Anda di halaman 1dari 322

351.

770 212
Ind
p

PROFIL
KESEHATAN INDONESIA
2006

DEPARTEMEN KESEHATAN R.I.


JAKARTA
2007

TIM PENYUSUN
Pengarah
Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH
Sekretaris Jenderal Depkes
Ketua
DR Bambang Hartono, SKM, MSc
Kepala Pusat Data dan Informasi Depkes
Sekretaris
Bob Susilo Kusumobroto, SKM, MPH
Dra. Rahmaniar Brahim, Apt, MKes
Anggota,
Sugito, SKM, MKes
Sunaryadi, SKM, MKes
Nuning Kurniasih, SSi, Apt
Boga Hardhana, SSi, MM
Evida Manullang, SSi
M. Syahrul Anam, Dr.
Fatta Hatta, Dr.
Wardah, SKM
Marlina Indah Susanti, SKM
Supriyono, SKM
Dewi Roro Kumbini, SPd
Istiqomah, SS
Rida Sagitarina, Dra.
Sariyono
Sondang Tambunan
Maryati
B.B Sigit

Kontributor
Badan Pusat Statistik
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Ditjen Pelayanan Medik
Ditjen PP-PL
Ditjen Yanfar & Alkes
Badan Litbangkes
Badan PPSDMKes
Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Kepegawaian
Biro Umum dan Humas
Pusat Promosi Kesehatan
Pusat Penanggulangan Krisis

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI


351.770 212
Ind
Indonesia. Departemen Kesehatan. Pusat Data dan Informasi
p
Profil Kesehatan Indonesia 2006. - - Jakarta :
Departemen Kesehatan RI 2007
I. Judul

1. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes.go.id
Web site: http://www.depkes.go.id

KATA PENGANTAR
Profil Kesehatan Indonesia 2005 merupakan kelanjutan dari profil tahun-tahun
sebelumnya. Profil Kesehatan juga merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Pusat Data
dan Informasi. Supaya profil kesehatan ini tidak membingungkan dan dianggap tertinggal,
maka data dan informasi yang disajikan adalah sesuai dengan tahun yang tercantum.
Profil Kesehatan Indonesia 2006 selain memuat informasi seperti profil kesehatan
sebelumnya dan juga memuat kejadian-kejadian penting pada tahun 2006, antara lain desa
siaga, askeskin, flu burung dan gempa bumi di Yogyakarta. Namun demikian Profil
Kesehatan Indonesia 2006 masih terdapat keterbatasan karena ada beberapa data yang masih
belum bisa terkumpul. Untuk itu akan kami masukan data yang belum ada dalam Profil
Kesehatan 2006 ke dalam Profil Kesehatan berikutnya.
Profil Kesehatan Indonesia dengan segala keterbatasannya tetap diupayakan agar
dapat terbit lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya. Di samping terbit dalam versi
cetak, Profil Kesehatan 2006 dapat diakses lewat internet; http://www.depkes.go.id.
Mudah-mudahan Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini bermanfaat dalam mengisi
kebutuhan data dan informasi kesehatan yang terkini sesuai dengan harapan kita semua.

Jakarta,

2007

Kepala Pusat Data dan Informasi

DR. Bambang Hartono, SKM, MSc


NIP. 140 058 225

ii

SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL DEPKES

Saya menyambut gembira terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2006 yang lebih
cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun berat dan banyak
tantangan di dalam proses pengumpulan data untuk mengisi profil kesehatan ini, akhirnya
Pusat Data dan Informasi berhasil menghimpun data tahun 2006 dan menyusunnya menjadi
Profil Kesehatan Indonesia 2006.
Tantangan dalam penyediaan data dan informasi yang tepat waktu ternyata banyak
kendala sehingga data dan informasi dari setiap provinsi maupun program masih belum terisi
secara lengkap. Dengan telah terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2006 yang juga memuat
kejadian-kejadian penting di tahun 2006, saya harapkan profil ini dimanfaatkan dalam
pengambilan keputusan yang didasari kepada data dan informasi (evidence based) serta
digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan kontribusi sehingga
memungkinkan tersusunnya Profil Kesehatan Indonesia 2006.

Jakarta,

2007

Sekretaris Jenderal
Departemen Kesehatan

Dr. H. Sjafii Ahmad, MPH


NIP. 140 086 897

iii

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

vii

BAB I:

PENDAHULUAN

BAB II:

GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK


A. Keadaan Penduduk
B. Keadaan Ekonomi
C. Keadaan Pendidikan
D. Keadaan Lingkungan
E. Keadaan Perilaku Masyarakat

3
3
4
8
11
15

BAB III:

SITUASI DERAJAT KESEHATAN


A. Mortalitas
B. Morbiditas

19
19
26

BAB IV:

SITUASI UPAYA KESEHATAN


A. Pelayanan Kesehatan Dasar
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang
C. Pengendalian Penyakit Menular
D. Perbaikan Gizi Masyarakat
E. Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana

59
59
72
81
99
101

BAB V:

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


A. Sarana Kesehatan
B. Tenaga Kesehatan
C. Pembiayaan Kesehatan

104
104
115
122

BAB VI:

BAB VII:

PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN NEGARA ANGGOTA


ASEAN DAN SEARO
A. Kependudukan
B. Derajat Kesehatan

125
125
134

PENUTUP

149

DAFTAR PUSTAKA

150

LAMPIRAN

153

***

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Lampiran 2.3
Lampiran 2.3.a
Lampiran 2.3.b
Lampiran 2.4
Lampiran 2.5

Lampiran 2.6

Lampiran 2.7
Lampiran 2.8

Lampiran 2.8.a

Lampiran 2.8.b

Lampiran 2.9
Lampiran 2.9.a

Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan per Provinsi Tahun


2006
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut
Provinsi Tahun 2006
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur Tertentu, Angka Beban
Tanggungan dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Jumlah dan Persentase Daerah Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2004
2006
Persentase Rumah Tangga Yang Mendapat Pelayanan Gratis Selama 6
Bulan Referensi Menurut Provinsi dan Jenis Kartu yang Digunakan
Tahun 2006
Penduduk Rumah Tangga yang Membeli Beras Murah/Raskin Selama 6
Bulan Referensi dan Jumlah Beras yang Dibeli Menurut Provinsi Tahun
2006
Tingkat Pengangguran dan Inflasi Menurut Provinsi Tahun 2006
Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan)
Persentase Kepandaian Membaca Menulis pada Penduduk Berumur 10
Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi Tahun 2006
(Perdesaan)
Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas
Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
vii

Lampiran 2.9.b
Lampiran 2.10

Lampiran 2.10.a

Lampiran 2.10.b

Lampiran 2.11
Lampiran 2.12
Lampiran 2.12.a
Lampiran 2.12.b
Lampiran 2.13

Lampiran 2.14
Lampiran 2.15

Lampiran 2.16
Lampiran 2.17
Lampiran 2.18

Lampiran 2.19

Lampiran 2.20

Persentase Status Pendidikan pada Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas


Menurut Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perkotaan)
Persentase Penduduk Indonesia Berumur 10 Tahun ke Atas Menurut
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki dan Provinsi Tahun 2006
(Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tempat Tinggal (m2),
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perkotaan)
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum dan Provinsi
Tahun 2006 (Perdesaan)
Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum dari
Pompa/Sumur/Mata Air Menurut Tipe Daerah, Jarak ke Tempat
Penampungan Akhir Kotoran/Tinja Terdekat dan Provinsi Tahun 2006
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar,
Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006
Persentase Rumah Tangga dengan Air Bersih (Perpipaan/Non Perpipaan)
yang Memenuhi Syarat Bakteriologis dan Air Minum yang Memenuhi
Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun 2004-2006
Persentase Rumah Sehat dan Sekolah Sehat Menurut Provinsi Tahun
2006
Persentase Rumah Tangga Sehat Menurut Provinsi Tahun 2006
Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan yang Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Provinsi Tahun
2006
Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama
Bulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan
Provinsi Tahun 2006
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan dan Mengobati Sendiri Selama
Bulan Referensi Menurut Tipe Daerah dan Provinsi Tahun 2006

viii

Lampiran 2.21
Lampiran 2.22

Lampiran 2.23
Lampiran 2.23.a
Lampiran 2.23.b
Lampiran 3.1

Lampiran 3.2
Lampiran 3.3
Lampiran 3.4
Lampiran 3.5
Lampiran 3.6
Lampiran 3.7
Lampiran 3.8
Lampiran 3.9
Lampiran 3.10
Lampiran 3.11
Lampiran 3.12

Lampiran 3.13

Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Bulan Referensi


Menurut Tempat/Cara Berobat dan Provinsi Tahun 2006
Proporsi Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Bulan Referensi
Menurut Jenis Obat yang Digunakan, Tipe Daerah dan Provinsi Tahun
2006
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perkotaan)
Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Lamanya
Disusui dan Provinsi Tahun 2006 (Perdesaan)
Estimasi Angka Kematian Bayi, Angka Harapan Hidup, Net
Reproduction Rate dan Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi Tahun
2005-2010
Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi Tahun 1999, 2002,
2005
Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Persentase 10 Penyakit Utama pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
di Indonesia Tahun 2006
Distribusi Pasien Rawat Jalan Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Distribusi Pasien Rawat Inap Menurut Bab ICD-X di Rumah Sakit di
Indonesia Tahun 2006
Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Malaria Menurut Provinsi
Tahun 2006
Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Jawa-Bali Tahun 1997-2006
Hasil Cakupan Penemuan Kasus dan Evaluasi Hasil Pengobatan
Penyakit TB Paru Tahun 2006
Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2006
Jumlah Kasus Baru BTA Positif Menurut Kelompok Umur (Tahun) dan
Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kumulatif Kasus AIDS, Meninggal, dan Angka Kumulatif Kasus
Per 100.000 Penduduk Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember
2006
Jumlah dan Persentase Kasus AIDS Yang Menggunakan NAPZA
Suntikan (IDU) Menurut Provinsi sampai dengan 31 Desember 2006

ix

Lampiran 3.14
Lampiran 3.15
Lampiran 3.16
Lampiran 3.17
Lampiran 3.18
Lampiran 3.19
Lampiran 3.20
Lampiran 3.21
Lampiran 3.22
Lampiran 3.23
Lampiran 3.24
Lampiran 3.25
Lampiran 3.26
Lampiran 3.27
Lampiran 3.28
Lampiran 3.29
Lampiran 3.30
Lampiran 3.31
Lampiran 3.32
Lampiran 3.33

Lampiran 3.34
Lampiran 3.35

Lampiran 3.36
Lampiran 3.37
Lampiran 3.38

Jumlah Kasus Baru AIDS Ditemukan dan Persentase Kasus Baru Per Tri
Wulan Menurut Provinsi Tahun 2006
Estimasi Populasi Rawan Tertular HIV Tahun 2006
Jumlah Kasus Pneumonia Balita Menurut Provinsi Tahun 2006
Situasi Penyakit Kusta Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Baru Kusta dan Kecacatan Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
(PD3I) Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Campak di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Campak Menurut Provinsi Tahun 2006 (jumlah
yang divaksinasi)
Jumlah Kasus Penyakit Difteri di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah Sakit
dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Pertusis (Batuk Rejan) di Rawat Jalan, Rawat
Inap Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis Klinis di Rawat Jalan, Rawat Inap
Rumah Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Hepatitis B di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus AFP Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Kasus AFP Menurut Kriteria Klinis dan Provinsi Tahun 2006
Perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Tetanus di Rawat Jalan, Rawat Inap Rumah
Sakit dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Frekuensi KLB Menurut Penyakit di Indonesia Tahun 2006
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Tahun 2001 - 2006
Jumlah Penderita, Case Fatality Rate (%), dan Incidence Rate Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 20002006
Jumlah Kabupaten/Kota yang Terjangkit Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD/DHF) Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2001 2006
Jumlah dan Persentase Kabupaten Terjangkit dan Jumlah Kasus Gigitan
Hewan Tertular Rabies serta Hasil Pemeriksaan Spesimen Hewan
Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi Tahun 2000 2006
Prevalensi Frambusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Situasi Leptospirosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
x

Lampiran 3.39
Lampiran 3.40
Lampiran 3.41
Lampiran3.42
Lampiran 4.1
Lampiran 4.2
Lampiran 4.3

Lampiran 4.4

Lampiran 4.5

Lampiran 4.5.a

Lampiran 4.5.b

Lampiran 4.6
Lampiran 4.7
Lampiran 4.8
Lampiran 4.9
Lampiran 4.10
Lampiran 4.11
Lampiran 4.12
Lampiran 4.13.a

Situasi Taeniasis/Cysticercosis pada Manusia Menurut Provinsi Tahun


2006
Situasi Pes pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Situasi Antraks pada Manusia Menurut Provinsi Tahun 2006
Kepesertaan dan Jenis Kasus Kecelakaan Kerja (PT Jamsostek) Tahun
2006
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4, Persalinan Ditolong Tenaga
Kesehatan, dan Kunjungan Neonatus Menurut Provinsi Tahun 2006
Cakupan Rujukan Kasus Risti dan Penangan Komplikasi Ibu Hamil dan
Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2006
Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Sedang Menggunakan/Memakai Alat KB menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Proporsi Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang
Pernah Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut Daerah Tempat
Tinggal dan Provinsi, Tahun 2006
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan+Perdesaan)
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perkotaan)
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin Menurut
Alat/Cara KB yang Sedang Digunakan/Dipakai dan Provinsi, Tahun
2006 (Perdesaan)
Hasil Pelayanan Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Metoda
Kontrasepsi dan Provinsi Tahun 2006
Jumlah dan Proporsi Peserta KB Baru Kumulatif Menurut Tempat
Pelayanan dan Provinsi Tahun 2006
Pencapaian Desa Universal Child Immunization (UCI) Menurut Provinsi
Tahun 2004-2006
Cakupan Imunisasi Dasar pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2006
Angka Drop Out Cakupan Imunisasi DPT1-Campak pada Bayi Menurut
Provinsi Tahun 2002-2006
Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil Menurut Provinsi, Tahun 2006
Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Menurut Provinsi
Tahun 2006

xi

Lampiran 4.13.b
Lampiran 4.14

Lampiran 4.15
Lampiran 4.16
Lampiran 4.17
Lampiran 4.18
Lampiran 4.19
Lampiran 4.20
Lampiran 4.21

Lampiran 4.22
Lampiran 4.23
Lampiran 4.24
Lampiran 4.25
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
Lampiran 5.4
Lampiran 5.5
Lampiran 5.6
Lampiran 5.7
Lampiran 5.8

Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Gangguan Jiwa di Rumah


Sakit Menurut Provinsi Tahun 2006
Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Rumah Sakit Umum
Depkes dan Pemda Menurut Provinsi
Tahun 2006
Indikator Pelayanan Rumah Sakit Umum Depkes dan Pemda Menurut
Provinsi Tahun 2006
Pemeriksaan Radiodiagnostik pada Rumah Sakit Umum Depkes dan
Pemda Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Milik Pemerintah
Kabupaten/Kota Menurut Provinsi Tahun 2006
Utilisasi Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat Lanjut (RITL) Keluarga Miskin Menurut Provinsi Tahun 2006
Penanganan Penyalahgunaan NAPZA di Rumah Sakit Menurut
Kepemilikan Tahun 2006
Hasil Pekan Imunisasi Nasional Menurut Provinsi Tahun 2005-2006
Cakupan TB Paru BTA Positif, Sembuh, Pengobatan Lengkap dan
Succes Rate (SR) Menurut Provinsi
Tahun 2005
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Menurut Provinsi
Tahun 2005
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A Menurut Provinsi Tahun 2006
Cakupan Pemberian Tablet Besi (Fe) pada Ibu Hamil Menurut Provinsi
Tahun 2006
Rekapitulasi Kejadian Bencana Tahun 2006
Jumlah Puskesmas serta Sarana Lainnya Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan Menurut Provinsi di
Indonesia Tahun 2002-2006
Jumlah Puskesmas Keliling dan Rasio Puskesmas Keliling per
Puskesmas Menurut Provinsi, Tahun 2002-2006
Jumlah Rumah Sakit di Indonesia Menurut Pengelola dan Provinsi
Tahun 2006
Jumlah Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun 2002-2006
Jumlah Rumah Sakit Umum Depkes/Pemda Menurut Kelas dan Provinsi
Tahun 2005
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum Menurut Pengelola Tahun
2002 - 2006
xii

Lampiran 5.9
Lampiran 5.10
Lampiran 5.11
Lampiran 5.12
Lampiran 5.13
Lampiran 5.14
Lampiran 5.15
Lampiran 5.16
Lampiran 5.17
Lampiran 5.18
Lampiran 5.19
Lampiran 5.20
Lampiran 5.21
Lampiran 5.22
Lampiran 5.23
Lampiran 5.24
Lampiran 5.25
Lampiran 5.26
Lampiran 5.27
Lampiran 5.28
Lampiran 5.29
Lampiran 5.30

Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidurnya Menurut Jenis


Rumah Sakit Tahun 2002 - 2006
Jumlah Sarana Produksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Menurut
Jenis Dan Provinsi Tahun 2002 - 2006
Jumlah Sarana Distribusi dan Pelayanan Kefarmasian Menurut Provinsi
Tahun 2002 - 2006
Jumlah Sarana Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Posyandu Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi
Tahun 2006
Jumlah Polindes Menurut Tingkat Perkembangannya dan Provinsi Tahun
2006
Jumlah Pos Obat Desa (POD) Menurut Tingkat Perkembangannya dan
Provinsi Tahun 2006
Rekapitulasi Institusi Poltekkes Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun
2006
Rekapitulasi Strata Akreditasi Jurusan/Program Studi Poltekkes Tahun
2006
Jumlah Institusi Diknakes Non Politeknik Kesehatan Menurut
Jurusan/Program Studi dan Provinsi Tahun 2006
Rekapitulasi Strata Akreditasi Institusi Non Poltekkes Tahun 2006
Jumlah Institusi Diknakes Non-Poltekkes Menurut Status Kepemilikan
Per Desember 2006
Rekapitulasi Data SDM Kesehatan Per Propinsi Tahun 2005
Data Sumber Daya Manusia Kesehatan di Rumah Sakit Menurut
Provinsi dan Jenis Ketenagaan Tahun 2006
Jumlah dan Jenis Ketenagaan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah PTT yang Masih Aktif Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi di Rumah Sakit Pemerintah/
Swasta dan Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah dan Jenis Ketenagaan Farmasi Disarana Produksi dan Distribusi
Menurut Provinsi Tahun 2006
Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Poltekkes Menurut
Profesi
Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2006/2007 di Non Poltekkes
Menurut Profesi
Jumlah Peserta Didik Program Khusus Tahun 2006
Jumlah Lulusan Diknakes Poltekkes dan Non Poltekkes Menurut Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2006
xiii

Lampiran 5.31
Lampiran 5.32
Lampiran 5.33
Lampiran 5.34
Lampiran 5.35
Lampiran 6.1
Lampiran 6.2
Lampiran 6.3
Lampiran 6.4
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Lampiran 6.7
Lampiran 6.8
Lampiran 6.9
Lampiran 6.10
Lampiran 6.11
Lampiran 6.12
Lampiran 6.13
Lampiran 6.14

Distribusi Lulusan Poltekkes Berdasarkan Jurusan/Program Studi dan


Kota Tahun 2006
Distribusi Lulusan Non Poltekkes Berdasarkan Jurusan /Program Studi
dan Kota Tahun 2006
Jumlah Pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklatkes dan Bapelkes Nasional
Tahun 2006
Jumlah dan Persentase Kepesertaan Penduduk dalam Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis dan Provinsi Tahun 2006
Distribusi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Menurut Jenis
dan Provinsi Tahun 2006
Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara ASEAN Tahun
2006
Perbandingan Beberapa Data Kependudukan di Negara-Negara SEARO
Tahun 2006
Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara ASEAN
Perbandingan Angka Kelahiran, Angka Kematian, dan Indeks
Pembangunan Manusia di Negara-Negara SEARO
Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara ASEAN Tahun 2004/2005
Perbandingan Data Tuberkulosis di Negara-Negara SEARO Tahun
2004/2005
Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara ASEAN Tahun 2005
Angka Estimasi HIV/AIDS di Negara-Negara SEARO Tahun 2005
Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara ASEAN Tahun 2006
Jumlah Kasus Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
di Negara-Negara SEARO Tahun 2006
Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara ASEAN Tahun
2005
Perbandingan Cakupan Imunisasi pada Bayi di Negara-Negara SEARO
Tahun 2005
Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara ASEAN
Perbandingan Upaya Kesehatan di Negara-Negara SEARO
***

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rangka mewujudkan visi Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, dan
mengemban misi Membuat Rakyat Sehat, tahun 2006 Departemen Kesehatan telah
membuat kebijakan "Pengembangan Desa Siaga" melalui Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 546/Menkes/SK/VIII/2006 tanggal 2 Agustus 2006. Untuk tahun
2006 ditarget sebanyak 12 ribu telah menjadi desa siaga. Kemudian diharapkan pada akhir
tahun 2008, lebih kurang 70.000 desa di Indonesia telah menjadi desa siaga.
Tahun 2005 hingga 2009, Departemen Kesehatan dalam periode tersebut menempatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai prioritas pertama pembangunan
kesehatan. Sesudahnya menyusul pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin,
pendayagunaan tenaga kesehatan, penanggulangan penyakit menular, gizi buruk, dan krisis
kesehatan akibat bencana, serta peningkatan pelayanan kesehatan di daerah terpencil,
tertinggal, daerah perbatasan, dan pulau-pulau terluar. Program-program tersebut, sangat berkaitan untuk meningkatkan kesehatan rakyat.
Penyusunan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006 ini berupaya untuk mengacu
kepada sasaran utama Departemen Kesehatan tersebut di atas. Menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat akan digambarkan pada Bab II dan Bab III,
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas digambarkan
pada Bab IV dan Bab V, meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi
kesehatan digambarkan pada Bab III dan IV serta meningkatkan pembiayaan kesehatan
digambarkan pada Bab V.
Profil Kesehatan Indonesia 2006 ini terdiri dari 8 (delapan) bab, yaitu:
Bab I - Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang acuan diterbitkannya Profil Kesehatan
Indonesia 2006 ini serta sistimatika penyajiannya.
Bab II - Situasi Umum dan Lingkungan. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Indonesia. Selain uraian tentang letak geografis, demografis, pendidikan, ekonomi dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor lingkungan dan perilaku.
Bab III - Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang hasil-hasil pembangunan
kesehatan sampai dengan tahun 2006 yang mencakup tentang angka kematian, umur harapan
hidup dan angka kesakitan.

Bab IV - Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang upaya-upaya kesehatan yang
telah dilaksanakan oleh bidang kesehatan sampai tahun 2006, untuk tercapainya dan
berhasilnya program-program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran tentang upaya
kesehatan yang telah dilakukan itu meliputi persentase pencapaian cakupan pelayanan
kesehatan dasar, persentase pencapaian cakupan pelayanan kesehatan rujukan dan berbagai
upaya lain yang berupa gambaran pelayanan program kesehatan lainnya.
Bab V - Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sumber daya
pembangunan bidang kesehatan sampai tahun 2006 ini. Gambaran tentang keadaan sumber
daya sampai dengan tahun 2006 ini mencakup tentang keadaan tenaga, sarana dan fasilitas
kesehatan yang ada sampai tahun 2006. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang jumlah dan
penyebaran sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari rumah sakit dan puskesmas
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Bab VI - Perbandingan Indonesia dengan Negara Anggota ASEAN dan SEARO. Bab ini
menyajikan perbandingan beberapa indikator tertentu meliputi data kependudukan, Angka
Kelahiran, Angka Kematian, Indeks Pembangunan Manusia, data tuberkulosis, angka
estimasi HIV/AIDS, kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi, status gizi
buruk, gizi kurang, dan BBLR, cakupan imunisasi pada bayi dan upaya kesehatan.
Bab VII - Penutup.

***

BAB II
GAMBARAN UMUM DAN PERILAKU PENDUDUK

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah


pulau 17.504. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat
dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Keragaman dalam berbagai aspek
tersebut juga terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Pada tahun 2006 secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi,
349 kabupaten, dan 91 kota. Wilayah tersebut meliputi 5.656 kecamatan, 7.123 kelurahan
dan 71.563 desa. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan tahun 2005, maka dapat
dikatakan telah terjadi peningkatan. Pada tahun 2005 wilayah kecamatan berjumlah 5.263
dan wilayah desa berjumlah 62. 806.
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum Indonesia dan perilaku penduduk
pada tahun 2006 yang meliputi: keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan
pendidikan, keadaan lingkungan, dan perilaku penduduk yang berkaitan dengan
kesehatan.
A. KEADAAN PENDUDUK
Berdasarkan proyeksi penduduk terhadap hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) Tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2006 tercatat sebesar
222.192.000 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 118 per km2.
Tingkat kepadatan yang tinggi masih didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau
Jawa. Provinsi yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah DKI Jakarta, yaitu
sebesar 13.499 jiwa per km2. Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki
kepadatan penduduk tertinggi ke-2 dengan kepadatan 1.146 jiwa per km2. Provinsi
dengan tingkat kepadatan tertinggi ke-3 yaitu Banten sebesar 1.066 jiwa per km2.
Kepadatan penduduk terendah di Provinsi Papua, yaitu hanya 8 jiwa per km2. Sulawesi
Barat merupakan provinsi dengan tingkat kepadatan penduduk terendah ke-2 yaitu
sebesar 11 jiwa per km2, yang kemudian diikuti oleh Kalimantan Timur dengan
kepadatan 13 jiwa per km2.
Dari proyeksi jumlah penduduk dapat diketahui terdapat ketimpangan persebaran
penduduk antar pulau yang nyata. Lebih dari separuh penduduk Indonesia berada di
Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51%, dengan luas hanya 7% wilayah Indonesia. Sisanya
tersebar di Sumatera sebesar 21,10 %; Sulawesi 7,23%; Kalimantan 5,55%; Kepulauan
Nusa Tenggara dan Bali 5,42%; dan Papua dan Maluku 2,18%. Jumlah penduduk dan
angka kepadatan penduduk per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.2.

Melalui proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2005 kita dapat


memperoleh gambaran piramida penduduk sebagai berikut.
GAMBAR 2.1
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA
TAHUN 2006

Sumber : Proyeksi SUPAS Tahun 2005, Badan Pusat Statistik

Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa


penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 28,26%, yang berusia produktif (15-64
tahun) sebesar 66,71%, dan yang berusia tua (> 65 tahun) sebesar 5,03%. Dengan
demikian maka Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk Indonesia pada
tahun 2006 sebesar 49,90%. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun
2005 sebesar 50,81%. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah
Nusa Tenggara Timur sebesar 71,45%, diikuti oleh Sulawesi Barat sebesar 64,18%, dan
Maluku sebesar 63,85%. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah
yaitu DKI Jakarta sebesar 37,01%, diikuti oleh Jawa Timur sebesar 44,38% dan DI
Yogyakarta sebesar 44,63%. Berdasarkan tipe daerah, angka beban tanggungan di
perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 53,61% berbanding 45,35%.
Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban
tanggungan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.3, 2.3.a, dan 2.3.b.
B. KEADAAN EKONOMI
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam
menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Data BPS menyebutkan bahwa
selama tahun 2006, pertumbuhan ekonomi nasional menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2005 pertumbuhan ekonomi sebesar
5,7%, pada tahun 2006 angka ini turun menjadi 5,5%.
Mengkaji kondisi perekonomian tentu saja tidak terlepas dari tingkat inflasi. Data
BPS menyebutkan bahwa tingkat inflasi pada tahun 2004 berada pada tingkat 6,4 %.
Angka ini melonjak drastis menjadi 17,11 % pada tahun 2005. Hingga pada tahun 2006

tingkat inflasi turun secara signifikan menjadi 6,6%. Tingkat pengangguran juga menjadi
salah satu variabel yang dikaji dalam menilai keadaan ekonomi suatu negara. Dengan
merujuk pada data BPS, tingkat pengangguran pada tahun 2004 sebesar 9,86%, lalu
merangkak naik menjadi 11,24% pada tahun 2005 hingga kemudian berada pada level
10,45% pada tahun 2006.
Kemiskinan merupakan salah satu isu krusial yang sangat terkait dengan dimensi
ekonomi. Kemiskinan telah lama menjadi persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah dan berbagai kalangan. Statistik Kesra Tahun 2006 menyajikan
persentase rumah tangga yang mendapatkan pelayanan gratis bidang kesehatan dan yang
membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi. Persentase rumah tangga yang
mendapatkan pelayanan gratis menunjukkan angka 12,85%. Angka tersebut terdiri dari
Askeskin sebesar 54,2%, Kartu Kompensasi BBM sebesar 3,26%, Kartu Sehat sebesar
28,12% dan lainnya sebesar 14,41%. Rumah tangga yang membeli beras murah/raskin
selama 6 bulan referensi sebesar 45,01%. Rincian mengenai persentase rumah tangga
yang membeli beras murah/raskin selama 6 bulan referensi dan jumlah beras yang dibeli
menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.6
Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan
(GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non
Makanan (GKNM). Penentuan GKM dilakukan berdasarkan pengeluaran penduduk
untuk memenuhi kebutuhan dasar berupa makanan, sedangkan GKNM ditentukan
berdasarkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan
dan kesehatan. Pada Bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat
menjadi 39,3 juta dari 35,10 juta pada Februari 2005. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pertambahan 4,2 juta penduduk miskin. Jika melihat persentase penduduk miskin,
peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2006. Persentase penduduk miskin yang
semula 15,97% pada tahun 2005 meningkat menjadi 17,75% pada tahun 2006. Persentase
penduduk miskin dari tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 2.2 berikut ini.
GAMBAR 2.2
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
TAHUN 2002 - 2006

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2006, BPS

Tingkat kemiskinan juga dapat diketahui dengan melihat indeks kedalaman


kemiskinan dan keparahan kemiskinan . Indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan gap
antara penghasilan penduduk miskin dengan garis batas kemiskinan, baik makanan
maupun non makanan. Sedangkan indeks keparahan kemiskinan mencerminkan gap
penghasilan antara sesama penduduk miskin. Dalam kurun waktu 2002-2006, terjadi
peningkatan yang cukup signifikan pada periode Februari 2005-Maret 2006 dibandingkan
periode sebelumnya, dari 2,78 menjadi 3,43. Peningkatan yang sama ditunjukkan oleh
indeks keparahan kemiskinan, dimana terdapat peningkatan pada periode Februari 2005Maret 2006 dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 0,76 menjadi 1,00.
Kemiskinan menjadi isu yang cukup menyita perhatian berbagai kalangan
termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait
dengan daya beli ekonomi. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan
kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahan tubuh
yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit-penyakit tertentu.
Fenomena gizi buruk dan kurang kerap dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang buruk
jika merujuk pada fakta betapa keterbatasan pemenuhan pangan dapat menyebabkan
busung lapar, Kwashiorkor, penyakit kekurangan vitamin seperti Xeropthalmia, Scorbut,
dan Beri-beri.
GAMBAR 2.3
INDEKS KEDALAMAN (P1) DAN KEPARAHAN (P2) KEMISKINAN
TAHUN 2002 2006

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat


Kemiskinan Tahun 2006, BPS

Selama periode Februari 2005-Maret 2006 terjadi pergeseran posisi penduduk


miskin dan hampir miskin. Dengan memperhatikan pergeseran posisi ini, dapat
disimpulkan bahwa penambahan jumlah penduduk miskin selama periode Februari 2005Maret 2006 terjadi karena adanya pergeseran penduduk yang tergolong dalam transient
poor yaitu mereka yang berpenghasilan tidak jauh dari garis kemiskinan. Sekitar 56,58%
penduduk miskin pada bulan Februari 2005 tetap tercatat sebagai miskin pada bulan
Maret 2006, tetapi sisanya berpindah posisi menjadi hampir miskin (19,36%), hampir
tidak miskin (17,65%) dan tidak miskin (6,42%). Perubahan besar terjadi pada penduduk

hampir miskin dan hampir tidak miskin. Sekitar 30,42% penduduk hampir miskin di
bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada bulan Maret 2006. Pada saat yang sama,
11,76% penduduk hampir tidak miskin di bulan Februari 2005 jatuh menjadi miskin pada
bulan Maret 2006.
TABEL 2.1
PERGESERAN PENDUDUK MENURUT STATUS KEMISKINAN
FEBRUARI 2005-MARET 2006 (%)
Kondisi
Februari 2005
Miskin
Hampir Miskin
Hampir Tidak
Miskin
Tidak Miskin
Jumlah

Miskin
56,58
30,42
11,76
2,32
17,75

Kondisi Maret 2006


Hampir Miskin
Hampir Tidak
Miskin
19,36
17,65
26,32
30,71
17,69
40,13
3,60
13,45

21,76
27,64

Tidak Miskin

Jumlah

6,42
12,56
30,42

100
100
100

72,32
41,16

100
100

Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2006, BPS

Pembangunan ekonomi yang diupayakan pemerintah diharapkan mampu


mendorong kemajuan, baik fisik, sosial, mental dan spiritual di segenap pelosok negeri
terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu ; geografis, sumber daya alam,
sumber daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial,
dan kebijakan pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk
di dalamnya kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami
kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT) adalah wilayah
administrasi kabupaten. Menurut data Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal,
hingga tahun 2006 jumlah kabupaten/kota tertinggal mencapai 199 dari 440
Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan tahun 2005, yang menunjukkan jumlah 197 kabupaten tertinggal.
Penambahan 2 kabupaten tersebut terdapat pada Provinsi Sumatera Barat yang pada
tahun 2005 berjumlah 7 kemudian meningkat menjadi 9 kabupaten. Provinsi dengan
persentase kabupaten/kota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100%,
diikuti oleh Papua yang sebesar 95%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75%. Jumlah
dan persentase kabupaten/kota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
2.4.

GAMBAR 2.4
PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL
TAHUN 2006

Sumber : Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah


Tertinggal Tahun 2004-2009

C. KEADAAN PENDIDIKAN
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus (predisposing) yang berperan
dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Pada bagian ini akan
diuraikan mengenai kemampuan membaca-menulis, status pendidikan, dan tingkat
kepesertaan sekolah.
Kemampuan membaca dan menulis (baca-tulis) penduduk tercermin dari Angka
Melek Huruf, yaitu persentase penduduk umur 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin atau huruf lainnya. Secara nasional, persentase penduduk yang dapat
membaca huruf latin pada tahun 2006 sebesar 70,51%. Sedangkan mereka yang dapat
membaca huruf lainnya sebesar 2,06%, huruf latin dan lainnya sebesar 19,82% dan yang
buta huruf sebesar 7,61%. Dengan demikian persentase penduduk melek huruf yang
terdiri dari penduduk yang mampu membaca huruf latin, lainnya serta latin dan lainnya
adalah 92,39%. Persentase melek huruf pada laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan, yaitu 95,12% berbanding 89,66%. Daerah perkotaan memiliki persentase
melek huruf sebesar 95,76%. Angka ini lebih besar dibandingkan daerah perdesaan yang
hanya sebesar 89,76%.
Provinsi dengan persentase melek huruf tertinggi adalah Sulawesi Utara sebesar
99,00%, diikuti oleh DKI Jakarta sebesar 98,34% dan Riau 97,54%. Sedangkan
persentase melek huruf terendah adalah Provinsi Papua sebesar 71,58%, diikuti oleh
Nusa Tenggara Barat sebesar 81,66%, dan Bali sebesar 87,15%. Persentase kepandaian
membaca menulis pada penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut provinsi, jenis

kelamin dan tipe daerah tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.8, 2.8.a dan Lampiran
2.8.b.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE PENDUDUK UMUR 10 TAHUN KE ATAS
YANG MELEK HURUF TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Pada tahun 2006, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak
memiliki ijazah/STTB di Indonesia sebanyak 28,20%. Persentase ini lebih besar di
wilayah perdesaan yang sebesar 35,15% dibandingkan perkotaan yang sebesar 19,30%.
Sedangkan secara nasional, persentase penduduk yang sudah memiliki ijazah/STTB yang
dimiliki yaitu SD/MI sebanyak 31,67%, tamat SLTP/MTs sebanyak 17,56%, tamat
SMU/MA/SMK sebanyak 18,12%, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas
sebesar 4,44%. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas
yang memiliki ijazah SMU/SMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 22,56%.
Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMU/SMK atau
lebih tinggi adalah DKI Jakarta (47,56), DI Yogyakarta (36,97%) dan Kepulauan Riau
(36,77%). Sedangkan yang terendah di Provinsi Sulawesi Barat (14,17%), Nusa Tenggara
Timur (14,20%), dan Kalimantan Barat (16,29%). Persentase penduduk berumur 10
tahun ke atas menurut ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 2.10.

TABEL 2.2
PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS
MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN
TAHUN 2006
Daerah/Jenis
Kelamin

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki


SMU/
SMU
Dipl I/ Akademi/
MA
Kejuruan Dipl II
Dipl III

Tidak
Memiliki

SD/
MI

SLTP/
MTs

Dipl IV/
S1/S2/
S3

Jumlah

Laki-laki
Perempuan
L+P
Perdesaan

16,88
21,69
19,30

24,02
26,11
25,07

19,29
19,30
19,29

22,78
20,30
21,53

8,24
5,36
6,79

0,83
1,29
1,06

1,92
1,91
1,91

6,05
4,04
5,04

100,00
100,00
100,00

Laki-laki
Perempuan
L+P
Perkotaan +
Perdesaan
Laki-laki
Perempuan
L+P

31,48
38,83
35,15

37,27
36,37
36,82

17,40
15,02
16,21

9,13
6,67
7,90

2,90
1,60
2,25

0,50
0,59
0,55

0,33
0,32
0,33

0,98
0,59
0,78

100,00
100,00
100,00

25,10
31,28
28,20

31,48
31,85
31,67

18,23
16,90
17,56

15,09
12,67
13,88

5,24
3,26
4,24

0,64
0,90
0,77

1,03
1,02
1,02

3,20
2,11
2,65

100,00
100,00
100,00

Perkotaan

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Tabel 2.2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan signifikan terjadi pada


persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB SMU/MA/SMK
hingga Universitas antara wilayah perkotaan dengan perdesaan. Pada perkotaan sebesar
36,33%, sedangkan perdesaan hanya sebesar 11,81%. Sedangkan berdasarkan jenis
kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB
SMU/MA/SMK hingga Universitas pada laki-laki lebih besar dibandingkan pada
kelompok perempuan, yaitu 25,20% berbanding 19,96%.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Statistik Kesra Tahun 2006
dikategorikan menjadi 3 kelompok umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD,
13-15 tahun mewakili umur setingkat SLTP, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat
SMU. Secara umum, APS kelompok umur 7-12 tahun sebesar 97,39%, kelompok umur
13-15 tahun sebesar 84,08% dan kelompok umur 16-18 tahun sebesar 53,92%. Semakin
tinggi kelompok umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk
perdesaan.
Berbeda dengan APS, Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan banyaknya
penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai
dengan usianya. Statistik Kesra mengelompokkan APM berdasarkan jenjang pendidikan
dan tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 93,07%, lebih kecil dibandingkan
angka di perdesaan yang sebesar 93,86%. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada APM
SLTP dan SMU. APM SLTP di perkotaan sebesar 73,56%, lebih besar dibandingkan
angka di perdesaan sebesar 61,76%. APM SMU di perkotaan juga lebih besar
dibandingkan APM SMU di perdesaan, yaitu sebesar 57,17% di perkotaan sedangkan di
perdesaan hanya 33,47%. Secara nasional APM SD sebesar 93,54%, APM SLTP sebesar
66,52%, dan APM SMU 43,77%.

10

TABEL 2.3
ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN
MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006
Daerah/Jenis Kelamin

Kelompok Umur (Tahun)


13 - 15

7 - 12

16 - 18

Perkotaan
Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Perdesaan

98,14
98,54
98,33

90,19
89,26
89,74

66,60
64,38
65,50

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan + Perdesaan

96,37
97,16
96,75

79,50
81,08
80,25

45,03
44,99
45,01

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

97,08
97,72
97,39

83,75
84,44
84,08

54,09
53,73
53,92

Sumber : Statistik Kesra, 2006


TABEL 2.4
ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) MENURUT TIPE DAERAH ,
JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2006
Jenjang Pendidikan
Daerah/Jenis Kelamin

SD

SLTP

SMU

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Perdesaan

93,36
92,76
93,07

73,62
73,50
73,56

57,95
56,39
57,17

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan
Perkotaan + Perdesaan

94,10
93,60
93,86

61,86
61,65
61,76

33,50
33,42
33,47

Laki-laki
Perempuan
Laki-Laki + Perempuan

93,80
93,26
93,54

66,53
66,51
66,52

43,77
43,78
43,77

Perkotaan

Sumber : Statistik Kesra, 2006

D. KEADAAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus
dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan
kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.

11

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator


seperti; persentase rumah tangga sehat, persentase rumah tangga menurut sumber air
minum, persentase rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air
menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran/tinja, dan persentase rumah tangga
menurut kepemilikan fasilitas buang air besar.
1. Rumah Tangga Sehat
Terdapat beberapa indikator lingkungan yang harus dipenuhi sebuah rumah tangga
agar dapat disebut sebagai rumah tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan
jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, dan lantai rumah bukan dari
tanah. Selain itu juga terdapat indikator lain yang terkait dengan faktor perilaku dan
keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan.
Persentase rumah tangga sehat pada tahun 2006 mencapai 24,96%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga sehat tertinggi adalah Kalimantan Timur sebesar 41.45% diikuti
oleh Sulawesi Utara sebesar 39,22% dan Bali sebesar 37,38%. Sedangkan provinsi
dengan persentase rumah tangga sehat terendah adalah Sumatera Selatan sebesar 7,71%
diikuti oleh Banten sebesar 13,47% dan Gorontalo sebesar 15%. Persentase rumah tangga
sehat berdasarkan provinsi disajikan pada Lampiran 2.17.
2. Akses Terhadap Air Minum
Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2006 yang diterbitkan oleh BPS
mengkategorikan sumber air minum yang digunakan rumah tangga menjadi 2 kelompok
besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum
terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung,
dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak
terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya.
Data yang terdapat pada Statistik Kesra BPS Tahun 2006 menyebutkan bahwa
persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,29%,
sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung
sebesar 17,71%. Provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki
sumber air minum terlindung adalah DKI Jakarta, yaitu 99,44%, diikuti oleh Bali sebesar
93,61% dan Jawa Timur sebesar 89,26%. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber
air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Papua, yaitu sebesar 50,47%,
diikuti oleh Kalimantan Tengah (54,23%) dan Irian Jaya Barat (57,05%).
Pada kelompok sumber air minum terlindung, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia memiliki sumur terlindung dengan persentase 34,64%. Persentase rumah
tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu
18,38%, kemudian pompa (13,63%), mata air terlindung (8,68%), air kemasan (4,43%)
dan air hujan (2,53%). Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah
tangga di Indonesia sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan
persentase 10,18%, diikuti oleh mata air tak terlindung sebesar 4,18%, air sungai sebesar
2,99% dan lainnya sebesar 0,36%. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum,
provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan
Lampiran 2.12.b.

12

GAMBAR 2.6
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
SUMBER AIR MINUM TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat Penampungan Akhir


Kotoran/Tinja
Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar pada penyakit water borne
disease. Oleh karena itu sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi dan
konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air minum terhindar dari
pengotoran, sehingga perlu diperhatikan jarak sumber air minum dengan cubluk (kakus)
lubang galian sampah, lubang galian untuk air limbah dan sumber-sumber pengotor
lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan tanah dan kemiringannya. Pada
umumnya jarak sumber air minum dengan beberapa sumber pengotor termasuk tempat
penampungan akhir kotoran/tinja tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan agar
letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Statistik Kesra BPS juga menampilkan persentase rumah tangga dengan sumber
air minum dari pompa/sumur/mata air menurut jarak ke tempat penampungan akhir
kotoran/tinja terdekat dan provinsi. Data tersebut menyebutkan bahwa secara nasional
sebanyak 46,57% rumah tangga memiliki jarak sumber air minum dari
pompa/sumur/mata air terhadap tempat penampungan kotoran akhir/tinja sebesar > 10
meter. Sedangkan sebanyak 28,96 % memiliki jarak < 10 meter dan sisanya sebanyak
24,47% tidak tahu.
Pada rumah tangga yang memiliki jarak > 10 meter pada sumber air minumnya,
persentase terbesar adalah DI Yogyakarta sebesar 62,08%, diikuti oleh Kalimantan
Selatan sebesar 59,81% dan Kalimantan Timur 57,70%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Banten sebesar 32,80% diikuti oleh Sulawesi Tengah sebesar
34,96% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 35,02%. Persentase rumah tangga dengan
sumber air minum dari pompa/sumur/mata air menurut tipe daerah, jarak ke tempat
penampungan akhir kotoran/tinja/ terdekat dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.13.

13

GAMBAR 2.7
PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN JARAK SUMBER AIR MINUM
KE TPA TINJA >10 METER TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Fasilitas Tempat Buang Air Besar


Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan penting pada
kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan dan penggunaan fasilitas tempat buang air
besar merupakan isu penting dalam menentukan kualitas hidup penduduk. Statistik Kesra
Tahun 2006 membagi rumah tangga berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air
besar yang terdiri dari; sendiri, bersama, umum, dan tidak ada. Secara nasional,
persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar sebesar
60,38%, rumah tangga yang memiliki bersama 13,90%, umum sebesar 6,05% dan tidak
ada sebesar 19,67%.
Persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar di
perkotaan dan perdesaan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Persentase di
perkotaan sebesar 71,97%, sedangkan di perdesaan sebesar 51,65%. Provinsi dengan
persentase rumah tangga yang memiliki sendiri fasilitas tempat buang air besar tertinggi
adalah Riau sebesar 80,96% diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 75,01% dan DKI
Jakarta sebesar 74,74%. Sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sendiri
fasilitas tempat buang air besar terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 28,83%
diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 33,68% dan Sulawesi Barat sebesar 38,16%.
Persentase rumah tangga menurut fasilitas tempat buang air besar, tipe daerah dan
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.14.

14

GAMBAR 2.8
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT
KEPEMILIKAN FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR
TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

4. Luas Lantai
Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun perdesaan berdampak negatif
terhadap terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai hunian terhadap penghuni dan
berkurangnya ruang terbuka pada area pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi
terhadap status kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat berpengaruh
terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada umumnya adalah penyebab penyakit
menular saluran napas semakin banyak bila penghuni semakin besar.
Ukuran rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-anak memerlukan
lingkungan bebas, tempat bermain luas yang mampu mendukung daya kreatifitasnya.
Dengan kata lain, rumah bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok
untuk terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran napas juga dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
Statisik Kesra, BPS tahun 2006 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga
memiliki luas lantai 50-99 m2, sebesar 41,63%, diikuti oleh rumah tangga dengan luas
lantai 20-49 m2, sebesar 39,11% dan rumah tangga dengan luas lantai 100-149 m2 sebesar
8,67%. Persentase rumah tangga menurut luas lantai tempat tinggal (m2), tipe daerah,
dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 2.11.
E. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap
derajat kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu: persentase penduduk yang
berobat jalan dan mengobati sendiri selama sebulan yang lalu, menurut tempat tinggal
(perkotaan dan perdesaan), persentase penduduk yang berobat jalan selama sebulan yang
lalu menurut tempat/cara berobat, dan persentase anak 2-4 tahun yang pernah disusui.
Indikator yang disajikan mengacu pada Statistik Kesra Tahun 2006.

15

1. Upaya Penduduk dalam Pencarian Pengobatan


Statistik Kesra Tahun 2006 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
memilih untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami selama sebulan yang
lalu ternyata lebih besar dibandingkan persentase penduduk yang berobat jalan. Sebanyak
71,44% penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu memilih
untuk mengobati sendiri. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2005 sebesar
69,88%. Sedangkan yang memilih untuk berobat jalan hanya sebesar 34,13% dari seluruh
penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu. Angka ini lebih
rendah dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 34,43%.
Dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang
lalu dan memutuskan untuk berobat jalan sebagian besar berada di Provinsi Bali, yaitu
46,82% yang diikuti oleh Nusa Tenggara Timur, 45,72% dan DKI Jakarta sebesar
39,46%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Maluku sebesar 19,36%,
Sulawesi Barat sebesar 21,10%, dan Riau sebesar 21,80%.
Dalam hal keputusan untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan yang dialami
selama sebulan yang lalu, Provinsi Maluku Utara menempati urutan teratas dengan
persentase sebesar 81,73%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 81,27% dan Kalimantan
Tengah sebesar 78,49%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua
sebesar 51,38%, Nusa Tenggara Timur sebesar 56,64% dan Sulawesi Utara sebesar
61,92%. Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.20.
2. Tempat Penduduk Berobat Jalan
Persentase penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu
dan memutuskan untuk berobat jalan, dikelompokkan berdasarkan tempat berobat, yaitu
Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Swasta, Praktek Dokter, Puskesmas/Pustu
(Puskesmas Pembantu), Praktek Nakes (tenaga kesehatan), Praktek Batra (Pengobatan
Tradisional) dan Dukun Bersalin. Menurut Statistik Kesra Tahun 2006, tempat yang
paling banyak dikunjungi adalah Puskesmas/Pustu yaitu sebesar 40,45%, diikuti oleh
praktek Dokter sebesar 23,85%, dan Petugas Kesehatan sebesar 19,10%.
Pada tahun 2006, tercatat provinsi dengan persentase penduduk yang berobat
jalan ke Puskesmas/Pustu terbesar adalah Papua sebesar 65,94%, diikuti oleh Nusa
Tenggara Timur sebesar 64,32% dan Sulawesi Barat 63,98%. Sedangkan provinsi dengan
persentase penduduk yang berobat jalan ke Puskesmas/Pustu terendah adalah Bali sebesar
28,59%, diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 29,00% dan DKI Jakarta sebesar 31,52%.
Rincian per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.21.

16

GAMBAR 2.9
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN
KE PUSKESMAS/PUSTU TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

3. Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui


Gambaran anak yang pernah disusui berdasarkan lamanya disusui juga disajikan
pada Statistik Kesra 2006. Indikator dalam bentuk persentase ini dikelompokkan menjadi
5 kategori, yaitu < 5 bulan, 6-11 bulan, 12-17 bulan, 18-23 bulan, dan > 24 bulan.
Sebagian besar anak umur 2-4 tahun disusui selama > 24 bulan, hal ini terlihat dari
persentase sebesar 43,46% yang kemudian diikuti kelompok yang disusui selama 18-23
bulan sebesar 21,68%, dan kelompok yang disusui selama 12-17 bulan sebesar 20,77%.
Provinsi dengan persentase anak yang pernah disusui selama > 24 bulan tertinggi
adalah Kalimantan Tengah sebesar 60,56%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 59,31%
dan Nusa Tenggara Barat sebesar 55,93%. Sedangkan persentase terendah adalah
Provinsi Maluku sebesar 14,22% diikuti oleh Sumatera Utara sebesar 24,09% dan
Maluku Utara sebesar 32,19%. Secara nasional, persentase bayi yang disusui selama > 24
bulan mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2004, persentase
mencapai 41,36%, angka ini naik menjadi 42,80% pada tahun 2005 yang kemudian
kembali naik pada tahun 2006 mencapai 43,46%. Rincian per provinsi dan wilayah dapat
dilihat pada Lampiran 2.23, 2.23.a, dan Lampiran 2.23.b.

17

GAMBAR 2.10
PERSENTASE ANAK USIA 2-4 YANG PERNAH DISUSUI
MENURUT LAMANYA DISUSUI
TAHUN 2006

Sumber : Statistik Kesra, 2006

Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2006
secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti
kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku
penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan.
***

18

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan


situasi mortalitas dan morbiditas.
A. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung
dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan
diuraikan di bawah ini.
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai
sumber, yaitu Sensus Penduduk, Surkesnas/Susenas, Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2005.
Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber
dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

19

GAMBAR 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
TAHUN 1995 S.D TAHUN 2005

Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (estimasi SUPAS 1995),


Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003
Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025

Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup
besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai
krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000
kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil Surkesnas/Susenas berturut-turut pada
tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. AKB menurut hasil SDKI 2002-2003
terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003.
AKB menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025 terjadi penurunan yang cukup
besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 28 per 1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2005. Provinsi dengan AKB terendah adalah DKI Jakarta (14 per 1.000
kelahiran hidup), DI Yogyakarta (14 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Utara (16 per
1.000 kelahiran hidup). Sedangkan AKB tertinggi di Nusa Tenggara Barat (51 per 1.000
kelahiran hidup), Maluku Utara (43 per 1.000 kelahiran hidup), dan Sulawesi Tengah (40 per
1.000 kelahiran hidup).
Pada tahun 2002, AKB di rumah sakit 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003,
AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran
hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000
kelahiran hidup. Tahun 2005 dan 2006 mengalami penurunan menjadi 23,7 per 1.000
kelahiran hidup dan 25,9 per 1.000 kelahiran hidup. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data
kematian bayi di rumah sakit selama tahun 20022006.

20

TABEL 3.1
ANGKA KEMATIAN BAYI DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 2006
Tahun

Jumlah RS

2002
2003
2004
2005
2006

1.215
1.234
1.246
1.268
1.292

Jumlah
Lahir Mati
5.381
3.160
3.321
3.220
3.041

Jumlah Kelahiran
Hidup di Rumah Sakit
127.053
135.094
109.297
132.745
116.991

AKB per 1.000 KH


40,6
22,9
29,4
23,7
25,9

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk
menentukan faktor yang paling dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya
berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah kehidupan tradisional ke norma
kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap tingkat AKB. Menurunnya AKB dalam beberapa waktu terakhir
memberi gambaran adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
Beberapa penyebab kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan 28 minggu
sampai hari ke-7 setelah persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran
prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,94%. Sedangkan penyebab
lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia
intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian
perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan.
TABEL 3.2
DISTRIBUSI PASIEN KELUAR MATI DI RUMAH SAKIT YANG BERMULA
PADA MASA PERINATAL DI INDONESIA TAHUN 2006
No
1

DTD
0.12

ICD -10
A33

245

P00 - P04

246

P05 - P 07

4
5

247
248

P10 - P 15
P20 - P 21

249

P22 - P 28

7
8
9

250
251
252

10

253.9

P35 - P 37
P38 - P39
P55
P08,P29,P50P54,

Golongan Sebab Sakit


Tetanus neonatorum
Janin dan bayi baru lahir yang dipengaruhi oleh faktor
dan penyulit kehamilan persalinan dan kelahiran
Pertumbuhan janin lamban, malnutrisi janin dan
gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek
dan berat badan lahir rendah
Cedera lahir
Hipoksia intrauterus dan asfiksia lahir
Gangguan saluran napas lainnya yang berhubungan
dengan masa perinatal
Penyakit infeksi dan parasit kongenital
Infeksi khusus lainnya pada masa perinatal
Penyakit hemolitik pada janin dan bayi baru lahir
Kondisi lain yang bermula pada masa perinatal

Jumlah
Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

21

Mati
37

%
0,56

548

8,28

2.578

38,94

57
1.792

0,86
27,97

662

10,00

467
117
20

7,05
1,77
0,30

342

5,17

6.620

100,00

Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Bayi cenderung menunjukan


penurunan yang cukup signifikan, namun ISPA masih merupakan penyebab kematian
terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei
mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.
TABEL 3.3
PENYEBAB KEMATIAN BAYI DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Penyebab Kematian
Neonatal
Pneumonia
Infeksi Berat
Diare
Masalah lain (termasuk
Gizi buruk dan BGM
Demam Berdarah Dengue
Muntah dehidrasi
Tifoid
Malaria
Campak komplikasi
Pertusis
Tanpa penyebab

%
44,5
22,3
10,6
9,1
5,5
1,7
1,4
1,3
1,2
0,8
0,8
0,3
0,6

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


Data AKABA terakhir berasal dari hasil SDKI pada tahun 2002-2003 yaitu 46 per
1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan AKABA pada tahun 1995 2003 disajikan
pada Tabel 3.4 berikut ini.
TABEL 3.4
ANGKA KEMATIAN BALITA (AKABA) PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP
DI INDONESIA TAHUN 1995 2003

Tahun
1995
1998
1999
2000
2001
2002-2003

Estimasi SUPAS 1995


Laki-laki
Perempuan
L+P
(L)
(P)
71,36
66,44
50,77

57,61
53,05
39,00

64,28
59,55
44,71

Estimasi
SUSENAS

SDKI
2002 - 2003

73
64

64
46

Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 (Estimasi SUPAS 1995),


Estimasi SUSENAS 1995, 1998, dan 2001, SDKI 2002-2003

22

Meskipun secara umum di Indonesia, Angka Kematian Balita cenderung menunjukan


penurunan yang cukup signifikan, ISPA masih merupakan penyebab kematian terbesar baik
pada bayi maupun pada anak balita. Hal ini dapat dilihat melalui hasil survei mortalitas subdit
ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi di bawah ini.
TABEL 3.5
PENYEBAB KEMATIAN BALITA DI INDONESIA
(SURVEI MORTALITAS SUBDIT ISPA TAHUN 2005)
No

Penyebab Kematian

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Pneumonia
Diare
Infeksi Berat
Masalah lain (termasuk kecelakaan)
Neonatal
Tifoid
Gizi buruk dan BGM
Malaria
Campak komplikasi
Muntah dehidrasi
Pertusis
Tanpa penyebab

23,6
15,3
15,1
14,7
11,2
3,8
3,6
2,9
2,9
1,6
0,2
0,05

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2002-2006 cenderung menurun dari
5,1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 2,0 per 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2006. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari
sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu maternal tahun 2002 - 2006 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut.
TABEL 3.6
ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2002 2006
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah Kematian Ibu


649
153
956
116
237

Jumlah Lahir Hidup


127.053
135.094
109.297
132.745
116.991

Kematian Per 1.000 KH


5,1
1,1
8,6
0,9
2,0

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Bina
Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.7 di bawah
ini.
23

TABEL 3.7
DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI
MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2006
No
1
2
3
4
5
6
7
8

DTD
234 - 236.9
237.0 - .1
238.0
238.9
241
242.1
242.2
237.9,238.1,
239.0-240,
242.0, 242.3,
242.9,244

ICD-10
O00 - O09
O14 - O15
O44
O46
O72
O60
O68
O10O3,O16,O20O25, O29O30,O40O43,
O45,O47,064O67,
O69,074O75,O81-O99

Golongan sebab sakit


Kehamilan yang berakhir abortus
Eklamsia dan preeklamsia
Plasenta previa
Perdarahan antepartum
Perdarahan pasca persalinan
Persalinan prematur
Persalinan dengan penyulit gawat janin
Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas
lainnya

Jumlah

Kasus
42.354
7.848
4.409
1.940
7.376
3.063
3.709
63.580

134.279

%
31,5
5,8
3,3
1,4
5,5
2,3
2,8
47,3

Mati
205
166
36
8
43
34
11
250

CFR
0,4
2,1
0,8
0,4
0,6
1,1
0,3
0,3

753

0,56

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2006
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 47,3%, diikuti
dengan kehamilan yang berakhir abortus (31,5%). Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR
(Case Fatality Rate), penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan
CFR 2,1%, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 5,8% dari keseluruhan kasus
obstetri.
4. Angka Kematian Kasar (AKK)
Perkembangan angka kematian kasar di rumah sakit dalam kurun waktu 2001 2006
relatif stabil yaitu dalam kisaran 3,2 4,7, dimana angka kematian kasar tertinggi (4,7)
terjadi pada tahun 2004.
TABEL 3.8
ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA
TAHUN 2006
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah Kasus
2.597.512
2.346.136
2.270.657
2.140.954
2.561.106
2.233.204

Jumlah Mati
82.440
88.441
81.943
99.615
85.567
84.214

%
3,2
3,8
3,6
4,7
3,3
3,8

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit
pada tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini.

24

TABEL 3.9
10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No
1

DTD
155

ICD
I 64

2
3

153
55

I 60 - I 62
A 09

246

P 05 - P 07

5
6

17
214.9

7
8
9
10

278
169
104,9
032.1

A 40 - A 41
N 17.0-.2.9
- N 19
S 06
J 12 - J 18
E 14
A 91

Sebab Sakit
Stroke tidak menyebut perdarahan atau
infark
Perdarahan intrakranial
Diare dan gastroenteritis oleh penyebab
infeksi tertentu (kolitis infeksi)
Pertumbuhan janin lamban malnutrisi
janin dan gangguan yang berhubungan
dengan kehamilan pendek dan berat
badan lahir rendah
Septisemia
Gagal ginjal lainnya
Cedera intrakranial
Pneumonia
Diabetes melitus YTT
Demam berdarah dengue

Jumlah Mati
4.377

%[a]
5,20

3.677
2.716

4,37
3,23

2.578

3,06

2.539
2.521

3,01
2,99

2.519
2.459
2.384
2.223

2,99
2,92
2,83
2,64

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007


Keterangan: [a]persen terhadap total kematian di rumah sakit

Dari tabel tersebut di atas, penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh stroke
5,20% (tanpa menyebut perdarahan atau infark), kemudian disebabkan perdarahan
intrakranial 4,37%, dan penyebab kematian No. 3 terbanyak adalah diare dan gastroenteritis
3,23%.
5. Angka Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan Angka Harapan Hidup waktu
lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan
AKB dan kenaikan Angka Harapan Hidup pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan
hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas
hidup dan derajat kesehatan masyarakat.
Angka Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995 dan
diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 (SDKI 2002-2003). Berdasarkan Proyeksi
Penduduk Indonesia 2000-2025, estimasi angka harapan hidup yang sebesar 67,8 tahun 20002005 meningkat menjadi 69,8 tahun 2005-2010, dan diperkirakan akan menjadi 73,6 tahun
pada 2020-2025. Estimasi angka harapan hidup waktu lahir tahun 2000-2025 dapat dilihat
pada Tabel 3.10 berikut.

25

TABEL 3.10
ESTIMASI ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (Eo)
TAHUN 2000 2025
Tahun

Eo

2000 2005
2005 - 2010
2010 - 2015
2015 - 2020
2020 - 2025

67,8
69,8
71,5
72,8
73,6

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, Tahun 2005

Rincian angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, net reproduction rate
dan angka fertilitas total menurut provinsi tahun 2005 2010 dapat dilihat pada Lampiran
3.1.
B. MORBIDITAS
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community based data)
yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang diperoleh
melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran/pola 10 penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2006 disajikan pada Tabel 3.11 berikut ini.
TABEL 3.11
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
No
1
2
3
4
5

DTD

Golongan Sebab Sakit

167
145
268
199.9
270.9

Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya


Hipertensi esensial (primer)
Demam yang sebabnya tidak diketahui
Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya
Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya
YTK di tempat lain
6
281
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel
7
007.1 Tuberkulosis paru lainnya
8
294.0 Pengawasan kehamilan normal
9
104.9 Diabetes melitus YTT
10
5
Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis Inf.)
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Jumlah
Kunjungan
960.460
480.922
409.632
403.270
397.478

9,32
4,67
3,98
3,91
3,86

347.345
346.906
343.786
342.246
333.066

3,37
3,37
3,34
3,32
3,23

Pada tahun 2006 dari data 10 penyakit utama pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
terbanyak adalah infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 9,32%, diikuti penyakit
hipertensi esensial (primer) 4,67% dan demam yang sebabnya tidak diketahui 3,98%.
Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun
2006 dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah ini.

26

TABEL 3.12
POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
No

DTD

ICD

Golongan Sebab Sakit

A 09

2
3
4

032.1
2
242.9

A 91
A 01
O 20-O 23, O 25-O 29,
O 61-O 63 O 67, O 6971, O 73-O 75, O81-O
83
S 06
R 50

Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu


(kolitis inf.)
Demam berdarah dengue
Demam tifoid dan paratifoid
Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya

5
278
Cedera intrakranial
6
268
Demam yang sebabnya tidak diketahui
7
281
Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan Multipel
8
169
J 12 J 18
Pneumonia
9
43
B 50 - B 54
Malaria (termasuk semua jenis malaria)
10
185
K 30
Dispepsia
Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI, 2007

Jumlah
Pasien
177.517

%
7,95

81.392
72.804
63.580

3,64
3,26
2,85

48.645
46.175
46.081
37.634
36.865
34.029

2,18
2,07
2,06
1,69
1,65
1,52

Dari data 10 penyakit utama pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006, terbanyak
adalah Diare & gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (infeksi kolitis) 7,95%, diikuti
penyakit Demam Berdarah Dengue 3,64% dan penyakit Demam tifoid dan paratifoid 3,26%.
Kedua tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi masih merupakan
penyakit terbanyak yang ditemukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit,
walaupun beberapa penyakit tidak menular seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, dan cedera
juga termasuk 10 peringkat penyakit terbanyak di rumah sakit.
Distribusi pasien menurut Bab ICD-X pada pasien rawat jalan dan rawat inap di
rumah sakit Indonesia tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.5 dan 3.6.
Selanjutnya berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/wabah, situasi penyakit tidak menular.
1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit Malaria, TB
Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta, penyakit menular yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial wabah, Rabies, Filariasis,
Frambusia, dan Antraks.
a. Penyakit Malaria
Situasi Angka Kesakitan malaria selama tahun 2001 2006 relatif cenderung
menurun dan bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai maka telah mencapai target
yang diinginkan yaitu pada tahun 2001 angka kesakitan malaria sebesar 44,7 per 1.000
penduduk dan menurun secara berarti menjadi 19,6 per 1.000 penduduk pada tahun 2006.
Target dan angka kesakitan malaria selama periode tahun 2001 2006 secara rinci dapat
dilihat pada grafik berikut.

27

GAMBAR 3.4
SITUASI ANGKA KESAKITAN MALARIA
TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Situasi Angka Kematian malaria selama tahun 2001 2006 relatif fluktuatif dimana
pada tahun 2001 angka kematian malaria sebesar 1,4% kemudian meningkat pada tahun 2003
menjadi 4,9% tetapi menurun kembali hingga pada tahun 2006 menjadi 0,42% dan bila
dibandingkan dengan target indikator yang ingin dicapai maka lebih baik yaitu lebih rendah
dari target 0,45%, secara rinci dapat dilihat pada grafik berikut.
GAMBAR 3.5
SITUASI ANGKA KEMATIAN MALARIA
TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Perkembangan penyakit Malaria dipantau melalui Annual Parasite Incidence (API) untuk
Jawa-Bali dan Annual Malaria Incidence (AMI) untuk luar Jawa-Bali, yang dapat dilihat pada
Gambar 3.6 berikut ini.

28

GAMBAR 3.6
ANNUAL PARASITE INCIDENCE MALARIA ()
DAN ANNUAL MALARIA INCIDENCE (), TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Peningkatan insidens Malaria terjadi dalam periode 1997 2000. Kemudian pada bulan
April tahun 2000 mulai dilaksanakan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria). Pada
tahun 2001 2006 angka kesakitan Malaria kembali menurun. Pada tahun 2001 angka kesakitan
Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi
0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk, tahun 2004-2005 menjadi 0,15 per 1.000
penduduk, tahun 2006 menjadi 0,19 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka
kesakitan Malaria (termasuk penderita klinis) pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk
menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000
penduduk pada tahun 2004, 24,8 per 1.000 penduduk pada tahun 2005 dan 24,0 per 1.000
penduduk pada tahun 2006.
Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000
penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk
wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia
Timur dengan AMI tertinggi antara lain Irian Jaya Barat (198,02), Papua (164,75) dan Nusa
Tenggara Timur (105,66). Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan AMI tertinggi antara
lain Kepulauan Bangka Belitung (43,05), Jambi (20,96), dan Sumatera Utara (20,29).
Jumlah kasus dan API/AMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.
b. Penyakit TB Paru
Pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan
insiden kasus menular dari 130/100.000 penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000
penduduk. Gambaran penurunan angka insidens kasus TB dapat dilihat dalam grafik di
bawah ini.

29

GAMBAR 3.7
ANGKA INSIDENS KASUS BARU BTA+ PER 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 304.373 kasus.
Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 277.589 kasus, dengan 175.320 kasus
TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan Penderita/Case Detection Rate (CDR) sebesar
75,68%. Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Secara nasional Indonesia telah mencapai global target yaitu sebesar 75,7% (Global
target CDR 70%). Jumlah provinsi yang telah mencapai CDR 70% sebanyak 7 provinsi yaitu
Provinsi Sulawesi Utara (91,1%), Sumatera Utara (82,7%), Gorontalo (81,7%), DKI Jakarta
(77,9%), Banten (75,6%), Jawa Barat (71,7%) dan Sulawesi Tenggara (70,9%) sedangkan
provinsi yang mempunyai CDR terendah adalah Maluku Utara (31,9%).
GAMBAR 3.8
CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF (CDR)
PER PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

30

GAMBAR 3.9
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB INDONESIA
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

TABEL 3.13
PROPORSI KASUS TBC MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2002-2006
Tolak Ukur
/Kegiatan
BTA Positif
BTA Negatif
Relaps/Kambuh
Ekstra Paru

Tahun
2002
0,49
0,47
0,02
0,02

2003
0,52
0,43
0,02
0,03

2004
0,60
0,36
0,02
0,02

2005
0,60
0,32
0,02
0,06

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GAMBAR 3.10
PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE (JENIS)
TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

31

2006
0,60
0,32
0,01
0,02

Pada tahun 2006, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak
pada laki-laki sebesar 59,12 %. Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah
kasus BTA positif yaitu sebanyak 30.515 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling
banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 22.752 kasus, di Provinsi Jawa Barat
terbanyak dengan 3.579 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin,
kelompok umur, dan provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.10 dan Lampiran
3.11.
c. Penyakit HIV/AIDS
Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV-Perilaku 2006 (STHTP 2006) atau IBBS
(Integrated Bio Behavioral Survey) di Papua, diketahui prevalensi HIV pada penduduk Tanah
Papua lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk wilayah lain di Indonesia. Survei juga
menunjukkan persebaran kasus HIV tampaknya meluas ke semua wilayah Papua.
Pada tahun 2006, sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (PP&PL), total kasus AIDS di Papua adalah 947 kasus, 221 di
antaranya meninggal. Rata-rata kasus (case rate) mencapai 51,42%. Sementara hasil estimasi
kasus HIV ditemukan di kelompok rawan tertular HIV di Papua mencapai 22.220. Hanya
sebagian kecil dari estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan seperti pengguna napza
suntik, wanita penjaja seks (WPS), pelanggan WPS, dan waria. Sementara sebagian besar
(21.110) ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah bagian dari masyarakat umum.
Survei bertujuan mendapatkan gambaran epidemi yang terjadi, baik pada kelompok
resiko rawan maupun pada masyarakat umum. Survei Terpadu yang dilakukan pada tingkat
rumah tangga ini dirancang untuk lebih memahami prevalensi HIV serta dinamika penularan
guna memerangi infeksi HIV dan AIDS di tanah Papua. Harapannya dalam waktu dekat
Pemerintah Pusat maupun Daerah bersama-sama dengan semua sektor dapat merencanakan
respons yang sesuai dengan kecenderungan penyebaran.
Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2006
sebanyak 8.194 kasus, dengan 1.871 kasus meninggal. Rate kumulatif kasus AIDS per
100.000 penduduk secara nasional sebesar 3,61. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 51,42
(14,24 kali angka nasional), DKI Jakarta sebesar 28.15 (7,8 kali angka nasional), Kepulauan
Riau sebesar 16,94 (4,69 kali angka nasional), dan Kalimantan Barat sebesar 13,56 (3,76 kali
angka nasional). Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 22,83%.
Pada tahun 2006 penularan terbanyak terkait dengan IDU terjadi pada 46,63% kasus
AIDS disusul penularan pada pelanggan WPS (Wanita Penjaja Seks) 14,69%, 14,23% terjadi
pada masyarakat umum, pada pasangan IDU 6,62% melalui hubungan homoseksual 4,85%,
pada WPS 4,62%, dan lain lain 8,36%. Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA
suntik (IDU) tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (18,53%), Jawa Barat (11,82%) dan Jawa
Timur (11,50%).
Sepanjang tahun 2006, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.207 kasus (42,01%).
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000
penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan (IDU), persentase kasus baru per triwulan dan estimasi
populasi rawan tertular HIV dapat dilihat pada Lampiran 3.12, 3.13, 3.14 dan 3.15.

