian

Kebutuhan air jam Maksimum :


Qh max = C1 x Qh
dimana: C1 = konstanta yang berkisar antara 1,5 2
Kebutuhan air menit maksimum:
Qh max = C2 x (Qh/60)
dimana : C2 = konstanta yang berkisar antara 3 4
(Morimura dan Noerbambang,1985)

2.2 Sistem Perpipaan Air Bersih


2.2.1 Jenis Jenis Sistem Penyediaan Air Bersih
2.2.1.1 Sistem sambungan langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan
pipa utama penyediaan air minum. Sistem ini digunakan untuk gedung/ rumah yang
memiliki kebutuhan dan tekanan yang sama dengan atau lebih kecil dari kapasitas
dan tekanan dari sistem penyediaan air minum.
2.2.1.2 Sistem tangki atap
Sistem ini digunakan apabila berbagai alasan tidak dapat diterapkan selain itu
juga untuk bangunan dengan kebutuhan yang lebih besar dari kapasitas sistem,
namun mempunyai tekanan yang mencukupi. Dalam sistem ini air ditampung terlebih
dahulu dalam tangki bawah (dipasang di lantai terendah bangunan atau di bawah
permukaan tanah), kemudian dipompakan ke tangki atas yang biasanya dipasang di

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

atas atap atau di lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini, air didistribusikan ke
seluruh bangunan.
Pada tanki atap dan tanki bawah harus dipasang alarm yang memberikan tanda
suara untuk muka air rendah dan air penuh. Tanda ini biasanya dipasang di ruang
kontrol atau ruang pengawas instalasi bangunan.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan
ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam
keadaan demikian ketinggian lantai paling atas yang dapat dilayani akan bergantung
pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
(Morimura dan Noerbambang,1985)

2.2.1.3 Sistem tangki tekan


Sistem ini digunakan untuk bangunan yang memerlukan tekanan melebihi
tekanan yang tersedia dan kebutuhan air juga melebihi kapasitas yang tersedia. Air
dari tangki tersebut dialirkan dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara
otomatis dan diatur oleh detektor tekanan, yang menutup atau membuka saklar motor
listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja bila tekanan tangki mencapai batas
maksimum yang ditetapkan dan bekerja kembali setelah tekanan mencapai batas
minimum yang ditetapkan.
(Morimura dan Noerbambang,1985)
2.2.1.4 Sistem tanpa tangki ( booster system )
Sistem ini juga digunakan untuk bangunan dengan tekanan yang tidak
mencukupi. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama. Sistem ini dilarang di Indonesia, baik oleh

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Perusahaan Air minum (PAM) maupun pada pipa-pipa utama dalam pemukiman
khusus (tidak untuk umum).
(Morimura dan Noerbambang,1985)

2.2.2 Ground Reservoir


Penentuan kapasitas ground reservoir ini didasarkan pada besarnya suplai air
yang masuk, yaitu dari jaringan pipa PDAM. Besarnya suplai ini dianggap 100%,
artinya bahwa air yang nantinya akan dipergunakan dalam gedung perkantoran ini
semuanya berasal dari PDAM tanpa ada sumber tambahan. Hal ini bisa diasumsi
bahwa suplai air dari jaringan PDAM kuantitasnya mencukupi - juga pada saat peak
time - hanya saja faktor head tidak memenuhi sehingga diperlukan suatu reservoir
dimana air nantinya dipompa ke roof tank.
Pada perencanaan ini dianggap bahwa aliran dari PDAM mengalir secara
kontinu selama 24 jam. Sehingga besarnya suplai dari PDAM untuk setiap jamnya
dapat ditentukan berikut :
% suplai per jam = besar suplai / 24 jam
Persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan ground reservoar sebagai
berikut :
VR

= (% kebutuhan air per-jam - % pelayanan air) x jam pemakaian x Qd

di mana :
VR

= Volume Ground Reservoar ( m3 )

Qd

= Kebutuhan air rat-rata per hari (m3/hari )

Tinggi total : tinggi ground tank + free board + muka air min
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Pengisian kekurangan air bersih dilakukan pada saat bukan jam kantor dan
selama jam kantor PDAM terus mensuplai air bersih, sehingga kebutuhan air dalam
sehari dapat terpenuhi.
2.2.3 Roof Tank
Roof tank atau elevated reservoir atau tangki atap dimaksudkan untuk
menampung kebutuhan puncak dan biasanya disediakan dengan kapasitas cukup
untuk kebutuhan puncak tersebut.

