Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan suatu bidang kegiatan usaha yang tidak akan lepas dari kehidupan
manusia dan alam, sebab secara hirarkhi di ekosistem beberapa komponen kehidupan
membentuk mata rantai yang saling mempengaruhi, terputusnya salah satu mata rantai tersebut
akan mengakibatkan atau berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang lain sehingga
harus dilestarikan. Dengan melihat gejala perilaku manusia sebagai komponen yang paling aktif
mengadakan eksplorasi, pembudidayaan, perubahan, pengguna (konsumsi) dan lain-lain untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat telah menimbulkan gejala yang
mengarah pada kerusakan pencemaran lingkungan dan produk pertanian. Ironisnya pengguna
bahan kimia dan bahan anorganik lainya yang sulit dirombak dan sekaligus merupakan bahan
pencemar itu merupakan hasil karya para ahli yang mengharapkan dapat menjawab tantangan
kebutuhan hidup masyarakat, misalnya untuk meningkatkan hasil suatu produk pertanian dalam
proses budidaya tanaman menggunakan pestisida untuk pengendalian organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), zat pengatur tumbuh untuk merangsang pembelahan sel atau meningkatkan
aktifitas auxin sehingga pertumhuhan dapat optimal, penggunaan pupuk anorganik yang mudah
didapat dan mudah aplikasinya sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil
yang diperoleh dari usahatani demikian apabila diperhatikan sekilas memang bagus, baik kualitas
maupun kuantitasnya, tetapi jika kita teliti lebih detail, ternyata dibalik keherhasilan tersebut
terdapat suatu kerugian yang tidak kalah besarnya, yaitu adanya pencemaran lingkungan dan
produk pertanian, pemutusan mata rantai kehidupan dan efek-efek negatif lainnya yang akan
sangat terasa bila sudah berjalan beberapa waktu lamanya. Efek residu dari penggunaan pestisida
antara lain dapat mencemari tanah disertai matinya beberapa organisme perombak tanah,
mematikan serangga dan binatang lain yang mungkin sebenarnya binatang tersebut dapat
bermanfaat bagi kita sehingga terputusnya rantai makanan bagi hewan pemakan serangga hama.
Dari hal ter sebut yang tidak kalah menariknya untuk kita renungkan adalah bahan aktif pestisida
yang tertinggal pada tanaman yang akan dikonsurnsi dapat meracuni kita dan akan terakumulasi
di dalam tubuh, maka tidak heran banyak gejala penyakit yang salah satu penyebabnya adalah
bahan kimia tersebut, misainya kanker, radang, penyakit kulit dan lain-lain bahkan ada yang
teracuni langsung, yaitu orang mengkonsumsi komponen tanaman (buah, daun, bunga, umbi dan
1

lain-lain) yang jelas-jelas masih mengandung pestisida. Efek negatif yang berkepanjangan pada
suatu areai pertanian akan menurunkan produktifitas lahan itu sendiri. Dengan demikian tujuan
yang semula untuk memaksimalisasi produktivtas lahan pertanian justru terbalik, bahkan akan
menjadikan bomerang bagi kita. Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor
pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan
lingkungan. Salah satu teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan yang sudah kita dengar
adalah pertanian organik. Pertanian organik merupakan suatu tekhnologi budidaya tanaman yang
pada penerapannya disesuaikan dengan keadaan lingkungan, agar tidak terjadi perubahan
ekosistem secara drastis sehingga tidak menggangu dan memutuskan mata rantai makhluk hidup
(http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/berita/PEDOMAN%20PERTANIAN
%20ORGANIK.pdf. Dikutip pada tanggal 19 April 2011).
Banyak teriakan positif dan negative atau geliat usaha pasca pemerintah mengeluarkan
program Pro Green atau Go Organik 2010 baik geliat pemerintah sendiri maupun
swasta/NGO-LSM dan masyarakat. Hal ini pula menjadi pekerjaan rumah dan tantangan kita
bersama untuk mengawal dan mensukseskan program yang sustainable (berkelanjutan) ini. Jelas
program ini positif, tinggal bagaimana mengaplikasikannya secara ril dan bertanggungjawab.
Program ini bukan cuma di Indonesia menggema, dunia tentunya, itu karena demi
mengantisipasi atau Stop Global Warming, namun Indonesia menjadi sorotan dunia (hulu)
program ini, karena Indonesia paru-paru dunia. Maka banyak dana/hibah menggelontor ke
Indonesia, sebut misalnya bantuan Pemerintah Jerman melalui program Industrial Efficiency and
Pollution Control (IEPC) Kreditanstalt fur Wiederaufbau (KfW) dll. Pemerintah dan unsur
swasta (CSR) harus transparan dan adakan ekstra sosialisasi di masyarakat termasuk
petani/pekebun.
Sejauh ini belum banyak masyarakat yang tahu, bahwa sampah dapat dimanfaatkan
menjadi sesuatu yang berharga, bermanfaat dan menghasilkan uang asalkan dikelola dengan
baik. Sampah dapat dipilah antara sampah organik dan anorganik. Sampah organik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik sedangkan sampah organik dapat
didaur ulang kembali untuk keperluan industri. Dalam pembuatan pupuk organik ini tidaklah
mahal namun memerlukan ketelatenan agar produk yang dihasilkan berkualitas tinggi.

