Anda di halaman 1dari 24

BAB I

STATUS PASIEN
1.

2.

IDENTITAS
Nama

: Ny. T K

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 67 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Kp. Coblong 3/14 Sukmenak Kec. Margahayu Kab. Bandung

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan

: 7 Juli 2014

No. Rekam Medik

: 477129

ANAMNESIS

Autoanamnesis pada tanggal 7 Juli 2014


Keluhan utama

: Mata kanan berair

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Soreang dengan keluhan mata kanan berair
secara terus menerus sejak 1 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan mata kanan terkadang
terasa nyeri, merah dan terasa ada yang mengganjal sejak 3 minggu yang lalu setelah dioperasi
katarak pada mata kanannya. Pasien juga mengeluh penglihatan mata kanannya buram namun
sudah berangsur membaik setelah dioperasi katarak. Pasien tidak memiliki keluhan pada mata
kirinya.
Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan pertama kali pada 3 minggu yang
lalu, kemudian pasien menjalani operasi pada mata kanannya yang kedua pada 1 minggu yang
lalu. Saat ini pasien datang ke poliklinik Mata RSUD Soreang untuk kontrol kedua kalinya
post operasi katarak pada mata kanannya.
Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengatakan sebelum dioperasi, penglihatan mata kanannya tidak jelas sejak 1
tahun SMRS. Pemglihatan seperti berkabut, yang semakin lama terasa semakin berat. Pasien
1

juga mengatakan mata kanan terasa silau bila melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada
tempat yang gelap.
Riwayat trauma pada mata kanan sebelumnya disangkal. Riwayat memiliki penyakit
mata lain disangkal. Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat Diabetes Melitus disangkal.
Riwayat alergi

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat maupun alergi makanan.


Riwayat operasi sebelumnya
-

Pasien menjalani operasi katarak dan pemasangan lensa pada mata kanan pertama kali
pada tanggal 19 Juni 2014

Pasien menjalani operasi pada mata kanan yang kedua kali pada tanggal 30 Juni 2014

Riwayat pengobatan

Saat sebelum operasi, pasien mengaku pernah menggunakan salep mata selama 6
bulan yang dibelinya sendiri di apotek, namun pasien lupa nama obatnya. Pasien merasa
keluhan tidak membaik, maka pasien berobat ke Poliklinik Mata RSUD Soreang.
Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa.


3.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Keadaan Umum
: Tampak Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,30C
Pemeriksaan fisik lain kesan dalam batas normal
Status Oftalmologi
Ocular Dextra (OD)
Orthoforia

Posisi Hirtcsburg

Ocular Sinistra (OS)


Orthoforia

Baik

Gerakan Bola Mata

Kesegala Arah
1/300
N/palpasi

Baik Kesegala Arah

Tidak Ada
Tidak Ada

Visus
Tekanan Intra Okular
Super Cilia
Madarosis
Sikatrik

6/12
N/palpasi
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Palpebra Superior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Ptosis
Blefarospasme

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Palpebra Inferior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Tumor/Massa

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Konjungtiva Tarsal
Superior
Sekret
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Konjungtiva Tarsal
Inferior
3

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Keruh
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Iregular, Central, 8 mm
Tidak Ada
Negatif
Negatif

Sekret
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan
Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Subconjunctiva Bleeding
Pterigium
Pinguekula
Kornea
Kejernihan
Sikatrik
Infiltrat
Ulkus
Keratik Presipitat
Edema
COA
Kedalaman
Hifema
Hipopion
Iris/Pupil
Bentuk

Pseudofakia
(-)
Tidak diperiksa

Sinekia Anterior
Refleks Cahaya Langsung
Refleks Cahaya Tidak
Langsung
Lensa
Kejernihan
Shadow Test
Vitreus Humour

Tidak dilakukan

Funduskopi

Pemeriksaan Biomikroskop (Slit Lamp)

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Jernih
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Bulat, Reguler, Central,
3 mm
Tidak Ada
Positif
Positif
Agak Keruh
(+)
Tidak diperiksa
Tidak dilakukan

Konjungtiva bulbi OD ditemukan injeksi konjungtiva (+)

Kornea OD ditemukan keruh (+) dan edema (+)

Pupil OD ditemukan irregular, 8 mm


4

Lensa OD ditemukan pseudofakia (+)

Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz


4.