Volume roof tank dihitung berdasarkan jumlah

air yang dicadangkan untuk setiap peralatan plumbing.


Volume efektif yang dibutuhkan dapat dihitung sebagai berikut :
VE = [(Qhm-,ax) (Qh-max)] x TP + (QPU+TPU)

2.2.4 Penentuan Tekanan Air


Tekanan air yang kurang mencukupi dapat menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan alat plumbing,
ketidaknyamanan (rasa sakit) pada saat pemakaian kran atau pancuran serta juga
dapat menimbulkan pukulan air. Besarnya tekanan air tergantung pada persyaratan
pemakai dan alat yang harus dilayani.
Secara umum dikatakan bahwa besarnya tekanan standar adalah 1 kg/cm2,
tekanan statik diusahakan antara 4-5 kg/cm2 untuk perkantoran, dan 2,5 3,5 kg/cm 2
untuk perumahan. Alat-alat plambing tidak akan berfungsi dengan baik apabila
tekanan airnya kurang dari batas minimum yang terdapat pada tabel, sbb:

Nama Alat Plambing

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

Tekanan

yang Tekanan Standar

Dibutuhkan (kg/cm2)

(kg/cm2)

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Katup gelontor kloset

0,7

Katup gelontor peturasan

0,4

Keran biasa

0,3

1,0

Tabel 2.6 Tekanan Yang Dibutuhkan Alat Plumbing


(Morimura dan Noerbambang,1985)
2.2.5 Penentuan Kecepatan Aliran
Biasanya standar kecepatan adalah 0,6 1,2 m/dt dan batas maksimumnya
adalah 1,5 2,0 m/dt. Kecepatan aliran yang terlalu rendah dapat menimbulkan efek
yang kurang baik dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air.
Kecepatan terlalu tinggi akan menambah kemungkinan adanya pukulan air, suara
berisik dan kadang-kadang menyebabkan ausnya permukaan pipa.
(Morimura dan Noerbambang,1985)

2.2.6 Penentuan Dimensi Pipa


Ukuran pipa ditentukan berdasarkan laju aliran puncak. Di samping itu ada
tambahan pertimbangan-pertimbangan lain yang didasarkan pada pengalaman
perancangan. Pada bebeapa bagian dari sistem pipa tersebut akan diperoleh diameter
pipa yang lebih besar dari yang ditentukan berdasarkan perhitungan. Hal ini terutama
apabila makin besar kemungkinan penggunaan serentak dari peralatan plambing
tersebut.
A. Dimensi Pipa Induk

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Pipa induk adalah pipa yang menghubungkan sumber air (sumur)


dengan reservoir 1 (ground tank).Diameter pipa induk ditentukan
berdasarkan debit rata-rata. Berdasarkan persamaan:
Q = V x A A = x D2 x Q = V. x D2 x
Dengan asumsi aliran air dalam pipa mempunyai kecepatan 1,5 3 m/det
D=

4 xQ
Vx

Dimana:
D

= diameter pipa (cm atau mm atau inch)

= debit rata-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det )

= asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)

Dari rumus tersebut akan didapatkan diameter pipa induk sehingga dapat
dihitung kecepatan aliran air dalam pipa dengan menggunakan rumus:
V = Q/A
Dimana :
Q

= debit rta-rata (kebutuhan air rata-rata) (m3/det)

