PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis
makanan yang salah satunya adalah cokelat. Cokelat dihasilkan dari biji buah
kakao yang telah mengalami serangkaian proses pengolahan sehingga bentuk dan
aromanya seperti yang terdapat di pasaran. Biji buah kakao (cokelat) yang telah
difermentasi dijadikan serbuk yang disebut cokelat bubuk.Cokelat dalam bentuk
bubuk ini banyak dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam produk
makanan dan minuman, seperti susu, selai, roti, dan lainlain.
Buah cokelat yang tanpa biji dapat difermentasi untuk dijadikan pakan
ternak. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu
kakao
juga
berperan
dalam
mendorong
pengembangan
wilayah
dan
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia
dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara
dengankakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan
yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan
dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik
ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk
menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan
distribusi pendapatan cukup terbuka.
Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya
produktivitas yang secara umum rata-ratanya 900 kg/ha. Faktor penyebabnya
adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang
kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama penyakit.
Upaya yang dapat ditempuh untuk Budidaya meningkatkan produktivitas
kakao Indonesia adalah melalui penggunaan bahan tanaman unggul, aplikasi
teknologi budidaya secara baik, pengendalian hama dan penyakit dan sistem
pengolahan yang baik. Usaha perbaikan produktivitas dan mutu menjadi bagian
dari usaha berkelanjutan agribisnis kakao di Indonesia. Oleh sebab itu dalam buku
ini akan disajikan teknologi yang telah dihasilkan yang dijabarkan ke dalam
sistem operasional prosedur (SOP) mulai dari hulu sampai hilir.
Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi
berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat
serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta
masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu
tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan
meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao.
BAB II
PEMBAHASAN
titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya
menurun pada fase senesen. Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang
lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi di
lingkungan. Ukuran akhir, rupa, dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Species
: Theobroma cacao L.
juvenile menentukan umur berbunga pertama. Fase juvenil bervariasi antara 1-75
tahun tergantung spesies dan kondisi lingkungan, umumnya ditentukan oleh
ukuran pohon dan umur.
Fase juvenil mempunyai implikasi yang penting dalam pemuliaan dan
pengelolaan kebun buah atau benih. Pada tanaman buah-buahan diharapkan fase
juvenil yang pendek agar tanaman dapat segera berbuah sedangkan pada tanaman
kehutanan diharapkan fase juvenil yang panjang sehingga energi lebih diutamakan
untuk pertumbuhan (produksi kayu) daripada produksi bunga dan buah. Fase
juvenil disebut juga sebagai fase vegetatif, sehingga pada fase ini terjadi
pembentukan Akar, Batang dan daun.
a. Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah
bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya
tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak
jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang
menyerupai akar tunggang.
Pada kecambah yang telah berumur satu sampai dua minggi terdapat akarakar cabak (radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut
(fibrilla) denga jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat
bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar. Bulu akar inilah yang berfungsi
menyerap larutan dan garam-garam mineral. Diameter bulu akar hanya 10 mikro
dan panjang maksimum hanya 1 milimeter (Siregar et al., 1989).
b. Batang
diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji
akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang- cabang primer. Letak
pertumbuhan cabang- cabang primer disebut jorqutte, dengan ketinggian yang
ideal 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah dan jorqutte ini tidak terdapat pada
kakao yang diperbanyak secara vegetatif. (Siregar et al., 1989)
Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao
tumbuh ke arah atas dan samping. Cabang yang tumbuh ke arah atas disebut
cabang orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan
plagiotrop. Dari batang kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas
6
air yang banyak menyerap energi, sehingga biloa dibiarkan tumbuh akan
mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989)
c. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada
tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun
bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat
khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di
pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat daun mapu membuat gerakan
untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus), ujung daun meruncing
(acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip
dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging
daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung
pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan
daun licin dan mengkilap.
3. Fase Reproduktif
a. Bunga
tetapi hanya 1 lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao
berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari
dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga
kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6-8 mm, terdiri atas
dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan bisanya
terdapat dua garis merah. Bagian ujungnya berupa lembaran tipis, fleksibel, dan
berwarna putih.
b. Buah dan Biji
kakao
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit
buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 2 cm, Warna buah kakao sangat
beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika
muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna
kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak
berwarna jingga (oranye).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinamika
pertumbuhan
tanaman
tahunan
adalah
proses
yang
DAFTAR PUSTAKA
10