: Tidak Dilakukan

RESUME
Seorang wanita berusia 67 tahun datang dengan keluhan mata kanan berair secara terus

menerus sejak 1 minggu SMRS. Keluhan disertai dengan mata kanan terkadang terasa nyeri,
merah dan terasa ada yang mengganjal sejak 3 minggu yang lalu setelah dioperasi katarak
pada mata kanannya. Pasien juga mengeluh penglihatan mata kanannya buram namun sudah
berangsur membaik setelah dioperasi katarak. Pasien menjalani operasi katarak pada mata
kanan pertama kali pada 3 minggu yang lalu, kemudian pasien menjalani operasi pada mata
kanannya yang kedua pada 1 minggu yang lalu.
Pasien mengatakan sebelum dioperasi, penglihatan mata kanannya tidak jelas sejak 1
tahun SMRS. Penglihatan seperti berkabut, yang semakin lama terasa semakin berat. Pasien
juga mengatakan mata kanan terasa silau bila melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada
tempat yang gelap.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal, sedangkan
status oftlamologis sebagai berikut:

VOD 1/300

VOS

Konjungtiva bulbi OD ditemukan injeksi konjungtiva

Kornea OD ditemukan keruh dan edema

Pupil OD ditemukan irregular, 8 mm, refleks cahaya langsung (-), refleks cahaya

6/12

tidak langsung (-)

Lensa OD ditemukan pseudofakia (+)

5.

DIAGNOSIS BANDING

6.

DIAGNOSIS KERJA
Pseudofakia OD + Edema Kornea OD

7.

USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz
5

8.

PENATALAKSANAAN
Umum
Banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran yang mengandung vitamin
A,C,E
Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan oleh dokter
Disarankan untuk tidak boleh batuk keras, mengedan terlalu keras, mengangkat
beban berat lebih dari 5 kg.
Mata yang pasca operasi katarak tidak boleh terkena air, digosok-gosok.
Khusus
Kontrol kembali 1 minggu kemudian
Dexametasone 0,1%, neomycin 3,5 mg, Polymixin 6000 IU (6 dd I gtt OD)
Cefadroxil 2x500 mg p.o
Methylprednisolon 1x16 mg p.o
NaCl 5% eye drop (6 dd I gtt OD)

9.

PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad malam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6

ANATOMI LENSA

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir transparan
sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Lensa tergantung pada zonula di
belakang iris; zonula menghubungkannya dengan corpus cilliare. Di sebelah anterior lensa
terdapat aqueous humor; di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu
membrane semipermeabel yang akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.
Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras
daripada korteksnya. Seiring dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus
diproduksi sehingga lensa perlahan-lahan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan
korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Garis-garis persambungan (suture
line) yang terbentuk dari penyambungan tepi-tepi serat lamelar tampak seperti huruf Y dengan
slitlamp. Huruf Y ini tampak tegak di anterior dan terbaik di posterior.
Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan
mikroskop, inti ini jelas di bagian perifer lensa di dekat ekuator dan berbatasan dengan lapisan
epitel subskapular.
7

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai


zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril; fibril-fibril ini berasal dari permukaan
corpus ciliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
Enam puluh lima persen lensa terdiri atas air, sekitar 35% nya protein (kandungan
proteinnya tertinggi diantara jaringan-jaringan tubuh). Selain itu, terdapat sedikit sekali
mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam
bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di
lensa.
FISIOLOGI LENSA
Lensa kristalina adalah sebuah struktur menakjubkan yang pada kondisi normalnya
berfungsi memfokuskan gambar pada retina. Posisinya tepat di sebelah posterior iris dan
disangga oleh serat-serat zonula yang berasal dari corpus cilliare. Serat-serat ini menyisip
pada bagian ekuator kapsul lensa. Kapsul lensa adalah suatu membrane basalis yang
mengelilingi substansi lensa. Sel-sel epitel dekat ekuator lensa membelah sepanjang hidup dan
terus berdiferensiasi membentuk serat-serat lensa baru sehingga serat-serat lensa yang lebih
tua dipampatkan ke nucleus sentral; serat-serat muda, yang kurang padat, disekeliling nucleus
menyusun korteks lensa. Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan,
nutrisi lensa didapat dari aqueous humor. Metabolisme lensa terutama bersifat anaerob akibat
rendahnya kadar oksigen terlarut di dalam aqueous.
Mata dapat mengubah fokusnya dari objek jarak jauh ke jarak dekat karena
kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang dikenal sebagai
akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang
bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan
zonula dikendalikan oleh aktivitas musculus ciliaris, yang bila berkontraksi akan
mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan
daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan objek-objek yang lebih dekat. Relaksasi
musculus ciliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat
lensa mendatar dan memungkinkan objek-objek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia,
8

daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan
elastisitasnya.
PSEUDOFAKIA
Definisi
Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang diletakkan
tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan. Lensa ini akan memberikan
penglihatan lebih baik. Lensa intraokular ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap
disana untuk seumur hidup. Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan
khusus dan tidak akan ditolak keluar oleh tubuh.
Letak lensa didalam bola mata dapat bermacam macam, seperti :
1. Pada bilik mata depan, yang ditempatkan didepan iris dengan kaki penyokongnya
bersandar pada sudut bilik mata
2. Pada daerah pupil, dimana bagian optik lensa pada pupil dengan fiksasi pupil.
3. Pada bilik mata belakang, yang diletakkan pada kedudukan lensa normal dibelakang iris.
Lensa dikeluarkan dengan ekstraksi lensa ekstra kapsular
4. Pada kapsul lensa.
Pada saat ini pemasangan lensa terutama diusahakan terletak didalam kapsul lensa.
Meletakkan lensa tanam didalam bilik mata memerlukan perhatian khusus :
1. Endotel kornea terlindung
2. Melindungi iris terutama pigmen iris
3. Melindungi kapsul posterior lensa
4. Mudah memasukkannya karena tidak memberikan cedera pada zonula lensa.
Keuntungan pemasangan lensa ini :

1. Penglihatan menjadi lebih fisiologis karena letak lensa yang ditempatkan pada tempat
lensa asli yang diangkat.
2. Lapang penglihatan sama dengan lapang pandangan normal
3. Tidak terjadi pembesaran benda yang dilihat
4. Psikologis, mobilisasi lebih cepat.
Pemasangan lensa tidak dianjurkan kepada :
1. Mata yang sering mengalami radang intra okuler (uveitis)
2. Anak dibawah 3 tahun
3. Uveitis menahun yang berat
4. Retinopati diabetik proliferatif berat
5. Glaukoma neovaskuler
KATARAK
Definisi
Katarak merupakan kelainan mata tenang dengan gejala penurunan visus penglihatan
perlahan. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies yang berarti air terjun. Pandangan
pasien dengan katarak tampak seperti terhalang air terjun. Kesan tersebut terjadi akibat
keruhnya lensa akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau keduanya. Penuaan/aging
merupakan penyebab utama katarak, namun dapat pula disebabkan faktor lain seperti trauma,
toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok, dan faktor keturunan. Tanpa faktor
pajanan, katarak dapat muncul pada usia 70 tahun.1
Epidemiologi
Katarak merupakan penyebab utama (51%) kebutaan di dunia. Hampir 20 juta jiwa
mengalami kebutaan karena katarak, dan jumlah ini diproyeksikan akan menjadi 40 juta jiwa
pada tahun 2020.2 Di negara berkembang, katarak terkait usia dapat muncul lebih cepat.
Penelitian di India menunjukkan katarak dapat muncul 14 tahun lebih awal dibandingkan di
Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, prevalensi katarak yang sudah mengganggu visus
(<=6/9) pada populasi berusia 75-83 tahun di India adalah sebesar 82% dibandingkan 46% di
10