= luas pipa

= kecepatan aliran dalam pipa

B. Dimensi Pipa Penghantar dari Pompa Ground Tank ke Roof Tank


Debit yang dipakai untuk menentukan dimensi pipa penghantar yaitu
debit pompa, dengan rumus sebagai berikut:
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Dengan asumsi kegiatan perkantoran berlangsung selama 8 jam yaitu mulai


08.00-16.00.
Q pompa

= 24jam/8 jam x Q rata-rata

Q=VxA
A = x D2 x Q = V. x D2 x
Asumsi aliran air dalam pipa memiliki kecepatan di antara 0.9 - 3 m/detik.
Diameter pipa = D =

4 xQ p
Vx

Dimana:
D

= diameter pipa (cm atau mm atau inch)

= debit pompa (m3/det )

= asumsi kecepatan aliran air dalam pipa (m/det)


Setelah diperoleh diameter pipa maka dapat ditentukan beasrnya

kecepatan aliran dalam pipa dengan rumus:


V=Q/A
Dimana :
Q

= debit pompa (m3/det)

= luas pipa

= kecepatan aliran dalam pipa

C. Dimensi Pipa Horisontal dan Pipa Tegak


Dalam menentukan ukuran pipa perlu juga dipertimbangkan batas
kerugian gesek atau gradien hydraulic yang diijinkan, demikian juga batas
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

kecepatan tertinggi yang biasanya 2 m/dtk atau kurang. Ada dua metode
penentuan dimensi pipa air bersih yang dapat dipakai, yaitu:
1. Metode Ekivalensi Tekanan Pipa
Metode ini didasarkan pada konsep sirkuit tertutup pipa-pipa
cabang yang bermula dari pipa terjauh menuju ke pipa pengumpul
(header). Pertama yang harus dilakukan yaitu mencari fixture unit dari
masing-masing alat plumbing (plumbing fixture) pada setiap sektor
(tabel 2.5). Dari kumulatif fixture unit dapat ditentukan besarnyanya
flow (debit) dengan cara membaca gambar di baeah ini:
Gambar 2.5
Hubungan Antara Unit Beban Alat Plumbing dengam flow
(Morimura dan Noerbambang,1985)

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Gambar 2.6 Diagram Aliran Pipa PVC Kaku


(Morimura dan Noerbambang, 1993)

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Kurva 1) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan katup


gelontor.
Kurva 2) untuk sistem yang sebagian besar menggunakan tangki
gelontor.
Panjang Equivalen Fitting

Tabel 2.8 Panjang ekuivalen untuk Katup dan Perlengkapan lainnya


(Morimura dan Noerbambang,1993)

2. Metode Kerugian Gesek Yang Diijinkan


Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung dengan rumus:
R = (1000) (H H1) / (l + l)
dimana:
R

= Kerugian gesek yang diijinkan (mm air/m)

= Head statik pada alat plambing (m)

H1

= Head standart pada alat plambing (m)

= Panjang lurus pipa (m)

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

= Panjang ekivalen perlengkapan pipa (m)


Selain rumus di atas, ada juga rumus yang dapat digunakan untuk

memperhitungkan kerugian gesek yang diijinkan, yaitu:


R = (1000) (H H1) / K(L + 1)
di mana:
R

= Kerugian gesek yang diijinkan (mm air/m)

= Head statik pada alat plambing (m)

H1

= Head standart pada alat plambing (m)

= Koefisien sistem pipa (2 3)

= Penjang pipa lurus, pipa cabang (m)

