Manajemen
Masalah
Istimewa
R : 28x/menit
S : 38,3 C aksilla
Berat badan : 13kg
Kepala : UUB sudah menutup
Mata : CA -/-, SI -/-, RC +/+, PBI 3mm/3mm, air mata +/+, mata cekung -/Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil T0=T0, tidak hiperemis, mukosa basah (+)
Leher : limfonodi ttb, kaku kuduk (-), meningeal sign (-)
Thoraks :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
: datar
: peristaltik (+) meningkat
: timpani diseluruh lapang abdomen
: supel, NT (-), turgor kulit <1detik, Lien dan Hepar ttb
Daftar Pustaka :
1. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2006
2. Naskah lengkap Simposium Tatalaksana Awal Kegawatan Pediatri. Update
penatalaksanaan kejang demam. Pediatric Update III. 2012
Hasil pembelajaran :
1. Diagnosis KDS dan DADRS melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Penentuan terapi KDS dan DADRS
3. Edukasi mengenai tatalaksana penyakit KDS dan DADRS
SUBJEKTIF :
Dari hasil pemeriksaaan didapat keluhan utama pasien adalah kejang seluruh tubuh
1x 2 menit saat kejang pasien tidak sadar sesaat dan sebelum kejang
pasien sadar. Saat kejang dan sejak 2 hari SMRS pasien menderita demam (38,3C).
Selain hal tersebut, sejak 3 hari SMRS pasien mengeluhkan BAB cair 10 kali perhari
1/4 GB ampas (+), rewel (+), ma (+), mi (+) >> dan dari pemeriksaan
abdomen didapatkan BU (+) meningkat.
ASSESSMENT :
Diagnosis KDS ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kejang terjadi
akibat kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang demam
biasanya terjadi pada usia antara 3 bulan dan 5 tahun dan tidak terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu.
Klasifikasi kejang demam:
1 Kejang demam sederhana (simpleks) harus memenuhi kriteria sebagai kejang
umum, kurang dari 15 menit dan terjadi 1 kali dalam 24 jam.
2 Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan
1 Kejang lama > 15 menit. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih
dari 15 menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dalam 24 jam dan diantara
bangkitan kejang anak tidak sadar.
2 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial.
3 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada
keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi
oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan
hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K
ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cendrung turun atau
kepekaan sel saraf meningkat, sehingga eksitasi melebihi inhibisi dan terjadilah kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak akan meninggalkan gejala
sisa. Pada kejang yang lama (lebih dari 15 menit) biasanya diikuti dengan apneu, hipoksemia,
(disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet),
asidosis laktat (disebabkan oleh metabolism anaerobic), hiperkapnea, hipoksia arterial dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas
menyebabkan gangguan peredaran darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia dan edema otak,
pada akhirnya terjadi kerusakan sel neuron.
Pada pasien ini, kejang yang terjadi berlangsung singkat 2 menit, pada suhu 38,3 C, ini
merupakan kejang pertama kali dan kejang bersifat umum yang mengarahkan diagnosis
kepada kejang demam sederhana.
Diagnosis DADRS ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diare akut
(3 hari) ditandai dengan BAB cair 10 kali perhari. Banyaknya cairan yang
keluar menyebabkan terjadinya dehidrasi ringan sedang yang ditandai
dengan kondisi pasien yang rewel dan jumlah minum yang lebih dari
biasanya. Kondisi dehidrasi seperti ini yang membuat suhu tubuh pasien
meningkat.
PLAN:
Diagnosis
Kejang Demam Sederhana
Diare akut dehidrasi ringan sedang
Pengobatan
1. TERAPI IGD
02 2 lpm (NK) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan dari kondisi kejang.
Stesolid 10 mg supp ketika kejang
Paracetamol syr 1,5 CTH digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pasien
Observasi KU, Kesadaran dan VS setelah kejang
2. TERAPI Rawat Inap
02 2 lpm (NK) untuk memenuhi suplai oksigen akibat hipoksia yg dapat
ditimbulkan setelah kondisi kejang.
Rehidrasi dengan
IVFD RL 25 tpm (makro) dalam 24 jam jika dehidrasi sudah teratasi
tetesan dapat diturunkan menjadi 12 tpm.
Oralit 150 cc/BAB
Inj diazepam 6,5 mg iv bolus pelan jika kejang.
Diazepam puyer 3x2,5 mg jika suhu diatas 38 C diberikan sebagai pencegah
terjadinya kejang.
Paracetamol syr 3X1,5 CTH diberikan untuk menurunkan suhu tubuh
Dialac 2x1/2 sachet diberikan sebagai probiotik
Pendidikan
Edukasi diberikan untuk keluarga pasien mengenai pemberian susu sebaiknya yang
LLM atau soya, asupan makanan yang diberikan sebaiknya rendah serat, serta edukasi
mengenai kondisi anaknya yang rentan mengalami kejang berulang jika mengalami
peningkatan suhu tubuh sehingga keluarga pasien membantu dalam mengontrol
kondisi anaknya.
Konsultasi
Konsultasi ditujukan kepada dokter spesialis bedah (Sp.A) untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
Kegiatan
Memantau gejala,
keadaan umum pasien,
suhu tubuh, status
rehidrasi
Kontrol rutin
Periode
3 hari
KASUS MEDIS
Kejang Demam Sederhana dan Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Disusun oleh :
dr. Fatiha Sri Utami Tamad
Dokter Internship RS PKU Muhammadiyah Gombong
Pendamping :
Dr. Nur Hidayani
Pada hari
Nama
Judul/topik
Nama Pendamping
Nama wahana
Keterangan
1.
2.
Dokter internship
3.
Dokter internship
4.
Dokter internship
5.
Dokter internship
Tanda tangan
Presentan
Presentan