32

GAMBAR 3.11
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIV/AIDS sampai dengan


Desember 2006.
GAMBAR 3.13
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI
BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 2006

GAMBAR 3.12
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI
BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2006 dapat


digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu penderita 6.719
(82%), perempuan sebanyak 1.311 penderita (16%), dan 164 penderita (2%) selebihnya tidak
diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29
tahun sebanyak 4.487 penderita (54,76%), kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 2.226
penderita (27,17%), kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 647 penderita (7,90%), kelompok
umur 15-19 tahun sebanyak 222 penderita (2,71%), kelompok umur 50-59 tahun sebanyak
176 penderita (2,15%), kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 70 penderita (0,85%), kelompok
umur > 60 tahun sebanyak 38 penderita (0,46%), umur <1 tahun sebanyak 37 penderita
33

(0,45%), kelompok umur 5-14 tahun sebanyak 22 penderita (0,27%) dan tidak diketahui
kelompok umurnya sebanyak 269 penderita (3,28%), sebagaimana disajikan pada Gambar
3.14 berikut ini.
GAMBAR 3.14
PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS
di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun (89,83%). Seperti diketahui bahwa
penularan HIV/AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum
suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat
diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan
menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.12.
Dari Gambar 3.15 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate
AIDS menurut provinsi tahun 2006.
GAMBAR 3.15
CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

34

Bila dilihat dari persebaran di Indonesia, persebaran HIV/AIDS menyebar dengan


tidak merata di seluruh Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada peta di bawah ini.
GAMBAR 3.16
DISTRIBUSI PENDERITA HIV / AIDS (ODHA) DI INDONESIA
TAHUN 2006

<500
500 - 2500
2501 7500
>7500

d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering berada
dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2006, penyakit Sistem Napas menempati
peringkat pertama dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di
Indonesia, yaitu dengan persentase 9,32%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama
pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas
(Pneumonia) menempati urutan ke-8 dengan persentase 1,69%. (Lampiran 3.3 dan 3.4)
Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita.
Berdasarkan data prevalensi kesakitan pneumonia menurut SDKI 1991 2003 dan Survei
Morbiditas ISPA 2004 dilaporkan data persentase anak yang menderita batuk dengan nafas
cepat dalam dua minggu sebelum survei.
GAMBAR 3.17
MORBIDITAS PNEUMONIA BALITA1
TAHUN 1991 2004

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Ket: Estimasi angka insiden pnemonia balita yang digunakan adalah 10-21% (WHO)

35

Secara nasional, angka cakupan penemuan penderita balita hingga saat ini masih
belum mencapai target, seperti tampak pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.18
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006 didapatkan 642.700 kasus Pneumonia pada balita, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.
TABEL 3.14
HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 2006

Tahun

Penderita

2002
2003
2004
2005
2006

549.035
502.275
625.611
600.720
642.700

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2006 sebesar 145
balita yang terdiri dari 114 balita berumur di bawah 1 tahun dan 31 balita berumur 1-4 tahun.
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun (19912001), angka prevalensi penyakit Kusta secara
nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada
tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.

36

Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah
penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini
sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka
kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat
tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy (MDT) 24 dosis mulai digunakan.
Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan penderita baru
tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi penemuan
penderita karena Leprosy Elimination Campaign (LEC) yang dilaksanakan di 109 kabupaten
endemik pada tahun tersebut.
Saat ini Indonesia masih merupakan salah satu negara penyumbang penyakit kusta
terbesar di dunia. Pada tahun 2006, WHO mencatat penderita baru di Indonesia menduduki
rangking ketiga terbanyak setelah India dan Brasil yaitu sebanyak 19.695 orang.
Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 22.384
kasus dengan 19.457 kasus (86,92%) di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler
(MB) yang diketahui merupakan tipe yang menular dan 2.927 kasus (13,08%) merupakan
penderita Pausi Basiler (PB), dengan angka prevalensi 1.02/10.000 penduduk.
Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar
9,49, disusul oleh Maluku sebesar 3,49 dan Papua sebesar 3,24 dan Gorontalo yang sebesar
3,24. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000 penduduk terendah adalah
Bengkulu sebesar 0,04, disusul oleh DI Yogyakarta sebesar 0,10 dan Sumatera Utara sebesar
0,20.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2006 sebanyak 18.300 kasus, di
antaranya 14.750 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler (80,6%) sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 3.550 (19,4%). Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai
8.67% . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 393 kecacatan
(7,75%) Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.17 dan 3.18.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada
Tabel 3.15 berikut.
TABEL 3.15
JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA (NCDR) PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002 2006

Tahun

Jumlah Kasus
16.229
15.549
16.572
18.735
18.300

Tipe PB
3.853
3.594
3.615
3.859
3.550

Tipe MB
12.376
11.956
12.957
14.876
14.750

NCDR (per 100.000)


7,77
7,29
7,80
8,68
8,35

2002
2003
2004
2005
2006
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Ket : CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler

Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,67% sudah mengalami kecacatan tingkat
II (kecacatan yang dapat dilihat dengan mata). Angka ini masih di atas indikator program
37

yaitu 5%. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya
kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Provinsi yang mempunyai persentase penderita yang sudah mengalami kecacatan tingkat II
tertinggi tahun 2006 adalah Bengkulu 22,22%, diikuti Banten 20,22% dan Sumatera Selatan
17,84%.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta
adalah 10,41% yang juga masih di atas indikator program yaitu 5%. Provinsi yang
mempunyai persentase penderita anak berumur 0-14 tahun tertinggi tahun 2006 adalah Irian
Jaya Barat 26,58%, diikuti Maluku Utara 21,19% dan Nusa Tenggara Barat 17,38%.
Perkembangan proporsi kecacatan tingkat II dan perkembangan proporsi anak pada
penderita Kusta baru selama 5 tahun terakhir terlihat pada Gambar 3.19 dan Gambar 3.20 di
bawah ini.
GAMBAR 3.19
PROPORSI KECACATAN TINGKAT II
PADA PENDERITA BARU KUSTA TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


GAMBAR 3.20
PROPORSI PENDERITA ANAK ( 0-14 TH ) PADA
PENDERITA BARU KUSTA
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

38

Meskipun Indonesia telah mencapai eliminasi pada pertengahan tahun 2000, penyakit
kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup besar, karena sampai akhir
tahun 2006 masih ada 14 provinsi dan 155 kabupaten yang belum dapat mencapai eliminasi.
Dari peta berikut ini terlihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan kantongkantong Kusta yang kebanyakan berada di Kawasan Timur Indonesia.
GAMBAR 3.21
PREVALENSI KUSTA TAHUN 2006

Prevalensi Kusta, 2006


<1
1-2
>1
Tidak ada data

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

f. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)


PD3I (penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi) merupakan penyakit
yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. PD3I yang
dibahas dalam bab ini mencakup penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Tetanus
Neonatorum, Campak, Polio dan Hepatitis B. Jumlah kasus penyakit menular yang dapat
dicegah dengan imunisasi menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.19.
1) Tetanus Neonatorum
Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah
usaha pencegahan yaitu pertolongan persalinan yang higienis ditunjang dengan imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) pada ibu hamil. Tingkat kematian akibat penyakit ini yang tercermin
dalam CFR, cenderung mengalami fluktuasi dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun
2000, tercatat CFR sebesar 65,12% lalu turun menjadi 54,64%. Angka CFR ini kembali naik
menjadi 61,90% pada tahun 2002, kemudian sempat mengalami penurunan menjadi 56%
pada tahun 2003. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2004 dengan CFR sebesar 50,29%,
namun pada tahun 2005 CFR kembali naik menjadi 58,57% dengan 82 kematian dari 140
kasus. Tahun 2006 terjadi penurunan CFR yang signifikan menjadi 38,98% dengan 46
kematian dari 118 kasus.

39

GAMBAR 3.22
JUMLAH KASUS DAN CFR TETANUS NEONATORUM
DI INDONESIA TAHUN 2000 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus tetanus neonatorum menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.19 dan Lampiran 3.20.
2) Campak
Campak merupakan penyakit menular yang sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB). Frekuensi KLB tahun 2002 tercatat sebesar 247, lalu turun menjadi 89 pada tahun
2003. Pada tahun 2004 angka ini justru naik menjadi 97 kemudian meningkat lagi pada tahun
2005. KLB Campak 2005 terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus sebanyak 1.467 dan
CFR 0,48%. Frekuensi KLB ini meningkat dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Tahun 2006
frekuensi KLB menurun menjadi 42 dengan jumlah kasus 1.644, jumlah kematian 9 dan CFR
0,55%.(Lampiran 3.31)
Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat kematian akibat Campak. Tahun 2002,
CFR Campak sebesar 1,45% kemudian turun menjadi 0,3% pada tahun 2003. CFR pada
tahun 2004 naik menjadi 1,56% lalu kembali turun menjadi 0,48% pada tahun 2005 dan
0,55% pada tahun 2006.
Perkembangan frekuensi KLB Campak, Jumlah penderita dan CFR dalam 5 tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.16 berikut.
TABEL 3.16
FREKUENSI, JUMLAH PENDERITA, DAN CFR KLB CAMPAK
TAHUN 2002 - 2006

Tahun
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah
Penderita
5.509
2.914
2.818
1.467
1.644

Frekuensi KLB
247
89
97
122
42

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

40

CFR (%)
1,45
0,3
1,56
0,48
0,55

Sementara itu, jumlah kasus Campak menurut kelompok umur pada tahun 2006 dapat
dilihat pada Tabel 3.17 di bawah ini.
TABEL 3.17
JUMLAH KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2006

Umur
<1 tahun
1-4 tahun
5-9 tahun
10-14 tahun
>15 tahun
Jumlah

Kasus
2.009
7.136
5.900
2.881
2.496
20.422

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

Pada tahun 2006, dari 20.422 kasus penyakit campak, 16.584 kasus (81,21%)
diantaranya tidak mendapatkan imunisasi campak/tidak diketahui. Jumlah kasus penyakit
campak dan vaksinasi campak menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.21
dan Lampiran 3.22.
3) Difteri
Difteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah. Rendahnya
kasus Difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Pada tahun 2005 terjadi 29 kali
KLB dengan jumlah kasus sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Angka CFR ini lebih
rendah dibandingkan 2 tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 CFR sebesar 23%, kemudian
turun menjadi 9,4% pada tahun 2004 dan meningkat menjadi 13,85% pada tahun 2005.
Tahun 2006 terjadi penurunan jumlah frekuensi KLB, dimana terjadi KLB 5 kali dan terdapat
15 kasus dan 1 kasus kematian. Frekuensi KLB, jumlah kasus dan CFR Difteri pada tahun
2002-2006 disajikan pada Tabel 3.18 berikut ini.
TABEL 3.18
FREKUENSI KLB, JUMLAH KASUS DAN CFR DIFTERI
TAHUN 2002 2006

Tahun

Frekuensi KLB

Kasus

CFR (%)

2002
2003
2004
2005
2006

43
54
34
29
5

60
86
106
65
15

13
23
9,4
13,85
6,67

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Difteri di rumah sakit dan puskesmas
sebanyak 2.337 kasus. Kasus terbanyak di Sumatera Utara dengan 2.014 kasus dengan kasus
terbanyak pada golongan usia 5-14 tahun (660 kasus), Nanggroe Aceh Darussalam dengan 95
kasus, diikuti Sulawesi Selatan sebanyak 76 kasus. Jumlah kasus penyakit Difteri menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.23.
41

4) Pertusis/Batuk Rejan
Pada tahun 2006, jumlah kasus Pertusis yang dirawat jalan di rumah sakit sebanyak
252 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 144 kasus dan yang dirawat di
puskesmas sebanyak 7.185 kasus. Gambaran kasus Pertusis/Batuk Rejan menurut kelompok
umur disajikan pada TABEL 3.19 berikut ini.
TABEL 3.19
KASUS PERTUSIS/BATUK REJAN MENURUT UMUR
TAHUN 2006

Umur
< 1 tahun
1-4 tahun
5-14 tahun
15-44 tahun
>45 tahun
Jumlah

Kasus
640
1.840
2.060
1.692
1.349
7.581

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada tahun 2006, jumlah seluruh kasus Pertusis/Batuk Rejan di rumah sakit dan
puskesmas sebanyak 7.581 kasus. Kasus terbanyak di Nanggroe Aceh Darussalam dengan
1.357 kasus, Sumatera Utara dengan 1.267 kasus, diikuti Jawa Barat sebanyak 1.159 kasus.
Jumlah kasus dan angka insiden penyakit Pertusis/Batuk Rejan menurut provinsi pada
tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.24.
5) Hepatitis (Hepatitis Klinis dan Hepatitis B)
Menurut laporan pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis klinis yang dirawat jalan di
rumah sakit sebanyak 2.676 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 1.671 kasus
dengan kematian pada 5 kasus, dan yang dirawat di puskesmas 12.413 kasus. Jumlah kasus
penyakit Hepatitis klinis menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.25.
Pada tahun 2006, jumlah kasus Hepatitis B di Indonesia sebesar 1.727 kasus terdiri
dari 278 kasus rawat jalan di rumah sakit dan 1.449 kasus rawat inap di rumah sakit.
Sedangkan terjadi kematian 7 kasus di rawat inap rumah sakit. Jumlah kasus penyakit
Hepatitis B menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.26.
6) Polio (AFP-Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Pada tahun 2006, jumlah kasus AFP sebanyak 1.526 kasus, dengan AFP Rate per
100.000 penduduk sebesar 2,49 dan Non Polio AFP Rate per 100.000 penduduk sebesar 2,46.
Kasus AFP terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (237 kasus) diikuti Jawa Timur (228
kasus) dan Jawa Tengah (190 kasus).

42

GAMBAR 3.23
AFP RATE TAHUN 2006

Sumber: Profil Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus AFP Polio menurut provinsi, jumlah kasus AFP Polio menurut kriteria
klasifikasi klinis dan provinsi, dan perkembangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.27, 3.28 dan Lampiran 3.29.
7) Tetanus
Pada tahun 2006, jumlah kasus Tetanus yang dirawat jalan di rumah sakit
sebanyak 578 kasus, yang dirawat inap di rumah sakit sebanyak 633 kasus dan 2 di antaranya
meninggal dunia dan yang dirawat di puskesmas 1.338 kasus. Jumlah kasus penyakit Tetanus
menurut provinsi pada tahun 2006 disajikan pada Lampiran 3.30.
g. Penyakit Potensial KLB/Wabah
Beberapa penyakit menular berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau
wabah. Frekuensi KLB tertinggi adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), diikuti
penyakit Diare, Keracunan Makanan, penyakit Campak dan penyakit Tetanus. Sedangkan
Case Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah penyakit Tetanus (42,86%, yaitu 18 kematian dari
42 kasus). Penyakit yang menimbulkan KLB di Indonesia pada tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.31.
1). Penyakit Diare
Tingkat kematian pada penyakit Diare pada tahun 2006 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, CFR akibat diare sebesar 2,52% dengan 277
orang meninggal dari 10.980 kasus. Angka ini jauh lebih tinggi jika kita bandingkan dengan
tahun 2005, yaitu 2,51% dengan 127 orang meninggal dari 5.051 kasus. Perkembangan KLB
penyakit Diare lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.20 di bawah ini.

43

TABEL 3.20
KLB PENYAKIT DIARE MENURUT JUMLAH PROVINSI DENGAN KLB,
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CFR TAHUN 2000 2006

Tahun
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah Provinsi
dengan KLB
15
22
16
12
16

Jumlah Kasus

Meninggal

CFR (%)

5.789
4.622
3.314
5.051
10.980

94
128
53
127
277

1,62
2,77
1,60
2,51
2,52

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, Profil PP-PL 2006

Dari 16 provinsi yang melaporkan adanya KLB, wilayah dengan tingkat kematian
tertinggi akibat penyakit Diare adalah Sulawesi Barat, yaitu 15,00% (3 meninggal dari 20
kasus), disusul oleh Gorontalo dengan CFR sebesar 5,65% (12 kasus meninggal dari 177
kasus) dan Maluku Utara dengan CFR sebesar 5,31% (6 meninggal dari 133 kasus). Jumlah
kasus, meninggal dan CFR penyakit Diare tiap provinsi dari tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Lampiran 3.32.
2) Demam Berdarah Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menyebar luas ke seluruh wilayah
provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terjangkit sampai dengan tahun 2005 sebanyak 330
kabupaten/kota (75% dari seluruh kab/kota). Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan
angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Angka insiden DBD secara nasional
berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada awalnya pola epidemik terjadi setiap lima tahunan,
namun dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir mengalami perubahan dengan periode
antara 2 5 tahunan. Sedangkan angka kematian cenderung menurun.
Pada tahun 2006, jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
dilaporkan sebanyak 114.656 kasus dengan angka kematian (CFR) sebesar 1,04% dan angka
insiden sebesar 52,48 kasus per 100.000 penduduk. . Perkembangan angka insiden dan angka
kematian karena penyakit DBD pada tahun 2000 2006 dapat dilihat pada Gambar 3.22 di
bawah ini.
GAMBAR 3.24
ANGKA INSIDEN (PER 100.000 PENDUDUK) DAN CFR (%)
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE TAHUN 2000 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

44

Provinsi dengan angka insiden penyakit DBD tertinggi pada tahun 2006 adalah DKI
Jakarta (316,17 per 100.000 penduduk), Bali (170,57 per 100.000 penduduk), Kalimantan
Timur (103,64 per 100.000 penduduk), dan Kepulauan Riau (74,79 per 100.000 penduduk).
Sedangkan CFR tertinggi di Sulawesi Barat sebesar 3,23%, disusul oleh Sulawesi Tenggara
sebesar 3,16%, dan Jambi sebesar 3,01%.
Jumlah penderita, angka kematian, dan angka insiden penyakit DBD menurut provinsi
pada tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Lampiran 3.33, sedangkan jumlah kabupaten/kota
yang terjangkit penyakit DBD menurut provinsi tahun 2002 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 3.34.
3) Chikungunya
Dalam 5 tahun terakhir (2001-2006), penyakit Chikungunya telah tersebar di 10
provinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Utara.
Pada Profil Direktorat Jendral PP-PL Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa pada tahun
2004 dilaporkan kasus penyakit Chikungunya di lima provinsi dengan jumlah 1.266 kasus,
pada tahun 2005 dilaporkan di empat provinsi dengan 340 kasus, dan pada tahun 2006
dilaporkan di lima provinsi dengan 1.544 kasus. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian.
TABEL 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004-2006
Provinsi
Jawa Barat
Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
Jawa
Timur
NTB

Tahun 2004
Kasus
35

Periode
Januari

Provinsi
Banten

722

Januari

74

Januari

429

JanuariAgustus
Januari

Sulawesi
Utara
Jawa
Timur
NTB

Tahun 2005
Kasus
86
52
168
34

Total
1,266
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Periode
Juli
DesemberApril
FebruariMaret
JanuariMei

Provinsi
Sumatera
Selatan
Sumatera
Utara
Banten

45

130
850

Kalimantan
Tengah

26

GAMBAR 3.25
SEBARAN KASUS PENYAKIT CHIKUNGUNYA
TAHUN 2004 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

37

Jawa Barat

340

Daerah sebaran kasus demam chikungunya

Tahun 2006
Kasus
501

1,544

Periode
Agustus
OktoberNovember
SeptemberDesember
JuliDesember
Juli

h. Penyakit Rabies
Pada tahun 2006, jumlah kabupaten/kota terjangkit penyakit Rabies sebanyak 199
kabupaten/kota dari 23 provinsi. Jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR)
sebanyak 13.929 orang. Jumlah kasus GHPR yang mendapat Vaksin Anti Rabies (VAR)
sebanyak 8.959 hewan. Dan jumlah kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian
(Lyssa) sebanyak 106 orang.
GAMBAR 3.26
DAERAH TERTULAR RABIES TAHUN 2006

Daerah tertular rabies 23 Provinsi


Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Kasus GHPR dari tahun 2001 sampai dengan 2004 cenderung naik, tetapi pada tahun
2005 dan 2006 menurun. Namun Lyssa selama tahun 2001 2005 cenderung meningkat,
seiring dengan terjadinya KLB penyakit Rabies di Kalimantan Barat dan Maluku Utara, dan
menurun lagi pada tahun 2006. Situasi penyakit Rabies di Indonesia Tahun 2001-2006 dapat
dilihat pada grafik di bawah ini.
GAMBAR 3.27
SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

46

Kasus GHPR terbanyak dilaporkan dari Sumatera Barat (2.538 kasus) sedangkan
terkecil adalah Banten (10 kasus). Kasus penyakit Rabies yang menyebabkan kematian pada
manusia (Lyssa) terbanyak dilaporkan dari Sulawesi Utara (21 kasus) dan Sulawesi Tengah
(15 kasus).
GAMBAR 3.28
KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (GHPR) DAN LYSSA PER PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah dan persentase kabupaten terjangkit penyakit Rabies dan jumlah kasus gigitan
hewan penular penyakit Rabies serta hasil pemeriksaan spesimen hewan menurut provinsi
tahun 2006 dapat dilihat dalam Lampiran 3.35.
i. Filariasis
Penyakit Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan
dari hasil mapping sampai dengan tahun 2006 yang dilaporkan bahwa kasus kronis Filariasis
tersebar di 33 provinsi di 377 kabupaten/kota dengan jumlah kasus kronis Filariasis mencapai
10.427 kasus. (Lihat Lampiran 3.36)
Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 3 spesies cacing Filaria, yaitu
Wucherecia bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Program eliminasi penyakit
Filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun 2000 yaitu The Global
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem The Year 2020
yang merupakan realisasi dari resolusi WHO pada tahun 1997.
Program eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
1. Pengobatan masal kepada semua penduduk di kabupaten endemis penyakit Filariasis
dengan menggunakan DEC 6mg/kgBB dikombinasikan dengan Albendazol 400 mg
sekali setahun selama 5 tahun guna memutuskan rantai penularan.
2. Tatalaksana kasus klinis penyakit Filariasis guna mencegah dan mengurangi
kecacatan.

47

GAMBAR 3.29
DISTRIBUSI KASUS KRONIS FILARIASIS
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah penderita penyakit Filariasis menurut provinsi pada tahun 2002 2006 dapat
dilihat pada Lampiran 3.36.
j. Kecacingan
Penyakit Kecacingan merupakan masalah kesehatan yang perlu penanganan serius di
Indonesia karena cukup banyaknya penduduk yang menderita kecacingan. Penyakit ini dapat
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh dan terhambatnya tumbuh kembang anak
karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat
dan zat besi, sehingga dapat menyebabkan anemia dan kurang gizi.
Cacing penyebab penyakit pada manusia terdiri dari Cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), Cacing cambuk (Trichuris trichiura), Cacing kremi (Enterobius vermicularis
atau Oxyuris vermicularis), Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma
duodenale) dan Trematoda.
Dari hasil pemeriksaan tinja pada anak SD di 27 provinsi selama tahun 2002-2006,
pada grafik berikut menampilkan prevalensi cacingan pada anak SD/MI di kabupaten terpilih
dan prevalensi kecacingan menurut jenis cacing.

48

GAMBAR 3.30
DISTRIBUSI PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

GRAFIK 3.31
PREVALENSI KECACINGAN PADA ANAK SD DI KABUPATEN TERPILIH
MENURUT JENIS CACING TAHUN 2002 - 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

k. Frambusia
Penyakit Frambusia, yang disebabkan oleh Treponema pertenue, adalah penyakit
menular bukan seksual pada manusia yang pada umumnya menyerang anakanak berusia di
bawah 15 tahun. Penyakit ini terutama menyerang kulit dan tulang serta banyak didapati pada
masyarakat miskin, perdesaan dan marjinal dimana kepadatan penduduk, kekurangan
persediaan air bersih, dan keadaan sanitasi serta kebersihan yang buruk terdapat di mana
mana.
Penyakit Frambusia sampai saat ini belum dapat dieliminasi dari seluruh wilayah
Indonesia, meskipun secara nasional angka prevalensinya sudah kurang dari 1 per 100.000
penduduk. Prevalensi rate secara nasional pada tahun 2006 adalah 0,25 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2006 penyakit Frambusia hanya dilaporkan di lima provinsi. Provinsi
dengan angka prevalensi yang masih cukup tinggi terutama di wilayah Indonesia bagian
49

timur, yaitu Irian Jaya Barat (15,00), Papua (10,01), Sulawesi Tenggara (7,92), Nusa
Tenggara Timur (2,80), dan Maluku (1,08). Tingginya angka prevalensi di daerah tersebut
disebabkan karena penderita penyakit Frambusia banyak tinggal di daerah pedalaman yang
sulit dijangkau pelayanan kesehatan serta keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
GAMBAR 3.32
PREVALENSI DAN JUMLAH KASUS PENYAKIT FRAMBUSIA MENURUT PROVINSI
DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Jumlah kasus dan prevalensi Frambusia di Indonesia tahun 2006 dapat dilihat dalam
Lampiran 3.37.
l. Antraks
Jumlah kasus penyakit Antraks pada tahun 2006 menurun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya, namun dengan jumlah kematian 1 orang, CFR meningkat dari tahun sebelumnya
(CFR = 6,7%). Kasus dan kematian penyakit Antraks di Indonesia tahun 2002-2006 dapat
dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini.
TABEL 3.22
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS 2002 2006
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006

Jumlah Kasus
35
40
109
76
15

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

50

Meninggal
8
2
8
1
1

CFR (%)
22.9
5.0
7.3
1.3
6.7

GAMBAR 3.33
KASUS DAN KEMATIAN PENYAKIT ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sampai saat ini daerah tertular penyakit Antraks tercatat di 11 provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Barat, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan DI Yogyakarta.
Provinsi yang melaporkan adanya kasus penyakit Antraks pada manusia hanya lima provinsi
yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi
Selatan.
Pada tahun 2006 ditemukan 15 kasus penyakit Antraks tipe kulit, dari Jawa Barat
terdapat 8 kasus dan Nusa Tenggara Barat 7 kasus. Kasus penyakit Antraks dengan kematian
1 orang dari Jawa Barat (CFR = 6,7%).
m. Pes
Selama tahun 2006 terjadi peningkatan hasil surveilans penyakit Pes yang dilakukan
di empat provinsi endemis. Jumlah serologi positif jika pada tahun 2005 dilaporkan 1 orang,
pada tahun 2006 meningkat menjadi 7 orang. Meskipun demikian surveilans aktif terhadap
human dan rodent masih tetap dilakukan, untuk menghindari terjadinya KLB penyakit Pes.
Daerah fokus Pes di Indonesia yaitu Kab. Boyolali (Jawa Tengah), Kab. Pasuruan
(Jawa Timur), Kab. Sleman (DI Yogyakarta), dan Kab. Bandung (Jawa Barat).

51

GAMBAR 3. 35
DAERAH ENDEMIS PES DI INDONESIA, 2006

Daerah endemis pes

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI, 2007

GAMBAR 3.36
HASIL PEMERIKSAAN SPESIMEN PES PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2001 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

n. Taeniasis / Cysticercosis
Daerah endemis penyakit Taeniasis/Cysticercosis adalah di Bali, Sumatera Utara,
Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Jumlah kasus penyakit Taeniasis/Cysticercosis pada tahun
2002 lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun tahun 2002 sampai dengan tahun 2006
cenderung menurun. Pada tahun 2006 kasus penyakit Taeniasis/Cystisercosis hanya tercatat
di dua provinsi yaitu Bali sebanyak 2 kasus dan Papua sebanyak 76 kasus.

52

GAMBAR 3.37
SITUASI TAENIASIS / CYSTICERCOSIS DI INDONESIA TAHUN 2001-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

o. Leptospirosis
Daerah tertular penyakit Leptospirosis di Indonesia tersebar di 8 provinsi, tetapi
selama tahun 2006 kasus Leptospirosis dilaporkan di 5 provinsi yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 2006,
jumlah kasus penyakit Leptospirosis sebanyak 138 kasus dengan kematian 11 kasus (CFR
7,97). Meskipun jumlah kasus penyakit Leptospirosis meningkat tetapi angka kematian
menurun dibandingkan dengan tahun 2005. Angka kematian tertinggi adalah di Jawa Tengah
yaitu 9 kematian dari 35 kasus.
GAMBAR 3.38
DAERAH TERTULAR LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA

Daerah tertular leptospirosis

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

53

GAMBAR 3.39
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

p. Avian Influenza (AI)


Avian Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A,
termasuk dalam family Orthomyxoviridae. Virus Influenza tipe A dapat berubah bentuk
(drift, shift) sehingga dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Strain yang sangat virulen
penyebab flu burung di Indonesia adalah Subtipe A H5N1. Virus flu burung dapat menular
dari unggas ke unggas, unggas ke manusia, dan manusia ke manusia. Di Indonesia, sepanjang
tahun 2005 dilaporkan 13 kematian dari 20 kasus AI pada manusia (CFR 65%) dan tahun
2006 dilaporkan 45 kematian dari 55 kasus AI pada manusia (CFR 81,82%).
Apabila terjadi pandemi influenza, dunia akan kekurangan beberapa milyar dosis. Hal
ini disebabkan kapasitas produksi vaksin di dunia yang ada sekarang masih sangat terbatas.
Sehingga dibutuhkan upaya global yang terpadu dalam hal produksi dan pendistribusian
vaksin. Salah satu upayanya adalah WHO menganjurkan setiap negara untuk menyiapkan diri
dan mengembangkan kapasitas produksi vaksinnya.
TABEL 3.23
SITUASI KASUS KONFIRM AI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005 2006
2005
2006
PROVINSI
K
M
K
1

DKI Jakarta

11

10

Banten

Jawa Barat

22

18

Jawa Tengah

Jawa Timur

Lampung

Sumatera Barat

Sumatera Utara

Sulawesi Selatan

Sumatera Utara
Total
Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

20

13

55

45

54

GAMBAR 3.40
PETA SEBARAN KASUS AVIAN INFLUENZA DI INDONESIA
TAHUN 2005-2006

Daerah dengan kasus AI

Sumber : Ditjen PP-PL, DepkesRI

Kasus konfirmasi Avian Influenza pada manusia selama tahun 2006 paling banyak
dilaporkan dari Provinsi Jawa Barat yaitu 22 kasus dengan kematian 18 orang (CFR=81,8%),
diikuti oleh DKI Jakarta yaitu 11 kasus dengan kematian 10 orang (CFR=90,9%).
2. Penyakit Tidak Menular
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi
dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat,
serta situasi lingkungan misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas
fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi
pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasuskasus penyakit tidak menular seperti Penyakit Jantung, Tumor, Diabetes, Hipertensi, Gagal
Ginjal, dan sebagainya. Berdasarkan laporan rumah sakit tahun 2006, diperoleh gambaran
penyebab utama kematian di rumah sakit yang disebabkan penyakit tidak menular
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.24 berikut ini.
TABEL 3.24
PROPORSI PENYAKIT TIDAK MENULAR
SEBAGAI PENYEBAB KEMATIAN TERBANYAK DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006
No

DTD

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

169
185.0
184
167
145
186
104.9
155
176.0
148

Golongan Sebab Sakit

Pneumonia
Dispepsia
Gastritis dan duodenitis
Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya
Hipertensi Esensial (primer)
Penyakit Apendiks
Diabetes Melitus YTT
Stroke tak menyebut perdarahan atau infark
Asma
Penyakit jantung iskemik lainnya

Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI

55

Jumlah
Kematian
2,459
309
343
61
1,620
146
2,384
4,377
729
1,259

% dari
Seluruh
Kematian
di RS
3.0
0.4
0.4
0.1
2.1
0.2
2.9
5.4
0.9
1.6

a. Penyakit Jantung dan Sistem Sirkulasi


Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark merupakan penyebab kematian nomor 8
di RS di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24). Hipertensi juga merupakan penyakit terbanyak
nomor 5 pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 (Tabel 3.24).
Berdasarkan SKRT 2004 diperoleh data bahwa berdasarkan diagnosis tenaga
kesehatan, 2,2% penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita penyakit jantung.
Hasil Susenas 2004 diperoleh data 1,3% penduduk Indonesia berumur 15 tahun atau lebih
pernah didiagnosa sakit jantung angina pectoris (nyeri/sesak di bagian dada yang dapat
menjalar ke tubuh bagian atas terutama ke lengan kiri yang merupakan gejala serangan
jantung).
TABEL 3.25
PERSENTASE PENDUDUK > 15 TAHUN YANG PERNAH DIDIAGNOSIS SAKIT JANTUNG
(ANGINA PECTORIS) OLEH TENAGA KESEHATAN

Kawasan
Sumatera
Jawa-Bali
Kaw. Timur Indonesia
Indonesia
Sumber: Surkesnas/Susenas 2004

Persentase
1,3
1,3
1,2
1,3

b. Diabetes Melitus
Berdasarkan Surkesnas/SKRT 2004, berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan, 1%
penduduk berumur 15 tahun atau lebih pernah menderita Diabetes.
Diabetes Melitus merupakan penyakit peringkat ke-9 terbanyak pada pasien rawat
jalan rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.9) dan juga peringkat ke-9 penyakit tidak menular
penyebab kematian di rumah sakit tahun 2006 (Tabel 3.7).
c. Neoplasma/Tumor
Neoplasma Ganas Payudara adalah penyakit neoplasma terbanyak yang ditemukan di
RS di Indonesia, menempati peringkat pertama pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2006.
Peringkat kedua ditempati penyakit Neoplasma Ganas Leher Rahim
Peringkat penyakit Neoplasma ganas di rumah sakit di Indonesia tahun 2006 dapat
dilihat pada dua tabel berikut ini.

56

TABEL 3.26
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006
No

DTD

ICD

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

073
074
063
086
087
067.9
076.0
061
062
058.1

C50
C53
C22
C82 - C85
C91 - C95
C34
C56
C18
C19 - C21
C11

Golongan Sebab Sakit


Neoplasma ganas payudara
Neoplasma ganas leher rahim
Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik
Limfoma non Hodgkin
Leukemia
Neoplasma ganas Bronkus & Paru paru
Neoplasma ganas Ovarium (indung telur)
Neoplasma ganas kolon
Neoplasma ganas daerah rektosigmoid, rektum dan anus
Neoplasma ganas nasofaring

Jumlah Pasien
Keluar
8.328
4.696
3.445
2.870
2.513
2.402
1.859
1.736
1.706
1.633

%
19,64
11,07
8,12
6,77
5,93
5,66
4,38
4,09
4,02
3,85

Sumber: Ditjen Bina Yanmed, Depkes RI


TABEL 3.27
10 PERINGKAT UTAMA PENYAKIT NEOPLASMA GANAS
PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA
TAHUN 2006
No

DTD

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

073
074
086
067.0
076.0
058.1
087
061
062
088

Jumlah
Kunjungan
33.408

36,22

Neoplasma ganas leher rahim

17.990

19,5

Limfoma non Hodgkin

8.711

9,44

Neoplasma ganas trakea

6.382

6,92

Neoplasma ganas ovarium (indung telur)

6.337

6,87

Neoplasma ganas nasofaring

5.047

5,47

Leukemia

4.075

4,42

Neoplasma ganas kolon

3.770

4,09

Neoplasma ganas daerah rektosigmoid rektum dan anus

3.530

3,83

2.983

3,23

Golongan Sebab Sakit


Neoplasma ganas payudara

Neoplasma ganas lain dari limfoid hematopoetik dan jaringan


terkait lainnya
Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI

***

57

BAB IV
UPAYA KESEHATAN

Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Kesehatan dimana salah satu
Strategi Utamanya adalah Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas, maka untuk mencapai keadaan tersebut telah dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan masyarakat. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan khususnya
untuk tahun 2006.
A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan
masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar di dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil bisa
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan hingga kelahiran dan masa pertumbuhan
bayi dan anaknya.
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu
dilakukan pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini
mungkin dari segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan, dan perawat)
seperti pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri, imunisasi
59

Tetanus Toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1
dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran
besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan Cakupan K4 ibu hamil adalah gambaran
besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta
paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali
pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan untuk
melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Cakupan K1 dan K4 dalam lima
tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
GAMBAR 4.1
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K1 DAN K4 IBU HAMIL
TAHUN 2002 2006

Sumber : Data Indikator SPM Kabupaten/Kota dan


Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas.

Cakupan pelayanan K4 menurut provinsi pada tahun 2006, dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut ini.

60

GAMBAR 4.2
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas

Pada gambar di atas, provinsi dengan persentase cakupan pelayanan K4 tertinggi adalah
DKI Jakarta (91,89%), Jawa Tengah (88,85%) dan Bali (86,62%), sedangkan cakupan pelayanan
K4 terendah adalah Provinsi Irian Jaya Barat (29,54%), Papua (31,02%) dan Sulawesi Barat
(61,70%). Cakupan K4 menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat dilihat pada Gambar
4.3 berikut ini.
GAMBAR 4.3
PERSENTASE CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Data cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 tahun 2006 menurut provinsi disajikan pada
Lampiran 4.1.

61

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan

Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan tidak dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Dalam kurun
waktu lima tahun terakhir, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat
dari tahun ke tahun namun agak mengalami penurunan pada tahun 2005 dari tahun
sebelumnya. Tahun 2006 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar
76,40%, meningkat 4,03% dari tahun 2005 yakni 72,37%. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
GAMBAR 4.4
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN TAHUN 2002 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu dan data indikator Kabupaten/Kota

Pada Gambar 4.5 terlihat cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
menurut provinsi tahun 2006 dengan cakupan tertinggi adalah Provinsi Bali (90,14%), Jawa
Tengah (86,20%) dan Jawa Timur (85,91%), sedangkan provinsi dengan cakupan terendah
adalah Papua (30,78%), Irian Jaya Barat (55,46%) dan Maluku Utara (57,76%), data dapat
dilihat dalam Lampiran 4.1.

62

GAMBAR 4.5
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas Depkes RI

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut provinsi dibandingkan angka nasional
dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut.

GAMBAR 4.6
PERSENTASE CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber : Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

63

c. Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan Puskesmas,
beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan pelayanan kesehatan
karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan, maka kasus tersebut perlu
dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang memadai.
Risti/komplikasi adalah keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Risti/komplikasi kebidanan meliputi
Hb < 8 g %, Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg), oedeme
nyata, eklampsia, perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan
prematur. Persentase cakupan ibu hamil dengan Risti yang telah dirujuk tahun 2006 sebesar
10,05% meningkat dari tahun 2005 (2,94%) sedangkan obstetri komplikasi yang ditangani
sebesar 4,37% meningkat dari tahun 2005 (0,99%). Data selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.2.
Neonatus risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis, trauma lahir,
BBLR (Berat Badan Lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan dan kelanginan
neonatal. Neonatus risti/komplikasi yang tertangani adalah neonatus risti/komplikasi yang
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dokter dan bidan di polindes,
puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit. Persentase cakupan neonatal risti yang telah
dirujuk tahun 2006 sebesar 3,14% meningkat dari tahun 2005 (0,98%) sedangkan neonatal
komplikasi yang ditangani sebesar 0,99% meningkat dari tahun 2005 (0,41%). Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.2.
d. Kunjungan Neonatus (KN1 dan KN2)

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali pada umur 0-7 hari
(KN1) dan satu kali lagi pada umur 8-28 hari (KN2).
Dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu. Pelayanan
tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan
hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata,
tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manajemen terpadu balita
muda (MTBM); dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.
Cakupan kunjungan neonatal (KN2) tahun 2002 -2005 cenderung mengalami penurunan
namun pada tahun 2006 mengalami peningkatan 20.4% dari tahun 2005 sebesar 85,51%
tahun 2006 dan 65,11% tahun 2005. Cakupan KN2 selama periode tahun 2002 2006 dapat
dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.

64

GAMBAR 4.7
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS
TAHUN 2002 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Binkesmas, Depkes RI

Tahun 2006 provinsi dengan cakupan neonatus tertinggi adalah Provinsi Jawa Barat
(131,91%), Bali (94,23%) dan Jawa Tengah (91,32%) sedangkan provinsi dengan cakupan
terendah meliputi Provinsi Papua (19,45%), Irian Jaya Barat (30,14%) dan Kalimanatan Barat
(53,35%) seperti terlihat pada Gambar 4.8 di bawah ini.
GAMBAR 4.8
PERSENTASE CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS (KN2)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes. Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI

65

Cakupan kunjungan neonatus menurut provinsi dibandingkan angka nasional dapat


dilihat pada Gambar 4.9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1.
GAMBAR 4.9
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATUS MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu dan Dit.Kes.Anak, Ditjen Binkesmas Depkes RI

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Masa subur seorang wanita memiliki peran penting bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan menjadi cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia
subur seorang wanita biasanya antara 15 49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah
kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan alat/cara KB.
Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan melalui
cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui kelompok sasaran program yang
sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi menurut daerah tempat tinggal, tempat
pelayanan serta jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Cakupan secara lengkap menurut
provinsi dari pelayanan KB dapat dilihat pada Lampiran 4.3 sampai dengan Lampiran 4.7.
Proporsi wanita umur 15-49 berstatus menikah yang sedang menggunakan/memakai
alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan dengan cakupan tahun 2005 sebesar 0,02% dari 57,89% pada tahun 2005
menjadi 57,91% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 58,65% dan daerah perdesaan
57,36%. Cakupan tertinggi pada Provinsi Bengkulu sebesar 70,08%, Sulawesi Utara
(69,75%) dan Bali (67,43%) sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Maluku
yaitu 30,13%, Papua (31,22%) dan Irian Jaya Barat (31,73%).
Proporsi wanita berumur 15-49 tahun yang berstatus kawin yang pernah
menggunakan/memakai alat KB menurut daerah tempat tinggal pada tahun 2006 mengalami
peningkatan sebesar 5,71% dibandingkan dengan tahun 2005, dari 74,05% pada tahun 2005
menjadi 79,76% pada tahun 2006 dengan daerah perkotaan 81,07% dan daerah perdesaan
78,78%. Terdapat 17 provinsi memiliki cakupan 80% dengan angka tertinggi dicapai
Sulawesi Utara (90,36%) dan Bengkulu (87,07%), 3 provinsi dengan cakupan 50 %
meliputi Papua (46,48%), Irian Jaya Barat (47,04%) dan Maluku (48,21%). Proporsi wanita
66

umur 15-49 berstatus menikah yang sedang/pernah menggunakan/memakai alat KB dapat


dilihat pada Gambar 4.10 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.3 dan
4.4.
GAMBAR 4.10
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN BERSTATUS KAWIN
YANG SEDANG/PERNAH MENGGUNAKAN ALAT KB
TAHUN 2004-2006

Sumber : BPS, Statistik Kesra, 2006

Jenis alat kontrasepsi yang digunakan peserta KB selama tahun 2006 tidak jauh
berbeda bila dibandingkan dengan tahun 2003-2005 sebagaimana terlihat dalam Gambar 4.11
berikut.
GAMBAR 4.11
PROPORSI JENIS ALAT KONTRASEPSI YANG DIGUNAKAN
TAHUN 2003-2006

Sumber: BPS, Statistik Kesra dan BKKBN*

Dari Gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa selama tahun 2003-2006 alat
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntikan dan pil KB. Pada tahun 2006 jenis
kontrasepsi pil KB dan susuk mengalami penurunan persentase, sebaliknya pemakaian
kontrasepsi suntikan, AKDR dan kontrasepsi lainnya mengalami peningkatan persentase.
Rincian persentase alat/cara KB yang dipakai peserta KB aktif menurut provinsi tahun 2006
dapat dilihat pada Lampiran 4.5 dan 4.6.
67

GAMBAR 4.12
TEMPAT PELAYANAN PESERTA KB
TAHUN 2003 2006

Sumber : BKKBN

Pada Gambar 4.12 diatas, tempat pelayanan untuk peserta KB baru di klinik KB
pemerintah mengalami peningkatan 1,42% dari tahun 2005 menjadi 61,08% pada tahun 2006
dari 59,66% pada tahun 2005, sedangkan pelayanan peserta KB di klinik KB swasta, bidan
praktek swasta dan dokter praktek swasta sedikit mengalami penurunan pada tahun 2006.
Jumlah dan proporsi peserta KB baru kumulatif menurut tempat pelayanan dan provinsi tahun
2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.7.
3. Pelayanan Imunisasi

Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi unutk bayi umur 0 1 tahun
(BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi untuk Wanita Usia Subur/Ibu Hamil (TT) dan
imunisasi untuk anak SD (kelas1: DT dan kelas 2-3: TT), sedangkan kegiatan imunisasi
tambahan dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti Desa non UCI, potensial/risti
KLB, ditemukan/diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan
teknis.
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan proksi
terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila cakupan UCI
dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut tergambarkan
besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Dalam hal ini Pemerintah
mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah administrasi desa/ kelurahan.
Suatu desa/kelurahan telah mencapai target UCI apabila > 80% bayi di desa/kelurahan
tersebut mendapat imunisasi lengkap. Secara nasional, pencapaian UCI tingkat
desa/kelurahan tahun 2004 - 2005 mengalami peningkatan 6,8% dari 69,43% tahun 2004
menjadi 76,23% tahun 2005 (Gambar 4.13) namun terjadi penurunan 2.97% pada tahun 2006
yaitu 73.26%.

68

GAMBAR 4.13
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dari 33 provinsi yang dipantau, pada tahun 2005 terdapat 7 provinsi yang telah
mencapai target (target tahun 2005: 86%) UCI Desa/Kelurahan yaitu Bali (100%), DI
Yogyakarta (99,09%), Lampung (90%), Jawa Tengah (89%), Jambi (88,95%), Nusa
Tenggara Barat (87,53%) dan Sulawesi Tenggara (86,87%) sedangkan tahun 2006 terdapat 4
provinsi yang telah mencapai target (target tahun 2006 89%) UCI desa/kelurahan yaitu Bali
(99,28%), Jambi (92,98%), DI Yogyakarta (92,24%) dan Nusa Tenggara Barat (89,91%).
Terdapat enam provinsi yang tidak ada datanya yaitu Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan
Riau, Banten, Sulawesi Barat dan Irian Jaya Barat.
Pencapaian desa UCI menurut provinsi tahun 2004 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.8. Sedangkan gambaran pencapaian UCI tingkat Desa/Kelurahan menurut
provinsi pada tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini.
GAMBAR 4.14
PERSENTASE PENCAPAIAN UCI DI TINGKAT DESA/KELURAHAN
MENURUT PROVINSI PADA TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

69

Target jangkauan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi DPT1 karena
imunisasi ini merupakan salah satu antigen kontak pertama dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Gambaran cakupan imunisasi bayi DPT1, Campak dan angka drop out
pada tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.15 berikut ini.
GAMBAR 4.15
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DPT-1 DAN CAMPAK
SERTA ANGKA DROP OUT (DO)
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa angka drop out (DO) DPT1-Campak yang
merupakan target efektivitas program selama tahun 2002-2006 berkisar antara 1,5% - 9,3%,
pada tahun 2006 angka drop out meningkat menjadi 9,3%. Beberapa provinsi tidak mencapai
target program dimana drop out cakupan DPT1-Campak lebih dari 10% yaitu di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Gorontalo
dan Sulawesi Barat. Angka drop out cakupan DPT1-Campak menurut provinsi dapat dilihat
dalam Lampiran 4.11.
Target tingkat perlindungan imunisasi bayi ditunjukkan dengan cakupan imunisasi
campak karena imunisasi ini merupakan antigen kontak terakhir dari semua imunisasi yang
diberikan kepada bayi. Pada tahun 2006 terdapat enam provinsi tidak mencapai target tingkat
perlindungan program (indikator cakupan campak 80%) yaitu Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua dan Irian Jaya Barat. Provinsi dengan cakupan tertinggi
adalah DI Yogyakarta (103,31%), DKI Jakarta (101,71%) dan Jambi (97,96 %); sedangkan
provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (67,80%), Sulawesi Barat (68,29%) dan
Banten (71,60%). Gambaran cakupan imunisasi campak tahun 2006 dapat dilihat pada
Gambar 4.16 berikut. Sedangkan rincian cakupan imunisasi bayi untuk masing-masing jenis
vaksin menurut provinsi selama tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.9 dan Lampiran
4.10.

70

GAMBAR 4.16
PERSENTASE PENCAPAIAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan salah satu kegiatan
imunisasi tambahan yang bertujuan untuk menurunkan jumlah kasus Tetanus Neonatal di
setiap Kabupaten hingga < 1 kasus per 1000 kelahiran hidup pertahun. Pada masa lalu
sasaran kegiatan MNTE adalah calon penganten dan ibu hamil namun pencapaian target agak
lambat, sehingga dilakukan kegiatan akselerasi berupa pemberain TT 5 dosis pada seluruh
Wanita usia subur termasuk ibu hamil (usia 15 39 tahun). Untuk cakupan imunisasi TT ibu
hamil pada tahun 2000 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.17 berikut ini.
GAMBAR 4.17
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Pada kurun waktu 2002-2005 cakupan imunisasi TT-1 dan TT-2 pada ibu hamil
mengalami penurunan namun mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2006 3% untuk TT-1
dan 2,4% untuk TT-2 dari tahun 2005 yakni TT-1 (53,6%) dan TT-2 (49,4%) menjadi TT-1
sebesar 56,6% dan TT-2 sebesar 51,8%. Provinsi dengan cakupan TT-2 tertinggi adalah Nusa
Tenggara Barat (87,9%), Lampung (82,4%), dan Kepulauan Bangka Belitung (82,2%);
71

adapun provinsi dengan cakupan terendah adalah Jawa Timur (4,2%), Irian Jaya Barat
(15,0%) dan Papua (21,4%). Gambaran cakupan imunisasi TT-2 pada ibu hamil menurut
provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.18 sedangkan data selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.12.
GAMBAR 4.18
CAKUPAN IMUNISASI TT-2 PADA IBU HAMIL TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG

Salah satu program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


2004-2009 adalah upaya kesehatan perorangan yang bertujuan meningkatkan akses,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman melalui sarana pelayanan
kesehatan perorangan (Puskesmas, fasilitas kesehatan, RSU, dll).
Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah peningkatan pelayanan
kesehatan rujukan, pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit,
dan lain-lain. Berikut adalah uraian singkat tentang pelayan kesehatan rujukan dan penunjang
tersebut.
1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Upaya kesehatan perorangan dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta
untuk
memelihara,
meningkatkan
kesehatan
serta
mencegah
dan
menyembuhkan/memulihkan kesehatan perorangan. Upaya pelayanan kepada masyarakat
dilakukan secara rawat jalan bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan
pelayanan rawat inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat
yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat.
a. Kunjungan Rawat Inap/Rawat Jalan, Pelayanan Unit Darurat dan Rujukan

Sebagian besar sarana pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan


pelayanan kesehatan dasar bagi kunjungan rawat jalan sedangkan rumah sakit yang

72

dilengkapi berbagai fasilitas di samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk
rawat inap juga melayani untuk kunjungan rawat jalan.
Kunjungan pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 3.116.539 dengan
jumlah hari perawatan 15.317.694, pasien keluar hidup sebesar 96,24% dan 3,76% pasien
keluar mati. Jumlah kunjungan rawat inap terbanyak pada Provinsi Jawa Tengah (549.710),
Jawa Timur (446.662) dan DKI Jakarta (429.209) sedangkan kunjungan rawat inap terkecil
pada Provinsi Maluku Utara (5.470), Irian Jaya Barat (10.011) dan Maluku (10.237).
Persentase pasien keluar hidup tertinggi pada Provinsi Irian Jaya Barat (97,61), Kalimantan
Timur (97,40) dan Maluku (97,07) sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah
Sumatera Utara (94,52), Kalimantan Tengah (94,88) dan Sumatera Barat (94,98). Rincian
data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.a
Kunjungan pasien rawat jalan pada tahun 2006 berjumlah 15.058.774 yang terdiri dari
49,37% kunjungan baru dan 50,63% kunjungan lama. Provinsi dengan kunjungan baru
tertinggi adalah Irian Jaya Barat (64,68%), Jambi (62,40) dan Nusa Tenggara Timur
(59,97%) sedangkan provinsi dengan kunjungan baru terendah yaitu DI Yogyakarta
(36,50%), Sulawesi Utara (40,27%) dan Jawa Tengah (40,89%). Untuk kunjungan pasien
dengan gangguan jiwa pada rumah sakit berjumlah 295.820, provinsi dengan kunjungan
tertinggi adalah Jawa Tengah (62.680) sedangkan yang terendah adalah Kepulauan Bangka
(10). Rincian data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.13.b
Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum depkes/pemda pada tahun
2006 sebesar 18,07 % dari seluruh kunjungan rumah sakit dimana 17,15% kunjungan unit
darurat berasal dari pasien rujukan dan 82,85% berasal dari pasien non rujukan. Pada rumah
sakit kelas A dari pasien kunjungan unit darurat sebagian besar berasal dari pasien rujukan
sedangkan rumah sakit kelas B, C dan D terbanyak berasal dari pasien non rujukan. Hal ini
menyebabkan beban ganda bagi rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan dari
sarana pelananan kesehatan dibawahnya. Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
TABEL 4.1
KUNJUNGAN PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RSU DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN 2006
Kelas RSU

Jumlah
Pengunjung

Kelas A

982.733

Kelas B
Kelas C
Kelas D
Total

4.940.539
4.283.317
333.151
10.539.740

Kunjungan Unit
Darurat
Jumlah
%
113.126
11,51
867.834
834.265
89.204
1.904.429

17,57
19,48
26,78
18,07

Pasien Rujukan

Pasien Non Rujukan

Jumlah
59.808

%
52,87

Jumlah
53.318

%
47,13

113.859
142.699
10.188
326.554

13,12
17,10
11,42
17,15

753.975
691.566
79.016
1.577.875

86,88
82,90
88,58
82,85

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan
dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 55,30% terus dirawat, 1,79% di rujuk ke
rumah sakit lain, 41,91% dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 1,00% yang
meninggal. Dilihat dari pencapaian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelayanan
di rumah sakit masih banyak melayani pasien yang seharusnya ditangani oleh tingkat
73

pelayanan pertama (puskesmas, praktek dokter, balai pengobatan, dll). Pelayanan unit darurat
pada rumah sakit umum Depkes/Pemda dapat dilihat pada Gambar 4.19 berikut.
GAMBAR 4.19
PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Kegiatan rujukan pada rumah sakit umum pada tahun 2006 terdiri dari rujukan dari
bawah (berasal dari Puskesmas, RS lain, fasilitas kesehatan) sebesar 12,4% mengalami
peningkatan dari tahun 2005 (7,8%). Persentase tertinggi rujukan dari bawah pada RSU
Depkes (31,6) dan RSU Pemerintah Kabupaten/Kota (22,5) sedangkan persentase terendah di
RSU Pemerintah Provinsi (1,0) dan RSU Departemen Lain/BUMN (1,1). Untuk pasien yang
dirujuk ke atas tahun 2006 sebesar 0,80% mengalami peningkatan dari tahun 2005 (0,28%)
terbanyak diterima oleh RSU Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu 1,77% dan terendah pada
RSU Departemen Kesehatan (0,02%). Kegiatan rujukan pada RSU menurut kepemilikan
dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.
TABEL 4.2
KEGIATAN RUJUKAN PADA RUMAH SAKIT UMUM
DIRINCI MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006
Kepemilikan RSU

Departemen Kesehatan
Pemerintah Provinsi
Pemerintah Kab/Kota
TNI & POLRI
Departemen Lain/BUMN
Swasta
Total

Jumlah
Pengunjung

Rujukan dari Bawah

1.947.909
2.402.170
6.142.700
901.057
1.055.911
6.142.889
18.592.363

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik,Depkes

74

Jumlah
616.296
24.879
1.385.019
102.312
11.089
162.418
2.302.013

%
31.6
1.0
22.5
11.4
1.1
2.6
12.4

Dirujuk Ke Atas
Jumlah
346
4.628
108.559
765
9.144
24.826
148.268

%
0.02
0.19
1.77
0.08
0.87
0.40
0.80

b. Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai
segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa
indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain
pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur
dipakai (BTO), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam
perawatan (NDR).
Pada tahun 2003-2004 indikator pelayanan RS masih menjadi satu namun sejak tahun
2005 indikator pelayanan RS sudah dipisah antara RSU dan RS Khusus. Pencapaian indikator
pelayanan kesehatan di RS selama empat tahun terakhir dapat dilihat dalam Gambar 4.20 dan
4.21 berikut ini.
GAMBAR 4.20
PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , BTO DAN TOI
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 2006

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

GAMBAR 4.21
PENCAPAIAN INDIKATOR GDR, NDR, DAN LOS
RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 2006

75

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah


sakit selama empat tahun terakhir cenderung meningkat setiap tahunnya walaupun masih di
bawah angka ideal yang diharapkan (60-85%) berkisar antara 55,2% 57%, pada tahun 2006
mengalami sedikit peningkatan 0,8% dari tahun 2005 dari 56,2 menjadi 57%. Banyak faktor
yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya
jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari
pelayanan tidak terlalu tinggi.
Persentase pasien keluar meninggal dan meninggal <24 jam (GDR/NDR) selama 3
(tiga) tahun terakhir menurun dengan kisaran antara 39,4 47,9 (GDR), 18,1 22,8 (NDR).
Tahun 2005 GDR (43), NDR (21) menjadi 39,4(GDR) dan 18 (NDR) pada tahun 2006. Hal
ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit mengalami peningkatan.
Indikator lamanya hari rawatan (LOS) selama empat tahun terakhir cenderung stabil
berkisar 4 hari namun masih di bawah angka ideal (6-9 hari) sedangkan selang waktu dalam
pemakaian tempat tidur (TOI) mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6 hari
dari 8,6 hari pada tahun 2005 walaupun masih di bawah angka ideal (1-3 hari). Rincian
indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 4.15.
2. Pelayanan Kesehatan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan


penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium
pada tahun 2006 rumah sakit umum sebesar 53.372.332 pemeriksaan berasal dari 1.012 RSU
dengan rata-rata 303 pemeriksaan/hari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2005 yaitu
49.758.167 pemeriksaan dan rata-rata 294 pemeriksaan/hari. Persentase pemeriksaan
tertinggi pada RSU Swasta (35,2%) dan RSU Pemerintah Kab/Kota (34,3%) sedangkan RSU
dengan pemeriksaan terendah pada RSU TNI & POLRI (2,8%) dan RSU Departemen
Lain/BUMN (5,1%). Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
TABEL 4.3
KEGIATAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA RSU
MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2006
Pemeriksaan Laboratorium
Pemilik RSU

Jumlah
RSU

Rata - rata
Pemeriksaan
/Hari/RS

Departemen Kesehatan

13

Patologi
Klinik
5.950.369

Pemerintah Provinsi

42

6.058.228

21.733

6.079.961

11,4

579

Pemerintah Kab/Kota

335

18.354.193

20.371

18.374.564

34,3

269

TNI & POLRI

110

1.487.072

3.205

1.490.277

2,8

191

71

2.734.206

8.984

2.743.190

5,1

241

441

18.788.264

81.102

18.869.366

35,2

254

1.012

53.372.332

171.572

53.543.904

100

303

Departemen Lain/BUMN
Swasta
Total

Patologi
Anatomi
36.177

5.986.546

11,2

1.425

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

76

Jumlah

%
Terhdp
Total

Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2006
mengalami penurunan dari tahun 2004 dan 2005 dengan jumlah pemeriksaan 1.541.868 dari
232 RSU. Tahun 2005 pemeriksaan diagnostik berjumlah 1.843.117 berasal dari 255 RSU
sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU. Penurunan terjadi
dikarenakan jumlah rumah sakit yang melapor lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya
padahal tiap tahun terjadi penambahan rumah sakit umum Depkes/pemda, rincian
pemeriksaan dapat dilihat pada Gambar 4.22 dan rincian menurut provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 4.16.
GAMBAR 4.22
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM
DEPKES/PEMDA TAHUN 2004 2005

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

3.

Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan


Masyarakat Miskin (JPK-MM)/ASKESKIN

Kesehatan

bagi

Program Askeskin adalah program Pemerintah yang sangat strategis dan telah
dilaksanakan sejak 1 Januari 2005. Program ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas
masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan program ini, Menteri
Kesehatan menunjuk PT Askes (Persero) sebagai penyelenggara program. Melalui program
Askeskin ini masyarakat miskin akan memperoleh kesempatan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan di fasilitas kesehatan milik Pemerintah, TNI-POLRI dan swasta yang bekerjasama
dengan PT Askes (Persero).
Dengan keluarnya Surat Keputusan Menkes Nomor 332/Menkes/SK/V/2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin 2006 atau lebih
dikenal dengan Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), merupakan
jaminan kesehatan bagi keluarga kurang mampu di Indonesia. Realisasinya, Program Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) sejak tahun 2005 dan 2006 dapat mencakup
60 juta penduduk miskin dan hampir miskin, dibanding tahun 2005 yang hanya mencakup
36,1 juta penduduk miskin.
77

Berdasarkan laporan PT Askes, sampai bulan Desember 2006 terdapat 618 pemberi
pelayanan kesehatan (PPK) yang telah melakukan kerjasama dengan PT Askes dalam
melaksanakan program Askeskin. Persentase PPK menurut jenis penyelenggaranya adalah
RS milik Depkes dan Pemda 72,2% (446 PPK), RS Swasta 21,04% (130 PPK), RS TNI
POLRI 3,07% (19 PPK), Balai Pengobatan Penyakit Paru Provinsi (BP4) 2,59% (16 PPK)
dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)
1,13% (7 PPK) seperti terlihat pada Gambar 4.23 berikut.
GAMBAR 4.23
PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN (PPK) PROGRAM ASKESKIN
TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

Jumlah sasaran peserta Askeskin sebanyak 60.000.000 jiwa masyarakat miskin/tidak


mampu di seluruh Indonesia (dapat dilihat dalam Lampiran 4.18). Jumlah kartu Askeskin
yang telah diterbitkan sebanyak 41.527.679 atau baru mencapai 69,21% dari sasaran
program. Sedangkan jumlah kartu yang telah didistribusikan sebanyak 39.488.563 atau baru
mencapai 65,81% dari sasaran program dapat dilihat pada Gambar 4.24 di bawah ini.
GAMBAR 4.24
JUMLAH KARTU ASKESKIN YANG DITERBITKAN
DAN DIDISTRIBUSIKAN TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

78

Pada tahun 2006 pasien miskin/tidak mampu di rawat jalan berjumlah 3.817.758 dan
rawat inap (Kelas III) berjumlah 1.197.233 dengan sumber dana berasal dari sisa dana PKPSBBM 2004 dan Dana Askes 2006, rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.4.
TABEL 4.4
JUMLAH PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU
DI RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP
DI INDONESIA TAHUN 2006
No

Sumber Dana

Rawat Jalan

Sisa Dana PKPS-BBM 2004

Dana Askes 2006


Total

Rawat Inap (Kelas III)

25.080

8.305

3.792.678

1.188.928

3.817.758

1.197.233

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes


Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

Dana yang tersedia untuk tahun 2006 sebesar Rp. 3,6 Trilyun berasal dari sisa dana
tahun 2005, DIPA Binakesmas dan DIPA Bina Yanmedik ditambah dengan jasa giro dan lain
lain sebesar Rp. 24 Milyar. Dana tersebut dikelola oleh PT Askes (Persero) untuk
pembayaran pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan strata I di Puskesmas dan jaringannya
sampai dengan pelayanan strata II III di Rumah Sakit.
Realisasi penggunaan dana PKPS-BBM - Askeskin untuk pasien miskin/tidak mampu
berjumlah 1,3 trilyun berasal dari sisa dana PKPS-BBM 2004 berjumlah 9,3 milyar dan dana
Askeskin 2006 berjumlah 1,3 trilyun. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
TABEL 4.5
REALISASI PENGGUNAAN DANA PKPS BBM 2004 DAN DANA ASKESKIN 2006
UNTUK PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI INDONESIA
No

Sumber Dana

Sisa Dana PKPS-BBM 2004 (Rp)

Dana Askeskin 2006 (Rp)

Rawat Jalan

1.108.692.978

160.829.968.438

Rawat Inap (Kelas III)

8.194.484.794

1.185.615.230.587

Total

9.303.177.772

1.346.445.199.025

T o t a l PKPS-BBM - Askeskin

1.355.748.376.797

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes


Keterangan : PKPS-BBM = Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM

Program Askeskin dimonitor dan dievaluasi oleh berbagai pihak baik oleh pihak
eksekutif: Kantor Setneg, Kantor Koordinator Kesra, Kantor Sekretariat Wakil Presiden,
Departemen Kesehatan, dll, maupun oleh pihak legislatif DPRRI. Selain itu juga dilakukan
evaluasi oleh pihak LSM, universitas, dll termasuk didalamnya adalah penelitian ilmiah
tentang manfaat program Askeskin. Pemeriksaan atau audit telah dilakukan oleh berbagai
pihak, baik secara internal oleh Satuan Pengawas Internal (SPI), Komite Audit maupun
secara eksternal oleh Inspektorat Jendral Departemen Kesehatan, BPK, dan BPKP. Hasil
audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian.

79

4. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif


Lainnya)

Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari


kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2006 kegiatan kuratif (pengobatan)
penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 119 dengan rincian 45 jenis Narkotika,
42 Psikotropika dan 32 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 25 terdiri dari 10
Narkotika dan 15 Psikotropika. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 11 dari Psikotropika.
Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.25. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.19.
GAMBAR 4.25
KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

Kegiatan penyuluhan di rumah sakit tahun 2006 berjumlah 687.892 dengan metode
penyuluhan berupa pemutaran kaset, ceramah, demonstrasi, pameran, pelatihan dan lain-lain.
Untuk kegiatan penyuluhan P3 Napza berjumlah 4.143 atau 0,6% dari seluruh kegiatan
penyuluhan. Rincian data dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
TABEL 4.6
KEGIATAN PENYULUHAN P3 NAPZA
DI RUMAH SAKIT TAHUN 2006
No
1
2
3
4
5
6

Kegiatan
Pemutaran Kaset
Ceramah
Demonstrasi
Pameran
Pelatihan
Lain-lain
Jumlah

Seluruh
Penyuluhan
10.349
170.375
13.258
1.858
370.723
121.329
687.892

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes

80

Penyuluhan P3
Napza
161
3.918
5
1
12
46
4.143

%
1,6
2,3
0,04
0,05
0,003
0,04
0,6

C. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT

Indonesia menghadapi beban ganda dalam pembangunan kesehatan yaitu


meningkatnya beberapa penyakit menular sementara penyakit tidak menular atau degeneratif
mulai meningkat. Di samping itu telah timbul pula berbagai penyakit baru. Program
pencegahan dan pemberantasan penyakit bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan mencegah penyebaran serta mengurangi
dampak sosial akibat penyakit sehingga tidak menjadi masalah kesehatan.
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans
epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan
penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang
diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor
risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta
masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini.
1. Pengendalian Penyakit Polio

Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui


gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans
epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok
umur <15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya
virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari
kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk <15 tahun
selama tahun 2002 2006, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada
Gambar 4.26 berikut.
GAMBAR 4.26
PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT
DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1). Imunisasi yang meliputi
peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2). Surveilans AFP, 3). Sertifikasi bebas
polio, dan 4). Pengamanan virus polio di laboratorium.
81

Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang
menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat
yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian
hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil
pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir (tahun 1998 2004) tidak ditemukan adanya infeksi
virus Polio liar pada kasus AFP yang ditemukan. besaran Non Polio AFP Rate selama tahun
1998 2004 relatif stabil.
Sampai saat ini, jumlah kumulatif penderita Polio - sejak bulan Maret 2005 sampai
dengan 01 Mei 2006 - adalah sebanyak 349 orang. Yang terdiri dari total polio kasus = 349,
WPV1 Kasus = 303,Type 1 VDPV Kasus = 46, denganTotal infected Kabupaten/kota = 47
dengan Total infected provinsi = 10. Berbagai upaya yang dilakukan Pemerintah untuk
memutuskan rantai penularan Polio merupakan wujud komitmen Bangsa Indonesia sebagai
bagian dari masyarakat dunia berperan membasmi Polio dari muka bumi dan wujud
komitmen Pemerintah dalam membebaskan Balita Indonesia dari penyakit Polio.
Berdasarkan kajian tim assessment, kajian epidemiologis data surveilans AFP serta
ditemukan virus Polio di beberapa provinsi, maka untuk menghentikan penyebaran virus
yang lebih luas, PIN harus dilakukan sesegera mungkin yaitu 30 Agustus 2005 putaran
pertama dan 27 September 2005 untuk putaran kedua. Kemudian 3 putaran lagi dilaksanakan
pada tanggal 30 November 2005, 27 Februari 2006 dan 12 April 2006. Sementara itu,
cakupan hasil Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 - 2006 secara nasional dapat dilihat
pada Tabel 4.7 berikut. Persentase hasil PIN 5 putaran menurut provinsi dapat dilihat dalam
Lampiran 4.20.
TABEL 4.7
UPAYA PENANGGULANGAN KLB POLIO
TAHUN 2005-2006
ORI

Waktu

Mar ,Apr
Mei'

MOP UP
I
30 Mei

MOP UP
II
28 Juni

PIN I

PIN II

PIN III

Sub PIN

PIN IV

PIN V

30 Agust

27 Sept

30 Nov

30 Jan

27 Feb

12 April

Tahun 2005

Lokasi

Tahun 2006

Jabar

Jabar

Jabar

Banten

DKI

DKI

Nasional

Nasional

Nasional

NAD
Sumut

DKI

Banten

Banten

Sumsel

Lampung

Lampung

Jateng

Banten

Jatim

Jatim

Sasaran
(Balita)
Dana

191.959

Sumber
Dana
Cakupan

BLN +
APBN
97,8%

6.398.107

6.398.107

23.620.427

23.620.427

Rp.38,4 M

Rp.179,5 M

BLN + APBN+APBD

BLN + APBN

104.0%

87,7%

95%

97,8%

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI


Catatan : ORI = Outbreak Response Immunization
PIN = Pekan Imunisasi Nasional

82

23.620.427

4.523.321

Rp.110,3 M

Rp.14,5 M

BLN +
APBN
98,2%

UNICEF
95,8%

Nasional

Nasional

23.620.427

23.620.427

Rp 230 M
APBN
98.5%

APBN
99.8%

2. Pengendalian TB-Paru

Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan pendekatan DOTS


(Directly Observed Treatment Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB-Paru dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Kegiatan ini meliputi upaya
penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan yang
ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Pada tahun 2006 pengembangan program pengendalian penyakit TB dengan strategi
DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi (33 provinsi), di 432 (98%) dari 440
Kabupaten/Kota yang ada. Secara kuantitatif, DOTS telah dilaksanakan di 7.667 Puskesmas
(97,4%) dari 7.867 Puskesmas. Untuk pelaksanaan DOTS di Balai Pengobatan Penyakit Paru
Paru (BP4)/ Rumah Sakit TBC Paru (RSTP) sudah mencapai 94,7% dari 38 BP4 dan RSTP
sedangkan untuk Rumah Sakit baru 35,7% dari 1278. Dari upaya penemuan penderita TB
selama tahun 2002-2006 ditemukan gambaran kasus sebagaimana terlihat pada Gambar 4.27
berikut.
GAMBAR 4.27
JUMLAH PENDERITA TB BTA+ DAN TB LAIN
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam penanganan program, semua penderita TB yang ditemukan ditindaklanjuti


dengan paket-paket pengobatan intensif. Melalui paket pengobatan yang diminum secara
teratur dan lengkap, diharapkan penderita akan dapat disembuhkan dari penyakit TB yang
dideritanya. Namun demikian dalam proses selanjutnya tidak tertutup kemungkinan
terjadinya kegagalan pengobatan akibat dari paket pengobatan yang tidak terselesaikan atau
drop out (DO), terjadinya resistensi obat atau kegagalan dalam penegakan diagnosa di akhir
pengobatan.
Upaya Pemerintah dalam menanggulangi Tuberkulosis (TB), setiap tahun semakin
menunjukkan kemajuan. Hal ini dapat ketahui antara lain dapat dilihat dari angka insiden
kasus menular maupun dari meningkatnya jumlah penderita yang ditemukan dan
disembuhkan setiap tahun. Hingga tahun 2006, pelaksanaan pengendalian Penyakit TBC
sampai tahun 2006 telah dapat menurunkan insiden kasus menular dari 130/100.000
penduduk (WHO-1995) menjadi 104/100.000 penduduk.
Selain dengan angka insiden, keberhasilan program pengendalian TB dapat dengan
melihat beberapa indikator program pengendalian TB yang antara lain angka penemuan kasus
83

(Case Detection Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) selama lima tahun
terakhir seperti Gambar 4.28.
GAMBAR 4.28
PENEMUAN KASUS BARU DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Tingkat kesembuhan dari penderita pasca pengobatan biasanya sangat sulit ditegakkan
oleh karena kendala dari penderita dalam mengeluarkan dahak yang memenuhi persyaratan,
sehingga dalam pemantauan hasil akhir lebih diarahkan pada tingkat kelengkapan pengobatan
atau succes rate (SR). Angka kesembuhan tahun 2005 sebesar 83,06%, provinsi dengan
angka kesembuhan tertinggi adalah Sulawesi utara (92,93), Sumatera Utara (91,79) dan
Sulawesi Tenggara (90,61) sedangkan provinsi dengan angka kesembuhan rendah adalah
Maluku Utara (47,09), Maluku (52,22) dan Kalimantan Timur (61,71). Rincian data secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.21.
Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkan persentase pasien TB
BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan
lengkap) diantara pasien TB BTA positif yang tercatat, sejak tahun 2001 sampai dengan
tahun 2005 telah mencapai target global sebesar 85%. Tahun 2005, 26 provinsi yang telah
mencapai target angka keberhasilan pengobatan, 4 (empat) provinsi yang belum mencapai
target adalah Provinsi Riau (84%), Kalimantan Timur (81%), Papua (81%) dan Maluku
(79%) sedangkan 3 (tiga) provinsi tidak ada data yaitu Irian Jaya Barat, Sulawesi Barat dan
Kepulauan Riau, dapat dilihat pada Gambar 4.29 berikut.

84

GAMBAR 4.29
ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN PENDERITA BARU
TB BTA POSITIF (SUCCESS RATE) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2005

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Angka konversi adalah persentase pasien TB paru BTA positif yang mengalami
konversi menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif. Indikator ini
berguna untuk mengetahui secara cepat kecenderungan keberhasilan pengobatan dan untuk
mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar. Gambar
4.30 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2006 secara nasional Indonesia mencapai
85% untuk angka konversi, 26 Provinsi yang telah mencapai target 80% sedangkan yang
belum mencapai target sebanyak 6 provinsi yaitu yaitu Banten (79%), Papua (73%), Maluku
(70%), Nusa Tenggara Timur (68%), Kalimantan Timur (67%) dan Maluku Utara (61%).

