Tubuh sebagian besar terdiri dari air. Air dan zat-zat yang terkandung didalamnya
yang terdapat didalam tubuh disebut juga cairan tubuh berfungsi menjadi pengangkut zat
makanan ke seluruh sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa dari hasil metabolisme sel untuk
menunjang berlangsungnya kehidupan. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari
usia, jenis kelamin, dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh.
Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara 40 % sisanya merupakan zat padat seperti
protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan tubuh menurun dengan pertambahan usia, dan
pada wanita lebih rendah dibandingkan pria karena wanita memiliki lebih banyak lemak
disbanding pria, dan lemak mengandung sedikit air. Sementara neonatus atau bayi sangat
rentan terhadap kehilangan air karena memiliki kandungan air yang paling tinggi
dibandingkan dengan dewasa. Kandungan air pada bayi lahir sekitar 75 % berat badan, usia 1
bulan 65 %, dewasa pria 60 %, dan wanita 50 %. Zat-zat yang terkandung dalam cairan tubuh
antara lain adalah air, elektrolit, trace element, vitamin, dan nutrien-nutrien lain seperti
protein, karbohidrat, dan lemak. Dengan makan dan minum maka tubuh kita akan tercukupi
akan kebutuhan nutrient-nutrien tersebut.
Air dan elektrolit yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan dalam waktu 24 jam
dengan jumlah yang kira-kira sama melalui urin, feses, keringat, dan pernafasan. Dengan
demikian, terapi cairan parenteral dibutuhkan jika asupan melalui oral tidak memadai atau
tidak dapat mencukupi. Sebagai contoh pada pasien koma, anoreksia berat, perdarahan
banyak, syok hipovolemik, mual muntah yang hebat, atau pada keadaan dimana pasien harus
puasa lama karena akan dilakukan pembedahan. Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi
cairan dapat digunakan sebagai tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara
rutin atau untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
Dengan demikian, secara garis besar tujuan dari terapi cairan adalah :
1. Mengatur keseimbangan air dan elektrolit tubuh
2. Dukungan nutrisi
3. Akses intravena
4. Mengatasi syok
melalui penguapan yang tidak disadari. Jumlah eksresi urin sekitar 1300 ml/hari, sedangkan
melalui penguapan yang tidak disadari (insensible evaporation) sekitar 900 ml/hari.
Maka pada pasien yang tidak dapat memperoleh makanan melalui oral memerlukan volume
infus per hari yang setara dengan kehilangan air dari tubuh per hari, yaitu :
volume urin normal : 0,5-1 cc/kg/jam
Air metabolisme : Dewasa : 5 cc/kg/hari, anak 12-14 th : 5-6 cc/kg/hari, 7-11 th : 6-7
cc/kg/hari, balita : 8 cc/kg/hari
Insensible water loss IWL : Dewasa : 15 cc/kg/hari, Anak : 30-usia(th) cc/kg hari. Jika
ada kenaikan suhu : IWL + 200
Dehidrasi
Dehirasi / de.hi.dra.si (dehi-drashun)
Pengeluaran cairan dari suatu substansi atau kondisi hasil dari kelebihan pengeluaran cairan
tubuh. ( Dorlands Medical Dictionary for Health Consumers).
Keadaan dehidrasi ada beberapa bentuk, yaitu:
Dehidrasi hipotonik
Apabila yang hilang garam saja, misalnya pemberian air saja pada pasien dehidrasi
isotonik,
o Kadar Na < 130 mmol/L
o Osmolaritas < 275 mOsm/L
o Letargi, kadang-kadang kejang
Dehidrasi isotonik
Apabila yang hilang air bersama sama dengan garam misalnya pada gastroenterit
akut, overdosis diuretik,
o Na dan osmolaritas serum normal
Dehidrasi hipertonik
Apabila yang hilang hanya air saja, misalnya, kehilangan air melalui keringat
Observasi klinik
(%)
5-6
7-8
>9
Resusitasi cairan
Resusitasi cairan adalah pemberian adekuat dalam waktu relatif cepat pada penderita
gawat akibat kekurangan cairan.
Tujuan Resusitasi Cairan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rute terapi cairan yang paling bermanfaat adalah melalui oral (PO),intravena (IV),
dan subkutan (SC). Rute intraoseus kadang-kadang digunakan untuk terapi cairan atau darah
pada pasien dewasa yang tidak dapat dilakukan melalui vena. Pada pasien yang masih mau
minum dan tidak disertai muntah, rute oral merupakan pilihan yang baik untuk menangani
dehidrasi ringan. Dalam jumlah yang terbatas, cairan yang berbeda dengan cairan
ekstraselular dapat diberikan secara oral.
Cairan intravena
Terapi cairan intravena terdiri dari infus kristaloid, koloid, ataupun kombinasi
keduanya. Cairan kristaloid merupakan cairan dengan berat molekul yang kecil dengan atau
tanpa glukosa, dimana cairan koloid mengandung berat molekul yang besar, seperti protein
atau polimer besar glukosa. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik dan untuk sebagian besar
tetap intravaskular, sedangkan cairan kristaloid cepat menyeimbangkan dan mendistribusikan
ke seluruh ruang cairan ekstraseluler.
Cairan kristaloid
Kristaloid harus dipertimbangkan sebagai cairan resusitasi inisial pada pasien dengan
hemoragik dan syok septik, pasien luka bakar, pada pasien dengan luka kepala untuk menjaga
tekanan perfusi serebral, dan pada pasien menjalani plasmapheresis dan reseksi hati. Jika 3-4
L kristaloid telah diberikan, dan hemodinamik inadekuat, dapat ditambahkan koloid.
Koloid vs Kristaloid
Perubahan konsentrasi
Hiponatremia
Kadar natrium normal 135-145 mEq/L, bila kurang dari 135 mEq/ L, sudah dapat
dibilang hiponatremia. Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan
mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L
maka akan timbul gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia
(SIADH, polidipsi psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third
space losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi dengan
restriksi cairan (Na+ 125 mg/L) atau NaCl 3% ssebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk
pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.12
Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahanlahan,
sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Na serum yang
dibutuhkan dapat menggunakan rumus :
Na= Na1 Na0 x TBW
Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)
Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan
Na0 = Na serum yang aktual
TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)
Hipernatremia
Bila kadar natrium lebih dari 145 mEq/L disebut dengan hiperkalemia. Jika kadar
natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental, letargi, kejang,
koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (diare, muntah, diuresis,
diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi
keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140) x
BB x 0,6}: 140.12
Hipokalemia
Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari
cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh.
Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen
melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi
glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis,
hipomagnesemia, obat-obatan), infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild
hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring
oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang
hebat).13 Rumus untuk menghitung defisit kalium18 :
K = K1 K0 x 0,25 x BB
K = kalium yang dibutuhkan
K1 = serum kalium yang diinginkan
K0 = serum kalium yang terukur
BB = berat badan (kg)
Hiperkalemia
Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat
yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan
gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem
kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa
intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10
menit, atau diuretik, hemodialisis.
KESIMPULAN
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh ini
didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel,
sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan. Terapi cairan amat diperlukan untuk
pemeliharaan dan mencegah kehilangan cairan terlalu banyak yang bisa membahayakan.
Cairan tubuh terdistribusi dalam ekstrasel dan intrasel yang dibatasi membran sel.
Adanya tekanan osmotik yang isotonik menjaga difusi cairan keluar sel atau masuk ke dalam
sel. Dalam terapi cairan harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien,
serta cairan infus itu sendiri. Pemberian infus yang tidak sesuai untuk keadaan tertentu akan
sia-sia dan tidak bisa menolong pasien.