Koefisien sistem pipa perlu ditentukan di sini, karena pada awal perancangan
perlu ditetapkan perbandingan (ratio) antar panjang pipa (termasuk panjang ekivalen)
terhadap tahanan lokal pipa. Menurut pengalaman, koefisien K sebesar 2,0 sampai 3,0
biasanya cukup. Perancang dapat mengurangi koefisien K ini, asal setelah ukuranukuran pipa diperoleh, koefisien ini diperiksa kembali. Kalau sistem pipa mempunyai
banyak cabang, koefisien K bertambah besar.
Kerugian gesek yang diijinkan dapat dihitung untuk pipa dengan laju aliran
tertinggi. Untuk lantai yang lebih rendah dari lantai tertinggi, harus dikurangkan
dengan kerugian gesek pipa utama antara lantai tersebut sampai lantai tepat di
atasnya.
Jadi untuk kerugian gesek yang diijinkan untuk lantai ke n , dapat dihitung
dengan rumus:
Rn = (HnRn-1(Ln-1+Ln-1) - R n-2(Ln-2+Ln-2 ) H1nx1000) / K(Ln+l n)
di mana:

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Rn

= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n)

Rn-1

= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-1)

R n-2

= Kerugian gesek yang diijinkan pada lantai ke (n-2)

Hn

= Head statik pada alat plambing lantai ke-n

H1n

= Head statik standar pada alat plambing lantai ke-n

= Koefisien sistem pipa

Ln

= Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n)

Ln-1

=Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-1)

Ln-2

=Panjang lurus pipa utama pada lantai ke (n-2)

ln

= Panjang lurus pipa-pipa cabang pada lantai ke (n)

Dalam menghitung kerugian gesek yang diijinkan, perlu dicari dahulu keadaan
yang paling buruk, misalnya pada suatu sistem penyediaan air dengan tangki atap,
ditinjau dari tekanan yang tersedia, perlu diperiksa lebih dahulu alat plumbing mana
yang akan mendapat tekanan paling rendah, yang terletak pada jarak vertikal paling
rendah/pendek dari tangki atap. Perhitungan kemudian dilakukan terhadap alat
plumbing yang mendapat tekanan akhir (tekanan sisa) paling rendah.
(Morimura dan Noerbambang,1993)

2.2.7 PEMOMPAAN
Dalam memilih suatu pompa untuk tujuan tertentu harus tersedia data-data
mengenai sistem pemompaan maupun data pompa-pompa yang ada di pasaran yang
didapat dari brosur pompa yang dikeluarkan suatu pabrik.
Data mengenai sistem pemompaan yang harus tersedia adalah sebagai berikut :

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

1. Kapasitas sistem
2. Head sistem yang didasarkan pada:

kondisi suction

kondisi discharge

3. Daya / energi yang tersedia


2.2.7.1 Kapasitas sistem
Dalam menentukan kapasitas pompa, perlu diketahui kondisi sistem
pemompaan. Pada sistem distribusi air minum, kapasitas yang harus dialirkan
tergantung dari kebutuhan air daerah pelayanan (gedung perencanaan), dimana
kebutuhan air berfluktuasi tergantung dari pemakaiannya.Dalam merencanakan
sistem pompa distribusi dan menentukan kapasitas pompa distribusi, diperlukan data
berupa perkiraan kebutuhan air maksimum, kebutuhan air rata-rata dan kebutuhan air
minimum.
2.2.7.2 Head Sistem
Head menunjukkan energi atau kemampuan untuk usaha persatuan massa.
Dalam pompa, head adalah ukuran energi yang diberikan ke air pada kapasitas dan
kecepatan operasi tertentu, sehingga air dapat mengalir dari tempat yang rendah ke
tempat yang tinggi. Dalam sistem pompa ada beberapa macam head :

Head Statik

Head kecepatan

Headloss

Persamaan untuk head total pompa :


H = Hf + HS + HV + RH
di mana :
H = head total
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

