Pasal 5 : Perseroan didirikan untunk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana di
tentukan dalam Anggaran dasar.
Analisis dari Anggaran Dasar dan UUPT menurut UUPT yaitu sesuai dengan Dalam hal ini
anda selaku pendiri dapat menetapkan Jangka Waktu Berdirinya Perseroanselama 10 tahun, 20
tahun atau lebih atau bahkan tidak perlu ditentukan lamanya artinya berlaku seumur hidup.
Karena sesuai anggaran dasar bahwa jangka waktu berdirinya Perseroan terbatas itu tidak
terbatas.
UU Anggaran Dasar
1. Maksud dan tujuan Perseroan ialah melakukan kegiatan dalam usaha penyelenggaraan jasa
telekomunikasi dan/atau jaringan telekomunikasi dan/atau multimedia
2. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut di atas Perseroan dapat melaksanakan kegiatan
usaha sebagai berikut :
a. Menjalankan kegiatan dalam usaha penyediaan sarana dan penyelenggaraan jasa dan/atau
jaringan telekomunikasi termasuk namun tidak terbatas pada penyelenggaraan jasa, teleponi
dasar dan jasa multimedia dan penyelenggaraan jaringan bergerak seluler dan jaringan tetap.
b. merencanakan, mendesain, membangun, menyediakan, mengembangkan dan
mengoperasikan, menyewakan, memelihara serta pengadaan sarana/fasilitas telekomunikasi
termasuk pengadaan sumber daya sebagai pendukung usaha Perseroan dalam melaksanakan
kegiatan penyelenggaraan jasa dan/atau jaringan telekomunikasi.
c. Melaksanakan usaha dan kegiatan pengoperasian, pemasaran dan penjualan jaringan dan/atau
jasa telekomunikasi yang diselanggarakan Perseroan, melakukan pemeliharaan, penelitian,
pengembangan sarana dan/atau fasilitas telekomunikasi.
d. Meningkatkan semaksimal mungkin usaha penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi
dimaksud sehingga mencapai kapasitas yang diinginkan dan dibutuhkan msayrakat dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat luas.
e. Melaksanakan kegiatan penyelenggaraan jasa dan jaringan telekomunikasi lainnya
UUPT
Pasal 18 : Perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang di
cantumkan dalam anggaran dasar perseroan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Analisis tentang maksud dan tujuan dalam anggaran dasar dan UUPT: Perseoran harus
mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan. Berdasarkan ketentuan
ini, setiap perseroan harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang jelas dan
tegas Dalam pengkajian hukum, disebut klausul objek Perseroan yang tidak mencantumkan
dengan jelas dan tegas apa maksud dan tujuan serta kegiatan usahanya, dianggap cacat hukum
(legal defect), sehingga keberadaannya tidak valid (invalidate). Pencantuman maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha dalam AD, dilakukan bersamaan pada saat pembuatan akta pendirian.
Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007 yang menggariskan, Akta Pendirian
memuat AD dan keterangan lain yang berhubungan dengan perseroan, jadi, Penempatan maksud
dan tujuan serta kegiatan usaha dalam AD, bersifat imperative (dwingendrecht, mandatory
rule). Lebih lanjut sifat imperaktif tersebut, dikemukakan pada pasal 9 ayat1 huruf c. yang
menyatakan, untuk memperoleh Keputusan Menteri mengenai Pengesahan badan hukum
Perseroan, Selain itu, tujuan utama dari pencantuman maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
dalam AD, antara lain:
1. Untuk melindungi pemegang saham investor dalam Perseroan. Pemegang saham yang
menanamkan modalnya atau uangnya dengan cara membeli saham Perseroan, berhak
mengetahui untuk apa uang yang diinvestasikan itu dipergunakan.
2. Dengan mengetahui maksud dan tujuan serta kegiatan usaha pemegang sahamsebagai investor
akan yakin, pengurus perseroan yakni Direksi, tidak akan melakukan kontrak atau transaksi
maupun tindakan yang bersifat spekulatif
3. Direksi tidak melakukan transaksi yang berada di luar Kapasitas maksud dan tujuan serta
kegiatan usaha yang disebut dalam AD yang bersifat Ultra Vires.
Dengan demikian, maksud dan tujuan itu merupakan landasan bagi Direksi mengadakan kontrak
dan transaksi bisnis. Serta sekaligus menjadi dasar menetukan batasan kewenangan Direksi
kegiatan usaha.Apabila Direksi melakukan tindakan pengurusan diluar batas yang ditentukan
dalam maksud dan tujuan serta kegiatan usaha, dikategori melakukan ultra vires. Dalam kasus
yang demikian memberi hak bagi pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap
perseroan ke pengadilan negeri, apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang tidak adil
dan tanpa alas an yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi dan/atau Dewan
Komisaris.
Setiap perseroan yang didirikan dapat melakukan kegiatan usaha yang sama dengan perseroan
lain atau berbeda, bersifat khusus atau umum sesuai dengan keinginan para pendiri perseroan.
Namun ada beberapa bidang usaha yang hanya bisa didirikan dengan ketentuan modal tertentu
sesuai dengan peraturan yang mengatur kegiatan usaha tersebut.