Amerika Serikat. Katarak dapat ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria dengan
rasio 1:8.3
Di Indonesia, katarak adalah penyebab kebutaan terbanyak (1,02%) dari total angka kebutaan
1,47%. Peningkatan penduduk usia lanjut yang diproyeksikan pada tahun 2025 meningkat
sebesar 400% akan menjadi ancaman peningkatan prevalensi katarak. Meningkatknya angka
kejadian penyakit kronis seperti DM dan hipertensi juga memiliki faktor terhadap peningkatan
angka kejadian tersebut.4
Gejala Klinis Katarak
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan
penglihatan yang muncul secara bertahap.
o

Penglihatan kabur dan berkabut

Fotofobia

Penglihatan ganda

Kesulitan melihat di waktu malam

Sering berganti kacamata

Perlu penerangan lebih terang untuk membaca

Seperti ada titik gelap didepan mata

Klasifikasi
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1

tahun

Katarak juvenil, katarak yang terjadi pada usia di atas1 tahun

Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 50 tahun

Katarak Kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir
dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada
bayi yang cukup berarti terutama bila penenganannya kurang tepat.
11

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :


1. Kapsulentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak
Polaris.
2. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau
nukleus lensa saja.
Katarak Juvenile
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada
usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan
kelanjutan katarak congenital.
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di
atas 50 tahun. Katarak senilis adalah katarak yang paling sering terjadi, tidak nyeri, dan
penyebabnya tidak diketahui, berkembang tanpa gangguan traumatik, ocular, sistemik.
Sebagian besar letak katarak terdapat pada daerah kortikal lensa, namun beberapa ditemukan
pula pada area nuclear dan subkapsular.
Perubahan lensa pada usia lanjut:
a. Kapsul:
- Menebal dan kurang elastic
- Mulai presbiopi
- Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
- Terlihat granular
b. Epitel:
- Semakin tipis
- Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c. Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks jelas kerusakan serat sel
- Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nucleus (histidin,
triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa
nucleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal
12

Korteks tidak berwarna karena:


o kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
o Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda

Mekanisme Kekeruhan
Katarak senilis kortikal. Peningkatan usia/aging dapat menyebabkan penurunan
protein, asam amino, kalium yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium dan hidrasi

lensa, menyebabkan koagulasi protein yang ada di korteks.


Katarak senilis nuklear. Proses degeneratif yang terjadi adalah sklerosis nuklear yang
berkaitan dengan dehidrasi dan penebalan nukleus. Dapat terjadi peningkatan protein
tidak terlarut air.

Stadium Katarak
Katarak senile secara klinik dikenal dalam empat stadium, yaitu insipient imatur,
intumesen, matur, hipermatur.

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Massif

Cairan lensa

Normal

Bertambah(air

Normal

Berkurang

masuk)

(air+massa lensa
keluar)

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

CoA

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Sempit

Normal

Terbuka

Sudut

bilik Normal

mata
Shadow test

Negative

Positif

Negatif

Psedopos

Penyulit

Glaucoma

Uveitis+glaucom
a

1. Katarak insipien
Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jaruji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal).
2. Katarak intumesen
13

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa karena lensa degeneratif menyerap air.
Lensa yang membengkak dan membesar akan mendorong iris sehingga bilik mata
menjadi dangkal, hal ini dapat menimbulkan penyulit berupa glaukoma.
3. Katarak imatur
Lensa sebagian keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa. Volume lensa bertambah
akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
4. Katarak matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh lapisan lensa. Bila katarak imatur atau intumesen
tidak dikeluarkan maka cairan akan keluar sehingga ukuran lensa kembali normal dan
terjadi kalsifikasi lensa. Bilik mata depan kembali normal, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh sehingga shadow test menjadi negatif.
5. Katarak hipermatur
Massa lensa yang berdegenerasi mencair dan keluar dari kapsul lensa sehingga ukuran
lensa mengecil.
6. Katarak Morgagni
Jika katarak hipermatur tidak dikeluarkan , akan terjadi pengerutan dan korteks telah
mencair sehingga nukleus lensa akan turun dari tempatnya dalam kapsul lensa.
Pemeriksaan Katarak
1. Pemeriksaan tajam penglihatan (visual acuity). Visus pasien bergantung dari 6/9
sampai PL (perception of light) +. Visus ini merupakan salah satu penanda fase
perkembangan katarak.
2. Pemeriksaan iluminasi oblik/oblique illumination examination. Menunjukkan warna
lensa pada area pupil.
3. Pemeriksaan bayangan iris/test for iris shadow. Pemeriksaan ini mengindikasikan
adanya katarak imatur. Saat cahaya menyinari pupil secara oblik, terbentuk bayangan
bulan sabit pada batas pupil di iris. Saat lensa sepenuhnya buram atau transparan,
maka tidak ada bayangan bulan sabit yang terbentuk.
4. Pemeriksaan oftalmoskopi. Pada mata normal terlihat cahaya fundus kuning. Pada
lensa katarak parsial akan terlihat bayangan hitam pada area merah pada daerah
katarak. Pada lensa katarak yang komplit tidak terlihat apa-apa. Pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk menilai status ada tidaknya kelainan di makula, papil nervus optikus
dan retina, yang bertujuan untuk menilai prognosis katarak.
Apabila funduskopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan proyeksi penglihatan dan
refleks cahaya tidak langsung untuk menilai apakah ada kelainan pada bagian mata