HS = head statik pompa


HV=

v2
2g

Hf = head mayor + head minor


RH = head sisa tekan (residu head)
Untuk menghitung headloss pipa dapat menggunakan dua cara yaitu:
1. Persamaan head akibat gesekan :
Q 1,85
(0,2785 xD 2 ,63 xC )1,85

hmayor

hminor

= 10% x hminor

Dimana :
Hf = kehilangan tekanan akibat gesekan (m)
Q = debit air dalam pipa (m3/dt)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
L = Panjang jalur pipa (m)
2. Headloss dicari dengan cara menjumlakan panjang pipa dan panjang equivalen
(Leq) fitting. Cara ini terdapat dalam buku Plambing Harold E. Babbitt
(Gambar 2.16, Tabel 2.7, Gambar 2.17, Gambar 2.18).Untuk cara
perhitungannya sudah dijelaskan didepan yaitu pada penentuan dimensi pipa
horisontal dan pipa tegak.
2.2.7.3 Daya dan Efesiensi Pompa
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Data mengenai daya/energi yang tersedia diperlukan untuk menentukan motor


yang digunakan untuk menggerakkan pompa. Penggunaan motor yang tidak sesuai
dengan daya yang tersedia akan mempengaruhi operasi pompa dan umur dari pompa
maupun motor itu sendiri.
Energi yang secara efektif diterima zat cair dari pompa persatuan waktu disebut
daya air (Whp = Water Horse Power). 1 Whp = 746 watt.
Persamaannya adalah :
Whp = (Q.H.)/75 atau P = Q.g.H.
di mana :
Whp

= Water horse power

= berat jenis zat cair (kg/m3)

= massa jenis

= total head pompa

= daya pompa (kWatt)

Sedangkan untuk efesiensi pompa adalah nilai (Whp/Bhp), dimana Bhp adalah
daya poros yaitu energi yang diperlukan utnuk menggerakkan pompa per satuan
waktu (Bhp = Brake horse power).
2.3 Sistem Perpipaan Air Buangan Dan Vent
2.3.1 Klasifikasi Sistem Pembuangan Air
Sistem pembuangan air umumnya dibagi dalam beberapa klasifikasi menurut
jenis air buangan, cara membuang air dan sifat-sifat lain dari lokasi dimana saluran
itu akan dipasang.
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Klasifikasi menurut jenis air buangan:

Sistem pembuangan air kotor

Sistem pembuangan air bekas

Sistem pembuangan air hujan

Sistem air buangan khusus

Sistem pembuangan air dari dapur

Klasifikasi menurut cara pembuangan air:

Sistem pembuangan air campuran

Sistem pembuangan air terpisah

Sistem pembuangan tak langsung

Klasifikasi menurut cara pengalirannya:

Sistem gravitasi

Sistem bertekanan.
(Morimura dan Noerbambang,1993)

2.3.2 Bagian-Bagian Sistem Pembuangan


Sistem pembuangan terdiri dari :
1.

Pipa pembuangan alat plambing


pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa
pembuangan lainnya, dan biasanya dipasang tegak

2.

Cabang mendatar
pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa pembuangan alat
plambing dengan pipa tegak air buangan.

3.

Pipa tegak air buangan

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang mendatar.


4. Pipa tegak air kotor
pipa tegak untuk megalirkan air kotor dari cabang-cabang mendatar.
5.

Pipa atau saluran pembuangan gedungpipa pembuangan dalam gedung, yang


mengumpulkan air kotor, air bekas dari pipa-pipa tegak air buangan.

6. Riol gedung
Adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan
gedung dengan riol umum.

2.3.3 Kemiringan dan Kecepatan Aliran Pipa Pembuangan.


Sistem pembuangan harus mengalirkan dengan cepat air buangan yang
biasanya mengandung bagian-bagian padat dan pipa pembuangan harus mempunyai
ukuran serta kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyak dan jenis air buangan
yang harus dialirkan.
Biasanya pipa dianggap tidak penuh berisi air buangan, sehingga bagian atas
yang kosong cukup untuk mengalirkan udara.
Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 1,2 m/detik. Apabila
kecepatan dalam pipa terlalu rendah, kotoran dalam air buangan dapat menyumbat
pipa. Sebaliknya bila terlalu cepat menyebabkan turbulensi aliran, yang dapat
menimbulkan tekanan dalam pipa.
(Morimura dan Noerbambang,1993)

2.3.4 Penentuan Dimensi Pipa Pembuangan

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Ukuran pipa pembuangan didasarkan pada besarnya unit beban alat plambing
dari alat-alat plambing yang dilayani.
Selain itu perlu diperhatikan hal-hal antara lain :
Ukuran minimum pipa cabang mendatar
sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing.
Ukuran minimum pipa tegak

sama dengan diameter terbesar pipa cabang mendatar yang disambung ke pipa
tegak.
Pengecilan ukuran pipa

tidak boleh diperkecil diameternya dalam arah aliran air buangan.


