Anda di halaman 1dari 11

Sengketa atau bahan-bahan yang dapat diarbitrasekan: (Peraturan Prosedur

Arbitrase BANI yang termuat dalam Jurnal Hukum Bisnis Vol.21/2002 hal.51)
- Asuransi;
- Keuangan;
- Perbankan;
- Paten
- Hak Cipta
- Penerbangan
- Telekomunikasi
- Ruang Angkasa
- Kerja sama
- Pertambangan
- Industri
- Perdagangan
- Lisensi
- Keagenan
- Hak Milik Intelektual
- Design
- Konsultasi
- Distribusi
- Maritim & Perkapalan
- Konstruksi
- Pengindraan Jauh.
Jenis Arbitrase
- berdasar sifatnya: Institusional (Permanen dan memiliki Rule) dan Perorangan (Ad
hoc/ insidentil);
- berdasarkan teritorialnya: Nasional dan Internatonal (Pasal 34 UU No.30 tahun
1999)
Tata Cara Mengadakan Arbitrase
Penyelesaian Arbitrase telah disetujui sebelum terjadinya sengketa
- Pemohon menyampaikan Pemberitahuan Permohonan:
Dalam hal timbul sengketa, pemohon harus memberitahukan dengan surat
tercatat, telegram, teleks, faksimili, email atau dengan buku ekspedisi kepada
termohon bahwa syarat arbitrase yang diadakan oleh pemohon atau termohon
berlaku.(Pasal 8 ayat 1 UU No.30 tahun 1999)

- Isi Pemberitahuan Permohonan: (Pasal 8 ayat 2 UU No.30/1999)


a. nama dan alamat para pihak;
b. penunjukan kepada klausula atau perjanjian arbitrase yang disepakati;
c. perjanjian atau masalah yang jadi sengketa;
d. dasar tuntutan dan jumlah yang dituntut (jika ada);

e. cara penyelesaian yang dikehendaki;


f. perjanjian yang diadakan para pihak mengenai jumlah arbiter atau usul tentang
jumlah arbiter yang dikehendaki dalam jumlah ganjil;
Penyelesaian Arbitrase disetujui oleh Para Pihak setelah terjadinya sengketa
- Isi Perjanjian tertulis: (Pasal 9 ayat 3)
a. masalah yang dipersengketakan;
b. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;
c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase;
d. tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;
e. nama lengkap sekretaris;
f. jangka waktu penyelesaian sengketa;
g. pernyataan kesediaan dari arbiter; dan
h. pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala
biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase;
- Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud dalam ayat 3
batal demi hukum (Pasal 9 ayat 4)
- Suatu Perjanjian Arbitrase tidak menjadi batal disebabkan oleh keadaan tersebut
dibawah ini: (Pasal 10 ayat 1)
a. meninggalnya salah satu pihak;
b. bangkrutnya salah satu pihak;
c. novasi;
d. insolvensi salah satu pihak;
e. pewarisan;
f. berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok;
g. bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan pada pihak ketiga
dalam persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut; atau
h. berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
PENGAJUAN, PEMBERITAHUAN TERTULIS, dan BATAS WAKTU (PASAL 4)
1. Setiap dokumen dan lampirannya harus diserahkan kepada Sekretariat BANI
untuk didaftarkan dengan jumlah salinan yang cukup untuk:
- masing-masing pihak,
- arbiter yanng bersangkutan,
- untuk disimpan di Sekretariat BANI
Para pihak maupun kuasanya harus menjamin bahwa BANI mempunyai alamat
terakhir, no.telepon, faksimili, email, yang bersangkutan untuk komunikasi yang
diperlukan;
Setiap komunikasi baik dari atau kepada Majelis harus disertai salinannya kepada
Sekretariat
2. Apabila Majelis Arbitrase telah dibentuk, setiap pihak tidak boleh melakukan

