STATUS PASIEN
1.
2.
IDENTITAS
Nama
: Ny. T K
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 67 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
Tanggal pemeriksaan
: 7 Juli 2014
: 477129
ANAMNESIS
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Soreang dengan keluhan mata kanan berair
secara terus menerus sejak 1 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan mata kanan terkadang
terasa nyeri, merah dan terasa ada yang mengganjal sejak 3 minggu yang lalu setelah dioperasi
katarak pada mata kanannya. Pasien juga mengeluh penglihatan mata kanannya buram namun
sudah berangsur membaik setelah dioperasi katarak. Pasien tidak memiliki keluhan pada mata
kirinya.
Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan pertama kali pada 3 minggu yang
lalu, kemudian pasien menjalani operasi pada mata kanannya yang kedua pada 1 minggu yang
lalu. Saat ini pasien datang ke poliklinik Mata RSUD Soreang untuk kontrol kedua kalinya
post operasi katarak pada mata kanannya.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelum dioperasi, penglihatan mata kanannya tidak jelas sejak 1
tahun SMRS. Pemglihatan seperti berkabut, yang semakin lama terasa semakin berat. Pasien
1
juga mengatakan mata kanan terasa silau bila melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada
tempat yang gelap.
Riwayat trauma pada mata kanan sebelumnya disangkal. Riwayat memiliki penyakit
mata lain disangkal. Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat Diabetes Melitus disangkal.
Riwayat alergi
Pasien menjalani operasi katarak dan pemasangan lensa pada mata kanan pertama kali
pada tanggal 19 Juni 2014
Pasien menjalani operasi pada mata kanan yang kedua kali pada tanggal 30 Juni 2014
Riwayat pengobatan
Saat sebelum operasi, pasien mengaku pernah menggunakan salep mata selama 6
bulan yang dibelinya sendiri di apotek, namun pasien lupa nama obatnya. Pasien merasa
keluhan tidak membaik, maka pasien berobat ke Poliklinik Mata RSUD Soreang.
Riwayat penyakit keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,30C
Pemeriksaan fisik lain kesan dalam batas normal
Status Oftalmologi
Ocular Dextra (OD)
Orthoforia
Posisi Hirtcsburg
Baik
Kesegala Arah
1/300
N/palpasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Visus
Tekanan Intra Okular
Super Cilia
Madarosis
Sikatrik
6/12
N/palpasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Palpebra Superior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Ptosis
Blefarospasme
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Palpebra Inferior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Tumor/Massa
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Konjungtiva Tarsal
Superior
Sekret
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Konjungtiva Tarsal
Inferior
3
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Keruh
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Iregular, Central, 8 mm
Tidak Ada
Negatif
Negatif
Sekret
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Subconjunctiva Bleeding
Pterigium
Pinguekula
Kornea
Kejernihan
Sikatrik
Infiltrat
Ulkus
Keratik Presipitat
Edema
COA
Kedalaman
Hifema
Hipopion
Iris/Pupil
Bentuk
Pseudofakia
(-)
Tidak diperiksa
Sinekia Anterior
Refleks Cahaya Langsung
Refleks Cahaya Tidak
Langsung
Lensa
Kejernihan
Shadow Test
Vitreus Humour
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Jernih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Bulat, Reguler, Central,
3 mm
Tidak Ada
Positif
Positif
Agak Keruh
(+)
Tidak diperiksa
Tidak dilakukan
: Tidak Dilakukan
RESUME
Seorang wanita berusia 67 tahun datang dengan keluhan mata kanan berair secara terus
menerus sejak 1 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan mata kanan terkadang terasa nyeri,
merah dan terasa ada yang mengganjal sejak 3 minggu yang lalu setelah dioperasi katarak
pada mata kanannya. Pasien juga mengeluh penglihatan mata kanannya buram namun sudah
berangsur membaik setelah dioperasi katarak. Pasien menjalani operasi katarak pada mata
kanan pertama kali pada 3 minggu yang lalu, kemudian pasien menjalani operasi pada mata
kanannya yang kedua pada 1 minggu yang lalu.