14

selain lensa. Dapat pula dilakukan penilaian pupil (inspeksi, refleks cahaya langsung,
refleks cahaya tidak langsung).
5. Slit-lamp examination. Dilakukan pada pupil yang sepenuhnya berdilatasi.
Pemeriksaan ini menunjukkan morfologi bagian lensa yang keruh (lokasi, ukuran,
ketebalan, dan kekerasan nukleus).
Pembedahan Katarak
a.

Ekstra Capsular Cataract Ekstraction (ECCE)

Indikasi
ECCE merupakan cara yang paling modern untuk pembedahan katarak. Pemilihan
teknik ini tergantung instrument yang tersedia, pengalaman ahli bedah dan densitas dari
nucleus. ECCE yang mengangkat nucleus lensa dan korteks dengan cara membuka kapsula
anterior tetapi menyisakan kapsula posterior pada tempatnya. Teknik ini memiliki lebih
banyak keuntungan dibandingkan dengan ICCE.
Dengan daerah insisi yang kecil keuntungannya :
a)

Trauma minimal pada endotel kornea

b)

Sedikit menyebabkan astigmatisme

c)

Lebih aman

Sebagai tambahan, kapsula posterior intak, sehingga :


a)

Mengurangi resiko kehilangan vitreus humor intraoperatif

b) Memberikan posisi anatomi yang baik untuk fiksasi IOL


c)

Mengurangi insiden edema macula cistoid, ablasio retina dan edema kornea.

d) Mengurangi

mobilitas

iris

dan

vitreus

humor

dengan

gerakan

saccadic

(endopthalmodenesis)
e)

Memberikan barrier terhadap molekul yang melewati aqueus humor dan vitreus humor.

f)

Mengurangi akses infeksi bakteri ke ruang vitreus pada endopthalmitis.

g) Mengurangi komplikasi jangka pendek dan jangka panjang akibat penempelan vitreus ke
iris, kornea dan bekas insisi.
15

Apabila kapsul posterior intak, teknik yang mudah dan aman dilakukan adalah implantasi
IOL, pembedahan filtrasi, transplantasi kornea.
Kontraindikasi
Pada ECCE integritas zonula zinnia dapat dipertahankan terutama pada nucleus dan
korteks. Apabila zonula zinnia tidak sepenuhnya mensupport lensa pada pembedahan
ekstrakapsular maka dilakukan ICCE / lansectomy pars plana.
b.

Intra Capsular Catarac Ekstraction (ICCE)


Dengan perkembangan operasi katarak extracapsular modern dari sebelumnya,

pengangkatan lensa secara komplit dan kapsulnya yang disebut intracapsular cataract
extraction, lebih dipilih. Aspirasi yang lebih maju, perkembangan operasi mikroskop yang
lebih bagus, dan IOL yang lebih, system operasi menyebabkan ECCE menggantikan ICCE
hampir di seluruh dunia.
Dengan memahami evolusi dari operasi katarak modern dari ICCE menjadi
phacoemulsifikasi akan membantu ahli bedah katarak dalam memilih teknik operasi dan
mempertimbangkan komplikasi.
Keuntungan
Meskipun secara umum ECCE lebih baik, tetapi ICCE mempunyai keuntungan:
a)

Pengangkatan seluruh lensa, tanpa meninggalkan kapsul

b) Instrument yang dibutuhkan sederhana (operasi menggunakan lup telah diganti


menggunakan mikroskop dan alat ekstraksi non automatis, seperti Cryoprobes, Forceps
Capsular, atau Erysiphales)
c)

Rehabilitasi visual biasanya segera setelah pembedahan dengan kacamata +10,00 Dioptri.

