Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Penelantaran anak (child neglect) yang sering disebut juga kekerasan
psikologis (pyschological abuse) adalah suatu bentuk penganiyaan anak dimana
orangtua gagal untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar anak termasuk
kegagalan dalam menyediakan makanan, tempat tinggal, kesehatan dasar,
pengawasan dan perlindungan dari berbagai ancaman. Masyarakat umumnya
percaya bahwa orangtua sangat berperan penting dalam memenuhi kebutuhan
anak agar anak tersebut dapat berkembang secara fisik, sosial, dan emosional
dengan baik.1
Kasus penelantaran anak ini biasanya disebabkan karena kesalahan
pengasuhan yang dapat terjadi akibat adanya masalah kesehatan mental,
penggunaan zat, kekerasan dalam rumah tangga, pengangguran, kehamilan yang
tidak direncanakan, orangtua tunggal (single parent), dan kemiskinan.1 Bentuk
dari penelantaran anak meliputi: membiarkan anak untuk menyaksikan kekerasan
atau pelecehan berat antara orang tua atau orang dewasa, mengabaikan,
menghina, atau mengancam anak dengan kekerasan, tidak memberikan anak suatu
lingkungan

yang

aman

dan

dukungan

emosional,

dan

menunjukkan

ketidakpedulian untuk perkembangan dan kesejahteraan anak.2


Penelantaran anak masih menjadi masalah yang serius. Menurut, National
Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) yang merupakan
organisasi perlindungan anak di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara melaporkan
lebih dari 24.300 anak yang mengalami penelantaran di Britania Raya pada tahun
2014.3 Sementara itu di Amerika, ada sebanyak 3,3 juta laporan tentang anak yang
disiksa atau ditelantarkan yang didapatkan dari Komisi Perlindungan Anak USA
pada tahun 2008. Tujuh puluh satu persen dari anak-anak dalam kasus itu
dikategorikan sebagai korban penelantaran. Anak atau remaja yang ditelantarkan

memiliki risiko lima kali lebih besar untuk bunuh diri jika dibandingkan dengan
teman-temannya, baik laki-laki maupun perempuan.4
Penelantaran anak di wilayah Asia masih sulit terdeteksi dikarenakan
sedikitnya penelitian yang dilakukan di daerah Asia. Beberapa penelitian terbaru
mengenai penelantaran anak seperti di China menyatakan 20,7% anak terlantar
dari 2.363 sampel, sementara itu penelitian lain yang dilakukan
Jumlah kasus kekerasan pada anak di Indonesia terus meningkat. Data dari
Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, pada 2007 jumlah pelanggaran
hak anak yang terpantau sebanyak 40.398.625 kasus. Jumlah itu melonjak drastis
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 13.447.921 kasus.
Data tersebut berdasarkan laporan yang masuk ke lembaga tersebut, yang tersebar
di 30 provinsi. Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi
menjelaskan, kasus pelanggaran hak anak meliputi kekerasan, penelantaran,
eksploitasi, perdagangan anak, dan penculikan.4

Dafpus:
1. Department for Education and Skills. 2006. Working Together to Safeguard
Children: a guide to inter-agency working to safeguard and promote the
welfare of children. London: DfES.
2. Department for Education and Skills. 2011. Child Neglect and Psychological
Abuse. Newyork Times.
3. National Society for the Prevention of Cruelty to Children. 2015. Child
protection register statistics.( Download in www.nspcc.org.uk., in 20 May
2015)
4. Rhodes, AE; Boyle, MH; Bethell, J; Wekerle, C et al. (2012). "Child
maltreatment and onset of emergency department presentations for suicide
related

behaviors". Child

Abuse

&

Neglect 36 (6):

51. doi:10.1016/j.chiabu.2012.04.006. PMID 22749614.

5. Sumber: MediaIndonesia.Com (12/7)

542

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=704:kasus-kekerasan-terhadap-anaknaik-300&catid=42:info&Itemid=66

Anda mungkin juga menyukai