Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis

makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah
kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan
aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah
difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk.Cokelat dalam bentuk
bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk
makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lainlain.
Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan
ternak. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu
kakao

juga

berperan

dalam

mendorong

pengembangan

wilayah

dan

pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah


menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala
keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI)
serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan
setelah karet dan minyak sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ke-2 dunia setelah
Pantai Gading. Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan
kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian
besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% dikelola perkebunan
besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang
diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao curah dengan sentra produksi utama
adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Disamping itu
juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara diJawa Timur
dan Jawa Tengah.

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia
dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara
dengankakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan
yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan
dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik
ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk
menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan
distribusi pendapatan cukup terbuka.
Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya
produktivitas yang secara umum rata-ratanya 900 kg/ha. Faktor penyebabnya
adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang
kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama penyakit.
Upaya yang dapat ditempuh untuk Budidaya meningkatkan produktivitas
kakao Indonesia adalah melalui penggunaan bahan tanaman unggul, aplikasi
teknologi budidaya secara baik, pengendalian hama dan penyakit dan sistem
pengolahan yang baik. Usaha perbaikan produktivitas dan mutu menjadi bagian
dari usaha berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia. Oleh sebab itu dalam buku
ini akan disajikan teknologi yang telah dihasilkan yang dijabarkan ke dalam
sistem operasional prosedur (SOP) mulai dari hulu sampai hilir.
Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi
berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat
serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta
masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu
tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan
meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Pertumbuhan Tanaman


Secara umum, pertumbuhan didefinisikan sebagai proses pembelahan dan
pemanjangan sel. Pertumbuhan tanaman dalam arti terbatas menunjuk pada
pertambahan ukuran yang tidak dapat balik, mencerminkan pertambahan
protoplasma dan bobot kering pada tanaman. Pertambahan bobot kering umumnya
digunakan sebagai penunjuk ciri pertumbuhan karena pada umumnya hal tersebut
mempunyai kepentingan ekonomi yang paling besar. Adapun parameter lain di
antaranya adalah tinggi, volume, dan luas daun juga dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya pertumbuhan pada tanaman. Adapun parameter lain yaitu
bobot basah tidak banyak digunakan karena angkanya berfluktuasi walaupun pada
kepentingan tertentu, parameter ini menjadi penting daripada bobot kering
(digabung dengan faktor kualitas) terutama pada studi dan produksi hortikultura.
Dinamika pertumbuhan tanaman adalah proses yang menunjukkan adanya
dinamika sepanjang fase pertumbuhan tanaman, secara khas dicirikan oleh fungsi
pertumbuhan yang disebut kurva sigmoid. Jangka waktu berlangsungnya proses
ini dapat bervariasi kurang dari beberapa hari sampai bertahun-tahun, tergantung
pada organismenya atau organnya.
Kurva sigmoid adalah suatu fungsi pertumbuhan yang mencirikan pola
pertumbuhan tanaman sepanjang suatu generasi secara khas. Kurva ini terbentuk
oleh variabel berupa massa tanaman (bobot kering), volume, luas daun, tinggi,
atau penimbunan bahan kimia yang digambarkan terhadap waktu menjadi suatu
garis yang dapat ditarik dari data secara normal akan berbentuk sigmoid yang
menyerupai huruf S. Kurva sigmoid berlaku bagi tumbuhan lengkap, untuk
bagian-bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman pada mulanya lambat
kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai titik maksimum akhirnya
laju tumbuh menurun. Pola pertumbuhan tersebut cepat pada fase vegetatif sampai

titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi di
lingkungan. Ukuran akhir, rupa, dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor genetik dan lingkungan.

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan Tanaman

2.2 Dinamika Pertumbuhan Tanaman Tahunan


Wujud suatu pohon dewasa adalah suatu cerminan/refleksi dari sejarah
perkembangan tanaman melalui siklus tumbuh sebagai berikut :
Vegetatif Reproduktif Stagnan Vegetatif Reproduktif , dan
proses fisiologis yang menyertainya sebagai respon terhadap Pengelolaan dan
ligkungan selama hidupnya.
2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Coklat (Kakao)
Kakao termasuk tanaman perkebunan berumur tahunan. Tanaman tahunan
ini dapat mulai berproduksi pada umur 3-4 tahun . Tanaman kakao menghasilkan
biji yang selanjutnya bisa diproses menjadi bubuk coklat. Kakao merupakan
tanaman perkebunan di lahan kering, dan jika di usahakan secara baik dapat
berproduksi tinggi serta menguntungkan secara ekonomis. Sebagai salah satu
tanaman yang dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao dapat dipergunakan untuk
bahan pembuat minuman, campuran gula-gula dan beberapa jenis makanan
lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao
butter/mentega kakao, sabun, parfum dan obat-obatan.
4

Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:


Regnum

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Ordo

: Malvales

Familia

: Sterculiaceae

Genus

: Theobroma

Species

: Theobroma cacao L.