Pasien mengatakan sebelum dioperasi, penglihatan mata kanannya tidak jelas sejak 1
tahun SMRS. Penglihatan seperti berkabut, yang semakin lama terasa semakin berat. Pasien
juga mengatakan mata kanan terasa silau bila melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada
tempat yang gelap.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal, sedangkan
status oftlamologis sebagai berikut:
VOD 1/300
VOS
Pupil OD ditemukan irregular, 8 mm, refleks cahaya langsung (-), refleks cahaya
6/12
5.
DIAGNOSIS BANDING
6.
DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD + Edema Kornea OD
7.
USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz
5
8.
PENATALAKSANAAN
Umum
Banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung vitamin
A,C,E
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan oleh dokter
Disarankan untuk tidak boleh batuk keras, mengedan terlalu keras, mengangkat
beban berat lebih dari 5 kg.
Mata yang pasca operasi katarak tidak boleh terkena air, digosok-gosok.
Khusus
Kontrol kembali 1 minggu kemudian
Dexametasone 0,1%, neomycin 3,5 mg, Polymixin 6000 IU (6 dd I gtt OD)
Cefadroxil 2x500 mg p.o
Methylprednisolon 1x16 mg p.o
NaCl 5% eye drop (6 dd I gtt OD)
9.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
ANATOMI LENSA
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membrane semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus
diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture
line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan
slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbaik di posterior.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan
epitel subskapular.
7
daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan
elastisitasnya.
PSEUDOFAKIA
Definisi
Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang diletakkan
tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan memberikan
penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap
disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan
khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti :
1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil dengan fiksasi pupil.
3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang iris.
Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
4. Pada kapsul lensa.
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak didalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :
1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat
lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
2. Anak dibawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Retinopati diabetik proliferatif berat
5. Glaukoma neovaskuler
KATARAK
Definisi
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat
keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging
merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor
pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.1
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa
mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa
pada tahun 2020.2 Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat.
Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di
Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus
(<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di
10
Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan
rasio 1:8.3
Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka kebutaan
1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat
sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka
kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan
angka kejadian tersebut.4
Gejala Klinis Katarak
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
o
Fotofobia
Penglihatan ganda
Klasifikasi
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1
tahun
Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama bila penenganannya kurang tepat.
11
Mekanisme Kekeruhan
Katarak senilis kortikal. Peningkatan usia/aging dapat menyebabkan penurunan
protein, asam amino, kalium yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi
Stadium Katarak
Katarak senile secara klinik dikenal dalam empat stadium, yaitu insipient imatur,
intumesen, matur, hipermatur.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Massif
Cairan lensa
Normal
Bertambah(air
Normal
Berkurang
masuk)
(air+massa lensa
keluar)
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
CoA
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sempit
Normal
Terbuka
Sudut
bilik Normal
mata
Shadow test
Negative
Positif
Negatif
Psedopos
Penyulit
Glaucoma
Uveitis+glaucom
a
1. Katarak insipien
Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jaruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).
2. Katarak intumesen
13
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa karena lensa degeneratif menyerap air.
Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.
3. Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
4. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan
terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif.
5. Katarak hipermatur
Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga ukuran
lensa mengecil.
6. Katarak Morgagni
Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan , akan terjadi pengerutan dan korteks telah
mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul lensa.
Pemeriksaan Katarak
1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung dari 6/9
sampai PL (perception of light) +. Visus ini merupakan salah satu penanda fase
perkembangan katarak.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan warna
lensa pada area pupil.
3. Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini mengindikasikan
adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik, terbentuk bayangan
bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau transparan,
maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada
lensa katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah
katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus
dan retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan
refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata
14
selain lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung,
refleks cahaya tidak langsung).
5. Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi.
Pemeriksaan ini menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran,
ketebalan, dan kekerasan nukleus).
Pembedahan Katarak
a.
Indikasi
ECCE merupakan cara yang paling modern untuk pembedahan katarak. Pemilihan
teknik ini tergantung instrument yang tersedia, pengalaman ahli bedah dan densitas dari
nucleus. ECCE yang mengangkat nucleus lensa dan korteks dengan cara membuka kapsula
anterior tetapi menyisakan kapsula posterior pada tempatnya. Teknik ini memiliki lebih
banyak keuntungan dibandingkan dengan ICCE.
