Racun adalah salah satu studi kuno forensik, dari kata Yunani Toxicon.
Hippocrates memperkenalkan toxicology dengan menggambarkan beberapa
efek racun. Catherine de Medici (1518-1589) bereksperimen dengan meracuni
masyarakat ekonomi rendah dan mencatat berbagai efek reaksi racun tersebut
(pada abad ini, perlakuan seperti itu melanggar hukum). Pada abag 19, dokter
Spanyol Mathieu Joseph Bonaventura Orfila (1787-1853) adalah ilmuwan
pertama yang memperkenalkan analisa kimiawi sebagai bukti keracunan di
pengadilan.
Pada abad 16, ilmu forensik berkembang dengan metode bedah mayat,
dengan Ambrose Pare (Ahli bedah tentara Perancis) dan Fortunando Fidelis,
Polo Zacchia (Italia) sebagai pioner dibidang ini. Dokter Perancis Fodere menulis
A treatise on forensik medicine and public health
Pada abad 20, FBI (Federal Bureau Investigation) di Amerika dibentuk,
menerbitkan sistem identifikasi sidik jari (Automated Fingerprint Identification
System, AFIS) dengan scaning komputer.
Pada abad 21, berkembang komputer forensik dan hampir selalu
menyehtuh penanganan kasus forensik.
Saat ini ilmu forensik sudah sangat berkembangan, muncul cabangcabang keahlian spesialistik/ disiplin seperti :
1. Antropologi Forensik adalah aplikasi antropologi biologi dalam konteks
hukum, biasanya berkenaan dengan penemuan dan identifikasi sisa hayat
manusia yang telah menjadi rangka.
2. Arkeologi Forensik adalah aplikasi dari kombinasi tehnik arkeologi dan
ilmu forensik, dalam konteks penegakan hukum.
3. Biologi Forensik meliputi serologi dan analisa DNA cairan fisiologis untuk
tujuan identifikasi dan individualisasi.
4. Entomologi Forensik berhubungan dengan pemeriksaan insekta pada
atau di sekitar sisa hayat manusia untuk membantu menetukan waktu dan
tempat kematian termasuk kemungkinan badan dipindahkan setelah
kematian.
yang
Autoeuthanasia
pada
dasarnya
adalah
tentang
gagalnya
percobaan
bunuh
diri,
apakah
melakukan percobaan bunuh diri tidak ada gunanya, dan juga sebenarnya
mereka tidak dapat dikenakan sanksi pidana. Alasan lain, dengan makin
dihargainya hak manusia untuk menentukan diri sendiri (TROS), maka hak untuk
mati semakin mendapatkan penghargaan dan pengertian. Sehingga orang yang
gagal melakukan percobaan bunuh diri, tidak dapat dikenakan sanksi Pidana.
Bahkan kepada mereka perlu mendapatkan pertolongan dalam bidang
kesehatan, sehingga dirinya tidak lagi mempunyai niat untuk bunuh diri.
Banyak orang berpendapat bahwa hak untuk mati, adalah hak asasi
manusia, hak yang mengalir dari "hak untuk menentukan diri sendiri" (the right
of self determination -TROS), sehingga penolakan atas pengakuan terhadap
hak atas mati, adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Hak ini
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat disimpangi oleh siapapun dan
menuntut penghargaan dan pengertian yang penuh pada pelaksanaannya.
Saran, dengan semakin panjangnya umur manusia dan makin
tingginya insidensi penyakit degeneratif di Indonesia, living wiil dan
euthanasia perlu didiskusikan di kalangan kedokteran dan pemerhati
bioetika, agama, dan hukum, akan ke mana kita melangkah? Disamping
pandangan agama, seperti tiga agama Asia Buda, Sinto dan Confusius
yang menerima euthanasia, namun 3 agama monoteis Kristen, Yudaism
dan Islam menolak euthanasia. Perlu pikirkan perlindungan hukum bagi
anggota keluarga dan dokter bilamana pasien sendiri menghendaki
respirator atau selang makan dilepas? Bila bantuan teknologi kedokteran
terhadap
seseorang
(respect
for
persons],
hal
yang
memiliki
merumuskan
kekuatan
bahwa
moral
penghargaan
yang
sepadan.
terhadap
CIOMS
seseorang
(1993)
mencakup
Forensik
adalah
alat
dan
tehnik
untuk
mengungkap,
pada
ahli
Komputer
Forensik
dapat
menganalisa
waktu
kapan
yang diperiksa, apakah ada rata-rata eror yang bisa diukur dari perangkat lunak
yang memungkinkan hilangnya bukti potensial?
Yang
menarik
adalah
analisis
komputer
forensik,
bukti
digital
membutuhkan tantangan baru, karena sifat bukti digital yang tidak berbicara,
berlalu dengan cepat, dan tidak dapat diraba berlawanan dengan sifat fisik
persisten yang digunakan pada disiplin ilmu lain, seperti halnya pola ridge sidik
jari, karakteristik tulang untuk antropologi forensik. Kemampuan sumber daya
manusia untuk mengungkap, mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis
ratusan gigabyte data dalam suatu jaringan bukanlah tugas yang mudah.
Sebagai simpulan, dalam era teknologi saat ini, bukti digital semakin
banyak di tempat kejadian perkara (TKP) dan permasalahan di masyarakat.
Komputer forensik adalah disiplin ilmu yang semakin dibutuhkan dalam
memecahkah masalah. Namun kewaspadaan terhadap sabotase dan spionase
juga harus lebih diperhatikan.