Berikut merupakan fase fase pertumbuhan tanaman kakao :


1. Fase Perkecambahan
Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat dari
panjang 1 cm pada umur satu minggu, mencapai 16-18 cm pada umur satu bulan,
dan 25 cm pada umur tiga bulan. Setelah itu laju pertumbuhannya menurun dan
untuk mencapai panjang 50 cm memerlukan waktu dua tahun. Pada saat
berkecambah pula, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih
menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut dengan fase serdadu. Fase
kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya
epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut
sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek
sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlangsung
secara periodik dengan interval waktu tertentu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2004).
Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang berarti memiliki dua
macam bentuk pertumbuhan vegetatif. Pertama, kecambah yang membentuk
batang utama yang bersifat ortotrop pada umur tertentu akan membentuk
perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau
yang disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996).
2. Fase Juvenil
Tanaman yang diperbanyak melalui benih mengalami masa juvenil.
Juvenilitas diartikan sebagai periode sebelum tanaman berbunga pertama kali.
Masa juvenil ini tidak menimbulkan masalah pada tanaman setahun karena setelah
berbunga dan berbuah tanaman menjadi mati. Pada tanaman tahunan lama fase
5

juvenile menentukan umur berbunga pertama. Fase juvenil bervariasi antara 1-75
tahun tergantung spesies dan kondisi lingkungan, umumnya ditentukan oleh
ukuran pohon dan umur.
Fase juvenil mempunyai implikasi yang penting dalam pemuliaan dan
pengelolaan kebun buah atau benih. Pada tanaman buah-buahan diharapkan fase
juvenil yang pendek agar tanaman dapat segera berbuah sedangkan pada tanaman
kehutanan diharapkan fase juvenil yang panjang sehingga energi lebih diutamakan
untuk pertumbuhan (produksi kayu) daripada produksi bunga dan buah. Fase
juvenil disebut juga sebagai fase vegetatif, sehingga pada fase ini terjadi
pembentukan Akar, Batang dan daun.
a. Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah
bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya
tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak
jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang
menyerupai akar tunggang.
Pada kecambah yang telah berumur satu sampai dua minggi terdapat akarakar cabak (radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut
(fibrilla) denga jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat
bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar. Bulu akar inilah yang berfungsi
menyerap larutan dan garam-garam mineral. Diameter bulu akar hanya 10 mikro
dan panjang maksimum hanya 1 milimeter (Siregar et al., 1989).
b. Batang
diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji
akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang- cabang primer. Letak
pertumbuhan cabang- cabang primer disebut jorqutte, dengan ketinggian yang
ideal 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah dan jorqutte ini tidak terdapat pada
kakao yang diperbanyak secara vegetatif. (Siregar et al., 1989)
Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao
tumbuh ke arah atas dan samping. Cabang yang tumbuh ke arah atas disebut
cabang orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan
plagiotrop. Dari batang kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas
6

air yang banyak menyerap energi, sehingga biloa dibiarkan tumbuh akan
mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989)
c. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun
bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat
khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di
pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat gerakan
untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip
dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung
pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan
daun licin dan mengkilap.
3. Fase Reproduktif
a. Bunga

Gambar 2 bunga tanaman kakao

Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang


dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut
semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan
bunga (cushioll).
Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G (5) artinya, bunga disusun
oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari
yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5 tangkai sari

tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao
berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari
dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga
kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas
dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya
terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan
berwarna putih.
b. Buah dan Biji

Gambar 3 buah dan biji

kakao

Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 2 cm, Warna buah kakao sangat
beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika
muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna
kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak
berwarna jingga (oranye).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinamika

pertumbuhan

tanaman

tahunan

adalah

proses

yang

menunjukkan adanya dinamika sepanjang fase pertumbuhan tanaman tahunan


dimana fase vegetatif kemudian diikuti dengan fase reproduktif lalu ada fase
stagnan kemudian fase vegetatif dan terakhir fase generatif. Proses ini selalu
disertai dengan respon tanaman terhadap lingkungan selama hidupnya.
Fase perkecambahan tanaman kakao memerlukan waktu yang lama bagi
tanaman untuk mencapai tinggi 50 cm. Pada saat tersebut, hipokotil memanjang
dan mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase
kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya
epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Pertumbuhan berikutnya
berlangsung secara periodik dengan interval waktu tertentu.
Fase juvenil mempunyai implikasi yang penting dalam pengelolaan kebun.
Pada tanaman kehutanan diharapkan fase juvenil yang panjang sehingga energi
lebih diutamakan untuk pertumbuhan (produksi kayu) daripada produksi bunga
dan buah. Fase juvenil disebut juga sebagai fase vegetatif. Pada fase generatif
bunga pada kakao berkembang pada ketiak batang, sedangkan buah kakao
memiliki warna yang sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam
warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah
masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna
merah, setelah masak berwarna jingga.

DAFTAR PUSTAKA

Budidaya dan hasil panen kakao


http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/azrais.pdf (9-32015)
Fahruddin, Farid. 2011. PENGARUH KONSENTRASI PEMBERIAN BAP
(Benzyl Amino Purine) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO
(Theobroma cacao L.) Skirpsi Sarjana Pertanian Universitas Sebelas
Maret, Surakarta (5-3-2015)
Gambaran sekilas industri kakao
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35318/5/Chapter%20l.pdf
(9-3-2015)
https://anktani.wordpress.com (5-3-2015)
Makalah disampaikan pada Workshop Nasional Jati 2001. Program Ilmu
Kehutanan USU, Medan, 4-6. September 2001. (5-3-2015)
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18965/4/Chapter%20II.pdf (5-3-2015)

10

Anda mungkin juga menyukai