komunikasi dengan satu atau lebih arbiter dengan cara bagaimanapun sehubungan
dengan permohonan arbitrase yang bersangkutan, kecuali:
a. dihadiri juga oleh dan disertai pihak lainnya dalam hal berlangsung komunikasi
lisan;
b. disertai suatu salinan yang secara bersamaan dikirimkan ke para pihak atau
pihak-pihak lainnya dan kepada Sekretariat (dalam hal komunikasi tertulis)
3. Pemberitahuan harus disampaikan langsung, melalui kurir, faksimili, atau email
dan dianggap berlaku pada tanggal diterima atau apabila tanggal penerimaan tidak
dapat ditentukan, pada hari setelah penyampaian dimaksud, kecuali Majelis
menginstruksikan lain;
4. Jangka waktu ditentukan pada hari setelah tanggal dimana pemberitahuan atau
komunikasi dianggap berlaku sebagaimana dimaksud diatas;
5. Hari-hari yang dimaksud sesuai dengan hari kalender;
6. Penyelesaian dengan itikad baik secepat mungkin dan tidak akan ditunda atau
adanya langkah-langkah lain yang dapat menghambat proses arbitrase yang lancar
dan adil;
7. Batas waktu pemeriksaan perkara= 180 hari sejak Majelis secara lengkap
terbentuk. Dalam hal sengketa sangat kompleks, Majelis berhak memperpanjang
jangka waktu;
PERWAKILAN PARA PIHAK (Pasal 5)
1. Para Pihak maupun Kuasanya dalam pengajuan pertamanya (baik Tuntutan
maupun Jawaban) harus mencantumkan :
Nama, data alamat, dan keterangan-keterangan serta kedudukan orang yang
mewakili dan harus disertai Surat Kuasa Khusus asli bermaterai cukup serta dibuat
salinan yang cukup sebagaimana sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat 1 diatas.
2. Apabila diwakili oleh Penasehat Asing atau Penasehat Hukum asing dalam suatu
perkara arbitrase mengenai sengketa yang tunduk pada hukum Indonesia, maka
Penasehat asing atau Penasehat Hukum Asing hanya dapat hadir dengan
didampingi oleh Penasehat atau Penasehat Hukum Indonesia;
Pengangkatan Arbiter
Syarat Arbiter (penunjukan maupun pengangkatan): (Pasal 12 ayat 1)
a. cakap melakukan tindakan hukum;
b. paling rendal 35 tahun;
c. tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat
kedua;
d. tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan
arbitrase;
e. memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif dibidangnya paling sedikit 15
tahun;
Hakim, jaksa, panitera, dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau
diangkat sebagai arbiter (Pasal 12 ayat 2)

ARBITER TUNGGAL
Jika Para Pihak tidak dapat menyepakati pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan
pengangkatan arbiter, maka Ketua PN menunjuk arbiter atau majelis arbiter (Ps.13
ayat 1)
Jika para pihak sepakat bahwa penyelesaian sengketa diperiksa dan diputus oleh
ARBITER TUNGGAL maka Para Pihak wajib untuk mencapai suatu kesepakatan
tentang pengangkatan ARBITER TUNGGAL. (Pasal 14 ayat 1)
Pemohon harus mengusulkan kepada Termohon nama orang yang dapat diangkat
sebagai ARBITER TUNGGAL dengan surat tercatat, telegram, teleks, faksimili, email,
atau dengan buku ekspedisi (Pasal 14 ayat 2)
Apabila dalam waktu 14 hari setelah Termohon menerima usul Pemohon, Para Pihak
tidak berhasil menentukan ARBITER TUNGGAL, atas permohonan dari salah satu
pihak, Ketua PN dapat mengangkat ARBITER TUNGGAL; (Pasal 14 ayat 3)
Ketua PN akan mengangkat ARBITER TUNGGAL berdasarkan daftar nama yang
disampaikan oleh Para Pihak , ayau diperoleh dari organisasi atau lembaga arbitrase
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, dengan memperhatikan rekomendasi
maupun keberatan Para Pihak terhadap orang yang bersangkutan (Pasal 14 ayat 4)
ARBITER MAJELIS
Para Pihak masing-masing menunjuk 1 orang arbiter dan masing-masing Arbiter
tersebut berwenang untuk menunjuk Arbiter ketiga. (Pasal 15 ayat 1)
Arbiter ketiga tersebut diangkat sebagai Ketua Majelis Arbitrase (Pasal 15 ayat 2)
Apabila dalam 30 hari setelah pemberitahuan diterima oleh Pemohon, dan salah
satu pihak tidak menunjuk Arbiter, maka Arbiter yang telah ditunjuk oleh Pihak yang
lain (Pemohon) akan bertindak sebagai ARBITER TUNGGAL dan putusannya
mengikat Para Pihak (Pasal 15 ayat 3)
Jika dua Arbiter yang telah ditunjuk oleh Para Pihak tidak dapat mengangkat Arbiter
Ketiga dalam waktu 14 hari, maka atas permohonan salah satu pihak, Ketua PN
dapat mengangkat Arbiter Ketiga; (Pasal 15 ayat 4)
Terhadap pengangkatan Arbiter yang dilakukan oleh Ketua PN tersebut tidak dapat
dilakukan pembatalan (Pasal 15 ayat 5)
Hak dan Kewajiban Arbiter yang ditunjuk atau diangkat:
Berhak menerima atau menolak, (Pasal 16 ayat 1)
Wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pihak dalam waktu 14 hari terhitung
sejak tanggal penunjukan atau pengangkatan; (Pasal 16 ayat 2)