Disatu sisi, kebutuhan pupuk organik kian meningkat untuk menggeser keberadaan pupuk
anorganik karena masalah keamanan kesehatan dan masalah lingkungan. Pupuk anorganik
merupakan pupuk yang mengakibatkan residu kimia tinggi dalam produk pertanian sehingga
sangat berbahaya bagi kesehatan. Pupuk anorganik dapat menurunkan produktivitas lahan yang
berakibat pasda penurunan hasil tanaman. Kecenderungan Back to Nature yaitu budidaya
pertanian berkelanjutan menjadi pendorong untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
Tanah manjadi keras, struktur tanah jelek, sulit diolah dan dampak lainnya. Penggunaan pupuk
organik menyebabkan sifat tanah menjadi baik sehingga tanah tidak rusak seperti ketika
menggunakan pupuk anorganik (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).
Dari beberapa pemanfaatannya, berarti sampah dapat diubah menjadi pupuk organic yang
bermanfaat dan dapat diaplikasikan pada lahan pertanian. Pemanfaatan sampah tersebut dapat
dengan mengubahnya menjadi pupuk kascing (kotoran bekas cacing). Pupuk kascing ini dibuat
dengan memanfaatkan cacing dalam proses dekomposisinya. Hasilnya lebih baik dibandingkan
pupuk kompos karena pupuk ini dapat langsung dimanfaatkan tanaman. Cacing tersebut
menyebabkan degradasi sampah organik menjadi sempurna sehingga haranya dapat diserap
langsung oleh tanaman (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).
Pupuk kascing biasanya dikenal dengan sebutan vermikompos yang berarti kompos yang
dihasilkan dengan bantuan cacing. Dalam hal ini adalah cacing tanah yang biasanya
adalah Lumbricus rubellus(http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).
Untuk itu dalam kesempatan ini, mahasiswa ingin merangkai sebuah naskah berbentuk
laporan, guna menjadi landasan dasar dalam pengaplikasian penggunaan serta pembuatan
makanan organic kedepan from Zero to Hero.
1.2 Tujuan
1.2.1 Membantu

mahasiswa untuk mengaspresiasi praktik kerja nyata mengenai

pembuatan kascing.
1.2.2 Untuk mengetahui mekanisasi pembuatan pupuk kascing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Awal Mula Penggunaan Kascing
3