Pipa bawah tanah

Pipa air buangan yang ditanam dalam tanah atau dibawah lantai minimal
berukuran 50 mm.
Interval cabang

Adalah jarak pada pipa tegak antara 2 titik, dimana pipa cabang mendatar
disambung pada pipa tegak. Jarak ini sekurang-kurangnya 2,5 m.

No

1
2

Alat Plambing

Kloset
Bak

Cuci

Tangan

(lavatory)
Buangan Lantai Floor
Drain

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

Diameter

Diameter

Pipa

Perangkap

Buangan

Alat

Minimum

Plambing

Minimum

(mm)

(mm)

75

75

32

32-40

40-75

40-75

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Tabel 2.8 Diameter Minimum, Perangkap dan Pipa Buangan Alat Plambing
(Morimura dan Noerbambang,1993)
Diameter
Perangkap
No

Minimum

Unit Alat

(mm)

sebagai beban

75

(lavatory)
32
Buangan Lantai Floor

Alat Plambing
Kloset
:

Gelontor
Bak
Cuci

Plambing

Tangki
Tangan

3
Drain
40
0,5
4
Urinoir
40
4
Tabel 2.9 Unit Alat Plambing sebagai Beban (Setiap Alat)
(Morimura dan Noerbambang,1993)

Diameter Beban Maksimum Unit Alat Plambing yang boleh disambung


Pipa

Jumlah untuk satu pipa tegak


Unit

Alat

Unit

Jumlah untuk cabang satu tingkat


Alat Unit

Alat

Unit

Plambing

Reduksi Plambing

Plambing

Reduksi Plambing

(mm)

(praktis)

(%)

(NPC)

(praktis)

(%)

(NPC)

32

100

100

40

100

100

50

24

100

24

100

65

48

90

41

100

75

54

90

60

14

90

16

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

Alat

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

100

400

80

500

72

80

90

Tabel 2.10 Beban Maksimum Unit Alat Plambing yang Diijinkan untuk Cabang
Horisontal dan Pipa Tegak Buangan
(Morimura dan Noerbambang, 1993)

Diameter pipa buangan alat plambing


atau perangkapnya (mm)
32 atau kurang

Unit alat plambing sebagai beban


1

40

30

65

75

100

6
Tabel 2.11 Unit alat plambing sebagai beban, untuk alat plambing yang tidak
ada pada tabel 5.4 Buku Morimura
(Morimura, Noerbambang, 1993)

2.3.5 DASAR-DASAR SISTEM VENT


2.3.5.1 Jenis Sistem Vent dan Pipa Vent
Sistem vent merupakan bagian yang penting dari suatu sistem pembuangan.
Jenis pipa vent yang utama adalah:
1. Sistem vent tunggal
Dipasang untuk melayani suatu alat plambing dan disambungkan kepada sistem
vent lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

2.

Sistem vent lup


Dipasang untuk dua atau lebih perangkat alat plambing dan disambungkan pada
pipa vent tegak.