85

GAMBAR 4.30
ANGKA KONVERSI PENDERITA BARU TB BTA POSITIF
(CONVERSION RATE) MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

3. Pengendalian Penyakit ISPA

Upaya dalam rangka Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2 ISPA)
lebih difokuskan pada upaya penemuan secara dini dan tata laksana kasus yang cepat dan tepat
terhadap penderita Pneumonia balita yang ditemukan. Upaya ini dikembangkan melalui suatu
manajemen terpadu dalam penanganan balita sakit yang datang ke unit pelayanan kesehatan atau
lebih dikenal dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Dengan pendekatan MTBS
semua penderita ISPA langsung ditangani di unit yang menemukan, namun bila kondisi balita
sudah berada dalam Pneumonia berat sedangkan peralatan tidak mencukupi maka penderita
langsung dirujuk ke fasilitas pelayanan yang lebih lengkap.
Target penurunan angka kematian (2/1000) dan kesakitan (4%) karena Pneumonia pada
balita akan dapat dicapai jika 86% kasus Pneumonia pada balita dapat dideteksi dan mendapat
tatalaksana standar. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun 2005-2009, diharapkan secara bertahap
target tersebut dapat dicapai. Target penemuan penderita pneumonia balita tahun 2005-2009
dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut.

86

GAMBAR 4.31
TARGET PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2005 2009

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir hasil penemuan dan pengobatan Pneumonia
dapat dilihat pada Gambar 4.32, yang mana terlihat bahwa cakupan penemuan penderita dari
target (perkiraan penderita) masih relatif rendah. Rincian data cakupan penemuan penderita
menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.22.
GAMBAR 4.32
PERSENTASE PENEMUAN DAN PENANGANAN (PENGOBATAN)
KASUS PNEUMONIA PADA BALITA, TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Tahun 2006 walaupun sudah 100% Provinsi yang melaporkan data cakupan
penemuan penderita pneumonia tetapi baru 3 provinsi yang berhasil mencapai target
yaitu Nusa Tenggara Barat (96,89), Maluku Utara (77,91%) dan Kepulauan Bangka
Belitung (67,67%). Kelengkapan laporan penemuan balita penderita pneumonia tahun
2002-2006 sebagaimana terlihat pada Tabel 4.8 berikut.

87

TABEL 4.8
KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA
PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2002 2006
Tahun

Provinsi
Melapor

Kab./Kota
Melapor

Penderita
Ditemukan

Kelengkapan
Laporan

2002

29

293

549.035

80%

2003

24

323

502.275

34%

2004

23

296

625.611

83%

2005

31

436

600.720

93%

2006

33

442

641.136

100%

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam


tahun 2006 dapat dilihat dalam Gambar 4.33 berikut.
GAMBAR 4.33
CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

4. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIV/AIDS, di


samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan
konseling.
Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIV/AIDS terhadap darah
donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual (PMS)
seperti Wanita Penjaja Seks (WPS), penyalahguna obat dengan suntikan (IDUs), penghuni
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko
rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIV/AIDS
selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.9
berikut.
88

TABEL 4.9
PENEMUAN PENDERITA HIV/AIDS
TAHUN 2002 2006
Tahun

Pengidap HIV
Per tahun

Kumulatif

Penderita AIDS
Meninggal

Penderita AIDS
Per tahun

Kumulatif

Per tahun

Kumulatif

2002

648

2.552

345

1.171

100

379

2003

168

2.720

316

1.487

261

479

2004

649

3.369

1.195

2.682

361

740

2005

875

4.244

2.638

5.321

592

1.332

2006

986

5.230

2.873

8.194

539

1.871

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2006 adalah 3,61
per 100.000 penduduk. Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua
(51,42), DKI Jakarta (28,15), Kepulauan Riau (16,94). Dalam perjalanan penyakit dari HIV
positif menjadi AIDS dikenal istilah windows periods yang tidak diketahui dengan pasti
periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit.
Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan
konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya
penularan lebih lanjut
5. Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pola perkembangan DBD pada tahun 2006 berbeda dengan pola tahun 2005. Pada
tahun 2005 kasus hampir selalu tinggi setiap bulan dan ada peningkatan kasus pada bulan
Februari, Agustus dan Desember. Sementara di tahun 2006 kasus cenderung menurun setiap
bulannya sampai dengan bulan Oktober namun terjadi sedikit peningkatan pada bulan
November dan Desember. Pada tahun 2006 dari 33 Provinsi 330 Kabupaten/kota yang ada
kasus dengan insidens rate 52,48 per 100.000 penduduk.
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari 3 hal yaitu 1) Peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dan surveilans vektor, 2) Diagnosis dini dan pengobatan dini, 3)
Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.
Upaya pemberantasan DBD dititik beratkan pada penggerakan potensi masyarakat
untuk dapat berperan serta dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui 3 M plus
(Menguras, Menutup dan Mengubur) plus menabur larvasida, penyebaran ikan pada tempat
penampungan air serta kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencegah/memberantas nyamuk
Aedes berkembang biak., Juru Pemantauan Jentik (Jumantik) untuk memantau Angka Bebas
Jentik (ABJ), serta pengenalan gejala DBD dan penanganannya di rumah tangga. Angka
Bebas Jentik (ABJ) sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M
menunjukkan tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Oleh karena itu
pendekatan pemberantasan DBD yang berwawasan kepedulian masyarakat merupakan salah
satu alternatif pendekatan baru.

89

6. Pengendalian Penyakit Malaria

Malaria sebagai salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat, berdampak kepada penurunan kualitas sumber daya manusia yang dapat
menimbulkan berbagai masalah sosial, ekonomi, bahkan berpengaruh kepada keamanan dan
pertahanan nasional. Penegakan diagnosa penderita secara cepat dan pengobatan yang tepat
merupakan salah satu upaya penting dalam rangka pemberantasan penyakit Malaria di
samping pengendalian vektor potensial.
Terdapat dua model pendekatan dalam upaya penegakan diagnosa penderita, yaitu
wilayah Jawa Bali dilakukan secara aktif (Active Case Detection) oleh Juru Malaria Desa
dengan mendatangi warga yang mengeluh gejala klinis Malaria, sedangkan untuk wilayah
luar Jawa Bali dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien datang berobat ke pelayanan
kesehatan. Upaya pengobatan tidak hanya diberikan kepada penderita klinis atau penderita
dengan konfirmasi laboratorium namun juga diberikan pada kelompok tertentu untuk tujuan
profilaksis.
Di Jawa Bali kasus positif malaria menurun secara bermakna dari 64.708 kasus pada
tahun 2002 menjadi 7.186 kasus pada tahun 2006. Jumlah sediaan darah diperiksa, sediaan
darah positif dan positif malaria falsiparum + mix di Jawa-Bali tahun 2002-2006 dapat dilihat
pada Gambar 4.34 di bawah ini.
GAMBAR 4.34
JUMLAH SEDIAAN DARAH DIPERIKSA, SEDIAAN DARAH POSITIF,
POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX DI JAWA BALI
TAHUN 2002 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Di luar Jawa Bali pada tahun 2006 jumlah penderita klinis malaria sebesar 1.754.444,
sediaan darah (SD) yang diperiksa sebesar 820.750, dengan SD positif sebesar 340.411
kasus, Malaria Palsifarum + Mix sebesar 157.707 kasus. Jika dibandingkan dengan periode
2002 2006 jumlah sediaan darah yang diperiksa dan SD positif relatif meningkat karena
kegiatan intensifikasi di wilayah timur dengan Mass Blood Survei (MBS). Secara rinci dapat
dilihat pada Gambar 4.35 berikut ini.

90

GAMBAR 4.35
JUMLAH PENDERITA KLINIS, SEDIAAN DARAH DIPERIKSA,
SEDIAAN DARAH POSITIF, POSITIF MALARIA FALSIPARUM+MIX
DI LUAR JAWA BALI TAHUN 2002 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Berdasarkan survei penduduk yang menggunakan cara pencegahan yang efektif untuk
memerangi malaria dengan kelambu pada tahun 2005 diketahui sebesar 1% dan pada tahun
2006 berdasarkan survei yang dilaksanakan di Alor, Sumba Barat, flores timur dan beberapa
kabupaten di wilayah Sumatera rata rata sebesar 24%. Bila dibandingkan dengan target
yang ingin dicapai maka angka tersebut masih lebih kecil dimana pada tahun 2006 targetnya
adalah sebesar 60%. Target dan realisasi persentase penduduk yang menggunakan cara
pencegahan yang efektif untuk memerangi malaria dapat dilihat pada Gambar 4.36 berikut.
GAMBAR 4.36
PERSENTASE PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN
PENCEGAHAN EFEKTIF MEMERANGI MALARIA
TAHUN 2005 2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes

Tahun 2006 terjadi peningkatan kasus maupun KLB malaria dibeberapa daerah.
Upaya penanggulangan baik dengan pengobatan massal, survei demam, penyemprotan
91

rumah, penyelidikan vektor penyakit dan tindakan lain misalnya pengeringan tempat
perindukan telah dilakukan dengan baik.
7. Pengendalian Penyakit Kusta

Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan
penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan
intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan
penderita penyakit Kusta.
Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang
terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk
penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui
institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari
berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama empat tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.
TABEL 4.10
PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU ,
PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI
SECARA NASIONAL TAHUN 2003 S/D 2006
Tahun

Suspek
Diperiksa

Suspek Positif
PB

MB

CDR

Penderita
Cacat (%)

Penderita
Diobati

2003

163.781

3.594

11.956

7,3

8,0

2004

212.462

3.615

12.957

7,8

8,6

17.519

2005

t.a.d

4.056

15.639

8,9

8,7

t.a.d

2006

t.a.d

3.506

14.415

8.2

7.8

t.a.d

Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Untuk menilai kinerja petugas dalam penemuan kasus, digunakan angka proporsi
cacat tingkat II (cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat). Tingginya proporsi cacat
tingkat II menunjukan keterlambatan dalam penemuan kasus atau dengan kata lain kinerja
petugas yang rendah dalam menemukan kasus serta pengetahuan masyarakat yang rendah.
Sementara untuk mengetahui apakah penularan masih terjadi di masyarakat, perhitungan
yang digunakan adalah proporsi anak di antara kasus baru.
Penderita cacat tingkat II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, 1.722 (8,7%)
pada tahun 2005 menjadi 1.587 (8,7%) tahun 2006. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi
anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program (5%), proporsi
masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus
ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat
II.
8. Pengendalian Penyakit Filaria

Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang disebabkan oleh
cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun
92

(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya
penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain
sehingga menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Di Indonesia penyakit kaki gajah
tersebar luas hampir di seluruh Provinsi.
Program eliminasi filariasis dilaksanakan atas dasar kesepakatan global WHO tahun
2000 yaitu The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health
Problem the year 2020yang merupakan realisasi dari resolusi WHA (World Health
Assembly) pada tahun 1997.
Program Eliminasi ini dilaksanakan melalui dua pilar kegiatan yaitu :
a. Pengobatan massal kepada semua penduduk di kabupaten endemis filariasis
dengan menggunakan DEC 6 mg/kg BB dikombinasikan dengan Albendazole 400
mg sekali setahun selama 5 tahun, guna memutuskan rantai penularan.
b. Tatalaksana kasus klinis filariasis guna mencegah dan mengurangi kecacatan.
Pelaksana (Implementation Unit/IU) dalam program eliminasi filariasis sejak tahun
2005 adalah kabupaten/kota. Artinya satuan wilayah terkecil dalam program ini adalah
kabupaten/kota, baik untuk penentuan endemisitas maupun pengobatan massal. Bila sebuah
kabupaten/kota sudah endemis filariasis, maka sasaran pengobatan massal adalah semua
penduduk di kabupaten/kota tersebut. Semua penduduk harus minum obat, tetapi pengobatan
untuk sementara ditunda bagi : anak berumur < 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit
berat, penderita kronis filariasis yang dalam serangan akut dan balita dengan
marasmus/kwashiorkor. Target dan pencapaian pengobatan massal filariasis tahun 2002-2006
dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut.
GAMBAR 4.37
TARGET DAN PENCAPAIAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS
TAHUN 2002-2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005

Dari kabupaten/kota yang telah terpetakan endemis filariasis pada tahun 2006, baru
68 kabupaten/kota yang melaksanakan pengobatan massal. Itupun belum semua
kabupaten/kota sasarannya adalah seluruh penduduk, hanya 14 kabupaten/kota yang sasaran
pengobatan massalnya adalah seluruh penduduk, kabupaten/kota tersebut adalah : Alor, Rote
Ndao (Nusa Tenggara Timur), Mentawai (Sumatera Barat), Tanjung Jabung Barat (Jambi),
93

Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Kota Pangkal Pinang, Belitung,
Belitung Timur (Bangka Belitung), Bombana, Kolaka Utara (Sulawesi Tenggara), Kuantan
Singingi (Riau) .
Belum semua kabupaten/kota melakukan pengobatan massal dengan sasaran seluruh
penduduknya disebabkan karena masih kurangnya komitmen dari pemerintah daerah tentang
ketersediaan dana operasional yang harus disediakan oleh kabupaten/kota. Oleh karena itu
perlu diupayakan advokasi pada stakeholder di provinsi dan kabupaten/kota. Agar percepatan
pencapaian eliminasi filariasis sesuai target, perlu diupayakan sentralisasi pengobatan massal
filariasis diikuti dengan penyediaan biaya operasional pengobatan massal oleh pemerintah
pusat, seperti halnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional).
Tatalaksana kasus kronis filariasis harus dilakukan pada semua penderita. Tatalaksana
ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecacatan penderita dan agar penderita
menjadi mandiri dalam merawat dirinya. Setiap penderita dibuatkan status rekam medis yang
disimpan di Puskesmas, dan mendapatkan kunjungan dari petugas kesehatan minimal 3 kali
dalam setahun. Target dan pencapaian penatalaksanaan kasus kronis filariasis tahun 20042006 dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut.
GAMBAR 4.38
TARGET DAN PENCAPAIAN PENATALAKSANAAN
KASUS KRONIS FILARIASIS TAHUN 2004-2006

Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005

Penatalaksanaan kasus kronis filariasis merupakan kewajiban dari kabupaten/kota.


Sampai tahun 2006 belum optimal, hal ini merupakan masalah dalam penatalaksanaan kasus
kronis filariasis. Diharapkan pada tahun-tahun selanjutnya kasus kronis filariasis yang ditata
laksana dapat meningkat sebagaimana yang ditargetkan yaitu 90% pada tahun 2007, 2008
dan 2009.
9. Pengendalian Penyakit Antraks

Anthraks adalah penyakit hewan yang dapat menular ke manusia dan bersifat akut.
Penyebabnya bakteri Bacillus anthracis, bakteri ini bersifat aerob, memerlukan oksigen untuk
hidup. Di alam bebas bakteri ini membentuk spora yang tahan puluhan tahun dalam tanah dan
bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia. Kasus di Bogor tejadi karena spora
terbawa banjir. Hewan tertular akibat makan spora yang menempel pada tanaman yang
94

dimakan. Hewan yang mati akibat anthrax harus langsung dikubur atau dibakar, tidak boleh
dilukai supaya bakteri tidak menyebar.
Penularan pada manusia bisa lewat kontak langsung spora yang ada di tanah,
tanaman, maupun bahan dari hewan sakit (kulit, daging, tulang atau darah). Mengkonsumsi
produk hewan yang kena anthraks atau melalui udara yang mengandung spora, misalnya,
pada pekerja di pabrik wool atau kulit binatang. Karenanya ada empat tipe anthraks, yaitu
anthraks kulit, pencernaan/anthraks usus, pernapasan/anthraks paru dan anthraks otak.
Anthraks otak terjadi jika bakteri terbawa darah masuk ke otak. Situasi antraks pada manusia
di Indonesia tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.39 berikut.
GAMBAR 4.39
SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Untuk mencegah tertular anthraks dianjurkan untuk membeli daging dari tempat
pemotongan resmi, memasak daging secara matang untuk mematikan kuman, serta mencuci
tangan sebelum makan. Pemerintah menyediakan obat untuk anthraks di seluruh kabupaten
endemis anthraks, memberikan pelatihan surveilans dan diagnosis klinis serta laboratorium di
empat provinsi endemis, mendistribusikan poster, leaflet, dan buku petunjuk penanganan
anthraks. Serta melakukan kerja sama lintas sektoral dalam pemberantasan anthraks dan
langkah penanggulangan lain.
10. Pengendalian Penyakit Flu Burung

Penyakit influenza pada unggas (Avian Influenza /AI) yang saat ini kita kenal dengan
sebutan flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family
Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas,
mulai dari yang ringan (Low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal (highly pathogenic).
Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12 jenis diantaranya AI, bakteri 3
jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi ke dalam subtipe berdasarkan permukaan
Hemaglutinin (HA) dan Neoraminidase (NA) ada 15 subtipe HA dan 9 jenis NA.
Virus Influenza ada tiga tipe, yaitu tipe A (pada unggas) , tipe B dan C (pada
manusia). Influenza tipe A terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan
lain-lain. Influenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung yang sangat
mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan Jepang. Di Indonesia, Virus
95

Influenza tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober
2003 sampai dengan Februari 2005 akibatnya 14,7 juta ayam mati.Sementara penyebaran
virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli tahun 2005.
Pada tahun 2006 daerah tertular AI pada unggas adalah di 30 provinsi dan 241
kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan pada manusia kasus konfirm AI dilaporkan di 10
provinsi. Sampai dengan akhir tahun 2006 dilaporkan sebanyak 9 kasus klaster AI, dari
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Jawa Timur.
Berikut adalah gambaran mengenai kasus flu burung pada manusia sejak tahun 2005
2006.
TABEL 4.11
KASUS FLU BURUNG PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 2006
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

PROVINSI
Banten
DKI Jakarta
Lampung
Jawa Barat
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Jawa Timur
Sumatera Barat
Sulawesi Selatan
Sumatera Selatan
Total

K
5
8
3
3
1
0
0
0
0
0
20

2005
M
4
7
0
2
0
0
0
0
0
0
13

CFR %
80,0
87,5
0,0
66,7
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
65,0

K
4
11
0
22
3
7
5
2
1
0
55

2006
M
4
10
0
18
3
6
3
0
1
0
45

CFR %
100,0
90,9
0,0
81,8
100,0
85,7
60,0
0,0
100,0
0,0
81,8

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan
yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas, dengan beberapa tindakan seperti:
Mencuci tangan dengan sabun cair pada air yang mengalir sebelum dan sesudah
melakukan suatu pekerjaan
Melaksanakan kebersihan lingkungan
Melakukan kebersihan diri
Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus
menggunakan pelindung (masker, kacamata khusus)
Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti tinja harus ditata laksana dengan
baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang di
sekitarnya
Alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan
Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan
Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak dengan suhu 800 derajad celcius selama
satu menit, telur unggas dipanaskan dengan suhu 640 derajad celcius selama lima menit

96

11. Surveilans Vektor

Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas


kesehatan maupun juru/kader pemantau jentik (jumantik/kamantik). Pengembangan sistem
surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan
perubahan iklim dan pola penyebaran kasus.
a. Vektor DBD dan Chikungunya

Vektor yang berperan dalam penularan DBD dan Chikungunya adalah nyamuk Aedes
aegypti dan vektor potensialnya nyamuk Aedes albopictus. Penyebaran penyakit Demam
Berdarah Dengue sudah menyeluruh hingga ke kecamatan/desa.
Jentik Aedes aegypti banyak ditemukan di bak mandi, drum, tempat penampungan air
dispenser, tempat penampungan air refrigerator, ban bekas , vas bunga, talang rumah, kolam
ikan hias yang terbengkalai/ tidak digunakan lagi, sedangkan untuk larva Aedes albopictus
lebih banyak ditemukan di luar rumah seperti pada ketiak pohon, lubang-lubang pohon,
potongan banbu dan pada berbagai barang-barang bekas yang berada di luar rumah.
Dari informasi petugas entomologi di wilayah Nusa Tenggara Timur ada indikasi
telah terjadi perubahan perilaku menggigit nyamuk Aedes yang biasanya hanya menggigit
pada siang hari sekarang nyamuk tersebut juga menggigit pada malam hari, hal ini perlu
dilakukan pengamatan lebih lanjut untuk memastikan kebenaranya.
Sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 data angka bebas jentik tidak dilaporkan oleh
daerah, dikarenakan program Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di daerah belum menjadi
prioritas program. Selain kegiatan surveilans vektor yang dilakukan oleh daerah melalui
kegiatan PJB, petugas Pusat melakukan kegiatan survai jentik dalam bentuk evaluasi PSN
yang dilakukan pada tahun 2004. Kegiatan ini dilakukan di 10 kota yaitu di Kota Bogor,
Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan
Yogyakarta. Rata-rata Angka Bebas Jentik (ABJ) yang diperoleh dari kegiatan itu adalah
79,04%. Keterangan itu menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih di bawah 95%, hal ini
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M
di lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi
terutama di wilayah-wilayah endemis DBD.
b. Vektor Malaria

Vektor malaria yang telah dikonfirmasi baik melalui pembedahan kelenjar ludah
maupun menggunakan uji elisa pada lima tahun terakhir sebanyak 18 spesies, dengan rincian
10 spesies menggunakan konfirmasi secara konvensional, 5 spesies dengan uji elisa dan
sisanya suspect. Vektor malaria menyebar di seluruh provinsi di Indonesia. Jenis vektor dan
penyebarannya dapat dilihat pada tabel 4.12 dan 4.13 berikut ini :

97

TABEL 4.12
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA DI INDONESIA
DENGAN SEKRESI KELENJAR LUDAH
NO

SPESIES

WILAYAH

TAHUN

1.
2.
3.
4.
5.
6.

An. Aconitus
An. Sundaicus
An. Subpictus
An. Barbirostris
An. Maculatus
An. Balabacensis

1982
1979
1979
1980
1982
1981, 1998, 2001

7.
8.
9.
10.

An. Letifer
An. Punctulatus
An. Farauti
An. Koliensis

Jawa
Jawa
Jawa
NTT
Jawa
Kalsel, Kaltim, Jawa
Tengah
Kalteng, Bangka
Papua
Papua
Papua

1985
1979
1979
1979

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

TABEL 4.13
DAFTAR VEKTOR MALARIA DAN TAHUN KONFIRMASINYA
DI INDONESIA DENGAN
UJI ELISANO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

SPESIES

WILAYAH

TAHUN

An. Vagus
An. Kochi
An.tesselatus
An. Parangensis
An. Sinensis
An. Nigerimus
An. Minimus
An. Karwari

NTT
Sumatera Utara
Sumatera Utara (Nias)
Sumatera Utara
Nias
Kalimantan
Sulawesi
Papua

1995
1996
1995
1995
1995
suspect
suspect
suspect

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

c. Vektor Filaria

Hingga saat ini telah ditemukan (konfirmasi vektor) yang berperan sebagai penular
penyakit filaria dalam 5 tahun terakhir antara lain (lihat Gambar 4.40) terdapat sekurangkurangnya 4 spesies Mansonia yang sudah dikonfirmasi sebagai vektor utama dan 1 spesies
Culex sebagai vektor utama tipe urban serta 9 spesies Anopheles yang sudah dikonfirmasi
sebagai vektor utama tipe rural. Konfirmasi vektor filariasis telah dilaksanakan di beberapa
provinsi, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

98

GAMBAR 4.40
PENYEBARAN VEKTOR DAN PENYAKIT FILARIASIS DI INDONESIA
TAHUN 2006

Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani


permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan
ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat
adalah kekurangan vitamin A dan anemia gizi besi.
1. Pemberian Kapsul Vitamin A

Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul
vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun
(Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali .
Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang berguna
untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata. Anak yang menderita
kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakit tersebut
akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat
kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis
simpanan vitamin A dalam tubuh. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan
mengkibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin
A akan mengakibatkan kebutaan.

99

Gambaran pemberian kapsul vitamin A selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 4.41 berikut.
GAMBAR 4.41
PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A
MENURUT SASARAN TAHUN 2006

Sumber: Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI

Persentase cakupan pemberian kapsul vitamin A pada bayi, anak balita, dan ibu nifas
tahun 2006 menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.23
3. Pemberian Tablet Besi

Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia serta
meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu hamil.
Perkembangan cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun
2002 2006 dapat dilihat pada Gambar 4.42 di bawah ini.
GAMBAR 4.42
PERSENTASE CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI
PADA IBU HAMIL TAHUN 2002 2006

Sumber: Dit.Gizi Masy. dan Dit.Kes.Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes

100

Pada gambar di atas terlihat bahwa tren cakupan pemberian tablet besi (Fe-1 dan Fe3) dari tahun 2002 hingga 2004 menunjukkan peningkatan, namun tahun 2005 dan 2006
sedikit mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Provinsi dengan cakupan Fe-3
tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan (99,75%), Jawa Barat (79%) dan Sumatera
Selatan (77,86%) sedangkan provinsi dengan cakupan Fe-3 terendah yaitu Provinsi
Kepulauan Riau (6,08%), Jawa Tengah (17,93%) dan Jambi (18,68%). Cakupan pemberian
tablet besi (Fe-3) kepada ibu hamil menurut provinsi tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar
4.43 di bawah ini dan Lampiran 4.24.
GAMBAR 4.43
CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

Sumber: Dit.Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes

E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA

Bencana di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 2 macam yaitu bencana


lingkungan hidup dan bencana alam. Bencana lingkungan hidup terjadi akibat dari kerusakan
lingkungan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, kecelakaan
industri, tumpahan minyak di laut, sedangkan bencana alam terjadi sebagai akibat aktifitas
lapisan/kerak bumi/fenomena alam seperti gempa bumi, gelombang tsunami, letusan gunung
berapi, badai atau angin ribut yang kejadiannya sulit diprediksi.
1. Bencana Lingkungan Hidup

Pada tahun 2006 bencana banjir terjadi di 20 provinsi, 44 kabupaten/kota dengan


jumlah korban meninggal 108 orang, 34.036 orang luka ringan, 2.576 orang luka berat, hilang
79 orang dan 162.064 orang mengungsi. Upaya kesehatan yang dilakukan adalah evakuasi
korban bencana banjir, membentuk pos kesehatan, kesehatan lingkungan, melakukan
101

surveilans terhadap penyakit potensi KLB, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas


dan rumah sakit, melakukan droping obat-obatan ke lokasi kejadian dan lain-lain.
Bencana tanah longsor terjadi di 19 provinsi, 19 kabupaten/kota dengan korban
meninggal 123 orang, 30 luka berat, 335 luka ringan dan 2.127 orang mengungsi. Upaya
yang telah diberikan meliputi evakuasi korban, menyiagakan pos kesehatan 24 jam,
melakukan pengamatan dengan surveilans epidemiologi untuk mengantisipasi KLB diare, dll.
Rekapitulasi kejadian bencana tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 4.29.
2. Bencana Alam

Letak Indonesia yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng
Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik serta berada di posisi Ring of fire
menjadikan Indonesia kerap kali diterpa bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Sebelumnya gempa terjadi di Sumatra pada 28 Maret 2005 menewaskan 361 orang serta
gempa bumi dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004 yang menewaskan 129.498 orang
dan 37.606 lainnya hilang. Pada tahun 2006 bencana alam gempa bumi terjadi di 3 provinsi
dengan korban meninggal 5.788 orang, luka berat 26.506 orang, luka ringan 167.748 orang,
82 orang hilang dan 2.179.156 orang mengungsi.
Gempa bumi Yogyakarta adalah peristiwa gempa bumi tektonik kuat yang
mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih
pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter.
Lokasi gempa menurut Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Republik Indonesia terjadi di koordinat 8,007 LS dan 110,286 BT pada kedalaman 17,1
km. Sedangkan menurut BMG, posisi episenter gempa terletak di koordinat 110,31 LS dan
8,26 BT pada kedalaman 33 km. USGS memberikan koordinat 7,977 LS dan 110,318 BT
pada kedalaman 35 km. Hasil yang berbeda tersebut dikarenakan metode dan peralatan yang
digunakan berbeda-beda. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya
Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km
timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak
mengakibatkan tsunami.
Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas.
Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun,
Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya. Korban tewas menurut laporan
terakhir dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada 1 Juni 2006 pukul 07:00 WIB,
berjumlah 6.234 orang dengan rincian: Yogyakarta 165 jiwa, Kulon Progo 26 jiwa, Gunung
Kidul 69 jiwa, Sleman 326 jiwa, Klaten 1.668 jiwa, Magelang 3 jiwa, Boyolali 3 jiwa,
Purworejo 5 jiwa, Sukoharjo 1 jiwa dan korban terbanyak di Bantul 3.968 jiwa. Sementara
korban luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 lainnya menderita luka ringan.
Kabupaten Bantul merupakan daerah yang paling parah terkena bencana. Informasi
menyebutkan sebanyak 7.057 rumah di daerah ini rubuh.
Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi korban, membuka pos kesehatan 24 jam di
lokasi bencana, memberikan pelayanan kesehatan rawat jalan maupun rawat inap di rumah
sakit pemerintah dan swasta; evakuasi 200 pasien yang harus dioperasi ke RS di Jawa Tengah
dan Jawa Timur; bantuan transportasi hercules; di Bantul mendirikan rumah sakit lapangan
untuk rawat inap (60 TT); memberikan bantuan air bersih dan pembuatan jamban; melakukan
imunisasi campak, TT dan pemberian Vitamin A; dan lain-lain.

102

Demikian gambaran singkat mengenai situasi upaya kesehatan di Indonesia sampai


dengan tahun 2006.
***

103

BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi


sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat pada
bab ini, adalah sebagai berikut :
A. SARANA KESEHATAN

Pada bagian ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya Puskesmas,


rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi dan alat kesehatan, sarana Upaya
Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM), dan institusi pendidikan tenaga
kesehatan.
1. Puskesmas

Puskesmas dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun diupayakan terus


meningkat yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat terjangkau oleh masyarakat
dan merata sampai di daerah terpencil. Pada tahun 2006 jumlah puskesmas di seluruh
Indonesia adalah 8.015. Jika dilihat dari tahun 2002 2006 terlihat adanya peningkatan.
Peningkatan yang cukup besar (4,51%) pada tahun 2006, sedangkan pada tahun
sebelumnya peningkatannya kecil ( tahun 2005 meningkat 1,57%, tahun 2004 meningkat
1,85%, tahun 2003 meningkat 1,42%).
Dalam periode tahun 2002-2006, rasio Puskesmas terhadap 100.000 penduduk
meningkat dari 3,46 per 100.000 penduduk (tahun 2002) menjadi 3,61 per 100.000
penduduk (tahun 2006).Ini berarti bahwa pada periode tahun itu setiap 100.000 penduduk
dilayani 3- 4 unit Puskesmas. Jumlah Puskesmas dan rasio Puskesmas terhadap 100.000
penduduk pada tahun 2002 2006 disajikan pada Gambar 5.1 dan 5.2.
Jumlah puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2006 secara nasional adalah
3,61 dengan jumlah puskesmas per 100.000 penduduk terendah adalah provinsi Banten
yaitu sebesar 1,92 dan yang paling tinggi adalah provinsi Maluku sebesar 9,83.
Gambaran jumlah Puskesmas per 100.000 penduduk menurut provinsi disajikan pada
Gambar 5.3. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.1 dan Lampiran 5.2.

104

GAMBAR 5.1
JUMLAH PUSKESMAS
TAHUN 2002-2006

GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK
TAHUN 2002-2006

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI

GAMBAR 5.3
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006

Sumber : Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007

Sementara itu, bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja Puskesmas,


dimana sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk, maka jumlah Puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2002-2006 rata-rata
1 unit. Ini berarti bahwa secara nasional puskesmas diharapkan sudah dapat menjangkau
penduduk sasaran di wilayah kerjanya.
Dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas, sejak
Pelita III sejumlah Puskesmas telah ditingkatkan menjadi Puskesmas dengan tempat
perawatan. Puskesmas Perawatan ini berlokasi jauh dari rumah sakit, di jalur-jalur jalan
raya yang rawan kecelakaan, serta di wilayah atau pulau-pulau yang terpencil. Pada tahun
2002 2006 perkembangan jumlah Puskesmas Perawatan cenderung bertambah, kecuali
pada tahun 2003 turun sebesar 0,10%, pertambahan yang paling besar pada tahun 2006
(20.22%), 2002 (5,94%), tahun 2004 (4,47%) dan tahun 2005 (3,33%). Perkembangan
jumlah Puskesmas dan Puskesmas Perawatan pada tahun 2000 2006 disajikan pada
Gambar 5.6 berikut ini, sedangkan jumlah menurut provinsi disajikan pada Lampiran 5.3.

105

GAMBAR 5.6
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Sementara itu, jumlah Puskesmas Keliling kendaraan bermotor roda empat


(R4/mobil) pada tahun 2002-2006 terjadi peningkatan . Pada tahun 2003 terjadi kenaikan
3,3%, 2004 naik 4,08%, pada tahun 2005 naik lagi sebesar 3,6% dan pada tahun 2006
naik 14,6%.
Untuk Puskesmas Keliling perahu bermotor (PB) dari tahun 2002-2004 terjadi
kenaikan, sedangkan pada tahun 2005 2006 terjadi penurunan. Untuk tahun 2005
turun sebesar 26,6% dan tahun 2006 turun lagi sebesar 7,3% dari tahun 2005. Jumlah
Puskesmas Keliling dan rasionya terhadap Puskesmas pada tahun 2002 2006 disajikan
pada Gambar 5.7 berikut ini, sedangkan jumlah dan rasionya menurut provinsi disajikan
pada Lampiran 5.4.
GAMBAR 5.7
JUMLAH PUSKESMAS KELILING
DAN RASIONYA TERHADAP PUSKESMAS
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

106

2. Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara
lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah penduduk.
Pada tahun 2002 2006, perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di
Indonesia terus meningkat. Peningkatannya berkisar 1% 2%. Peningkatan yang paling
tinggi pada tahun 2006 bertambah 1,89%, tahun 2005 bertambah 1,77% , sedangkan
peningkatan terendah pada tahun 2004 hanya bertambah 0,97%, tahun 2003 bertambah
1,56% dan. Perkembangan jumlah rumah sakit (umum dan khusus) di Indonesia tahun
2002 2006 disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 5.5.
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2002 2006
No
.

Pengelola/Kepemilika
n

Departemen Kesehatan

2002

2003

2004

2005

2006

31

31

31

31

31

Pemerintah
Provinsi/Kab/Kota

389

396

404

421

433

TNI/POLRI

112

112

112

112

112

BUMN/Departemen
Lain

78

78

78

78

78

Swasta

605

617

621

626

638

1.215

1.234

1.246

1.268

Jumlah

1.292

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan,


jumlah rumah sakit umum (pemerintah dan swasta) pada periode tahun 2002 2006 juga
cenderung meningkat yang dapat dilihat pada Gambar 5.8. Bila dilihat berdasarkan
kepemilikannya, jumlah rumah sakit umum milik pemerintah yang mencakup milik
Departemen Kesehatan, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/POLRI,
dan Departemen Lain/BUMN bertambah 8,56% dengan kenaikan yang paling besar pada
tahun 2005 (bertambah 3,14%), sedangkan jumlah rumah sakit umum milik swasta naik
sebesar 3,28% dengan kenaikan yang paling besar pada tahun 2003 (bertambah 1,17%).
Jumlah rumah sakit umum di Indonesia tahun 2006 menurut provinsi dan pengelolanya
dapat dilihat pada Lampiran 5.6.

107

GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Berdasarkan kelasnya RSU Depkes dan Pemda sampai pada tahun 2005, rumah
sakit kelas A hanya terdapat di 6 provinsi (18,75%) yaitu Sumatera Utara, DKI Jakarta,
Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.Untuk RSU kelas B
terdapat di 27 provinsi (84,37%), RSU kelas C terdapat pada semua provinsi dan RSU
kelas D terdapat di 25 provinsi (78,12%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.7
Selain jumlah rumah sakit, untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan
kesehatan perlu pula disajikan data jumlah tempat tidur rumah sakit. Pada tahun 20022006 ada kenaikan jumlah tempat tidur rumah sakit (umum dan khusus) yang secara
ringkat dapat dilihat pada Gambar 5.10 di bawah ini, tetapi gambaran yang lebih rinci
dapat dilihat pada Lampiran 5.8 dan Lampiran 5.9.
GAMBAR 5.10
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

Selanjutnya, untuk menggambarkan cakupan ketersediaan sarana pelayanan


kesehatan berikut ini disajikan rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000 penduduk yang
dihitung berdasarkan jumlah keseluruhan tempat tidur baik rumah sakit umum maupun
rumah sakit khusus. Pada tahun 2002 2006, rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000
penduduk relatif berkisar antara 61 62 per 100.000 penduduk . Jumlah tempat tidur

108

rumah sakit dan rasionya per 100.000 penduduk pada tahun 2000 2006 disajikan pada
Gambar 5.11 di bawah ini.

GAMBAR 5.11
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2002 2006

Sumber: Ditjen Bina Yanmedik, Depkes RI

3. Sarana Produksi
Kesehatan

dan

Distribusi

Sediaan

Farmasi

dan

Alat

Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan


kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat
kesehatan. Jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan dari
tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah sarana produksi sediaan farmasi dan alat
kesehatan menurut jenis tahun 2002-2006 disajikan pada Gambar 5.12 di bawah ini,
sedangkan jumlahnya menurut provinsi pada tahun 2002 2006 dapat dilihat pada
Lampiran 5.10.
GAMBAR 5.12
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

109

Jumlah sarana distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan menurut jenis dari
tahun 2002 2006 disajikan pada Gambar 5.13 di bawah ini, sedangkan jumlahnya
menurut provinsi pada tahun 2002 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.11.
GAMBAR 5.13
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN
ALAT KESEHATANMENURUT JENIS TAHUN 2002 -2006

Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat


berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di
masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) di antaranya adalah
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok Bersalin Desa), Toga (Tanaman
Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat.
Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk
memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu
Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2006
jumlah Posyandu sebanyak 269.202 buah. Jumlah Posyandu ini menurun dari tahun-tahun
sebelumnya, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini.

110

GAMBAR 5.15
JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA
TAHUN 2002-2006

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan adalah 3,85 atau rata-rata pada tiap
desa/kelurahan terdapat 4 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desa/kelurahan terbesar
adalah Sulawesi Barat (15,84), DKI Jakarta (14,55) dan Jawa Barat (7,47). Sedangkan
rasio terkecil di NAD (0,93), Maluku (1,31) dan Papua (1,34) yang dapa dilihat pada
lampiran 5.12.
Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka
mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan
dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga
dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama,
Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Polindes sebanyak 25.754 buah. Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan adalah 0,37.
Rasio Polindes terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau (0,91), DKI
Jakarta (0,75) dan Gorontalo (0,63). Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Jambi (0,06),
Banten (0,10) dan Sumatera Utara (0,12). (Lampiran 5.12)
Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya
yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2006, jumlah
Pos Obat Desa sebanyak 9.598 buah. Rasio POD terhadap desa/kelurahan adalah 0,14.
Rasio POD terhadap desa/kelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat (0,42), Nusa
Tenggara Barat (0,28) dan Kalimantan Selatan (0,27). Sedangkan rasio terkecil di Jawa
Timur ( 0,02), Kepulauan Riau (0,03) dan Kalimantan Tengah (0,03). Data selengkapnya
mengenai Sarana UKBM tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.
5. Pos Kesehatan Desa ( Poskesdes)
Salah satu kriteria desa siaga adalah memiliki minimal satu poskesdes. Tenaga poskesdes
minimal 1 (satu) orang bidan dan 2 (dua) orang kader. Pada tahun 2006 jumlah
poskesdes adalah 12.942 yang dapat dilihat pada lampiran 5.1.
6. Desa Siaga
Desa siaga adalah salah satu pendukung membuat masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat. Jumlah desa siaga tahun 2006 adalah 12.300 sesuai dengan tabel 5.2.
Sedangkan target Departemen Kesehatan untuk tahun 2006 desa siaga 12.000 desa. Ini
berarti target Departemen Kesehatan untuk desa siaga sudah tercapai.

111

TABEL 5.2
JUMLAH DESA SIAGA
TAHUN 2006

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Provinsi
Nanggroe Aceh Darrusalam
Sumatera Utara
Lampung
Sumatera Barat
Bengkulu
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Jumlah Keseluruhan

Jumlah Desa Siaga


250
500
200
200
150
1.000
4.300
5.000
150
150
100
300
12.300

Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2007

7. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan

Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan dan


kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta melalui
berbagai institusi pendidikan dan jenjang pendidikan. Dari seluruh institusi pendidikan
tenaga kesehatan (Diknakes) yang ada hanya sebagian yang menjadi tanggung jawab
Departemen Kesehatan dalam koordinasi dan pembinaannya, yang dikelompokkan ke
dalam institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) dan institusi Diknakes Non Poltekkes.
Perkembangan jumlah institusi Diknakes saat ini semakin pesat, baik jenis
maupun jumlah di masing-masing propinsi. Sampai dengan Desember 2006 jumlah
institusi Diknakes baik Poltekkes maupun Non Poltekkes sebanyak 890 institusi yang
terdiri dari Poltekkes sebanyak 205 jurusan/program dan Non Poltekkes yang ada
diseluruh Indonesia sebanyak 685 institusi. Perkembangan jumlah masing masing jenis
institusi Diknakes Poltakes dan Non Poltakes dapat dilihat pada gambar 5.16 dan 5.17.

112

GAMBAR 5.16
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan


GAMBAR 5.17
PERKEMBANGAN JUMLAH DAN JENIS NON POLTAKES DI INDONESIA
TAHUN 2004 - 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Dari 205 jurusan Poltekkes yang diselenggarakan, jurusan terbanyak adalah


jurusan Keperawatan (32,7%) dan Kebidanan (23,4%), selebihnya adalah Gizi (11,7%),
Kesehatan Lingkungan (9,8%), Kesehatan Gigi (8,8%), Analis Kesehatan (5,9%),
Farmasi (2,90%), Teknik Elektro Medik (1,0%), Teknik Radio Diagnostik (1,0%),
Fisioterapi (1,0%), Teknik Gigi (0,5%), Analis Farmasi dan Makanan (0,5%), Okupasi
Terapi (0,5%), dan Ortotik Prostetik (0,5%).
Sementara itu, jumlah institusi di luar Poltekkes pada tahun yang sama sebanyak
685 institusi yang mana terbanyak adalah jurusan Keperawatan (72,7%), sedangkan
selebihnya adalah jurusan Kefarmasian (11,24%), Keteknisian Medis (10,36%),
Kesehatan Masyarakat (1,89%), Keterapian Fisik (2,48%), dan Gizi (1,31%)
Untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam Poltekkes, mulai tahun
2004 Pusdiknakes sudah melakukan akreditasi. Sampai dengan Desember 2006, 181
(88,29%) jurusan Poltekkes telah diakreditas (Lampiran 5.17). Dari akreditas yang sudah
dilakukan, 73 jurusan (40,33%) termasuk dalam strata A, 104 jurusan (57,46%)

113

termasuk dalam strata B dan 4 jurusan (2,21%) termasuk dalam strata C. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 5.18.
GAMBAR 5.18
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS JURUSAN POLTEKKES
TAHUN 2004-2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Sedangkan untuk institusi non Poltekkes tahun 2006 , 518 institusi (75,62%)
sudah diakriditas , 24,38% sisanya belum diakreditas. Institusi yang sudah diakreditasi
tersebut 61 (11,78%) termasuk dalam strata A, 402 (77,61%) termasuk dalam strata
B dan 54 (10,42%) termasuk dalam strata C. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 5.19.
GAMBAR 5.19
PERKEMBANGAN STRATA AKREDITAS INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2004-2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

Bila dilihat menurut kepemilikannya, jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes


pada tahun 2006 sebanyak 81,17% adalah milik swasta, sedangkan selebihnya adalah
milik Pemerintah Daerah (14,45%), dan TNI/POLRI (4,37%). Jumlah institusi Diknakes
Non Poltekkes milik Pusat mengalami penurunan karena institusi milik pusat bergabung
dengan Poltekkes. Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut jenis jurusan atau
program studi dan status kepemilikan pada tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.18
dan 5.20.

114

B. TENAGA KESEHATAN
1. Perencanaan Tenaga Kesehatan

Berdasarkan Renstra Departemen Kesehatan tahun 2005-2009, pada tahun 2010,


ratio tenaga kesehatan per 100000 penduduk berdasarkan kategori, diharapkan mencapai
angka/target sebagai berikut:
TABEL 5.3
RATIO TENAGA KESEHATAN PER 100000 PENDUDUK
TAHUN 2010

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Jenis Tenaga

Rasio per 100000 penduduk

Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Apoteker
Asisten Apoteker
Sarjana Kesmas
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisan Medis

9
30
11
158
75
16
9
18
8
10
18
4
6

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007

Berdasarkan rasio tenaga kesehatan di atas, dengan menggunakan proyeksi


penduduk 2010 diharapkan sampai tahun 2010 kebutuhan tenaga kesehatan dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

115

GAMBAR 5.20
KEBUTUHAN TENAGA KESEHATAN TAHUN 2010
UNTUK MENCAPAI INDONESIA SEHAT 2010
MENURUT JENIS TENAGA

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2007

2. Persebaran SDM Kesehatan

Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM kesehatan membuat prediksi tenaga


kesehatan tahun 2006 berdasarkan tenaga kesehatan tahun 2003 ditambahkan dengan
lulusan per tahunnya.
TABEL 5.4.
JUMLAH TENAGA KESEHATAN DAN RASIO TENAGA KESEHATAN
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006

No

Jenis Tenaga

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Apoteker
Asisten Apoteker
Sarjana Kesmas
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisan Medis

Jumlah Tenaga
12.374
44.564
11.289
308.306
79.152
8.230
10.207
39.106
9.739
18.094
15.342
5.290
10.318

Sumber : Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan SDM, 2007

116

Rasio per 100000


penduduk
5,53
19,93
5,05
137,87
35,4
3,68
4,56
17,49
4,36
8,09
6,86
2,37
4,61

2.1. SDM Kesehatan di Daerah

SDM kesehatan di daerah terdiri dari SDM Kesehatan yang bertugas di unit
kesehatan (sarana pelayanan dan non pelayanan ) di provinsi dan Kabupaten/Kota denga
status kepegawaian PNS,CPNS,PTT,TNI/POLRI dan swasta yang bekerja di Dinas
Kesehatan Provinsi dan UPT, Dinas Kabupaten/Kota dan UPT, rumah sakit/poliklinik dan
sarana kesehatan lainnya milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan
TNI/POLRI, pada tahun 2005 sebanyak 320.307 orang yang terdiri dari 279.628 orang
(87,30%) tenaga kesehatan dan 40.679 orang (12,70%) tenaga non kesehatan.
Persebaran SDM Kesehatan Daerah terbanyak berada di provinsi Jawa Timur yaitu
62.467 orang, kemudian Jawa Barat 32.737 orang dan DKI
Jakarta 27.001
orang.Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM terendah adalah Sulawesi Barat 654
orang, Gorontalo 1.389 orang dan Maluku Utara 1590 orang.
Berdasarkan profesinya dari 279.628 orang tenaga kesehatan, terbanyak adalah
perawat (perawat + S.Keperawatan) 117.989 orang (42,19%) dan Bidan 66.860 orang
(23,91%). Jumlah, persentase tenaga kesehatan dan rasio per 100.000 penduduk menurut
jenisnya disajikan disajikan pada tabel 5.5 di bawah ini.
TABEL 5.5
JUMLAH, PERSENTASE DAN RASIO PER 100.000 PENDUDUK
TENAGA KESEHATAN MENURUT JENISNYA
TAHUN 2005

No

Jenis Tenaga

Jumlah Tenaga

Persentase

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Dokter Spesialis
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Apoteker
Asisten Apoteker
Sarjana Kesmas
Sanitarian
Gizi
Keterapian Fisik
Keteknisan
Medis

9.717
25.530
7.767
117.989
66.860
3.540
10.103
6.789
12.080
8.226
2.618
8.409

3,47
9,13
2,78
42,19
23,91
1,27
3,61
2,43
4,32
2,94
0,94
3,01

Rasio per
100000
penduduk
4,43
11,66
3,55
53,91
30,54
1,62
4,61
3,10
5,52
3,76
1,20
3,84

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

117

Jumlah SDM Kesehatan menurut jenis dan provinsi pada tahun 2005 dapat dilihat
pada lampiran 5.21. Sedangkan gambaran rasio dokter per 100.000 penduduk dapat dilihat
pada gambar 5.21, rasio perawat per 100.000 penduduk pada gambar 5.22 dan rasio bidan
per 100.000 penduduk pada gambar 5.23
GAMBAR 5.21
RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

GAMBAR 5.22
RASIO PERAWAT PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

GAMBAR 5.23
RASIO BIDAN PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2005

Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

118

2.2. SDM Kesehatan di Rumah Sakit

Berdasarkan laporan Ditjen Bina Yanmedik, jumlah SDM yang bekerja di rumah
sakit tahun 2006 adalah 250.024 orang, terdiri dari 164.302 orang (65,7%) tenaga
kesehatan dan 85.722 orang (34,3%) tenaga non kesehatan. Provinsi dengan jumlah tenaga
kesehatan terbanyak adalah DKI Jakarta (45.671 orang), diikuti Jawa Tengah (35.206
orang) dan Jawa Timur (35.159 orang). Sedangkan provinsi dengan jumlah SDM kesehatan
terendah adalah Gorontalo (309 orang), Maluku Utara (449 orang) dan Bangka Belitung
(792 orang). Berdasarkan profesinya, dari 164.302 tenaga kesehatan, terbanyak adalah
keperawatan 108.334 orang (65,94%) dan medis 26.092 orang (15,88%), yang dapat dilihat
pada Lampiran 5.22.
2.3. SDM Kesehatan di Puskesmas

Jumlah SDM Kesehatan yang bertugas di Puskesmas tahun 2006 adalah 143.502
orang. Jumlah dokter umum yang bekerja di Puskesmas sebanyak 10.763 orang. Dengan
jumlah Puskesmas sebanyak 8.015, maka rata-rata tiap Puskesmas dilayani oleh 1-2 orang
dokter umum. Jumlah dokter gigi yang bekerja di Puskesmas sebanyak 4.296 orang yang
berarti belum semua Puskesmas memiliki dokter gigi. Jumlah perawat sebanyak 52.753
orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang perawat. Jumlah bidan sebanyak
52.168 orang sehingga setiap Puskesmas dilayani 6-7 orang bidan. Data selengkapnya
dapat dilihat dalam Lampiran 5.23.
3. SDM Kesehatan Status Pegawai Tidak Tetap

Departemen Kesehatan memiliki 3 jenis tenaga Pegawai Tidak Tetap (PTT) yaitu
Dokter, Dokter Gigi dan Bidan. Sampai dengan Desember 2006 tercatat masih aktif di
lapangan sejumlah 46.343 orang yang terdiri dari 8.896 Dokter Umum, 2.555 Dokter
Gigi dan 34.892 Bidan.
Dokter Umum PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (1.026
orang/11,53%), sedangkan provinsi dengan Dokter Umum PTT paling sedikit adalah DKI
Jakarta (42 orang/0,47%).
Dokter Gigi PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Timur (301
orang/11,78%), sedangkan provinsi dengan Dokter Gigi PTT paling sedikit adalah
Maluku Utara (5 orang/0,19%).
Bidan PTT terbanyak berada pada provinsi Jawa Tengah (4.599 orang/13,18%),
provinsi dengan Bidan PTT paling sedikit adalah provinsi Papua (4orang/0,01%)
sedangkan provinsi yang tidak memiliki Bidan PTT adalah DKI dan Irian Jaya Barat
yang dapat dilihat pada lampiran 5.24.

119

4. Peserta Didik pada Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan


4.1. Peserta Didik Poltekkes dan Non Poltekkes

Pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah peserta didik sebanyak 183.061 orang terdiri
dari peserta didik Poltekkes sebanyak 43.350 orang (23,68%) dan peserta didik non
Poltekkes sebanyak 139.711 orang (76,32%). (Lampiran 5.27 dan Lampiran 5.28)
Bila dilihat dari jenjang pendidikannya, jenjang pendidikan tinggi (JPT) sebanyak
166.786 (91,11%) dan jenjang pendidikan menengah (JPM) sebanyak 16.275 orang
(8,89%). Perkembangan jumlah peserta didik menurut jenjang pendidikan pada tahun
2004 2006 dapat dilihat pada Gambar 5.24 di bawah ini.
GAMBAR 5.24
PERKEMBANGAN JUMLAH PESERTA DIDIK POLTEKES DAN NON POLTEKES
MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
TAHUN 2004 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

4.2. Peserta Didik Program Khusus

Selain peserta didik yang berasal dari jalur umum terdapat peserta didik program
(progsus) yang diselenggarakan oleh institusi Poltekkes dan institusi non Poltekkes
dengan persyaratan institusi/program studi yang telah memenuhi kriteria akreditas strata
B dengan nilai minimal 80. Jumlah peserta didik Progsus tahun 2006 adalah 7.268
dengan Keperawatan (48,21%), Kebidanan (42,95%), Farmasi (2,27%), Analisis
Kesehatan (2,02), Kesehatan Gigi (2,63%), Gizi (1,17%) dan Kesehatan Lingkungan
(0,74%) yang dapat dilihat pada lampiran 5.29. Sedangkan perkembangan progus dari
tahun 2004-2005 dapat dilihat pada tabel 5.6.

120

TABEL 5.6
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004-2006
NO
1
2
3
4
5
6
7

JENIS PENDIDIKAN
Keperawatan
Kebidana
Gizi
Kesehatan Gigi
Analisis Kesehatan
Kesehatan Lingkungan
Farmasi
Total

2004
4.209
2.095
160
99
116
16
6.695

TAHUN
2005
4.333
2.252
165
125
341
53
40
7.309

2006
3.504
3.122
85
191
147
54
165
7.268

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

5. Lulusan

Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes tahun 2006 sebanyak 46.891 orang.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 8,24% dari tahun 2005, dimana pada
tahun 2005 lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes turun sebesar 4,92% dari tahun 2004
yang dapat dilihat dari tabel 5.7.
TABEL 5.7
PERKEMBANGAN JUMLAH LULUSAN POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN 2004 2006
No

JENIS TENAGA
KESEHATAN

JUMLAH LULUSAN
2004
2005
1
Keperawatan
33.716
31.179
2
Kefarmasian
4.143
4.130
3
Kesehatan Masyarakat
1.923
1.855
4
Gizi
1.368
1.519
5
Keterapian Fisik
740
739
6
Keteknisan Medis
3.674
3.898
Total
45.562
43.320
Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan

2006
33.941
5.045
1.557
1.415
858
4.075
46.891

Sebagian besar lulusan tersebut dihasilkan oleh institusi Non Poltekkes yaitu
sebanyak 35.172 lulusan (75,09%) dan sisanya dihasilkan institusi Poltekkes yaitu
sebanyak 11.687 lulusan (24,91%).
Untuk lulusan Non Poltekkes lulusan terbanyak adalah jenis Keperawatan yakni
sebesar 73,02%, jumlah lulusan terbanyak berikutnya berturut-turut adalah jenis
Keteknisian Medis yaitu sebesar 9,20%, Keterapian Fisik sebesar 1,98%, Kesehatan

121

Masyarakat yaitu sebesar 1,52% , Kefarmasian yakni 1,35%, dan yang paling sedikit
dari jenis Gizi yaitu sebesar 0,86% .
Sedangkan untuk lulusan Poltekkes lulusan yang terbanyak adalah jenis
Keperawatan yakni sebesar 70,74, diikuti jenis Gizi (9,53%), Kesehatan Masyarakat
(8,74%), Keteknisan Medis (6,83%), Kefarmasian (2,79%) dan yang paling sedikit
dari jenis Keterapian Fisik (1,37%). (Lampiran 5.30)
Tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga kesehatan institusi non
poltekkes pada tahun 2006 adalah provinsi Jawa Tengah (6.159 lulusan), DKI Jakarta
(5.503 lulusan), Jawa timur (5.346 lulusan). Untuk jenis keperawatan dari institusi
non poltekkes lulusan terbanyak dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 3.029
orang, terbanyak berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah yakni 2.930 orang.
Untuk institusi Poltekkes tiga provinsi terbanyak menghasilkan lulusan tenaga
kesehatan adalah Jawa Timur (1.323 lulusan), Jawa Barat (1.172 lulusan) dan DKI
Jakarata (1.101 lulusan). Untuk jenis Keperawatan dari institusi Poltekkes lulusan
terbanyak dihasilkan oleh Provinsi DKI Jakarta yakni 354 orang, terbanyak
berikutnya dihasilkan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 346 orang. Distribusi lulusan
institusi diknakes non poltekkes berdasarkan provinsi dan jenis ketenagaan secara
rinci dapat dilihat pada lampiran 5.31dan 5.32.
6. Peserta Pendidikan dan Pelatihan Pegawai

Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk membina profesionalitas pegawai


dalam rangka meningkatkan kualitas tenaga kesehatan. Pelatihan bagi tenaga kesehatan
terdiri atas pelatihan pra/jabatan atau pra/tugas, pelatihan struktural, pelatihan fungsional,
dan pelatihan teknis. Data pelatihan bagi tenaga kesehatan didapat dari laporan kegiatan
Bapelkes dan dari permintaan sertifikat pelatihan ke Pusdiklat. Sedangkan data pelatihan
lainnya yang tidak dilaksanakan di Bapelkes dan sertifikatnya tidak diperoleh melalui
Pusdiklat, tidak tersedia.
Pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan Pusdiklat dan Bapelkes nasional
tahun 2006 yang paling sering adalah jenis diklat teknis (44,81%), diikuti manajemen
kesehatan (32,37%), diklat fungsional (9,13%), pra jabatan (9,13%), dan yang terakhir
diklat pimpinan sebagaimana disajikan dalam gambar 5.25.
GAMBAR 5.25
PROPORSI PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN
PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL
TAHUN 2006

Sumber : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, Depkes RI, 2007

122

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan di Indonesia terdiri dari pembiayaan kesehatan oleh


pemerintah dan pembiayaan kesehatan oleh masyarakat yaitu mengenai pengeluaran
rumah tangga untuk kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan.
1. Pembiayaan Kesehatan oleh Pemerintah

Pada periode tahun 2002-2006, jumlah alokasi anggaran Departemen Kesehatan


baik yang dikelolah unit pusat maupun yang didistribusikan untuk seluruh provinsi
meningkat dan dapat dilihat pada Gambar 5.26 di bawah ini. Pada tahun 2003 alokasi
anggaran Departemen Kesehatan meningkat 49,34%, tahun 2004 meningkat 19,81%,
tahun 2005 meningkat cukup besar yaitu 73,34% dan tahun 2006 naik lagi menjadi
43,52%. Sedangkan realisasinya dari tahun 2000-2006 di atas 60% (tahun 2002: 93,74%,
2003: 83,49%, 2004: 84,52%, 2005: 61,09% dan 2006: 80,05%).
GAMBAR 5.26
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN DEPKES
TAHUN 2002 2006

Sumber: Biro Keuangan dan Perlengkapan, Depkes RI

2. Pembiayaan Kesehatan oleh Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan kesehatannya,


sejak lama sudah dikembangkan berbagai cara untuk memberikan jaminan kesehatan bagi
masyarakat. Pembiayaan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber pembiayaan (non JPK
dan JPK) dari tahun 2002 2006, dapat kita lihat dalam Gambar 5.27 yaitu non JPK dari
tahun ke tahun menurun sedangkan JPK dari tahun ke tahun meningkat yang disebabkan
peningkatan kartu sehat dari tahun ke tahun seperti yang terlihat dalam Gambar 5.28.

123

GAMBAR 5.27
PROPORSI PEMBIAYAAN KESEHATAN MASYARAKAT
BERDASARKAN SUMBER PEMBIAYAAN
TAHUN 2002 - 2006

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Rincian jumlah dan persentase kepesertaan penduduk dalam jaminan pemeliharaan


kesehatan tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 5.34 dan lampiran 5.35.
GAMBAR 5.28
PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK
DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
TAHUN 2002 2006

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

***

124

BAB VI
PERBANDINGAN INDONESIA DENGAN
NEGARA-NEGARA ASEAN DAN SEARO

Indonesia merupakan salah satu anggota sekaligus pendiri ASEAN (Association of


South East Asian Nations) yaitu organisasi negara-negara di Asia Tenggara yang
beranggotakan 10 negara. ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk mengukuhkan kerjasama
negara-negara di Asia Tenggara dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya serta
pertahanan dan keamanan.
Sedangkan berdasarkan pengelompokkan negara menurut WHO, Indonesia termasuk
dalam negara SEARO (South East Asian Region/SEARO) bersama 10 negara lainnya, yaitu
Bangladesh, Bhutan, Korea Utara (Democratic Peoples Republic of Korea/DPR Korea),
India, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.
Perbandingan antar negara, baik dengan negara-negara ASEAN maupun SEARO,
dilakukan untuk melihat posisi Indonesia terhadap negara-negara lain dalam kawasan yang
sama. Dalam bab ini akan dibahas perbandingan antara Indonesia dengan negara ASEAN dan
SEARO dari aspek kependudukan, derajat kesehatan, dan upaya kesehatan.
A. KEPENDUDUKAN

Informasi tentang penduduk penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan


sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Jumlah penduduk yang besar
dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Beberapa
indikator yang digunakan untuk mengetahui keadaan penduduk yaitu jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, angka beban tanggungan, dan angka
kelahiran.
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
1.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan data dari world populations data sheet, pada pertengahan tahun 2006,
Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak di antara negara anggota ASEAN
lainnya dengan jumlah penduduk 225,5 juta jiwa. Dengan wilayah negara terluas Indonesia
selalu menempati rangking satu negara dengan jumlah penduduk tertinggi di ASEAN.
Sedangkan Brunei Darussalam memiliki jumlah penduduk paling rendah yaitu 0,4 juta jiwa.
Sementara bila dilihat berdasarkan kepadatan penduduk, Singapura tercatat sebagai
negara yang paling padat yaitu 7.174 penduduk per km2. Angka tersebut jauh di atas negara
125

anggota ASEAN lainnya yang mempunyai kepadatan penduduk di bawah 300 per km2.
Kepadatan penduduk terendah terjadi di Laos yaitu 25 penduduk per km2.
Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk masing-masing negara anggota ASEAN
dapat dilihat pada Gambar 6.1 dan 6.2 berikut.
GAMBAR 6.1
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

GAMBAR 6.2
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
(per km2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

1.2. Kawasan SEARO

Jika di kawasan ASEAN, Indonesia menempati peringkat pertama dengan penduduk


terbesar, di kawasan SEARO Indonesia menempati peringkat kedua setelah India. India
merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di antara negara SEARO bahkan
menduduki peringkat kedua di dunia setelah China dengan jumlah penduduk 1.121,8 juta
jiwa. Sedangkan 9 negara lainnya berpenduduk kurang dari 100 juta jiwa, bahkan jumlah
penduduk di Maladewa dan Bhutan masing-masing 0,3 juta dan 0,9 juta jiwa dan merupakan
negara dengan jumlah penduduk terkecil di kawasan SEARO.
Walaupun memiliki jumlah penduduk terkecil, dengan luas wilayah yang juga relatif
kecil Maladewa merupakan negara dengan kepadatan penduduk kedua tertinggi setelah
Bangladeshh yaitu 990 jiwa per km2. Kepadatan penduduk terendah adalah Bhutan yaitu 19
jiwa per km2.
GAMBAR 6.3
JUMLAH PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

GAMBAR 6.4
KEPADATAN PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
(per km2) TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

2. Laju Pertumbuhan Penduduk

Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah


penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya
jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk di segenap
126

bidang kehidupan. Indikator tersebut biasa dikenal dengan laju pertumbuhan penduduk. Laju
pertumbuhan penduduk dipengaruhi tiga faktor, yakni kelahiran, kematian, dan migrasi.
2.1. Kawasan ASEAN

Selama periode waktu 1990-2005, laju pertumbuhan penduduk yang tertinggi di


antara negara anggota ASEAN terjadi di Brunei Darussalam dan Kamboja dengan laju
pertumbuhan penduduk masing-masing 2,5%. Sedangkan Thailand, Indonesia, dan Myanmar
merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk paling lambat yaitu masing-masing
1%, 1,4%, dan 1,4%.
2.2. Kawasan SEARO

Berdasarkan sumber yang sama selama periode waktu 1990-2005 laju pertumbuhan
penduduk di negara-negara SEARO berkisar antara 0,9 dan 2,8 dengan laju tertinggi terjadi
di Maladewa. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Korea Utara (DPR
Korea). Laju pertumbuhan penduduk di negara anggota ASEAN dapat dilihat pada Lampiran
6.1 dan laju pertumbuhan penduduk di negara-negara SEARO di Lampiran 6.2.
3. Penduduk Menurut Kelompok Umur

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang


secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Semakin tinggi persentase dependency ratio
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif (kelompok umur 0-14 tahun) dan
tidak produktif lagi (kelompok umur 65 tahun keatas).
3.1. Kawasan ASEAN

Dilihat dari persentase penduduk menurut kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok
umur 65 tahun ke atas untuk keadaan tahun 2006, Laos dan Kamboja merupakan negara yang
terbesar untuk kelompok umur tersebut, masing-masing adalah 43% dan 37% untuk
kelompok umur 0 14 tahun serta 4% dan 3% untuk kelompok umur 65 tahun ke atas.
Sebaliknya Singapura dan Thailand merupakan negara dengan komposisi penduduk
kelompok umur 0 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke atas terendah. Gambar 6.5
berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk usia produktif (kelompok umur 15-64 tahun)
dan penduduk non produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas).
GAMBAR 6.5
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

127

Persentase penduduk kelompok umur 0 14 tahun dan kelompok umur 65 tahun ke


atas tersebut memberikan pengaruh pada Rasio Beban Tanggungan (Dependency Ratio).
Indikator rasio beban tanggungan mengukur seberapa besar tanggung jawab sosial ekonomi
yang ditanggung oleh kelompok umur pekerja yaitu yang berumur 15-64 tahun.
Dengan distribusi penduduk seperti yang telah disebutkan di atas, Laos merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan tertinggi (70%) sedangkan Singapura merupakan
negara dengan Angka Beban Tanggungan terendah (42%). Hal tersebut bisa dilihat pada
Gambar 6.5. Sementara Indonesia memiliki Angka Beban Tanggungan 51, hal tersebut
berarti setiap 100 orang usia produktif di Indonesia menanggung 51 orang yang belum
produktif dan yang dianggap tidak produktif lagi.
3.2. Kawasan SEARO

Gambar 6.6 memperlihatkan komposisi penduduk produktif dan penduduk non


produktif di negara-negara anggota SEARO pada tahun 2006. Timor Leste adalah negara
dengan komposisi penduduk usia non produktif tertinggi yaitu 46% (43% kelompok usia 0-14
tahun dan 3% kelompok usia 65 tahun ke atas). Sebaliknya, dua negara dengan penduduk non
produktif terendah di kawasan tersebut adalah Thailand yaitu 30%. Hal tersebut berarti Timor
Leste merupakan negara dengan angka beban tanggungan tertinggi sedangkan Thailand
merupakan negara dengan angka beban tanggungan terendah. Komposisi penduduk
kelompok umur 0 14 tahun, 15-64 tahun, 65 tahun ke atas, serta besar angka beban
tanggungan di kawasan SEARO secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.2
GAMBAR 6.6
KOMPOSISI PENDUDUK DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia disebut juga dengan Human Development Index


didapat dengan mengukur 3 faktor, yaitu panjangnya masa hidup dan kondisi kesehatan
(diukur dengan usia harapan hidup sejak lahir), pendidikan (diukur dengan angka melek
huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan), dan standar hidup yang layak
(diukur dengan keseimbangan daya beli- purchasing power parity- dan pendapatan).
Berdasarkan standar dunia, Indeks Pembangunan Manusia dikategorikan tinggi jika IPM >
0,799, sedang jika IPM 0,500-0,799, dan rendah jika IPM < 0,500.

128

4.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan kategori tersebut, pada tahun 2005, 70% negara anggota ASEAN masuk
dalam kategori sedang, termasuk juga Indonesia dengan IPM 0,728. Sedangkan 30% negara
lainnya masuk dalam IPM berkategori tinggi, negara tersebut adalah Singapura, Brunei
Darussalam, dan Malaysia.
GAMBAR 6.7
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: Human Development Report 2007/2008

4.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2005 seluruh negara di SEARO (tanpa Korea Utara/DPR Korea) memiliki
indeks pembangunan manusia antara 0,514-0,781 termasuk juga Indonesia. Hal itu berarti
seluruh negara di kawasan tersebut masuk dalam kategori IPM sedang. IPM tertinggi adalah
Thailand (0,781) dan terendah adalah Timor Leste (0,514).
GAMBAR 6.8
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Tidak ada data

Sumber: Human Development Report 2007/2008

129

5. Angka Kesuburan Wanita

TFR merupakan gambaran mengenai rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang
perempuan dari usia 15 sampai 49 tahun. Perbandingan angka TFR antar negara dapat
menunjukkan keberhasilan negara dalam melaksanakan pembangunan sosial ekonominya.
Angka TFR yang tinggi merupakan cerminan rata-rata usia kawin yang rendah, tingkat
pendidikan yang rendah terutama perempuannya, tingkat sosial ekonomi rendah atau tingkat
kemiskinan yang tinggi. Selain itu tentu saja menunjukkan tingkat keberhasilan program
keluarga berencana yang dilaksanakan di daerah tersebut.
Diketahuinya TFR untuk suatu daerah akan membantu para perencana program
pembangunan untuk meningkatkan rata-rata usia kawin, dan meningkatkan program
pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan ibu hamil dan perawatan anak.
Angka Kesuburan Wanita atau Total Fertility Rate (TFR) dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tingkat yaitu rendah, sedang, dan tinggi (ADB, Key Indicators 2002). Kesuburan
rendah terjadi ketika angka kesuburan wanita 2,1 atau kurang; kesuburan sedang antara 2,23,9; dan kesuburan tinggi jika angka kesuburan wanita 4 atau lebih.
5.1. Kawasan ASEAN
GAMBAR 6.9
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Dengan menggunakan klasifikasi tersebut, maka pada tahun 2006 negara-negara yang
termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita rendah adalah Singapura (1,2), Thailand
(1,7), dan Vietnam (2,1). Sedangkan Laos merupakan satu-satunya negara anggota ASEAN
yang termasuk dalam kategori angka kesuburan wanita tinggi yaitu 4,8. Sedangkan Indonesia
masuk dalam kategori sedang dengan angka kesuburan wanita 2,4 yang berarti untuk setiap
wanita di Indonesia rata-rata memiliki anak 2 sampai dengan 3 selama hidupnya.
5.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2006, di antara 11 negara di SEARO, Thailand, Sri Lanka, dan Korea
Utara (DPR Korea) termasuk negara dengan angka fertilitas total berkategori rendah.
Indonesia, Myanmar, Maladewa, Bhutan, India, Bangladeshh, dan Nepal masuk dalam
130

kategori sedang. Sedangkan Timor Leste merupakan satu-satunya negara di SEARO yang
masuk dalam kategori tinggi yaitu 6,3. Besaran angka kesuburan total per negara dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
GAMBAR 6.10
ANGKA KESUBURAN WANITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Pada Lampiran 6.3 dan 6.4 dapat dilihat bahwa tingginya angka kesuburan wanita
mempengaruhi angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk. Semakin tinggi angka kesuburan
wanita maka semakin tinggi angka kelahiran kasar begitu pula sebaliknya semakin rendah
angka kesuburan wanita semakin rendah angka kelahiran kasar. Tingginya angka kelahiran
kasar juga memberikan kontribusi pada persentase penduduk kelompok umur 0-14 tahun dan
akhirnya memberi dampak pada angka beban tanggungan. Maka negara yang memiliki angka
kesuburan wanita tinggi kemungkinan memiliki angka beban tanggungan tinggi seperti yang
terjadi pada Laos dan Timor Leste. Sementara negara yang memiliki angka kesuburan wanita
rendah memiliki kemungkinan angka beban tanggungan yang rendah pula seperti terjadi pada
Singapura dan Thailand.
6. Angka Kelahiran Kasar

Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1.000 penduduk pada pertengahan tahun yang
sama. Tingkat kelahiran di masa lalu mempengaruhi tingginya tingkat fertilitas masa kini.
Jumlah kelahiran yang besar di masa lalu disertai dengan penurunan kematian bayi akan
menyebabkan bayi-bayi tersebut tetap hidup dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya disaat kematian bayi masih tinggi.
6.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.11 memperlihatkan angka kelahiran kasar pada tahun 2006 di negaranegara ASEAN dengan kisaran 10 sampai 36 per 1.000 penduduk. Angka tertinggi, seperti
tahun-tahun sebelumnya, terjadi di Laos dengan angka kelahiran kasar 36 per 1.000
penduduk dan diikuti oleh Kamboja yaitu 30 per 1.000 penduduk. Sedangkan Singapura
memiliki angka kelahiran kasar terendah yaitu 10 kelahiran per 1.000 penduduk. Indonesia
sendiri memiliki angka kelahiran kasar sebesar 20 kelahiran untuk setiap 1.000 penduduk.
131

GAMBAR 6.11
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

6.2. Kawasan SEARO

Pada tahun 2006 kisaran angka kelahiran kasar di negara-negara SEARO antara 14
sampai 42 per 1.000 penduduk. Terendah adalah Thailand (14) dan Korea Utara/DPR Korea
(16) sedangkan tertinggi Timor Leste (42) dan Nepal (31). Gambar 6.12 memperlihatkan
perbandingan angka kelahiran kasar 11 negara di SEARO.
GAMBAR 6.12
ANGKA KELAHIRAN KASAR DI NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

7. Sosial Ekonomi

Pendapatan Nasional merupakan salah satu indikator untuk mengukur pertumbuhan


ekonomi suatu negara. Pendapatan Nasional Bruto perkapita (Gross National Income) terdiri
dari sejumlah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara, beserta pendapatan
yang diterima dari negara lain.
7.1. Kawasan ASEAN

Berdasarkan Gambar 6.13 Pendapatan Nasional Bruto perkapita tertinggi di antara


negara anggota ASEAN (tidak termasuk Brunei Darussalam dan Myanmar) adalah Singapura
(31.700 US$ perkapita) diikuti oleh Malaysia (11.300 US$ per kapita). Sedangkan negara132

negara lain memiliki Pendapatan Nasional Bruto per kapita kurang dari 10.000 US$. Laos
dan Kamboja merupakan negara dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita terendah yaitu
masing-masing 2.050 US$ dan 2.920 US$. Sedangkan Indonesia memiliki Pendapatan
Nasional Bruto per kapita 3.950 US$.
GAMBAR 6.13
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

7.2. Kawasan SEARO

Dari keenam negara di SEARO (5 negara tidak terdapat data), Pendapatan Nasional
Bruto per kapita tertinggi adalah Thailand, 8440 US$. Sedangkan kelima negara lain, yaitu
Bangladeshh, India, Indonesia, Nepal, dan Sri Lanka memiliki Pendapatan Nasional Bruto
per kapita kurang dari 5000 US$. Jika dibandingkan dengan 5 negara di SEARO, Indonesia
berada di peringkat ke-3 tertinggi dengan Pendapatan Nasional Bruto per kapita.
GAMBAR 6.14
PENDAPATAN NASIONAL BRUTO DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

133

B. DERAJAT KESEHATAN
MORTALITAS
1. Angka Kematian Bayi

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal adalah kematian
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neonatal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu rendah jika
AKB kurang dari 20; sedang 20-49; tinggi 50-99; dan sangat tinggi jika AKB di atas 100.
1.1. Kawasan ASEAN
GAMBAR 6.15
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan gambar di atas dengan menggunakan klasifikasi tersebut maka 40%


negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Vietnam termasuk
negara dengan angka kematian bayi rendah. 30% negara yaitu Filipina, Thailand, dan
Indonesia termasuk kelompok sedang. Sedangkan 30% negara lainnya masuk dalam
kelompok negara yang memiliki angka kematian bayi tinggi. Tidak ada negara yang masuk
dalam kelompok AKB sangat tinggi (>100), akan tetapi AKB di Kamboja telah mencapai 98
kematian per 1000 kelahiran hidup. Hal itu berarti AKB di Kamboja mendekati kelompok
AKB sangat tinggi.