Kerugian
Insisi ICCE yang luas, 160o - 180o dihubungkan dengan resiko :
a)

Keterlambatan penyembuhan

b)

Keterlambatan rehabilitasi visual


16

c)

Timbulnya astigmatism yang signifikans

d)

Inkarserasi iris

e)

Luka bocor post operasi

f)

Inkarserasi vitreus

g)

Edema kornea

h)

Trauma endotel kornea, yang dapat terjadi karena kornea yang terangkat dan menonjol
selama pemasangan lensa atau dari cryoprobe yang digunakan pada waktu operasi.

i)

Hilangnya sel endotel kornea

j)

Cystoid Makular Edema (CME) (lebih sering setelah ICCE daripada ECCE) transien
CME terjadi pada 50 % pasien, sedangkan CME persisten terjadi pada 2 % - 4 % pasien.

k)
c.

Ablasio retina
Fakoemulsifikasi
Merupakan teknik ekstrakapsular yang berbeda dengan teknik ECCE konvensional.

Teknik ini menggunakan ultrasonic untuk memecah nucleus dan mengaspirasi lensa. Hasilnya
berupa komplikasi luka yang jarang, penyembuhan yang lebih cepat dari cara lain dengan
lapangan insisi yang lebih besar. Teknik ini juga merupakan teknik tertutup baik selama
Phacoemulsifikasi dan aspirasi, sehingga mengontrol kedalaman bilik anterior dan mencegah
tekanan positif dari vitreus humor dan perdarahan koroid.

Indikasi operasi
Indikasi operasi katarak di bagi menjadi :
1. indikasi sosial : jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
2. indikasi medis : kondisi katarak di bawah ini harus segera dioperasi walaupun
prognosis penglihatnnya tidak menjanjikan atau pasien tidak berminat pada perbaikan
penglihatnnya :
17

katarak hipermatur

less induced glaucoma

less induced uveitis

dislokasi / sublukasi lensa

korpus alienum intralentikular

retinopati diabetik yang diterapi dengan fotokoagulasi laser

ablasio retina atau patologi segmen posterior lainnya dimana diagnosis atau
tata laksananya akan terganggu dengan adanya opasitas lensa

3. indikasi optik : jika hasil dari pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m di
dapatkan hasil visus 3/60

Komplikasi
Komplikasi Intraoperative

Edema kornea
Kerusakan pada endotel kornea
Ruptur kapsula posterior
Prolaps dan kehilangan vitrous
Hyphema
Perdarahan atau efusi suprakoroid
Pendarahan suprakoroid ekspulsif
Disrupsi vitreus
Dislokasi nukleus kedalam vitreus

Komplikasi postoperative

Segera
- Edema kornea
- Kebocoran luka
- Prolaps iris
- COA dangkal atau datar
- Hyphaema
- Glaukoma
- Endophtalmitis
18

- IOL berpindah tempat, tidak di tengah lagi


Lambat
- Glaukoma
- Posterior Capsular Opacification
- Vitreous touch syndrome
- UGH syndrome (Uveitis, Glaukoma, Hymphaema Syndrome)
- Bullous keratopathy
- Ablasio retina