3. Sistem vent pipa tegak


Merupakan perpanjangan dari pipa tegak air buangan, diatas cabang mendatar
pipa air buangan tertinggi.
4. Sistem vent bersama
melayani perangkap dari 2 alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau
sejajar. Pipa ini dipasang pada pipa pengering bersama kedua alat plambing.
5. Sistem vent basah
Yaitu vent yang sekaligus menerima air buangan selain dari buangan kloset.
6. Sistem vent balik
pipa vent tunggal yang membelok ke atas sampai lebih tinggi dari muka air
banjir alat plambing kemudian membelok ke bawah dan mendatar pada lantai
gedung untuk disambung pada vent pipa tegak.
7. Sistem vent pelepas
pipa vent untuk melepas tekanan udara dalam pipa pembuangan air.
Ukuran pipa vent didasarkan pada nilai unit beban alat plumbing dari pipa air
buangan yang dilayani dan panjang pipa vent tersebut. Bagian pipa vent mendatar,
tidak termasuk pipa vent dibagian bawah lantai, tidak boleh lebih dari 20 % dari total
panjangnya.
Tabel 2.8 Unit Beban Beberapa Alat Plambing
Unit

alat

Jenis

Jenis

alat plambing

penyediaan air

plambing
Untuk Untuk

Katup gelontor

pribadi umum
6
10

Kloset
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Kloset
Peturasan terbuka
(urinal stall)
Peturasan terbuka
(urinal stall)
Bak cuci tangan
Bak cuci bersama

Tangki gelontor

Katup gelontor

Tangki gelontor

Keran
(untuk

tiap

2
keran)
Sumber: Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, hal 68, Morimura dan
Noerbambang,1985

Tabel 2.9 Kapasitas Pipa Cabang, Pipa Tegak dan Pipa Air Buangan Gedung
Maximum number of fixture units that may be connected to :
Building drains or sewer

Stacks
Stacks

Diamete
r of pipe,

One

in.

over

horizontal three
branch
branch
1/8

three or more

with not branch

Fall per foot

1/16

with

1/4

intervals

intervals
Per
branch
interval

Total
in
stack

21

26

10

24

24

31

12

20

42

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

27

36

20

30

11

60

180

216

250

160

240

90

500

390

480

575

360

540

200

1,100

700

840

1,000

620

960

350

1,900

1,400 1,600 1,920

2,300

1,400

660

3,600

10

2,500 2,900 3,500

4,200

2,500

1,000

5,600

12

3,900 4,600 5,600

6,700

3,900

1,500

8,400

15

7,000 8,300 10,000 12,000 7,000

Sumber: Plumbing hal 270,, Harold E. Babbitt.1960

Tabel 2.10 Unit Beban Pipa Air Buangan , Pipa Trap dan Vent
Pipe diameter,

Drains and traps

Vents

in.

Private building

Public building

18

10

72

12

384

Sumber: Plumbing hal 270, Harold E. Babbitt.1960

2.4 Septic Tank


SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

2.4.1 Pengertian Septictank


Menurut SNI 0 3 - 2 3 9 8 2 0 0 2 Tangki Septik adalah suatu ruang kedap air
atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air
limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang lambat, sehingga memberikan
kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspense benda-benda padat dan
kesempatan untuk menguraikan bahan-bahan organic oleh jasad anaerobic untuk
membentuk bahan larut dan gas.
Terdapat dua septic tank, sistem tercampur yaitu tangki septik yang digunakan
hanya dari buangan kakus dan sistem terpisah tangki septik yang digunakan hanya
dari buangan kakus.
2.4.2 Persyaratan Tangki septik
1. Bahan bangunan pemakaian bahan bangunan dan persyaratan bangunan
untuk tangki septikdengan sistem resapan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
- bahan bangunan harus memenuhi persyaratan ketentuan SNI S-041989 mengenai spesifikasi bahan bangunan.
- bangunan tahan terhadap kedap air
2. B e n t u k d a n u k u r a n Bentuk dan ukuran ditentukan sebagai berikut
a. tangki septik segi empat dengan perbandingan panjang dan lebar
2 : 1

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

sampal 3 :1, lebar tangki septik minimal 0,75 m dan panjang


tangki septik minimal 1,50 m,tinggi tangki minimal 1,5m termasuk
ambang batas 0,3 m.