Kompos yang menggunakan cacing tanah sebagai bala bantuan untuk mengurai bahan
organik agar siap diberikan pada tanaman sering diberi julukan yang keren, yaitu Vermicompost.
Untuk lebih memperlihatkan asalnya, istilah ini diberi padanan yang lebih keren yaitu kascing
alias bekas cacing. Istilah kascing memang berarti bekas media yang telah digunakan oleh cacing
tanah untuk hidup. Bahan-bahan organik lapuk yang telah dikonsumsi cacing dan melewati
proses pencernaan cacing menjadi bahan dasar kascing. Pada dasarnya kascing tetap saja kompos
seperti yang biasanya kita kenal selama ini. Akan tetapi ada keuntungan lain yang bisa kita
dapatkan yaitu, memanen cacing tanah. Dalam skala besar panenan cacing tanah tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai obat (http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada
tanggal 21 April 2011).
Cacing tanah yang digunakan memang bukan sembarang cacing tanah. Paling tidak dari
1800 jenis cacing tanah baru 4 jenis cacing tanah yang bisa dibudidayakan secara komersial, ada
Lumbricus rubellus, Pheretima asiatica, Eissenia foetida dan Eudrilus eugeniae. Meskipun
mungkin sudah sering kita temui tetapi jangan heran bila mengingat namanya sesulit berkelit di
kala krisis ini, begitu kata Dede Saprudin, mitra ELSPPAT dari Yayasan Bina Alam Perkasa
Bandung yang sudah cukup berpengalaman membudidayakan cacing tanah (Dalam (http://
www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011) .
2.2 Pengertian Pupuk Kascing(Vermikompos)
Kascing biasanya dikenal pula dengan vermikompos (vermi = cacing). Kascing
merupakan kotoran cacing dari bahan organic yang telah mengalami dekomposisi. Unsur hara
yang terkandung didalam kascing mudah diserap oleh tanaman. Vermikompos adalah kompos
yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah.
Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (casting) dengan sisa media atau pakan
dalam budidaya cacing tanah (http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011).
Kascing memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan pupuk organik maupun
anorganik. Kascing mampu memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik
lain. Beberapa keunggulan kascing/vermikompos antara lain adalah sebagai berikut
(http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011) :
1. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P,
K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang
digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya
nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan
4

bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan
tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik
2. Vermikompos berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan
nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.
3. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena
struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan
menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.
4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah
berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan
enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam
vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian
tanaman.
Dengan berbagai keunggulan diatas, kascing dapat menjadi alternatif pupuk yang organik
yang dapat digunakan sebagai pupuk dasar. Pembuatan pupuk kascing juga tidak terlalu sulit,
bahan mudah, murah dan dapat membuat lingkungan menjadi bersih karena sampah di kelola
menjadi pupuk kascing.
2.3 Cacing Tanah (Lumbricus rubellus)
Klasifikasi ilmiah cacing tanah (Lumbricus rubellus)
Kerajaan : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : rubellus

Gambar 1 Struktur Tubuh Cacing Tanah

Cacing tanah di dunia telah terindentifikasi sebanyak 1.800 spesies. Dari jumlah tersebut,
ada dua spesies, yaitu Lumbricus rubellus (dikenal dengan cacing eropa atau introduksi) dan
Pheretima aspergillum (dikenal dengan nama cacing kalung atau dilong). Cacing tanah jenis
Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan
klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya cacing tanah jenis ini kalah bersaing dengan
jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai bahkan bisa melebihi jenis cacing yang lain (http://dc181.4shared.com/ img/ rWcXFo
AI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April 2011).
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak
pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.
Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung (http://dc181.4shared.com/img/rWcXFoAI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April
2011).
Cacing tanah (Lumbricus rubellus) termasuk binatang invertebrata (tidak bertulang
belakang). Ia hidup di dalam tanah yang gembur dan lembab. Cacing tanah mengandung kadar
protein tinggi, sekitar 76%, jauh lebih tinggi daripada kadar protein pada daging mamalia (65%)
dan ikan (50%). Cacing tanah mempunyai banyak khasiat untuk menyembuhkan penyakit dan
menjaga kesehatan. Sudah banyak orang yang mengkonsumsi tanpa bersentuhan dengan efek
samping. Beberapa penelitan juga membuktikan adanya daya antibakteri dan protein hasil
ekstrasi cacing tanah, yang sanggup menghambat pertumbuhan bakteri gram negarif Escherichia
coli, Shigella dysenterica, Staphylococcus aureus dan Salmonelllathypus. Tidak mengherankan
jika cacing tanah bisa dimanfaatkan sebagai media pengobatan. Ia mampu mengobati berbagai
infeksi saluran pencernaan seperti typus, disentri, diare, serta gangguan perut lainnya seperti
maag. Bisa juga untuk mengobati penyakit infeksi saluran pernapasan seperti batuk, asma,
influenza, dan TBC. Bahkan, cacing tanah dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar
kolesterol, menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, serta menurunkan kadar gula
darah pagi penderita diabetes. Selain itu, dapat digunakan untuk mengobati wasir, eksim, alergi,
luka, sakit gigi, mengurangi pegal linu akibat keletihan atau akibat reumatik. Cacing tanah juga
dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan, terutama meningkatkan daya tahan tubuh,
meningkatkan nafsu makan, bahkan menambah vitalitas seksual kaum lelaki. Tak mengherankan
6