EDEMA KORNEA
Edema kornea
Kornea berfungsi sebagai media pembiasan kuat, memberikan kontribusi bagi kekuatan fokus
maksimum dari mata. Kornea disimpan transparan untuk kejelasan visi maksimum dengan
memasok oksigen dari air mata dan pemompaan air dari lapisan endotelium. Ketika ada
hidrasi yang berlebihan atau akumulasi cairan di bagian kornea, maka hal itu menyebabkan
pembengkakan kornea; masalah mata yang umum disebut sebagai edema kornea.
Penyebab dan Gejala
Disebabkan oleh masalah yang berhubungan dengan dehidrasi, infeksi virus, gangguan
endotel, operasi mata, luka trauma, tekanan okular meningkat, dan lain-lain. Di antaranya,
distrofi Fuch endotel adalah penyebab paling umum dari edema ini. Ada gangguan herediter,
ditandai dengan hilangnya lambat dan bertahap dari sel endotel. Perempuan memiliki risiko
yang lebih tinggi terhadap distrofi endotel dibandingkan pria.
Infeksi oleh virus herpes dapat menyebabkan respon inflamasi pada kornea, yang
menyebabkan edema. Edema kornea juga dapat terjadi segera atau beberapa tahun setelah
dilakukan dalam setiap jenis operasi mata. Ini dapat terjadi karena penurunan lapisan endotel
oleh radiasi USG, kerusakan membran descemet, dan / atau infus obat beracun di kornea.
Selain itu, obat topikal dan sistemik yang kuat dapat menyebabkan kondisi edema kornea.
Gejala awal yang paling menonjol dari edema kornea adalah terdistorsi atau pandangan kabur,
ketidaknyamanan mata, fotofobia (sensitivitas meningkat terhadap cahaya), dan kepekaan
terhadap partikel asing. Gejala dapat berkembang menjadi rasa sakit parah di mata karena
kerusakan saraf kornea. Pseudophakic bulosa keratopati (PBK) yang menghasilkan
pembentukan berisi cairan bula atau lepuh biasanya timbul setelah operasi katarak.
Diagnosa
Penegakan diagnosis dari setiap kelainan pada mata didahului oleh anamnesis, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik secara umum, dan pemeriksaan oftalmologis. Spesialis mata juga
19

dapat melakukan mikroskop specular, ultrasound, dan pachymetry optik (pengukuran


ketebalan kornea) untuk menegakkan diagnosis. Ataupun dapat juga pemeriksaan dengan
menggunakan slit lamp.
Pengobatan
Pada prinsipnya, strategi pengobatan bervariasi berdasarkan penyebab pasti kondisi tersebut.
Dalam kasus radang kornea yang disebabkan oleh tidak cocok atau terus-menerus
mengenakan lensa kontak, penggunaan lensa kontak yang benar dianjurkan. Demikian pula,
edema yang disebabkan oleh tekanan mata yang meningkat dilakukan dengan menurunkan
tekanan. Jika pembengkakan ini dikembangkan sebagai komplikasi pasca-operasi, dapat
diatasi dengan pemberian tetes mata. Dokter mungkin merekomendasikan antibiotik dan antiinflamasi tetes untuk edema infeksi kornea terkait.
Dalam hal pembengkakan kornea terbatas pada lapisan epitel, dapat diobati dengan
menggunakan larutan garam biasa. Di sini, larutan garam ekstrak cairan berlebih yang
mendapatkan akumulasi di kornea melalui osmosis. Pada kasus yang parah, transplantasi
kornea dapat direkomendasikan sebagai prosedur pengobatan. Perawatan mata yang tepat dan
olahraga mata harus dilakukan untuk meringankan gejala pembengkakan kornea.
Jika edema kornea tidak diobati untuk jangka waktu lama, maka gejala dapat memperburuk
kondisi mata kronis seperti edema stroma dan edema epitel antar sel. Oleh karena itu, untuk
menghindari komplikasi seperti itu, sebaiknya pasien segera dirujuk ke spesialis mata.

20

BAB III
PEMBAHASAN

1.
2.
3.

Apa dasar diagnosis pada pasien ini?


Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?
Bagaimana prognosis pada pasien ini?
1. Dasar diagnosis
Pseudofakia OD + Edema Kornea OD

Anamnesis
Berdasarkan anamnesis didapatkan :
Pasien menjalani operasi katarak pada mata kanan pertama kali pada 3

minggu yang lalu.