Untuk memudahkan anda kami menyediakan informasi mengenai Maksud dan Tujuan serta
Kegiata Usaha Perseroan .
Modal
d. Apabila dalam waktu yang telah ditentukan dalam keputusan Rapat Umum Pemegang
Saham tersebut diatas, para Pemegang Saham atau para pemegang Right tidak
melaksanakan hak atas pembelian saham yang ditawarkan kepada mereka sesuai dengan
jumlah Right yang dimilikinya, dengan membayar lunas dengan uang tunai harga saham
yang ditawarkan itu kepada Perseroan, maka Direksi mempunyai kebebasan untuk
mengeluarkan saham dimaksud diatas kepada para Pemegang Saham yang hendak
membeli saham dalam jumlah yang lebih besar dari porsi Right-nya yang telah
dilaksanakan, dengan mengindahkan ketentuan Anggaran Dasar dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dibidang Pasar Modal di Indonesia.
151
e. Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham, maka sisa saham tersebut
akan dikeluarkan oleh Direksi kepada pihak tertentu yang bertindak sebagai pembeli siaga
dalam Penawaran Umum Terbatas tersebut, yang telah menyatakan kesediaannya untuk
membeli sisa saham tersebut, yang demikian satu dan lain dengan mengindahkan
peraturan yang termuat dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang Pasar Modal di Indonesia.
2. Perseroan dapat mengeluarkan saham yang masih dalam simpanan dan/atau Efek bersifat
Ekuitas tanpa memberi kesempatan untuk mengambil bagian terlebih dahulu saham dan/atau
Efek Bersifat Ekuitas tersebut kepada Para Pemegang Saham yang ada pada saat itu dengan
ketentuan pengeluaran saham dan/atau Efek bersifat Ekuitas tersebut harus memperoleh
persetujuan terlebih dahulu dari Rapat -Rapat Umum Pemegang Saham serta dengan
mengindahkan peraturan perudang-undangan yang berlaku dibidang Pasar Modal serta
peraturan Bursa Efek ditempat dimana saham-saham Perseroan dicatatkan.
5. Ketentuan ayat 3 dan 4 di atas secara mutatis mutandis juga berlaku di dalam hal Perseroan
hendak mengeluarkan Obligasi Konversi, Surat Warran atau efek konversi lainnya yang dapat
mempengaruhi komposisi kepemilikan saham dalam Perseroan, satu dan lain dengan
mengindahkan peraturan yang berlaku mengenai pemodal asing di bidang Pasar Modal di
Indonesia
dan dengan tidak mengurangi izin pihak yang berwenang sejauh disyaratkan berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Jikalau saham yang masih dalam simpanan hendak dikeluarkan Perseroan kepada para
pemegang
Obligasi Konversi, Surat Warran atau efek konversi lainnya yang dikeluarkan oleh Perseroan
berdasarkan persetujuan dari Rapat Umum pemegang Saham, maka Direksi berwenang
melakukan
pengeluaran saham dimaksud, tanpa memberi hak kepada para Pemegang Saham yang ada pada
saat itu untuk membeli terlebih dahulu saham yang akan dikeluarkan tersebut, satu dan lain
dengan mengindahkan ketentuan yang termuat dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundangundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal di Indonesia.
7. Dalam hal modal dasar ditingkatkan, maka setiap penempatan saham lebih lanjut hanya dapat
dilakukan oleh Direksi dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham pada waktu, harga
dan cara serta syarat-syarat yang ditetapkan oleh Rapat Direksi dengan persetujuan Rapat Dewan
Komisaris, satu dan lain dengan tidak mengurangi izin dari pihak yang berwenang.
8. Dalam hal adanya peningkatan lebih lanjut dari saham yang ditempatkan sehubungan dengan
peningkatan modal dasar Perseroan, maka ketentuan dalam ayat 3, 4, 5 dan 6 dari Pasal 4 ini
berlaku pula secara mutatis mutandis bagi pengeluaran saham karena
Analisis modal dalam Anggaran Dasar sesuai dengan pasal 15 ayat 1 huruf d yaitu besarnya
modal dasar,modal di tempatkan,dan modal di setor.
1.
Dalam Anggaran Dasar Modal Dasar (authorized capital) Modal Dasar terdiri dari
seluruh nilai nominal saham. Menurut Undang-undang perseroan Terbatas (UUPT),
besarnya Modal Dasar adalah minimal Rp. 50.000.000 undang-undang yang mengatur
kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minimum modal perseroan yang lebih
besar dari Rp. 50.000.000. Modal Dasar bukan merupakan modal riil, karena Modal
Dasar hanya menentukan sampai seberapa kuat perusahaan tersebut dapat menyediakan
modalnya sampai seberapa besar perusahaan tersebut mampu menghimpun aset-aset
dan kekayaannya.
Modal ditempatkan (issued capital atau subcribed capital) adalah sebagian dari modal
dasar yang telah disanggupi untuk diambil para pendiri atau para pemegang saham
perseroan dalam bentuk saham, sehingga mereka mempunyai kewajiban untuk membayar