pula jika sekarang banyak dipasarkan kapsul herbal yang berisi ekstrak cacing tanah. Bukan
rahasia lagi jika sebagian prosuk kosmetik juga menggunakan cacing tanah sebagai bahan
bakunya, terutama pelembab kulit dan lipstik. Bahkan di beberapa negara maju, cacing tanah
diolah menjadi makanan spesial yang nikmat dan kaya nutrisi. Tak hanya itu, cacing tanah juga
dapat diolah untuk berbagai keperluan seperti pembuatan pakan ayam dan pellet ikan
(http://adriwindrardi.wordpress.com. 2009. Dikutip tanggal 22 April 2011).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum untuk mata kuliah Pertanian Ramah Lingkungan diadakan pada hari Sabtu
tanggal 16 April 2011 yang mengambil tema atau unit kegiatan yaitu PUPUK KASCING.
Dimana tempat berlangsungnya praktikum ini dilaksanakan di kios organic yang dikelola oleh
Bu Kartini, lok asi berada pada Yayasan Boa, Jalan Cargosari 2 No. 8, Gatsu Barat-Denpasar.
3.2 Pelaksanaan
7

A. Dosen pembimbing : Ni Luh Kartini


Dosen dan Ketua Program Studi Magister Lahan Kering Universitas Udayana-Bali, juga
Direktur Bali Organic Association
Jl. Cargo Permai Gg. Bali Luwih no. 09
Telp: 0361- 418177 , Faks: 0361- 418177, E-mail: yayasan_boa@yahoo.com
B. Cara Kerja
Potong-potong atau cacah sampah organik yang telah disiapkan, kemudian masukkan ke
dalam wadah atau polybag dan siram dengan air secukupnya hingga media tetap basah dan
lembab, tetapi jangan sampai sampah organiknya tergenang air. Penyiraman disarankan setiap
hari sampai menjadi setengah matang (sekitar seminggu), sampai proses pengomposan awal
berjalan sempurna dan telah siap ditanam atau dimasukkan cacing. Masukkan cacing ke dalam
media siap pakai yang berisi limbah rumah tangga yang telah dikomposkan selama 1-2 minggu.
Beri pakan lebih kurang seberat cacing yang ditanam. Jika pakan tersebut masih tersisa atau
masih terlihat sebagai pakan, kurangi pemberian pakan, sehingga pakan benar-benar habis
dimakan oleh cacing.
Pemberian pakan hanya di bagian atas tempat penanaman cacing tanah. Seminggu sekali
wadah yang berisi cacing tanah diaduk-aduk dengan tangan langsung atau kayu lunak. Hal ini
sangat berguna untuk aerasi sehingga cacing tanah dapat berkembang optimal. Setelah
pengadukan, cacing tanah tidak diberi pakan karena masih stres, sehingga belum mau makan.
Baru pada hari berikutnya cacing tanah diberi pakan. Wadah yang berisi cacing tanah harus
dijaga kelembabannya (sekitar 60%). Jika terlalu kering, lakukan penyiraman bersamaan dengan
pemberiaan pakan yang dibasahi. Demikian seterusnya. Jika proses diatas berjalan dengan benar,
dalam waktu sekitar sebulan, sampah akan berubah menjadi pupuk atau kascing. Setelah berubah
menjadi kascing disarankan cacing tidak diberi pakan dahulu.Wadah yang berisi kascing, tidak
diberi pakan dan tidak disiram. Maksudnya agar kokon atau telur cacing tanah menetas.
Penetasan kokon tersebut berlangsung sekitar 2-3 minggu.Pemindahan cacing tanah muda atau
kokon yang telah menetas dilakuakn secara manual dengan tangan. Kascing yang telah
dipisahkan dari kokon diangin-anginkan sekitar semalam kemudian digunakan untuk memupuk
tanaman. Apabila pada rumen, kotoran sapi setelah 2 minggu sudah bisa dimasukkan cacing.
Pemberian cacing bisa dilakukan secara manual dengan tangan. Kandungan yang juga terdapat di
8