134

1.2. Kawasan SEARO


GAMBAR 6.16
ANGKA KEMATIAN BAYI DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

Berdasarkan klasifikasi di atas maka 18,18% negara di SEARO masuk dalam kategori
negara dengan angka kematian bayi rendah, 36,36% kategori sedang dan sisanya, yaitu
45,45% termasuk kategori tinggi. Perbandingan dan besar angka kematian bayi di SEARO
dapat dilihat pada Gambar 6.16.
2. Angka Kematian Balita
Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah satu hal yang dianggap
penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus kematian yang tinggi biasanya
jumlah kematian terbanyak terjadi pada usia balita ketika saat itu mereka rentan terhadap
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 70% kematian disebabkan diare,
pneumonia, campak, malaria, dan malnutrisi.
2.1. Kawasan ASEAN
GAMBAR 6.17
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

135

Data yang didapat dari Immunization Summary 2007 memperlihatkan perbedaan yang
mencolok angka kematian balita di antara negara-negara anggota ASEAN pada tahun 2005.
Angka kematian balita terendah dicapai Singapura yaitu 3 kematian per 1.000 kelahiran
hidup sedangkan tertinggi dicapai Kamboja 143 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Sebagian besar negara ASEAN memiliki angka kematian balita di bawah 100, hanya
Kamboja dan Myanmar yang memiliki angka kematian balita diatas 100 per 1.000 kelahiran
hidup. Sedangkan di Indonesia terjadi kematian 36 balita per 1000 kelahiran hidup. Gambar
6.17 memperlihatkan angka kematian balita di sepuluh negara ASEAN.
2.2. Kawasan SEARO
GAMBAR 6.18
ANGKA KEMATIAN BALITA DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: Immunization Summary 2007

Menurut sumber yang sama, angka kematian balita di SEARO berkisar antara 14
sampai 105. Myanmar merupakan negara dengan angka kematian balita tertinggi, sedangkan
terendah adalah Sri Lanka. Sementara di kawasan ini, Indonesia berada pada urutan ke-3
terendah dengan angka kematian balita 36 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
3. Angka Kematian Kasar

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan berapa
besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1.000 penduduk.
Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang masih
muda.Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan.
3.1. Kawasan ASEAN

Di antara negara-negara anggota ASEAN, pada tahun 2006 Laos merupakan negara
dengan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR) tertinggi, yakni sebesar 13 per
1.000 penduduk. Sementara itu, Indonesia, Kamboja, Thailand, dan Myanmar memiliki
angka kematian kasar sedang dengan kisaran antara 6 sampai 10 kematian per 1.000
penduduk. Sedangkan Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam

136

memiliki angka kematian kasar di bawah 6 bahkan Brunei Darussalam memiliki nilai CDR 3
kematian untuk setiap 1.000 penduduk
GAMBAR 6.19
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

3.2. Kawasan SEARO

Di antara negara-negara di SEARO, Timor Leste merupakan penduduk dengan angka


kematian kasar tertinggi pada tahun 2006 yaitu 15 kematian per 1000 penduduk. Negara
dengan angka kematian terendah adalah Maladewa dengan 3 kematian per 1000 penduduk.
Sedangkan Indonesia merupakan negara ke-2 terendah untuk angka kematian kasar di
kawasan ini.
GAMBAR 6.20
ANGKA KEMATIAN KASAR DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

137

4. Usia Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada


umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara.
Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat
akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi
dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan
dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
Usia harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan
pada khususnya. Usia harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan
program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan
lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
4.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.21 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 di antara kesepuluh negara
anggota ASEAN, Singapura merupakan negara dengan usia harapan hidup waktu lahir
(Expectation of Life at Birth) paling tinggi yaitu 80 tahun. Negara yang memiliki umur
harapan hidup waktu lahir terendah adalah Laos yaitu 54 tahun. Sedangkan Indonesia
memiliki umur harapan hidup 69 tahun.
GAMBAR 6.21
USIA HARAPAN HIDUP DI NEGARA ANGGOTA ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

4.2. Kawasan SEARO

Gambar 6.22 memperlihatkan umur harapan hidup negara-negara di SEARO pada


tahun 2006. Timor Leste adalah satu-satunya negara di SEARO yang masih memiliki umur
harapan hidup kurang dari 60 tahun, yaitu 56 tahun. Sedangkan 4 negara memiliki angka
harapan hidup 70 tahun ke atas, yaitu Sri Lanka, Korea Utara (DPR Korea), Thailand, dan
Maladewa. Sementara 6 negara lain di SEARO memiliki harapan hidup antara 60-69 tahun,
termasuk Indonesia dengan umur harapan hidup 69 tahun.
138

GAMBAR 6.22
UMUR HARAPAN HIDUP DI NEGARA KAWASAN ASEAN
TAHUN 2006

Sumber: World Population Data Sheet, USAID, 2006

MORBIDITAS
1. Prevalensi Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis masih merupakan penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan


estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2005, 7,4 juta di antaranya
terdapat di Asia dan sub-Sahara Afrika. Akibat tuberkulosis 1,6 juta manusia meninggal,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV.
1.1. Kawasan ASEAN

Gambar 6.23 menunjukkan besarnya perbedaan prevalensi tuberkulosis per 100.000


penduduk dan kematian yang berhubungan dengan tuberkulosis per 100.000 penduduk di
negara-negara ASEAN yang diambil dari World Health Statistic 2007. Angka prevalensi
tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara anggota ASEAN berkisar antara 28 sampai
703 per 100.000 penduduk. Kamboja merupakan negara dengan prevalensi tuberkulosis
tertinggi yaitu masing-masing 703 per 100.000 penduduk. Sedangkan Singapura merupakan
negara dengan prevalensi tuberkulosis terendah yaitu 23 kasus per 100.000 ribu penduduk.
Sementara sebanyak 262 per 100.000 penduduk Indonesia menderita tuberkulosis.
GAMBAR 6.23
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2004/2005

Sumber: World Health Statistic, 2007

139

Masih menurut sumber yang sama, kematian akibat tuberkulosis pada tahun 2004
tertinggi terjadi di Kamboja yaitu 94 per 100.000 penduduk. Sedangkan kasus kematian
akibat tuberkulosis terendah terjadi di Brunei Darussalam dan Singapura masing-masing 5
kematian per 100.000 penduduk. Indonesia menempati urutan ke-3 tertinggi kasus kematian
akibat tuberkulosis yaitu 46 per 100.000 penduduk.
1.2. Kawasan SEARO

Angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 2005 di negara-negara SEARO berkisar


antara 53 sampai 713 per 100.000 penduduk. Negara dengan prevalensi tuberkulosis tertinggi
tahun 2005 adalah Timor Leste (713 per 100.000 penduduk) dan terendah adalah Maladewa
(53 per 100.000 penduduk).
GAMBAR 6.24
PREVALENSI DAN KEMATIAN AKIBAT TUBERKULOSIS
DI NEGARA SEARO TAHUN 2004/2005

Sumber: World Health Statistic, 2007

Sedangkan kematian akibat tuberkulosis berkisar antara 4 sampai 85 per 100.000


penduduk. Seperti angka prevalensi tuberkulosis, angka kematian tertinggi akibat
tuberkulosis juga terjadi di Timor Leste yaitu 85 kematian per 100.000 penduduk. Begitu
pula dengan angka terendah kematian akibat tuberkulosis terjadi di Maladewa (53 per
100.000 penduduk). Perbandingan prevalensi tuberkulosis dan kematian akibat tuberkulosis
antara Indonesia dengan negara-negara di SEARO dapat dilihat pada Gambar 6.24.
2. Avian Influenza

Kemunculan strain virus influenza yang baru pada manusia (strain H5N1) pertama
kali terdeteksi di Hongkong. Akibatnya sebanyak 18 orang harus dirawat di rumah sakit, dan
6 diantaranya meninggal dunia. Ditemukan fakta pertama kali bahwa virus avian influenza
dapat menular langsung dari unggas ke manusia. Sebelum tahun 1997, ilmuwan meyakini
penularan virus influenza dari unggas ke manusia tidak terjadi secara langsung.
2.1. Kawasan ASEAN

Avian influenza pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui
Vietnam, 3 orang dinyatakan menderita penyakit tersebut dan seluruhnya meninggal. Hingga
akhir tahun 2006, 4 negara di wilayah ASEAN telah terinfeksi avian influenza yaitu Vietnam,
Thailand, Indonesia, dan Kamboja.

140

GAMBAR 6.25
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
DI NEGARA ASEAN TAHUN 2003-2006

Sumber: WHO, 2007

Gambar 6.25 memperlihatkan jumlah kasus dan kematian akibat avian influenza di
wilayah ASEAN sejak tahun 2003 sampai 2006. Kasus pertama kali menyerang vietnam
dengan menyerang 3 korban yang keseluruhannya berakhir pada kematian. Tahun 2004
jumlah kasus meningkat menjadi 46 dengan 32 kematian. Pada tahun tersebut selain Vietnam,
Thailand pun telah terinfeksi virus H5N1 ini. Akhir tahun 2005 jumlah penderita dan negara
yang terinfeksi avian influenza terus bertambah, 90 orang menjadi korban. Namun kali ini
jumlah kematian bisa ditekan, jika sebelumnya hampir 100% berakhir pada kematian, tahun
2005 dari 90 penderita 42,22% meninggal.
TABEL 6.1
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2003-2006
NEGARA
Vietnam
Thailand
Indonesia
Kamboja
TOTAL

2003
K
M
3
3
0
0
0
0
0
0
3
3

Sumber: WHO, 2007


Keterangan: K = Kasus

2004
K
M
29
20
17
12
0
0
0
0
46
32

2005
K
M
61
19
5
2
20
13
4
4
90
38

2006
K
M
0
0
3
3
55
45
2
2
60
50

TOTAL
K
M
93
42
25
17
75
58
6
6
199
123

M = Meninggal

Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa Vietnam mampu mengendalikan penyebaran virus


avian influenza sehingga tidak lagi ditemukan kasus avian influenza pada tahun 2006. Selain
itu Vietnam juga mampu menekan angka kematian dari tahun ke tahun dari jumlah kasus
yang ada. Thailand dan Kamboja pun mampu mengendalikan penyebaran virus ini, sehingga
tidak terjadi lonjakan kasus, bahkan data di atas memperlihatkan penurunan kasus dari tahun
sebelumnya.
2.2. Kawasan SEARO

Penyakit flu burung mulai menyerang manusia di kawasan SEARO pada tahun 2004,
yaitu di Thailand. Negara-negara di SEARO yang terjangkit flu burung sejak 2004 adalah
negara-negara yang juga tergabung dalam ASEAN. Negara-negara tersebut adalah Thailand
dan Indonesia. Berikut adalah data flu burung dan trend kasus serta kematian akibat flu
burung di SEARO.
141

TABEL 6.2
JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
MENURUT NEGARA TAHUN 2004-2006
NEGARA
Thailand
Indonesia
TOTAL

2004
K
M
17
12
17

Sumber: WHO, 2007


Keterangan: K = Kasus

12

2005
K
M
5
2
20
13
25
15

2006
K
M
3
3
55
45
58
48

TOTAL
K
M
25
17
75
58
100
75

M = Meninggal

GAMBAR 6.26
TREN JUMLAH KASUS DAN KEMATIAN AKIBAT AVIAN INFLUENZA
TAHUN 2004-2006

Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007

3. POLIO

Beberapa penyakit dapat menular dengan cepat sehingga berpotensi menimbulkan


kejadian luar biasa. Namun, di antara penyakit-penyakit tersebut terdapat penyakit yang dapat
dicegah dengan melakukan imunisasi. Penyakit tersebut biasa disingkat dengan PD3I
(Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi). Penyakit-penyakit tersebut adalah Difteri,
Pertusis, Tetanus, Tetanus Neonatorum, Campak, dan Polio.
3.1. Kawasan ASEAN

Semenjak tahun 2001 kasus polio tidak ditemukan di negara-negara di ASEAN.


Namun, pada tahun 2004 virus polio liar kembali menyerang penduduk di kawasan ASEAN.
Dilaporkan terdapat 1 kasus ditemukan di Laos. Pada tahun 2005 jumlah kasus polio
mencapai puncaknya, sebanyak 350 penduduk dari 2 negara di ASEAN yaitu Kamboja dan
Indonesia terserang penyakit polio, 349 di antaranya terjadi di Indonesia. Tahun 2006
penularan penyakit polio mulai dapat dikendalikan, sehingga hanya ditemukan 4 penderita di
kawasan ini, 2 penderita berasal dari Indonesia dan masing-masing 1 penderita berasal dari
Kamboja dan Myanmar.

142

TABEL 6.3
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA
TAHUN 2004-2006
NEGARA

2004

2005

2006

1. Kamboja

2. Indonesia

349

3. Laos

4. Myanmar

Jumlah

350

Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2007

3.2. Kawasan SEARO

Jumlah seluruh kejadian polio di kawasan ini cukup tinggi sejak tahun 2002 dan
tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2003 terjadi jumlah penurunan kasus, akan tetapi
semenjak 2004 sampai 2006 jumlah kasus lambat laun kembali meningkat. Tingginya angka
kejadian ini karena besarnya jumlah kasus polio di India yang merupakan salah satu dari 4
negara endemis polio.
GAMBAR 6.26
JUMLAH KASUS POLIO DI NEGARA SEARO
TAHUN 2002-2006

Sumber: WHO, 2007

TABEL 6.4
JUMLAH KASUS POLIO PER NEGARA DI SEARO
TAHUN 2002-2006
NEGARA

2002

2003

2004

2005

2006

18

1600

225

134

66

676

3. Indonesia

349

4. Myanmar

5. Nepal

1. Bangladeshh
2. India

Sumber: Incidence Series Immunization, WHO, 2006

143

Pada Tabel 6.4 dapat dilihat jumlah kasus polio di India dan negara di SEARO
lainnya. Selain India, pada tahun 2002 hingga 2004 tidak terdapat kasus polio. Tahun 2005
terjadi kasus di Indonesia dan Nepal. Bahkan pada tahun ini kasus tertinggi terjadi di
Indonesia dengan 349 kasus. Pada tahun 2006 kasus polio menyebar ke Bangladeshh yang
mengakibatkan 18 orang terserang polio. Sedangkan pada tahun itu Indonesia telah berhasil
mengurangi jumlah kasus polio menjadi 2 kasus. Jumlah kasus terbesar tahun 2006 kembali
terjadi di India.
4. Tetanus Neonatorum

Kasus tetanus banyak dijumpai di sejumlah negara tropis dan negara yang masih
memiliki kondisi kesehatan rendah. Data organisasi kesehatan dunia WHO menunjukkan,
kematian akibat tetanus di negara berkembang adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara
maju. Tetanus adalah salah satu penyakit menular dan paling berisiko mengakibatkan
kematian.
Tetanus pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus neonatorum, karena umumnya
terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu bulan. Penyebabnya, spora Clostridium
tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak
memenuhi syarat kebersihan.
4.1. Kawasan ASEAN

Pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus neonatorum di antara negara-negara ASEAN
tertinggi terjadi di Filipina dan Indonesia. Jumlah penderita di kedua negara tersebut melebihi
100 orang. Akan tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, angka tertinggi kasus
tetanus neonatorum terjadi di Kamboja, Indonesia justru berada di urutan ke-5. Sedangkan
Singapura dan Thailand merupakan negara dengan kasus terendah, baik dari jumlah kasus
maupun jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Bahkan di Singapura dilaporkan tidak
ada kasus tetanus neonatorum.
4.2. Kawasan SEARO

Berdasarkan Incidence Series Immunization, pada tahun 2006 jumlah kasus tetanus
neonatorum yang terjadi di India jauh melebihi kasus di negara lain, yaitu 600 kasus bila
dibandingkan dengan jumlah kasus kedua dan ketiga terbesar di kawasan ini yaitu
Bangladeshh dan Indonesia masing-masing 256 dan 118 kasus. Sedangkan di Maladewa dan
Korea Utara (DPR Korea) dilaporkan tidak ada kasus tetanus neonatorum.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka angka kasus tertinggi
terjadi di Timor Leste dan Bangladeshh. India menempati urutan ke-6 angka kasus tetanus
neonatorum tertinggi. Sementara Indonesia memiliki angka kasus yang sama dengan India.
Jumlah kasus penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi di negaranegara ASEAN dan SEARO tahun 2006 dapat dilihat pada Lampiran 6.9 dan 6.10.

144

UPAYA KESEHATAN
1. Cakupan Imunisasi

Imunisasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian
pada bayi dengan memberikan vaksin. Beberapa imunisasi yang wajib diberikan pada bayi
adalah imunisasi polio, BCG, dan campak. BCG seringkali digunakan sebagai cerminan
proporsi anak-anak yang dilindungi dari bentuk tuberkulosis yang parah selama 1 tahun
pertama hidupnya, dan juga digunakan sebagai salah satu indikator akses ke pelayanan
kesehatan.
Selain BCG, vaksin lain yang wajib diberikan pada bayi adalah polio. Imunisasi polio
merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit polio. Tidak seperti imunisasi BCG atau
campak yang membutuhkan 1 dosis, imunisasi polio membutuhkan 3 dosis. Maka untuk
mengukur keberhasilan upaya kesehatan yang digunakan adalah polio3 yaitu ketika bayi telah
mendapatkan imunisasi polio sebanyak 3 dosis (3 kali).
Di antara penyakit pada anak-anak yang dapat dicegah dengan vaksin, campak adalah
penyebab utama kematian anak. Oleh karena itu pencegahan campak merupakan faktor
penting dalam mengurangi angka kematian balita. Dari 22 tujuan yang disepakati dalam
pertemuan dunia tentang anak, salah satunya adalah mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Di seluruh negara ASEAN dan SEARO, imunisasi campak diberikan
rata-rata umur 9-12 bulan dan merupakan imunisasi terakhir yang diberikan kepada bayi di
antara imunisasi wajib lainnya (BCG, DPT, Polio, Hepatitis, dan Campak). Dengan
demikian, diasumsikan bayi yang mendapatkan imunisasi campak telah mendapatkan
imunisasi lengkap. Berarti besarnya cakupan imunisasi campak juga menggambarkan
besarnya cakupan bayi yang telah mendapat imunisasi lengkap.
1.1. Kawasan ASEAN

Jika dibandingkan dengan imunisasi lainnya pada Gambar 6.27 cakupan imunisasi
BCG pada bayi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena jadwal pemberian imunisasi BCG
yang relatif lebih awal dibandingkan dengan imunisasi yang lainbahkan beberapa negara
memberikan imunisasi BCG sesaat setelah bayi dilahirkansehingga bayi masih dalam
pantauan petugas kesehatan. Pada tahun 2005 cakupan imunisasi BCG tertinggi dicapai
Thailand 99% dan terendah Laos 65%.
GAMBAR 6.27
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005

Sumber: The Immunization Summary 2007

145

Pada tahun 2005, 50% negara anggota ASEAN telah mencapai cakupan imunisasi
polio 90%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Brunei Darussalam yaitu 99% dan terendah adalah
Laos yaitu 50%. Indonesia menempati urutan kedua terendah imunisasi polio dengan cakupan
70%.
Sedangkan untuk imunisasi campak berdasarkan data yang sama, pada tahun 2005,
50% negara anggota ASEAN juga telah mencapai target yaitu 90%. Negara-negara tersebut
adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam
merupakan negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi yaitu 99%. Sedangkan yang
terendah adalah Laos dengan cakupan campak sebesar 41%. Sementara di Indonesia
sebanyak 72% balita telah mendapatkan imunisasi campak. Dengan demikian, berdasarkan
asumsi di atas, negara dengan imunisasi lengkap pada bayi tertinggi adalah Brunei
Darussalam dan terendah adalah Laos.
Gambar 6.11 memperlihatkan cakupan imunisasi BCG, polio3, dan campak di negaranegara ASEAN. Cakupan imunisasi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6.11
1.2. Kawasan SEARO

Di SEARO, 5 dari 11 negara mencapai cakupan imunisasi BCG 99%. Negara-negara


tersebut adalah Bangladeshh, Bhutan, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Sedangkan Timor
Leste merupakan negara dengan cakupan imunisasi BCG terendah yaitu 70%.
GAMBAR 6.28
CAKUPAN BEBERAPA IMUNISASI DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005

Sumber: The Immunization Summary 2007

Gambar 6.28 menunjukkan besar cakupan imunisasi polio3 dan imunisasi campak di
negara-negara SEARO. 45,45% negara di kawasan tersebut yang telah mencapai cakupan
imunisasi polio3. Cakupan imunisasi polio3 tertinggi adalah Sri Lanka dengan 99% dan
terendah adalah Timor Leste dengan 55%.
Begitu pula halnya dengan imunisasi campak, hanya 45,45% negara yang telah
mencapai target imunisasi campak. Negara dengan cakupan imunisasi campak tertinggi sama
dengan cakupan imunisasi polio3 tertinggi yaitu Sri Lanka (99%). Hal yang sama terjadi juga
pada cakupan imunisasi campak terendah yaitu Timor Leste (48%). Dengan menggunakan
asumsi yang sama, maka di antara negara-negara di SEARO Sri Lanka merupakan negara
dengan cakupan imunisasi lengkap pada bayi yang tertinggi dan Timor Leste merupakan
yang terendah.
Cakupan imunisasi lebih lengkap di masing-masing negara di SEARO dapat dilihat
pada Lampiran 6.12.

146

2. Pengendalian TB Paru

Berdasarkan hasil estimasi terdapat 8,8 juta kasus baru TB Paru pada tahun 2005,
termasuk 7,4 juta di Asia dan sub-Sahara Afrika. 1,6 juta orang meninggal karena TB Paru,
termasuk 195.000 pasien yang terinfeksi HIV. WHO telah menetapkan target untuk temuan
kasus TB Paru melalui strategi DOTS 70% dan angka kesembuhan 85%. Sementara
pencapaian secara global di dunia kasus temuan TB Paru adalah 60% dan angka kesembuhan
mencapai 84%. Hal tersebut berarti pencapaian kedua indikator tersebut belum mencapai
target walaupun untuk angka kesembuhan hampir mencapai target.
2.1. Kawasan ASEAN

Pada tahun 2005, 70% negara-negara ASEAN telah mencapai target penemuan
penderita yang ditetapkan WHO yaitu 70%. Bahkan beberapa negara telah mencapai 100%
yaitu Brunei Darussalam dan Singapura. Namun, masih terdapat 3 negara dengan pencapaian
kurang dari 70% yaitu Indonesia, Kamboja, dan Laos. Bahkan di antara negara-negara
ASEAN, Indonesia bersama Kamboja merupakan negara dengan kasus temuan TB Paru
terendah pada tahun 2005, yaitu 66%.
GAMBAR 6. 29
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2005

GAMBAR 6.30
ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2004

Sumber: World Health Statistic, 2007

Sumber: World Health Statistic, 2007

Menurut sumber yang sama, pada tahun 2004 hanya 50% negara di ASEAN dengan
angka kesembuhan mencapai target (85%). Indonesia termasuk salah satu negara yang
mencapai target untuk angka kesembuhan ini, yaitu 90%. Angka kesembuhan tertinggi
dicapai Vietnam dengan 93% dan terendah adalah Malaysia dengan 56%.
2.2. Kawasan SEARO

Berbeda halnya dengan negara-negara ASEAN, dari 11 negara-negara di SEARO


hanya 45,45% negara yang sudah mencapai target penemuan penderita tuberkulosis. Negaranegara tersebut adalah Myanmar, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand. Jika di antara negaranegara ASEAN penemuan terendah terdapat di Indonesia, di negara SEARO penemuan
terendah terdapat di Bhutan yaitu 31%. Sedangkan penemuan kasus tuberkulosis tertinggi
adalah Korea Utara (DPR Korea) yaitu 99%.

147

GAMBAR 6. 31
PENEMUAN PENDERITA TB PARU DI NEGARA SEARO
TAHUN 2005

GAMBAR 6.32
ANGKA KESEMBUHAN TB PARU DI NEGARA SEARO
TAHUN 2004

Sumber: World Health Statistic, 2007

Sumber: World Health Statistic, 2007

Pada Gambar 6.32 terlihat bahwa 63,63% negara telah mencapai angka penyembuhan
penderita. Tertinggi dicapai Maladewa dengan angka penyembuhan 95% dan terendah adalah
Thailand dengan angka penyembuhan 74%.
***

148

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN. 2005. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The Asean Secretariat, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2006. Estimasi Parameter Demografi SUPAS 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2003. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2002. BPS, Jakarta.
___________. 2004. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2003. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2004. BPS, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2007. Statistik Kesejahtraan Rakyat 2006. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia 2005. BPS,
Jakarta.
___________. 2007. Beberapa Indikator Penting mengenai Indonesia. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Analisis Dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2005. BPS, Jakarta.
___________. 2004. Statistik Indonesia 2003. BPS, Jakarta.
___________. 2005. Statistik Indonesia 2004. BPS, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Indonesia 2005/2006. BPS, Jakarta.
___________. 2004. Statistik Kesehatan 2004. BPS, Jakarta.
___________. 1998. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997. ORC Macro.
Calverton, Maryland, USA.
___________. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003. ORC
Macro. Calverton, Maryland, USA.
Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA. 2005. Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesia
Population Projection 2000 - 2025). BPS, Jakarta.
Departemen Dalam Negeri. 2005. Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 2005.
Depdagri, Jakarta.
150

Departemen Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
___________. 2007. Profil Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2006.
Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Profil Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumberdaya Manusia
Kesehatan 2005. Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 1: Kegiatan Pelayanan.
Depkes, Jakarta.
___________. 2006. Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 2: Ketenagaan. Depkes, Jakarta.
___________. 2006.Statistik Rumah Sakit Di Indonesia Seri 3:Morbiditas/Mortalitas.
Depkes, Jakarta.
___________.1996. Publikasi Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995. Badan
Litbangkes, Jakarta.
___________. 2005. Publikasi Hasil Analisis Data Survei Kesehatan Nasional 2004. Badan
Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.
___________. 2006. Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan Tahun 2006. Pusdiknakes, Depkes
RI, Jakarta.
Kementrian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2007. Strategi Nasional Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal 2004-2009. Jakarta.
Population Reference Bureau, 2006. 2006 Population Data Sheet. USAID, USA.
The United Nations Development Programme. 2006. Human Development Report 2006.
UNDP, New York.
Umar Fahmi Achmadi, Dr, MSc Phd. 30 Juni 1990. Makalah Seminar Perumahan,
Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta
UNAIDS, 2006. 2006 Report on The Global AIDS Epidemic. WHO, UNAIDS.
UNICEF. 2006. The State of the Worlds Children 2006. UNICEF, New York.
___________. 2007. Incidence Series Immunization 2007. UNICEF, New York.
___________. 2007. Immunization Summary: The 2007 Edition. UNICEF/WHO, New York.
___________. 2007. The State of the Worlds Children 2007. UNICEF, New York.
151

World Health Organization. 2006. The World Health Report 2006: Working Together for
Health. WHO Press, Geneva.
___________. 2007. World Health Statistic 2007. WHO Press, Geneva.

***

152

Lampiran 2.1

PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PER PROVINSI TAHUN 2005


Jumlah
No

Provinsi*)

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Kabupaten

Kota

Kab + Kota

Kecamatan

Kelurahan

Desa

Kel. + Desa

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

17
18
12
9
9
10
8
8
6
4
1
16
29
4
29
4
8
7
15
10
13
11
9
6
9
20
8
4
5
7
6
19
8
349

4
7
7
2
1
4
1
2
1
2
5
9
6
1
9
2
1
2
1
2
1
2
4
3
1
3
2
1
0
1
2
1
1
91

Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 18 tahun 2005, tanggal 28 April 2005
Keterangan : *) Nama Provinsi diurutkan sesuai dengan Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan
Statistik Indonesia, BPS 2005/2006

21
25
19
11
10
14
9
10
7
6
6
25
35
5
38
6
9
9
16
12
14
13
13
9
10
23
10
5
5
8
8
20
9
440

243
357
157
144
94
182
99
180
36
42
44
592
565
78
657
135
55
100
203
154
107
127
124
122
102
279
133
47
51
62
51
233
101
5,656

112
547
256
190
117
294
123
164
54
105
267
547
744
47
785
144
89
91
299
80
133
121
177
253
133
616
271
83
47
32
80
81
41
7,123

6,378
5,616
902
1,482
1,231
2,783
1,233
2,193
321
245
267
5,808
8,566
438
8,484
1,483
701
820
2,742
1,531
1,395
1,957
1,352
1,280
1,530
2,866
1,705
476
491
886
793
2,442
1,166
71,563

6,490
6,163
1,158
1,672
1,348
3,077
1,356
2,357
375
350
534
6,355
9,310
485
9,269
1,627
790
911
3,041
1,611
1,528
2,078
1,529
1,533
1,663
3,482
1,976
559
538
918
873
2,523
1,207
78,686

Lampiran 2.2

LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi*)

Luas
Wilayah
(Km2)[a]

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Statistik Indonesia, BPS 2005/2006

Jumlah
Penduduk
(Jiwa)[b]

Kepadatan
Penduduk
per Km2

(4)

56,500.51
72,427.81
42,224.65
87,844.23
45,348.49
60,302.54
19,795.15
37,735.15
16,424.14
8,084.01
740.29
36,925.05
32,799.71
3,133.15
46,689.64
9,018.64
5,449.37
19,708.79
46,137.87
120,114.32
153,564.50
38,884.28
194,849.08
13,930.73
68,089.83
46,116.45
36,757.45
12,165.44
16,787.19
47,350.42
39,959.99
309,934.40
114,566.40
1,860,359.67

(5)

4,073,000
12,643,000
4,632,000
4,763,000
2,683,000
6,900,000
1,568,000
7,212,000
1,075,000
1,338,000
8,963,000
39,649,000
32,179,000
3,389,000
36,592,000
9,224,000
3,432,000
4,257,000
4,355,000
4,118,000
1,938,000
3,346,000
2,936,000
2,161,000
2,349,000
7,630,000
2,002,000
941,000
992,000
1,271,000
919,000
1,974,000
688,000
222,192,000

78
172
108
54
50
74
79
204
66
15
13499
1146
989
1064
764
1066
609
211
92
28
13
77
13
141
37
87
52
77
11
27
30
8
22
118

Lampiran 2.3

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki + Perempuan
Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Angka Beban

Jumlah

0-14

15-64

65+

Tanggungan

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Nanggroe Aceh Darussalam

32.91

63.85

3.24

100

30.11

65.81

4.08

100

31.50

64.84

3.66

54.23

100

Sumatera Utara

32.56

63.79

3.65

100

31.36

64.43

4.22

100

31.96

64.11

3.93

55.98

100

Sumatera Barat

33.36

61.64

5.00

100

29.92

63.55

6.53

100

31.62

62.61

5.78

59.73

100

Riau

32.64

64.52

2.84

100

31.50

65.87

2.63

100

32.08

65.18

2.74

53.42

100

Jambi

30.43

66.13

3.44

100

28.51

68.02

3.47

100

29.49

67.06

3.45

49.12

100

Sumatera Selatan

29.45

66.87

3.68

100

28.96

67.25

3.80

100

29.20

67.06

3.74

49.12

100

Bengkulu

31.11

65.27

3.62

100

30.38

65.66

3.96

100

30.75

65.47

3.79

52.76

100

Lampung

29.67

65.75

4.58

100

30.78

64.36

4.86

100

30.21

65.08

4.71

53.66

100

Kepulauan Bangka Belitung

28.30

68.01

3.69

100

27.77

68.31

3.92

100

28.05

68.16

3.80

46.73

100

10

Kepulauan Riau

29.66

67.74

2.60

100

29.83

68.25

1.92

100

29.74

67.99

2.26

47.07

100

11

DKI Jakarta

24.74

72.04

3.22

100

22.82

73.94

3.24

100

23.78

72.99

3.23

37.01

100

12

Jawa Barat

29.00

66.60

4.41

100

27.96

67.29

4.74

100

28.49

66.94

4.57

49.39

100

13

Jawa Tengah

26.60

66.85

6.55

100

25.37

67.00

7.63

100

25.99

66.93

7.09

49.42

100

14

DI Yogyakarta*

21.44

69.46

9.10

100

19.77

68.82

11.41

100

20.60

69.14

10.26

44.63

100

15

Jawa Timur

24.82

69.12

6.06

100

22.88

69.41

7.71

100

23.84

69.26

6.90

44.38

100

16

Banten

30.09

67.29

2.62

100

29.87

67.53

2.61

100

29.98

67.41

2.61

48.35

100

17

Bali

26.07

67.79

6.14

100

24.67

68.07

7.27

100

25.38

67.92

6.70

47.23

100

18

Nusa Tenggara Barat

33.97

61.64

4.38

100

29.82

65.69

4.49

100

31.80

63.75

4.44

56.85

100

19

Nusa Tenggara Timur

38.70

56.67

4.63

100

35.25

60.00

4.75

100

36.98

58.32

4.69

71.45

100

20

Kalimantan Barat

31.00

65.63

3.38

100

30.66

65.92

3.42

100

30.83

65.77

3.40

52.05

100

21

Kalimantan Tengah

31.35

65.69

2.96

100

31.34

65.96

2.70

100

31.35

65.82

2.83

51.93

100

22

Kalimantan Selatan

30.85

65.78

3.37

100

27.75

67.84

4.41

100

29.32

66.80

3.89

49.72

100

23

Kalimantan Timur

29.73

67.84

2.43

100

29.63

67.66

2.70

100

29.68

67.76

2.56

47.58

100

24

Sulawesi Utara

25.86

68.67

5.46

100

26.27

67.28

6.46

100

26.06

67.98

5.95

47.09

100

25

Sulawesi Tengah

32.97

63.78

3.25

100

32.23

64.39

3.38

100

32.61

64.08

3.31

56.05

100

26

Sulawesi Selatan

31.62

63.65

4.72

100

28.06

66.36

5.58

100

29.81

65.03

5.16

53.78

100

27

Sulawesi Tenggara

36.26

60.39

3.35

100

33.55

62.69

3.76

100

34.90

61.55

3.55

62.47

100

28

Gorontalo

33.70

63.64

2.65

100

32.72

64.49

2.79

100

33.20

64.07

2.72

56.06

100

29

Sulawesi Barat

37.50

58.74

3.77

100

33.52

63.11

3.36

100

35.52

60.91

3.57

64.18

100

30

Maluku

36.22

60.00

3.78

100

34.09

62.05

3.86

100

35.15

61.03

3.82

63.85

100

31

Maluku Utara

36.70

60.20

3.10

100

34.33

62.59

3.08

100

35.54

61.37

3.09

62.95

100

32

Papua

36.99

62.10

0.91

100

34.19

65.03

0.78

100

35.66

63.49

0.85

57.51

100

33

Irian Jaya Barat

38.25

59.96

1.79

100

34.67

64.04

1.30

100

36.52

61.93

1.55

61.47

100

29.01

66.31

4.67

100

27.50

67.11

5.39

100

28.26

66.71

5.03

49.90

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.3.a

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perkotaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

15-64

65+

(3)

(4)

(5)

(6)

Laki-laki + Perempuan

15-64

65+

(7)

(8)

(9)

(10)

Angka Beban

Kelompok Umur

Jumlah

0-14

Jumlah

0-14

15-64

65+

Tanggungan

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

Nanggroe Aceh Darussalam

29.10

67.90

3.00

100

27.78

68.89

3.33

100

28.42

68.40

3.17

46.18

100

Sumatera Utara

29.61

67.00

3.38

100

29.52

66.51

3.97

100

29.57

66.75

3.68

49.81

100

Sumatera Barat

31.85

64.44

3.71

100

27.90

66.95

5.15

100

29.87

65.70

4.43

52.21

100

Riau

32.46

65.14

2.39

100

30.70

66.89

2.42

100

31.59

66.01

2.40

51.49

100

Jambi

29.89

66.90

3.21

100

28.11

67.85

4.04

100

29.00

67.37

3.62

48.42

100

Sumatera Selatan

29.40

66.92

3.68

100

27.48

68.49

4.03

100

28.44

67.71

3.85

47.69

100

Bengkulu

28.95

67.88

3.17

100

28.52

67.26

4.22

100

28.73

67.56

3.70

48.00

100

Lampung

27.49

68.56

3.95

100

29.23

66.12

4.65

100

28.35

67.35

4.30

48.48

100

Kepulauan Bangka Belitung

26.81

68.51

4.68

100

26.53

68.43

5.04

100

26.68

68.47

4.86

46.06

100

10

Kepulauan Riau

29.58

67.99

2.43

100

29.84

68.56

1.60

100

29.71

68.27

2.02

46.48

100

11

DKI Jakarta

24.74

72.04

3.22

100

22.82

73.94

3.24

100

23.78

72.99

3.23

37.01

100

12

Jawa Barat

28.88

67.50

3.62

100

27.36

68.99

3.65

100

28.13

68.24

3.64

46.56

100

13

Jawa Tengah

26.05

68.30

5.65

100

24.58

68.86

6.57

100

25.31

68.58

6.11

45.82

100

14

DI Yogyakarta*

20.55

71.97

7.48

100

19.11

70.85

10.04

100

19.84

71.41

8.75

40.04

100

15

Jawa Timur

24.94

69.69

5.38

100

23.07

70.38

6.55

100

23.99

70.04

5.97

42.78

100

16

Banten

28.18

69.50

2.32

100

27.25

70.33

2.42

100

27.72

69.91

2.37

43.04

100

17

Bali

26.57

68.63

4.79

100

25.34

68.96

5.70

100

25.97

68.79

5.24

45.37

100

18

Nusa Tenggara Barat

32.80

62.79

4.41

100

28.18

67.02

4.80

100

30.44

64.95

4.61

53.96

100

19

Nusa Tenggara Timur

33.50

64.06

2.44

100

31.91

65.38

2.71

100

32.72

64.71

2.58

54.55

100

20

Kalimantan Barat

29.28

66.60

4.12

100

29.60

66.04

4.35

100

29.44

66.32

4.24

50.78

100

21

Kalimantan Tengah

30.27

67.63

2.10

100

30.73

66.84

2.43

100

30.50

67.24

2.26

48.72

100

22

Kalimantan Selatan

30.19

66.34

3.47

100

26.76

69.01

4.23

100

28.48

67.68

3.85

47.77

100

23

Kalimantan Timur

29.47

68.81

1.72

100

28.61

68.77

2.62

100

29.05

68.79

2.15

45.36

100

24

Sulawesi Utara

25.04

70.93

4.03

100

25.84

68.38

5.78

100

25.45

69.63

4.92

43.62

100

25

Sulawesi Tengah

30.94

66.84

2.23

100

28.62

68.50

2.88

100

29.77

67.67

2.55

47.76

100

26

Sulawesi Selatan

30.05

66.36

3.59

100

26.17

69.59

4.24

100

28.07

68.00

3.92

47.04

100

27

Sulawesi Tenggara

32.55

65.27

2.18

100

30.24

66.42

3.34

100

31.37

65.85

2.77

51.85

100

28

Gorontalo

31.33

65.52

3.16

100

30.09

66.83

3.08

100

30.68

66.20

3.11

51.04

100

29

Sulawesi Barat

35.91

62.01

2.08

100

30.55

66.17

3.28

100

33.23

64.09

2.68

56.03

100

30

Maluku

32.79

63.58

3.63

100

30.51

66.08

3.41

100

31.62

64.86

3.52

54.18

100

31

Maluku Utara

33.82

64.07

2.11

100

29.72

67.53

2.75

100

31.81

65.77

2.43

52.06

100

32

Papua

35.52

63.41

1.07

100

32.11

66.77

1.13

100

33.92

64.98

1.10

53.89

100

33

Irian Jaya Barat

34.32

64.06

1.62

100

31.51

67.22

1.27

100

32.93

65.62

1.45

52.39

100

27.67

68.29

4.04

100

26.09

69.30

4.60

100

26.88

68.80

4.32

45.35

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.3.b

PERSENTASE PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TERTENTU, ANGKA BEBAN TANGGUNGAN DAN PROVINSI
TAHUN 2006
Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

Kelompok Umur
0-14

(1)

(2)

Perempuan

65+

(4)

(5)

0-14

(8)

(9)

65+

(11)

(12)

(13)

Jumlah

(14)

(15)

62.67

3.31

100

30.82

64.88

4.30

100

32.41

63.78

3.81

56.79

100

Sumatera Utara

34.85

61.28

3.87

100

32.84

62.74

4.42

100

33.86

62.00

4.14

61.29

100

Sumatera Barat

34.04

60.37

5.59

100

30.81

62.05

7.13

100

32.40

61.22

6.38

63.35

100

Riau

32.73

64.18

3.09

100

31.96

65.29

2.76

100

32.35

64.72

2.93

54.51

100

Jambi

30.64

65.83

3.52

100

28.67

68.09

3.24

100

29.68

66.94

3.38

49.39

100

Sumatera Selatan

29.47

66.84

3.68

100

29.75

66.58

3.67

100

29.61

66.71

3.68

49.90

100

Bengkulu

31.92

64.30

3.79

100

31.12

65.03

3.85

100

31.53

64.65

3.82

54.68

100

Lampung

30.28

64.96

4.75

100

31.24

63.84

4.92

100

30.74

64.43

4.83

55.21

100

Kepulauan Bangka Belitung

29.37

67.66

2.97

100

28.68

68.23

3.09

100

29.04

67.93

3.03

47.21

100

10

Kepulauan Riau

29.97

66.79

3.25

100

29.79

67.02

3.20

100

29.88

66.90

3.22

49.48

100

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

29.13

65.58

13

Jawa Tengah

26.99

65.81

7.20

100

25.95

65.65

8.40

100

26.47

65.73

7.80

52.14

100

14

DI Yogyakarta*

22.59

66.21

11.19

100

20.59

66.33

13.08

100

21.57

66.27

12.16

50.90

100

15

Jawa Timur

24.73

68.70

6.57

100

22.75

68.69

8.57

100

23.73

68.69

7.58

45.58

100

16

Banten

32.42

64.60

2.98

100

33.09

64.07

2.84

100

32.75

64.34

2.91

55.42

100

17

Bali

25.50

66.83

7.66

100

23.93

67.08

8.99

100

24.72

66.96

8.32

49.34

100

18

Nusa Tenggara Barat

34.71

60.93

4.37

100

30.79

64.90

4.30

100

32.65

63.01

4.33

58.69

100

19

Nusa Tenggara Timur

39.73

55.21

5.06

100

35.90

58.95

5.15

100

37.82

57.08

5.10

75.19

100

20

Kalimantan Barat

31.62

65.27

3.11

100

31.07

65.87

3.06

100

31.35

65.56

3.09

52.53

100

21

Kalimantan Tengah

31.79

64.89

3.32

100

31.60

65.59

2.81

100

31.70

65.23

3.07

53.30

100

22

Kalimantan Selatan

31.25

65.44

3.31

100

28.36

67.12

4.52

100

29.82

66.27

3.91

50.90

100

23

Kalimantan Timur

30.02

66.70

3.27

100

30.88

66.31

2.81

100

30.43

66.52

3.05

50.33

100

24

Sulawesi Utara

26.35

67.34

6.31

100

26.55

66.56

6.90

100

26.45

66.96

6.59

49.34

100

25

Sulawesi Tengah

33.48

63.01

3.50

100

33.19

63.29

3.52

100

33.34

63.15

3.51

58.35

100

26

Sulawesi Selatan

32.36

62.38

5.26

100

28.95

64.85

6.21

100

30.62

63.64

5.74

57.13

100

27

Sulawesi Tenggara

37.26

59.07

3.67

100

34.48

61.65

3.87

100

35.87

60.37

3.77

65.66

100

28

Gorontalo

34.50

63.01

2.49

100

33.70

63.62

2.68

100

34.10

63.31

2.59

57.95

100

29

Sulawesi Barat

37.78

58.16

4.07

100

34.06

62.56

3.38

100

35.93

60.34

3.72

65.71

100

30

Maluku

37.54

58.62

3.84

100

35.55

60.41

4.04

100

36.54

59.52

3.94

68.01

100

31

Maluku Utara

37.67

58.90

3.43

100

35.91

60.91

3.19

100

36.81

59.88

3.31

67.00

100

32

Papua

37.47

61.68

0.85

100

34.85

64.48

0.67

100

36.22

63.01

0.76

58.69

100

33

Irian Jaya Barat

40.01

58.12

1.87

100

36.17

62.52

1.31

100

38.18

60.22

1.60

66.06

100

30.04

64.80

5.16

100

28.59

65.41

6.00

100

29.32

65.10

5.58

53.61

100

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006


Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

5.29

100

28.64

(10)

15-64

34.02

(7)

0-14

Nanggroe Aceh Darussalam

(6)

65+

Angka Beban

Kelompok Umur

Jumlah

15-64

Indonesia

(3)

Kelompok Umur

Jumlah

15-64

Laki-laki + Perempuan

65.37

5.99

100

28.89

65.48

5.63

52.72

100

Lampiran 2.4

JUMLAH DAN PERSENTASE DAERAH TERTINGGAL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

2004

2005

Jumlah Kab/Kota

Kabupaten Tertinggal

(%)

Jumlah Kab/Kota

Kabupaten Tertinggal

(%)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam

21

16

76.19

21

16

76.19

Sumatera Utara

25

24.00

25

24.00

Sumatera Barat

19

47.37

19

36.84

Riau

17

17.65

11

18.18

Jambi

10

20.00

10

20.00

Sumatera Selatan

14

42.86

14

42.86

Bengkulu

88.89

88.89

Lampung

10

50.00

10

50.00

42.86

42.86

16.67

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

0.00

0.00

12

Jawa Barat

25

8.00

25

8.00

13

Jawa Tengah

35

8.57

35

8.57

14

Daerah Istimewa Yogyakarta

40.00

40.00

15

Jawa Timur

38

21.05

38

21.05

16

Banten

33.33

33.33

17

Bali

11.11

11.11

18

Nusa Tenggara Barat

77.78

77.78

19

Nusa Tenggara Timur

16

15

93.75

16

15

93.75

20

Kalimantan Barat

12

75.00

12

75.00

21

Kalimantan Tengah

14

50.00

14

50.00

22

Kalimantan Selatan

13

15.38

13

0.00

23

Kalimantan Timur

13

23.08

13

38.46

24

Sulawesi Utara

22.22

22.22

25

Sulawesi Tengah

10

90.00

10

90.00

26

Sulawesi Selatan

28

18

64.29

23

13

56.52

27

Sulawesi Tenggara

10

80.00

10

80.00

28

Gorontalo

80.00

80.00

29

Sulawesi Barat

100.00

30

Maluku

87.50

87.50

31

Maluku Utara

75.00

75.00

32

Papua

29

26

89.66

20

19

95.00

45.23

9
440

7
197

77.78
44.77

33

Irian Jaya Barat


Jumlah
440
Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

199

Lampiran 2.5

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MENDAPAT PELAYANAN GRATIS


SELAMA 6 BULAN REFERENSI MENURUT PROVINSI DAN JENIS KARTU YANG DIGUNAKAN TAHUN 2006
Jenis Kartu

No

Provinsi

Rumah Tangga
Mendapat Pelayanan Gratis

Askeskin

Kompensasi BBM (KKB)

Kartu Sehat

Lainnya

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta *)
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006


Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

32.83
9.38
9.95
11.23
9.03
12.08
11.32
9.62
14.91
9.05
3.79
11.54
15.81
15.64
11.57
8.74
10.81
16.63
35.56
14.77
9.39
10.21
14.16
9.00
14.43
13.55
19.70
18.12
25.35
12.01
17.51
28.69
20.98
12.85

70.62
48.45
37.88
29.81
31.50
72.67
57.22
61.33
48.96
52.89
19.49
58.78
53.31
51.81
62.75
32.37
29.91
34.32
50.31
75.88
54.23
29.55
45.81
57.97
55.60
56.31
53.77
71.77
45.94
41.54
24.19
55.63
44.97
54.20

2.67
5.89
3.95
5.56
5.70
4.14
3.99
2.35
1.51
1.67
6.17
2.18
2.31
0.64
2.47
9.64
1.65
1.63
2.88
3.10
15.57
4.20
4.45
3.81
4.06
7.77
5.28
2.99
3.21
2.42
2.35
1.97
3.53
3.26

19.04
31.15
44.16
40.42
46.04
16.33
28.57
27.77
26.47
25.26
47.49
28.93
24.45
26.54
22.55
52.97
21.05
47.57
37.91
13.17
23.36
41.37
15.34
22.00
33.32
22.75
24.74
16.90
17.91
48.63
52.10
37.65
37.08
28.12

Jumlah
(8)

7.67
14.51
14.01
24.22
16.75
6.86
10.23
8.55
23.06
20.18
26.85
10.11
19.93
21.01
12.23
5.03
47.39
16.48
8.90
7.85
6.84
24.89
34.40
16.22
7.02
13.17
16.21
8.35
32.94
7.42
21.35
4.74
14.42
14.41

100.00
100.00
100.00
100.01
99.99
100.00
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.01
100.00
100.01
99.99
99.99
100.00
99.99

Lampiran 2.6

PERSENTASE RUMAH TANGGA YANG MEMBELI BERAS MURAH/RASKIN


SELAMA 6 BULAN REFERENSI DAN JUMLAH BERAS YANG DIBELI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Jumlah Beras yang Dibeli (Kg)

No

Provinsi

RT yang Membeli
Beras Murah/Raskin

< 10

11-30

> 31

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta *)
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006


Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

68.28
29.97
23.68
30.44
32.93
33.24
38.60
56.66
15.24
28.59
7.93
43.59
66.58
39.18
51.68
25.74
36.54
76.10
73.99
32.92
33.75
26.22
24.97
28.39
51.37
27.53
59.22
35.70
46.84
48.40
52.67
63.13
45.54
45.01

41.25
50.47
47.37
43.55
54.83
40.59
47.86
60.79
59.50
68.26
76.14
63.49
36.04
35.57
61.49
78.34
54.74
86.42
14.06
39.02
44.52
56.06
39.62
73.28
46.66
52.79
51.82
42.22
48.95
22.69
18.75
14.01
35.69
52.07

39.92
38.22
40.86
46.30
31.23
44.32
39.05
24.80
23.74
27.49
22.77
29.33
55.15
49.27
33.07
19.32
39.53
11.90
64.18
51.40
42.63
31.97
49.62
16.01
34.79
30.77
38.23
42.80
32.29
62.86
59.07
66.23
48.24
38.74

Jumlah
(7)

18.83
11.30
11.77
10.15
13.95
15.09
13.09
14.41
16.76
4.25
1.10
7.18
8.81
15.16
5.44
2.34
5.73
1.69
21.77
9.58
12.85
11.97
10.76
10.70
18.56
16.44
9.95
14.97
18.75
14.46
22.19
19.76
16.08
9.20

100.00
99.99
100.00
100.00
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.01
100.01
100.00
100.00
100.00
100.00
99.99
100.01
100.00
100.00
99.99
99.99
100.01
100.01
100.00
100.01
100.01

Lampiran 2.7

TINGKAT PENGANGGURAN DAN INFLASI MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Tingkat Pengangguran

Tingkat Inflasi

(2)

(3)

(7)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BPS, Indikator Penting Indoensia

12.08
14.82
12.93
11.46
7.77
12.10
6.91
9.76
5.95
16.34
14.31
14.50
8.20
6.25
7.72
10.69
5.32
8.96
4.98
7.06
5.13
8.78
12.11
9.77
8.90
12.32
7.42
13.67
4.64
15.76
8.54
4.50
11.17
10.45

9.54
5.97
8.05
6.32
10.66
8.44
6.52
6.03
6.42
4.58
6.03
5.33
6.08
10.40
6.71
7.67
4.30
4.17
9.72
6.32
7.72
11.03
6.50
5.09
8.69
7.21
10.57
7.54
4.80
5.12
9.52
0.00
6.60

Lampiran 2.8

PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(3)

(4)

(5)

(6)

27.97

3.41

Laki-laki+Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

100

61.19

5.08

26.91

6.81

Jumlah

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

100

62.93

4.49

27.43

5.15

100

Jumlah

Jumlah

Nanggroe Aceh Darussalam

64.74

3.88

Sumatera Utara

87.27

1.59

9.38

1.76

100

84.20

1.9

9.68

4.23

100

85.73

1.75

9.52

3.00

100

Sumatera Barat

76.44

1.23

19.85

2.48

100

73.04

1.63

20.57

4.76

100

74.70

1.44

20.21

3.65

100

Riau

78.39

1.25

18.75

1.61

100

75.59

1.95

19.11

3.35

100

77.02

1.59

18.93

2.46

100

Jambi

72.52

2.93

21.93

2.62

100

68.09

4.25

20.77

6.89

100

70.33

3.58

21.35

4.74

100

Sumatera Selatan

87.68

1.80

8.70

1.82

100

84.55

2.25

8.83

4.38

100

86.13

2.02

8.76

3.09

100

Bengkulu

92.66

1.06

3.23

3.05

100

88.19

1.31

2.52

7.99

100

90.44

1.18

2.88

5.50

100

Lampung

81.58

1.00

13.73

3.69

100

76.81

1.39

12.71

9.09

100

79.28

1.19

13.24

6.30

100

Kepulauan Bangka Belitung

68.76

2.16

26.26

2.82

100

64.71

3.22

25.38

6.69

100

66.82

2.67

25.84

4.67

100

10

Kepulauan Riau

63.63

1.43

32.09

2.86

100

63.15

1.35

29.85

5.65

100

63.39

1.39

30.98

4.23

100

11

DKI Jakarta

77.96

1.59

19.52

0.93

100

77.53

1.88

18.19

2.39

100

77.75

1.74

18.85

1.66

100

12

Jawa Barat

68.13

2.14

27.04

2.69

100

64.66

2.80

26.23

6.31

100

66.41

2.47

26.64

4.48

100

13

Jawa Tengah

71.03

1.15

21.31

6.51

100

64.27

1.60

19.82

14.31

100

67.62

1.38

20.56

10.44

100

14

DI Yogyakarta*

51.04

0.47

41.45

7.03

100

46.39

0.55

35.27

17.78

100

48.69

0.51

38.33

12.47

100

15

Jawa Timur

67.89

2.26

22.69

7.16

100

59.99

2.92

21.16

15.94

100

63.86

2.59

21.91

11.64

100

16

Banten

70.29

2.95

24.13

2.63

100

67.72

3.68

22.38

6.22

100

69.03

3.31

23.27

4.40

100

17

Bali

54.55

0.77

37.45

7.22

100

53.26

0.75

27.37

18.62

100

53.92

0.76

32.47

12.86

100

18

Nusa Tenggara Barat

67.54

1.88

17.57

13.01

100

59.66

1.78

15.42

23.14

100

63.39

1.83

16.44

18.35

100

19

Nusa Tenggara Timur

87.57

0.69

1.84

9.90

100

83.55

0.64

1.70

14.10

100

85.54

0.67

1.77

12.02

100

20

Kalimantan Barat

82.71

1.80

9.52

5.97

100

74.80

2.36

9.33

13.51

100

78.81

2.07

9.43

9.69

100

21

Kalimantan Tengah

90.73

0.61

6.46

2.20

100

88.42

0.82

6.50

4.26

100

89.61

0.71

6.48

3.20

100

22

Kalimantan Selatan

69.45

1.68

25.60

3.27

100

64.28

2.80

25.39

7.53

100

66.86

2.24

25.50

5.40

100

23

Kalimantan Timur

71.34

2.77

23.37

2.51

100

69.04

2.83

22.41

5.71

100

70.24

2.80

22.91

4.04

100

24

Sulawesi Utara

94.84

1.52

2.66

0.98

100

94.14

1.60

3.24

1.01

100

94.49

1.56

2.95

1.00

100

25

Sulawesi Tengah

75.32

1.66

19.63

3.40

100

71.76

1.86

20.46

5.92

100

73.58

1.76

20.03

4.63

100

26

Sulawesi Selatan

72.43

1.88

15.29

10.39

100

66.81

2.24

16.06

14.89

100

69.53

2.07

15.69

12.72

100

27

Sulawesi Tenggara

82.17

1.56

10.68

5.58

100

75.71

2.06

10.42

11.81

100

78.88

1.81

10.55

8.76

100

28

Gorontalo

73.42

1.38

20.66

4.55

100

65.76

1.84

28.72

3.68

100

69.56

1.61

24.72

4.11

100

29

Sulawesi Barat

75.12

2.28

12.46

10.13

100

70.90

2.63

11.64

14.84

100

72.99

2.46

12.05

12.51

100

30

Maluku

85.39

0.91

11.12

2.59

100

84.21

1.03

11.15

3.61

100

84.79

0.97

11.14

3.11

100

31

Maluku Utara

80.94

0.71

15.12

3.24

100

78.90

0.85

13.50

6.75

100

79.93

0.78

14.33

4.96

100

32

Papua

68.82

2.52

4.37

24.29

100

60.54

2.45

4.07

32.94

100

64.86

2.49

4.23

28.42

100

33

Irian Jaya Barat

87.29

1.47

2.86

8.38

100

82.53

2.17

2.08

13.22

100

84.94

1.82

2.48

10.77

100

72.97

1.81

20.34

4.88

100

68.05

2.31

19.30

10.33

100

70.51

2.66

19.82

7.61

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.8.a

PERSENTASE KEPANDAIAN MEMBACA MENULIS PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KEATAS


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

Laki-laki+Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

65.57

3.54

29.97

0.92

100

62.75

4.50

30.27

2.49

100

64.13

4.03

30.12

1.72

100

Sumatera Utara

87.20

1.30

10.73

0.77

100

84.84

1.83

11.26

2.07

100

86.01

1.57

11.00

1.43

100

Sumatera Barat

82.66

1.24

14.65

1.45

100

81.53

1.39

15.23

1.85

100

82.09

1.32

14.94

1.65

100

Riau

84.38

0.45

14.51

0.66

100

81.81

0.70

16.21

1.28

100

83.10

0.57

15.36

0.97

100

Jambi

75.90

1.52

21.82

0.77

100

72.75

2.03

22.37

2.85

100

74.31

1.78

22.10

1.82

100

Sumatera Selatan

85.05

2.14

11.83

0.97

100

83.12

2.56

11.88

2.44

100

84.08

2.35

11.86

1.71

100

Bengkulu

93.68

1.38

3.47

1.46

100

93.43

1.22

1.99

3.37

100

93.55

1.30

2.72

2.43

100

Lampung

88.78

0.99

7.81

2.41

100

84.02

1.27

8.66

6.05

100

86.43

1.13

8.23

4.21

100

Kepulauan Bangka Belitung

70.73

2.58

24.41

2.28

100

65.43

5.16

24.92

4.48

100

68.19

3.82

24.66

3.34

100

10

Kepulauan Riau

60.51

1.68

36.23

1.58

100

61.15

1.54

33.21

4.09

100

60.83

1.61

34.73

2.83

100

11

DKI Jakarta

77.96

1.59

19.52

0.93

100

77.53

1.88

18.19

2.39

100

77.75

1.74

18.85

1.66

100

12

Jawa Barat

69.08

2.48

26.85

1.59

100

66.22

3.05

26.74

4.00

100

67.66

2.76

26.79

2.79

100

13

Jawa Tengah

75.49

1.23

19.17

4.10

100

70.03

1.54

18.03

10.40

100

72.73

1.39

18.59

7.28

100

14

DI Yogyakarta*

53.14

0.35

43.36

3.15

100

49.66

0.77

38.16

11.41

100

51.40

0.56

40.76

7.28

100

15

Jawa Timur

74.28

1.74

20.49

3.49

100

68.54

2.30

19.96

9.20

100

71.34

2.03

20.22

6.41

100

16

Banten

74.23

2.95

20.81

2.01

100

71.77

3.59

19.55

5.10

100

73.01

3.27

20.18

3.54

100

17

Bali

55.48

0.73

39.27

4.52

100

56.75

0.84

29.81

12.61

100

56.10

0.79

34.61

8.50

100

18

Nusa Tenggara Barat

72.91

2.28

16.20

8.60

100

65.71

2.70

13.45

18.14

100

69.21

2.49

14.79

13.51

100

19

Nusa Tenggara Timur

89.73

1.08

5.01

4.18

100

88.85

1.17

4.84

5.14

100

89.29

1.12

4.93

4.66

100

20

Kalimantan Barat

81.53

2.09

11.56

4.82

100

76.39

1.99

11.57

10.05

100

78.92

2.04

11.57

7.47

100

21

Kalimantan Tengah

84.89

0.58

12.78

1.75

100

84.31

0.80

11.87

3.02

100

84.60

0.69

12.33

2.38

100

22

Kalimantan Selatan

73.73

1.48

23.48

1.31

100

71.52

2.25

22.76

3.47

100

72.61

1.87

23.12

2.40

100

23

Kalimantan Timur

70.19

3.08

25.56

1.17

100

68.68

3.33

24.51

3.47

100

69.46

3.20

25.05

2.28

100

24

Sulawesi Utara

93.07

2.66

3.49

0.78

100

93.86

2.48

3.31

0.35

100

93.47

2.57

3.40

0.56

100

25

Sulawesi Tengah

79.59

1.48

17.88

1.05

100

77.28

1.95

19.24

1.53

100

78.42

1.72

18.57

1.30

100

26

Sulawesi Selatan

78.77

1.36

16.10

3.78

100

74.70

1.39

17.55

6.37

100

76.65

1.37

16.85

5.12

100

27

Sulawesi Tenggara

73.34

3.19

21.27

2.20

100

69.61

3.75

21.38

5.26

100

71.41

3.48

21.33

3.78

100

28

Gorontalo

65.73

1.24

30.62

2.41

100

61.00

1.97

35.30

1.73

100

63.25

1.62

33.08

2.05

100

29

Sulawesi Barat

70.18

3.62

20.15

6.06

100

68.30

3.29

21.60

6.80

100

69.22

3.45

20.89

6.44

100

30

Maluku

87.49

0.84

10.60

1.07

100

84.87

1.11

12.88

1.14

100

86.15

0.98

11.77

1.10

100

31

Maluku Utara

81.64

0.82

16.82

0.72

100

80.86

1.07

15.26

2.82

100

81.25

0.94

16.04

1.77

100

32

Papua

82.83

5.29

10.38

1.50

100

82.23

5.28

10.17

2.32

100

82.54

5.29

10.28

1.89

100

33

Irian Jaya Barat

94.99

3.52

0.73

0.76

100

92.81

4.10

0.48

2.61

100

93.89

3.81

0.61

1.69

100

74.93

1.84

20.81

2.42

100

71.63

2.27

20.06

6.04

100

73.27

2.06

20.43

4.24

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.8.b

PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS MENURUT PROVINSI,


JENIS KELAMIN, DAN KEPANDAIAN MEMBACA DAN MENULIS TAHUN 2006
Perdesaan
Laki-laki
No

Provinsi

(1)

(2)

Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

Laki-laki+Perempuan

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

Huruf

Huruf

Huruf Latin

Buta

Latin

Lainnya

+ Lainnya

Huruf

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

64.48

3.98

27.36

4.18

100

60.71

5.26

25.87

8.15

100

62.56

4.63

26.60

6.20

100

Sumatera Utara

87.33

1.83

8.28

2.55

100

83.67

1.96

8.36

6.01

100

85.50

1.90

8.32

4.29

100

Sumatera Barat

73.55

1.23

22.26

2.96

100

69.22

1.74

22.96

6.07

100

71.32

1.49

22.62

4.56

100

Riau

75.18

1.68

21.02

2.12

100

72.07

2.66

20.76

4.51

100

73.67

2.15

20.89

3.28

100

Jambi

71.24

3.46

21.97

3.33

100

66.21

5.14

20.12

8.53

100

68.77

4.29

21.06

5.88

100

Sumatera Selatan

89.04

1.62

7.09

2.26

100

85.32

2.08

7.16

5.44

100

87.22

1.84

7.12

3.81

100

Bengkulu

92.26

0.94

3.14

3.66

100

86.06

1.34

2.73

9.87

100

89.21

1.14

2.94

6.71

100

Lampung

79.55

1.00

15.40

4.06

100

74.68

1.42

13.91

9.99

100

77.22

1.20

14.68

6.90

100

Kepulauan Bangka Belitung

67.32

1.85

27.61

3.22

100

64.18

1.79

25.72

8.31

100

65.81

1.82

26.71

5.66

100

10

Kepulauan Riau

75.08

0.49

16.89

7.53

100

70.86

0.60

16.87

11.67

100

73.05

0.53

16.98

9.53

100

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

67.05

1.75

27.26

3.93

100

62.88

2.52

25.64

8.96

100

65.00

2.13

26.46

6.40

100

13

Jawa Tengah

67.81

1.10

22.85

8.24

100

60.05

1.65

21.13

17.17

100

63.91

1.38

21.99

12.72

100

14

DI Yogyakarta*

48.32

0.63

38.98

12.08

100

42.40

0.28

31.74

25.57

100

45.27

0.45

35.26

19.02

100

15

Jawa Timur

63.24

2.63

24.29

9.83

100

53.75

3.36

22.03

20.86

100

58.40

3.01

23.14

15.46

100

16

Banten

65.43

2.95

28.23

3.39

100

62.57

3.79

25.98

7.65

100

64.03

3.36

27.13

5.47

100

17

Bali

53.53

0.81

35.46

10.20

100

49.48

0.64

24.73

25.15

100

51.52

0.73

30.13

17.62

100

18

Nusa Tenggara Barat

64.07

1.62

18.45

15.85

100

56.06

1.24

16.59

26.11

100

59.79

1.42

17.46

21.34

100

19

Nusa Tenggara Timur

87.12

0.61

1.18

11.10

100

82.48

0.54

1.07

15.92

100

84.77

0.57

1.12

13.53

100

20

Kalimantan Barat

83.15

1.69

8.78

6.38

100

74.17

2.50

8.45

14.87

100

78.77

2.09

8.62

10.52

100

21

Kalimantan Tengah

93.12

0.61

3.89

2.38

100

90.15

0.83

4.24

4.78

100

91.69

0.72

4.06

3.54

100

22

Kalimantan Selatan

66.86

1.81

26.88

4.45

100

59.83

3.14

27.01

10.02

100

63.34

2.47

26.95

7.24

100

23

Kalimantan Timur

72.69

2.41

20.82

4.08

100

69.49

2.22

19.84

8.45

100

71.18

2.32

20.36

6.14

100

24

Sulawesi Utara

95.89

0.84

2.17

1.10

100

94.32

1.03

3.20

1.44

100

95.13

0.93

2.67

1.27

100

25

Sulawesi Tengah

74.22

1.71

20.07

4.00

100

70.22

1.84

20.80

7.14

100

72.29

1.77

20.43

5.52

100

26

Sulawesi Selatan

69.46

2.13

14.91

13.50

100

63.06

2.64

15.35

18.95

100

66.15

2.39

15.14

16.31

100

27

Sulawesi Tenggara

84.64

1.11

7.72

6.53

100

77.48

1.57

7.25

13.70

100

81.01

1.34

7.48

10.18

100

28

Gorontalo

76.10

1.42

17.18

5.30

100

67.63

1.79

26.14

4.44

100

71.90

1.60

21.62

4.87

100

29

Sulawesi Barat

76.01

2.04

11.08

10.87

100

71.37

2.50

9.81

16.31

100

73.67

2.28

10.44

13.62

100

30

Maluku

84.52

0.93

11.33

3.22

100

83.92

0.99

10.42

4.67

100

84.22

0.96

10.87

3.95

100

31

Maluku Utara

80.69

0.67

14.54

4.10

100

78.19

0.78

12.87

8.16

100

79.47

0.72

13.72

6.09

100

32

Papua

64.27

1.62

2.42

31.69

100

53.48

1.53

2.09

42.90

100

59.12

1.58

2.26

37.04

100

33

Irian Jaya Barat

83.77

0.53

3.83

11.87

100

77.53

1.24

2.86

18.37

100

80.72

0.88

3.36

15.04

100

71.46

1.78

19.97

6.79

100

65.24

2.35

18.71

13.70

100

68.35

2.07

19.34

10.24

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

100

100

100

Lampiran 2.9

PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Tidak
Bersekolah
Lagi

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Nanggroe Aceh Darussalam

4.97

8.51

8.20

6.51

3.07

26.30

68.73

100.00

Sumatera Utara

2.70

8.84

7.82

6.04

1.80

24.51

72.79

100.00

Sumatera Barat

2.53

9.05

6.81

5.06

2.49

23.41

74.06

100.00

Riau

2.93

8.97

7.17

4.96

1.54

22.63

74.44

100.00

Jambi

5.53

8.08

5.78

4.11

1.62

19.59

74.88

100.00

Sumatera Selatan

3.45

7.97

6.47

4.39

1.36

20.19

76.36

100.00

Bengkulu

4.74

8.55

6.65

5.52

2.04

22.75

72.51

100.00

Lampung

5.65

8.16

6.55

4.04

1.02

19.77

74.58

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

5.22

6.74

5.18

4.19

0.86

16.97

77.81

100.00

10

Kepulauan Riau

5.01

6.51

5.32

3.93

0.90

16.66

78.33

100.00

11

DKI Jakarta

1.72

4.53

4.97

4.53

2.76

16.80

81.48

100.00

12

Jawa Barat

4.82

7.77

5.48

3.72

1.18

18.14

77.04

100.00

13

Jawa Tengah

9.44

6.91

5.80

3.62

1.13

17.45

73.11

100.00

14

DI Yogyakarta*

12.25

4.87

4.47

3.72

6.91

19.98

67.77

100.00

15

Jawa Timur

11.49

6.21

5.07

3.29

1.26

15.82

72.69

100.00

16

Banten

5.36

8.31

6.14

4.13

1.44

20.02

74.62

100.00

17

Bali

12.56

5.74

4.78

3.92

1.67

16.11

71.33

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

17.92

8.94

7.12

4.61

1.74

22.41

59.67

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

10.43

11.21

5.47

3.44

1.01

21.13

68.44

100.00

20

Kalimantan Barat

10.48

9.48

6.23

3.57

1.15

20.43

69.09

100.00

21

Kalimantan Tengah

2.95

9.49

6.51

4.02

1.22

21.24

75.81

100.00

22

Kalimantan Selatan

4.95

7.61

5.50

3.44

1.14

17.69

77.36

100.00

23

Kalimantan Timur

4.50

7.78

5.73

4.76

2.01

20.28

75.22

100.00

24

Sulawesi Utara

0.74

5.93

5.37

4.31

1.58

17.19

82.07

100.00

25

Sulawesi Tengah

3.93

8.11

5.96

3.84

1.83

19.74

76.33

100.00

26

Sulawesi Selatan

12.09

7.29

5.78

4.13

2.10

19.30

68.61

100.00

27

Sulawesi Tenggara

8.48

8.69

7.86

5.32

2.36

24.24

67.28

100.00

28

Gorontalo

2.12

9.12

5.56

3.14

1.14

18.96

78.92

100.00

29

Sulawesi Barat

11.91

9.06

5.51

3.37

0.95

18.89

69.2

100.00

30

Maluku

3.44

9.21

8.81

6.31

2.08

26.41

70.15

100.00

31

Maluku Utara

4.28

9.30

7.18

5.48

1.76

23.72

72

100.00

32

Papua

29.22

10.07

6.02

4.00

1.06

21.15

49.63

100.00

33

Irian Jaya Barat

10.34

11.47

6.45

3.90

0.87

22.69

66.97

100.00

7.43

7.49

5.88

4.04

1.52

18.94

73.63

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.9.a

PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Tidak
Bersekolah
Lagi

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Nanggroe Aceh Darussalam

1.62

7.33

7.47

7.66

5.99

28.45

69.93

100.00

Sumatera Utara

1.24

7.23

7.48

6.63

2.94

24.28

74.48

100.00

Sumatera Barat

1.26

7.93

7.06

6.43

5.40

26.83

71.91

100.00

Riau

0.92

7.80

6.89

6.11

2.61

23.41

75.67

100.00

Jambi

2.23

6.61

5.58

5.63

2.54

20.36

77.41

100.00

Sumatera Selatan

2.29

7.07

6.77

6.58

3.04

23.45

74.26

100.00

Bengkulu

1.75

7.74

6.04

8.37

4.36

26.51

71.74

100.00

Lampung

3.78

6.66

6.06

6.17

2.20

21.08

75.14

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

3.13

5.50

5.24

5.42

1.16

17.32

79.55

100.00

10

Kepulauan Riau

3.17

5.95

5.12

4.26

0.99

16.33

80.50

100.00

11

DKI Jakarta

1.72

4.53

4.97

4.53

2.76

16.80

81.48

100.00

12

Jawa Barat

2.96

7.30

6.20

4.67

1.78

19.95

77.09

100.00

13

Jawa Tengah

6.65

6.40

6.05

4.85

1.93

19.23

74.12

100.00

14

DI Yogyakarta*

7.21

4.41

4.01

4.02

11.10

23.55

69.24

100.00

15

Jawa Timur

6.30

5.89

5.42

4.42

2.13

17.85

75.85

100.00

16

Banten

4.00

6.69

6.02

5.02

2.21

19.95

76.05

100.00

17

Bali

8.11

5.53

5.01

4.70

2.06

17.30

74.59

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

13.54

7.94

7.31

5.79

2.81

23.85

62.61

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

4.08

7.67

7.49

8.99

3.75

27.91

68.01

100.00

20

Kalimantan Barat

7.30

8.41

5.68

5.27

2.89

22.25

70.45

100.00

21

Kalimantan Tengah

2.02

7.90

6.37

6.01

2.97

23.25

74.73

100.00

22

Kalimantan Selatan

2.06

6.82

5.85

4.39

2.04

19.10

78.84

100.00

23

Kalimantan Timur

2.25

6.82

5.88

5.05

2.92

20.67

77.08

100.00

24

Sulawesi Utara

0.42

5.36

5.42

4.89

2.77

18.45

81.13

100.00

25

Sulawesi Tengah

1.22

6.62

6.36

6.90

5.33

25.21

73.57

100.00

26

Sulawesi Selatan

4.22

6.00

5.70

5.93

4.58

22.22

73.56

100.00

27

Sulawesi Tenggara

4.06

6.51

7.79

7.77

6.48

28.56

67.38

100.00

28

Gorontalo

1.21

7.55

6.57

5.26

2.19

21.57

77.22

100.00

29

Sulawesi Barat

5.76

7.03

5.32

6.51

2.79

21.65

72.59

100.00

30

Maluku

1.07

8.09

8.87

8.08

4.31

29.35

69.58

100.00

31

Maluku Utara

1.77

6.36

6.91

8.29

4.98

26.55

71.68

100.00

32

Papua

2.53

7.53

7.76

7.35

2.33

24.96

72.51

100.00

33

Irian Jaya Barat

1.66

6.91

7.47

6.93

1.44

22.76

75.58

100.00

4.15

6.50

5.99

5.10

2.55

20.14

75.71

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.9.b

PERSENTASE STATUS PENDIDIKAN PADA PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Tidak/Belum
Pernah
Sekolah

Masih Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/
SMK/MA

D-I/Univ.