Wajib memberitahukan kepada Pihak tentang hal yang mungkin akan


mempengaruhi kebebasannya atau menimbulkan keberpihakan putusan yang
diberikan. (Pasal 18 ayat 1)
Dengan diterimanya penunjukan tersebut, Arbiter dan Pihak yang menunjuk terjadi
Perjanjian Perdata (Pasal 17 ayat 1)
Akibat hukumnya: (Pasal 17 ayat 2)
Arbiter atau Para Arbiter akan memberikan putusan secara jujur, adil, dan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
Para Pihak menerima putusan tersebut secara final dan mengikat;
Dalam hal Arbiter yang ditunjuk telah menerima dan menyatakan menarik diri,
maka harus mengajukan permohonan penarikan diri kepada para pihak (Pasal 19
ayat 2)
Jika para pihak menyetujui, maka Arbiter tersebut dibebakan dari tugas sebagai
Arbiter (Pasal 19 ayat 3)
Pembebasan tugas Arbiter sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh Ketua
Pengadilan Negeri (Pasal 19 ayat 4)
Arbiter berwenang untuk memperpanjang jangka waktu tugasnya apabila:
diajukan permohonan oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu;
sebagai akibat ditetapkan putusan provisional atau putusan sela lainnya; atau
dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase untuk kepentingan pemerikasaan;

Kriteria-Kriteria Arbiter: (Pasal 9 ayat 3)

Yang berhak menjadi Arbiter


1. Majelis Arbiter
- Kecuali dalam keadaan khusus (Pasal 9 ayat 2 tentang Arbiter Luar)
- Arbiter yang termasuk dalam daftar Arbiter yang disediakan oleh BANI dan atau
- Arbiter yang memiliki sertifikat ADR/Arbitrase yang diakui oleh BANI
Dapat bertindak sebagai Arbiter berdasarkan Peraturan Prosedur ini yang dapat
dipilih oleh para pihak.
Daftar BANI terdiri dari para arbiter yang memenuhi syarat yang tinggal di
Indonesia dan di berbagai yurisdiksi di seluruh dunia, baik pakar hukum maupun
praktisi dan pakar non hukum seperti para ahli teknik, para arsitek dan orang-orang
lain yang memenuhi syarat.