cacing itu sendiri adalah biofellem, zat yang dapat menyerap bau pada kotoran sapi itu sendiri.
Dan bau yang telah hilang karena diserap oleh at biofellem, juga dapat menjadi indicator bahwa
pupuk tersebut sudah siap untuk digunakan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dasar Pemikiran Penggunaan Pupuk Kascing
Dalam pemikiran seseorang selalu mendasar bahwa suatu hal harus diawali dengan hal
yang kecil. Begitu juga dengan penggunaan cacing sebagai mediator pembuatan pupuk kacing.
Secara pemikiran dasar, bahwa satu ekor cacing tanah tentu tidak dapat berarti apa-apa. Mungkin
memang tidak terlalu terasa manfaatnya. Namun, bagaimana apabila cacing tanah berjumlah satu
kilogram. Kita memang tidak salah jika membayangkan satu kilogram cacing tanah seperti
tumpukan mie basah. Akan tetapi justru disitulah terletak potensi cacing tanah. Salah satu
kelebihan cacing tanah dalam membantu pengubahan bahan organik menjadi kompos bagi
tanaman melalui budidaya cacing tanah. Selain dari kascingnya, yang tidak lain adalah kompos,
cacingnya sendiri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.
Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah. Kascing mengandung unsur
hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
9

Komposisi kimia kascing Eisenia foetida meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium
(K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%, magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu)
17,58%, seng (Zn) 0,007%, manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%,
molibdenum (Mo) 14,48%, KTK 35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam
humus 13,88%. Unsur-unsur kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi
pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon
perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi
bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia
bagi tanaman (http://cac4.wordpress.com/2008/04/29/membuat-pupuk-kascing/. Dikutip pada
tanggal 25 April 2011) .
4.2 Hasil

Proses Pembuatan 1

10

Proses Pembuatan 2

11

4.3 Pembahasan
Dalam pembuatan kascing hal pertama yang perlu dikenali dan disiapkan adalah bibit
cacing, yang paling baik adalah cacing tanah dewasa berumur 3 bulan. Cacing sudah kelihatan
klitelumnya (semacam sabuk gelang di permukaan tubuh), tampak sehat, tidak cacat dan
ukurannya seragam. Setelah cacing yang dibutuhkan kita kenali hal lain yang perlu kita kenali
adalah media yang cocok. Pada kondisi sebenarnya di alam, cacing tanah berada di habitat
berupa tumpukan limbah organik yang telah mengalami perombakan. Limbah organik yang
masih segar bukan medan tempur yang tepat bagi budidaya cacing tanah ini. Oleh karena itu
limbah organik yang ada perlu diubah dulu melalui fermentasi atau pembusukan. Semua zat yang
berasal dari tumbuhan atau hewan yang tersusun dari karbon, oksigen dan hydrogen disebut
bahan organik. Akan tetapi tidak semua bahan organik cocok digunakan sebagai media. Bahan
organik yang cocok adalah bahan organic yang mudah membusuk. Sampah dapur, sampah pasar,
sampah restoran, limbah pertanian, kotoran ternak adalah beberapa diantara bahan organik yang
mudah membusuk.
Kombinasi antara kotoran ternak dan sampah lain adalah campuran yang terbaik untuk
media cacing. Kombinasi ini melengkapi nutrisi yang diperlukan cacing selain itu juga
mempercepat proses pembusukan. Paling tidak dibutuhkan waktu 15 - 21 hari untuk
membusukan bahan-bahan organik yang ada. Media yang baik dan cocok untuk hidup cacing
tanah adalah media yang secara fisik sudah berbeda dengan bentuk asalnya. Cacing tanah ini
misalnya, selalu menolak bila disuguhi kulit pisang yang masih kuning segar. Lain halnya bila
kulit pisang ini sudah diperam beberapa hari sampai berubah warna dan lebih busuk. Meskipun
menyukai bahan yang busuk tetapi cacing ini juga menolak suguhan yang baunya sangat
menyengat. (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam
http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011).