Jumlah
yang Masih
Sekolah

Tidak
Bersekolah
Lagi

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Nanggroe Aceh Darussalam

6.00

8.88

8.43

6.16

2.17

25.64

68.37

100.00

Sumatera Utara

3.90

10.16

8.10

5.56

0.87

24.69

71.41

100.00

Sumatera Barat

3.11

9.55

6.70

4.44

1.16

21.85

75.04

100.00

Riau

4.03

9.61

7.32

4.33

0.95

22.21

73.76

100.00

Jambi

6.83

8.65

5.86

3.52

1.26

19.29

73.88

100.00

Sumatera Selatan

4.07

8.45

6.31

3.23

0.47

18.46

77.47

100.00

Bengkulu

5.92

8.87

6.90

4.39

1.12

21.27

72.81

100.00

Lampung

6.18

8.59

6.69

3.43

0.68

19.40

74.42

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

6.76

7.65

5.13

3.29

0.64

16.71

76.53

100.00

10

Kepulauan Riau

11.92

8.63

6.05

2.71

0.54

17.93

70.15

100.00

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

6.92

8.30

4.66

2.64

0.50

16.10

76.98

100.00

13

Jawa Tengah

11.46

7.28

5.61

2.72

0.55

16.16

72.38

100.00

14

DI Yogyakarta*

18.60

5.46

5.04

3.34

1.64

15.48

65.92

100.00

15

Jawa Timur

15.27

6.45

4.82

2.46

0.62

14.34

70.39

100.00

16

Banten

7.05

10.33

6.30

3.02

0.48

20.13

72.82

100.00

17

Bali

17.42

5.96

4.52

3.08

1.25

14.82

67.76

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

20.63

9.56

7.00

3.89

1.08

21.52

57.85

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

11.74

11.94

5.05

2.30

0.45

19.73

68.53

100.00

20

Kalimantan Barat

11.68

9.89

6.44

2.93

0.49

19.75

68.58

100.00

21

Kalimantan Tengah

3.33

10.15

6.57

3.20

0.49

20.41

76.26

100.00

22

Kalimantan Selatan

6.71

8.10

5.28

2.86

0.59

16.83

76.46

100.00

23

Kalimantan Timur

7.17

8.92

5.56

4.42

0.93

19.83

73.00

100.00

24

Sulawesi Utara

0.94

6.28

5.33

3.94

0.84

16.40

82.66

100.00

25

Sulawesi Tengah

4.65

8.51

5.85

3.02

0.89

18.28

77.07

100.00

26

Sulawesi Selatan

15.81

7.90

5.81

3.28

0.93

17.93

66.26

100.00

27

Sulawesi Tenggara

9.74

9.32

7.88

4.62

1.19

23.01

67.25

100.00

28

Gorontalo

2.45

9.71

5.19

2.36

0.76

18.00

79.55

100.00

29

Sulawesi Barat

13.03

9.43

5.54

2.80

0.62

18.39

68.58

100.00

30

Maluku

4.44

9.68

8.79

5.57

1.14

25.18

70.38

100.00

31

Maluku Utara

5.16

10.34

7.28

4.49

0.63

22.72

72.12

100.00

32

Papua

37.89

10.90

5.45

2.92

0.65

19.92

42.19

100.00

33

Irian Jaya Barat

14.42

13.62

5.97

2.47

0.60

22.67

62.91

100.00

10.00

8.27

5.79

3.22

0.72

18.00

72.00

100

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.10

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Tidak
No

Provinsi

Mempunyai
Ijazah

(1)

(2)

Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki


SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/ MA

SMK

D-I/D-II

Ak/

S1/

D-III

D-IV

S2-S3

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

23.9

30.44

21.51

17.53

2.02

0.98

1.15

2.32

0.15

100.00

Sumatera Utara

22.96

26.98

21.84

19.11

5.19

0.72

0.96

2.14

0.1

100.00

Sumatera Barat

29.96

25.40

18.64

15.42

5.11

1.09

1.47

2.76

0.14

100.00

Riau

23.83

30.67

19.55

17.85

4.07

0.61

1.07

2.18

0.17

100.00

Jambi

28.85

31.48

18.60

14.10

3.14

0.89

0.86

2.01

0.07

100.00

Sumatera Selatan

26.61

34.66

16.98

15.57

2.93

0.62

0.79

1.77

0.06

100.00

Bengkulu

29.12

28.29

19.30

15.12

3.53

0.97

0.98

2.43

0.26

100.00

Lampung

32.11

31.51

19.02

10.38

4.24

0.71

0.60

1.40

0.04

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

32.09

33.37

16.04

11.03

4.38

0.77

1.04

1.23

0.04

100.00

10

Kepulauan Riau

22.14

24.86

16.24

24.04

7.84

0.88

1.52

2.25

0.24

100.00

11

DKI Jakarta

11.91

20.95

19.58

25.24

9.99

1.08

3.67

6.97

0.61

100.00

12

Jawa Barat

25.20

36.58

17.03

12.85

3.93

0.76

1.20

2.33

0.12

100.00

13

Jawa Tengah

29.88

35.33

17.39

9.92

3.96

0.68

0.93

1.86

0.05

100.00

14

DI Yogyakarta*

25.11

21.56

16.37

19.44

7.84

0.89

2.37

5.88

0.55

100.00

15

Jawa Timur

31.12

31.72

16.90

11.96

4.38

0.57

0.59

2.61

0.14

100.00

16

Banten

25.48

32.22

18.21

14.97

4.41

0.88

0.92

2.76

0.15

100.00

17

Bali

28.82

26.96

14.53

18.78

4.29

1.96

0.97

3.40

0.29

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

41.07

26.78

14.34

12.83

1.51

0.81

0.57

2.05

0.05

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

42.03

32.20

11.57

8.65

2.64

0.54

0.60

1.71

0.06

100.00

20

Kalimantan Barat

39.22

28.41

16.10

11.07

2.35

0.89

0.54

1.34

0.10

100.00

21

Kalimantan Tengah

22.68

37.16

21.22

12.96

2.78

0.85

0.66

1.64

0.04

100.00

22

Kalimantan Selatan

30.35

32.08

16.90

12.90

3.49

0.89

0.81

2.5

0.08

100.00

23

Kalimantan Timur

23.93

25.55

19.11

19.65

6.50

0.92

1.33

2.89

0.12

100.00

24

Sulawesi Utara

21.02

26.60

22.43

20.60

4.95

0.73

0.86

2.62

0.19

100.00

25

Sulawesi Tengah

25.26

35.77

17.64

13.80

3.13

1.06

0.54

2.64

0.15

100.00

26

Sulawesi Selatan

33.42

27.29

15.79

15.30

2.82

0.92

0.92

3.39

0.16

100.00

27

Sulawesi Tenggara

29.79

28.73

18.79

15.55

2.76

1.11

0.63

2.51

0.13

100.00

28

Gorontalo

39.03

32.63

11.89

10.41

3.15

0.60

0.49

1.66

0.13

100.00

29

Sulawesi Barat

37.82

34.02

13.98

8.84

2.16

0.98

0.51

1.58

0.10

100.00

30

Maluku

21.72

33.88

19.02

18.01

3.50

1.18

0.69

1.9

0.10

100.00

31

Maluku Utara

30.64

29.85

17.94

15.52

2.34

1.08

0.49

2.07

0.06

100.00

32

Papua

47.77

20.96

12.99

11.09

3.68

0.51

0.83

2.00

0.17

100.00

33

Irian Jaya Barat

33.97

30.23

17.13

11.55

4.67

0.61

0.49

1.32

0.03

100.00

28.20

31.67

17.56

13.88

4.24

0.77

1.02

2.51

0.14

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.10.a

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Tidak
Provinsi

No

Mempunyai
Ijazah

(1)

(2)

SD/MI

SLTP/
MTs.

SMU/ SM

SMK

D-I/D-II

Ak/

S1/

D-III

D-IV

S2-S3

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

13.71

20.25

21.87

29.42

4.19

1.52

2.56

6.01

0.47

100.00

Sumatera Utara

15.78

22.15

22.32

25.92

7.05

0.97

1.66

3.95

0.20

100.00

Sumatera Barat

18.09

19.72

19.28

24.14

8.24

1.22

3.03

5.94

0.34

100.00

Riau

14.84

20.44

19.79

28.05

8.57

0.79

2.28

4.79

0.44

100.00

Jambi

18.54

23.68

19.77

22.78

6.78

1.13

2.16

4.93

0.23

100.00

Sumatera Selatan

17.03

23.26

18.86

28.16

5.46

1.09

1.83

4.15

0.15

100.00

Bengkulu

16.80

18.40

21.97

25.88

6.20

1.64

2.28

5.9

0.92

100.00

Lampung

22.05

23.55

19.71

19.66

7.97

1.10

1.55

4.32

0.10

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

23.08

27.31

18.82

17.00

7.87

1.36

2.02

2.45

0.10

100.00

10

Kepulauan Riau

16.80

20.86

17.83

28.92

9.65

1.01

1.88

2.75

0.30

100.00

11

DKI Jakarta

11.91

20.95

19.58

25.24

9.99

1.08

3.67

6.97

0.61

100.00

12

Jawa Barat

18.61

29.07

19.31

19.63

6.06

1.07

2.00

4.02

0.22

100.00

13

Jawa Tengah

23.14

28.92

19.59

15.91

6.14

0.98

1.71

3.49

0.11

100.00

14

DI Yogyakarta*

17.99

15.57

15.74

27.04

9.37

0.79

3.59

9.01

0.90

100.00

15

Jawa Timur

22.02

25.67

18.84

19.49

6.79

0.79

1.15

4.97

0.27

100.00

16

Banten

18.46

24.32

20.11

22.54

7.03

1.25

1.51

4.53

0.26

100.00

17

Bali

22.29

23.99

15.30

23.22

5.36

2.66

1.50

5.17

0.51

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

33.94

25.07

15.31

17.17

2.41

0.89

0.99

4.09

0.12

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

20.25

22.00

19.89

22.80

5.73

0.96

1.72

6.38

0.28

100.00

20

Kalimantan Barat

28.83

21.70

17.15

20.50

4.76

1.55

1.39

3.84

0.29

100.00

21

Kalimantan Tengah

18.47

24.66

19.99

23.25

5.62

1.46

1.70

4.73

0.14

100.00

22

Kalimantan Selatan

20.74

24.07

19.21

21.61

6.15

0.96

1.68

5.38

0.20

100.00

23

Kalimantan Timur

17.10

20.79

19.10

26.17

9.19

1.10

2.00

4.35

0.19

100.00

24

Sulawesi Utara

15.24

18.22

21.64

29.72

7.40

0.80

1.47

5.12

0.39

100.00

25

Sulawesi Tengah

12.78

19.36

20.40

28.11

6.89

1.67

1.57

8.68

0.54

100.00

26

Sulawesi Selatan

20.30

20.77

16.81

27.13

4.10

1.18

1.89

7.42

0.41

100.00

27

Sulawesi Tenggara

17.10

18.04

18.96

29.66

5.71

1.25

1.77

6.97

0.53

100.00

28

Gorontalo

23.97

26.99

17.00

19.23

6.92

0.71

1.02

3.74

0.43

100.00

29

Sulawesi Barat

24.95

26.72

17.45

15.47

5.35

2.08

1.68

5.76

0.55

100.00

30

Maluku

13.54

21.47

20.37

30.55

5.55

1.78

1.45

5.07

0.22

100.00

31

Maluku Utara

14.24

20.22

20.66

31.19

4.99

1.58

1.1

5.81

0.21

100.00

32

Papua

14.27

19.30

19.94

25.05

10.10

1.32

2.87

6.57

0.58

100.00

33

Irian Jaya Barat

15.94

24.06

24.34

21.71

8.99

1.00

0.64

3.24

0.10

100.00

19.30

25.07

19.29

21.53

6.79

1.06

1.91

4.75

0.29

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.10.b

PERSENTASE PENDUDUK INDONESIA BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS


MENURUT IJAZAH/STTB TERTINGGI YANG DIMILIKI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
Ijazah/STTB Tertinggi yang Dimiliki

Tidak
Provinsi

No

Mempunyai
Ijazah

(1)

(2)

SD/

MI

SLTP/
MTs.

SMU/ SM

SMK

D-I/D-II

Ak/

S1/

D-III

D-IV

S2-S3

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

27.04

33.57

21.40

13.86

1.35

0.82

0.72

1.18

0.05

100.00

Sumatera Utara

28.83

30.92

21.46

13.54

3.67

0.51

0.39

0.66

0.02

100.00

Sumatera Barat

35.38

27.99

18.35

11.44

3.68

1.03

0.76

1.31

0.05

100.00

Riau

28.77

36.29

19.42

12.24

1.60

0.52

0.41

0.74

0.02

100.00

Jambi

32.90

34.53

18.14

10.69

1.72

0.80

0.35

0.86

0.01

100.00

Sumatera Selatan

31.68

40.70

15.99

8.90

1.59

0.36

0.25

0.51

0.01

100.00

Bengkulu

33.98

32.19

18.25

10.86

2.48

0.71

0.46

1.06

0.01

100.00

Lampung

35.01

33.80

18.82

7.70

3.17

0.60

0.32

0.55

0.02

Kepulauan Bangka Belitung

38.72

37.83

14.00

6.64

1.82

0.34

0.31

0.33

10

Kepulauan Riau

42.23

39.89

10.25

5.66

1.02

0.40

0.16

0.38

0.02

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

32.65

45.08

14.45

5.18

1.51

0.41

0.30

0.42

0.01

100.00

13

Jawa Tengah

34.77

40.00

15.79

5.58

2.37

0.46

0.36

0.68

0.01

100.00

14

DI Yogyakarta*

34.07

29.10

17.15

9.85

5.92

1.02

0.84

1.93

0.11

100.00

15

Jawa Timur

37.76

36.14

15.48

6.47

2.62

0.41

0.19

0.89

0.04

100.00

16

Banten

34.28

42.11

15.84

5.50

1.14

0.41

0.17

0.54

100.00

17

Bali

35.97

30.21

13.69

13.92

3.12

1.19

0.39

1.46

0.06

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

45.47

27.83

13.74

10.14

0.96

0.75

0.31

0.79

0.00

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

46.52

34.30

9.86

5.74

2.00

0.45

0.37

0.75

0.01

100.00

20

Kalimantan Barat

43.15

30.94

15.70

7.50

1.44

0.64

0.21

0.39

0.02

100.00

21

Kalimantan Tengah

24.42

42.33

21.73

8.70

1.61

0.61

0.23

0.37

0.00

100.00

22

Kalimantan Selatan

36.22

36.97

15.49

7.59

1.86

0.85

0.27

0.75

0.01

100.00

23

Kalimantan Timur

32.07

31.23

19.12

11.87

3.31

0.70

0.54

1.15

0.04

100.00

24

Sulawesi Utara

24.62

31.80

22.91

14.93

3.43

0.68

0.49

1.06

0.07

100.00

25

Sulawesi Tengah

28.60

40.16

16.91

9.98

2.12

0.90

0.26

1.03

0.04

100.00

26

Sulawesi Selatan

39.63

30.37

15.31

9.71

2.22

0.79

0.46

1.48

0.03

100.00

27

Sulawesi Tenggara

33.40

31.77

18.74

11.53

1.92

1.07

0.30

1.24

0.02

100.00

28

Gorontalo

44.61

34.72

9.99

7.14

1.75

0.56

0.30

0.89

0.02

100.00

29

Sulawesi Barat

40.16

35.35

13.36

7.63

1.58

0.78

0.30

0.82

0.01

100.00

30

Maluku

25.16

39.09

18.46

12.73

2.64

0.93

0.37

0.57

0.04

100.00

31

Maluku Utara

36.40

33.23

16.98

10.02

1.41

0.90

0.28

0.76

0.01

100.00

32

Papua

58.66

21.50

10.73

6.56

1.59

0.25

0.17

0.52

0.03

100.00

33

Irian Jaya Barat

42.47

33.14

13.73

6.77

2.64

0.42

0.42

0.41

100.00

35.15

36.82

16.21

7.90

2.25

0.55

0.33

0.76

0.02

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

100.00
100.00
100.00

Lampiran 2.11

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL (M2),


TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006
2
Luas lantai (m )

No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan

Pedesaan

Perkotaan + Pedesaan

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

<= 19

20-49

50-99

100-149

150+

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

Nanggroe Aceh Darussalam

4.13

39.20

38.43

10.82

7.22

100.00

2.66

62.30

28.75

3.61

2.68

100.00

3.02

57.30

30.85

5.18

3.66

100.00

Sumatera Utara

3.06

37.96

40.38

10.11

8.49

100.00

3.20

56.93

33.74

3.42

2.71

100.00

3.14

48.67

36.63

6.33

5.22

100.00

Sumatera Barat

8.59

31.06

39.94

10.55

9.86

100.00

4.79

42.68

42.71

6.49

3.33

100.00

5.97

39.08

41.85

7.75

5.35

100.00

Riau

1.23

48.90

33.11

9.27

7.48

100.00

2.56

55.71

36.89

3.42

1.42

100.00

2.10

53.34

35.58

5.45

3.53

100.00

Jambi

3.60

39.77

41.41

9.19

6.03

100.00

1.62

48.12

42.47

5.00

2.79

100.00

2.16

45.86

42.18

6.13

3.67

100.00

Sumatera Selatan

6.56

52.68

27.63

7.57

5.56

100.00

4.05

50.76

38.85

3.85

2.49

100.00

4.86

51.38

35.22

5.05

3.48

100.00

Bengkulu

10.27

39.06

35.99

7.49

7.20

100.00

4.15

56.22

36.09

1.74

1.80

100.00

5.80

51.59

36.06

3.29

3.26

100.00

Lampung

4.34

32.56

49.88

8.36

4.86

100.00

2.02

33.59

56.70

5.86

1.83

100.00

2.51

33.38

55.27

6.38

2.46

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

2.26

44.31

42.63

6.29

4.50

100.00

1.91

49.10

40.57

5.56

2.86

100.00

2.05

47.16

41.40

5.85

3.53

100.00

10

Kepulauan Riau

12.32

36.89

39.03

7.13

4.62

100.00

5.94

58.21

28.16

4.48

3.21

100.00

11.07

41.07

36.90

6.61

4.35

100.00

11

DKI Jakarta

20.93

31.29

24.74

9.91

13.12

100.00

100.00

20.93

31.29

24.74

9.91

13.12

100.00

12

Jawa Barat

5.64

38.67

39.54

10.10

6.06

100.00

2.23

55.07

37.71

3.26

1.72

100.00

3.96

46.73

38.64

6.74

3.93

100.00

13

Jawa Tengah

2.32

20.18

53.02

15.29

9.18

100.00

0.52

16.81

58.56

16.14

7.98

100.00

1.25

18.19

56.30

15.79

8.47

100.00

14

DI Yogyakarta*

25.36

15.65

31.21

14.15

13.63

100.00

0.89

11.58

57.12

18.79

11.62

100.00

15.47

14.00

41.69

16.02

12.81

100.00

15

Jawa Timur

7.30

28.41

45.25

11.07

7.98

100.00

0.78

32.36

51.21

9.91

5.74

100.00

3.47

30.73

48.75

10.39

6.67

100.00

16

Banten

8.68

32.63

36.93

12.68

9.08

100.00

1.70

50.81

38.51

5.29

3.69

100.00

5.59

40.67

37.63

9.41

6.70

100.00

17

Bali

19.82

30.70

29.88

10.92

8.68

100.00

6.36

53.26

33.34

5.06

1.97

100.00

13.57

41.18

31.49

8.20

5.57

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

15.86

56.62

21.43

2.95

3.14

100.00

14.24

67.26

15.43

1.68

1.38

100.00

14.82

63.41

17.60

2.14

2.02

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

10.40

52.77

26.35

5.29

5.19

100.00

5.43

70.08

21.03

1.68

1.78

100.00

6.21

67.38

21.86

2.24

2.31

100.00

20

Kalimantan Barat

2.90

40.10

39.54

10.32

7.14

100.00

2.40

61.41

32.56

2.45

1.18

100.00

2.53

55.79

34.40

4.53

2.75

100.00

21

Kalimantan Tengah

6.27

46.31

37.11

5.93

4.38

100.00

1.33

57.06

39.28

1.57

0.76

100.00

2.78

53.90

38.64

2.85

1.83

100.00

22

Kalimantan Selatan

7.93

42.48

33.67

8.36

7.56

100.00

4.01

47.55

43.21

3.22

2.01

100.00

5.47

45.66

39.66

5.13

4.07

100.00

23

Kalimantan Timur

6.62

41.96

36.18

8.99

6.25

100.00

1.99

47.93

42.83

4.09

3.16

100.00

4.51

44.68

39.21

6.76

4.84

100.00

24

Sulawesi Utara

6.27

57.46

23.08

5.54

7.65

100.00

3.22

68.88

24.61

1.86

1.42

100.00

4.38

64.53

24.03

3.26

3.80

100.00

25

Sulawesi Tengah

8.19

44.24

30.41

10.16

7.00

100.00

3.27

56.40

33.37

4.73

2.22

100.00

4.26

53.96

32.78

5.82

3.18

100.00

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28
29

9.54

32.58

39.70

11.96

6.23

100.00

1.74

37.14

50.62

7.80

2.70

100.00

4.22

35.69

47.15

9.12

3.82

100.00

10.24

36.04

35.85

10.66

7.22

100.00

2.57

50.43

39.02

5.25

2.73

100.00

4.25

47.27

38.33

6.44

3.71

100.00

Gorontalo

4.54

52.76

27.92

7.95

6.83

100.00

9.00

65.42

19.99

3.43

2.16

100.00

7.79

62.00

22.13

4.65

3.42

100.00

Sulawesi Barat

5.77

39.99

41.47

6.41

6.34

100.00

5.65

51.59

36.81

3.99

1.96

100.00

5.67

49.89

37.49

4.34

2.61

100.00

30

Maluku

5.13

48.77

35.15

5.48

5.47

100.00

1.03

61.29

31.74

2.86

3.08

100.00

2.21

57.69

32.72

3.61

3.76

100.00

31

Maluku Utara

3.73

26.39

54.71

11.29

3.89

100.00

0.58

43.82

49.82

5.01

0.77

100.00

1.36

39.52

51.03

6.56

1.54

100.00

32

Papua

14.71

55.39

21.44

4.35

4.11

100.00

34.70

53.73

8.44

1.22

1.91

100.00

30.06

54.12

11.46

1.95

2.42

100.00

33

Irian Jaya Barat

22.08

52.36

22.76

2.32

0.48

100.00

1.54

79.70

17.53

0.77

0.45

100.00

8.67

70.22

19.35

1.31

0.46

100.00

8.01

33.67

39.56

10.79

7.98

100.00

2.70

43.22

43.20

7.07

3.81

100.00

4.98

39.11

41.63

8.67

5.69

100.00

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra 2006
Keterangan : * Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.12

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(6)

(7)

(8)

Sumber
Air Minum

Jumlah
Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

(10)

(11)

(12)

Lainnya

Terlindung
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(9)

Sumber
Air Minum
Tak Terlindung

(13)

(14)

Nanggroe Aceh Darussalam

4.42

10.93

3.17

4.68

43.24

1.61

68.05

22.74

3.07

5.55

0.58

Sumatera Utara

2.15

25.89

10.49

7.23

30.57

2.25

78.58

11.87

5.86

3.27

0.42

21.42

Sumatera Barat

1.80

23.05

3.14

8.75

31.72

2.65

71.11

14.95

10.17

3.56

0.21

28.89

Riau

5.19

2.66

3.01

2.03

36.17

27.84

76.90

19.80

0.97

2.24

0.09

23.10

Jambi

2.03

16.76

1.19

1.44

32.44

13.09

66.95

19.90

1.54

11.51

0.11

33.06

Sumatera Selatan

2.26

19.02

1.03

1.92

39.40

6.83

70.46

16.81

1.53

10.72

0.48

29.54

Bengkulu

1.34

13.00

2.77

4.55

39.36

0.04

61.06

30.80

4.72

3.28

0.14

38.94

Lampung

1.49

4.93

2.38

2.86

58.95

1.59

72.20

21.82

3.50

1.85

0.63

27.80

Kepulauan Bangka Belitung

4.09

4.12

5.38

1.85

49.96

65.40

30.76

2.07

1.53

0.24

34.60

10

Kepulauan Riau

7.27

37.93

1.13

3.59

28.19

4.19

82.30

11.84

2.64

1.31

1.92

17.71

11

DKI Jakarta

20.80

39.73

33.20

0.70

4.85

0.16

99.44

0.30

0.04

0.22

0.56

12

Jawa Barat

4.37

12.79

24.18

10.15

34.57

0.03

86.09

7.72

5.46

0.54

0.20

13.92

13

Jawa Tengah

1.63

16.77

10.62

12.60

43.95

0.30

85.87

9.00

4.22

0.70

0.21

14.13

14

DI Yogyakarta*

8.75

14.17

6.44

3.60

50.00

4.67

87.63

8.05

3.72

0.14

0.45

12.36

15

Jawa Timur

5.32

17.78

15.23

10.49

39.88

0.56

89.26

6.92

2.57

0.58

0.68

10.75

16

Banten

15.28

17

Bali

18

31.94

7.62

12.92

33.39

4.75

25.50

0.54

84.72

9.12

2.86

2.68

0.62

15.27

38.27

6.35

13.12

17.12

3.48

93.61

1.70

2.90

1.30

0.49

6.39

Nusa Tenggara Barat

3.86

16.61

7.75

10.49

46.18

84.89

11.09

2.50

1.44

0.09

15.12

19

Nusa Tenggara Timur

0.67

20.33

0.90

24.28

18.56

2.36

67.10

9.28

18.27

5.16

0.19

32.90

20

Kalimantan Barat

2.43

9.27

1.13

4.42

7.40

38.43

63.08

10.45

2.77

23.62

0.10

36.94

21

Kalimantan Tengah

1.09

17.01

10.55

0.69

19.69

5.20

54.23

7.52

0.56

37.56

0.12

45.76

22

Kalimantan Selatan

2.34

34.72

11.45

0.51

16.51

2.32

67.85

12.93

0.97

17.86

0.40

32.16

23

Kalimantan Timur

3.70

48.29

3.13

2.79

11.88

6.88

76.67

9.58

1.01

12.35

0.39

23.33

24

Sulawesi Utara

3.45

28.72

5.24

13.43

37.03

1.09

88.96

7.92

2.71

0.35

0.07

11.05

25

Sulawesi Tengah

2.73

18.12

13.63

16.89

25.67

1.13

78.17

12.07

3.39

6.18

0.19

21.83

26

Sulawesi Selatan

1.62

25.50

10.32

8.40

31.81

0.59

78.24

14.97

4.78

1.88

0.11

21.74

27

Sulawesi Tenggara

0.84

28.09

2.49

10.69

32.79

1.68

76.58

16.68

4.50

1.97

0.27

23.42

28

Gorontalo

0.84

16.02

1.81

4.15

53.25

0.08

76.15

16.60

1.16

5.39

0.70

23.85

29

Sulawesi Barat

0.81

12.80

3.94

10.86

31.49

1.45

61.35

15.39

13.37

9.29

0.60

38.65

30

Maluku

0.58

23.79

2.17

18.45

35.28

1.70

81.97

11.78

4.20

1.55

0.49

18.02

31

Maluku Utara

0.48

22.50

1.13

5.31

36.31

2.97

68.70

24.98

3.53

2.76

0.04

31.31

32

Papua

3.40

13.84

2.61

9.32

10.04

11.26

50.47

8.80

27.18

13.33

0.22

49.53

33

Irian Jaya Barat

4.89
4.43

23.09
18.38

1.56
13.63

5.91
8.68

11.01
34.64

10.59
2.53

57.05
82.29

11.74
10.18

18.36
4.18

12.75
2.99

0.11
0.36

42.96
17.71

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.12.a

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(7)

(8)

Sumber
Air Minum

Jumlah
Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

(10)

(11)

(12)

Sumber

Lainnya

Air Minum

Terlindung
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(9)

Tak Terlindung
(13)

(14)

Nanggroe Aceh Darussalam

15.60

28.27

5.78

2.67

37.15

1.04

90.51

7.22

0.65

0.39

1.22

9.48

Sumatera Utara

4.07

47.93

9.14

2.56

29.62

0.60

93.92

4.93

0.52

0.53

0.10

6.08

Sumatera Barat

4.68

43.77

6.23

4.12

32.61

0.49

91.90

5.81

2.04

0.05

0.20

8.10

Riau

13.24

3.83

6.81

4.89

41.32

19.29

89.38

9.78

0.35

0.35

0.14

10.62

Jambi

4.40

36.09

1.90

0.29

29.87

16.71

89.26

8.62

0.19

1.74

0.19

10.74

Sumatera Selatan

5.12

47.81

0.74

0.80

30.40

1.02

85.89

8.59

0.21

5.00

0.32

14.12

Bengkulu

2.79

27.64

7.21

0.63

48.86

87.13

11.92

0.87

0.04

0.04

12.87

Lampung

4.75

13.79

7.86

0.87

61.42

88.69

9.82

0.66

0.40

0.44

11.32

Kepulauan Bangka Belitung

7.77

6.99

8.90

3.03

50.12

76.81

22.51

0.34

0.34

23.19

10

Kepulauan Riau

8.99

46.44

1.29

1.73

28.48

3.68

90.61

6.25

0.43

0.42

2.28

9.38

11

DKI Jakarta

20.80

39.73

33.20

0.70

4.85

0.16

99.44

0.30

0.04

0.22

0.56

12

Jawa Barat

7.29

17.95

31.58

3.53

33.61

93.96

4.65

0.97

0.06

0.37

6.05

13

Jawa Tengah

3.27

28.74

13.65

4.06

42.84

92.56

6.34

0.38

0.40

0.32

7.44

14

DI Yogyakarta *

14.30

13.28

8.84

0.54

58.35

95.31

4.31

0.34

0.05

4.70

15

Jawa Timur

10.50

30.69

16.99

4.29

31.66

0.13

94.26

4.20

0.67

0.48

0.40

5.75

16

Banten

12.43

19.64

46.98

2.54

14.56

0.35

96.50

2.85

0.25

0.10

0.29

3.49

17

Bali

26.88

39.27

8.48

5.58

17.20

0.04

97.45

1.48

0.78

0.23

0.07

2.56

18

Nusa Tenggara Barat

7.02

22.67

6.71

6.17

48.61

91.18

7.28

1.39

0.14

8.81

19

Nusa Tenggara Timur

2.96

57.92

0.82

1.90

25.23

0.05

88.88

5.98

1.79

2.41

0.93

11.11

20

Kalimantan Barat

8.05

15.16

0.19

2.19

9.16

56.04

90.79

4.20

0.40

4.37

0.25

9.22

21

Kalimantan Tengah

3.03

39.60

24.86

0.33

15.51

2.28

85.61

3.22

0.55

10.52

0.10

14.39

22

Kalimantan Selatan

5.54

67.42

3.01

0.02

16.14

92.13

4.13

3.28

0.46

7.87

23

Kalimantan Timur

5.36

72.40

2.70

1.85

5.03

5.13

92.47

2.25

0.41

4.55

0.32

7.53

24

Sulawesi Utara

6.70

38.70

10.84

3.85

31.65

91.74

6.98

0.68

0.47

0.13

8.26

25

Sulawesi Tengah

11.64

40.86

28.01

9.18

8.80

98.49

0.40

0.41

0.18

0.52

1.51

26

Sulawesi Selatan

4.19

59.23

7.19

1.53

20.98

0.03

93.15

5.03

0.75

0.97

0.08

6.83

27

Sulawesi Tenggara

2.65

58.74

5.50

4.93

20.66

0.03

92.51

6.29

0.83

0.29

0.08

7.49

28

Gorontalo

1.07

34.12

4.76

0.49

52.43

92.87

7.12

7.12

29

Sulawesi Barat

3.37

38.73

9.70

5.70

34.90

92.40

5.95

0.14

1.51

7.60

30

Maluku

1.89

46.98

4.74

6.86

25.03

4.85

90.35

6.46

0.36

1.43

1.39

9.64

31

Maluku Utara

0.84

63.65

1.65

0.76

17.35

4.20

88.45

11.55

11.55

32

Papua

8.67

42.48

9.21

6.08

19.37

7.37

93.18

5.75

0.34

0.25

0.48

6.82

33

Irian Jaya Barat

13.27

45.82

2.44

2.05

11.33

7.38

82.29

14.26

1.86

1.60

17.72

8.95

30.8

19.47

3.14

29.98

1.35

93.69

4.77

0.60

0.61

0.33

6.31

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.12.b

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perdesaan
Sumber Air Minum Terlindung

Sumber Air Minum Tak Terlindung


Jumlah

No

Provinsi

Air Kemasan

Ledeng

Pompa

Mata Air
Terlindung

Sumur
Terlindung

Air Hujan

(6)

(7)

(8)

Jumlah

Sumber
Air Minum

Sumur Tak
Terlindung

Mata Air Tak


Terlindung

Air Sungai

(10)

(11)

(12)

Sumber

Lainnya

Air Minum

Terlindung
(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(9)

Tak Terlindung
(13)

(14)

Nanggroe Aceh Darussalam

1.33

6.14

2.45

5.23

44.92

1.77

61.84

27.03

3.74

6.98

0.41

38.16

Sumatera Utara

0.67

8.89

11.54

10.83

31.30

3.53

66.76

17.21

9.98

5.38

0.67

33.24

Sumatera Barat

0.51

13.74

1.76

10.83

31.32

3.63

61.79

19.05

13.82

5.14

0.21

38.22

Riau

0.91

2.04

0.99

0.50

33.44

32.38

70.26

25.13

1.30

3.25

0.07

29.75

Jambi

1.16

9.57

0.92

1.87

33.40

11.74

58.66

24.09

2.04

15.14

0.07

41.34

Sumatera Selatan

0.89

5.27

1.17

2.45

43.70

9.61

63.09

20.73

2.16

13.45

0.57

36.91

Bengkulu

0.80

7.58

1.13

6.00

35.84

0.05

51.40

37.79

6.15

4.48

0.18

48.60

Lampung

0.63

2.60

0.93

3.39

58.30

2.01

67.86

24.99

4.24

2.23

0.68

32.14

Kepulauan Bangka Belitung

1.59

2.16

2.98

1.05

49.84

57.62

36.38

3.25

2.58

0.18

42.39

10

Kepulauan Riau

0.20

2.98

0.49

11.19

26.99

6.29

48.14

34.78

11.74

4.95

0.40

51.87

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

1.33

7.44

16.51

17.01

35.57

0.06

13

Jawa Tengah

0.49

8.54

8.55

18.48

44.72

0.51

81.29

10.83

6.86

0.90

0.13

18.72

14

DI Yogyakarta *

0.58

15.49

2.89

8.11

37.71

11.55

76.33

13.57

8.71

0.35

1.05

23.68

15

Jawa Timur

1.66

8.68

13.98

14.86

45.67

0.85

85.70

8.85

3.91

0.65

0.88

14.29

16

Banten

1.56

4.44

16.27

7.54

39.28

0.77

69.86

17.02

6.14

5.93

1.04

30.13

17

Bali

1.87

37.12

3.89

21.82

17.03

7.45

89.18

1.95

5.34

2.54

0.98

10.81

18

Nusa Tenggara Barat

2.06

13.17

8.33

12.94

44.80

81.30

13.25

3.14

2.26

0.06

18.71

19

Nusa Tenggara Timur

0.24

13.37

0.92

28.42

17.32

2.79

63.06

9.89

21.32

5.67

0.05

36.93

20

Kalimantan Barat

0.41

7.16

1.46

5.21

6.77

32.13

53.14

12.68

3.62

30.51

0.04

46.85

21

Kalimantan Tengah

0.28

7.62

4.61

0.84

21.43

6.42

41.20

9.31

0.56

48.80

0.13

58.80

22

Kalimantan Selatan

0.44

15.35

16.45

0.79

16.73

3.70

53.46

18.15

1.54

26.49

0.37

46.55

23

Kalimantan Timur

1.72

19.49

3.64

3.91

20.05

8.97

57.78

18.33

1.74

21.67

0.47

42.21

24

Sulawesi Utara

1.45

22.57

1.79

19.32

40.35

1.75

87.23

8.50

3.96

0.28

0.03

12.77

25

Sulawesi Tengah

0.50

12.41

10.02

18.83

29.91

1.41

73.08

15.00

4.14

7.69

0.11

26.94

26

Sulawesi Selatan

0.42

9.78

11.78

11.60

36.87

0.86

71.31

19.61

6.66

2.31

0.13

28.71

27

Sulawesi Tenggara

0.33

19.48

1.64

12.31

36.20

2.14

72.10

19.60

5.53

2.44

0.33

27.90

28

Gorontalo

0.75

9.33

0.71

5.51

53.55

0.11

69.96

20.10

1.59

7.38

0.96

30.03

29

Sulawesi Barat

0.37

8.32

2.95

11.75

30.90

1.70

55.99

17.02

15.67

10.87

0.45

44.01

30

Maluku

0.05

14.43

1.14

23.12

39.42

0.42

78.58

13.93

5.75

1.60

0.13

21.41

31

Maluku Utara

0.36

9.02

0.96

6.80

42.52

2.56

62.22

29.38

4.69

3.66

0.05

37.78

32

Papua

1.80

5.17

0.61

10.31

7.22

12.43

37.54

9.73

35.30

17.28

0.14

62.45

33

Irian Jaya Barat

0.44

11.00

1.09

7.96

10.84

12.30

43.63

10.40

27.13

18.67

0.17

56.37

1.02

9.03

9.23

12.85

38.15

3.41

73.69

14.26

6.89

4.78

0.38

26.31

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

0.00
77.92

10.90

10.12

1.04

0.02

0.00
22.08

Lampiran 2.13

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN SUMBER AIR MINUM DARI POMPA/SUMUR/MATA AIR
MENURUT TIPE DAERAH, JARAK KE TEMPAT PENAMPUNGAN AKHIR KOTORAN/TINJA TERDEKAT DAN PROVINSI
TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

< 10 m

> 10 m

(3)

(4)

Perkotaan
Tidak Tahu

Jumlah

< 10 m

> 10 m

(6)

(7)

(8)

Perdesaan
Tidak Tahu

< 10 m

(10)

(11)

Perkotaan + Perdesaan
> 10 m
Tidak Tahu Jumlah
(12)

(13)

Nanggroe Aceh Darussalam

33.47

41.22

25.31

100

28.08

37.22

34.70

100

28.89

37.82

33.28

100

Sumatera Utara

38.46

47.71

13.83

100

29.25

44.42

26.33

100

32.09

45.44

22.47

100

Sumatera Barat

30.74

45.64

23.62

100

20.59

45.86

33.55

100

22.91

45.81

31.28

100

Riau

47.26

38.38

14.37

100

36.85

43.79

19.36

100

40.53

41.88

17.60

100

Jambi

48.59

45.98

5.43

100

27.79

48.49

23.72

100

31.87

48.00

20.14

100

Sumatera Selatan

52.17

30.72

17.11

100

22.53

48.71

28.75

100

28.96

44.81

26.23

100

Bengkulu

39.21

45.29

15.49

100

25.07

49.23

25.70

100

28.29

48.33

23.37

100

Lampung

43.08

45.01

11.92

100

26.97

58.54

14.49

100

30.00

56.00

14.00

100

Kepulauan Bangka Belitung

35.83

50.99

13.18

100

27.19

45.78

27.03

100

30.49

47.77

21.73

100

10

Kepulauan Riau

38.79

42.27

18.94

100

18.02

45.40

36.59

100

31.47

43.37

25.16

100

11

DKI Jakarta

40.02

43.95

16.03

100

100

40.02

43.95

16.03

100

12

Jawa Barat

44.80

36.57

18.62

100

31.05

37.11

31.84

100

37.39

36.86

25.75

100

13

Jawa Tengah

33.28

49.00

17.72

100

18.71

57.98

23.31

100

23.68

54.92

21.40

100

14

DI Yogyakarta *

27.41

54.67

17.92

100

18.58

73.22

8.20

100

23.88

62.08

14.03

100

15

Jawa Timur

36.29

46.66

17.05

100

20.41

54.57

25.01

100

25.47

52.05

22.48

100

16

Banten

44.07

34.48

21.45

100

31.71

31.16

37.13

100

37.83

32.80

29.36

100

17

Bali

39.87

42.10

18.04

100

18.37

57.32

24.30

100

27.74

50.69

21.57

100

18

Nusa Tenggara Barat

30.18

32.54

37.29

100

20.90

36.22

42.87

100

23.92

35.02

41.05

100

19

Nusa Tenggara Timur

30.07

49.88

20.04

100

10.67

49.57

39.76

100

12.19

49.59

38.22

100

20

Kalimantan Barat

24.54

55.58

19.88

100

20.33

54.02

25.65

100

21.02

54.27

24.71

100

21

Kalimantan Tengah

40.68

41.43

17.90

100

24.01

54.62

21.37

100

29.59

50.20

20.21

100

22

Kalimantan Selatan

36.59

54.43

8.98

100

19.70

61.19

19.11

100

23.15

59.81

17.04

100

23

Kalimantan Timur

27.17

50.07

22.76

100

19.39

60.04

20.57

100

21.22

57.70

21.08

100

24

Sulawesi Utara

45.35

40.61

14.05

100

26.94

49.13

23.92

100

32.65

46.49

20.86

100

25

Sulawesi Tengah

46.85

35.93

17.23

100

23.24

34.82

41.94

100

26.34

34.96

38.70

100

26

Sulawesi Selatan

35.69

39.86

24.45

100

17.90

46.66

35.44

100

20.75

45.57

33.68

100

27

Sulawesi Tenggara

27.25

50.41

22.34

100

18.51

53.01

28.48

100

19.60

52.69

27.71

100

28

Gorontalo

49.11

39.46

11.43

100

24.63

40.39

34.98

100

30.19

40.18

29.64

100

29

Sulawesi Barat

40.50

26.80

32.70

100

17.48

41.66

40.85

100

20.02

40.03

39.96

100

30

Maluku

32.39

51.10

16.51

100

15.18

53.04

31.78

100

18.17

52.70

29.12

100

31

Maluku Utara

37.34

49.61

13.05

100

20.05

42.70

37.25

100

21.92

43.45

34.63

100

32

Papua

38.78

34.03

27.20

100

9.65

58.01

32.34

100

14.41

54.09

31.50

100

33

Irian Jaya Barat

23.59

47.55

28.86

100

8.20

41.03

50.77

100

11.71

42.52

45.77

100

39.31

42.53

18.16

100

23.41

48.73

27.86

100

28.96

46.57

24.47

100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

(9)

Jumlah

Indonesia

(5)

(14)

Lampiran 2.14

PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT FASILITAS TEMPAT BUANG AIR BESAR,


TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

(2)

Perdesaan

Perkotaan

Provinsi

Perkotaan + Perdesaan

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Jumlah

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

Jumlah

Sendiri

Bersama

Umum

Tidak Ada

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Jumlah
(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

75.86

13.05

4.67

6.42

100

40.81

Sumatera Utara

84.25

10.89

1.63

3.23

100

61.98

7.38

9.84

20.80

100

71.68

8.91

6.26

13.15

100

Sumatera Barat

69.32

17.16

4.12

9.39

100

36.63

15.17

11.98

36.21

100

46.77

15.79

9.54

27.90

100

Riau

88.37

9.05

2.02

0.56

100

77.03

9.42

2.21

11.34

100

80.96

9.30

2.14

7.60

100

Jambi

82.69

9.68

1.71

5.92

100

54.16

12.85

7.39

25.60

100

61.90

11.99

5.85

20.27

100

Sumatera Selatan

79.70

11.93

4.55

3.82

100

57.57

9.28

5.28

27.87

100

64.73

10.14

5.04

20.09

100

Bengkulu

82.34

12.34

1.79

3.53

100

53.55

7.22

4.68

34.55

100

61.32

8.60

3.90

26.18

100

Lampung

75.37

14.88

2.68

7.07

100

73.43

12.07

2.56

11.94

100

73.83

12.66

2.59

10.92

100

12.42

16.73

30.05

100

48.41

12.55

14.12

24.93

100

Kepulauan Bangka Belitung

81.23

6.31

1.24

11.22

100

49.43

5.06

2.90

42.61

100

62.33

5.57

2.23

29.88

100

10

Kepulauan Riau

74.59

20.72

3.25

1.45

100

63.04

6.47

5.34

25.15

100

72.32

17.92

3.66

6.09

100

11

DKI Jakarta

74.74

18.62

6.12

0.52

100

100

74.74

18.62

6.12

0.52

100

12

Jawa Barat

73.06

14.73

6.55

5.66

100

47.49

15.36

17.66

19.50

100

60.50

15.04

12.00

12.46

100

13

Jawa Tengah

67.21

12.82

3.54

16.43

100

54.00

13.22

6.04

26.74

100

59.38

13.06

5.02

22.54

100

14

DI Yogyakarta *

58.92

35.07

1.27

4.74

100

80.34

14.28

0.38

5.00

100

67.58

26.67

0.91

4.85

100

15

Jawa Timur

68.75

15.42

2.78

13.05

100

50.84

14.65

3.65

30.87

100

58.24

14.97

3.29

23.50

100

16

Banten

72.77

17.87

3.21

6.16

100

36.02

14.56

7.33

42.09

100

56.51

16.40

5.03

22.06

100

17

Bali

68.02

24.87

0.56

6.55

100

51.91

17.27

0.39

30.43

100

60.54

21.34

0.48

17.64

100

18

Nusa Tenggara Barat

44.27

16.51

3.68

35.54

100

27.68

9.52

3.12

59.69

100

33.68

12.05

3.32

50.95

100

19

Nusa Tenggara Timur

71.54

22.68

1.87

3.91

100

60.93

9.85

1.74

27.47

100

62.59

11.85

1.76

23.79

100

20

Kalimantan Barat

86.14

7.11

0.82

5.93

100

51.66

7.62

3.69

37.03

100

60.70

7.48

2.93

28.83

100

21

Kalimantan Tengah

73.04

13.43

4.59

8.94

100

39.69

16.57

8.26

35.49

100

49.48

15.65

7.18

27.70

100

22

Kalimantan Selatan

72.82

16.91

4.80

5.47

100

50.54

13.46

11.25

24.74

100

58.83

14.74

8.85

17.57

100

23

Kalimantan Timur

81.13

11.87

4.80

2.21

100

67.70

12.22

6.08

14.00

100

75.01

12.03

5.38

7.58

100

24

Sulawesi Utara

69.57

23.74

3.66

3.04

100

61.76

16.91

3.19

18.13

100

64.74

19.51

3.37

12.39

100

25

Sulawesi Tengah

70.68

15.17

5.42

8.74

100

40.42

7.76

5.10

46.72

100

46.49

9.25

5.16

39.09

100

26

Sulawesi Selatan

72.19

17.27

2.65

7.89

100

51.69

8.44

2.37

37.50

100

58.21

11.25

2.46

28.09

100

27

Sulawesi Tenggara

69.30

18.05

3.80

8.84

100

52.31

7.82

4.66

35.22

100

56.03

10.06

4.47

29.43

100

28

Gorontalo

49.51

27.55

9.38

13.57

100

21.20

13.07

9.97

55.76

100

28.83

16.98

9.81

44.38

100

29

Sulawesi Barat

60.01

10.64

6.69

22.66

100

34.39

7.79

4.32

53.50

100

38.16

8.20

4.67

48.97

100

30

Maluku

68.81

11.34

7.25

12.60

100

31.55

6.83

16.92

44.70

100

42.26

8.13

14.14

35.47

100

31

Maluku Utara

70.52

12.89

6.55

10.05

100

28.98

10.77

18.24

42.01

100

39.23

11.29

15.35

34.12

100

32

Papua

74.30

17.57

6.84

1.30

100

35.25

13.59

4.88

46.28

100

44.32

14.51

5.34

35.83

33

Irian Jaya Barat

65.69

26.21

5.00

3.11

100

27.83

71.97

15.54

4.12

8.38

100

51.65

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

12.48
12.66

9.74
7.50

49.95
28.19

100
100

40.97
60.38

17.24
13.90

8.09
6.05

33.69
19.67

100
100
100

Lampiran 2.15

PERSENTASE RUMAH TANGGA DENGAN AIR BERSIH (PERPIPAAN/NON PERPIPAAN)


YANG MEMENUHI SYARAT BAKTERIOLOGIS DAN AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI

2004
(3)
31.97
0.00
69.24
60.32
51.40
84.03
82.74
56.61
36.20
0.00
0.00
73.99
36.26
26.69
40.20
43.00
49.60
34.51
50.86
62.78
0.00
64.06
79.00
0.00
65.96
46.11
29.75
75.74
0.00
54.55
0.00
0.00
0.00
55.89

Air Bersih
2005
(4)
64.99
58.25
61
75
62.31
47.2
60.1
56.61
52.6
0
50.73
1.82
38.14
54
82.41
46
34.72
76.21
50.55
63.27
74
72
66
68.5
61.45
60.5
35.75
80
0
0
60
0
0
57.64678571

2006
(5)

2004
(6)
0
87.76
59
75
52
48.6
62.5
57.03
63
0
55.61
0
0
70
84
44
40.54
63.09
56.97
64.27
75
28.2
0
77
0
61
0
84
0
0
65
0
0
62.435

36.03
0.00
74.51
90.90
93.87
99.88
92.59
100.00
100.00
0.00
0.00
84.12
78.00
29.71
68.02
0.00
86.37
86.30
100.00
76.00
0.00
75.00
74.85
0.00
90.91
70.44
56.30
90.41
0.00
100.00
0.00
62.57
0.00
73.05

Air Minum
2005
(7)
60.8
55
82.5
60
54.43
70.12
99.3
74.36
100
0
73.21
70
43.27
56
63
24
43.75
36.68
96.2
76.6
74
90
78
65
67.74
74
62.24
76
0
0
54
0
0
81.74782609

2006
(8)
61.61
90
83
65
57
0
21
77
94
0
0
0
0
29
0
24
50
0
91
78
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
66

Lampiran 2.16

PERSENTASE RUMAH SEHAT DAN SEKOLAH SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006

No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
rian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI

Rumah Sehat
2005
(4)

2004
(3)

22.7
37.26
61.46
0
0
27.57
37.93
38
70.88
64
22.58
56
70.77
47.53
55.85
48
57.1
37.59
58.66

2006
(5)

Sekolah Sehat
2005

2004

0
50
29.8
50.3
64.47
44
54.4
57.01
62.83

32.2
53.5
35.8
55.5
64.74
51.1
48.8
58
76.29

55
33.19
70.63
71
21.37
53
72.9
69.19
53.5
57.27
58.5
50
47.4
71.7
69.82
68
59.91
61
59.91

62
0
58.8
26.36
52
72.5
60.99
62.47
58.03
58.77
28
0
69
0
70.5
62.08
75
62.08

50

53

68.09

61.20

0
0
48.5
0
60.4
0
0
80
0
0
23
0
61.22
50
49.02
36
0
0
78.9
53.18
0
81.3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
62.15

40
55.23
39.5
40
65.39
0
42.6
85
65
0
50
30.08
72.37
60
46.76
36
0
55.3
84.91
53.78
70
0
0
40.36
0
70
0
80
0
0
60
0
0
56.47

2006
50
60
47.9
50
65.68
64
64.44
85.06
71.03
0
65
0
0
61.2
44.38
25.6
0
65.04
88.85
54.95
73
0
0
45
0
73
0
81
0
0
62
0
0
61.77

Lampiran 2.17

PERSENTASE RUMAH TANGGA SEHAT MENURUT PROVINSI TAHUN 2006


No
(1)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)
Nanggroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
rian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Pusat Promosi Kesehatan (Setjen Depkes)

Jumlah diperiksa
(3)
4,288
2,391
1,844
1,804
1,715
624
812
848
718
616
1,680
1,680
3,112
1,256
4,129
1,366
1,795
51
694
1,488
840
1,293
1,470
210
36,724

Rumah Tangga Sehat


Jumlah Sehat
(4)
1,462
629
541
139
332
128
264
140
251
83
628
470
626
467
723
284
744
20
115
443
126
267
250
36
9,168

% Sehat
(5)
34.10
26.31
28.72
7.71
19.36
20.51
32.51
16.51
35
13.47
37.38
27.98
20.12
37.18
17.51
20.79
41.45
39.22
16.57
29.77
15.00
20.65
17.01
17.14
24.96

Lampiran 2.18

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM (TTU) DAN TEMPAT PENGELOLAAN


MAKANAN (TPM) YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2004-2006
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP&PL, Depkes RI

2004

TTU Sehat
2005

2006

2004

TPM Sehat
2005

2006

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

0
70
41
25.43
55.56
0
0
48.64
65.95
0
19
4.001
71.57
78
52.91
46
70.99
0
48.8
72.19
0
81
74.4
0
55.11
68.04
0
73
0
0
0
0
0

39.2
72.5
40.4
26.73
55.33
63
57.5
50.64
81.33
0
30
66.366
71.41
76
50.24
44
87.35
41.64
42.74
72.71
77.15
77
65.5
73.41
78.44
74.07
73.5
78
0
0
60
0
0

54
73
49.6
26.73
54.89
65
58.35
50.81
71.73
0
45
40.91
0
75
48.72
38.7
87.5
56.26
45.38
73.96
77.6
77.3
65.5
66
0
75
75
83
0
0
60
0
0

0
0
7.8
32.68
54.46
0
0
39.01
68.82
0
0
0
74.76
78
26.31
32.49
79.22
0
72.51
76.56
0
83.33
63.5
0
54.01
67.6
0
60
0
0
0
0
0
57.12

40
60
10.8
35
53.35
69
63.86
40.08
67.75
0
26
0
71.3
85
28.94
32.49
80.94
66.98
76.01
77.17
65.75
82.74
61.1
60.14
57.87
75.3
65.75
65
0
0
40
0
0
57.72

54
86
18.9
45
53.4
62.3
56.54
40.18
68
0
50
31.55
0
78.3
38.11
14.47
81.75
56.56
78.9
78.72
67
83.2
61.8
0
0
75
67
73
0
0
40
0
0
58.39

Lampiran 2.19

PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMPUNYAI KELUHAN KESEHATAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS KELUHAN KESEHATAN YANG DIALAMI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan + Perdesaan
Keluhan Kesehatan
No

Provinsi

(1)

(2)

Panas

(3)

Sakit Kepala

Batuk

(8)

(4)

Pilek

(5)

Diare/ BuangBuang Air

Asma/Nafas
Sesak

Sakit Gigi

(6)

(7)

(8)

Keluhan Lainnya

(10)

% Penduduk yang
Mempunyai Keluhan
Kesehatan

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

45.97

21.46

51.78

49.85

11.26

6.98

12.07

23.83

34.52

Sumatera Utara

41.14

16.87

48.51

44.54

6.89

5.70

7.36

24.03

21.55

Sumatera Barat

38.52

18.82

44.37

41.97

7.30

6.51

6.93

26.96

25.69

Riau

38.06

21.02

53.57

50.72

8.23

6.97

9.07

19.43

23.98

Jambi

32.25

21.73

50.28

48.11

8.08

6.58

8.81

23.95

25.34

Sumatera Selatan

32.06

18.27

51.54

52.07

6.93

6.36

8.67

22.92

25.24

Bengkulu

37.07

15.55

51.26

52.67

8.45

6.35

7.66

23.35

24.70

Lampung

30.70

19.54

49.96

49.42

5.11

4.42

6.62

27.55

30.75

Kepulauan Bangka Belitung

31.58

21.58

49.03

48.68

6.67

6.84

8.85

27.81

30.72

10

Kepulauan Riau

40.57

20.74

53.25

50.21

5.16

6.31

9.46

17.94

28.46

11

DKI Jakarta

32.53

19.05

52.20

49.70

7.37

4.31

5.30

23.16

31.38

12

Jawa Barat

32.79

15.85

44.91

45.49

6.10

6.17

6.39

30.71

25.91

13

Jawa Tengah

31.26

20.10

50.65

52.28

5.25

4.79

5.49

28.97

27.91

14

DI Yogyakarta *

29.03

25.84

54.29

53.74

5.21

5.35

8.57

27.49

44.39

15

Jawa Timur

31.92

17.80

52.11

50.48

5.13

5.40

6.70

23.97

29.40

16

Banten

42.89

22.52

51.90

56.91

6.66

5.84

8.06

16.22

25.40

17

Bali

48.31

18.90

49.77

47.18

5.91

6.82

5.73

22.95

33.96

18

Nusa Tenggara Barat

46.58

23.65

50.74

51.02

7.80

7.08

7.25

29.61

35.04

19

Nusa Tenggara Timur

48.91

25.40

61.00

57.85

9.33

8.24

9.04

26.65

35.98

20

Kalimantan Barat

35.97

19.07

49.72

48.07

7.73

7.71

7.82

21.67

27.42

21

Kalimantan Tengah

40.78

22.43

58.11

54.19

7.98

7.12

7.89

14.25

26.40

22

Kalimantan Selatan

36.15

22.15

49.68

46.00

6.85

6.08

7.71

23.57

30.87

23

Kalimantan Timur

34.07

20.93

50.67

51.25

6.73

5.46

8.40

21.45

30.82

24

Sulawesi Utara

36.90

18.66

52.78

52.81

6.64

3.84

9.22

19.71

29.27

25

Sulawesi Tengah

44.23

25.97

46.37

39.73

7.34

7.56

11.57

28.76

31.61

26

Sulawesi Selatan

37.69

20.28

40.88

37.18

7.54

6.93

7.76

24.65

25.41

27

Sulawesi Tenggara

38.71

20.43

41.57

37.00

7.29

7.40

8.55

25.37

28.21

28

Gorontalo

67.26

26.18

55.02

42.34

9.40

6.51

10.86

15.46

41.20

29

Sulawesi Barat

45.87

25.54

42.84

41.18

9.54

6.75

9.33

20.44

27.80

30

Maluku

40.08

17.17

52.02

43.12

5.69

5.40

12.62

18.09

29.61

31

Maluku Utara

46.58

23.55

49.55

28.19

9.02

6.60

8.41

28.48

30.44

32

Papua

40.32

19.75

55.68

52.40

8.33

5.47

8.56

23.76

33.53

33

Irian Jaya Barat

45.16

12.07

51.90

47.97

5.11

4.48

5.87

18.09

22.13

35.65

19.30

49.92

48.93

6.44

5.83

7.16

25.55

28.15

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.20
PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN DAN MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENS
MENURUT TIPE DAERAH DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

% Penduduk yang Berobat Jalan


Selama Sebulan yang Lalu

Provinsi
Perkotaan

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta *
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat

Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Perdesaan

% Penduduk yang Mengobati Sendiri


Selama Sebulan yang Lalu

Perkotaan+ Perdesaan

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

41.14
32.29
40.35
29.53
43.66
31.38
36.12
33.79
40.20
33.21
39.46
39.52
40.72
35.93
36.26
29.77
43.92
34.12
47.66
30.33
30.48
27.28
37.20
33.95
37.15
30.48
21.98
39.90
29.73
26.80
41.13
28.15
30.84
36.93

37.53
27.49
38.40
17.91
22.27
25.89
26.25
29.03
27.43
37.26
32.62
37.93
39.86
32.51
23.29
49.96
36.36
45.37
27.95
24.35
26.54
29.90
31.05
25.94
26.95
22.87
28.61
20.04
16.78
26.31
30.79
30.91
32.12

38.26
29.49
38.92
21.80
28.54
27.84
28.81
30.04
32.07
34.11
39.46
35.88
39.06
37.60
34.05
26.77
46.82
35.49
45.72
28.73
26.39
26.82
33.97
32.06
27.77
28.09
22.68
31.82
21.10
19.36
29.15
30.25
30.88
34.13

66.85
65.37
59.50
68.72
64.39
68.64
67.42
71.59
70.94
71.20
72.57
73.63
68.48
77.11
71.51
67.75
65.30
69.36
62.95
75.01
78.69
76.77
67.71
49.17
74.15
66.95
68.04
80.55
71.04
69.08
83.22
51.56
77.43
70.40

67.56
70.74
68.50
74.03
77.70
71.41
72.88
78.70
65.46
70.71
78.50
70.40
68.62
73.81
69.34
63.54
73.75
55.52
72.84
78.40
77.85
69.15
68.79
75.03
67.56
75.53
81.56
67.90
74.91
81.38
51.33
58.74
72.19

67.41
68.51
66.12
72.26
73.80
70.43
71.47
77.19
67.45
71.09
72.57
76.19
69.62
73.50
72.87
68.49
64.46
72.05
56.64
73.56
78.49
77.45
68.35
61.92
74.89
67.36
73.93
81.27
68.24
73.41
81.73
51.38
66.91
71.44

Lampiran 2.21

PERSENTASE PENDUDUK YANG BEROBAT JALAN SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT TEMPAT/CARA BEROBAT DAN PROVINSI TAHUN 2006
Tempat/Cara Berobat
No

Provinsi

Rumah Sakit
Pemerintah

Rumah Sakit Swasta

Total RS

Praktek Dokter

Puskesmas/ Pustu

Petugas Kesehatan

Praktek Batra

Dukun Bersalin

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

12.68

2.44

15.12

14.85

47.55

12.64

1.95

0.89

7.01
6.04

Lainnya

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

9.37

8.68

18.05

22.88

29.00

19.47

3.61

0.95

Sumatera Barat

10.70

2.20

12.90

13.21

35.82

24.82

7.16

0.93

5.16

Riau

12.99

8.57

21.56

22.74

41.73

8.84

0.51

2.44

3.50

Jambi

9.67

3.77

13.44

22.34

50.25

8.19

1.06

1.13

3.59

Sumatera Selatan

7.72

5.37

13.09

17.22

53.14

9.94

1.26

1.70

3.64

Bengkulu

6.04

1.40

7.44

22.74

43.07

17.64

2.59

1.02

5.51

Lampung

4.26

2.36

6.62

20.74

34.70

30.04

1.63

0.95

5.31

Kepulauan Bangka Belitung

4.80

5.95

10.75

17.21

49.95

15.41

1.93

0.73

4.03

10

Kepulauan Riau

13.92

8.23

22.15

21.57

41.61

7.98

0.81

0.74

5.15

11

DKI Jakarta

10.69

10.84

21.53

39.23

31.52

1.74

1.51

0.59

3.88

12

Jawa Barat

8.68

5.72

14.40

29.32

44.68

23.14

4.69

0.60

4.74

13

Jawa Tengah

6.92

2.53

9.45

26.08

35.57

24.40

1.32

0.39

2.78

14

DI Yogyakarta *

8.15

7.48

15.63

32.39

36.70

11.60

1.59

0.04

2.06

15

Jawa Timur

6.07

3.79

9.86

24.89

31.69

27.56

1.72

0.45

3.83

16

Banten

7.51

7.88

15.39

30.86

35.81

10.18

0.60

0.90

6.26

17

Bali

11.12

3.24

14.36

36.16

28.59

16.61

1.11

0.41

2.76

18

Nusa Tenggara Barat

5.01

0.43

5.44

17.27

52.69

13.65

0.80

0.58

9.57

19

Nusa Tenggara Timur

8.18

3.12

11.30

8.58

64.32

10.07

0.78

0.30

4.66

20

Kalimantan Barat

9.00

2.80

11.80

20.15

43.13

17.78

1.72

0.77

4.65

21

Kalimantan Tengah

7.26

0.85

8.11

14.78

57.27

15.89

1.14

0.42

2.38

22

Kalimantan Selatan

7.11

1.23

8.34

14.49

47.13

24.05

3.11

0.39

2.97

23

Kalimantan Timur

9.89

6.09

15.98

26.52

50.02

9.38

2.55

0.67

4.56

24

Sulawesi Utara

8.79

5.76

14.55

27.31

41.33

12.73

0.28

0.65

3.14

25

Sulawesi Tengah

9.51

1.11

10.62

11.72

51.49

14.22

1.24

0.50

10.21

26

Sulawesi Selatan

12.96

2.03

14.99

13.13

53.43

10.98

0.67

0.52

6.28

27

Sulawesi Tenggara

13.44

2.47

15.91

11.44

56.13

9.01

0.94

1.58

4.98

28

Gorontalo

5.47

1.71

7.18

24.37

42.77

16.08

2.32

1.80

5.49

29

Sulawesi Barat

9.78

0.88

10.66

12.50

63.98

6.92

0.56

0.38

5.00

30

Maluku

8.71

3.62

12.33

13.07

60.97

10.50

0.66

0.37

2.09

31

Maluku Utara

11.51

6.13

17.64

11.56

48.57

12.72

2.13

1.45

5.94

32

Papua

11.08

4.39

15.47

9.48

65.94

3.81

0.44

0.59

4.27

33

Irian Jaya Barat

11.51

9.86

21.37

9.01

41.30

7.87

6.81

6.55

7.09

8.22

4.39

12.61

23.85

40.45

19.10

2.13

0.66

4.49

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

90.68

Lampiran 2.22

PROPORSI PENDUDUK YANG MENGOBATI SENDIRI SELAMA BULAN REFERENSI


MENURUT JENIS OBAT YANG DIGUNAKAN, TIPE DAERAH DAN PROVINSI
TAHUN 2006

Tipe Daerah
No

Provinsi

(1)

(2)

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

Modern

Tradisional

Lainnya

Modern

Tradisional

Lainnya

Modern

Tradisional

Lainnya

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

87.83

37.15

15.80

76.00

54.07

19.55

78.39

50.66

18.79

Sumatera Utara

74.05

33.81

22.48

76.97

47.56

16.66

75.81

42.11

18.97

Sumatera Barat

72.39

38.25

12.52

76.41

47.98

11.76

75.45

45.66

11.95

Riau

80.89

39.47

20.13

72.05

56.23

18.21

74.86

50.90

18.83

Jambi

80.35

32.94

14.06

82.69

50.55

14.15

82.09

46.05

14.12

Sumatera Selatan

79.35

33.57

30.79

76.68

53.82

26.56

77.61

46.82

28.02

Bengkulu

79.59

34.18

19.98

71.63

47.98

20.77

73.57

44.61

20.58

Lampung

83.62

30.53

13.14

82.02

33.45

14.36

82.33

32.87

14.12

Kepulauan Bangka Belitung

89.13

18.50

12.17

83.81

41.07

16.26

85.85

32.43

14.70

10

Kepulauan Riau

79.13

40.70

14.10

65.07

49.78

24.39

76.04

42.69

16.36

11

DKI Jakarta

82.61

31.69

13.94

82.61

31.69

13.94

12

Jawa Barat

83.15

30.76

13.22

84.04

35.66

11.11

83.63

33.42

12.08

13

Jawa Tengah

87.46

28.15

9.64

87.79

32.46

9.45

87.66

30.74

9.52

14

DI Yogyakarta *

87.83

29.82

7.79

79.72

39.94

14.36

84.61

33.84

10.40

15

Jawa Timur

87.09

36.92

10.60

82.79

47.07

13.24

84.53

42.96

12.17

16

Banten

78.85

33.44

18.51

68.65

42.72

14.28

74.07

37.79

16.53

17

Bali

84.34

47.84

9.64

74.83

61.55

9.14

79.83

54.33

9.40

18

Nusa Tenggara Barat

85.87

37.51

9.70

82.82

44.01

14.17

83.96

41.59

12.51

19

Nusa Tenggara Timur

86.92

26.40

10.87

73.16

51.68

14.31

75.48

47.43

13.73

20

Kalimantan Barat

87.76

34.02

8.75

78.85

39.09

19.90

81.84

37.39

16.16

21

Kalimantan Tengah

91.51

31.31

7.69

84.94

25.64

11.73

87.14

27.54

10.38

22

Kalimantan Selatan

89.53

23.35

7.47

87.79

35.73

10.89

88.43

31.14

9.63

23

Kalimantan Timur

86.49

32.70

13.01

82.57

36.03

14.38

84.73

34.19

13.63

24

Sulawesi Utara

89.58

17.77

5.14

86.75

25.38

9.04

87.54

23.26

7.95

25

Sulawesi Tengah

85.86

20.27

13.74

74.57

50.30

18.82

76.40

45.44

18.00

26

Sulawesi Selatan

85.29

33.24

8.05

79.47

44.34

9.01

81.34

40.77

8.70

27

Sulawesi Tenggara

78.63

33.67

13.98

78.42

48.26

11.87

78.46

45.40

12.28

28

Gorontalo

89.91

21.33

7.67

77.99

45.55

23.66

81.35

38.72

19.15

29

Sulawesi Barat

89.16

38.38

6.18

78.40

50.01

11.42

79.62

48.69

10.82

30

Maluku

87.89

20.77

5.42

66.07

50.97

16.07

71.35

43.67

13.49

31

Maluku Utara

95.17

30.05

4.27

85.33

46.13

8.29

87.25

42.99

7.51

32

Papua

78.47

26.20

9.05

56.23

56.35

17.10

60.81

50.14

15.44

33

Irian Jaya Barat

41.98

59.19

6.30

67.83

55.78

10.76

54.76

57.51

8.51

84.14

32.59

12.73

80.98

42.29

13.46

82.28

38.30

13.16

Indonesia
Sumber: BPS, Statistik Kesra
Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.23

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
No.