2. Arbiter Luar
Arbiter Luar = Arbiter diluar Daftar Arbiter BANI
Jika para pihak memerlukan arbiter yang memiliki keahlian khusus, permohonan
dapat diajukan kepada Ketua BANI untuk menunjuk seorang Arbiter yang tidak
terdaftar dalam daftar arbiter BANI dengan ketentuan bahwa arbiter yang
bersangkutan memenuhi persyarat yang tercantum dalam ayat 1 dan ayat 3 Pasal
ini.
Setiap permohonan harus jelas menyatakan alasan diperlukannya Arbiter Luar
tersebut dengan disertai DRH lengkap dari Arbiter yang diusulkan.
Apabila Ketua BANI menganggap tidak ada Arbiter dalam daftar Arbiter BANI
dengan kualifikasi profesional yang dibutuhkan itu sedangkan Arbiter yang
dimohonkan memiliki kualifikasi syarat, netral, dan tepat, maka Ketua BANI dapat
berdasarkan pertimbangannya sendiri menyetujui penunjukan Arbiter dimaksud;
Apabila Ketua BANI tidak menyetujui, Ketua BANI harus merekomendasikan Arbiter
Alternatif yang dipilih dari Daftar Arbiter BANI atau seorang pakar yang memenuhi
syarat dalam bidang yang diperlukan namun tidak terdafatr di BANI. Dewan Pakar
dapat mempertimbangkan penunjukan tersebut dengan ketentuan Arbiter tersebut
memenuhi syarat dan bersedia memenuhi Peraturan Prosedur BANI, termasuk
ketentuan mengenai Biaya Arbiter.
Biaya-biaya yang berhubungan dengan Penujukan Arbiter tersebut ditanggung oleh
Pihak yang Menunjuk;
3. Kriteria-Kriteria
berwenang atau cakap melakukan tindakan-tindakan hukum;
sekurang-kurangnya berusia 35 tahun;
tidak memiliki hubungan keluarga berdasarkan keturunan atau perkawinan sampai
dengan keturunan ketiga, dengan setiap dari para pihak bersengketa;
tidak memiliki kepentingan keuangan atau apa pun terhadap hasil penyelesaian
arbitrase;
berpengalaman sekurang-kurangnya 15 tahun dan menguasai secara aktif bidang
yang dihadapi;
tidak sedang menjalani atau bertindak sebagai hakim, jaksa, panitera pengadilan,
atau pejabat pemerintah lainnya.
4. Pernyataan Tidak Berpihak
Arbiter yang ditunjuk harus menandatangani Pernyataan Tidak Berpihak
5. Hukum Indonesia
Apabila menurut perjanjian arbitrase, penunjukan Arbiter diatur menurut hukum

Indonesia, maka:
Sekurang-kurangnya seorang Arbiter sebaiknya namun tidak diwajibkan, adalah
seorang Sarjana atau Praktisi Hukum yang mengetahui dengan baik hukum di
Indonesia dan bertempat tinggal di Indonesia
PERMOHONAN ARBITRASE (PASAL 6)
1. Pendaftaran dan penyampaian permohonan Arbitrase oleh Pemohon pada
Sekretariat BANI;
2. Penunjukan Arbiter
Dapat menunjuk Arbiter atau menyerahkannya kepada Ketua BANI;
3. Biaya-biaya
Permohonan disertai dengan pembayaran biaya pendaftaran + biaya administrasi
sesuai dengan Ketentuan BANI;
Biaya Administrasi, meliputi:
- Biaya Administrasi Sekretariat,
- Biaya Pemeriksaan Perkara
- Biaya Arbiter
- Biaya Sekretaris Majelis
Apabila ada intervensi, maka intervenee tersebut wajib membayar biaya
administrasi dan biaya-biaya lainnya sehubungan dengan intervensinya tersebut;
4. Pemeriksaan Perkara tidak akan dimulai jika Para Pihak tidak melunasi Biaya
Adimnistrasi;
PENDAFTARAN (PASAL 7)
Setelah menerima Permohonan, dokumen-dokumen, dan Biaya pendaftaran yang
disyaratkan, Sekretariat mendaftarkan Permohonan tersebut dalam register BANI;
Badan Pengurus BANI akan memeriksa Permohonan tersebut untuk menentukan
apakah perjanjian arbitrase atau klausul telah cukup untuk menjadi dasar
kewenangan BANI untuk memeriksa sengketa tersebut;

TANGGAPAN TERMOHON (Pasal 8)


1. Apabila Badan Pengurus BANI menentukan bahwa BANI berwenang memeriksa,
maka setelah pendaftaran Permohonan tersebut, seorang atau lebih Sekretaris
Majelis harus ditunjuk untuk membantu pekerjaan administrasi perkara arbitrase
tersebut;
2. Sekretariat harus menyampaikan satu salinan Permohonan Arbitrase dan
dokumen-dokumen lampirannya kepada Termohon, dan meminta Termohon untuk
menyampaikan tanggapan tertulis dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari;
3. Tanggapan
Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah menerima penyampaian
Permohonan Arbitrase, Termohon wajib menyampaikan Jawaban. Dalam Jawaban

itu, Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan itu
kepada Ketua BANI. Apabila, dalam Jawaban tersebut, Termohon tidak menunjuk
seorang Arbiter, maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah diserahkan kepada
Ketua BANI.
4. Perpanjangan Waktu
Ketua BANI berwenang, atas permohonan Termohon, memperpanjang waktu
pengajuan Jawaban dan atau penunjukan arbiter oleh Termohon dengan alasanalasan yang sah, dengan ketentuan bahwa perpanjangan waktu tersebut tidak
boleh melebihi 14 (empat belas) hari.