12

Satu hal yang tidak boleh terlupakan juga, media tersebut haruslah mengandung zat
pakan yang cukup dan berongga atau porous. Ransum cacing tersebut diletakkan di dalam tempat
pemeliharaan (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS.
Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011).
Rumah cacing ini bisa berupa kotak kayu, keranjang atau tong plastik. Sebelum semua pasukan
dilepaskan di media yang sudah disiapkan penting untuk menguji kecocokan media. Beberapa
ekor cacing dilepas di berbagai sudut permukaan media. Apabila terlihat cacing tersebut aktif dan
bergerak masuk ke dalam media artinya mediatersebut memang cocok. Selanjutnya tinggal
melepaskan semua cacing ke dalam media. Bila dalam beberapa menit cacing yang dilepas tidak
masuk ke dalam media jangan buru-buru putus asa. Bisa jadi media yang disiapkan terlalu basa
atau terlalu asam sehingga ketika dilepas pertama kali cacing tersebut tidak segera masuk ke
dalam. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan mencuci media. Media disiram dengan air
secukupnya lalu ditiriskan sebelum dimasukan ke dalam rumah tempat pemeliharaan cacing. Bila
belum cocok juga tidak ada jalan lain kecuali mengganti media Ukuran penanaman cacing bukan
didasarkan pada ukuran wadah tetapi pada banyaknya media. Sebagai patokan, untuk setiap 1 kg
cacing tanah paling baik ditanam pada 20 liter media(Anton Waspo. 1998. CACING TANAH
BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf.
dikutip pada tanggal 21 April 2011).
Setelah cacing tanah disebar ke dalam media satu hal yang tidak terlupakan adalah
pemberian ransum yang rutin. Caranya dengan langsung menebarkan diatas media pemeliharaan.
Frekuensinya dapat diatur sesuai kesibukan pemeliharanya, yaitu dari dari 1 kali sehari sampai
satu kali seminggu. Perbedaannya terletak pada kondisi dan jumlah bahan organik yang
diberikan. Jumlah yang dibutuhkan tidaklah banyak karena rata-rata satu ekor cacing tanah
dalam sehari hanya mampu mengkonsumsi ransum seberat tubuhnya. Hal ini juga tidak mutlak
karena tergantung tingkat pertumbuhannya juga. Asalkan tersedia ransum dan kondisi yang
cocok cacing yang penurut ini tidak akan pernah lari. Mereka menyukai bahan organik yang
mudah membusuk dan lunak (Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT
KRISIS. Dalam http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21
April 2011).
Selain harus teratur dalam memberi ransum satu hal yang tidak boleh tertinggal adalah
menjaga kondisi media. Agar medianya tetap disenangi perlu dilakukan pengadukan media. Ini
dilakukan agar kondisi media tetap longgar dan gembur sehingga sirkulasi udara dalam media
13