G a m b a r 2 . Tan g k i S e p t i c Tan k
b.tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga
d a p a t b e r b e n t u k bulat dengan diameter minimal 1.2 m dan tinggi
minimal

1,5

termasuk

ambangbatas

bentuk

tangki

septik

ditentukan dalam gambar 1 dan gambar 2, sedangkan ukuran tangki


septk berdasarkan jumlah pemakai dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel
3 berikut:

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Tabel atas adalah Ukuran tangki septik sistem tercampur dengan periode
pengurasan 3 tahu
Tabel bawah adalah Ukuran tangki septik sistem terpisah dengan periode
pengurasan 3 tahun

3. Pipa penyalur air limbah rumah tangga


Ketentuan pipa penyalur air limbah rumah tangga adalah sebagai berikut:
a) diameter minimum 150 mm untuk pipa keramik atau pipa beton dan
110 mm (4)untuk pipa PVC.
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

b) sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air.
c) kemiringan minimum 2 perseratus (2 %)d) di setiap belokan melebihi
45 derajat dan perubahan belokan 22,5 derajat
d)harusd i p a s a n g l u b a n g p e m b e r s i h ( c l e a n o u t ) u n t u k p e n g o n t r o l a
n / p e m b e r s i h a n p i p a . Belokan 90 derajat sebaikyadihindari atau
dilaksanakan dengan membuat duakali belokan masing-masing 45 derajat
atau menggunakan bak kontrol.
4. Pipa aliran masuk dan aliran keluar Ketentuan pipa aliran masuk dan aliran
keluar adalah sebagai berikut:
a) pipa aliran masuk dan pipa aliran keluardapat berupa sambuangan T
atau sekat
b) pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari
pipa aliran masuk
c)sambungan T atau sekat harus terbenam 20 cm di bawa
h p e r m u k a a n a i r d a n menonjol minimal 15 cm di atas permukaan
air

5. Pipa udara
Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut:
a) tangkiseptik harus dilengkapi dengan pipa udara dengan dia
m e t e r 5 0 m m ( 2 ) tinggi

25

cm

dan

permukaan

tanah.b ) u j u n g p i p a u d a r a p e r l u d i l e n g k a p i d e n g a n
pipa U atau pipa T sedemikian rupasehingga lubang pipa udar
a menghadap ke
b a w a h d a n d i t u t u p d e n g a n k a w a t kasa.6 ) L u b a n g p e m e r i k s a Kete

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

ntuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut:a) tangki septik harus


diiengkapi dengan lubang pemeriksab) permukaan lubang pemeriksa harus
ditempatkan 10 cm diatas permukaan tanahc) lubang pemeriksa yang
bernentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2,bulat dengan
diameter 0,4 m.
6. Lubang pemeriksa
Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut:
a) tangki septik harus diiengkapi dengan lubang pemeriksab) permukaan lubang
pemeriksa harus ditempatkan 10 cm diatas permukaan tanahc) lubang
pemeriksa yang bernentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40)
m2,bulat dengan diameter 0,4 m.

7. Tangki septik dengan dua lubang


Untuk menaikkan efisiensi pengolahan, maka tangki septik dapat dibuat
menjadi 2bagian (2 ruangan) dengan ukuran panjang tangki ruang pertama 2/3
bagian, sedangruang yang kedua 1/3 bagian.
8.JarakJarak tangki septik atau sistem resapan ke suatu unit tertentu dapat
dipergunakanketentuan-ketentuan seperti pada tabel 4

9. Bak pembagi
SELLY MARWA BELA PRATIWI
21080113120054

TUGAS BESAR PLAMBING


GEDUNG B UDINUS SEMARANG

Tangki s eptik yang mempun yai bidang resapan lebih dari


s a t u j a l u r d i l e n g k a p i dengan bak pembagi dan harus terbuat dari
pasangan kedap air.

SELLY MARWA BELA PRATIWI


21080113120054

Anda mungkin juga menyukai