SUSUNAN MAJELIS (Pasal 10)


Arbiter Tunggal
Kelalaian Penunjukan
Tiga Arbiter
Jumlah tidak ditentukan
Banyak Pihak
Kewenangan Ketua BANI
Penerimaan Para Arbiter
Hak Ingkar Arbiter
Pasal 22-26
Pasal 11
Acara Arbitrase
Sifat Pemeriksaan
Semua pemeriksaan dilakukan secara tertutup (Pasal 27)
Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, kecuali Para Pihak memilih
bahasa lain (Pasal 28)
Audi et Alteram Parte
Para pihak mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat
(Pasal 29 ayat 1)
Kuasa
Para pihak dapat diwakili oleh kuasanya dengan surat kuasa khusus (Pasal 29 ayat
2)
Intervensi
Pihak ketiga dapat turut serta atau menggabungkan diri dalam pemeriksaan apabila
terdapat kepentingan yang terkait, dan keikutsertaan tersebut disepakati oleh para
pihak yang bersengketa serta disetujui oleh Majelis Arbitrase yang memeriksa
sengketa (Pasal 30)

Kebebasan Choice of Law dan Choice of Forum


Para pihak bebas menentukan Acara Arbitrase yang digunakan sepanjang tidak
bertentangan dengan UU ini (Ps.31 ayat 1)
Apabila para pihak tidak menentukan Acara Arbitrase yang digunakan maka Arbiter
atau Majelis Arbitrase yang diangkat atau ditunjuk menggunakan Acara Arbitrase
yang dimaksud dalam UU ini (Pasal 31 ayat 2)
Para Pihak yang memilih Acara Arbitrase sebagaimana dimaksud, harus
menyepakati ketentuan jangka waktu dan tempat, jika tidak ditentukan, arbiter atau
Majelis Arbitrase yang akan menentukan (Pasal 31 ayat 3)
Putusan Provisionil dan Putusan Sela lainnya
Atas permohonan salah satu pihak, Arbiter atau Majelis Arbitrase dapat mengambil
putusan provisional atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya
pemeriksaan sengketa termasuk penetapan sita jaminan, memerintahkan penitipan
barang kepada pihak ketiga atau menjual barang yang mudah tusak;
Jangka waktu putusan provisional atau putusan sela dimaksud tidak dihitung dalam
jangka waktu sebagaiamna dalam Pasal 48
Pemohon Menyampaikan Tuntutan
Pemohon menyampaikan Surat Tuntutannya kepada Arbiter atau Majelis Arbitrase
dalam jangka waktu yang telah ditentukan oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase (Pasal
38 ayat 1)
Surat Tuntutan berisi: (Pasal 38 ayat 2)
a. nama lengkap dan tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak;
b. uraian singkat tentang sengketa disertai dengan lampiran bukti-bukti;
c. isi tuntutan yang jelas;
Sebelum Pemeriksaan/Sidang Arbitrase
Surat tuntutan dari Pemohon tersebut oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase
disampaikan kepada Termohon, dengan disertai perintah bahwa Termohon harus
menanggapi dan memberikan jawabannya secara tertulis dalam waktu 14 hari sejak
diterimanya tuntutan tersebut oleh Termohon (Pasal 39)
Segera setelah diterimanaya jawaban dari Termohon, salinan jawaban tersebut oleh
Arbiter atau Majelis Arbitrase disampaikan kepada Pemohon; (Pasal 40 ayat 1)
Bersamaan dengan itu, Arbiter atau Majelis Arbitrase, memerintahkan Para Pihak
atau kuasanya untuk menghadap di muka sidang Arbitrase yang ditetapkan paling
lama 14 hari terhitung mulai hari dikeluarkannya perintah itu; (Pasal 40 ayat 2)