Dengan daerah insisi yang kecil keuntungannya :
a)
b)
c)
Lebih aman
Mengurangi insiden edema macula cistoid, ablasio retina dan edema kornea.
d) Mengurangi
mobilitas
iris
dan
vitreus
humor
dengan
gerakan
saccadic
(endopthalmodenesis)
e)
Memberikan barrier terhadap molekul yang melewati aqueus humor dan vitreus humor.
f)
g) Mengurangi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang akibat penempelan vitreus ke
iris, kornea dan bekas insisi.
15
Apabila kapsul posterior intak, teknik yang mudah dan aman dilakukan adalah implantasi
IOL, pembedahan filtrasi, transplantasi kornea.
Kontraindikasi
Pada ECCE integritas zonula zinnia dapat dipertahankan terutama pada nucleus dan
korteks. Apabila zonula zinnia tidak sepenuhnya mensupport lensa pada pembedahan
ekstrakapsular maka dilakukan ICCE / lansectomy pars plana.
b.
pengangkatan lensa secara komplit dan kapsulnya yang disebut intracapsular cataract
extraction, lebih dipilih. Aspirasi yang lebih maju, perkembangan operasi mikroskop yang
lebih bagus, dan IOL yang lebih, system operasi menyebabkan ECCE menggantikan ICCE
hampir di seluruh dunia.
Dengan memahami evolusi dari operasi katarak modern dari ICCE menjadi
phacoemulsifikasi akan membantu ahli bedah katarak dalam memilih teknik operasi dan
mempertimbangkan komplikasi.
Keuntungan
Meskipun secara umum ECCE lebih baik, tetapi ICCE mempunyai keuntungan:
a)
Rehabilitasi visual biasanya segera setelah pembedahan dengan kacamata +10,00 Dioptri.
Kerugian
Insisi ICCE yang luas, 160o - 180o dihubungkan dengan resiko :
a)
Keterlambatan penyembuhan
b)
c)
d)
Inkarserasi iris
e)
f)
Inkarserasi vitreus
g)
Edema kornea
h)
Trauma endotel kornea, yang dapat terjadi karena kornea yang terangkat dan menonjol
selama pemasangan lensa atau dari cryoprobe yang digunakan pada waktu operasi.
i)
j)
Cystoid Makular Edema (CME) (lebih sering setelah ICCE daripada ECCE) transien
CME terjadi pada 50 % pasien, sedangkan CME persisten terjadi pada 2 % - 4 % pasien.
k)
c.
Ablasio retina
Fakoemulsifikasi
Merupakan teknik ekstrakapsular yang berbeda dengan teknik ECCE konvensional.
Teknik ini menggunakan ultrasonic untuk memecah nucleus dan mengaspirasi lensa. Hasilnya
berupa komplikasi luka yang jarang, penyembuhan yang lebih cepat dari cara lain dengan
lapangan insisi yang lebih besar. Teknik ini juga merupakan teknik tertutup baik selama
Phacoemulsifikasi dan aspirasi, sehingga mengontrol kedalaman bilik anterior dan mencegah
tekanan positif dari vitreus humor dan perdarahan koroid.
Indikasi operasi
Indikasi operasi katarak di bagi menjadi :
1. indikasi sosial : jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
2. indikasi medis : kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun
prognosis penglihatnnya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan
penglihatnnya :
17
katarak hipermatur
ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau
tata laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa
3. indikasi optik : jika hasil dari pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m di
dapatkan hasil visus 3/60
Komplikasi
Komplikasi Intraoperative
Edema kornea
Kerusakan pada endotel kornea
Ruptur kapsula posterior
Prolaps dan kehilangan vitrous
Hyphema
Perdarahan atau efusi suprakoroid
Pendarahan suprakoroid ekspulsif
Disrupsi vitreus
Dislokasi nukleus kedalam vitreus
Komplikasi postoperative
Segera
- Edema kornea
- Kebocoran luka
- Prolaps iris
- COA dangkal atau datar
- Hyphaema
- Glaukoma
- Endophtalmitis
18
EDEMA KORNEA
Edema kornea
Kornea berfungsi sebagai media pembiasan kuat, memberikan kontribusi bagi kekuatan fokus
maksimum dari mata. Kornea disimpan transparan untuk kejelasan visi maksimum dengan
memasok oksigen dari air mata dan pemompaan air dari lapisan endotelium. Ketika ada
hidrasi yang berlebihan atau akumulasi cairan di bagian kornea, maka hal itu menyebabkan
pembengkakan kornea; masalah mata yang umum disebut sebagai edema kornea.