tetap lancar. Media yang digunakan untuk cacing dewasa harus banyak mengandung serat. Ini
dimaksudkan untuk merangsang perkawinan dan produksi kokon. Bahan yang baik untuk tujuan
ini adalah jerami, serbuk gergaji, kotoran kuda atau jenis bahan lain yang berserat. Selama
pemeliharaan perlu dilakukan pengontrolan agar cacing tanah terhindar dari organisme
pengganggu. Tentunya agar cacing tanah bisa hidup nyaman tanpa perlu diganggu oleh kehadiran
katak, semut, kaki seribu, tikus, kadal atau kutu. Bahkan mungkin juga manusia karena ngiler
melihat harga cacing tanah.
Cacing induk yang disebar pertama kali, setelah dua minggu bisa dipindahkan ke rumah
baru. Di rumah yang lama mereka sudah meninggalkan telur (kokon). Paling kurang ada 4 - 20
ekor cacing dalam kokon yang mirip dengan biji kacang hijau. Jadi jangan kaget bila dalam
waktu 6 bulan akan berkembang biak menjadi 20 Kg dari induk yang cuma 1 kg. Setelah satu
tahun paling tidak bisa mencapai 200 Kg. Jangan Anda bayangkan jumlahnya, karena setiap
kilogram saja paling kurang ada 2000 ekor cacing. Kokon yang berada dalam rumah yang
pertama setelah 2 - 3 minggu kemudian akan menetas. Selanjutnya tinggal dipelihara dan diberi
ransum yang cocok. Pada umur tiga bulan cacing ini sudah dewasa dan siap untuk
bertelur(Anton Waspo. 1998. CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam
http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011). Oleh
sebab itu, pada umur dua bulan cacing yang masih ABG ini perlu dipindahkan ke rumah yang
baru lagi. Nah, bekas media yang telah digunakan ini disebut kascing dan siap untuk
diaplikasikan sebagai pupuk tanaman. Cacing ABG yang telah dibuatkan rumah baru dalam
waktu satu bulan akan berkembang menjadi cacing dewasa dan siap bertelur. Satu bulan
kemudian cacing tanah yang sudah dewasa ini perlu dipindahkan ke rumah baru lagi agar kokon
yang ditinggalkannya bisa berkembang menjadi cacing. Demikian seterusnya mereka beranak
pinak. Satu hal yang perlu dipersiapkan adalah rumah tempat pemeliharaan. Dalam skala yang
besar cacing ini bisa langung dilepas di tanah tidak lagi dalam kotakkotak pemeliharaan. Asal
tersedia ransum dan kondisi yang bagus cacing-cacing ini tidak akan desersi, lari dari tugasnya
untuk memproduksi kokon. Pupuk kascing ini cocok digunakan sebagai alternative di saat pupuk
anorganik mulai mahal seperti saat ini. Walaupun toh nanti, harga pupuk anorganik turun (entah
kapan) tetapi pupuk kascing bisa tetap dipakai. Selain menghasilkan produk pertanian yang lebih
sehat dan tidak merusak tanah, cacing-cacing tersebut bisa mendatangkan penghasilan tambahan
jika dijual ke produsen obat. Membuat kompos dan budidaya cacing tanah ini sedang dicoba oleh
14

ELSPPAT bersama kelompok pemuda tani di dusun Geblug desa Palasari Bogor. Pelatihannya
sendiri sudah berlangsung tanggal 5 September 1998 dengan melibatkan Dede Saprudin dari
Yayasan Bina Alam Perkasa Bandung sebagai narasumber. Pelatihan ini merupakan salah satu
kegiatan dalam program Desa Dampingan ELSPPAT yang mendapat dukungan dana hibah dari
GEF-SGP (Global Eviroment Facility-Small Grant Progrant) UNDP . Anton Waspo. 1998.
CACING TANAH BALA BANTUAN DI SAAT KRISIS. Dalam http://www. elsppat.or.id
/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Perubahan pola pikir yang lebih mengarah ke arah pertanian organic, merupakan suatu
inovasi teknologi yang berlandaskan cinta terhadap lingkungan sekitar. Namun ketika
dihadapkan pada suatu problematika kaidah pertanian organic, terlintas juga suatu peradaban
pola pikir dimana manusia menjadi salah satu pionir di bawah kepemimpinan Dewa uang.
Tingginya tuntutan hidup menjadikan manusia berkarya tidak menggunakan hati yang bersih
dalam melaksanakannya. Sebelum dari itu, perlu diketahui bahwa semua tindakan yang
dikerjakan oleh manusia berasal dari prosesor yaitu hati. Elemen hati sangatlah penting, dalam
faktanya hati telah mem-program daya pikir hingga ke semua sub-sub panca indera manusia.
Inilah sebenarnya yang perlu dijaga dalam diri manusia, bukan bagian ekstern (psikis) namun
internnya (rohani). Fenomena ini muncul beriringan dengan munculnya suatu teknologi dan
paham yang isinya keringatku adalah uang, bukan keringatku adalah kasih sayang. Pada stadia
beginilah yang dimaksud fase kritis berproduksi. Namun, di dalam gejolak seperti demikian
maka perlu untuk mengemukakan suatu inspirasi yang membawa produksi pertanian ke dalam
produksi berbasis organic.
Di dalam mendukung kemajuan pertanian organic yang berbasis lingkungan maka sangat
benar dan mutlak apabila pupuk kascing menjadi produk unggulan dalam orientasi organic.
Cacing tanah yang digunakan dalam proses pembuatan pupuk kascing ini adalah cacing
tanah yang termasuk golongan Lumbricus rubellus. Jenis cacing tanah ini diketahui memiliki
15