Jika lewat 14 hari Termohon tidak menyampaikan jawabannya maka akan dipanggil
dengan ketentuan Pasal 40 ayat 2. (Pasal 41)
Ketidakhadiran Pemohon
Apabila tanpa alasan yang sah Pemohon tidak datang, sedangkan telah dipanggil
secara patut, maka surat tuntutannya dinyatakan gugur arbiter atau majelis
arbitrase dianggap selesai. (pasal 43)
Ketidakhadiran Termohon
- Apabila tanpa alasan yang sah Termohon tidak datang, sedangkan telah dipanggil
secara patut, maka dipanggil sekali lagi (pasal 44 ayat 1)
- Paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua diterima Termohon dan tanpa
alasan yang sah tidak hadir dipersidangan, maka pemeriksaan dilanjutkan tanpa
hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika
tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasar hukum. (Pasal 44 ayat 2)
Upaya Perdamaian
Pada hari pertama persidangan yang dihadiri Para Pihak, Arbiter atau Majelis
Arbitrase mengusahakan Perdamaian. (Pasal 45 ayat 1)
Jika perdamaian tersebut tercapai, Arbiter atau Majelis membuat suatu Akta
Perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak
untuk memenuhi ketentuan Perdamaian tersebut. (Pasal 45 ayat 2)
Pemeriksaan Arbitrase
- Dilakukan apabila Perdamaian diantara Para Pihak tidak berhasil (Pasal 46 ayat 1)
- Para Pihak diberi kesempatan untuk: menjelaskan secara tertulis pendirian
masing-masing disertai bukti yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh Arbiter atau Majelis (Pasal 46 ayat 2)
- Arbiter atau Majelis berhak meminta penjelasan tambahan secara tertulis,
dokumen atau bukti lain yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang ditentukan
oleh Arbiter atau Majelis Arbitrase; (Pasal 46 ayat 3)
Pencabutan dan Perubahan Tuntutan
- Sebelum Termohon menyampaikan Jawaban, Pemohon dapat mencabut Surat
Permohonan untuk menyelesaikan sengketa melalui Arbitrase (Pasal 47 ayat 1)
- Jika sudah ada Jawaban dari Termohon, maka perubahan atau penambahan hanya
diperbolehkan dengan persetujuan Termohon dan sepanjang hanya menyangkut
fakta, bukan menyangkut dasar-dasar yang menjadi dasar permohonan; (Pasal 47
ayat 2)
Lama Pemeriksaan
- paling lama 180 hari sejak arbiter atau Majelis Arbitrase terbentuk (Pasal 48 ayat

1)
- Dapat diperpanjang dengan persetujuan para pihak (Pasal 48 ayat 2)
Saksi dan Saksi Ahli
- Saksi atau Saksi Ahli dapat dipanggil (Pasal 49 ayat 1):
atas perintah Arbiter atau Majelis Arbitrase
atas permintaan para pihak
- Biaya menjadi beban Pihak yang meminta; (Pasal 49 ayat 2)
- Wajib mengucapkan sumpah sebelum memberikan keterangan (Pasal 49 ayat 3)
Berita Acara Pemeriksaan
Terhadap kegiatan dalam pemeriksaan dan siding arbitrase dibuat Berita Acara
Pemeriksaan oleh Sekretaris (Pasal 51 )
Keterlambatan Dalam Memberikan Putusan
Dalam hal Arbiter atau Majelis Arbitrase tanpa alasan yang sah tidak memberikan
putusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, arbiter dapat dihukum untuk
mengganti biaya dan kerugian yang diakibatkan karena kelambatan tersebut
kepada para pihak (Pasal 20)
Imunitas Arbiter
Arbiter atau Majelis Arbitrasi tidak dapat dikenakan tanggungjawab hukum atas
segala tindakan yang diambil selama proses persidangan berlangsung untuk
menjalankan fungsinya sebagai arbiter atau Majelis Arbiter, kecuali ddapat
dibuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan tersebut. (Pasal 21)
Ketentuan-ketentuan Umum Persidangan (Pasal 13)
1. Kewenangan Majelis
2. Kerahasiaan
3. Dasar Keadilan
4. Tempat Sidang
Bahasa
Bahasa Pemeriksaan
Bahasa Dokumen
Penerjemah

Anda mungkin juga menyukai