PENDAHULUAN
Indonesia masih menduduki peringkat ke-3 setelah India dan Cina, disusul oleh Nigeria pada
peringkat ke-4 dan Afrika Selatan pada peringkat ke-5. 1,9,12 Sementara berdasarkan laporan
pada tahun 2008, kelima negara tersebut masih tetap masuk dalam daftar lima besar negara
dengan kasus TB baru terbanyak tetapi dengan urutan yang berubah dimana Indonesia
menduduki peringkat ke-5 dengan insiden yang mengalami penurunan dari sekitar 528-ribu
di tahun 2007 menjadi 429-ribu di tahun 2008 (Gambar 1.1). 1,9,13
1
Gambar 1.1 Daftar lima besar negara dengan jumlah kasus baru TB terbanyak.
Penurunan jumlah kasus baru TB di Indonesia untuk tahun 2007 dan 2008 sangat
penting dalam mencapai angka yang lebih kecil lagi untuk tahun-tahun selanjutnya. Indonesia
dituntut untuk membuktikan komitmennya dalam mengatasi masalah TB. Hal ini sejalan
dengan tujuan ke-6 dari millennium development goals yang telah ditandatangani Indonesia
bersama 188 negara lainnya pada September 2000 yakni memerangi HIV/AIDS, malaria, dan
penyakit menular lainnya termasuk TB. Untuk mewujudkannya di tahun 2015, maka ada 3
indikator penting yang perlu diperhatikan yaitu prevalensi tuberculosis dan angka kematian
penderita tuberculosis dengan sebab apapun selama pengobatan OAT, angka penemuan
penderita tuberkulosis BTA positif baru, dan angka kesembuhan penderita tuberkulosis. 1,2,5,7
Penyakit
Tuberkulosis
di
Indonesia
masih
menjadi
masalah
kesehatan
masyarakat.1,5Pemerintah memperkiraan saat ini setiap tahun terjadi 583.000 kasus baru
dengan kematian 140.000 orang. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah telah
melaksanakan program penanggulangan TB dengan stategi DOTS (Directly Observe
Treatment Shortcourse) sejak tahun 1995. 1,3
Untuk mengetahui keberhasilan program DOTS, menggunakan indikator atau tolak
ukur angka konversi pada akhir prngobatan tahap intensif minimal 80 %, angka kesembuhan
minimal 85% dari kasus baru BTA positif. 2,4,8
Penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Indonesia sudah berlangsung sejak
lama. Sejak tahun 1909, penanggulangan penyakit Tuberculosis dilakukan secara nasional
melalui Puskesmas dengan penyediaan obat secara gratis. Program ini dinilai kurang
berhasil akibat kurangnya kesadaran pasien untuk melakukan pengobatan secara teratur.
2
Sedang pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap diduga dapat
menimbulkan kekebalan ganda kuman Tuberkulosis terhadap obat anti Tuberkulosis 1,5
Tabel 1.1 Perbandingan Indikator, Target, dan Kesenjangan Standar Pelayanan
Minimal P2TB Puskesmas Kebon Baru Tahun 2014
No
Kegiatan
Target (%)
Kesenjangan
(Dinkes 2014)
(%)
40%
92%
58%
72,7%
100%
27,3%
54,6%
100%
45,4%
39,3%
92%
52,7%
Pencapaian (%)
Angka Konversi
(8 : 11) x 100 %
Angka Kesembuhan
(6 : 11) x 100 %
Di Kelurahan Kebon Baru, dengan jumlah penduduk sebanyak 35,962 jiwa menurut
Dinkes, didapatkan pencapaian Angka Proporsi Suspek Diperiksa Dahaknya tahun 2014
sebanyak 40% dengan Target Dinkes 92%. Ini menunjukan adanya kesenjangan sebesar 58%.
Angka Temuan Kasus TB BTA (+)/ Case Detection Rate (CDR) TB Paru pada tahun
2014 sebesar 39,3%, dimana pencapaian minimal yang dikatakan baik adalah sebesar
70%.1,2,4,8, dengan Target Dinkes 92 % menunjukan Kesenjangan sebanyak 52,7%.
Angka Konversi pada tahun 2014 sebesar 72,7%, dengan Target Dinkes 100%
menunjukan Kesenjangan sebanyak 45,4%. Angka Konversi bertujuan untuk mengetahui
hasil pengobatan dan apakah pengawasan langsung PMO dilakukan dengan benar. Dianggap
baik apabila pencapaian minimal 80%.1,2,4,8
Angka Kesembuhan pada tahun 2014 sebesar 54,6%, dengan Target Dinkes 100%
menunjukan Kesenjangan sebanyak 45,4%. Angka Kesembuhan bertujuan untuk mengetahui
kekebalan komunitas, menentukan pengobatan lini ke-2, dan menunjukan prevalens HIV
(kasus pengobatan ulang berbanding lurus terhadap kasus HIV). Dianggap baik apabila
pencapaian minimal 85%.1,2,4,8
Angka kesembuhan tersebut sangat berkaitan dengan kepatuhan berobat penderita TB
Paru. Dengan demikian pengetahuan dan dukungan dari berbagai pihak merupakan gerbang
perubahan perilaku pandangan masyarakat mengenai TB Paru dan kunci keberhasilan
pengobatan TB Paru. 1,5,10
Kenyataannya di lapangan banyak penderita TB Paru yang belum mengetahui, merasa
malu, dan belum sadar untuk mau berobat dengan baik. Banyak didapatkan penderita TB
Paru yang berobat di tempat yang selain dari domisili tempat tinggal aslinya (berobat di luar
Puskesmas Kelurahan Kebon Baru) dan menyebabkan kemungkinan pencatatan yang
timpang, sehingga pada tabel di atas menunjukan bahwa pencapaian kegiatan P2TB
Puskesmas Kebon Baru masih belum mencapai target.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap penderita TB Paru dengan judul Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru dan
Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Berobat di Kelurahan Kebon Baru.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan pernyataan masalah, yaitu
masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran dukungan masyarakat mengenai TB Paru dan
kurangnya kepatuhan pengobatan TB Paru.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan penderita TB Paru dan dukungan
1.3.2
Tujuan Khusus
Manfaat
1.4.1
1.4.2
1.4.3