fungsi sebagai penghasil kotoran yang sangat bermanfaat bagi

pupuk kascing sendiri. Telah

diketahui sebelumnya, kascing mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan
mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Komposisi kimia kascing Eisenia foetida
meliputi nitrogen (N)0,63%, fosfor (P) 0,35%, kalium (K) 0,20%, kalsium (Ca) 0,23%,
magnesium (Mg) 0,26%, natrium (Na) 0,07%, tembaga (Cu) 17,58%, seng (Zn) 0,007%,
manganium (Mn) 0,003%, besi (Fe) 0,79%, boron (B) 0,21%, molibdenum (Mo) 14,48%, KTK
35,80 meg/100mg, kapasitas menyimpan air 41,23%, dan asam humus 13,88%. Unsur-unsur
kimia tersebut siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya.
Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman.
Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsurunsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.
5.2 Saran
Praktikum ini diadakan dengan tujuan awal ialah agar mahasiswa mengetahui proses
pembuatan pupuk kascing. Namun apa yang didapatkan mahasiswa belum terlalu optimal apalagi
samapai dikatakan menyeluruh masuk ke dalam berkas pengetahuan mahasiswa sebagai jalan
untuk paling tidak tahu mengenai pertanian organic itu sendiri. Apabila ada suatu problematika
seperti ini, suatu hala yang perlu diadakan adalah intropeksi diri pada diri mahasiswa sendiri.
Bagaimanapun itu suatu hal yang menjadi target akan diperoleh ketika niat menjadi roda
pengantar untuk meraihnya.
Satu hal lainnya yang menjadi suksesor praktikum ini ialah disiplin yang di cerminkan
dari para mahasiswa peserta praktikum. Hal yang paling mengganggu dalam proses transfering
sumber data pengetahuan dari dosen pembimbing adalah kedisiplinan setiap individu. Maka
apabila di balik hari esok mengadakan unit kegiatan praktikum dengan tema yang sama atau
mungkin di lain unit praktikum hendaknya bagi semua mahasiswa peserta praktikum
menerapkan disiplin diri sejak awal melangkahkan kaki menuju tempat praktikum.
Dengan ini diharapkan kedepan pertanian bukan sebagai lumbung kemiskinan dan
penistaan, namun sebagai creator kemajuan ketahanan nasional terutama bangsa Indonesia.
Dimana hal yang paling mempengaruhi dalam ketahanan nasional adalah soal pangan atau lebih
tepatnya perut. Jikalau perut terisi maka semua terpenuhi.

16

DAFTAR PUSTAKA
Anton Waspo. 1998. Tanah Bala Bantuan di saat Krisis. Dalam http://www.elsppat.or.
id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011. CACING oleh
http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/berita/PEDOMAN%20PERTANIAN
%20ORGANIK.pdf. Dikutip pada tanggal 19 April 2011
http://www.elsppat.or.id/download/file/w13_a5.pdf. dikutip pada tanggal 21 April 2011
http://march86.blog.com/. Dikutip tanggal 22 April 2011
http://adriwindrardi.wordpress.com/2009/08/19/manfaat-cacing-tanah-lumbricus-rebellus/.
Dikutip pada tanggal 22 April 2011.
http://dc181.4shared.com/img/rWcXFoAI/preview.html. dikutip pada tanggal 24 April 2011
http://cac4.wordpress.com/2008/04/29/membuat-pupuk-kascing/. Dikutip pada tanggal 25 April
2011

17

Anda mungkin juga menyukai