PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini lebih dari tiga puluh tahun Indonesia telah melaksanakan
berbagai
khususnya
upaya
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan
Salah satu tujuan MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Balita sebesar
dua pertiga dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2015. Indikator angka
kematian balita yang paling penting adalah angka kematian bayi. Angka
kematian bayi adalah salah satu indicator penting dalam menentukan tingkat
kesehatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah juga
dapat dilihat dari angka kematian bayi dan angka harapan hidup (Saifudin,
2010).
dan 46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1995, dan menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2005.(UNDP,2005)
Meskipun
angka
pencapaian
penurunan
kematian
telah
begitu
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator sosial yang
sangat penting untuk mengukur keberhasilan program pemberantasan
kematian bayi dan untuk melihat status kesehatan ibu dan anak (Kosim. M,
2003). Di seluruh dunia, 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama yang
disebabkan komplikasi BBLR. Kurang lebih 99% kematian ini dapat dicegah
dengan pengenalan dini/deteksi dini dan pengobatan tepat pada antenatal
(Leonardo, 2008).
Berdasarkan
organisasi
kesehatan
dunia
atau
World
Health
Angka kematian bayi baru lahir yang diakibatkan oleh asfiksia masih tinggi,
oleh karena itu asfiksia memerlukan intervensi dan tindakan resusitasi segera
setelah lahir untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Di negara maju
ataupun negara berkembang tersedia sarana resusitasi dasar dan tenaga
kesehatan yang kurang terampil melakukan resusitasi bayi. Padahal resusitasi
dasar yang efektif dapat mencegah kematian bayi baru lahir dengan asfiksia
sampai 3/4-nya (Wayan, 2006).
dibawah ini.
Jumlah Kasus Kematian Bayi
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Natar
Tahun 2012 s/d 2014
Tujuan Khusus
Diketahuinya masalah dari program penanggulangan angka kematian bayi
di Puskesmas Natar.
Diketahuinya
kemungkinan
penyebab
masalah
dari
program
Manfaat Penulisan
a. Bagi penulis (evaluator)
1) Memperdalam ilmu kedokteran komunitas mengenai evaluasi
pelaksanaan program angka kematian bayi.
2) Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
3) Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program
khususnya program kesehatan.
4) Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam
mengambil langkah yang harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.
b. Bagi puskesmas yang dievaluasi
1) Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program
menekan angka kematian bayi di wilayah kerjanya.
2) Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai
umpan balik agar keberhasilan program di masa mendatang dapat
tercapai secara optimal.
c. Bagi masyarakat
1) Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu khususnya bagi
bayi dalam mengurangi angka kematian bayi di wilayah kerja
Puskesmas Natar.