Provinsi

(1)

(2)

Lama Disusui (Bulan)


5

6-11

12-17

18-23

>24

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Nanggroe Aceh Darussalam

4.30

7.89

20.13

35.30

32.37

99.99

Sumatera Utara

5.98

12.71

35.34

21.88

24.09

100.00

Sumatera Barat

2.21

5.81

17.73

28.57

45.68

100.00

Riau

6.87

8.89

23.70

22.90

37.64

100.00

Jambi

3.05

6.98

16.37

22.53

51.07

100.00

Sumatera Selatan

4.64

6.13

20.19

22.81

46.24

100.01

Bengkulu

2.01

4.58

18.95

27.56

46.91

100.01

Lampung

2.60

6.41

20.32

28.14

42.53

100.00

Kepulauan Bangka Belitung

5.01

10.81

24.05

15.41

44.72

100.00

10

Kepulauan Riau

8.70

9.69

19.89

18.06

43.65

99.99

11

DKI Jakarta

10.90

16.39

26.53

13.18

32.99

99.99

12

Jawa Barat

8.66

9.52

15.13

19.82

46.88

100.01

13

Jawa Tengah

4.46

4.58

14.27

23.02

53.68

100.01

14

DI Yogyakarta *

1.80

5.40

13.68

19.81

59.31

100.00

15

Jawa Timur

6.80

8.30

17.76

22.58

44.56

100.00

16

Banten

5.30

9.37

22.63

24.86

37.84

100.00

17

Bali

3.42

6.31

18.22

27.65

44.40

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

0.61

3.68

15.90

23.88

55.93

100.00

19

Nusa Tenggara Timur

1.82

7.42

37.53

18.42

34.81

100.00

20

Kalimantan Barat

7.17

8.39

19.75

13.71

50.98

100.00

21

Kalimantan Tengah

2.10

4.55

13.98

18.80

60.56

99.99

22

Kalimantan Selatan

6.10

7.42

12.10

21.51

52.87

100.00

23

Kalimantan Timur

6.47

13.45

21.52

14.40

44.15

99.99

24

Sulawesi Utara

7.44

7.52

29.94

14.25

40.85

100.00

25

Sulawesi Tengah

4.26

6.99

21.81

18.89

48.06

100.01

26

Sulawesi Selatan

2.26

8.72

29.64

21.20

38.18

100.00

27

Sulawesi Tenggara

2.04

8.94

30.00

23.44

35.58

100.00

28

Gorontalo

7.24

11.80

26.03

12.23

42.69

99.99

29

Sulawesi Barat

1.54

5.57

21.90

23.62

47.38

100.01

30

Maluku

5.89

19.81

45.59

14.49

14.22

100.00

31

Maluku Utara

2.26

8.66

34.03

22.86

32.19

100.00

32

Papua

5.42

15.27

26.88

16.22

36.21

100.00

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

2.09

5.70

42.77

15.26

34.18

100.00

5.61

8.48

20.77

21.68

43.46

100.00

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.23.a

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perkotaan
No

Provinsi

(1)

(2)

6-11

Lama Disusui (Bulan)


12-17

18-23

>24

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Jumlah

Nanggroe Aceh Darussalam

5.36

12.34

21.26

30.33

30.71

100

Sumatera Utara

7.31

12.11

33.88

19.35

27.34

100

Sumatera Barat

3.15

8.20

18.52

20.19

49.94

100

Riau

5.89

11.82

26.97

21.51

33.82

100

Jambi

4.77

10.64

21.47

16.89

46.23

100

Sumatera Selatan

4.60

7.72

17.56

17.36

52.77

100

Bengkulu

1.03

5.08

13.53

26.27

54.09

100

Lampung

5.02

7.78

22.30

21.74

43.16

100

Kepulauan Bangka Belitung

5.56

13.48

21.86

16.89

42.21

100

10

Kepulauan Riau

9.68

9.92

19.99

17.20

43.22

100

11

DKI Jakarta

10.90

16.39

26.53

13.18

32.99

100

12

Jawa Barat

9.14

12.16

16.53

18.29

43.88

100

13

Jawa Tengah

5.19

6.29

16.59

21.06

50.86

100

14

DI Yogyakarta *

2.41

7.77

11.66

23.28

54.88

100

15

Jawa Timur

8.43

10.63

20.06

20.65

40.23

100

16

Banten

6.09

10.83

23.35

17.97

41.75

100

17

Bali

4.78

8.62

16.67

21.84

48.08

100

18

Nusa Tenggara Barat

0.91

3.46

14.81

23.97

56.85

100

19

Nusa Tenggara Timur

3.26

12.72

34.98

14.64

34.40

100

20

Kalimantan Barat

16.87

14.35

21.82

8.92

38.04

100

21

Kalimantan Tengah

4.34

4.83

10.74

17.66

62.43

100

22

Kalimantan Selatan

10.56

11.49

11.39

19.40

47.15

100

23

Kalimantan Timur

5.06

12.35

19.41

13.12

50.06

100

24

Sulawesi Utara

6.34

7.87

29.56

13.48

42.75

100

25

Sulawesi Tengah

7.70

10.40

21.18

14.04

46.68

100

26

Sulawesi Selatan

2.17

12.06

29.07

20.75

35.95

100

27

Sulawesi Tenggara

5.23

6.72

27.51

18.59

41.94

100

28

Gorontalo

10.87

4.66

24.46

13.09

46.93

100

29

Sulawesi Barat

2.52

6.09

23.54

16.03

51.82

100

30

Maluku

3.24

12.97

54.68

18.58

10.53

100

31

Maluku Utara

0.45

3.41

23.04

27.87

45.24

100

32

Papua

8.64

22.22

31.68

8.59

28.87

100

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

1.77

9.59

62.27

17.03

9.35

100

7.23

10.83

21.10

18.74

42.10

100

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lampiran 2.23.b

PERSENTASE ANAK USIA 2-4 TAHUN YANG PERNAH DISUSUI


MENURUT LAMANYA DISUSUI DAN PROVINSI TAHUN 2006
Perdesaan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta *
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BPS, Statistik Kesra


Keterangan : *) Tanpa Kabupaten Bantul

Lama Disusui (Bulan)


5

6-11

12-17

18-23

>24

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

4.04
5.06
1.85
7.48
2.34
4.66
2.36
1.90
4.62
4.04
8.12
3.95
1.03
5.51
4.42
1.67
0.44
1.59
3.66
1.11
3.40
8.38
8.14
3.51
2.31
1.25
6.25
1.37
6.70
2.81
4.30
2.24
4.44

6.79
13.13
4.92
7.05
5.46
5.29
4.40
6.01
8.85
8.64
6.57
3.39
2.44
6.45
7.76
3.36
3.80
6.55
6.23
4.43
4.95
14.94
7.29
6.25
7.09
9.49
13.74
5.48
21.88
10.26
12.84
3.88
6.76

19.85
36.35
17.44
21.64
14.27
21.56
20.88
19.75
25.65
19.42
13.56
12.68
16.20
15.95
21.84
20.19
16.49
37.95
19.00
15.42
12.52
24.38
30.18
21.94
29.92
30.62
26.46
21.63
42.83
37.39
25.20
33.62
20.54

36.53
23.62
31.71
23.78
24.86
25.67
28.02
29.99
14.34
22.19
21.52
24.36
15.49
24.10
32.43
35.08
23.84
19.04
15.44
19.31
22.79
16.13
14.74
19.95
21.42
24.64
12.00
24.87
13.26
21.33
18.89
14.44
23.81

32.79
21.84
44.08
40.04
53.07
42.82
44.34
42.35
46.54
45.72
50.23
55.61
64.84
47.98
33.54
39.70
55.43
34.87
55.67
59.73
56.34
36.17
39.64
48.35
39.27
34.01
41.54
46.65
15.34
28.21
38.78
45.82
44.45

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Lampiran 3.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI, ANGKA HARAPAN HIDUP,NET REPRODUCTION RATE DAN ANGKA FERTILITAS TOTAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 - 2010

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Provinsi

Angka Kematian Bayi


(IMR)

Angka Kematian Balita*


(2002-2003)

Estimasi
Angka Harapan Hidup
(eo)

Net Reproduction Rate


(NRR)

Angka Fertilitas
Total (TFR)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Maluku
Maluku Utara
Papua
Indonesia

39
27
32
28
32
31
33
28
32
14
32
25
14
28
39
20
51
35
34
28
40
23
16
40
33
32
33
37
43
34
28

57
59
60
51
49
68
64
47
41
50
44
23
52
56
19
103
73
63
47
57
50
33
71
72
92
97
46

Sumber: BAPPENAS, BPS, United Nations Population Fund (2003), Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2010, Tahun 2005
*BPS (2003), Indonesia Demographic and Health (IDHS), 2002 - 2003

67.3
70.5
69.2
70.1
69.1
69.2
68.9
70.1
69.0
74.0
69.0
71.0
74.0
70.0
67.3
72.4
64.4
68.4
68.5
70.0
66.9
71.6
73.6
67.0
68.8
69.1
68.7
67.7
66.3
68.4
69.8

1.10
1.18
1.14
1.11
1.09
1.06
1.03
1.09
1.02
0.73
1.02
1.02
0.66
0.77
1.09
0.89
1.10
1.25
1.14
1.05
0.99
1.05
0.91
1.05
1.04
1.21
1.04
1.25
1.23
1.20
1.01

2.411
2.527
2.459
2.387
2.368
2.291
2.243
2.349
2.217
1.527
2.218
2.181
1.373
1.662
2.399
1.629
2.503
2.742
2.488
2.259
2.180
2.234
1.909
2.313
2.268
2.617
2.259
2.751
2.731
2.761
2.177

Lampiran 3.2
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 1999, 2002, 2005
No

Provinsi

1999

2002

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

65.3
66.6
65.8
67.3
65.4
63.9
64.8
63.0
t.a.d
t.a.d
72.5
64.6
64.6
68.7
61.8
t.a.d
65.7
54.2
60.4
60.6
66.7
62.2
67.8
67.1
62.8
63.6
62.9
t.a.d
t.a.d
67.2
t.a.d
58.8
t.a.d
64.3

66.0
68.8
67.5
69.1
67.1
66.0
66.2
65.8
65.4
t.a.d
75.6
65.8
66.3
70.8
64.1
66.6
67.5
57.8
60.3
62.9
69.1
64.3
69.9
71.3
64.4
65.3
64.1
64.1
t.a.d
66.5
65.8
60.1
t.a.d
65.8

69.0
72.0
71.2
73.6
71.0
70.2
71.1
68.8
70.7
72.2
76.1
69.9
69.8
73.5
68.4
68.8
69.8
62.4
63.6
66.2
73.2
67.4
72.9
74.2
68.5
68.1
67.5
67.5
65.7
69.2
67.0
62.1
64.8
69.6

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat**
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat**
Indonesia

Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004

2005

Lampiran 3.3
PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No

DTD

Golongan Sebab Sakit

(1)

(2)

(3)

Jumlah Kunjungan
(4)

%
(5)

167

Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya

960,460

19.9

145

Hipertensi esensial (primer)

480,922

9.95

268

Demam yang sebabnya tidak diketahui

409,632

8.48

199.9

Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya

403,270

8.35

270.9

Gejala tanda dan penemuan klinik dan laboratorium tidak normal lainnya

397,478

8.23

281

Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel

347,345

7.19

7.1

Tuberkulosis paru lainnya

346,906

7.18

294

Pengawasan kehamilan normal

343,786

7.11

104.9

Diabetes melitus YTT

342,246

7.08

10

005

Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)

333,066

6.89

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Lampiran 3.4
PERSENTASE 10 PENYAKIT UTAMA PADA PASIEN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No

DTD

Golongan Sebab Sakit

Jumlah Pasien Keluar

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

005

Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi)

177,517

7.95

032.1

Demam berdarah dengue

81,392

3.64

002

Demam tifoid dan paratifoid

72,804

3.26

242.9

Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya

63,580

2.85

278

Cedera intrakranial

48,645

2.18

268

Demam yang sebabnya tidak diketahui

46,175

2.07

281

Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel

46,081

2.06

169

Pneumonia

37,634

1.69

43

Malaria (included all malaria)

36,865

1.65

10

185

Dispepsia

34,029

1.52

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Lampiran 3.5
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT JALAN MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No

Bab

DTD

ICD-X

Golongan Sebab Sakit

(1)

(2)

1
2

I
II

001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu


058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma

(3)

(4)

(5)

III

097-100

D 50-D 89

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI

101 - 111
112-119.9
120-129
130 - 139,10
140 - 142,9
143-164.9
165.0-179.9
180-197
198 - 199
200,0 - 210
211 - 233
234-244
245-253.9

E 00-E 90
F 00-F 99
G 00-G 99
H 00-H 59
H 60-H 95
I 00-I 99
J 00-J 99
K 00-K 93
L 00-L 99
M 00-M 99
N 00-N 99
O 00-O 99
P 00-P 96

17

XVII

18

XVIII

19

XIX

20

XX

21

XXI

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &


Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik


Gangguan Mental & Perilaku
Penyakit Susunan Syaraf
Penyakit Mata dan Adneksa
Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
Penyakit Sistem Napas
Penyakit Sistem Cerna
Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan
Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas
Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
254-266.9
Q 00-Q 99
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
267-270.9
R 00-R 99
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
271-289
S 00-T 98
Lainnya
299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
290.0-298
Z 00-Z 99
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Pasien Baru
Jumlah

Jumlah
Admission
Kunjungan
Rate

Laki-laki

Perempuan

(6)

(7)

415,367
44,022

376,260
101,393

791,627
145,415

1,507,944
323,225

1.90
2.22

9,575

11,933

21,508

43,987

2.05

94,417
44,024
69,250
268,354
108,043
247,772
675,444
426,318
141,268
125,290
94,676
6,134

111,978
34,060
76,044
296,032
104,970
217,297
632,815
479,897
180,004
156,272
170,542
75,466
7,142

206,395
78,084
145,294
564,386
213,013
465,069
1,308,259
906,215
321,272
281,562
265,218
75,466
13,276

714,502
241,001
359,784
824,210
325,626
1,355,461
2,162,905
1,550,085
567,233
663,410
498,012
101,603
17,128

3.46
3.09
2.48
1.46
1.53
2.91
1.65
1.71
1.77
2.36
1.88
1.35
1.29

13,004

10,530

23,534

45,728

1.94

318,826

276,376

595,202

932,385

1.57

(8)

(9)

(10)

297,129

178,406

475,535

732,316

1.54

136,505

89,365

225,870

258,599

1.14

349,051

643,316

992,367

1,871,700

1.89

3,884,469

4,230,098

8,114,567

15,096,844

1.86

Lampiran 3.6
DISTRIBUSI PASIEN RAWAT INAP MENURUT BAB ICD-X
DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006

No

Bab

(1)

(2)

1
2

I
II

001 - 057,9 A 00-B 99 Penyakit Infeksi & Parasit Tertentu


058.0-096.9 C 00-D 48 Neoplasma

III

097-100

D 50-D 89

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI

101 - 111
112-119.9
120-129
130 - 139,10
140 - 142,9
143-164.9
165.0-179.9
180-197
198 - 199
200,0 - 210
211 - 233
234-244
245-253.9

E 00-E 90
F 00-F 99
G 00-G 99
H 00-H 59
H 60-H 95
I 00-I 99
J 00-J 99
K 00-K 93
L 00-L 99
M 00-M 99
N 00-N 99
O 00-O 99
P 00-P 96

17

XVII

18

XVIII

19

XIX

20

XX

21

XXI

DTD

ICD-X

Golongan Sebab Sakit

(3)

(4)

(5)

Penyakit Darah & Organ Pembuat Darah &


Gangguan tertentu yang Melibatkan Mekanisme Imun

Penyakit Endokrin, Nutrisi & Metabolik


Gangguan Mental & Perilaku
Penyakit Susunan Syaraf
Penyakit Mata dan Adneksa
Penyakit Telinga dan Pros. Mastoideus
Penyakit Sistem Sirkulasi Darah
Penyakit Sistem Napas
Penyakit Sistem Cerna
Penyakit Kulit & Jaringan Subkutan
Penyakit Sistem Muskuloskeletal dan Jaringan Ikat
Penyakit Sistem Kemih Kelamin
Kehamilan, Persalinan & Masa Nifas
Kondisi Tertentu yang bermula pada masa Perinatal
Malformasi, Deformasi Kongenital & Kelainan
254-266.9
Q 00-Q 99
Kromosom
Gejala, Tanda & Penemuan Laboratorium, Klinik
267-270.9
R 00-R 99
Abnormal YTK
Cedera, Keracunan dan Akibat Sebab Luar Tertentu
271-289
S 00-T 98
Lainnya
299.0-306.13 V 00-Y 98 Sebab Luar Morbiditas & Mortalitas
Faktor yg Mempengaruhi Keadaan Kesehatan & yg
290.0-298
Z 00-Z 99
Berhubungan dengan Pelayanan Kesehata
Jumlah

Sumber: Ditjen Yanmed, Depkes RI, 2006


Keterangan: DTD (Daftar Tabulasi Dasar)

Pasien Baru
Jumlah

Pasien Mati

CFR (%)

Laki-laki

Perempuan

(6)

(7)

(9)

(10)

273,107
19,537

234,156
35,701

507,263
55,238

15,984
3,378

3.15
6.12

3,164

3,889

7,053

129

1.83

30,476
12,848
13,742
14,137
1,791
94,579
94,837
100,272
7,593
11,591
51,021
37,388

39,207
10,183
12,331
12,538
2,032
83,108
78,186
91,686
6,631
11,189
48,065
285,904
36,585

69,683
23,031
26,073
26,675
3,823
177,687
173,023
191,958
14,224
22,780
99,086
285,904
73,973

5,242
227
2,894
287
35
19,361
6,156
5,739
189
235
3,750
1,318
9,567

7.52
0.99
11.10
1.08
0.92
10.90
3.56
2.99
1.33
1.03
3.78
0.46
12.93

5,735

6,626

12,361

541

4.38

65,345

58,772

124,117

3,296

2.66

111,564

59,234

170,798

4,770

2.79

23,572

12,749

36,321

1,010

2.78

74,390

94,001

168,391

925

0.55

1,046,689

1,222,773

2,269,462

85,033

(8)

Lampiran 3.7
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN PENYAKIT MALARIA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

Jumlah Penderita

API/AMI

(1)

(2)

(3)

(4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Keterangan: API = Annual Parasite Incidence (di P. Jawa + Bali)
AMI = Annual Malaria Incidence (di luar P. Jawa + Bali)

25,220
149,815
2,150
17,099
56,026
58,875
8,064
32,356
44,734
6,140

6.32
16.93
0.90
5.22
20.96
11.00
6.29
5.14
43.05
4.93

29,901
206,566
38,125
105,281
658
32,053
79,958
453,306
3,096
25,679
8,766
8,059
33,321
58,224
9,504
29,942
11,793
1,001
21,258
56,606
363,589
138,901
2,116,066

0.52
0.13
0.10
0.18
0.02
0.55
19.25
105.66
0.90
14.84
3.51
5.01
20.29
25.71
1.53
14.95
15.40
0.87
15.35
58.58
164.75
198.02

Lampiran 3.8
ANNUAL PARASITE INCIDENCE (API) MALARIA
DI JAWA-BALI TAHUN 2001 - 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

2001

2002

2003

2004

2005

2006

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

DKI Jakarta

0.01

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

t.a.d

Jawa Barat

0.02

t.a.d

t.a.d

0.16

0.96

0.52

Jawa Tengah

1.46

t.a.d

t.a.d

0.51

0.06

0.13

DI Yogyakarta

10.43

t.a.d

t.a.d

0.97

0.06

0.10

Jawa Timur

0.12

t.a.d

t.a.d

0.08

0.47

0.18

Banten

t.a.d

t.a.d

t.a.d

0.00

0.02

Bali

0.08

t.a.d

t.a.d

0.03

0.02

0.55

0.62

0.47

0,22

0.15

0.15

0.19

Jawa-Bali

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Ket :

tad = tidak ada data

Lampiran 3.9

HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU


TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Perkiraan
Kasus Menular

(2)

(4)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Cakupan Penemuan
Semua
Kasus

Case Detection Rate


(CDR) %

BTA Pos

(5)

(6)

(7)

6,486
20,169
7,085
8,011
4,332
12,245
2,850
11,842
1,578
2,180
9,369
42,533
34,243
2,119
38,194
10,240
2,190
9,290
8,789
9,385
4,615
6,914
6,060
4,556
5,146
15,946
4,497
1,846
2,131
2,461
1,658
5,415
-

4,274
18,969
5,131
4,003
2,981
7,660
1,768
6,788
1,059
1,249
18,749
53,707
33,543
2,283
35,975
14,131
2,690
5,751
5,783
5,688
2,078
5,032
3,111
4,778
2,898
10,211
3,685
1,703
1,319
2,785
913
6,894
-

3,251
16,678
3,650
2,597
2,610
5,101
1,343
4,614
785
823
7,301
30,515
17,330
1,232
23,068
7,745
1,374
3,756
3,772
4,513
1,623
3,577
2,056
4,149
2,430
8,446
3,187
1,509
1,135
1,546
529
3,075
-

50.12
82.69
51.52
32.42
60.25
41.66
47.13
38.96
49.74
37.75
77.93
71.74
50.61
58.14
60.40
75.63
62.73
40.43
42.92
48.09
35.17
51.74
33.93
91.07
47.22
52.97
70.87
81.75
53.27
62.81
31.90
56.78

304,373

277,589

175,320

75.68

Lampiran 3.10

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Jenis Kelamin
No

Laki-laki

Provinsi
Jumlah

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Perempuan
%

(3)

Jumlah

(4)

Laki-laki+ Perempuan

(5)

(6)

(7)

2,091

64.32

1,160

35.68

3,251

Sumatera Utara

10,791

64.70

5,887

35.30

16,678

Sumatera Barat

2,384

65.32

1,266

34.68

3,650

Riau

1,678

64.61

919

35.39

2,597

Jambi

1,597

61.19

1,013

38.81

2,610

Sumatera Selatan

3,172

62.18

1,929

37.82

5,101

Bengkulu

841

62.62

502

37.38

1,343

Lampung

2,844

61.64

1,770

38.36

4,614

Kepulauan Bangka Belitung

489

62.29

296

37.71

785

10

Kepulauan Riau

1,678

64.61

919

35.39

2,597

11

DKI Jakarta

4,416

60.48

2,885

39.52

7,301

12

Jawa Barat

17,317

56.75

13,198

43.25

30,515

13

Jawa Tengah

9,515

54.90

7,815

45.10

17,330

14

DI Yogyakarta

726

58.93

506

41.07

1,232

15

Jawa Timur

12,745

55.25

10,323

44.75

23,068

16

Banten

4,638

59.88

3,107

40.12

7,745

17

Bali

779

56.70

595

43.30

1,374

18

Nusa Tenggara Barat

2,283

60.78

1,473

39.22

3,756

19

Nusa Tenggara Timur

2,052

54.40

1,720

45.60

3,772

20

Kalimantan Barat

2,915

64.59

1,598

35.41

4,513

21

Kalimantan Tengah

1,028

63.34

595

36.66

1,623

22

Kalimantan Selatan

2,210

61.78

1,367

38.22

3,577

23

Kalimantan Timur

1,295

62.99

761

37.01

2,056

24

Sulawesi Utara

2,514

60.59

1,635

39.41

4,149

25

Sulawesi Tengah

1,438

59.18

992

40.82

2,430

26

Sulawesi Selatan

4,913

58.17

3,533

41.83

8,446

27

Sulawesi Tenggara

1,875

58.83

1,312

41.17

3,187

28

Gorontalo

845

56.00

664

44.00

1,509

29

Sulawesi Barat

695

61.23

440

38.77

1,135

30

Maluku

861

55.69

685

44.31

1,546

31

Maluku Utara

319

60.30

210

39.70

529

32

Papua

1,754

57.04

1,321

42.96

3,075

33

Irian Jaya Barat

59.12

72,396

40.88

177,094

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

104,698

Lampiran 3.11

JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF


MENURUT KELOMPOK UMUR (TAHUN), JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

0 - 14

Provinsi

15 - 24

Kelompok Umur (tahun)


35 - 44
45 - 54

25 - 34

55 - 64

>= 65

Total

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

12

16

247

185

400

254

425

216

464

226

394

198

149

65

2,091

1,160

3,251

Sumatera Utara

39

69

1302

998

2123

1326

2389

1351

2467

1182

1688

658

783

303

10,791

5,887

16,678

Sumatera Barat

20

18

386

275

517

293

415

220

463

227

357

137

226

96

2,384

1,266

3,650

Riau

17

14

225

170

377

216

386

197

342

178

222

105

109

39

1,678

919

2,597

Jambi

18

10

189

152

351

248

312

215

328

198

257

134

142

56

1,597

1,013

2,610

Sumatera Selatan

44

31

465

355

673

502

666

377

594

345

494

234

236

85

3,172

1,929

5,101

Bengkulu

121

105

167

116

177

98

161

89

144

62

64

23

841

502

1,343

Lampung

36

28

382

307

612

428

569

368

556

286

457

244

232

109

2,844

1,770

4,614
785

Kepulauan Bangka Belitung

73

56

116

88

96

47

87

58

74

33

40

14

489

296

10

Kepulauan Riau

64

48

61

63

128

99

106

34

78

24

60

22

27

524

299

823

11

DKI Jakarta

76

64

1014

749

1295

833

823

509

627

401

391

225

190

104

4,416

2,885

7,301

12

Jawa Barat

135

161

3574

3258

4632

3579

3242

2569

2795

1941

1992

1267

947

423

17,317

13,198

30,515

13

Jawa Tengah

70

84

1528

1688

1940

1903

1789

1532

1779

1277

1572

987

837

344

9,515

7,815

17,330

14

DI Yogyakarta

120

112

161

132

103

79

142

73

104

68

92

38

726

506

1,232

15

Jawa Timur

115

138

1811

1901

2398

2415

2446

2170

2775

1880

2355

1427

845

392

12,745

10,323

23,068

16

Banten

25

31

894

696

1151

859

971

688

809

480

571

263

217

90

4,638

3,107

7,745

17

Bali

99

107

176

173

136

99

154

87

133

74

77

50

779

595

1,374

18

Nusa Tenggara Barat

16

17

283

240

428

293

383

271

523

318

506

292

144

42

2,283

1,473

3,756

19

Nusa Tenggara Timur

21

17

282

299

401

364

332

290

379

303

374

301

263

146

2,052

1,720

3,772

20

Kalimantan Barat

21

22

352

261

568

361

531

313

651

326

553

231

239

84

2,915

1,598

4,513

21

Kalimantan Tengah

112

96

206

137

225

149

227

103

156

60

95

44

1,028

595

1,623

22

Kalimantan Selatan

16

21

268

187

401

305

479

302

484

316

404

192

158

44

2,210

1,367

3,577

23

Kalimantan Timur

18

22

189

164

281

174

302

166

243

123

185

88

77

24

1,295

761

2,056

24

Sulawesi Utara

20

21

344

248

511

394

489

317

515

299

364

217

271

139

2,514

1,635

4,149

25

Sulawesi Tengah

166

164

299

230

293

227

345

182

228

140

99

41

1,438

992

2,430

26

Sulawesi Selatan

17

27

623

553

992

781

959

689

964

710

968

601

390

172

4,913

3,533

8,446

27

Sulawesi Tenggara

15

18

259

210

371

282

385

265

354

241

346

204

145

92

1,875

1,312

3,187

28

Gorontalo

117

106

182

136

210

152

187

141

115

87

32

39

845

664

1,509

29

Sulawesi Barat

85

63

130

91

148

87

150

88

122

74

58

29

695

440

1,135

30

Maluku

13

18

150

102

182

167

152

144

143

123

112

85

109

46

861

685

1,546

31

Maluku Utara

53

36

77

61

63

39

54

40

48

22

20

319

210

529

32

Papua

30

44

511

471

506

388

330

241

219

111

123

54

35

12

1,754

1,321

3,075

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

0
899

0
985

16,285

14,377

22,752

17,628

20,332

14,421

20,059

12,376

15,869

8,786

7,348

3,203

103,544

71,776

175,320

Lampiran 3.12
JUMLAH KUMULATIF KASUS AIDS, MENINGGAL, DAN ANGKA KUMULATIF KASUS per 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah
Kasus

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Case
Rate

Meninggal
(4)

(5)

6
242
64
97
83
91
23
102
50
203
2,565
940
290
89
863
42
399
62
29
553
1
12
10
101
2
143
2
3
0
119
3
947
58

2
48
32
40
29
22
6
32
3
91
420
138
138
11
258
11
74
16
4
106
1
5
8
37
1
62
1
53
1
221
-

8,194

1,871

0.15
1.96
1.41
2.13
3.08
1.35
1.43
1.42
4.81
16.94
28.15
2.40
0.74
2.71
2.33
0.46
11.44
1.49
0.69
13.56
0.05
0.37
0.34
4.68
0.09
1.91
0.10
0.33
0.00
8.94
0.33
51.42
10.24

Lampiran 3.13
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS YANG MENGGUNAKAN NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI s.d 31 DESEMBER 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Jumlah
Kasus Kumulatif

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Kasus AIDS yang Menggunakan NAPZA Suntik (IDU)


%
Jumlah
(4)

(5)

6
242
64
97
83
91
23
102
50
203
2,565
940
290
89
863
42
399
62
29
553
1
12
10
101
2
143
2
3
0
119
3
947
58

1
110
53
15
49
52
15
83
15
21
1,839
757
86
55
475
38
124
30
4
106
1
7
4
24
1
91
2
50
1
4
5

16.67
45.45
82.81
15.46
59.04
57.14
65.22
81.37
30.00
10.34
71.70
80.53
29.66
61.80
55.04
90.48
31.08
48.39
13.79
19.17
100.00
58.33
40.00
23.76
50.00
63.64
66.67
42.02
33.33
0.42
8.62

8,194

4,118

50.26

Lampiran 3.14
JUMLAH KASUS BARU AIDS DITEMUKAN PER TRIWULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep.Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Jumlah
%

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Triwulan I

Triwulan II

Jumlah Kasus Baru


Triwulan III

Triwulan IV

(3)

(4)

(5)

(6)

0
5
6
0
21
7
0
29
8
6
174
90
19
0
22
0
23
14
0
36
0
0
1
7
0
0
2
0
0
25
0
7
0
502

1
58
18
0
4
0
0
0
2
16
105
93
25
8
44
0
31
1
0
85
0
0
2
0
0
0
0
0
0
7
0
9
0
509

0
4
1
0
0
18
0
0
0
10
188
257
32
62
30
0
27
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
2
17
0
655

17.47

17.72

22.80

Total
(7)

2
50
20
0
28
7
0
6
6
18
171
159
115
0
43
0
92
2
0
325
0
6
0
0
0
0
0
1
0
16
0
133
7
1,207
42.01

3
117
45
0
53
32
0
35
16
50
638
599
191
70
139
0
173
19
0
446
0
6
3
7
0
0
2
1
0
53
2
166
7
2,873
100.00

Lampiran 3.15

ESTIMASI POPULASI RAWAN TERTULAR HIV TAHUN 2006

No

Provinsi

IDU

Pasangan
IDU

Wanita
Penjaja Seks
(WPS)

Pelanggan
WPS

Pasangan
Pelangan
WPS

Homoseks

Waria
(Wanita pria)

Pelanggan
Waria

Warga Binaan
Pemasyarakatan

Umum

Rata-rata

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(1)

Nanggroe Aceh Darussalam

1,030

150

40

180

40

120

20

20

30

1,630

Sumatera Utara

7,220

1,020

380

1,740

400

500

190

130

270

11,840

Sumatera Barat

2,750

390

50

200

50

110

30

20

60

3,660

Riau

1,660

240

730

2,160

280

180

360

230

110

5,940

Jambi

2,200

310

80

290

30

100

30

10

50

3,100

Sumatera Selatan

3,390

480

260

870

210

240

180

110

110

5,850

Bengkulu

730

110

140

340

80

60

60

40

1,550

Lampung

3,260

460

170

540

130

250

80

50

50

4,990
2,090

Kep. Bangka Belitung

1,060

150

130

400

90

30

120

70

30

10

Kep.Riau

2,020

290

370

950

120

70

60

40

10

3,910

11

DKI Jakarta

16,680

2,370

1,360

3,720

670

550

210

120

1,150

26,810

12

Jawa Barat

10,640

1,510

1,080

3,310

520

1,980

430

250

1,270

20,980

13

Jawa Tengah

3,500

500

550

1,810

460

1,200

200

100

140

8,480

14

DI Yogyakarta

2,050

290

110

310

80

140

70

40

40

3,130

15

Jawa Timur

10,350

1,470

940

3,820

640

1,580

470

300

360

19,920

16

Banten

3,060

430

130

430

70

450

40

20

1,000

5,630

17

Bali

1,640

230

330

1,260

330

150

60

30

50

4,070

18

Nusa Tenggara Barat

260

40

60

160

20

140

80

40

40

850

19

Nusa Tenggara Timur

1,320

190

120

280

40

110

30

10

70

2,160

20

Kalimantan Barat

1,670

240

150

400

70

180

120

60

30

2,910

21

Kalimantan Tengah

800

110

250

540

100

90

110

60

20

2,070

22

Kalimantan Selatan

1,840

260

60

160

30

80

40

20

70

2,560

23

Kalimantan Timur

3,680

520

320

830

140

150

300

150

40

6,120

24

Sulawesi Utara

610

90

120

290

50

80

60

40

40

1,370

25

Sulawesi Tengah

1,130

160

80

290

50

80

50

40

40

1,910

26

Sulawesi Selatan

3,810

540

190

1,220

170

270

150

110

100

6,560

27

Sulawesi Tenggara

300

40

50

170

30

270

40

30

20

750

28

Gorontalo

130

20

50

140

20

30

30

20

450

29

Sulawesi Barat

360

50

30

100

20

30

10

10

10

610

30

Maluku

270

40

150

410

100

40

60

30

20

1,110

31

Maluku Utara

360

50

50

150

30

20

20

10

690

32

Papua

160

20

220

510

80

60

40

20

21,110

22,220

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

90
90,030
90000

10
12,780
12810

180
8,930
8910

390
28,370
28340

40
5,190
5200

20
9,360
9160

40
3,790
3760

20
2,250
2230

5,230
5190

6,370
27,480
27470

7,170
193,090
193070

Lampiran 3.16

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Realisasi Penemuan Penderita Pneumonia Balita

Kematian Balita Akibat Pneumonia

No

Provinsi

Jumlah Penduduk Usia


Balita Wil. PKM Program

Target Penemuan
Pneumonia Balita (10%)

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

Jumlah

< 1 Tahun

1 - 4 Tahun

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Jumlah
(11)

379,251

37,925

1,123

4,200

5,323

14.04

1,213,987

121,399

14,603

26,704

41,307

34.03

Sumatera Barat

455,581

45,558

4,687

12,665

17,352

38.09

Riau

449,139

44,914

2,949

6,446

9,395

20.92

Jambi

263,074

26,307

1,348

5,594

6,942

26.39

Sumatera Selatan

788,345

78,835

9,776

18,089

27,865

35.35

Bengkulu

178,100

17,810

1,298

1,065

2,363

13.27

Lampung

762,762

76,276

4,074

7,261

11,335

14.86

Kepulauan Bangka Belitung

107,260

10,726

2,255

6,070

8,325

77.62

10

Kepulauan Riau

126,552

12,655

94

139

233

1.84

11

DKI Jakarta

837,907

83,791

1,858

3,876

5,734

6.84

12

Jawa Barat

3,975,070

397,507

70,786

128,499

199,285

50.13

63

19

82

13

Jawa Tengah

3,479,694

347,969

14,977

30,390

45,367

13.04

14

DI Yogyakarta

241,046

24,105

137

314

451

1.87

15

Jawa Timur

3,054,408

305,441

27,155

48,625

75,780

24.81

10

16

Banten

1,223,515

122,352

6,676

10,133

16,809

13.74

17

Bali

334,230

33,423

2,573

4,675

7,248

21.69

18

Nusa Tenggara Barat

535,489

53,549

21,079

30,802

51,881

96.89

46

53

19

Nusa Tenggara Timur

426,029

42,603

5,711

6,557

12,268

28.80

20

Kalimantan Barat

466,782

46,678

3,845

6,960

10,805

23.15

21

Kalimantan Tengah

195,843

19,584

364

668

1,032

5.27

22

Kalimantan Selatan

357,691

35,769

5,704

10,905

16,609

46.43

23

Kalimantan Timur

275,074

27,507

5,121

6,776

11,897

43.25

24

Sulawesi Utara

210,327

21,033

1,832

2,381

4,213

20.03

25

Sulawesi Tengah

234,568

23,457

4,993

8,098

13,091

55.81

26

Sulawesi Selatan

793,615

79,362

5,518

9,947

15,465

19.49

197,563

19,756

2,375

4,959

7,334

37.12

91,484

9,148

1,669

2,348

4,017

43.91

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

109,840

10,984

858

1,648

2,506

22.82

30

Maluku

152,344

15,234

769

1,006

1,775

11.65

31

Maluku Utara

90,953

9,095

2,517

4,569

7,086

77.91

259,673

25,967

625

949

1,574

6.06

62,964

6,296

33

0.52

22,330,160

2,233,016

642,700

28.78

114

31

145

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

229,349

413,318

Lampiran 3.17

SITUASI PENYAKIT KUSTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006


No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Populasi 2006

(2)

Hide

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia
%

4,309,600
12,605,700
4,538,200
5,482,600
2,613,600
6,820,933
1,692,800
7,238,600
1,025,627
9,041,000
39,634,166
32,114,000
3,181,200
36,973,881
9,251,013
3,315,700
4,119,140
4,123,400
4,354,300
1,958,428
3,174,100
2,950,743
2,200,442
2,403,812
7,365,354
1,965,158
910,398
858,737
1,523,443
798,100
1,973,418
702,202
221,219,795

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Ket:

PB= Pausi Basiler


MB= Multi Basiler

219141800
(2,077,995)

PB
(3)

127
29
7
21
2
35
4
23
9
171
450
186
1
504
82
9
57
46
34
5
20
23
69
72
214
31
14
33
46
133
234
270
2,961
13.01

Kasus Tercatat
MB

Jumlah

(4)

(5)

567
224
95
159
71
289
4
153
38
1,042
2,771
1,797
32
5,610
542
165
256
424
219
76
275
192
425
289
1,436
233
273
194
392
624
564
371
19,802
86.99

Angka Prevalensi
/10.000 Penduduk
(6)

694
253
102
180
73
324
8
176
47
1,213
3,221
1,983
33
6,114
624
174
313
470
253
81
295
215
494
361
1,650
264
287
227
438
757
798
641
22,763
100.00

1.61
0.20
0.22
0.33
0.28
0.48
0.05
0.24
0.46
1.34
0.81
0.62
0.10
1.65
0.67
0.52
0.76
1.14
0.58
0.41
0.93
0.73
2.25
1.50
2.24
1.34
3.15
2.64
2.88
9.49
4.04
9.13
1.03

Lampiran 3.18

JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN KECACATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Ket:

PB= Pausi Basiler


MB= Multi Basiler

PB
(3)

151
38
32
6
7
25
2
21
13
107
386
303
4
732
72
26
118
39
20
14
22
23
89
112
358
52
12
47
61
179
292
187
3,550

Kasus Baru
MB
(4)

406
165
75
19
62
160
7
118
33
569
1,802
1,460
66
4,628
299
142
233
203
137
75
149
136
357
268
1,278
206
155
112
319
458
460
193
14,750

Jumlah

Case Detection Rate/


100,000

(5)

(6)

557
203
107
25
69
185
9
139
46
676
2,188
1,763
70
5,360
371
168
351
242
157
89
171
159
446
380
1,636
258
167
159
380
637
752
380
18,300

Cacat Tkt. 2
Jumlah
%
(7)

12.92
1.60
2.36
0.46
2.64
2.47
0.53
1.92
4.78
7.59
5.76
5.33
2.20
14.97
4.26
5.07
8.14
5.87
3.61
4.39
5.39
5.96
21.11
16.25
18.94
12.91
18.70
30.13
79.81
30.56
8.35

38
33
4
1
33
2
12
4
36
157
241
526
75
14
16
8
25
10
27
6
21
17
142
25
21
4
10
44
21
14
1,587

(8)

6.82
16.26
3.74
4.00
17.84
22.22
8.63
8.70
5.33
7.18
13.67
9.81
20.22
8.33
4.56
3.31
15.92
11.24
15.79
3.77
4.71
4.47
8.68
9.69
12.57
2.52
2.63
6.91
2.79
3.68
8.67

0 - 14 Tahun
Jumlah
%
(9)

16
20
10
1
0
9
1
12
4
37
219
163
10
638
64
5
61
13
12
3
7
13
35
16
85
25
11
8
56
135
115
101
1,905

(10)

2.87
9.85
9.35
4.00
4.86
11.11
8.63
8.70
5.47
10.01
9.25
14.29
11.90
17.25
2.98
17.38
5.37
7.64
3.37
4.09
8.18
7.85
4.21
5.20
9.69
6.59
5.03
14.74
21.19
15.29
26.58
10.41

Lampiran 3.19

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

Campak

Tetanus
Neonatorum

Difteri

Pertusis

Hepatitis B

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

470
2,426
338
1,208
324
476
76
700
5,681
3,550
201
5,567
2,398
544
164
16
650
289
1,501
40
1,448
702
83
42
320
288
36
29,538

5
1
2
0
8
0
15
0
0
0
31
0
0
15
11
0
0
3
3
0
3
0
1
5
5
5
1
0
1
1
2
0
118

95
2,014
17
2
13
8
23
2
1
76
20
37
29
2,337

1,357
1,267
188
121
89
34
26
463
1,159
335
60
892
83
618
368
9
5
205
42
20
17
223
7,581

482
37
193
24
553
48
39
20
331
1,727

Kelengkapan Laporan (%)


Puskesmas

Rumah Sakit

(8)

(9)

100
100
0
0
100
83
100
100
100
0
33
100
0
100
100
75
100
91
25
100
25
0
100
100
100
100
100
50
0
0
100
83
100
75.6

16.67
100
0
0
100
58.3
100
0
0
0
0
0
100
25
100
0
0
0
25
100
0
0
100
0
100
91
0
25
0
0
25
0
0
35.6

Lampiran 3.20

JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Tetanus Neonatorum

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

(6)

(7)

0
0

4
0

(8)

(10)

0
0

2
0

(11)

(13)

1
0

2
0

0
0

0
0

0
0

Sumatera Barat

Riau

0
0

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

4
0

Lampung

15

1
0

3
0

Kepulauan Bangka Belitung

9
0

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

31

12

17
0

7
0

4
0

(14)

(15)

(16)

(17)

0
1

0
0

1
0

2
0

(19)

(20)

0
0

0
0

0
1

(21)

0
1
0

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

0
0

0
0

0
0

4
0

0
0

3
0

0
0

0
0

2
0

Tidak Diketahui

Tidak

Ya

Tidak Diketahui

Lain-lain

Bambu

Gunting

(22)

Dirawat di RS

(28)

4
0
0

(29)

0
0

1
0

6
0

2
0

3
0

12
0

0
0

1
0

10
0

4
0

0
0

4
0

6
0

4
0

1
0

14
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

6
0

23
0

7
0

1
0

21
0

2
0

20
0

1
0

5
0

5
0

26
0

2
0

0
0

5
0

11
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

3
0

9
0

4
0

16
0

2
0

Lain-lain

Tradisional

Alkohol/Iodium

(18)

Pemotongan Tali Pusat

Tidak Diketahui

Perawatan Tali Pusat

Tidak Diketahui

Tradisional

Dokter

Bidan/Perawat

Penolong Persalinan

Tidak Diketahui

TT1

TT2+

(9)

Tidak Diimunisasi

Status Imunisasi

Tidak Diketahui

Tanpa pemeriksaan

Tradisional

(3)

Bidan/Perawat

(2)

(1)

Dokter

Provinsi

Meninggal

No

Total

Pemeriksaan Kehamilan

0
0

2
0

0
1

7
0

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

15

11

10

10

11

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

11

0
0

11

0
0

0
0

11

Bali

0
0

11

17

0
0

0
11

15

Banten

0
11

11

16

5
0

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

3
0

0
0

3
0

0
0

0
0

0
0

3
0

3
0

0
0

Kalimantan Tengah

3
0

21

0
0

3
3

22

Kalimantan Selatan

0
0

0
0

0
0

Kalimantan Timur

2
0

23

0
0

0
0

0
0

1
1

1
3

4
1

0
0

1
0

3
2

2
0

0
0

0
0

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

4
1

3
3

2
1

Sulawesi Tenggara

1
0

1
0

27

2
1

1
0

Sulawesi Selatan

0
0

26

0
1

2
1

28

Gorontalo

Sulawesi Barat

0
0

29

0
0

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

0
118

2
0

0
0

1
0

1
0

2
0

0
0

0
0

0
0

2
0

0
46

1
1

0
1

57

0
24

19

0
17

0
19

0
16

61

0
22

0
2

0
25

76

0
15

0
31

0
0

0
0

2
0

0
0

0
31

36

0
20

57

0
0

0
0

1
0

2
0

0
0

0
23

18

0
20

84

0
12

0
22

Lampiran 3.21
JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Rawat Inap RS

Jumlah Kasus

Puskesmas

<1th

1 - 4 th

5 - 14 th

15 - 44 th

>45 th

Jumlah

<1th

1 - 4 th

5 - 14 th

15 - 44 th

>45 th

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

Meninggal

<1th

1 - 4 th

5 - 14 th

15 - 44 th

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

47

164

143

98

18

470

470

89

280

589

865

342

161

2,237

2,426

49

135

129

22

338

338

41

140

344

528

131

24

1,167

1,208

29

79

116

57

288

324

50

147

223

45

11

476

476

Kep. Bangka Belitung

12

30

25

76

76

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

28

48

24

100

10

11

34

50

37

137

88

266

160

23

286

823

18

97

60

185

Sulawesi Tengah

10

Gorontalo

14

47

196

311

111

35

700

0
700

536

1,993

2,251

719

182

5,681

5,681

99

191

751

1,550

675

147

3,314

3,550

35

34

23

13

25

110

49

201

201

108

234

84

281

715

287

1,283

441

71

1,947

4,029

5,567

279

1,074

969

68

2,398

2,398

11

21

64

186

76

338

544

31

97

23

164

164

10

56

73

235

184

72

26

100

141

18

0
0

270

16

30

86

118

41

278
0

12

11

11

11

14

178

839

345

27

18

33

69

195

24

16

16

16

580

650

289

289

33

14

28

61

58

Sulawesi Selatan

11

113

Sulawesi Tenggara

21

11

75

26

31

20

27

116

302

385

134

16

953

1,501

40

40

50

11

1,423

1,448

313

59

642

702

43

83

83

11

10

39

42

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

51

137

118

14

320

320

32

Papua

62

116

86

24

288

288

33

Irian Jaya Barat

15

36

36

1351

2,576

8,886

9,606

2,899

2,619

26,586

29,538

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

170

471

467

191

302

1,601

168

417

313

166

287

Lampiran 3.22

JUMLAH KASUS PENYAKIT CAMPAK DAN JUMLAH VAKSINASI CAMPAK


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

< 1 Tahun

Provinsi

Kasus Campak Menurut Kelompok Umur


5 - 9 Tahun
10 - 14 Tahun

1 - 4 Tahun

> 15 Tahun

Jumlah

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

Jumlah

Divaksinasi

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(18)

(19)

(20)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

17

65

45

4.44

37

47

211

Sumatera Utara

77

3.90

200

0.50

198

1.01

142

0.70

160

777

1.03

Sumatera Barat

105

73

69.52

259

196

75.68

273

217

79.49

155

62

40.00

230

15

1,022

563

55.09

Riau

93

3.23

409

127

31.05

425

94

22.12

257

74

28.79

161

1,345

305

22.68

Jambi

10

29

3.45

31

29.03

16

18.75

88

13

14.77

Sumatera Selatan

13

15.38

69

19

27.54

70

35

50.00

18

10

55.56

43

27

213

93

43.66

Bengkulu

31

21

67.74

66

25

37.88

72

29

40.28

42

10

23.81

34

245

91

37.14

Lampung

99

7.07

316

21

6.65

364

29

7.97

189

15

7.94

106

1,074

75

6.98

Kep. Bangka Belitung

50.00

20

40.00

20

11

55.00

13

11

84.62

62

31

50.00

0.95

10

Kep.Riau

45

156

93

63

132

489

11

DKI Jakarta

137

667

1.35

254

124

107

1,289

0.70

155

519

384

138

138

1,334

32

16

50.00

84

68

80.95

20

24

120.00

100.00

144

114

79.17

14.98

1,168

98

8.39

1,097

98

8.93

697

66

9.47

833

64

4,022

360

8.95

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

227

34

16

Banten

328

1,276

1,093

269

44

3,010

17

Bali

100.00

19

13

68.42

14

42.86

47

24

51.06

18

Nusa Tenggara Barat

40.00

25.00

19

Nusa Tenggara Timur

21

38.10

107

56

52.34

88

35

39.77

46

22

47.83

23

285

127

44.56

20

Kalimantan Barat

43

120

4.17

50

4.00

24

4.17

73

310

2.58

21

Kalimantan Tengah

57

13

22.81

139

65

46.76

154

71

46.10

69

39

56.52

42

14

461

202

43.82

22

Kalimantan Selatan

130

38

29.23

462

122

26.41

450

90

20.00

236

12

5.08

107

1,385

262

18.92

23

Kalimantan Timur

12

11

91.67

30

23

76.67

42

12

28.57

22

18.18

115

57

49.57

24

Sulawesi Utara

66.67

44.44

100.00

19

12

63.16

115

115

100.00

247

247

100.00

148

148

100.00

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27
28

154

92

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

59.7403

513

245 47.7583

397

201 50.6297

55

54

98.18

16

13

581

577

99.31

211

104

49.2891

150

85

1,425

727

51.02

27

13

48.15

30

16

53.33

37.50

74

36

48.65

100.00

66.67

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

23

11

47.83

41

25

60.98

31

19

61.29

10

40.00

112

61

54.46

32

Papua

52

10

19.23

63

27

42.86

43

27

62.79

23

34.78

15

196

74

37.76

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

16

47

6.38

72

4.17

2,009

467

23.25

7,136

1,425

19.97

5,900

1,180

20.00

2,881

509

17.67

2,496

257

20,422

3,838

18.79

Lampiran 3.23
JUMLAH KASUS PENYAKIT DIFTERI DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

Rawat Inap RS
>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

26

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

14

40

20

21

95

95

211

407

557

660

1982

2,014

17

17

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18
19

14

12

147

13

13

23

23

Nusa Tenggara Barat

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24
25
26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

10

Sulawesi Utara

Sulawesi Tengah

43

76

20

20

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

37

37

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

10

15

32

19

16

0
0

14

18

43

22

19

28

1
6

11

16

11

16

69

157

276

509

599

684

29

29

2225

2,337

Lampiran 3.24
JUMLAH KASUS PENYAKIT PERTUSIS (BATUK REJAN) DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Jalan RS

Provinsi
<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

Rawat Inap RS
>45 th

Jumlah

<1th

1 - 4 th

(7)

(8)

(9)

(10)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

5 - 14 th 15 - 44 th
(11)

(12)

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

0
9

20

12

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

93

283

310

358

313

1,357

1,357

47

132

302

387

201

154

1,176

1,267

44

16

19

20

53

88

23

188

188

27

30

26

18

20

121

121

17

31

20

18

72

89

Lampung

10

34

34

Kep. Bangka Belitung

26

10

Kep.Riau

26
-

11

DKI Jakarta

28

95

91

149

100

463

463

12

Jawa Barat

90

305

386

240

138

1,159

1,159

13

Jawa Tengah

20

60

234

326

335

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

21

24

60

60

16

Banten

139

177

278

144

154

892

892

17

Bali

77

18

Nusa Tenggara Barat

36

20

13

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

262

220

130

38

86

81

103

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

6
-

55

83
-

618

618

363

368

9
-

9
-

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

19

95

79

27

33

Irian Jaya Barat

1,770

1,991

1,577

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

31

56

96

10

16

23

24

64

12

21

0
5

53

50

75

69

252

5
-

13

1
8

13

11

17

19

40

50

144

617

205

42

20

20

17

17

223

223

1,230

7,185

7,581

0
18

45

5
-

Lampiran 3.25
JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS KLINIS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

Rawat Inap RS
>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

43

83

52

Kep. Bangka Belitung

22

58

190

690

261

0
3

30

15

319

17

677

27

1174

15

2,203

62

385

449

21

81

214

78

397

397

18

65

227

429

354

1,093

4,197

293

300

901

63

26

101

76

40

33

82

38

86

118

43

10

21

122

22

96

232

429

182

961

1,119

186

186

1,221

1,221

10

Kep.Riau

11

DKI Jakarta

14

27

10

28

81

81

12

Jawa Barat

22

89

356

332

164

963

963

13

Jawa Tengah

13

107

169

180

473

473

14

DI Yogyakarta

16

29

29

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

65

34

102

18

32

21

36

40

50

50
0

0
6

27

21

22

17

26

28

136

34
23

79

24

114

92

17
41
50
162

2
20
36
20

64

216

130

130

292

326

530

206

1,161

1,265

44

54

54

54

170

90

322

486

20

42

42

110

110

11

23

11

46

14

51

30

107

15

21

138

216

123

513

666

35

62

21

132

12

106

61

183

11

20

55

152

97

335

650

23

14

57

161

92

347

347

309

364

Maluku Utara

60

267

1,758

1,758

32

Papua

72

276

1,277

1,277

33

Irian Jaya Barat

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

23

261

2
3

23

Indonesia

18

68

0
1

11

56

391

24

939

1,279

31

2,676

13

30

137

807

10

692

24

1,671

316

1,187

51

429
270

2,828

178

617
445

5,325

76

385
214

2,757

12,413

16,760

Lampiran 3.26
JUMLAH KASUS PENYAKIT HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS
MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Jalan RS

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

Rawat Inap RS
>45 th

Jumlah

<1th

(7)

(8)

(9)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(10)

(11)

(12)

Jumlah

(13)

(14)

0
3

27

53

35

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Meninggal

<1th

(15)

(16)

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th

Jumlah

RS + Puskesmas

(20)

(21)

(22)

119

36

145

181

363

0
6

482

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

21

13

37

37

Bengkulu

63

11

56

63

130

193

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

31

21

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

15

24

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

10

64

201

246

40

553

553

16

23

48

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

38

39

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

17

25

26

12

12

16

23

58

25

54

0
20

10

17

41

97

56

273

331

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

0
8

13

55

130

72

278

0
27

119

298

627

378

1,449

0
7

1,727

Lampiran 3.27

JUMLAH KASUS AFP MENURUT PROVINSI TAHUN 2006


No

Provinsi

Data yang Diterima

Jumlah Kasus AFP

AFP Rate / 100.000 penduduk

Non Polio AFP Rate / 100.000 penduduk

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Nanggroe Aceh Darussalam

57

56

4.67

4.42

Sumatera Utara

77

75

1.79

1.79

Sumatera Barat

35

34

2.43

2.43

Riau

35

35

2.43

2.43

Jambi

36

36

4.50

4.50

Sumatera Selatan

56

56

2.43

2.39

Bengkulu

13

13

2.60

2.60

Lampung

58

57

2.59

2.55

Kepulauan Bangka Belitung

10

10

3.33

3.33

10

Kepulauan Riau

2.00

2.00

11

DKI Jakarta

52

52

2.26

2.26

12

Jawa Barat

238

237

2.19

2.17

13

Jawa Tengah

193

190

2.21

2.17

14

DI Yogyakarta

20

20

3.33

3.33

15

Jawa Timur

233

228

2.85

2.79

16

Banten

63

62

2.21

2.21

17

Bali

30

30

3.75

3.75

18

Nusa Tenggara Barat

35

35

2.50

2.50

19

Nusa Tenggara Timur

32

32

2.29

2.29

20

Kalimantan Barat

41

41

2.93

2.93

21

Kalimantan Tengah

13

13

2.17

2.17

22

Kalimantan Selatan

29

29

3.22

3.22

23

Kalimantan Timur

31

28

3.50

3.50

24

Sulawesi Utara

23

23

4.60

4.60

25

Sulawesi Tengah

11

11

1.57

1.57

26

Sulawesi Selatan

48

48

2.09

2.09

27

Sulawesi Tenggara

22

22

3.14

3.14

28

Gorontalo

13

13

4.33

4.33

29

Sulawesi Barat

1.33

1.33

30

Maluku

1.75

1.75

31

Maluku Utara

2.33

2.33

32

Papua

10

10

2.00

2.00

33

Irian Jaya Barat

1.33

1.33

2.49

2.46

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

4
1,544

1,526

Lampiran 3.28

JUMLAH KASUS AFP MENURUT KRITERIA KLASIFIKASI KLINIS DAN PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Virus Polio Liar


(3)

Klasifikasi Klinis
Kompatibel
(4)

Bukan Polio
(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

53

Sumatera Utara

75

Sumatera Barat

34

Riau

34

Jambi

36

Sumatera Selatan

55

Bengkulu

13

Lampung

56

Kepulauan Bangka Belitung

10

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

52

12

Jawa Barat

234

13

Jawa Tengah

187

14

DI Yogyakarta

20

15

Jawa Timur

223

16

Banten

62

17

Bali

30

18

Nusa Tenggara Barat

35

19

Nusa Tenggara Timur

32

20

Kalimantan Barat

41

21

Kalimantan Tengah

13

22

Kalimantan Selatan

29

23

Kalimantan Timur

28

24

Sulawesi Utara

23

25

Sulawesi Tengah

11

26

Sulawesi Selatan

48

27

Sulawesi Tenggara

22

28

Gorontalo

13

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

10

33

Irian Jaya Barat

Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

15

1,509

Lampiran 3. 29

PERKEMBANGAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) POLIO TAHUN 2006

No

Provinsi

AFP

Virus Polio Liar (+)

Kontak (+)

Meninggal

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Jawa Timur

Nanggroe Aceh Darussalam

TOTAL

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

228

56

284

Lampiran 3.30

JUMLAH KASUS PENYAKIT TETANUS DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS


MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Rawat Inap RS

Rawat Jalan RS

Provinsi
<1th

1 - 4 th

(3)

(4)

5 - 14 th 15 - 44 th
(5)

(6)

>45 th
(7)

Jumlah

<1th

1 - 4 th

(8)

(9)

(10)

5 - 14 th 15 - 44 th
(11)

(12)

Jumlah Kasus

Puskesmas

>45 th

Jumlah

Meninggal

<1th

(13)

(14)

(15)

(16)

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

22

Sumatera Utara

10

41

58

21

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kep. Bangka Belitung

10

Kep.Riau

11

1 - 4 th 5 - 14 th 15 - 44 th
(17)

(18)

(19)

>45 th
(20)

Jumlah

RS + Puskesmas

(21)

(22)

16

22

40

78

56

219

311

321

251

1102

1216

13

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

10

21

21

13

Jawa Tengah

10

18

18

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

13

165

29

0
4

37

166

245

33

272

23

473

481

18

88

1042

25

34
2

10

10

22

40

47

41

41

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

20

35

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

14

15

21

10

0
3

26

187

290

75

578

0
0

396

404

0
0

50

204

308

71

633

246

294

1,338

2,554

Lampiran 3.31

FREKUENSI KLB MENURUT PENYAKIT DI INDONESIA TAHUN 2006


No

Penyakit

Jumlah Provinsi KLB

Frekuensi

Kasus

Mati

Case Fatality Rate (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Anthrax

21

4.76

Campak

42

1,644

0.55

Cikungunya

29

3,365

DBD

167

3,253

68

2.09

Diare

10

148

11,777

42

0.36

Difteri

15

6.67

Malaria Klinis

10

31

3,705

30

0.81

Keracunan Makanan

11

43

937

Kolera

78

10 Rabies

27

123

19

15.45

11 Rubella

70

12 Tetanus

38

42

18

42.86

536

25,030

188

0.75

TOTAL
Sumber: Profil Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Lampiran 3.32

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE


TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

2002
M

CFR

2003
M

CFR

2004
M

CFR

2005
M

CFR

2006
M

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

CFR
(17)

413

10

2.42

401

10

2.49

267

2.25

163

3.07

Sumatera Utara

30

10.00

67

2.99

145

4.14

401

13

3.99

Sumatera Barat

52

3.85

442

1.58

367

10

2.72

40

Riau

25.00

113

4.42

Jambi

131

3.82

Sumatera Selatan

442

0.23

95

1.05

46

Bengkulu

591

10

1.69

218

2.75

Lampung

20

5.00

133

5.26

95

2.11

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI

12

Jawa Barat

692

1.30

522

1.34

51

0.00

148

0.68

880

12

1.36
-

13

Jawa Tengah

53

7.55

137

2.92

14

DI Yogyakarta

104

0.96

0.00

15

Jawa Timur

206

248

0.81

349

1.15

48

226

0.44

16

Banten

17

Bali

161

2.48

43

4.65

1,371

26

1.90

106

0.94

68

0.00

199

0.00

18

Nusa Tenggara Barat

15

0.00

102

0.98

19

Nusa Tenggara Timur

2,986

28

0.94

456

1.75

2,194

28

1.28

1,223

45

3.68

20

Kalimantan Barat

49

6.12

256

0.00

21

Kalimantan Tengah

100

54

11.11

22

Kalimantan Selatan

373

1.88

488

1.43

23

Kalimantan Timur

352

17

4.83

325

0.31

24

Sulawesi Utara

53

3.77

139

0.00

50

2.00
2.60

25

Sulawesi Tengah

89

3.37

129

11

8.53

378

1.32

69

13

18.84

269

26

Sulawesi Selatan

595

34

5.71

42

19.05

27

Sulawesi Tenggara

170

0.00

369

0.00

28

Gorontalo
Sulawesi Barat

29
30

Maluku

31
32

Maluku Utara
Papua

33

Irian Jaya Barat

Indonesia
Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006
P = Penderita
M = Meninggal
C = Case Fatality Rate

125

0.80

177

12

5.65

20

15.00

296

2.70

49

8.16

133

5.26

133

5.31

126

12

9.52

38

13.16

486

37

7.61

6,544

158

2.41

5,789

94

1.62

4,622

128

2.77

3,314

1.60

5,051

127

2.51

10,980

277

2.52

53

Lampiran 3.33

JUMLAH PENDERITA, CASE FATALITY RATE (%), DAN INCIDENCE RATE PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No

Tahun 2002

Provinsi

(1)

(2)

Tahun 2004

Tahun 2003

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

CFR

IR

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

623

1.6

13.74

292

0.7

6.88

514

0.97

Riau

978

0.8

19.42

715

0.7

13.98

1,050

2.00

Jambi

272

4.0

10.71

80

2.5

2.83

275

1.45

Sumatera Selatan

1,406

1.8

19.71

1,403

2.1

17.87

1,270

Bengkulu

14

0.0

0.91

0.0

0.13

Lampung

197

5.1

3.43

624

2.6

9.29

Kepulauan Bangka Belitung

29

3.4

3.21

241

4.1

26.68

53

10 Kepulauan Riau

Tahun 2006

Tahun 2005

92

8.7

2.13

128

3.1

2.76

252

4.37

5.43

629

1.59

14.86

758

1.98

19.43

348

3.7

2.80

878

2.7

7.07

1,093

2.20

8.79

3,657

1.80

30.75

2,125

1.60

16.86

12.11

1,154

1.99

25.89

1,067

1.22

23.87

20.53

1,850

1.73

41.19

948

1.90

21.04

9.74

353

3.12

13.38

365

3.01

13.83

1.34

16.06

1,621

0.56

18.38

2,272

0.09

32.48

204

0.98

13.25

61

3.28

3.60

129

908

1.54

13.51

736

1.63

10.54

1,402

1.00

5.65

46

4.35

4.60

58

0.00

746

3.49

57.58

969

2.89

74.79

0.78

7.61
20.08
5.80

11 DKI Jakarta

5,750

0.9

66.86

14,071

0.4

125.09

20,510

0.43

260.08

23,466

0.34

296.87

24,932

0.16

316.17

12 Jawa Barat

4,817

1.3

13.56

8,683

2.1

23.64

19,014

1.13

52.20

18,590

1.53

47.50

25,851

1.06

66.08

13 Jawa Tengah

6,357

1.6

19.09

8,490

2.3

25.51

9,047

1.80

27.11

6,583

2.29

19.61

10,924

2.01

33.72

992

1.0

28.57

1,553

2.3

47.09

2,206

1.41

66.89

971

1.24

29.44

2,184

1.05

66.22

5,308

1.3

15.04

4,216

1.4

11.94

8,287

1.45

23.48

15,251

1.74

42.94

20,374

1.21

56.19

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten

713

0.7

8.00

700

3.6

8.17

2577

2.25

30.08

2,045

1.27

23.87

2,306

1.52

26.92

3,986

0.3

130.87

2,364

0.3

76.78

1935

0.41

58.64

3,596

0.50

108.97

5,629

0.53

170.57

18 Nusa Tenggara Barat

232

1.3

5.91

196

4.6

5.06

805

1.99

20.77

1,062

1.41

26.62

623

0.64

15.59

19 Nusa Tenggara Timur

24

4.2

0.63

260

3.2

6.34

1381

3.11

35.00

735

1.36

17.75

251

1.20

6.36

1,910

1.6

49.97

349

2.0

9.13

212

2.36

5.55

1,220

1.07

31.92

2,659

1.32

65.94

17 Bali

20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah

72

2.8

4.00

300

3.0

16.36

453

1.32

24.70

491

0.81

26.75

513

0.78

27.42

22 Kalimantan Selatan

365

0.3

17.04

178

3.4

7.47

378

0.79

10.30

341

2.35

9.29

455

1.54

12.40

23 Kalimantan Timur

2,011

2.0

80.08

1,926

1.5

77.32

2276

1.80

91.37

3,165

2.59

121.74

2,714

2.80

103.64

974

1.4

47.47

369

1.3

15.75

225

4.89

10.56

1,926

1.35

119.89

1,290

1.47

59.62

25 Sulawesi Tengah

81

2.5

3.27

184

1.0

7.47

293

3.41

13.06

780

1.00

31.73

492

2.24

20.01

26 Sulawesi Selatan

2,408

1.6

31.71

2,636

1.5

31.41

3500

0.69

41.70

2,822

1.81

34.65

2,612

0.84

35.03

51

0.0

2.91

43

2.3

2.45

266

0.75

13.89

758

2.90

39.25

95

3.16

4.73

0.0

0.31

30

0.0

3.54

14

0.00

1.60

206

0.00

23.50

302

0.66

32.90

27

2.00

2.66

31

3.23

3.06

0.00

0.00

0.00

0.00
16.09

24 Sulawesi Utara

27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

30 Maluku

0.0

0.00

0.0

0.00

0.00

0.00

31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Ket : IR (Insidens) per 100.000 penduduk

63

3.2

7.20

1.0

0.23

74

9.46

8.71

24

4.17

2.65

138

2.90

300

1.0

14.19

603

0.8

29.13

390

2.05

18.84

183

1.09

11.02

60

0.00

3.55

184

3.26

32.62

128

0.00

22.69

40,377

1.3

19.24

51,516

1.5

23.87

79,462

1.2

37.11

95,279

1.36

43.42

114,656

1.04

52.48

Lampiran 3.34

JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2004 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

2004

2005

2006

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam

16

80.0

12

57.1

15

71.4

Sumatera Utara

15

65.2

17

68.0

19

76.0

Sumatera Barat

56.3

10

52.6

12

63.2

Riau

14

87.5

11

100.0

11

100.0

Jambi

Sumatera Selatan

7
8

90.0

70.0

10

100.0

11

71.4

64.3

64.3

Bengkulu

71.4

33.3

77.8

Lampung

10

100.0

10

100.0

10

100.0
71.4

Kepulauan Bangka Belitung

71.4
-

85.7

Kepulauan Riau

5
-

10

83.3

50.0

11

DKI Jakarta

83.3

83.3

83.3

12

Jawa Barat

25

100.0

25

100.0

25

100.0

13

Jawa Tengah

35

100.0

35

100.0

35

100.0

14

DI Yogyakarta

100.0

100.0

100.0

15

Jawa Timur

38

100.0

38

100.0

38

100.0

16

Banten

100.0

100.0

100.0

17

Bali

100.0

100.0

100.0

18

Nusa Tenggara Barat

100.0

100.0

88.9

19

Nusa Tenggara Timur

10

62.5

43.8

6.3

20

Kalimantan Barat

90.0

58.3

10

83.3

21

Kalimantan Tengah

11

78.6

42.9

42.9

22

Kalimantan Selatan

13

100.0

13

100.0

12

92.3

23

Kalimantan Timur

13

100.0

12

92.3

13

100.0

24

Sulawesi Utara

87.5

100.0

100.0

25

Sulawesi Tengah

55.6

10

100.0

70.0

26

Sulawesi Selatan

23

82.1

21

91.3

20

87.0

27

Sulawesi Tenggara

14.3

60.0

50.0

28

Gorontalo

100.0

100.0

Sulawesi Barat

40.0
-

29

2
-

20.0

40.0

30

Maluku

0.0

0.0

0.0

31

Maluku Utara

37.5

37.5

37.5

32

Papua

21.4
-

20.0

15.0

Irian Jaya Barat


Indonesia

6
-

33

326

74.1

4
330

44.4
75.0

2
330

22.2
75.0

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Lampiran 3.35
JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERJANGKIT DAN JUMLAH KASUS GIGITAN HEWAN TERTULAR RABIES
SERTA HASIL PEMERIKSAAN SPECIMEN HEWAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

Jumlah Daerah Tertular


Desa
Kecamatan

(2)

(3)

Seluruhnya

(4)

Jumlah Kabupaten/Kota
Terjangkit

(6)

(7)

(5)

Jumlah Kasus
GHTR

Pemberian VAR

Lyssa

(8)

(9)

(10)

Jumlah Specimen Hewan


Diperiksa
Positif
(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

32

22

21

18

85.71

270

195

Sumatera Utara

42

40

25

23

92.00

1,702

1,201

Sumatera Barat

211

142

19

18

94.74

2,538

1,771

10

354

Riau

109

22

11

72.73

314

210

Jambi

59

42

10

10

100.00

465

299

286

Sumatera Selatan

36

27

14

12

85.71

529

462

Bengkulu

26

13

100.00

68

57

Lampung

21

10

80.00

597

388

8.00

266

214

16.67

10

10

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

19

6
8

25

35
5
38

9
68

33

16

37.50

1,267

1,129

12

8.33

36

Kalimantan Tengah

52

26

14

64.29

596

400

27

22

Kalimantan Selatan

81

41

13

11

84.62

46

40

23

Kalimantan Timur

19

23

13

69.23

161

98

24

Sulawesi Utara

100.00

1,662

317

21

256

25

Sulawesi Tengah

40

19

10

11

110.00

438

271

15

165

26

Sulawesi Selatan

22

112

23

12

52.17

979

433

10

51

27

Sulawesi Tenggara

84

66

10

90.00

1,014

775

11

66

28

Gorontalo

73

27

100.00

105

40

29

Sulawesi Barat

40.00

162

150

30

Maluku

28

37.50

502

389

23

31

Maluku Utara

13

37.50

202

164

10

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

199

45.23

9,013

106

20
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006


Keterangan :

GHTR = Gigitan Hewan Tertular Rabies


VAR/SAR=yang di VAR/SAR
Lyssa = meninggal karena rabies

9
1,031

681

440

13,929

1,260

Lampiran 3.36

JUMLAH PENDERITA FILARIASIS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

2002

2003

Tahun
2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

2006
(8)

1,908

1,940

1,896

2,354

2,359

Sumatera Utara

52

45

102

104

104

Sumatera Barat

30

32

30

149

231

Riau

267

267

243

532

532

Jambi

136

134

220

218

255

Sumatera Selatan

91

44

130

191

191

Bengkulu

67

55

57

79

94

Lampung

73

73

73

74

74

Kepulauan Bangka Belitung

73

78

37

160

151
31

10

Kepulauan Riau

21

31

11

DKI Jakarta

12

12

12

53

53

12

Jawa Barat

156

156

78

229

252

136

136

226

224

224

144

167

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

119

207

207
67

69

76

67

11

18

Nusa Tenggara Barat

62

62

62

62

62

19

Nusa Tenggara Timur

1,706

1,706

1,706

1,627

1,682

20

Kalimantan Barat

156

156

261

232

232

21

Kalimantan Tengah

123

118

117

202

202

22

Kalimantan Selatan

169

135

249

385

385
409

23

Kalimantan Timur

282

272

195

409

24

Sulawesi Utara

72

72

23

26

30

25

Sulawesi Tengah

82

82

82

451

451

26

Sulawesi Selatan

154

154

110

83

60

27

Sulawesi Tenggara

197

197

182

119

181

14

83

224

224

91

92

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

57

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

390
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

6,217

57

390

6,635

30

30

70

12

12

36

1,334

1,132

254

264

355

10,239

10,427

6,430

Lampiran 3.37

JUMLAH KASUS DAN PREVALENSI FRAMBUSIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

Jumlah Kasus

(1)

(2)

(3)

Prevalensi / 100.000 penduduk


(4)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

1,172

2.80

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

1,517

7.92

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

152

1.08

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

1,850

10.01

849

15.07

5,540

0.25

Lampiran 3.38

SITUASI LEPTOSPIROSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

2002
Kasus
Meninggal
(3)

Tahun
2004
Kasus
Meninggal

2003
Kasus
Meninggal

(4)

(5)

(6)

(7)

Kasus

(8)

2005
Meninggal

(9)

Kasus

(10)

2006
Meninggal

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

49

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

138

21

65

78

62

51

12

Jawa Barat

12

13

Jawa Tengah

12

40

10

34

10

35

14

DI Yogyakarta

20

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

18

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

150

21

87

10

166

25

114

16

138

11

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Lampiran 3.39

SITUASI TAENIASIS/CYSTICERCOSIS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Kasus

2002
Diobati

Meninggal

(3)