Penyebab dan Gejala
Disebabkan oleh masalah yang berhubungan dengan dehidrasi, infeksi virus, gangguan
endotel, operasi mata, luka trauma, tekanan okular meningkat, dan lain-lain. Di antaranya,
distrofi Fuch endotel adalah penyebab paling umum dari edema ini. Ada gangguan herediter,
ditandai dengan hilangnya lambat dan bertahap dari sel endotel. Perempuan memiliki risiko
yang lebih tinggi terhadap distrofi endotel dibandingkan pria.
Infeksi oleh virus herpes dapat menyebabkan respon inflamasi pada kornea, yang
menyebabkan edema. Edema kornea juga dapat terjadi segera atau beberapa tahun setelah
dilakukan dalam setiap jenis operasi mata. Ini dapat terjadi karena penurunan lapisan endotel
oleh radiasi USG, kerusakan membran descemet, dan / atau infus obat beracun di kornea.
Selain itu, obat topikal dan sistemik yang kuat dapat menyebabkan kondisi edema kornea.
Gejala awal yang paling menonjol dari edema kornea adalah terdistorsi atau pandangan kabur,
ketidaknyamanan mata, fotofobia (sensitivitas meningkat terhadap cahaya), dan kepekaan
terhadap partikel asing. Gejala dapat berkembang menjadi rasa sakit parah di mata karena
kerusakan saraf kornea. Pseudophakic bulosa keratopati (PBK) yang menghasilkan
pembentukan berisi cairan bula atau lepuh biasanya timbul setelah operasi katarak.
Diagnosa
Penegakan diagnosis dari setiap kelainan pada mata didahului oleh anamnesis, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik secara umum, dan pemeriksaan oftalmologis. Spesialis mata juga
19
20
BAB III
PEMBAHASAN
1.
2.
3.
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis didapatkan :
Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan pertama kali pada 3
melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada tempat yang gelap.
Berdasarkan teori, pseudofakia adalah :
Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang
diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan
Pada katarak didapatkan gejala berupa :
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai
gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
o Penglihatan kabur dan berkabut
o Fotofobia
o Penglihatan ganda
o Kesulitan melihat di waktu malam
o Sering berganti kacamata
o Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
o Seperti ada titik gelap didepan mata
Pasien mengaku mata kanan berair, terkadang nyeri dan merah, ini merupakan
hal yang biasa terjadi setelah operasi. Dimana setelah terjadi luka operasi maka
akan terjadi fase penyembuhan yang diawali dengan fase inflamasi. Sedangkan
21
mata terasa ada yang menganjal karena benang operasi belum diserap secara
sempurna.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
o Pemeriksaan Visus
VOD 1/300
VOS
6/12
2. Prinsip Pengobatan
o Pemberian obat tetes mata steroid, berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat
tindakan bedah.
o Pemberian steroid oral sebagai anti inflamasi untuk edema kornea.
o Pemberian antibiotik oral dan tetes untuk mencegah infeksi pasca bedah.
o Pemberian larutan NaCl 5% eye drop untuk mengurangi edema kornea.
3. Prognosis pada pasien ini
Quo ad vitam
: ad bonam
Dilihat dari status generalis, tanda vital, pemeriksaan fisik pada pasien ini
masih dalam batas normal.
Quo ad functionam
: dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ilyas Shidarta Prof,Dr. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. 2003.
Jakarta : Balai penerbit FKUI
2.
Ilyas Shidarta Prof,Dr. Ilmu Penyakit Mata. 2003. Jakarta : Balai penerbit FKUI
3.
Paul R.E, John P.W. Vaughan & Asburys General Opthalmology Sixteenth Edition.
United States Of America. 2004. Hal 129-153
23
4.
Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran.2002. Jakarta : Sagung Seto
5. Wijana Nana Dr,SD. Ilmu Penyakit Mata. 1993. Jakarta : Tegal Abadi
24