Pasien mengatakan sebelum dioperasi, penglihatan mata kanannya tidak
jelas sejak 1 tahun SMRS. Penglihatan seperti berkabut, yang semakin lama
terasa semakin berat. Pasien juga mengatakan mata kanan terasa silau bila

melihat cahaya dan merasa lebih nyaman pada tempat yang gelap.
Berdasarkan teori, pseudofakia adalah :
Pseudofakia adalah lensa yang ditanam pada mata (lensa intra okuler) yang
diletakkan tepat ditempat lensa yang keruh dan sudah dikeluarkan
Pada katarak didapatkan gejala berupa :
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai
gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
o Penglihatan kabur dan berkabut
o Fotofobia
o Penglihatan ganda
o Kesulitan melihat di waktu malam
o Sering berganti kacamata
o Perlu penerangan lebih terang untuk membaca
o Seperti ada titik gelap didepan mata
Pasien mengaku mata kanan berair, terkadang nyeri dan merah, ini merupakan
hal yang biasa terjadi setelah operasi. Dimana setelah terjadi luka operasi maka
akan terjadi fase penyembuhan yang diawali dengan fase inflamasi. Sedangkan
21

mata terasa ada yang menganjal karena benang operasi belum diserap secara
sempurna.

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
o Pemeriksaan Visus

VOD 1/300

VOS

6/12

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui adakah


perbaikan tajam penglihatan setelah operasi katarak.
o Konjungtiva bulbi OD ditemukan injeksi konjungtiva
Pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
tanda inflamasi pada sekitar luka operasi. Pada sekitar luka post operasi akan
terjadi reaksi inflamasi diantaranya vasodilatasi pembuluh darah konjungtiva
akan terlihat hiperemis pada pemeriksaan konjungtiva tarsalis superior dan
inferior namun tidak ditemukan pada pasien ini, selain itu juga akan terlihat
injeksi konjungtiva pada pemeriksaan konjungtiva bulbi.
o Kornea OD ditemukan keruh dan edema
Pemeriksaan kornea dilakukan untuk mengetahui adakah komplikasi
akut pasca operasi yakni edema kornea. Pada pasien ini didapatkan komplikasi
akut pasca operasi yaitu edema kornea.
o Pupil OD ditemukan irregular, 8 mm, refleks cahaya langsung (-), refleks
cahaya tidak langsung (-)
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perubahan bentuk pada pupil, perubahan diameter pupil serta gangguan fungsi
pupil untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk.
o Lensa OD ditemukan pseudofakia (+)
Dari pemeriksaan fisik pada mata kanan didapatkan lensa mata kanan
lebih mengkilat saat disinari dengan lampu senter yang menandakan telah
terpasang IOL.
22

2. Prinsip Pengobatan
o Pemberian obat tetes mata steroid, berguna untuk mengurangi reaksi radang akibat
tindakan bedah.
o Pemberian steroid oral sebagai anti inflamasi untuk edema kornea.
o Pemberian antibiotik oral dan tetes untuk mencegah infeksi pasca bedah.
o Pemberian larutan NaCl 5% eye drop untuk mengurangi edema kornea.
3. Prognosis pada pasien ini
Quo ad vitam

: ad bonam

Dilihat dari status generalis, tanda vital, pemeriksaan fisik pada pasien ini
masih dalam batas normal.
Quo ad functionam

: dubia ad malam

o Karena fungsi penglihatan yang tampak dari hasil pemeriksaan visus,


didapatkan visus OD post operasi : 1/300
o Didapatkan komplikasi dini pasca operasi katarak yaitu edema kornea

DAFTAR PUSTAKA
1.

Ilyas Shidarta Prof,Dr. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. 2003.
Jakarta : Balai penerbit FKUI

2.

Ilyas Shidarta Prof,Dr. Ilmu Penyakit Mata. 2003. Jakarta : Balai penerbit FKUI

3.

Paul R.E, John P.W. Vaughan & Asburys General Opthalmology Sixteenth Edition.
United States Of America. 2004. Hal 129-153
23

4.

Perhimpunan Spesialis Mata Indonesia. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran.2002. Jakarta : Sagung Seto

5. Wijana Nana Dr,SD. Ilmu Penyakit Mata. 1993. Jakarta : Tegal Abadi

24

Anda mungkin juga menyukai