(4)

(5)

Kasus

2003
Diobati

Meninggal

(6)

(7)

(8)

Kasus

Tahun
2004
Diobati

Meninggal

Kasus

2005
Diobati

Meninggal

Kasus

2006
Diobati

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

Meninggal
(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

126

126

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

16 Banten

78

78

66

66

43

43

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara

422

422

22

22

410

203

83

83

76

46

184

184

160

160

684

684

248

248

453

246

217

217

78

48

17 Bali

32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Lampiran 3.40

SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA DI INDONESIA


TAHUN 2002 - 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Kasus

2002
Diobati

Meninggal

(3)

(4)

(5)

6
2
27
35

6
2
27
35

0
1
7
8

Kasus

2003
Diobati

Meninggal

Kasus

(6)

(7)

(8)

(9)

14
20
6
40

14
20
6
40

0
2
0
2

Jumlah
2004
Diobati Meninggal
(10)

69
26
14
109

69
26
14
109

(11)

6
0
2
8

Kasus

2005
Diobati

Meninggal

Kasus

2006
Diobati

Meninggal

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

30
30
16
76

30
30
16
76

0
1
0
1

8
7
15

7
7
14

1
1

Lampiran 3.41

SITUASI PES PADA MANUSIA DI INDONESIA TAHUN 2006


No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Jumlah Spesimen Diperiksa


Human
Rodent
(3)

(4)

205
205

Hasil Spesimen Positif


Human
Rodent
(5)

903
345
2,877
4,125

Spesimen Pool
Diperiksa
Positif

(6)

4
4

(7)

3
3

(8)

194
456
650

Lampiran 3.42
KEPESERTAAN DAN JENIS KASUS KECELAKAAN KERJA (PT JAMSOSTEK)
TAHUN 2006
Kepesertaan
No

Provinsi

(1)

(2)

Perusahaan

Tenaga Kerja

Sembuh

Cacat
Fungsi

(3)

(4)

(5)

(6)

Cacat
Sebagian
(7)

Jenis Kecelakaan Kerja


Cacat
Meninggal
Total
(8)

(9)

Jumlah

% Kecelakaan Kerja

(10)

1 Kanwil I

6,337

500,473

12,260

461

268

162

13,159

2.63

2 Kanwil II

9,050

896,896

7,938

624

388

48

213

9,211

1.03

3 Kanwil III

18,732

1,857,017

7,515

515

380

24

361

8,795

0.47

4 Kanwil IV

13,056

1949192

27,251

1,284

788

23

351

29,697

1.52

5 Kanwil V

9,086

723,765

10,506

152

169

163

10,997

1.52

6 Kanwil VI

13,616

1,090,768

17,009

819

483

10

315

18,636

1.71

7 Kanwil VII

6,283

457,853

2,035

910

304

128

3,378

0.74

8 Kanwil VIII

6,192

243,731

1,313

208

138

91

1,751

0.72

82,352

7,719,695

85,827

4,973

2,918

122

1,784

95,624

1.24

Indonesia
Sumber: Pusat Kesehatan Kerja, 2006
Catatan :

Kanwil I meliputi NAD, Sumatera Utara dan Sumatera Barat


Kanwil II meliputi Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung
Kanwil III meliputi DKI Jakarta
Kanwil IV meliputi Jawa Barat dan Banten
Kanwil V meliputi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
Kanwil VI meliputi Jawa Timur, Bali, NTT, NTB
Kanwil VII meliputi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan
Kanwil VIII meliputi Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara dan Papua

Lampiran 4.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1 DAN K4, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN KUNJUNGAN NEONATUS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Ibu Hamil
No

Provinsi

(1)

(2)

Ibu Bersalin

Jumlah

K1

% K1

K4

% K4

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Kunjungan Neonatus

Jumlah

Ditolong
Nakes

% Ditolong
Nakes

(8)

(9)

(10)

Jumlah

Kunjungan
Neonatus1

% KN 1

Kunjungan
Neonatus2

% KN2

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

113,856

98,176

86.23

86,698

76.15

108,988

80,032

73.43

103,684

75,524

2 Sumatera Utara

330,560

288,557

87.29

272,738

82.51

317,263

243,848

76.86

304,373

239,112

72.84
78.56

61,653

59.46

219,894

72.24

3 Sumatera Barat

118,348

104,851

88.60

90,197

76.21

112,969

85,404

75.60

107,526

89,186

82.94

89,186

82.94

4 Riau

133,638

123,200

92.19

112,745

84.37

127,382

95,919

75.30

121,683

103,137

84.76

97,005

79.72

73,274

67,388

91.97

61,055

83.32

67,354

52,567

78.05

64,991

56,929

87.60

53,837

82.84

177,915

163,332

91.80

152,756

85.86

170,751

141,337

82.77

163,162

131,763

80.76

126,628

77.61

5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu

45,255

38,865

85.88

34,884

77.08

43,488

31,156

71.64

41,821

31,723

75.85

29,997

71.73

8 Lampung

184,643

172,362

93.35

156,700

84.87

176,250

133,579

75.79

167,855

145,652

86.77

140,763

83.86

29,226

26,850

91.87

25,155

86.07

27,879

23,598

84.64

26,291

23,913

90.96

41,426

37,161

89.70

33,107

79.92

38,096

27,839

73.08

37,063

21,625

58.35

20,063

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau

54.13

11 DKI Jakarta

205,533

224,827

109.39

188,874

91.89

199,386

164,853

82.68

189,327

161,480

85.29

150,810

79.66

12 Jawa Barat

1,004,738

856,652

85.26

777,660

77.40

925,002

650,643

70.34

555,408

721,953

129.99

732,628

131.91

13 Jawa Tengah

677,918

649,136

95.75

602,304

88.85

654,560

564,198

86.20

628,886

576,258

91.63

574,301

91.32

14 DI Yogyakarta

51,928

49,718

95.74

42,750

82.33

48,137

40,068

83.24

46,433

0.00

38,901

83.78

93.62

559,292

80.57

637,402

547,566

85.91

634,441

565,992

89.21

554,467

87.39

15 Jawa Timur
16 Banten

694,203

649,943

269,259

234,996

87.28

189,009

70.20

256,840

161,922

63.04

245,263

94,301

38.45

211,019

86.04

67,187

62,136

92.48

58,198

86.62

64,153

57,826

90.14

61,097

57,769

94.55

57,571

94.23

18 Nusa Tenggara Barat

111,232

106,163

95.44

95,621

85.97

106,421

82,615

77.63

101,254

89,525

88.42

87,448

86.36

19 Nusa Tenggara Timur

122,638

106,537

86.87

77,541

63.23

112,300

77,221

68.76

107,925

87,044

80.65

83,237

77.12

20 Kalimantan Barat

107,981

90,960

84.24

82,756

76.64

103,235

68,214

66.08

98,575

54,858

55.65

52,586

53.35

21 Kalimantan Tengah

58,028

49,467

85.25

42,417

73.10

53,745

38,243

71.16

51,429

39,653

77.10

39,576

76.95

22 Kalimantan Selatan

81,984

75,813

92.47

60,697

74.04

77,743

61,939

79.67

75,018

64,306

85.72

63,970

85.27

23 Kalimantan Timur

78,970

71,170

90.12

62,347

78.95

75,589

55,099

72.89

71,918

57,565

80.04

56,463

78.51

17 Bali

24 Sulawesi Utara

49,780

43,688

87.76

39,021

78.39

45,918

37,811

82.34

45,428

33,967

74.77

31,721

69.83

25 Sulawesi Tengah

60,634

52,309

86.27

46,694

77.01

58,387

45,434

77.82

56,292

47,305

84.04

44,461

78.98

26 Sulawesi Selatan

183,235

171,124

93.39

138,909

75.81

169,113

127,984

75.68

163,280

183,398

112.32

95,842

58.70

27 Sulawesi Tenggara

56,072

47,222

84.22

42,172

75.21

52,783

37,811

71.63

51,894

43,397

83.63

41,907

80.76

28 Gorontalo

25,062

22,724

90.67

19,712

78.65

24,072

16,660

69.21

22,788

18,624

81.73

18,365

80.59

58.05

22,526

13,339

59.22

16,168

71.77

29 Sulawesi Barat

25,428

22,401

88.10

15,688

61.70

24,281

14,096

30 Maluku

34,730

30,546

87.95

23,925

68.89

33,152

20,239

61.05

32,463

20,035

61.72

19,276

59.38

31 Maluku Utara

24,161

19,192

79.43

16,354

67.69

23,194

13,397

57.76

22,229

15,639

70.35

14,139

63.61

32 Papua

55,138

32,486

58.92

17,104

31.02

52,631

16,201

30.78

50,125

12,848

25.63

9,749

19.45

61.93

5,707

29.54

55.46

16,900

5,864

34.70

5,093

30.14

76.40

4,489,348

3,883,684

86.51

3,838,724

85.51

33 Irian Jaya Barat


Indonesia

19,317
5,313,297

11,963
4,801,915

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

90.38

4,230,787

79.63

18,556
5,007,020

10,292
3,825,611

Lampiran 4.2
CAKUPAN RUJUKAN KASUS RISTI, DAN PENANGANAN KOMPLIKASI IBU HAMIL DAN NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Penanganan Komplikasi
Obstetri
Neonatal

Rujukan Kasus Risti


Maternal
Neonatal

Jumlah

Jumlah

Ibu Hamil

Ibu Bersalin

Abs

Abs

Abs

Abs

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

113,856

108,988

394

1.73

244

1.07

153

Sumatera Utara

330,560

317,263

2,887

4.37

1,134

1.72

3,023

0.95

1,086

Sumatera Barat

118,348

112,969

3,723

15.73

450

1.90

3,172

2.81

973

0.86

Riau

133,638

127,382

2,079

7.78

232

0.87

4,747

3.73

1,331

1.04

Jambi

Sumatera Selatan

0.13

101

0.09
0.34

73,274

67,354

2,159

14.73

239

1.63

2,748

4.08

326

0.48

177,915

170,751

4,963

13.95

3,258

9.16

1,846

1.08

678

0.40

Bengkulu

45,255

43,488

678

7.49

374

4.13

2,385

5.48

684

1.57

Lampung

184,643

176,250

6,660

18.03

540

1.46

8,109

4.60

443

0.25

658

2.36

333

Kepulauan Bangka Belitung

29,226

27,879

1,141

19.52

302

5.17

10

Kepulauan Riau

41,426

38,096

277

3.34

76

0.92

11

DKI Jakarta

205,533

199,386

0.00

0.00

12

Jawa Barat

464,296

322,985

2,638

2.84

919

0.99

13

Jawa Tengah

677,918

654,560

0.00

0.00

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

51,928

0.00
0.00
8,728

2.70

1.19
0.00
0.00

208

0.00

0.06
0.00

48,137

1,384

13.33

277

2.67

3,676

7.64

442

0.92

637,402

21,314

15.35

3,581

2.58

94,839

14.88

6,680

1.05

269,259

256,840

4,727

8.78

1,405

2.61

2,768

1.08

790

0.31

67,187

64,153

1,076

8.01

640

4.76

848

1.32

533

0.83

694,203

18

Nusa Tenggara Barat

111,232

106,421

9,572

43.03

3,262

14.66

8,096

7.61

3,079

2.89

19

Nusa Tenggara Timur

122,638

112,300

4,218

17.20

779

3.18

4,008

3.57

1,673

1.49
1.60

20

Kalimantan Barat

107,981

103,235

2,939

13.61

486

2.25

2,847

2.76

1,655

21

Kalimantan Tengah

58,028

53,745

427

3.68

189

1.63

3,540

6.59

684

1.27

22

Kalimantan Selatan

81,984

77,743

2,191

13.36

693

4.23

1,937

2.49

762

0.98
0.54

23

Kalimantan Timur

78,970

75,589

2,385

15.10

59

0.37

3,507

4.64

411

24

Sulawesi Utara

49,780

45,918

1,047

10.52

217

2.18

1,032

2.25

118

0.26

25

Sulawesi Tengah

60,634

58,387

1,556

12.83

833

6.87

2,631

4.51

3,456

5.92

26

Sulawesi Selatan

183,235

169,113

7,167

19.56

6,440

17.57

14,425

8.53

13,493

7.98

27

Sulawesi Tenggara

56,072

52,783

1,225

10.92

348

3.10

1,826

3.46

327

0.62

28

Gorontalo

25,062

24,072

362

7.22

41

0.82

1,073

4.46

74

0.31

29

Sulawesi Barat

5,461

107.38

2,506

49.28

5,604

23.08

2,506

10.32

25,428

24,281

30

Maluku

34,730

33,152

0.00

0.00

1,155

3.48

35

0.11

31

Maluku Utara

24,161

23,194

412

8.53

240

4.97

412

1.78

240

1.03

32

Papua

55,138

52,631

440

3.99

99

0.90

1,838

3.49

516

0.98

33

Irian Jaya Barat

Indonesia

4,753,538

Sumber: Dit. Kesehatan Ibu, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

4,386,447

95,502

10.05

29,863

3.14

191,631

4.37

43,637

0.99

Lampiran 4.3
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG SEDANG MENGGUNAKAN /MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006
No

Provinsi

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006

48.69
46.38
47.37
47.11
57.53
60.15
63.45
58.26
63.64
54.43
55.25
63.07
59.97
56.31
61.91
62.95
64.39
58.14
39.86
55.11
64.72
65.50
56.70
66.89
53.15
40.74
51.59
55.37
36.44
41.57
51.77
43.44
43.91
58.65

41.37
44.04
49.81
57.13
63.13
63.50
72.48
66.12
63.30
59.37
62.60
63.55
66.39
57.91
56.85
70.95
52.96
31.18
60.98
67.45
67.41
52.29
71.52
55.05
43.43
45.56
63.22
39.20
25.70
35.68
27.62
25.91
57.36

43.04
45.08
49.06
53.69
61.63
62.44
70.08
64.49
63.44
55.41
55.25
62.84
62.10
61.13
59.52
60.33
67.43
54.82
32.63
59.49
66.64
66.70
54.67
69.75
54.68
42.59
46.80
61.24
38.82
30.13
39.61
31.22
31.73
57.91

Lampiran 4.4
PROPORSI WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN YANG PERNAH MENGGUNAKAN / MEMAKAI ALAT KB
MENURUT DAERAH TEMPAT TINGGAL DAN PROVINSI, TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Perkotaan

Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(2)

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006

71.60
71.70
73.53
75.52
78.52
80.91
84.44
82.11
80.72
77.27
80.08
86.49
81.71
79.21
80.60
83.65
84.16
83.00
64.12
80.60
85.56
86.43
82.21
90.44
77.40
64.88
72.02
79.94
55.77
67.23
71.96
69.35
65.46
81.07

63.40
65.60
73.78
77.88
83.76
83.00
88.03
86.62
82.06
79.11
86.92
84.15
83.62
79.29
81.70
86.81
79.53
53.52
82.07
85.00
86.86
76.04
90.30
77.23
64.88
67.82
83.26
55.58
40.85
55.98
39.75
38.24
78.78

65.27
68.31
73.70
77.07
82.36
82.34
87.07
85.68
81.53
77.64
80.08
86.70
83.16
81.32
79.82
82.81
85.39
80.78
55.29
81.69
85.17
86.70
79.37
90.36
77.26
64.88
68.69
82.42
55.60
48.21
59.88
46.48
47.04
79.76

Lampiran 4.5
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT / CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN / DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan+Perdesaan
Alat/cara KB yang dipakai
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

MOW/
Tubektomi

MOP/
Vasektomi

AKDR/IUD

Suntikan

Susuk KB

Pil

Kondom

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006

0.32
4.53
1.85
1.11
0.77
1.39
1.19
0.78
1.14
1.49
1.42
1.47
4.32
3.79
3.72
0.95
4.12
1.74
1.64
1.06
0.14
0.85
2.04
1.98
1.24
0.59
1.41
1.47
0.14
0.84
0.61
1.27
2.08
2.39

0.45
2.04
0.91
1.21
0.68
0.80
1.03
0.80
0.31
0.69
0.83
0.96
1.32
0.62
0.83
1.01
0.69
0.81
0.93
0.88
0.63
0.56
0.71
0.35
0.76
0.65
0.63
0.81
1.06
0.83
0.94
0.49
0.90
0.96

2.18
4.44
8.52
3.33
2.93
2.05
4.07
3.23
2.61
3.94
11.65
7.52
7.67
25.41
10.34
3.67
39.91
6.43
8.05
3.09
0.99
1.72
7.06
9.38
4.21
2.52
2.78
8.44
3.03
3.38
1.04
2.75
6.12
7.60

61.75
45.90
60.37
56.91
56.31
66.46
62.60
66.54
51.95
47.69
54.89
60.42
64.94
49.07
56.34
71.70
41.06
65.45
62.76
54.63
44.19
42.88
44.45
45.77
47.42
57.88
46.17
36.92
48.21
68.86
60.64
32.11
50.87
58.40

1.24
3.46
7.23
2.28
5.45
7.61
6.89
6.46
2.28
2.55
1.87
2.23
6.51
5.16
4.25
2.66
0.80
9.04
4.75
1.92
5.44
2.88
1.78
7.69
5.31
4.22
8.69
13.20
5.24
5.43
8.42
3.00
1.43
4.27

31.78
34.46
19.61
33.22
32.23
20.86
23.02
21.21
39.80
42.10
26.95
26.74
14.27
12.06
23.44
19.10
11.61
14.98
17.80
37.28
46.75
50.23
42.15
34.03
39.38
31.70
38.14
38.27
40.95
19.20
25.86
18.78
31.47
24.77

Intravagina/ Alat/Cara
tissue
Tradisional
(10)

0.54
1.69
0.67
0.73
0.45
0.47
0.67
0.36
0.95
0.82
0.81
0.31
0.62
2.71
0.47
0.69
0.73
0.23
0.33
0.31
0.48
0.32
0.86
0.09
0.25
0.17
0.06
0.08
0.17
0.10
0.11
0.46
0.29
0.54

0.19
0.44
0.17
0.09
0.05
0.16
0.11
0.08
0.00
0.00
0.26
0.07
0.11
0.00
0.14
0.08
0.05
0.05
0.45
0.12
0.04
0.02
0.10
0.13
0.14
0.08
0.18
0.05
0.23
0.23
0.22
0.12

(11)

1.56
3.06
0.67
1.13
1.13
0.20
0.41
0.54
0.95
0.72
1.32
0.29
0.26
1.17
0.48
0.15
1.03
1.28
3.29
0.71
1.33
0.54
0.85
0.60
1.29
2.19
1.95
0.76
1.19
1.13
2.16
40.93
6.84
0.93

Jumlah
(12)

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Lampiran 4.5.a
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perkotaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No
(1)

Provinsi

MOW/
Tubektomi

MOP/
Vasektomi

AKDR/IUD

Suntikan

Susuk KB

Pil

Kondom

Intravagina/
tissue

Alat/Cara
Tradisional

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta

0.15
3.69
2.76
1.71
0.91
2.00
1.60
1.75
2.01
1.79
1.42
1.60
5.23
3.97

0.31
2.08
1.02
0.60
0.41
1.36
0.00
1.40
0.41
0.81
0.83
0.75
1.52
0.73

6.01
5.46
14.83
7.59
4.47
2.92
7.86
6.48
5.71
4.89
11.65
12.00
8.93
27.08

55.65
49.60
53.12
59.72
58.26
65.08
54.25
60.27
46.75
45.02
54.89
57.06
63.66
43.69

0.32
2.27
4.77
2.01
2.07
4.48
5.46
3.04
1.96
2.34
1.87
1.69
4.58
3.58

34.00
31.39
21.68
25.65
30.93
22.56
28.63
24.78
40.63
43.52
26.95
25.87
14.38
15.02

1.19
1.84
1.17
1.50
1.39
1.05
1.18
1.07
0.90
0.98
0.81
0.54
1.20
4.81

0.73
0.62
0.09
0.17
0.20
0.26
0.20
0.00
0.00
0.00
0.26
0.10
0.11
0.00

1.64
3.04
0.55
1.03
1.36
0.30
0.83
1.18
1.64
0.65
1.32
0.39
0.39
1.11

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

15
16
17
18
19

Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur

4.64
0.74
3.63
1.82
1.87

0.93
1.28
0.83
1.11
0.91

10.55
5.47
37.76
9.20
16.33

54.56
68.51
40.84
61.95
51.46

3.14
0.88
0.95
8.74
1.49

24.48
22.01
13.15
15.02
22.47

0.80
0.76
1.03
0.30
0.19

0.18
0.13
0.10
0.00
0.00

0.73
0.20
1.72
1.85
5.28

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

1.91
0.29
1.24
2.81
3.11
2.71
0.99
1.15
1.25
0.54
1.42
0.13
2.14
3.94

1.13
0.81
0.88
0.74
0.41
0.52
0.72
0.22
1.00
4.57
1.45
1.47
0.75
1.32

8.24
1.95
3.20
10.47
10.16
6.39
4.52
5.13
16.08
4.37
6.81
1.07
6.20
10.31

52.10
43.23
42.33
42.58
44.84
39.95
58.35
40.72
31.00
53.50
63.44
62.96
45.59
43.25

0.41
2.65
2.41
1.28
3.98
6.95
3.32
7.55
7.15
4.37
4.43
7.28
5.97
-

34.79
48.36
48.64
39.37
36.71
40.20
30.66
41.75
42.33
29.97
22.17
25.32
35.54
40.08

0.45
0.79
0.72
1.29
0.02
0.73
0.08
0.05
0.00
1.34
0.00
0.36
1.08
0.66

0.00
0.12
0.00
0.17
0.23
0.00
0.02
0.00
0.20
0.00
0.71
0.28
-

0.96
1.80
0.59
1.27
0.55
2.55
1.35
3.43
0.99
1.34
0.29
0.71
2.45
0.44

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

2.79

1.02

10.25

56.37

2.75

24.95

0.89

0.16

0.84

100.00

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006

Lampiran 4.5.b
PERSENTASE WANITA BERUMUR 15-49 TAHUN DAN BERSTATUS KAWIN
MENURUT ALAT/CARA KB YANG SEDANG DIGUNAKAN /DIPAKAI DAN PROVINSI, TAHUN 2006
Perdesaan
Alat/Cara KB yang Dipakai
No
(1)

Provinsi

MOW/
Tubektomi

MOP/
Vasektomi

AKDR/IUD

Suntikan

Susuk KB

Pil

Kondom

Intravagina/
tissue

Alat/Cara
Tradisional

Jumlah

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah

0.38
5.23
1.47
0.85
0.72
1.12
1.06
0.55
0.57
0.37
1.33
3.73

0.50
2.00
0.87
1.47
0.78
0.56
1.35
0.66
0.25
0.24
1.17
1.19

0.85
3.58
5.88
1.49
2.41
1.68
2.87
2.48
0.56
0.37
2.71
6.86

63.87
42.79
63.44
55.70
55.66
67.06
65.24
67.99
55.40
57.65
64.03
65.75

1.56
4.46
8.25
2.39
6.57
8.97
7.34
7.25
2.49
3.33
2.80
7.74

31.01
37.04
18.75
36.48
32.67
20.12
21.26
20.38
39.24
36.81
27.68
14.19

0.31
1.55
0.46
0.40
0.13
0.22
0.51
0.19
0.99
0.21
0.05
0.25

0.00
0.29
0.20
0.06
0.00
0.12
0.08
0.10
0.00
0.00
0.04
0.11

1.53
3.07
0.72
1.17
1.06
0.15
0.28
0.39
0.50
1.01
0.19
0.18

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
0.00
100.00
100.00

14
15
16
17
18

DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat

3.63
3.06
1.26
4.62
1.69

0.52
0.77
0.60
0.55
0.62

23.85
10.18
1.03
42.17
4.73

54.06
57.62
76.36
41.29
67.59

6.63
5.04
5.26
0.65
9.22

9.32
22.69
14.84
10.01
14.95

0.77
0.22
0.57
0.41
0.19

0.00
0.11
0.00
0.00
0.07

1.23
0.30
0.07
0.31
0.92

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

19
20
21
22
23

Nusa Tenggara Timur


Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur

1.58
0.80
0.08
0.62
1.05

0.94
0.80
0.56
0.38
0.66

5.93
1.51
0.61
0.87
2.71

65.64
55.40
44.58
43.19
46.83

5.59
2.38
6.57
3.15
2.42

16.61
38.05
46.10
51.15
45.70

0.36
0.27
0.36
0.09
0.30

0.56
0.16
0.01
0.03
0.00

2.79
0.64
1.14
0.52
0.32

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

1.32
0.90
0.42
1.49
1.54
0.08
0.48
0.83
0.87
0.56
2.10

0.31
0.82
0.62
0.75
0.76
0.54
0.44
0.69
0.36
0.56
0.92

8.92
3.70
1.67
2.09
6.17
2.83
1.23
1.02
1.16
2.72
5.60

46.31
49.16
57.68
47.76
38.68
47.43
72.24
59.55
25.86
57.05
59.95

9.85
4.93
4.60
9.02
14.99
5.37
6.06
8.95
1.62
2.58
5.42

32.46
39.19
32.15
37.08
37.07
42.58
17.34
26.12
11.01
24.48
24.64

0.14
0.14
0.20
0.06
0.10
0.16
0.00
0.16
0.28

0.07
0.17
0.10
0.24
0.00
0.38
0.00
0.19
0.10

0.62
0.99
2.56
1.51
0.69
1.17
1.65
2.83
58.75
12.03
1.00

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Sumber : BPS, Statistik Kesra 2006

Lampiran 4.6
HASIL PELAYANAN PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

IUD

MOW

MOP

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

890

0.77

143

0.12

10

2 Sumatera Utara

12,082

5.28

6,504

2.84

3 Sumatera Barat

4,737

4.53

855

0.82

Metoda
Kondom
(9)

Kon trasepsi
%
Implant
(10)

(11)

1,176

Suntikan

Pil

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

1.02

56,431

49.14

49,890

43.44

Jumlah
(17)

0.01

6,301

5.49

114,841

163

0.07

19,043

8.33

10,154

4.44

93,564

40.91

87,186

38.12

228,696

17

0.02

3,017

2.89

12,315

11.78

60,499

57.86

23,114

22.11

104,554

4 Riau

1,208

2.12

203

0.36

27

0.05

2,293

4.03

1,946

3.42

29,235

51.42

21,948

38.60

56,860

5 Jambi

1,280

1.59

124

0.15

10

0.01

1,273

1.58

5,490

6.80

43,023

53.29

29,527

36.58

80,727

6 Sumatera Selatan

2,268

1.01

1,527

0.68

89

0.04

8,510

3.80

14,263

6.37

114,452

51.12

82,794

36.98

223,903

7 Bengkulu

1,648

2.50

523

0.79

19

0.03

2,274

3.45

4,923

7.46

35,323

53.54

21,260

32.23

65,970

8 Lampung

5,198

2.31

593

0.26

115

0.05

7,915

3.51

18,436

8.18

106,653

47.33

86,437

38.36

225,347

706

3.07

1,951

8.49

12,735

55.43

7,106

30.93

22,976

0.00

782

3.52

883

3.97

11,182

50.34

8,612

38.77

22,215

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau

296

1.29

182

0.79

623

2.80

132

0.59

11 DKI Jakarta

19,950

7.75

1,429

0.55

941

0.37

5,655

2.20

12,427

4.82

136,051

52.82

81,107

31.49

257,560

12 Jawa Barat

111,109

10.24

11,628

1.07

1,272

0.12

10,731

0.99

52,255

4.81

579,569

53.40

318,704

29.37

1,085,268
618,796

13 Jawa Tengah

18,824

3.04

13,516

2.18

1,578

0.26

18,771

3.03

36,768

5.94

418,174

67.58

111,165

17.96

14 DI Yogyakarta

6,757

15.50

1,444

3.31

127

0.29

1,569

3.60

3,674

8.43

25,070

57.53

4,940

11.34

43,581

42,075

5.34

11,007

1.40

973

0.12

8,283

1.05

37,875

4.81

501,053

63.61

186,480

23.67

787,746
157,433

15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat

4,975

3.16

679

0.43

89

0.06

611

0.39

7,965

5.06

90,628

57.57

52,486

33.34

10,083

20.07

1,010

2.01

30

0.06

1,063

2.12

740

1.47

30,422

60.55

6,895

13.72

50,243

7,322

6.14

898

0.75

16

0.01

1,491

1.25

6,123

5.14

78,999

66.27

24,361

20.44

119,210

19 Nusa Tenggara Timur

3,692

5.07

1,196

1.64

143

0.20

1,175

1.61

4,837

6.64

49,204

67.59

12,553

17.24

72,800

20 Kalimantan Barat

1,458

1.71

421

0.49

16

0.02

2,464

2.89

2,213

2.59

43,786

51.30

34,998

41.00

85,356

21 Kalimantan Tengah

242

0.40

382

0.63

0.00

1,339

2.20

4,349

7.15

29,499

48.51

24,995

41.11

60,807

22 Kalimantan Selatan

1,180

1.18

588

0.59

19

0.02

1,740

1.74

4,557

4.56

47,144

47.18

44,694

44.73

99,922

23 Kalimantan Timur

2,319

3.56

590

0.91

230

0.35

1,840

2.82

1,944

2.98

33,803

51.88

24,434

37.50

65,160

24 Sulawesi Utara

2,360

5.24

483

1.07

11

0.02

1,230

2.73

5,205

11.55

23,820

52.87

11,948

26.52

45,057

25 Sulawesi Tengah

823

1.80

200

0.44

0.01

714

1.56

3,006

6.58

22,253

48.73

18,666

40.87

45,668

26 Sulawesi Selatan

3,355

1.77

1,093

0.58

25

0.01

4,760

2.51

12,346

6.52

99,210

52.42

68,483

36.18

189,272

411

0.87

234

0.50

0.02

1,087

2.30

4,198

8.89

21,343

45.19

19,944

42.23

47,226

1,037

3.99

128

0.49

673

2.59

2,250

8.65

12,637

48.57

9,295

35.72

26,020

29 Sulawesi Barat

154

0.93

45

0.27

45

0.27

950

5.72

1,110

6.68

7,403

44.56

6,905

41.57

16,612

30 Maluku

532

2.16

179

0.73

0.01

780

3.16

1,398

5.66

12,988

52.62

8,801

35.66

24,681

31 Maluku Utara

146

0.70

58

0.28

200

0.96

1,918

9.24

11,025

53.11

7,412

35.70

20,759

83

0.98

221

2.60

211

2.48

859

10.11

5,476

64.46

1,645

19.36

8,495

33 Irian Jaya Barat

114

1.12

37

0.36

0.03

162

1.59

833

8.19

4,918

48.38

4,099

40.32

10,166

Indonesia

269,231

5.30

58,252

1.15

5,988

0.12

119,613

2.35

280,387

5.52

2,847,572

56.01

1,502,884

29.56

5,083,927

27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo

32 Papua

Sumber: BKKBN

Lampiran 4.7
JUMLAH DAN PROPORSI PESERTA KB BARU KUMULATIF
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Klinik KB
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: BKKBN

Pemerintah
Peserta
%
(3)

76,904
182,472
68,098
30,215
51,671
147,467
48,001
132,203
15,796
13,945
105,063
601,341
311,979
19,126
445,978
109,290
19,315
101,821
70,956
53,891
45,031
63,190
38,850
24,897
38,781
157,116
43,118
20,363
13,842
20,440
18,287
7,630
8,241
3,105,318

(4)

66.97
79.79
65.13
53.14
64.01
65.86
72.76
58.67
68.75
62.77
40.79
55.41
50.42
43.89
56.61
69.42
38.44
85.41
97.47
63.14
74.06
63.24
59.62
55.26
84.92
83.01
91.31
78.26
83.33
82.82
88.09
89.82
81.06
61.08

Swasta
Peserta
(5)

10,360
22,308
3,616
1,373
429
13,492
602
10,144
1,077
1,240
16,149
90,090
30,168
6,016
23,388
5,031
397
4,176
377
4,659
3,614
3,459
4,637
5,748
2,774
3,501
658
1,419
99
1,314
598
213
16
273,142

Dokter Praktek Swasta

Bidan Praktek Swasta

Jumlah

Peserta

Peserta

Peserta

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

9.02
9.75
3.46
2.41
0.53
6.03
0.91
4.50
4.69
5.58
6.27
8.30
4.88
13.80
2.97
3.20
0.79
3.50
0.52
5.46
5.94
3.46
7.12
12.76
6.07
1.85
1.39
5.45
0.60
5.32
2.88
2.51
0.16
5.37

2,511
2,206
1,976
1,824
3,299
6,718
1,750
4,676
133
107
32,563
27,671
20,983
577
16,549
5,155
1,525
996
241
2,136
1,644
881
2,335
3,652
775
2,044
355
473
465
218
24
173
55
146,690

2.19
0.96
1.89
3.21
4.09
3.00
2.65
2.08
0.58
0.48
12.64
2.55
3.39
1.32
2.10
3.27
3.04
0.84
0.33
2.50
2.70
0.88
3.58
8.11
1.70
1.08
0.75
1.82
2.80
0.88
0.12
2.04
0.54
2.89

25,066
21,710
30,864
23,448
25,328
56,226
15,617
78,324
5,970
6,923
103,785
366,166
255,666
17,862
301,831
37,957
29,006
12,217
1,226
24,670
10,518
32,392
19,338
10,760
3,338
26,611
3,093
3,765
2,206
2,709
1,850
479
1,854
1,558,775

21.83
9.49
29.52
41.24
31.37
25.11
23.67
34.76
25.98
31.16
40.30
33.74
41.32
40.99
38.32
24.11
57.73
10.25
1.68
28.90
17.30
32.42
29.68
23.88
7.31
14.06
6.55
14.47
13.28
10.98
8.91
5.64
18.24
30.66

114,841
228,696
104,554
56,860
80,727
223,903
65,970
225,347
22,976
22,215
257,560
1,085,268
618,796
43,581
787,746
157,433
50,243
119,210
72,800
85,356
60,807
99,922
65,160
45,057
45,668
189,272
47,224
26,020
16,612
24,681
20,759
8,495
10,166
5,083,925

100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00

Lampiran 4.8
PENCAPAIAN DESA UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI
TAHUN 2004 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Desa

Tahun 2004
Desa UCI

Jumlah Desa

Tahun 2005
Desa UCI

Jumlah Desa

Tahun 2006
Desa UCI

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

6,180

1,476

23.88

6,180

3,090

50.00

6,199

5,316

85.76

Sumatera Utara

5,464

4,397

80.47

5,464

4,317

79.01

2,492

2,074

83.23

Sumatera Barat

2,567

1,922

74.87

2,567

1,951

76.00

2,787

2,110

75.71

Riau

1,625

1,325

81.54

998

808

80.96

Jambi

1,186

986

83.14

1,186

1,055

88.95

Sumatera Selatan

2,681

2,181

81.35

2,681

2,254

84.07

Bengkulu

1,261

890

70.58

1,261

901

71.45

1,286

936

72.78

Lampung

2,161

1,988

91.99

2,161

1,945

90.00

2,173

1,732

79.71

Kepulauan Bangka Belitung

317

242

76.34

317

250

78.86

321

265

82.55

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

278

220

79.14

278

192

69.06

267

206

77.15

12

Jawa Barat

5,798

4,269

73.63

5,798

4,638

79.99

5,805

3,636

62.64

13

Jawa Tengah

8,052

7,107

88.26

8,052

7,166

89.00

7,204

5,964

82.79

14

DI Yogyakarta

438

438

100.00

438

434

99.09

438

404

92.24

15

Jawa Timur

8,441

4,928

58.38

8,441

6,668

79.00

3,188

2,043

64.08

16

Banten

1,543

1,153

74.72

1,543

1,219

79.00

17

Bali

695

691

99.42

695

695

100.00

18

Nusa Tenggara Barat

778

703

90.36

778

681

87.53

803

722

89.91

19

Nusa Tenggara Timur

2,591

2,000

77.19

2,591

2,047

79.00

2,729

2,278

83.47

20

Kalimantan Barat

1,452

885

60.95

1,452

944

65.01

1,514

1,107

73.12

21

Kalimantan Tengah

1,324

708

53.47

1,324

781

58.99

1,373

496

36.13

22

Kalimantan Selatan

1,955

1,297

66.34

1,955

1,299

66.45

2,172

1,557

71.69

23

Kalimantan Timur

1,334

960

71.96

1,334

960

71.96

1,345

1,073

79.78

24

Sulawesi Utara

1,214

841

69.28

1,214

983

80.97

1,288

990

76.86

25

Sulawesi Tengah

1,447

1,044

72.15

1,447

998

68.97

1,542

1,139

73.87

26

Sulawesi Selatan

3,222

2,370

73.56

2,100

1,638

78.00

2,866

2,268

79.13

27

Sulawesi Tenggara

1,554

1,215

78.19

1,554

1,350

86.87

1,624

1,424

87.68

28

Gorontalo

447

249

55.70

447

224

50.11

490

246

50.20

29

Sulawesi Barat

860

654

76.05

30

Maluku

878

729

83.03

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

1,253

1,165

693

688

957

92.98
-

99.28

586

61.23

720

195

27.08

720

381

52.92

678

180

26.55

1,017

356

35.00

1,017

376

36.97

2,434

361

14.83

67,742

47,036

69.43

67,731

51,628

76.23

55,921

40,966

73.26

Lampiran 4.9
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Imunisasi
Provinsi

No
(1)

(2)

Sasaran
(3)

BCG
Jumlah

(4)

(5)

DPT1
Jumlah
(6)

%
(7)

DPT2
Jumlah
(8)

%
(9)

DPT3
Jumlah
(10)

%
(11)

Polio1
Jumlah
(12)

Bayi
POLIO2

Polio3

Polio4

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Campak
Jumlah
(20)

DO

%
(21)

(22)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

101,118

0.0

93,197

92.2

88,706

87.7

84,242

83.3

97,255

96.2

92,008

91.0

87,504

86.5

83,384

82.5

83,186

82.3

10.74

2 Sumatera Utara

309,791

312,507 100.9

292,048

94.3

273,004

88.1

265,258

85.6

316,613

102.2

300,074

96.9

290,466

93.8

281,740

90.9

296,772

95.8

-1.62

3 Sumatera Barat

100,458

97,673

97.2

94,100

93.7

86,238

85.8

82,798

82.4

98,466

98.0

93,577

93.2

89,746

89.3

87,727

87.3

84,757

84.4

9.93

4 Riau

112,984

98,997

87.6

97,279

86.1

92,654

82.0

90,188

79.8

95,228

84.3

91,102

80.6

88,182

78.0

87,998

77.9

95,352

84.4

1.98

66,341

64,865

97.8

65,481

98.7

62,864

94.8

62,628

94.4

65,391

98.6

64,242

96.8

62,779

94.6

63,295

95.4

64,987

98.0

1.41

162,182

157,302

97.0

126,032

77.7

117,355

72.4

116,415

71.8

160,013

98.7

153,180

94.4

149,017

91.9

148,266

91.4

150,953

93.1

21.77

5 Jambi
6 Sumatera Selatan
7 Bengkulu

42,172

36,469

86.5

36,252

86.0

34,371

81.5

32,832

77.9

38,776

91.9

37,010

87.8

35,104

83.2

34,163

81.0

35,654

84.5

3.19

8 Lampung

177,128

160,607

90.7

145,253

82.0

141,829

80.1

138,822

78.4

156,912

88.6

152,304

86.0

149,375

84.3

149,039

84.1

154,915

87.5

-6.65

22,804

91.4

21,361

85.6

20,632

82.7

20,348

81.6

22,519

90.3

21,869

87.7

21,206

85.0

21,170

84.9

21,387

85.7

-0.12

30,973

88.6

29,530

84.5

27,814

79.6

27,478

78.6

33,440

95.6

31,251

89.4

30,628

87.6

34,476

98.6

33,365

95.4

-12.99

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau

24949
34,961

11 DKI Jakarta

193,262

212,622 110.0

123,254

63.8

106,739

55.2

106,687

55.2

185,802

96.1

178,823

92.5

174,197

90.1

203,849

105.5

196,569

101.7

23.02

12 Jawa Barat

851,548

712,855

83.7

714,835

83.9

708,831

83.2

647,824

76.1

577,891

67.9

532,323

62.5

504,510

59.2

479,596

56.3

664,052

78.0

21.54

13 Jawa Tengah

578,577

603,021 104.2

583,617

100.9

567,416

98.1

559,725

96.7

587,792

101.6

567,378

98.1

551,801

95.4

545,850

94.3

560,101

96.8

4.03

44,898

50,812 113.2

565

1.3

660

1.5

576

1.3

50,505

112.5

46,655

103.9

44,824

99.8

44,054

98.1

46,383

103.3

0.42

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur

631,092

630,749

99.9

26,007

4.1

25,411

4.0

27,751

4.4

631,894

100.1

605,079

95.9

584,871

92.7

574,277

91.0

601,810

95.4

4.82

16 Banten

240,327

219,504

91.3

202,743

84.4

191,363

79.6

189,758

79.0

215,856

89.8

203,859

84.8

198,361

82.5

191,121

79.5

172,076

71.6

15.13
8.48

19,337

31.7

20,111

33.0

22,560

37.0

63,886

104.9

59,677

98.0

59,628

97.9

57,201

93.9

57,490

94.4

18 Nusa Tenggara Barat

103,736

60,918

99,363

95.8

104,277

100.5

101,732

98.1

101,774

98.1

99,372

95.8

104,419

100.7

101,968

98.3

102,494

98.8

100,720

97.1

3.41

19 Nusa Tenggara Timur

125,764

114,591

91.1

116,080

92.3

110,898

88.2

107,634

85.6

115,373

91.7

111,362

88.5

108,629

86.4

106,379

84.6

117,153

93.2

-0.92

20 Kalimantan Barat

17 Bali

62,118 102.0

102,133

90,352

88.5

89,064

87.2

86,205

84.4

85,209

83.4

90,592

88.7

88,155

86.3

86,735

84.9

84,266

82.5

85,149

83.4

8.09

21 Kalimantan Tengah

49,980

45,402

90.8

44,647

89.3

42,039

84.1

41,612

83.3

46,752

93.5

43,110

86.3

42,700

85.4

41,703

83.4

43,893

87.8

1.69

22 Kalimantan Selatan

73,718

69,322

94.0

67,519

91.6

63,062

85.5

61,531

83.5

56,096

76.1

63,872

86.6

62,115

84.3

61,041

82.8

61,999

84.1

8.18

23 Kalimantan Timur

73,010

68,982

94.5

69,011

94.5

65,357

89.5

65,263

89.4

72,151

98.8

68,818

94.3

67,014

91.8

53,687

73.5

63,657

87.2

7.76

24 Sulawesi Utara

45,492

45,250

99.5

43,918

96.5

42,919

94.3

42,319

93.0

44,017

96.8

43,155

94.9

42,231

92.8

42,270

92.9

42,037

92.4

4.28

25 Sulawesi Tengah

49,780

48,978

98.4

50,098

100.6

45,817

92.0

45,555

91.5

52,615

105.7

49,576

99.6

47,435

95.3

47,129

94.7

46,834

94.1

9.77

26 Sulawesi Selatan

172,092

166,254

96.6

155,862

90.6

143,627

83.5

135,805

78.9

161,502

93.8

151,441

88.0

144,681

84.1

141,862

82.4

147,025

85.4

8.44

27 Sulawesi Tenggara

52,730

53,046 100.6

50,909

96.5

48,844

92.6

48,422

91.8

52,723

100.0

50,056

94.9

48,813

92.6

47,977

91.0

48,890

92.7

3.97

28 Gorontalo

22,634

21,359

94.4

21,537

95.2

19,959

88.2

19,079

84.3

22,164

97.9

20,707

91.5

19,681

87.0

19,568

86.5

19,137

84.5

11.14

29 Sulawesi Barat

23,390

21,422

91.6

18,977

81.1

16,331

69.8

14,886

63.6

19,770

84.5

17,774

76.0

16,272

69.6

15,349

65.6

15,973

68.3

15.83

30 Maluku

45,175

40,165

88.9

39,384

87.2

37,436

82.9

36,144

80.0

38,096

84.3

37,254

82.5

36,292

80.3

35,356

78.3

37,406

82.8

5.02

31 Maluku Utara

22,907

19,195

83.8

19,358

84.5

17,549

76.6

17,300

75.5

20,151

88.0

19,089

83.3

17,416

76.0

17,022

74.3

18,321

80.0

5.36

32 Papua

49,211

32,146

65.3

30,771

62.5

27,303

55.5

25,303

51.4

37,793

76.8

34,122

69.3

30,611

62.2

31,745

64.5

33,366

67.8

-7.73

7,178

5,628

78.4

4,763

66.4

4,291

59.8

3,763

52.4

5,422

75.5

4,618

64.3

4,112

57.3

3,892

54.2

4,399

4,751,636

4,409,714

92.8

3,592,303

75.6

3,435,076

72.3

3,323,726

69.9

4,327,406

91.1

4,133,321

87.0

3,994,792

84.1

3,935,054

82.8

4,201,369

33 Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

7.64

88.4

9.30

Lampiran 4.10

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Sasaran

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

101,118
309,791
100,458
112,984
66,341
162,182
42,172
177,128
24949
34,961
193,262
851,548
578,577
44,898
631,092
240,327
60,918
103,736
125,764
102,133
49,980
73,718
73,010
45,492
49,780
172,092
52,730
22,634
23,390
45,175
22,907
49,211
7,178
4,751,636

HB1 (<7hr)
Jumlah
%
(4)

(5)

HB1 (>7hr)
Jumlah
%
(6)

(7)

Status Imunisasi
HB1 (total)
Jumlah
%
(8)

11,496
108,410
35,314
34,403
26,490
50,754
14,963
47,041
6,533
10,679
81,522
315,608
452,361
41,111
443,796
41,836
43,142
81,240
38,310
9,460
6,537
17,760
21,964
14,519
5,902
42,842
15,613
5,500
3,063
241
2,839
4,417

11.4
35.0
35.2
30.4
39.9
31.3
35.5
26.6
26.2
30.5
42.2
37.1
78.2
91.6
70.3
17.4
70.8
78.3
30.5
9.3
13.1
24.1
30.1
31.9
11.9
24.9
29.6
24.3
13.1
0.5
12.4
9.0

78,958
151,392
65,596
64,222
38,106
99,850
24,366
85,766
18,772
113,700
290,602
191,570
9,844
122,235
134,309
16,265
10,973
73,626
70,680
38,940
53,206
59,014
24,783
40,789
97,714
34,638
15,986
10,187
25,420
14,362
19,199

78.1
48.9
65.3
56.8
57.4
61.6
57.8
48.4
0.0
53.7
58.8
34.1
33.1
21.9
19.4
55.9
26.7
10.6
58.5
69.2
77.9
72.2
80.8
54.5
81.9
56.8
65.7
70.6
43.6
56.3
62.7
39.0

2,035,666

42.8

2,095,578

44.1

90,454
259,802
100,910
98,625
64,596
150,604
39,329
132,807
6,533
29,451
195,222
606,210
643,931
50,955
566,031
176,145
59,407
92,213
111,936
80,140
45,477
70,966
80,978
39,302
46,691
140,556
50,251
21,486
13,250
26,169
17,201
23,616
5,033
4,131,244

(9)

89.5
83.9
100.4
87.3
97.4
92.9
93.3
75.0
26.2
84.2
101.0
71.2
111.3
113.5
89.7
73.3
97.5
88.9
89.0
78.5
91.0
96.3
110.9
86.4
93.8
81.7
95.3
94.9
56.6
57.9
75.1
48.0
70.1
86.9

HEP. B2
Jumlah
%
(10)

73,792
237,792
88,075
78,911
57,751
117,849
30,735
113,843
24,085
104,982
448,920
332,136
2,862
48,188
141,251
23,419
105,665.0
65,356
40,922
57,135
63,688
30,719
43,237
113,977
43,372
17,549
14,138
5,813
13,174
24,179
4,224
2,563,515

(11)

73.0
76.8
87.7
69.8
87.1
72.7
72.9
64.3
0.0
68.9
54.3
52.7
57.4
6.4
7.6
58.8
38.4
0.0
84.0
64.0
81.9
77.5
87.2
67.5
86.9
66.2
82.3
77.5
60.4
12.9
57.5
49.1
58.8
54.0

HEP. B3
Jumlah
%
(12)

70,279
231,247
83,379
75,598
57,106
116,654
27,212
111,463
23,494
109,838
440,998
335,396
2,156
48,747
135,539
22,885
102,249
69,332
39,124
57,490
59,571
29,669
41,990
104,436
40,221
15,780
12,424
23,551
12,211
20,241
3,636
2,520,280

(13)

69.5
74.6
83.0
66.9
86.1
71.9
64.5
62.9
0.0
67.2
56.8
51.8
58.0
4.8
7.7
56.4
37.6
0.0
81.3
67.9
78.3
78.0
81.6
65.2
84.4
60.7
76.3
69.7
53.1
52.1
53.3
41.1
50.7
53.0

Lampiran 4.11

DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT1 - CAMPAK PADA BAYI MENURUT PROVINSI
TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Tahun
2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

2006
(7)

7.7
6.6
6.8
7.4
6.2
8.7
5.7
7.5
3.9
7.3
5.3
3.0
5.7
3.3
4.6
8.1
3.8
9.3
6.4
2.6
9.8
10.3
8.4
9.0
5.6
4.3
9.7
2.9
18.5
8.7
5.8

14.3
8.1
11.6
5.3
8.2
9.3
10.1
3.7
6.9
10.2
5.3
4.0
3.8
7.1
4.0
7.1
6.0
18.8
8.8
9.4
7.9
7.5
11.9
16.3
10.6
11.0
18.4
1.3
9.5
18.0
7.6

16.7
7.6
9.7
5.7
6.1
9.6
20.0
2.8
6.0
11.4
3.7
4.2
2.5
5.0
3.1
4.8
7.1
5.9
12.0
0.2
7.2
5.2
5.1
10.1
4.0
5.8
10.9
3.4
20.9
15.7
5.9

7.7
0.0
7.9
1.9
4.8
6.3
5.4
0.0
6.5
10.5
6.4
0.0

10.7
0.0
9.9
2.0
1.4
21.8
3.2
0.0
0.0
0.0
23.0
21.5

0.01
8.7
1.7
0.0
0.2
3.8
0.0
4.7
5.7
6.9
6.6
5.2
7.7
7.6
10.5
11.8
22.3
4.7
14.4
6.9
1.5

4.0
0.4
4.8
15.1
8.5
3.4
0.0
8.1
1.7
8.2
7.8
4.3
9.8
8.4
4.0
11.1
15.8
5.0
5.4
0.0
7.6
9.3

Lampiran 4.12
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI, 2006

Sasaran
(3)

Imunisasi Ibu Hamil


TT2
Jumlah
%

TT1
Jumlah

(4)

(5)

(6)

TT Ulang

(7)

Jumlah

(8)

(9)

115,407

73,253

63.5

63,753

55.2

10,824

9.4

107,039
124,282
73,064
164,427
46,388
186,000
27,570
38,190
213,472
998,515
618,578
49,447
680,259
263,380
67,186
114,110

35,375
88,933
50,450
128,600
26,972
157,660
23,940
27,764
154,222
576,019
382,618
20,228
31,819
211,824
45,626
106,501

33.0
71.6
69.0
78.2
58.1
84.8
87
72.7
72.2
57.7
61.9
40.9
4.7
80.4
67.9
93.3

29,074
79,029
48,922
118,942
24,686
153,208
22,653
24,378
149,360
515,782
370,587
18,031
28,323
192,697
42,223
100,274

27.2
63.6
67.0
72.3
53.2
82.4
82.2
63.8
70.0
51.7
59.9
36.5
4.2
73.2
62.8
87.9

7,629
34,948
12,243
249
21
6,701
5,845
19,109
132,963
17,418
5,349
4,631
16,936
55,496

7.1
28.1
16.8
0.2
0.0
0.0
0.1
17.5
2.7
1.9
21.5
35.2
0.8
1.8
25.2
48.6

101,253
54,616
77,392

54,967
42,433
60,662

54.3
77.7
78.4

47,301
37,098
54,884

46.7
67.9
70.9

2,103
2,267

0.0
3.9
2.9

50,042
54,758
190,772
58,012
24,897
25,495
48,268
24,615
54,131
16,113
4,667,678

37,629
43,597
124,775
29,117
21,018
17,891
30,502
17,030
16,263
3,633
2,641,321

75.2
79.6
65.4
50.2
84.4
70.2
63.2
69.2
30.0
22.5
56.6

34,883
41,020
106,882
25,754
18,099
12,670
27,935
14,955
11,608
2,412
2,417,423

69.7
74.9
56.0
44.4
72.7
49.7
57.9
60.8
21.4
15.0
51.8

6,751

13.5
8.7
9.0
10.5
3.6
0.0
5.8
13.2
5.3
8.1

16,631
5,206
2,625
922
1,431
7,156
855
376,309

Lampiran 4.13.a

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Pasien Keluar Hidup

Pasien Keluar Mati

Total Kunjungan
Pasien Rawat Inap

Jumlah Hari Perawatan

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006

31,792
118,795
64,356
80,928
24,254
98,430
14,948
60,368
13,676
416,573
400,135
528,275
50,624
426,657
67,783
105,868
33,404
49,137
50,278
20,764
31,495
69,829
47,936
34,404
86,257
17,384

9,937
5,277
29,880
9,772
2,999,216

95.50
94.52
94.98
96.23
96.66
95.52
96.73
95.51
95.04
#DIV/0!
97.06
96.93
96.10
96.34
95.53
95.81
96.56
95.74
96.84
96.37
94.88
95.92
97.40
96.35
97.04
96.58
96.76
#DIV/0!
#DIV/0!
97.07
96.47
96.88
97.61
96.24

1,499
6,886
3,403
3,172
838
4,616
506
2,839
714
12,636
12,658
21,435
1,923
19,965
2,962
3,768
1,488
1,603
1,892
1,121
1,338
1,866
1,817
1,051
3,050
583

300
193
962
239
117,323

4.50
5.48
5.02
3.77
3.34
4.48
3.27
4.49
4.96
#DIV/0!
2.94
3.07
3.90
3.66
4.47
4.19
3.44
4.26
3.16
3.63
5.12
4.08
2.60
3.65
2.96
3.42
3.24
#DIV/0!
#DIV/0!
2.93
3.53
3.12
2.39
3.76

33,291
125,681
67,759
84,100
25,092
103,046
15,454
63,207
14,390

215,742
701,254
379,152
361,781
101,765
479,463
46,433
277,128
48,956

429,209
412,793
549,710
52,547
446,622
70,745
109,636
34,892
50,740
52,170
21,885
32,833
71,695
49,753
35,455
89,307
17,967

2,068,975
1,868,906
2,672,685
272,939
2,372,826
273,246
479,131
137,597
218,122
322,138
96,143
142,094
390,736
289,476
175,861
519,317
153,759
-

10,237
5,470
30,842
10,011
3,116,539

56,666
19,727
134,547
41,129
15,317,694

Lampiran 4.13.b

JUMLAH KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN DAN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Kunjungan Baru

Kunjungan lama

Total Kunjungan
Pasien Rawat Jalan

Kunjungan
Pasien Gangguan
Jiwa

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006

174,054
290,738
243,895
174,802
119,983
197,450
36,829
105,474
11,092
1,175,666
909,868
923,149
155,462
861,127
204,897
342,314
89,991
225,963
104,033
96,243
105,039
196,926
73,820
159,053
241,259
63,500
30,616
8,036
87,935
25,690
7,434,904

50.14
43.99
42.48
52.70
62.40
43.92
44.59
55.57
55.47
#DIV/0!
56.60
51.49
40.89
36.50
47.57
48.96
52.66
55.20
59.97
49.99
59.76
54.75
55.85
40.27
54.77
47.19
58.00
#DIV/0!
#DIV/0!
59.04
57.98
58.36
64.68
49.37

173,072
370,201
330,312
156,921
72,310
252,149
45,760
84,342
8,903
901,603
857,077
1,334,701
270,407
948,942
213,627
307,766
73,028
150,818
104,056
64,819
86,813
155,659
109,483
131,342
269,939
45,987
21,242
5,823
62,739
14,029
7,623,870

49.86
56.01
57.52
47.30
37.60
56.08
55.41
44.43
44.53
#DIV/0!
43.40
48.51
59.11
63.50
52.43
51.04
47.34
44.80
40.03
50.01
40.24
45.25
44.15
59.73
45.23
52.81
42.00
#DIV/0!
#DIV/0!
40.96
42.02
41.64
35.32
50.63

347,126
660,939
574,207
331,723
192,293
449,599
82,589
189,816
19,995
2,077,269
1,766,945
2,257,850
425,869
1,810,069
418,524
650,080
163,019
376,781
208,089
161,062
191,852
352,585
183,303
290,395
511,198
109,487
51,858
13,859
150,674
39,719
15,058,774

171
7,559
27,915
2,338
930
700
11,339
10
23,258
27,194
62,680
8,478
36,652
2,181
9,185
1,821
634
704
3,676
783
1,609
12,865
5,738
47,400
295,820

Lampiran 4.14
PEMERIKSAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

Tumpatan Gigi
Tetap

Tumpatan Gigi
Sulung

Pengobatan
Pulpa/tumpatan
Sementara

Pencabutan Gigi
Tetap

Pencabutan Gigi
Sulung

Pengobatan
Periodontal

Pengobatan
Abses

Pembersihan
Karang Gigi

Prothese
Lengkap

Prothese
Sebagian

Prothese Cekat

Orthodonsi

Bedah Mulut

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

2,319

403

3,446

5,113

1,462

1,134

806

2,052

317

2 Sumatera Utara

1,868

53

2,692

4,202

1,000

3,457

824

3,193

15

3 Sumatera Barat

2,926

703

4,732

4,182

1,626

2,010

1,086

742

27

4 Riau

3,612

297

5,549

5,801

1,967

3,652

1,653

1,783

46

5 Jambi

144

14

954

1,614

564

625

204

166

2,675

1,058

2,220

4,028

2,420

2,737

1,212

129

7 Bengkulu

930

229

350

702

259

66

152

26

8 Lampung

1,097

113

1,163

2,137

572

1,222

2,500

260

204

33

357

109

26

47

14

9,153

2,350

12,961

9,691

2,425

4,353

2,531

5,446

6 Sumatera Selatan

9 Kepulauan Bangka Belitung


10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

94
21

208

101

106

565

163

330
486

32

15

12

10

42

1,467

402

6,565

2,345

1
-

15

70
65

64
-

12 Jawa Barat

6,082

775

10,244

10,105

4,228

4,470

3,076

2,734

34

347

33

3,740

5,150

13 Jawa Tengah

9,683

1,527

13,309

14,221

4,531

10,903

4,536

2,499

60

141

10

436

1,772

14 DI Yogyakarta

1,707

157

1,738

1,229

407

667

251

427

97

64

96

125

60

15 Jawa Timur

5,271

545

8,044

9,728

4,283

6,303

3,766

1,815

64

63

77

172

2,150

252

281

255

536

988

162

16 Banten
17 Bali

660

133

514

2,032

693

677

525

4,236

4,117

142

8,200

5,422

3,425

3,930

1,843

1,372

21

206

11

18 Nusa Tenggara Barat

448

76

1,202

910

651

1,072

1,116

302

27

22

19 Nusa Tenggara Timur

859

251

3,250

222

1,138

3,336

1,194

792

96

20 Kalimantan Barat

2,838

176

2,224

2,990

552

497

457

371

21 Kalimantan Tengah

1,606

221

2,772

1,429

1,036

1,503

625

847

37

22 Kalimantan Selatan

3,275

410

4,182

2,625

2,132

3,523

766

360

34

23 Kalimantan Timur

2,778

243

3,480

2,890

1,886

1,649

919

636

265

17

24 Sulawesi Utara

763

46

1,174

991

335

1,075

321

145

25 Sulawesi Tengah

770

48

1,455

2,769

907

974

700

96

9
-

1
-

14
-

6
32

130
-

3,762

704

78,907

5,453

2,368

4,938

1,760

968

15

10

1,027

171

2,025

2,251

867

1,525

575

178

64

23

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

132

31 Maluku Utara
32 Papua

39
-

217

18

246

5,966

118

86

62

180

136

56

22

74

31
-

256
342
348

26 Sulawesi Selatan

50
2

27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo

56
471

7
605

24

197
80

33 Irian Jaya Barat

376

45

441

1,199

139

312

102

20

304

34 Irian JayaTengah

100

84

194

166

97

194

66

14

35 Irian Jaya Timur

921

136

3,137

1,142

303

653

545

134

178

398

72,142

11,139

181,055

111,629

42,680

67,705

34,288

31,810

1,149

2,602

1,194

12,902

17,309

Indonesia
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 4.15
INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Provinsi

Jumlah Tempat
Tidur

Bed Occupancy
Rate (BOR)

Length of Stay
(LOS)

Bed Turn Over


(BTO)

Turn Over Interval


(TOI)

Net Death Rate


(NDR)

Gross Death Rate


(GDR)

Jumlah Pasien
Meninggal <48
jam

Kunjungan
Poliklinik / Hari

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Tengah
Irian Jaya Timur
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI, 2006

1,411
3,354
2,199
1,312
695
1,758
541
1,112
279

43.9
40.4
75.5
56.0
56.3
57.8
30.3
52.7
76.8

4.6
5.1
4.6
3.5
3.4
3.6
2.8
4.1
3.5

25.5
19.7
44.9
42.6
44.5
41.6
33.2
33.8
56.0

7.8
13.9
2.4
4.5
8.0
4.4
9.4
4.9
1.1

17.0
35.5
22.4
15.8
15.8
21.1
12.7
19.8
19.4

36.2
65.1
51.7
41.8
45.5
48.8
36.3
49.3
56.7

498
1,339
1,235
986
465
1,632
307
1,088
213

1,157
2,203
1,914
1,106
641
1,499
275
633
67

3,366
5,192
8,375
1,336
8,710
989
1,690
878
1,378
1,119
657
1,176
1,474
1,093
851
2,738
561
400

71.0
78.4
62.5
50.0
66.2
63.3
75.8
63.3
57.3
62.9
43.0
88.8
48.6
52.1
77.0
66.4
38.1
-

4.6
5.6
4.4
4.0
4.5
5.0
3.9
2.7
4.3
4.0
2.9
3.6
3.8
6.1
4.4
4.6
3.9

43.9
53.9
38.8
31.0
42.2
40.1
49.5
77.5
40.8
39.6
31.7
61.2
39.1
22.6
42.1
38.7
20.6
-

2.2
2.5
4.1
8.7
3.7
12.4
3.4
2.0
3.3
4.9
4.7
1.2
9.2
15.0
3.6
4.7
12.7
-

23.0
19.9
19.9
13.6
26.5
25.4
22.5
16.5
17.1
19.6
11.4
16.3
12.7
18.9
13.2
15.4
18.9
-

39.8
42.9
43.1
30.5
57.1
50.9
41.4
42.4
34.1
42.3
40.0
46.5
24.1
38.5
31.1
37.1
37.3
-

2,013
2,964
5,450
195
6,040
491
1,537
882
645
612
701
687
644
391
416
883
179
-

6,924
5,890
7,526
1,420
6,034
1,395
2,167
543
1,256
694
537
640
1,175
611
968
1,704
365
-

665
328
394
236
726
56,993

31.3
36.1
84.6
79.7
38.4
57.0

6.4
3.5
3.3
3.9
3.3
4.0

12.0
26.6
43.6
73.5
28.3
38.7

15.5
6.5
3.2
1.0
11.1
6.0

30.9
10.5
13.8
17.9
16.8
18.1

35.8
18.3
23.6
36
35.9
39.4

23
14
76
157
111
1,027

173
46
132
52
450
50,206

Lampiran 4.16
PEMERIKSAAN RADIODIAGNOSTIK PADA RUMAH SAKIT UMUM DEPKES DAN PEMDA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
2004
No

Provinsi
Jumlah RSU

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Irian Jaya Barat
Irian Jaya Tengah
Irian Jaya Timur
Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI,2006

(3)

14
25
15
10
7
11
4
6
3
8
28
40
6
43
5
9
6
13
10
10
11
10
6
9
26
5
2
6
2
4
3
4
361

2005

Jumlah RSU
Melakukan
Pemeriksaan
(4)

6
8
13
9
5
7
3
6
1
8
26
40
6
27
3
8
5
9
7
7
4
7
5
6
16
4
0
2
0
2
1
3
254

Jumlah
Pemeriksaan

Jumlah RSU

(5)

(6)

16,831
44,754
47,584
32,799
7,545
43,662
12,533
25,567
3,155
160,639
322,144
253,769
46,530
221,615
24,269
69,029
19,381
35,684
21,652
15,412
8,232
50,439
17,562
7,099
20,969
8,700
6,060
7,711
1,798
12,564
1,565,688

14
26
15
12
7
12
4
8
3
8
28
41
6
45
5
9
7
14
13
10
11
10
6
9
26
6
2
6
4
4
3
4
378

2006

Jumlah RSU
Melakukan
Pemeriksaan
(7)

7
9
12
10
7
7
3
6
1
6
19
36
6
24
2
9
5
10
7
6
7
9
6
6
20
4
0
3
1
2
1
4
255

Jumlah
Pemeriksaan

Jumlah RSU

(8)

(9)

25,100
54,229
47,206
39,634
21,210
53,123
12,468
43,142
4,362
187,024
383,623
298,996
34,980
200,241
43,550
72,599
28,437
28,821
30,157
36,131
18,058
54,007
15,819
10,128
47,830
14,240
6,621
987
8,310
1,134
11,950
1,834,117

16
29
16
14
7
12
6
8
3
8
28
41
6
45
5
9
7
14
13
10
11
10
6
9
26
7
3
6
4
4
3
4
390

Jumlah RSU
Melakukan
Pemeriksaan
(10)

Jumlah
Pemeriksaan
(11)

9
8
10
9
5
9
3
6
1

31,024
72,727
40,753
38,889
13,730
48,599
10,886
26,016
3,952

7
14
31
4
24
3
8
6
9
10
8
5
7
4
6
15
3
0

204,798
222,074
239,233
31,239
199,873
22,987
66,955
21,569
23,707
28,366
26,617
18,309
47,215
18,692
15,712
28,987
10,703
-

2
1
2
0
3
232

8,478
1,127
9,232
9,419
1,541,868

Lampiran 4.17

JUMLAH PELAYANAN LABORATORIUM DI RUMAH SAKIT


MILIK PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Ditjen Yanmedik Depkes, 2006

Laboratorium A

Laboratorium B

Laboratorium C

(3)

(4)

(5)

142,302
32,134
234,436
202,837
113,163
240,787
42,702
178,357
27,819
124,188
5,854,686
3,749,123
256,784
2,734,977
969,034
703,646
198,586
469,240
215,565
621,661
243,460
288,332
58,754
132,790
394,487
12,469
11,073
10,799
29,372
60,630
18,354,193

22
23
789
6,895
2,775
4,169
5,473
103
122
20,371

28
1,202
1,919
499
746
477
237
581
1,444
814
6,685
620
1,275
16,527

Lampiran 4.18

UTILISASI PELAYANAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL) DAN


RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL) KELUARGA MISKIN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Kuota Peserta ( SK Menkes


332)

Kasus R J T L

(3)

(4)

3,381,791
2,867,820
1,083,424
1,036,115
486,409
1,920,001
502,613
2,130,200
129,801
172,816
881,216
7,550,535
10,367,184
769,091
9,181,419
1,814,399
548,357
1,949,507
2,652,342
1,321,714
485,483
670,674
482,183
697,203
730,596
2,001,658
889,657
386,836
362,197
636,318
421,703
1,088,618
400,120
60,000,000

372,867
253,950
152,452
33,781
33,510
175,113
38,299
78,700
8,486
19,569
81,926
562,997
656,520
117,833
467,138
100,324
90,151
67,653
114,372
58,146
21,117
54,064
55,743
67,216
46,274
204,015
39,373
9,035
11,973
22,282
5,115
82,122
31,371
4,133,487

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Depkes RI

Kasus R I T L
(5)

52,583
72,570
36,774
15,081
11,405
43,089
13,503
34,761
4,806
8,136
11,444
163,961
264,161
45,400
194,365
26,709
37,191
27,219
74,807
8,137
20,478
22,800
37,125
19,377
62,959
14,181
9,066
3,519
11,628
3,218
24,014
9,695
1,384,162

Total Utilisasi
(6)

425,450
326,520
189,226
48,862
44,915
218,202
51,802
113,461
13,292
27,705
93,370
726,958
920,681
163,233
661,503
127,033
127,342
94,872
189,179
58,146
29,254
74,542
78,543
104,341
65,651
266,974
53,554
18,101
15,492
33,910
8,333
106,136
41,066
5,517,649

Lampiran 4.19

PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT


MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006
Depkes RI
No

Pemda Provinsi

Pemda Kab/Kota

TNI & POLRI

Swasta

Jumlah

Jenis NAPZA
Kuratif

(1)

(2)

1 Opiat

Rehabilitatif Aftercare

(3)

(4)

a. Heroin

(5)

(6)

10
3

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

(7)

(8)

(9)

Rehabilitatif Aftercare
(10)

(11)

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

Rehabilitatif

Aftercare

Kuratif

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

2
2

(19)

10

(20)

10

b. Morfin

c. Pethidin

d. Kodein

2 Kokain

3 Kanabis/Ganja

10

18

24

35

10

19

14

4 Lainnya
NARKOTIKA
1 Amfetamin
a. Methamfetamin (extacy)
b. Shabu
c. Lainnya

10

11

Rehabilitatif Aftercare

4
-

45

10

29

14

11

13

20

13

a. Barbiturat

b. Benzodiazepin

c. Lainnya

3 Inhalan
4 Lainnya

0
11

16

2 Sedative

0
-

1 Alkohol

11

2 Lainnya

11

32

11

119

25

11

Jumlah

12

77

25

17

Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

14

20

12

11

ZAT ADIKTIF LAINNYA

15

30

PSIKOTROPIKA

11

42

15

20

12

11
0
-

Lampiran 4.20

HASIL PEKAN IMUNISASI NASIONAL MENURUT PROVINSI


TAHUN 2005 - 2006
Balita Diimunisasi Polio
No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat

PUTARAN I
Target
Hasil
(3)

(4)

%
(5)

PUTARAN II
Target
Hasil
(6)

(7)

Target

(8)

(9)

PUTARAN III
Hasil
(10)

Target

(11)

(12)

PUTARAN IV
Hasil
(13)

Target

(14)

(15)

PUTARAN V
Hasil
(16)

%
(17)

548,699

475,835

86.7

536,699

495,623

92.3

536,699

498,163

92.8

498,167

478,895

96.1

498,163

486,533

97.7

1,478,620

1,386,679

93.8

1,478,620

1,466,373

99.2

1,478,620

1,486,547

100.5

1,486,547

1,460,676

98.3

1,486,547

1,516,953

102.0

480,390

477,438

99.4

480,390

492,016

102.4

480,390

496,786

103.4

496,786

494,482

99.5

496,786

501,027

100.9

599,992

617,800

103.0

617,800

635,920

102.9

617,800

640,857

103.7

640,857

642,211

100.2

642,211

652,992

101.7

328,453

298,967

91.0

320,857

305,228

95.1

320,857

306,243

95.4

306,244

307,888

100.5

307,888

311,003

101.0

845,501

846,331

100.1

846,331

861,052

101.7

846,331

863,963

102.1

863,963

862,656

99.8

863,963

871,796

100.9

170,220

166,717

97.9

170,220

173,749

102.1

170,220

170,956

100.4

173,749

170,311

98.0

173,749

173,313

99.7

856,386

781,660

91.3

825,594

815,429

98.8

825,594

815,019

98.7

825,594

815,350

98.8

825,594

821,447

99.5

124,952

110,716

88.6

111,789

118,827

106.3

111,789

115,697

103.5

118,827

120,147

101.1

120,147

117,907

98.1

160,744

149,045

92.7

149,164

149,233

100.0

149,164

146,565

98.3

149,233

162,535

108.9

162,535

159,139

97.9

757,197

852,669

112.6

922,963

888,204

96.2

922,963

900,328

97.5

922,963

878,215

95.2

922,963

903,757

97.9

4,337,474

4,100,337

94.5

4,494,725

4,272,359

95.1

4,494,725

4,327,637

96.3

4,494,725

4,338,951

96.5

4,494,725

4,454,960

99.1

3,103,478

2,816,731

90.8

3,103,478

2,864,189

92.3

3,103,478

2,917,146

94.0

2,917,165

2,917,912

100.0

2,917,912

2,955,195

101.3

229,543

227,207

99.0

228,240

234,916

102.9

228,240

237,084

103.9

237,084

236,808

99.9

237,084

239,936

101.2

3,164,679

3,061,276

96.7

3,059,019

3,158,992

103.3

3,059,019

3,199,042

104.6

3,199,042

3,222,539

100.7

3,222,539

3,257,847

101.1

1,176,113

1,023,290

87.0

1,176,113

1,078,597

91.7

1,176,113

1,095,060

93.1

1,176,113

1,093,205

93.0

1,176,113

1,121,099

95.3

297,604

305,607

102.7

305,607

321,620

105.2

305,607

316,828

103.7

321,620

321,292

99.9

321,620

324,400

100.9

428,833

470,609

109.7

470,609

495,129

105.2

470,609

504,833

107.3

504,833

503,842

99.8

504,833

519,329

102.9

502,545

522,117

103.9

522,117

541,293

103.7

522,117

538,057

103.1

541,293

542,005

100.1

542,005

551,912

101.8

20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan

513,422

455,733

88.8

489,250

475,644

97.2

489,250

467,484

95.6

475,644

474,201

99.7

475,644

477,870

100.5

232,213

214,586

92.4

232,213

229,890

99.0

232,213

227,135

97.8

229,890

232,173

101.0

232,173

233,846

100.7

357,404

332,612

93.1

352,182

343,934

97.7

352,182

344,441

97.8

344,441

342,237

99.4

352,182

350,893

99.6

23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

313,552

313,404

100.0

313,552

316,043

100.8

313,552

321,121

102.4

321,121

328,550

102.3

328,550

333,194

101.4

198,338

221,754

111.8

221,331

223,852

101.1

221,331

225,806

102.0

225,806

226,203

100.2

226,203

230,534

101.9

274,107

278,925

101.8

278,925

287,980

103.2

278,925

284,146

101.9

287,980

285,698

99.2

287,980

293,178

101.8

805,769

751,128

93.2

805,769

792,251

98.3

805,769

811,277

100.7

811,277

822,724

101.4

822,724

846,704

102.9

264,662

237,680

89.8

241,470

249,649

103.4

241,470

249,814

103.5

249,814

252,532

101.1

252,532

256,100

101.4

110,650

102,133

92.3

110,650

105,051

94.9

110,650

105,494

95.3

105,494

104,637

99.2

105,494

105,155

99.7

112,363

110,031

97.9

112,363

117,862

104.9

112,363

116,436

103.6

117,862

119,837

101.7

119,837

120,126

100.2

30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia

181,122

167,920

92.7

171,256

172,335

100.6

171,256

168,572

98.4

172,335

159,536

92.6

172,335

78,830

45.7

97,406

105,748

108.6

97,406

106,123

108.9

97,406

99,803

102.5

106,123

104,123

98.1

106,123

96,957

91.4

286,151

198,035

69.2

286,151

224,794

78.6

286,151

143,948

50.3

224,794

168,821

75.1

224,794

218,639

97.3

13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur

Sumber : Ditjen PP & PL, Depkes RI

87,574

72,505

82.8

87,574

79,409

90.7

87,574

64,594

73.8

79,409

73,139

92.1

79,409

78,641

99.0

23,426,156

22,253,225

95.0

23,620,427

23,093,566

97.8

23,620,427

23,206,882

98.2

23,626,795

23,264,331

98.5

23,703,357

23,661,212

99.8

Lampiran 4.21

CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF, SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP


DAN SUCCES RATE (SR) MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Cakupan TB BTA
Positif

(2)

(3)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006

3,156
13,401
3,443
3,175
1,980
1,271
4,821
3,985
851
7,308
28,541
17,523
1,241
21,592
6,240
1,282
3,563
2,320
3,837
1,716
1,648
2,991
3,705
2,195
2,301
9,089
1,342
1,082
567
2,474
158,640

Sembuh
Jumlah

(4)

(5)

2,488
12,301
2,763
2,032
1,531
1,108
4,059
3,306
763
4,983
24,181
14,942
1,015
17,554
5,374
1,017
2,717
1,967
3,345
1,379
1,017
2,564
3,443
1,979
2,085
8,143
1,154
565
267
1,725
131,767

78.83
91.79
80.25
64.00
77.32
87.18
84.19
82.96
89.66
68.19
84.72
85.27
81.79
81.30
86.12
79.33
76.26
84.78
87.18
80.36
61.71
85.72
92.93
90.16
90.61
89.59
85.99
52.22
47.09
69.73
83.06

Pengobatan Lengkap
Jumlah
%
(6)

276
332
276
632
226
76
340
475
10
1,623
2,182
926
60
1,428
596
68
348
141
227
180
317
138
90
107
76
100
123
291
238
268
12,170

(7)

8.75
2.48
8.02
19.91
11.41
5.98
7.05
11.92
1.18
22.21
7.65
5.28
4.83
6.61
9.55
5.30
9.77
6.08
5.92
10.49
19.24
4.61
2.43
4.87
3.30
1.10
9.17
26.89
41.98
10.83
7.67

SR
%
(8)

87.58
94.27
88.27
83.91
88.74
93.15
91.25
94.88
90.83
90.39
92.37
90.56
86.62
87.91
95.67
84.63
86.02
90.86
93.09
90.85
80.95
90.34
95.36
95.03
93.92
90.69
95.16
79.11
89.07
80.56
90.73

Lampiran 4.22

CAKUPAN PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Sumatera Selatan
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber: Ditjen PP dan PL, Depkes RI, 2006

Target Penemuan
(3)

37,925
121,399
45,558
44,914
26,307
17,810
78,835
76,276
12,302
12,655
83,791
402,751
298,600
24,105
305,441
122,352
33,423
53,549
42,603
46,737
19,584
38,942
35,769
21,879
23,457
19,757
79,362
9,148
10,147
15,234
9,095
25,967
6,296
2,201,970

< 1 th

Pneumonia Pada Balita


Realisasi
1-4 th

(4)

Jumlah

(5)

(6)

1,123
14,603
4,687
2,949
1,348
1,298
9,776
4,074
2,255
94
1,858
70,786
14,977
137
27,155
6,676
2,573
21,079
5,711
3,845
364
5,121
5,704
1,832
4,993
2,375
5,518
1,669
858
769
2,517
625

4,200
26,704
12,665
6,446
5,594
1,065
18,089
7,261
6,070
139
3,876
128,499
30,390
314
48,625
10,133
4,675
30,802
6,557
6,960
668
6,776
10,905
2,381
8,098
4,959
9,947
2,348
1,648
1,006
4,569
949

229,349

413,318

5,323
41,307
17,352
9,395
6,942
2,363
27,865
11,335
8,325
233
5,734
199,285
45,367
451
75,780
16,809
7,248
51,881
12,268
10,805
1,032
11,897
16,609
4,213
13,091
7,334
15,465
4,017
2,506
1,775
7,086
1,574
33
642,667

%
(7)

14.04
34.03
38.09
20.92
26.39
13.27
35.35
14.86
67.67
1.84
6.84
49.48
15.19
1.87
24.81
13.74
21.69
96.89
28.80
23.12
5.27
30.55
46.43
19.26
55.81
37.12
19.49
43.91
24.70
11.65
77.91
6.06
0.52
29.19

Lampiran 4.23

CAKUPAN DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN "A"


TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Bayi
( 6-11 Bln)

Jumlah
Anak Balita
(1-4 Thn)

(3)

(4)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

Cakupan Vitamin A
Ibu Nifas
(5)

Bayi Diberi Vitamin A (biru) Balita Diberi Vitamin A 2X


Jumlah

Jumlah

(6)

(7)

(8)

(9)

Ibu Nifas diberi


Vitamin A
Jumlah
%
(10)

(11)

57,382

286,133

103,691

48,836

85.11

266,948

93.30

55,136

53.17

181,851

1,212,336

304,373

132,782

73.02

991,446

81.78

123,139

40.46

3 Sumatera Barat

64,447

416,106

107,526

53,393

82.85

347,915

83.61

66,831

62.15

4 Riau

88,053

514,563

121,683

65,073

73.90

428,450

83.26

74,392

61.14

5 Jambi

61,608

256,343

64,991

36,279

58.89

235,698

91.95

34,271

52.73

127,044

667,404

163,162

108,127

85.11

86.59

121,526

74.48

7 Bengkulu

41,821

175,121

41,821

23,801

56.91

119,807

68.41

27,684

66.20

8 Lampung

144,549

552,763

167,855

105,535

73.01

449,030

81.23

44,732

26.65

17,251

101,015

26,291

14,703

85.23

83,633

82.79

20,462

77.83

10 Kepulauan Riau

30,007

138,296

37,063

20,002

66.66

116,120

83.96

24,503

66.11

11 DKI Jakarta

78,939

512,203

189,327

75,808

96.03

412,055

80.45

34,190

18.06

12 Jawa Barat

443,535

3,119,991

280,006

398,892

89.93

1,987,539

63.70

128,905

46.04

13 Jawa Tengah

346,611

2,126,061

628,886

339,179

97.86

2,095,473

98.56

554,569

88.18

14 DI Yogyakarta

36,978

190,860

46,433

29,545

79.90

178,414

93.48

32,659

70.34

15 Jawa Timur

633,418

2,430,511

634,441

302,332

47.73

2,070,920

85.21

475,195

74.90

16 Banten

2 Sumatera Utara

6 Sumatera Selatan

9 Kepulauan Bangka Belitung

577,881

142,524

885,372

245,263

123,650

86.76

750,193

84.73

155,016

63.20

17 Bali

41,927

212,784

61,097

35,105

83.73

200,612

94.28

48,998

80.20

18 Nusa Tenggara Barat

61,589

378,372

101,254

56,957

92.48

368,035

97.27

85,536

84.48

19 Nusa Tenggara Timur

90,677

402,696

107,925

64,048

70.63

351,743

87.35

57,592

53.36

20 Kalimantan Barat

80,027

402,004

98,575

49,117

61.38

260,234

64.73

46,769

47.45

21 Kalimantan Tengah

32,511

74.22

41,276

80.26

22 Kalimantan Selatan

47,810

386,807

75,018

37,271

77.96

247,513

63.99

59,980

79.95

23 Kalimantan Timur

56,650

325,659

71,918

48,613

85.81

254,915

78.28

39,016

54.25

22,783

93.50

129,218

89.23

35,060

77.18

98.13

40,706

72.31

222,167

144,814

51,429

24 Sulawesi Utara

24,368

25 Sulawesi Tengah

50,428

26 Sulawesi Selatan

112,609

514,353

27 Sulawesi Tenggara

33,158

202,474

51,894

28 Gorontalo

14,291

91,394

22,788

29 Sulawesi Barat

21,409

67,637

30 Maluku

26,390

31 Maluku Utara

45,428

79.91

164,883

56,292

38,011

75.38

163,280

92,863

82.46

434,261

84.43

122,323

74.92

24,626

74.27

156,778

77.43

26,720

51.49

13,027

91.16

69,219

75.74

15,158

66.52

22,526

15,121

70.63

55,176

81.58

7,813

34.68

147,484

32,463

16,103

61.02

92,449

62.68

21,852

67.31

18,347

93,442

22,229

10,831

59.03

48,471

51.87

16,171

72.75

32 Papua

49,358

194,074

50,125

40,096

81.24

171,105

88.16

2,489

4.97

33 Irian Jaya Barat

16,785

61,098

6,479

38.60

18,828

30.82

2,474,969

75.59

14,348,045

81.29

Indonesia

Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 2006

3,274,352

217,146

25,981

17,649,483

4,197,053

213,083

2,640,669

62.92

Lampiran 4.24

CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe3) PADA IBU HAMIL


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

Jumlah Ibu Hamil

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber : Dit. Gizi Kesehatan Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes RI, 2006

114,970
329,499
118,348
133,638
79,889
184,051
47,294
179,760
28,757
41,058
212,357
893,391
244,085
51,902
707,312
269,259
68,018
114,903
124,637
115,651
57,202
74,607
78,633
48,797
59,081
186,293
52,727
24,982
24,459
33,374
23,941
48,882
21,874
4,793,631

Ibu Hamil Mendapat


90 Tablet Besi (Fe3)
Jumlah

(4)

(5)

26,294
161,040
76,110
90,613
14,925
143,311
27,629
136,275
19,272
2,498
74,331
705,756
43,766
39,223
477,935
161,179
30,651
61,991
80,912
60,682
28,952
74,423
60,263
22,838
40,656
110,862
18,764
16,614
12,178
21,108
9,059
33,116
5,436
2,888,662

22.87
48.87
64.31
67.80
18.68
77.86
58.42
75.81
67.02
6.08
35.00
79.00
17.93
75.57
67.57
59.86
45.06
53.95
64.92
52.47
50.61
99.75
76.64
46.80
68.81
59.51
35.59
66.50
49.79
63.25
37.84
67.75
24.85
60.26

Lampiran 4.25

REKAPITULASI KEJADIAN BENCANA TAHUN 2006

No

Jenis Bencana

Jumlah Provinsi

Jumlah Kab/Kota

(1)

(2)

(3)

(4)

1 Banjir

Jumlah Korban
Luka Ringan/
Luka Berat/
Rawat Inap
Rawat Jalan

Meninggal
(5)

(6)

Pengungsi

Hilang

(7)

(8)

(9)

20

44

108

2,576

34,036

79

162,064

2 Banjir Bandang

10

251

107

4,208

148

23,056

3 Tanah Longsor

19

19

123

30

335

10

6,469

26,983

178,292

5 Angin Topan/Angin Puting


Beliung/ Angin Puyuh

11

12

6 Kecelakaan Transportasi

15

15

129

358

164

401

7 Keracunan Makanan

21

132

389

8 Ledakan Granat/Bom

14

24

15

9 Bencana Kelaparan

157

336

4 Gempa Bumi

10 KLB Diare

Sumber : Pusat Penanggulangan Krisis (PPK), Depkes RI, 2006


* 7 Titik Lokasi Pengungsian di Yogyakarta

2,127

82

10063*

3,261

Lampiran 5.1
JUMLAH PUSKESMAS SERTA SARANA LAINNYA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
Puskesmas

No

Provinsi

Perawatan

Non

Sarana UKBM
Poskesdes

Total

Posyandu

Polindes

Perawatan
(1)

(2)

1 Nanggroe Aceh Darussalam


2 Sumatera Utara

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Sarana Transportasi Puskesmas


Pusling

Pos Obat

(8)

Ambulans

Desa

R-4

PB

(9)

(10)

(11)

Sepeda
Motor

(12)

(13)

85

189

274

5,576

1,473

193

244

99

634

145

300

445

391

22,190

644

695

323

41

1,571
706

3 Sumatera Barat

81

143

224

200

6,680

834

941

156

31

4 Riau

46

108

154

4,333

197

57

113

15

25

321

5 Jambi

41

99

140

54

2,882

77

156

155

10

31

789

6 Sumatera Selatan

76

173

249

5,786

1,499

175

208

30

42

784

7 Bengkulu

34

92

126

150

1,713

653

137

131

37

477

8 Lampung

39

196

235

200

7,380

1,062

214

228

11

865

9 Kepulauan Bangka Belitung

17

30

47

909

199

59

42

10

230

10 Kepulauan Riau

16

29

45

503

227

46

20

17

160

11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat

50

292

342

3,841

199

76

28

464

142

857

999

1,055

43,111

1,511

817

468

115

4,349

13 Jawa Tengah

241

617

858

4,322

46,746

4,411

857

867

66

3,537

14 DI Yogyakarta

38

79

117

5,412

80

111

142

36

737

336

594

930

5,148

44,095

4,174

192

962

49

3,349
661

15 Jawa Timur
16 Banten

34

143

177

8,989

126

94

100

23

17 Bali

22

88

110

210

4,589

262

19

127

13

596

18 Nusa Tenggara Barat

44

86

130

5,256

479

217

135

20

656

19 Nusa Tenggara Timur

124

127

251

8,046

1,175

412

201

13

32

717

20 Kalimantan Barat

71

134

205

150

3,705

1,094

271

179

104

742

21 Kalimantan Tengah

52

102

154

148

1,706

531

38

90

62

32

460

22 Kalimantan Selatan

36

165

201

284

3,411

710

95

197

25

23

826

23 Kalimantan Timur

87

99

186

4,409

337

305

115

36

14

632

24 Sulawesi Utara

59

71

130

2,068

420

94

91

13

41

281

25 Sulawesi Tengah

64

80

144

215

2,841

848

53

134

11

248

26 Sulawesi Selatan

179

183

362

415

8,579

1,159

377

440

15

40

1,310
714

27 Sulawesi Tenggara

52

107

159

2,479

349

1,854

104

13

28 Gorontalo

17

38

55

1,134

266

90

47

18

223

29 Sulawesi Barat

22

40

62

6,825

81

35

109
108

30 Maluku

54

71

125

1,360

208

36

34

13

31 Maluku Utara

31

31

62

39

24

12

91

121

115

236

2,648

302

101

52

11

332

32 Papua
33 Irian Jaya Barat
Indonesia
Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006

1,055

41

40

81

167

13

33

35

92

2,497

5,518

8,015

12,942

269,202

25,754

9,598

6,365

548

938

27,771

Lampiran 5.2
JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah

Rasio Puskesmas/

Puskesmas

Per 100.000 Penduduk

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

2006
(12)

Nanggroe Aceh Darussalam

230

240

240

266

274

5.76

5.70

6.15

6.60

6.73

Sumatera Utara

411

388

423

426

445

3.47

3.27

3.43

3.42

3.52

Sumatera Barat

204

206

210

214

224

4.79

4.62

4.62

4.69

4.84

Riau

167

142

146

150

154

3.10

2.55

3.21

3.28

2.52

Jambi

45

47

135

140

3.92

5.12

5.22

Sumatera Selatan

130

127

132

242

249

5.29

4.94

4.89

3.57

3.61

Bengkulu

214

235

250

113

126

2.98

3.62

3.68

7.29

8.04

Lampung

112

112

113

224

235

6.86

7.38

7.02

3.15

3.26

Kepulauan Bangka Belitung

211

219

222

47

47

3.11

3.16

3.10

4.50

4.37

10

Kepulauan Riau

45

45

61

41

45

4.86

4.61

5.99

3.22

11

DKI Jakarta

328

329

329

335

342

4.00

3.82

3.61

3.78

3.82

12

Jawa Barat

976

982

982

996

999

2.64

2.59

2.51

2.56

2.52

13

Jawa Tengah

853

855

857

853

858

2.69

2.67

2.60

2.67

2.67

14

DI Yogyakarta

117

117

117

117

117

3.69

3.65

3.57

3.50

3.45

15

Jawa Timur

922

918

907

919

930

2.63

2.54

2.45

2.53

2.54

16

Banten

168

171

172

173

177

1.89

1.91

1.88

1.92

1.92

17

Bali

107

108

109

110

110

3.31

3.22

3.13

3.25

3.21

18

Nusa Tenggara Barat

121

127

125

128

130

2.98

3.17

3.00

3.06

3.05

19

Nusa Tenggara Timur

211

218

220

228

251

5.36

5.35

5.27

5.35

5.76

20

Kalimantan Barat

189

192

195

207

205

4.52

4.86

4.78

5.11

4.98

21

Kalimantan Tengah

118

133

132

134

154

6.05

7.28

6.94

7.00

7.95

22

Kalimantan Selatan

189

189

193

192

201

6.22

5.95

5.95

5.85

6.01

23

Kalimantan Timur

165

167

174

187

186

6.48

6.17

5.90

6.56

6.34

24

Sulawesi Utara

101

108

114

119

130

4.94

5.08

5.28

5.59

6.02

25

Sulawesi Tengah

132

134

135

139

144

5.79

6.06

5.81

6.06

6.13

26

Sulawesi Selatan

367

376

333

347

362

4.43

4.58

4.45

4.09

4.20

27

Sulawesi Tenggara

122

115

138

139

159

6.34

6.13

7.02

7.08

7.94

28

Gorontalo

39

47

44

45

55

4.47

5.33

4.80

4.88

5.84

29

Sulawesi Barat

50

50

62

5.17

30

Maluku

103

109

125

8.48

7.74

8.71

9.83

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

52

55

60

81

9.71

Indonesia

7,309

7,413

7,550

7,669

8,015

3.46

3.46

3.48

3.50

3.61

Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI

96

98

8.05

49

53

55

56

62

6.60

6.21

6.03

6.33

6.75

215

165

167

168

236

9.19

7.02

9.07

6.67

8.87

Lampiran 5.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN PUSKESMAS PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Puskesmas
2003
2004
2005

2002
(3)

(4)

(5)

(6)

2006

2002

(7)

(8)

Jumlah Puskesmas Perawatan


2005
2003
2004
(9)

(11)

(12)

2006
(13)

Nanggroe Aceh Darussalam

230

240

240

266

274

77

78

82

89

85

Sumatera Utara

411

388

423

426

445

97

90

97

98

145

Sumatera Barat

204

206

210

214

224

62

63

63

64

81

Riau

167

142

146

150

154

49

36

38

39

46

Jambi

45

47

135

140

21

21

43

41

Sumatera Selatan

130

127

132

242

249

37

36

38

75

76

Bengkulu

214

235

250

113

126

67

68

71

24

34

Lampung

112

112

113

224

235

25

10

25

31

39

Kepulauan Bangka Belitung

211

219

222

47

47

30

28

29

14

17

45

45

61

41

45

10

25

26

17

16

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

328

329

329

335

342

47

46

48

50

50

12

976

982

982

996

999

132

18

132

132

142

13

Jawa Barat
Jawa Tengah

853

855

857

853

858

206

128

235

218

241

14

DI Yogyakarta

117

117

117

117

117

32

214

32

32

38

15

Jawa Timur

922

918

907

919

930

283

32

295

310

336

16

Banten

168

171

172

173

177

18

279

18

18

34

17

Bali

107

108

109

110

110

20

20

20

23

22

18

Nusa Tenggara Barat

121

127

125

128

130

43

27

28

46

44

19

Nusa Tenggara Timur

211

218

220

228

251

62

59

60

72

124

20

Kalimantan Barat

189

192

195

207

205

66

66

67

70

71

21

Kalimantan Tengah

118

133

132

134

154

28

33

31

35

52

22

Kalimantan Selatan

189

189

193

192

201

25

26

31

33

36

23

Kalimantan Timur

165

167

174

187

186

68

68

67

70

87

24

Sulawesi Utara

101

108

114

119

130

57

17

59

56

59

25

Sulawesi Tengah

132

134

135

139

144

55

66

59

59

64

26

Sulawesi Selatan

367

376

333

347

362

150

57

140

147

179

27

Sulawesi Tenggara

122

115

138

139

159

36

156

35

45

52

28

Gorontalo

39

47

44

45

55

14

28

14

14

17

29

Sulawesi Barat

50

50

62

18

19

22

30

Maluku

96

98

103

109

125

32

30

30

31

54

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

49

53

55

56

62

20

16

15

17

31

215

165

167

168

236

78

61

63

64

121

52

55

7,309

7,413

7,550

Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI

60
7,669

81

8,015

22

23

22

41

1,926

1,924

2,010

2,077

2,497

Lampiran 5.4
JUMLAH PUSKESMAS KELILING DAN RASIO PUSKESMAS KELILING PER PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

2002
R-4
PB

Jumlah Puskesmas Keliling


2003
2004
2005
R-4
PB
R-4
PB
R-4
PB

(3)

(5)

(4)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

192

195

198

Sumatera Utara

237

234

267

Sumatera Barat

188

191

190

Riau

103

Jambi

Sumatera Selatan

114

Bengkulu

149

Lampung

102

Kepulauan Bangka Belitung

160

10

Kepulauan Riau

30

25

20

11

68

70

12

DKI Jakarta
Jawa Barat

384

379

13

Jawa Tengah

665

759

14

DI Yogyakarta

108

15

Jawa Timur

871

868

886

16

Banten

90

84

17

Bali

110

45

111

45

18

Nusa Tenggara Barat

112

117

119

101

135

1.0

0.9

1.0

0.8

1.1

19

Nusa Tenggara Timur

173

19

175

21

183

21

186

23

201

13

0.9

0.9

0.9

0.9

0.9

20

Kalimantan Barat

93

58

98

82

112

75

126

71

179

104

0.8

0.9

1.0

1.0

1.4

21

Kalimantan Tengah

77

75

109

83

88

54

106

50

90

62

1.3

1.4

1.1

1.2

1.0

22

Kalimantan Selatan

168

40

164

40

176

29

186

30

197

25

1.1

1.1

1.1

1.1

1.1

23

Kalimantan Timur

113

50

113

48

126

46

138

40

115

36

1.0

1.0

1.0

1.0

0.8

24

Sulawesi Utara

81

17

81

17

67

16

59

15

91

13

1.0

0.9

0.7

0.6

0.8

25

Sulawesi Tengah

96

21

95

19

106

17

118

12

134

11

0.9

0.9

0.9

0.9

1.0

26

Sulawesi Selatan

229

15

243

10

215

245

10

440

15

0.7

0.7

0.7

0.7

1.3

27

Sulawesi Tenggara

77

14

84

15

85

101

104

13

0.7

0.9

0.7

0.8

0.7

28

Gorontalo

23

32

47

0.6

0.6

0.7

0.7

0.9

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

46

Indonesia

189

244

0.9

0.8

0.9

0.7

248

323

0.6

0.6

0.6

0.6

0.9
0.7

11

209

156

0.9

0.9

1.0

1.0

0.7
0.8

91

23

96

23

106

24

113

15

0.9

0.8

0.8

0.9

122

27

24

24

123

10

155

10

3.3

1.0

1.0

1.2

15

161

128

12

180

208

30

1.0

1.3

1.1

0.8

1.0

20

104

197

10

108

131

0.8

0.5

0.8

1.0

1.0

166

101

185

228

0.9

1.5

0.9

0.8

1.0

44

42

0.8

0.2

0.8

0.9

0.9

49

27

19

46

20

0.7

1.0

0.8

1.1

1.5

70

165

57

76

0.2

0.2

0.7

0.2

0.2

406

407

468

0.4

0.4

0.4

0.4

0.5

777

820

867

0.8

0.9

0.9

1.0

1.0

126

142

0.9

0.9

0.9

1.1

1.2

914

962

1.0

1.0

1.0

1.0

1.0

88

103

100

0.5

0.5

0.5

0.6

0.6

111

46

118

46

127

1.4

1.4

1.4

1.5

1.2

36

108

22

108

32

27

28

35

0.6

0.6

0.6

32

37

34

33

36

34

0.6

0.6

0.7

0.6

0.6

32

172

26

35

Rasio Puskesmas Keliling/


Puskesmas
2002 2003 2004 2005 2006

2006
R-4
PB

27

18

62

17

64

26

65

28

41

39

24

1.6

1.5

1.7

1.2

1.0

118

102

69

61

71

66

75

73

101

52

1.0

0.8

0.8

0.9

0.6

4,984

654

21

29

25

42

25

43

33

35

1.0

1.2

1.1

0.8

5,148

673

5,358

805

5,552

591

6,365

548

0.8

0.8

0.8

0.8

0.9

Sumber: Ditjen Binkesmas & Pusdatin, Depkes RI


Keterangan: R-4 = Puskesmas keliling kendaraan bermotor roda empat (mobil)
PB = Puskesmas keliling perahu bermotor

Lampiran 5.5
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Depkes/Pemda
RS
RS
Jumlah
Umum
Khusus
(3)

(4)

(5)

RS
Umum
(6)

TNI/POLRI
RS
Jumlah
Khusus
(7)

(8)

Departemen Lain/BUMN
RS
RS
Jumlah
Umum
Khusus
(9)

(10)

(11)

RS
Umum

Swasta
RS
Khusus

(12)

(13)

Jumlah

RS
Umum

(14)

(15)

Semua RS
RS
Jumlah
Khusus
(16)

(17)

Nanggroe Aceh Darussalam

16

17

27

30

Sumatera Utara

29

34

17

18

61

67

114

12

126

Sumatera Barat

16

18

10

19

29

12

41

Riau

14

15

11

13

36

39

Jambi

13

15

Sumatera Selatan

12

14

10

27

31

Bengkulu

Lampung

12

18

22

Kepulauan Bangka Belitung

9
11

DKI Jakarta

15

53

35

88

74

44

118

12

Jawa Barat

28

36

12

12

47

28

75

93

37

130

13

Jawa Tengah

41

49

73

40

113

125

48

173

14

DI Yogyakarta

15

24

17

17

34

15

Jawa Timur

45

53

19

20

13

15

56

22

78

133

33

166

16

Banten

14

17

24

17

Bali

11

16

20

27

33

18

Nusa Tenggara Barat

10

10

13

19

Nusa Tenggara Timur

14

14

24

25

20

Kalimantan Barat

13

16

23

21

Kalimantan Tengah

10

10

11

22

Kalimantan Selatan

11

13

20

23

Kalimantan Timur

10

12

10

24

27

24

Sulawesi Utara

11

11

19

20

25

Sulawesi Tengah

10

14

19

26

Sulawesi Selatan

26

33

12

19

45

15

60

27

Sulawesi Tenggara

13

15

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

15

31

Maluku Utara

32

Irian Jaya Tengah

33

Irian Jaya Barat

34

Irian Jaya Timur

10

390

74

464

110

112

71

78

441

197

638

1,012

280

1,292

Indonesia

Kepulauan Riau

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

10

28
-

11
26

4
-

0
17

6
6

Lampiran 5.6
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006
Jumlah Rumah Sakit Umum
No

Pengelola

(1)

(2)

2002

2003

2004

2005

(10)

(11)

(12)

(13)

Departemen Kesehatan

14

14

13

13

Pemerintah Provinsi

45

45

43

43

Pemerintah Kab/Kota

287

294

305

322

Depkes + Pemda

346

353

361

378

TNI/POLRI

110

110

110

110

Departemen Lain / BUMN

70

71

71

71

Pemerintah

526

534

542

559

Swasta

427

432

434

436

953

966

976

995

Jumlah
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 5.7
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DEPKES/PEMDA
MENURUT KELAS DAN PROVINSI TAHUN 2005
No

Provinsi

Kelas A

Kelas B

(2)

(3)

(4)

(1)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tenggara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

24

Sulawesi Utara

25

Sulawesi Tengah

26

Sulawesi Selatan

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Irian Jaya Tengah

33

Irian Jaya Barat

34

Irian Jaya Timur


Indonesia

Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

1
1
1
1

Kelas C

Kelas D

(5)

Total

(6)

2
4
2
1
1
1
1
1

9
18
11
8
5
8
3
6
3

5
9
16
1
10
2
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1

2
17
24
4
29
3
4
6
3
7
5
9
5
3
5
17
4
2

2
2
2
3
2

75

231

(7)

3
3
2
3
1
3
1

1
1
5

10
5
4
1
2
2
3
7
1

3
2
1
1
1
66

14
26
15
12
7
12
4
8
3
0
8
28
41
6
45
5
9
7
14
13
10
11
10
6
9
26
6
2
0
6
4
3
4
4
378

Lampiran 5.8

JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT UMUM


MENURUT PENGELOLA TAHUN 2002 - 2006
Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Umum
No

Pengelola

(1)

(2)

Departemen Kesehatan

2002

2003

2004

2005

2006

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

9,086

8,858

8,505

8,483

8,784

Pemerintah Provinsi

12,872

12,958

12,391

12,902

12,834

Pemerintah Kab/Kota

30,316

30,803

31,959

33,896

35,375

Depkes + Pemda

52,274

52,619

52,855

55,281

56,993

TNI/POLRI

10,740

10,718

10,761

10,814

10,842

Departemen Lain / BUMN

6,729

6,758

6,537

6,827

6,880

Pemerintah

69,743

70,095

70,153

72,922

74,715

Swasta

41,796

42,284

42,487

43,364

43,789

111,539

112,379

112,640

116,286

118,504

Jumlah
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 5.9
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDURNYA
MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2002 - 2006

No
(1)

(2)

2004

2003

2002

Jenis Rumah Sakit

2005

2006

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

RS

TT

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

RS Jiwa

51

7,777

51

7,771

51

8,535

51

8,527

51

8,630

RS Kusta

23

2,344

23

2,344

22

2,248

22

2,446

22

2,137

RS TP

722

722

751

766

718

RS Mata

10

418

10

418

10

460

10

475

10

459

RS OP

187

187

187

187

187

RS Penyakit Infeksi

144

144

144

127

144

RS Jantung

214

234

234

234

RS Kanker

129

128

129

172

RS Bersalin

55

2,491

55

2,464

55

2,439

56

2,533

57

2,458

63

3,100

64

3,629

69

3,388

10

RS Ibu dan Anak

63

3,175

11

RS Gigi dan Mulut

11

12

RS Khusus Lainnya

112

4,592

41

1,182

55

1,365

56

1,427

57

1,420

262

18,675

268

18,750

270

19,591

273

20,480

280

19,947

Jumlah
Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI

Lampiran 5.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung

Kepulauan Bangka Belitung


Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Obat Tradisional

Industri Farmasi

Provinsi

Industri Obat Tradisional

Perbekalan Kesehatan
Rumah tangga (PKRT)

Alat Kesehatan

Industri Kecil Obat Tradisional

Kosmetika

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

(30)

(31)

(32)

0
11
2
0
1
1
0
0
0
40
71
25
1
51
22
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
226

0
11
2
0
1
1
0
0
0
40
72
25
1
42
24
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
220

0
11
2
0
1
3
0
0
0
34
76
31
1
42
24
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
227

11
2
0
1
2
0
34
76
31
1
42
24
1
225

10
1
1
34
76
31
1
51
26
1
1
-

1
2
4
0
0
0
0
0
19
33
10
8
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
84

1
2
0
0
0
0
0
0
13
34
10
8
8
6
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
82

1
1
2
2
0
1
0
0
11
0
0
0
17
17
117
37
37
184
10
1
37
29
11
8
351
8
8
6
6
9
0
0
1
0
10
0
0
40
0
0
13
0
9
0
0 0 0
0
0
0
817
92
75 1,634

30
70
5
0
7
6
74
143
36
21
343
28
6
8
6
9
3
39
11
9
36
4
894

30
70
5
0
7
6
74
143
36
21
343
28
6
8
6
9
3
39
11
9
36
4
894

0
15
28
0
1
0
0
0
60
54
33
8
11
20
1
1
0
0
0
0
40
0
0
0
0
0
0
0
0
272

0
18
1
0
1
0
0
0
63
59
33
8
67
22
1
1
0
0
0
92

0
18
18
1
0
1
1
0
0
25
31
31
63
63
33
57
8
8
67
67
22
22
1
1
1
1
0
0
99
108
125
0 2
0
57
0
0
0
25
81
586
451

34
14
0
5
2
0
0
0
85
129
33
8
114
55
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
0
0
483

37
14
1
5
2
0
3
0
95
152
51
8
125
63
0
0
0
0
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
561

1
37
14
1
6
2
0
3
77
168
51
8
125
63
0
0
0
0
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
561

1
37
15
1
6
2
3
77
168
55
8
125
63
1
1
4
567

0
39
5
1
1
0
0
0
181
107
33
4
138
30
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
541

0
39
5
1
1
0
0
0
185
119
45
4
141
32
2
0
0
0
0
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
603

0
39
5
1
1
0
0
0
102
120
45
4
141
32
2
0
0
0
0
29
0
0
391
0
0
0
0
0
0
912

39
5
1
1
102
120
45
4
144
32
2
29
524

Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI

233
466

26
26
28
0
70
70
4
5
5
0
0
0
8
8
7
5
6
6
0
0
0
3
3
3
0
0
0
141
160
74
118
129
143
200
208
208
21
21
21
172
313
343
21
28
28
6
6
6
8
9
8
2
6
6
7
7
7
3
3
3
27
27
35
11
11
11
7
7
8
0
1
3
5
2
36
0
0
0
0
0
0
4
4
4
0
0
2
2
2
801 1,062 1,065

0
0
0
0
0
0
0
0
0
366

1
6
88
96
191

0
6
73
185
55
4
125
74
1
1
4
528

1
1
99
45
8
144
38
2
32
370

Lampiran 5.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN KEFARMASIAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2002 - 2006

No

Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Apotik

Perbekalan Alat Kesehatan

Toko Obat

Penyalur

Sub Penyalur

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

2002

2003

2004

2005

2006

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

92

28

28

28

38

103

106

103

110

499

95

95

121

124

540

51

51

51

499

483

499

386

389

389

389

389

259

36

103

36

86

86

86

100

101

101

165

165

202

195

Sumatera Barat

64

67

67

71

76

158

165

165

105

190

384

397

397

397

360

Riau

63

84

84

79

82

122

192

192

216

269

482

650

650

640

606

Jambi

39

39

37

43

45

75

80

78

94

119

137

309

150

137

141

92

12

12

Sumatera Selatan

76

76

76

76

81

160

137

137

177

183

132

132

130

150

181

87

35

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

10 Kepulauan Riau

41
1
-

13

13

15

14

41

46

57

44

46

51

51

50

54

114

124

127

140

162

21

23

23

41

46

101

101

105

13

20

20

28

117

90

34

142

116

162

122

81
-

82
-

78

29

72

279

29

37

37

32

18

4
-

4
-

34

21

39

13

526

310

310

1,137

1,226

1,226

1,305

1,234

810

962

962

493

493

670

750

750

212

517

349

361

369

1,505

1,566

1,566

1,836

2,073

535

535

535

706

393

30

42

42

84

49

13 Jawa Tengah

225

249

249

249

249

722

879

879

879

1,133

480

600

600

600

600

14 DI Yogyakarta

45

43

43

48

50

208

225

225

225

113

51

45

45

58

58

305

334

290

375

428

1,311

1,331

1,375

1,375

1,721

230

217

15 Jawa Timur
16 Banten

38

45

45

45

62

345

345

345

345

426

17 Bali

73

79

79

78

72

250

250

250

250

336

48

18 Nusa Tenggara Barat

22

23

24

30

32

67

79

84

70

128

60

63

19 Nusa Tenggara Timur

18

19

19

25

27

42

48

48

84

88

81

151

71

14

51

121

12

12

12

27

104

57

76

76

76

63

108

118

151

151

160

36

51

34

51
-

205

71

71

91

526

34

349

96

494

321

96

12 Jawa Barat

85

11 DKI Jakarta

99

2
-

57

80

1
-

255
-

28

293

399

4
-

38

43

43

43

42

62

77

77

87

100

242

301

301

327

323

42

48

48

14

12

12

10

49

55

55

59

72

60

81

81

139

153

33

33

33

33

51

49

51

57

73

84

115

115

134

233

262

321

640

305

45

50

45

115

144

144

197

197

297

386

386

359

308

24 Sulawesi Utara

41

39

39

41

41

73

80

90

90

89

121

135

149

125

125

25 Sulawesi Tengah

19

13

12

23

23

60

60

55

73

75

137

115

105

157

110

26 Sulawesi Selatan

74

79

79

79

79

352

331

331

331

418

385

450

450

398

398

27 Sulawesi Tenggara

11

13

13

15

15

37

39

39

41

62

133

156

156

134

171

36

18

19

19

28

34

36

36

44

42

50

28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat

30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua

Indonesia
Sumber: Ditjen Bina Yanfar dan Alkes, Depkes RI

29

92

92

92

40

40

15

17

55

62

62

62

62

21

23

23

23

16

16

16

14

15

15

29

32

35

41

47

71

75

74

91

94

13

17

25

34

34

17

20

23

27

25

36

35

116

92

102

61

49

48

57

45

1,152

1,639

1,982

1,008

34

34

2,249

2,479

2,445

2,412

9
2,494

109

116

7,767

8,368

8,557

9,095

10,275

39

118

118

5,405

6,610

6,806

6,737

7,056

12
-

12
-

81

16
13

15

12

12

31

33 Irian Jaya Barat

82
-

60

99

53

82
-

125

135

55

66

80

70

82

82

42

35

59

59

59

59

42

42

50

64

21

12

892

12
52

55

4
-

38

12

45

68

41

45

68

10
47

268
295

81

20 Kalimantan Barat

22 Kalimantan Selatan

253
260

81

28
19

81

21
-

255

21 Kalimantan Tengah

23 Kalimantan Timur

98
-

343

711

38

32

12

12
81
-

819

14
-

2,087

32
108
2
2,507

Lampiran 5.12
JUMLAH SARANA USAHA KESEHATAN BERSUMBER DAYA MASYARAKAT (UKBM)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Desa/
Kelurahan
(3)

Sarana UKBM

Rasio Sarana UKBM terhadap Desa/Kelurahan

Posyandu

Polindes

Pos Obat Desa

Posyandu

Polindes

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Pos Obat Desa


(9)

Nanggroe Aceh Darussalam

6,027

5,576

1,473

193

0.93

0.24

0.03

Sumatera Utara

5,379

22,190

644

695

4.13

0.12

0.13

Sumatera Barat

2,235

6,680

834

941

2.99

0.37

0.42

Riau

1,290

4,333

197

57

3.36

0.15

0.04

Jambi

1,227

2,882

77

156

2.35

0.06

0.13

Bengkulu

2,721

5,786

1,499

175

2.13

0.55

0.06

Sumatera Selatan

1,171

1,713

653

137

1.46

0.56

0.12

Lampung

2,155

7,380

1,062

214

3.42

0.49

0.10

Kepulauan Bangka Belitung

319

909

199

59

2.85

0.62

0.18

10

Kepulauan Riau

250

503

227

2.01

0.91

0.03

11

DKI Jakarta

264

3,841

199

14.55

0.75

0.00

12

Jawa Barat

5,769

43,111

1,511

817

7.47

0.26

0.14

13

Jawa Tengah

8,738

46,746

4,411

857

5.35

0.50

0.10

14

DI Yogyakarta

439

5,412

80

111

12.33

0.18

0.25

15

Jawa Timur

8,466

44,095

4,174

192

5.21

0.49

0.02

16

Banten

1,320

8,989

126

94

6.81

0.10

0.07

17

Bali

695

4,589

262

19

6.60

0.38

0.03

18

Nusa Tenggara Barat

778

5,256

479

217

6.76

0.62

0.28

19

Nusa Tenggara Timur

2,510

8,046

1,175

412

3.21

0.47

0.16

20

Kalimantan Barat

1,522

3,705

1,094

271

2.43

0.72

0.18

21

Kalimantan Tengah

1,270

1,706

531

38

1.34

0.42

0.03

22

Kalimantan Timur

2,012

3,411

710

95

1.70

0.35

0.05

23

Kalimantan Selatan

1,143

4,409

337

305

3.86

0.29

0.27
0.08

24

Sulawesi Utara

1,203

2,068

420

94

1.72

0.35

25

Sulawesi Tengah

1,465

2,841

848

53

1.94

0.58

0.04

26

Sulawesi Tenggara

2,812

8,579

1,159

377

3.05

0.41

0.13
1.21

27

Sulawesi Selatan

1,535

2,479

349

1,854

1.61

0.23

28

Gorontalo

419

1,134

266

90

2.71

0.63

0.21

29

Sulawesi Barat

431

6,825

81

15.84

0.19

0.00

30

Maluku

1,038

1,360

208

1.31

0.20

0.00

31

Maluku Utara

707

0.00

0.00

0.00

32

Papua

1,980

2,648

302

1,055

1.34

0.15

0.53

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

704

167

13

0.00

0.24

0.02

69,994

269,202

25,754

9,598

3.85

0.37

0.14

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

Lampiran 5.13
JUMLAH POSYANDU MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

Jumlah Posyandu

(1)

(2)

(3)

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Nanggroe Aceh Darussalam

5,576

4,679

83.9

661

11.85

236

4.23

Sumatera Utara

22,190

5,202

23.4

6,583

29.67

0.01

68

0.00
0.31

Sumatera Barat

6,680

1,326

19.9

2,807

42.02

2.109

0.03

438

6.56

Riau

4,333

881

20.3

2,121

48.95

811

18.72

140

3.23

Jambi

2,882

1,091

37.9

1,058

36.71

684

23.73

49

1.70

Sumatera Selatan

5,786

2,264

39.1

2,280

39.41

1.127

0.02

115

1.99

Bengkulu

1,713

620

36.2

634

37.01

382

22.30

75

4.38

Lampung

7,380

1,725

23.4

3,503

47.47

0.03

263

3.56

Kepulauan Bangka Belitung

909

248

27.3

399

43.89

245

26.95

13

1.43

10

Kepulauan Riau

503

149

29.6

220

43.74

116

23.06

18

3.58

11

DKI Jakarta

3,841

556

14.5

0.05

0.03

162

4.22

12

Jawa Barat

43,111

0.0

0.00

0.00

0.00

13

Jawa Tengah

46,746

7,746

16.6

21

0.04

16

0.03

0.01

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16
17

5,412

1,180

21.8

1,994

36.84

1,762

32.56

476

8.80

44,095

14,637

33.2

16,981

38.51

11,403

25.86

1,074

2.44

Banten

8,989

4,546

50.6

3,118

34.69

1,050

11.68

223

2.48

Bali

4,589

537

11.7

1,314

28.63

2,538

55.31

200

4.36

18

Nusa Tenggara Barat

5,256

2,924

55.6

1,481

28.18

726

13.81

57

1.08

19

Nusa Tenggara Timur

8,046

99

1.2

845

10.50

3,752

46.63

3,204

39.82

20

Kalimantan Barat

3,705

1,557

42.0

1,341

36.19

725

19.57

64

1.73

21

Kalimantan Tengah

1,706

1,195

70.0

358

20.98

141

8.26

12

0.70

22

Kalimantan Selatan

3,411

1,819

53.3

1,154

33.83

372

10.91

66

1.93

23

Kalimantan Timur

4,409

1,318

29.9

1,623

36.81

1,199

27.19

261

5.92

24

Sulawesi Utara

2,068

645

31.2

743

35.93

678

32.79

58

2.80

25

Sulawesi Tengah

2,841

1,139

40.1

1,070

37.66

580

20.42

52

1.83

26

Sulawesi Selatan

8,579

4,073

47.5

2,924

34.08

1,453

16.94

129

1.50

27

Sulawesi Tenggara

2,479

772

31.1

845

34.09

654

26.38

170

6.86

28

Gorontalo

1,134

565

49.8

431

38.01

138

12.17

0.00

29

Sulawesi Barat

6,825

0.0

0.00

0.00

0.00

30

Maluku

1,360

1,360

100.0

0.00

0.00

0.00

31

Maluku Utara

0.0

32

Papua

2,648

1,178

44.5

880

394

14.88

196

7.40

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI

0.0

269,202

66,031

24.5

57,390

33.23
21.32

30,063

11.17

7,586

2.82

Lampiran 5.14
JUMLAH POLINDES MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Jumlah

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

Polindes

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

1,473

809

54.92

41

2.78

0.34

0.14

644

235

36.49

357

55.43

51

7.92

0.16

Sumatera Barat

834

461

55.28

289

34.65

76

9.11

0.96

Riau*

197

74

37.56

29

14.72

21

10.66

0.51

Jambi*

77

62

80.52

12

15.58

2.60

1.30

Sumatera Selatan

1,499

0.00

0.00

0.00

Bengkulu

653

397

60.80

225

34.46

31

4.75

0.00

Lampung

1,062

1,062

100.00

0.00

0.00

0.00

Kepulauan Bangka Belitung

199

199

100.00

0.00

0.00

0.00

10

Kepulauan Riau

227

11

DKI Jakarta

199

199

12

Jawa Barat

1,511

13

Jawa Tengah*

4,411

2,831

14

DI Yogyakarta*

15

Jawa Timur

0.00

0.00

0.00

100.00

0.00

0.00

0.00

64.18

0.00

0.00

0.00

946

21.45

471

10.68

149

3.38

80

24

30.00

15

18.75

7.50

7.50

4,174

1,577

37.78

1,231

29.49

1,162

27.84

204

4.89

16

Banten

126

126

100.00

0.00

0.00

0.00

17

Bali

262

109

41.60

95

36.26

56

21.37

0.76

18

Nusa Tenggara Barat*

479

270

56.37

57

11.90

85

17.75

67

13.99

19

Nusa Tenggara Timur

1,175

839

71.40

193

16.43

129

10.98

14

1.19

20

Kalimantan Barat*

1,094

610

55.76

295

26.97

186

17.00

0.00

21

Kalimantan Tengah

531

450

84.75

57

10.73

22

4.14

0.38

22

Kalimantan Selatan

710

450

63.38

156

21.97

98

13.80

0.85

23

Kalimantan Timur

337

189

56.08

88

26.11

38

11.28

22

6.53

24

Sulawesi Utara

420

308

73.33

83

19.76

0.00

0.00

25

Sulawesi Tengah

848

584

68.87

188

22.17

59

6.96

17

2.00

26

Sulawesi Selatan*

1,159

488

42.11

2,543

219.41

171

14.75

0.17

27

Sulawesi Tenggara*

349

155

44.41

9,900

2836.68

83

23.78

12

3.44

28

Gorontalo

266

212

79.70

49

18.42

1.88

0.00

29

Sulawesi Barat

81

0.00

0.00

0.00

30

Maluku*

208

208

100.00

0.00

0.00

0.00

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat*


Indonesia

Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI


* = data 2004

302

134

44.37

85

28.15

54

17.88

29

9.60

167

167

100.00

0.00

25,754

13,229

51.37

16,934

65.75

0
2,811

0.00
10.91

0
545

0.00
57.73

Lampiran 5.15
JUMLAH POS OBAT DESA (POD) MENURUT TINGKAT PERKEMBANGANNYA DAN PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

POD

(1)

(2)

(3)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat
Indonesia

Sumber Data : Ditjen Binkesmas, Depkes RI

193
695
941
57
156
175
137
214
59
7
0
817
857
111
192
94
19
217
412
271
38
95
305
94
53
377
1,854
90
0
0
0
1,055
13
9,598

Pratama

Madya

Purnama

Mandiri

Jumlah

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

152
0
549
0
138
0
96
187
0
0
0
0
547
5
113
93
17
196
301
250
35
63
217
48
42
301
761
89
0
97
0
442
0
4,739

78.76
0.00
58.34
0.00
88.46
0.00
70.07
87.38
0.00
0.00
0.00
63.83
4.50
58.85
98.94
89.47
90.32
73.06
92.25
92.11
66.32
71.15
51.06
79.25
79.84
41.05
98.89
42
0.00
49.37

13
0
280
0
17
0
30
15
0
0
0
0
193
6
18
1
2
18
82
21
2
32
70
34
11
68
637
1
0
0
343
0
1,894

6.74
0.00
29.76
0.00
10.90
0.00
21.90
7.01
0.00
0.00
0.00
22.52
5.41
9.38
1.06
10.53
8.29
19.90
7.75
5.26
33.68
22.95
36.17
20.75
18.04
34.36
1.11
32.51
0.00
19.73

28
0
112
0
1
0
2
8
0
0
0
0
116
0
17
0
0
0
27
0
0
0
14
2
0
7
381
0
0
0
187
0
902

14.51
0.00
11.90
0.00
0.64
0.00
1.46
3.74
0.00
0.00
0.00
13.54
0.00
8.85
0.00
0.00
0.00
6.55
0.00
0.00
0.00
4.59
2.13
0.00
1.86
20.55
0.00
17.73
0.00
9.40

0
0
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
2
23
0
0
3
2
0
1
0
3
0
0
1
75
0
0
0
77
0
197

0.00
0.00
0.96
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.12
1.80
11.98
0.00
0.00
1.38
0.49
0.00
2.63
0.00
0.98
0.00
0.00
0.27
4.05
0.00
7.30
0.00
2.05

Lampiran 5.16
REKAPITULASI INSTITUSI POLTEKKES
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2006
Jurusan / Program Studi
No

KEPERAWATAN

Provinsi

(1)

(2)

Keperawatan

Kebidanan

KEFARMASIAN
Kesehatan
Gigi

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

Jambi

Sumatera Selatan

Bengkulu

Lampung

Kepulauan Bangka Belitung

Farmasi
(6)

KESMAS

GIZI

Analis Farmasi Kesehatan

Gizi

KETERAPIAN FISIK
Fisioterapi

KETEKNISIAN MEDIS

Okupasi

Analis

Teknik

Teknik

Teknik

Ortotik

Terapi

Kesehatan

Elektromedik

Radiodiagnostik

Gigi

Prostetik

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

TOTAL

& Makanan

Lingkungan

(7)

(8)

(9)

(10)

7
1

1
1

4
1

1
1

(17)

0
0

10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

17 Bali

16

18 Nusa Tenggara Barat

19 Nusa Tenggara Timur

20 Kalimantan Barat

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

26 Sulawesi Selatan

27 Sulawesi Tenggara

28 Gorontalo

30 Maluku

31 Maluku Utara

32 Papua

TOTAL

67

48

18

20

24

12

32.7

23.4

8.8

2.9

0.5

9.8

11.7

1.0

0.5

5.9

1.0

1.0

0.5

0.5

1
1

16

16
6

20
0

16 Banten

1
1

1
1

4
1

10

29 Sulawesi Barat

33 Irian Jaya Barat

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

205

Lampiran 5.17
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI JURUSAN/PROGRAM STUDI POLTEKKES
TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Strata

Jumlah

Jurusan/Program Studi

Non Akreditasi

Belum Akreditasi

(6)

(7)

(8)

Jumlah

(9)

(10)

(3)

(4)

(5)

Banda Aceh

Medan

Pekanbaru

40.00

Padang

85.71

Jambi

100.00

Bengkulu

66.67

Palembang

100.00

Tanjung Karang

100.00

Jakarta I

100.00

10

Jakarta II

100.00

11

Jakarta III

12

Bandung

11

13

Tasikmalaya

14

Yogyakarta

100.00

15

Semarang

11

11

100.00

16

Surakarta

80.00

17

Surabaya

13

13

100.00

18

Malang

100.00

19

Denpasar

100.00

20

Mataram

100.00

21

Kupang

22

Pontianak

23

Palangkaraya

24

Samarinda

25
26

100.00

100.00

100.00

11

100.00

100.00

87.50

66.67

66.67

50.00

Banjarmasin

100.00

Palu

100.00

27

Makassar

10

28

Kendari

29

Manado

30

Ambon

31

Ternate

32

Jayapura

Jumlah

205

%
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

2
5

80.00

100.00

44.44

100.00

66.67

55.56

181

88.29

73

104

24

40.33

57.46

2.21

0.00

13.26

Lampiran 5.18
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON POLITEKNIK KESEHATAN
MENURUT JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN PROVINSI TAHUN 2006

2 Sumatera Utara

37

33

13
6

3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi

2
6

7 Bengkulu

8 Lampung

9 Kepulauan Bangka Belitung

1
1

12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta
1

16 Banten

34

17

1
1

(20)

(21)

1
1
1

Kardiovaskuler

(19)

PTTD

(18)

ATEM

AAK
(17)

APIKES

ATG
(16)

ARO

SMAK
(15)

ATRO

AKUPUNTUR
(14)

1
2

(22)

(23)

(24)

32

93

30

21

24

1
2

10

6
1

12

4
4
1

42

16

19 Nusa Tenggara Timur

4
6

21 Kalimantan Tengah

22 Kalimantan Selatan

23 Kalimantan Timur

24 Sulawesi Utara

25 Sulawesi Tengah

27 Sulawesi Tenggara

18 Nusa Tenggara Barat

33

20 Kalimantan Barat

3
7

10

(13)

43

17 Bali

26 Sulawesi Selatan

(12)

15 Jawa Timur

(11)

Jumlah

10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta

(10)

11

6 Sumatera Selatan

(9)

Keteknisian Medis

ATW

(8)

AKFIS

(7)

AKZI

(6)

12

Keterapian

Gizi

AKL

(5)

Kesmas

AKFAR

(4)

AKAFARMA

(3)

1 Nanggroe Aceh Darussalam

SMF

(2)

Kefarmasian

AKBID

(1)

AKPER

Provinsi

SPRG

No

SPK

Keperawatan

23

1
3

2
2

113
1

16

83
9

10
5

10

1
4

1
1

12
1

8
1

2
12

45
7

28 Gorontalo

29 Sulawesi Barat

30 Maluku

31 Maluku Utara
32 Papua
33 Irian Jaya Barat
JUMLAH

81
24

1
1

1
1

4
0

17

308

169

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

32

16

29

13

14

20

16

685

Lampiran 5.19
REKAPITULASI STRATA AKREDITASI INSTITUSI NON POLTEKKES
TAHUN 2006

No

Provinsi

Strata

Jumlah

Institusi

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua
Irian Jaya Barat

32

18

93

48

23

30

19

Jumlah

Jumlah

(8)

(9)

(10)

25

78.13

17

76

78.13

Non Akreditasi Belum Akreditasi


(7)

22

73.33

21

11

10

11

52.38

10

70.00

20

83.33

24

12

83.33

12

58.33

66.67

66.67

72

88.89

81

64

24

16

19

79.17

113

11

67

30

83

73.45

16

83

18

56

10

13

81.25

74

89.16

44.44

100.00
30.00

60.00

70.00

60.00

12

66.67

50.00

66.67

100.00

16

29

64.44

28.57

50.00

518

75.62

5
10
5

45

22

4
685

%
Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

2
61

402

54

167

11.78

77.61

10.42

0.19

24.38

Lampiran 5.20
JUMLAH INSTITUSI DIKNAKES NON-POLTEKKES MENURUT STATUS KEPEMILIKAN
PER DESEMBER 2006
No.

Jenis Tenaga Kesehatan

(1)

(2)

KEPERAWATAN
1 SPK
2 AKPER
3 AKBID
4 SPRG
5 AKG
Sub Total

KEFARMASIAN
1 SMF
2 AKAFARMA
3 AKFAR
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL
Sub Total
GIZI
1 AKZI
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS
2 AOT
3 ATW
4 AKUPUNKTUR
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK
2 AAK
3 ATG
4 PTTD
5 ATRO
6 APIKES
7 ATEM
8 ARO
9 AOP
10 KARDIOVASKULER
Sub Total
Jumlah
%

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

Jumlah

Daerah

TNI / Polri

Swasta

(3)

(4)

(5)

(6)

6
69
17

8
12
1
3

3
227
151
1

92

24

382

17
308
169
4
0
498

30
17
26
73

32
17
29
78

1
1

11
11

12
12

1
1

8
8

9
9

14

14
0
1
2
17

2
2

1
3

1
2
17
1
2

1
1

3
99
14.5

3
30
4.4

6
18
1
2
8
16
5
8
1
65
556
81.2

8
20
2
2
8
16
6
8
0
1
71
685

Lampiran 5.21
REKAPITULASI DATA SDM KESEHATAN PER PROPINSI TAHUN 2005

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Nanggroe Aceh Darussalam


Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau

Jumlah
Jumlah
Kab/Kota Kab/Kota
masuk
(3)

(4)

Tenaga Medis

Keperawatan

Dr.Spes

Dr.Umum

Dr.Gigi

S.Kprwt

Perawat

Bidan

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

21
21
142
681
125
80
25
23
350
1,274
469
136
19
19
298
589
227
75
11
5
171
418
137
20
10
10
69
384
170
17
14
14
69
443
104
25
9
9
64
329
60
68
10
10
282
1,163
415
96
7
7
41
145
49
10
6
6
105
309
105
19
DKI Jakarta
6
6
4,833
1,412
896
333
Jawa Barat
25
25
545
2,134
791
2
Jawa Tengah
35
35
563
2,241
642
48
DI Yogyakarta
5
5
27
91
72
29
Jawa Timur
38
38 6,853
1,499
547
Banten
6
2
26
523
110
24
Bali
9
9
395
554
137
54
Nusa Tenggara Barat
9
9
65
327
95
41
Nusa Tenggara Timur
16
15
65
283
61
22
Kalimantan Barat
12
10
79
342
113
71
Kalimantan Tengah
14
12 273
49
47
Kalimantan Selatan
26
26
171
1,622
109
45
Kalimantan Timur
13
12
103
566
341
62
Sulawesi Utara
9
9
217
715
61
14
Sulawesi Tengah
10
10
57
282
67 Sulawesi Selatan
23
23
823
787
663
75
Sulawesi Tenggara
10
10
35
205
46
30
Gorontalo
5
5
1
39
11
2
Sulawesi Barat
5
5 35
16 Maluku
9
8
29
126
24
63
Maluku Utara
8
8
25
81
27
6
Papua
19
19
49
253
51
14
Irian Jaya Barat
7
7
18
51
25
50
Indonesia
451
432
9,717
25,530
7,767
2,125
Sumber : Dinas Kesehatan se Indonesia, melalui pengumpulan data Pusdatin, Depkes RI, Desember 2006

3,128
7,378
2,768
1,940
1,908
2,925
1,603
3,310
922
1,215
13,872
12,871
584
2,147
19,829
1,638
3,360
2,138
3,001
3,169
1,770
2,635
3,307
2,704
2,554
5,055
1,536
535
285
1,319
258
2,646
1,554
115,864

1,997
6,462
2,332
660
1,577
2,274
1,551
2,128
377
543
2,125
6,955
7,462
556
10,359
336
1,302
1,028
2,087
1,370
1,010
1,925
1,192
1,002
1,693
1,967
690
559
118
882
417
1,524
400
66,860

Kefarmasian
S1
Ass Apt
Farmasi & Apt
(11)

Kesmas
Tenaga
S.Kesmas Sanitarian Gizi

(12)

37
152
117
70
65
94
29
60
22
39
134
183
100
48
705
28
68
64
57
62
33
68
80
49
154
142
56
34
5
8
460
28
289
3,540

390
740
534
193
233
140
119
198
61
105
1,149
790
757
308
1,977
134
230
154
262
178
82
337
186
117

(13)

379
329
262
101
163
203
123
364
94
59
215
510
65
800
69
191
275
91
154
139
319
168
81
259
687
434

312
92
-

3
9
23
45
245
10,103

20
54
31
120
30
6,789

(14)

536
506
986
106
425
422
2
427
70
75
183
1,340
1,175
125
1,342
46
458
371
302
433
232
557
332
311
435
25
333
29
19
164
52
170
91
12,080

Keterapian Keteknisan Kesehatan


Non
Fisik
Medis
Kesehatan

(15)

260
598
227
89
147
254
25
233
56
58
425
630
742
89
1,222
72
233
326
208
324
136
375
204
152
170
106
390

(16)

25
119
33
178
8
122
38
6
11
294
2
52
50
311
39
262
19
11
21
20
240
181
18
20
449
19
6

25
223
13
175
39
8,226

8
42
6
8
2,618

(17)

74
560
255
38
242
228
147
332
40
98
1,140
292
121
98
1,924
167
458
320
117
323
170
13
29
54
130
502
164
114
11
21
70
147
10
8,409

(18)

7,854
19,073
8,703
4,121
5,408
7,181
4,242
9,046
1,893
2,741
27,011
27,045
14,487
3,705
47,368
3,212
7,702
5,223
6,567
6,639
3,961
8,416
6,751
5,495
5,821
11,593
4,030
1,330
537
2,930
1,505
5,228
2,810
279,628

(19)

131
343
872
1,082
102
8,714
301
599
5,692
5
15,099
2,264
834
932
1,277
575
418
918
59
117
85
260
40,679

Total
(20)

7,854
19,204
8,703
4,464
6,280
8,263
4,344
17,760
2,194
3,340
27,011
32,737
14,487
3,710
62,467
3,212
9,966
5,223
6,567
7,473
4,893
8,416
8,028
5,495
6,396
12,011
4,948
1,389
654
2,930
1,590
5,488
2,810
320,307

Lampiran 5.22
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KETENAGAAN TAHUN 2006

No

Provinsi

Medis

Keperawatan

Kefarmasian

Gizi

Kesmas

Keterapian
Fisik

Keteknisan
Medis

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

Jumlah

Jumlah Tenaga

Jumlah SDM

Tenaga Kesehatan
(10)

Non Kesehatan
(11)

Kesehatan
(12)

393

1,476

129

60

93

40

194

2,385

621

3,006

1,781

7,139

630

298

151

103

644

10,746

4,625

15,371

Sumatera Barat

791

2,942

339

136

129

60

317

4,714

1,873

6,587

Riau

599

2,918

279

80

67

51

272

4,266

1,873

6,139

Jambi

212

855

102

47

58

15

101

1,390

430

1,820

Sumatera Selatan

671

2,783

224

115

90

58

214

4,155

1,935

6,090

Bengkulu

112

731

60

54

51

18

75

1,101

248

1,349

Lampung

308

1,720

110

80

76

36

200

2,530

1,376

3,906

71

371

30

13

31

532

260

792

28,387

17,284

45,671

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

5,205

17,804

1,685

626

415

385

2,267

12

Jawa Barat

3,054

12,034

995

367

323

208

1,183

18,164

10,369

28,533

13

Jawa Tengah

3,132

14,105

1,280

665

391

348

1,607

21,528

13,678

35,206

14

DI Yogyakarta

1,255

3,380

295

91

59

83

412

5,575

2,681

8,256

15

Jawa Timur

3,408

14,597

1,134

545

318

315

1,275

21,592

13,567

35,159

16

Banten

434

2,169

166

56

68

48

235

3,176

1,879

5,055

17

Bali

985

3,252

209

153

185

44

228

5,056

1,615

6,671

18

Nusa Tenggara Barat

208

1,145

57

59

56

19

145

1,689

718

2,407

19

Nusa Tenggara Timur

257

1,416

122

46

35

20

153

2,049

812

2,861
3,623

20

Kalimantan Barat

232

1,609

105

80

85

24

147

2,282

1,341

21

Kalimantan Tengah

140

904

56

40

52

18

83

1,293

265

1,558

22

Kalimantan Selatan

243

1,569

153

113

98

24

162

2,362

761

3,123

23

Kalimantan Timur

413

2,411

184

94

71

41

196

3,410

1,769

5,179

24

Sulawesi Utara

446

1,993

69

64

42

20

58

2,692

1,348

4,040

25

Sulawesi Tengah

182

1,118

74

37

120

22

74

1,627

470

2,097

26

Sulawesi Selatan

1,005

4,337

299

216

267

124

423

6,671

1,990

8,661

27

Sulawesi Tenggara

96

779

45

71

35

19

70

1,115

329

1,444

28

Gorontalo

60

167

12

258

51

309

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

29

996

506

1,502
449

94

786

20

35

25

31

Maluku Utara

35

269

11

18

349

100

32

Irian Jaya Tengah

49

365

28

12

31

496

311

807

33

Irian Jaya Barat

86

503

22

19

19

36

693

154

847

34

Irian Jaya Timur


Indonesia
%

Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, Desember 2006

135

687

25

43

19

106

1,023

483

26,092

108,334

8,945

4,332

3,426

2,184

10,989

164,302

85,722

10.4

43.3

3.6

1.7

1.4

0.9

4.4

65.7

34.3

1,506
250,024

Lampiran 5.23

JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN PUSKESMAS


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Dokter Umum
(3)

SKM

Dokter Gigi
(4)

Bidan

(5)

Ahli Gizi

(6)

Sanitarian

(7)

(8)

Penyuluh
Kesehatan

Perawat

(9)

(10)

Apoteker/

Analis

Ass.Apoteker

Laboratorium

(11)

(12)

Jumlah Tenaga
(13)

Nanggroe Aceh Darussalam

312

46

117

2,037

218

332

17

2,038

134

153

5,404

Sumatera Utara

924

359

101

6,138

347

323

57

4,204

289

245

12,987

Sumatera Barat

266

150

69

1,558

141

202

13

1,264

143

120

3,926

Riau

348

155

22

1,035

82

105

12

1,639

78

80

3,556

Jambi

248

71

25

1,100

64

185

1,212

79

142

3,134

Sumatera Selatan

344

91

134

2,135

195

242

94

1,917

168

105

5,425

Bengkulu

164

36

23

1,129

74

77

749

36

30

2,318

Lampung

279

126

49

1,507

122

208

1,404

37

87

3,821

94

30

28

288

39

34

480

16

20

1,033

127

44

295

31

25

14

555

35

20

1,154

Kep.Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

216

301

32

598

86

56

537

48

23

1,897

12

Jawa Barat

1,179

731

565

4,669

485

721

38

5,331

222

393

14,334

13

Jawa Tengah

1,499

582

282

7,072

640

753

91

5,084

225

437

16,665

14

DI Yogyakarta

335

182

46

651

121

145

792

46

162

2,480

15

Jawa Timur

1,187

644

84

6,446

1,552

939

209

4,984

270

332

16,647

16

Banten

335

161

61

1,270

61

84

19

1,302

10

30

3,333

17

Bali

243

123

50

860

75

216

949

39

34

2,597

18

Nusa Tenggara Barat

196

78

59

955

275

247

32

1,421

59

165

3,487

19

Nusa Tenggara Timur

259

41

20

1,871

156

234

12

1,902

98

54

4,647

20

Kalimantan Barat

209

68

16

1,216

158

226

18

1,715

38

159

3,823

21

Kalimantan Tengah

95

26

489

42

60

12

737

12

33

1,513

22

Kalimantan Selatan

289

77

73

1,274

191

293

16

1,208

139

152

3,712

23

Kalimantan Timur

220

123

19

632

75

263

1,073

51

45

2,501

24

Sulawesi Utara

210

20

17

708

241

463

1,088

19

10

2,776

25

Sulawesi Tengah

173

42

61

1,372

77

247

1,480

37

31

3,520

26

Sulawesi Tenggara

434

203

296

1,523

296

305

79

2,437

50

239

5,862

27

Sulawesi Selatan

143

39

49

505

218

167

13

1,101

10

31

2,276

28

Gorontalo

80

17

30

257

59

101

384

936

29

Sulawesi Barat

34

13

109

19

32

315

17

549

30

Maluku

38

335

50

44

32

418

937

31

Maluku Utara

38

10

283

51

33

301

14

747

32

Papua

117

14

17

867

72

83

1,307

68

2,549

33

Irian Jaya Barat

128

33

41

984

102

99

10

1,425

13

121

2,956

10,763

4,631

2,430

52,168

6,415

7,544

818

52,753

2,428

3,552

143,502

Jumlah
Sumber : Pusdatin, Depkes RI, 2006

Lampiran 5.24

JUMLAH PTT YANG MASIH AKTIF


MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
No

Provinsi

Dokter Umum

Dokter Gigi

Bidan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Jumlah Tenaga
(6)

Nanggroe Aceh Darussalam

489

72

4,269

4,830

Sumatera Utara

638

184

3,173

3,995

Sumatera Barat

469

125

1,063

1,657

Riau

285

91

618

994

Jambi

375

82

839

1,296

Sumatera Selatan

243

49

1,522

1,814

Bengkulu

276

50

1,017

1,343

Lampung

185

163

1,284

1,632

Kep.Bangka Belitung

79

27

172

278

10

Kepulauan Riau

84

31

46

161

11

DKI Jakarta

42

14

56

12

Jawa Barat

803

218

2,479

3,500

13

Jawa Tengah

1,026

213

4,599

5,838

14

DI Yogyakarta

146

64

212

422

15

Jawa Timur

533

301

4,334

5,168

16

Banten

146

121

533

800

17

Bali

120

41

378

539

18

Nusa Tenggara Barat

131

38

349

518

19

Nusa Tenggara Timur

457

66

1,756

2,279

20

Kalimantan Barat

172

67

901

1,140

21

Kalimantan Tengah

228

21

778

1,027

22

Kalimantan Selatan

341

98

848

1,287

23

Kalimantan Timur

111

52

113

276

24

Sulawesi Utara

204

16

471

691

25

Sulawesi Tengah

196

12

1,099

1,307

26

Sulawesi Tenggara

195

25

417

637

27

Sulawesi Selatan

236

187

863

1,286

28

Gorontalo

132

26

110

268

29

Sulawesi Barat

110

39

156

30

Maluku

102

21

632

755

31

Maluku Utara

66

77

32

Papua

200

30

234

33

Irian Jaya Barat


Jumlah

Sumber : Biro Kepegawaian, Depkes

76

82

8,896

2,555

34,892

46,343

Lampiran 5.25
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DIRUMAH SAKIT PEMERINTAH/ SWASTA DAN PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006
RS PEMERINTAH
No

Provinsi

(1)

(2)

RS TNI/POLRI/BUMN

18

42

AA/SMF/
D3 FAR
(5)
135

15

Sumatera Barat

17

Riau

11

Nanggroe Aceh Darussalam

Sumatera Utara

3
4

SAR

APT

(3)

(4)

RS KHUSUS

SAR

APT

AA/SMF/
D3 FAR

SAR

APT

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

DI PUSKESMAS
AA/SMF/ SARANA
D3 FAR
(11)

(12)

RS SWASTA

APT

AA/SMF/
D3 FAR

SAR

APT

(13)

(14)

(15)

(16)

AA/SMF/
D3 FAR
(17)

272

260

30

127

44

66

11

13

220

16

30

13

17

Jambi

10

20

77

152

101

Bengkulu

12

213

82

Sumatera Selatan

13

10

96

54

Lampung

11

21

102

231

96

15

15

45

Kepulauan Bangka Belitung

10

21

47

36

10

Kepulauan Riau

13

19

10

46

44

11

23

11

DKI Jakarta

18

22

34

12

32

335

33

130

77

12

Jawa Barat

34

84

169

16

11

15

965

12

385

63

79

20

13

Jawa Tengah

42

42

10

10

841

436

77

77

14

DI Yogyakarta

20

117

66

32

29

68

15

Jawa Timur

41

52

114

32

928

23

480

70

16

Banten

21

21

180

18

24

34

17

Bali

11

12

129

110

25

18

Nusa Tenggara Barat

17

34

130

59

19

Nusa Tenggara Timur

25

70

176

20

Kalimantan Barat

13

17

46

206

10

21

Kalimantan Tengah

14

14

10

38

14

22

Kalimantan Timur

13

26

54

201

130

23

Kalimantan Selatan

12

45

79

27

188

18

66

22

12

21

24

Sulawesi Utara

224

23

23

14

25

Sulawesi Tengah

11

20

28

144

21

26

Sulawesi Tenggara

24

21

84

365

211

13

13

10

27

Sulawesi Selatan

10

21

156

24

28

Gorontalo

11

51

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


Indonesia

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

77

22

15

10

11

16

175

26

73

11

379

657

1,369

136

90

145

361

51

427

11

64

6,488

124

2,848

501

318

304

Lampiran 5.26
JUMLAH DAN JENIS KETENAGAAN FARMASI DISARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

SARANA PRODUKSI
INDUSTRI FARM. OBAT TRAD.
PKRT
ALKES
KOSMETIKA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA SAR APT AA

(2)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

SARANA DISTRIBUSI DAN PELAYANAN


APOTIK
TO
PENYALUR
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SAR
APT
AA
SAR
AA
SAR
APT
AA

PBF
JUMLAH
SAR APT AA

(3)

(4)

(5)

Nanggroe Aceh Darussalam

12

(17)

(18)

38

'(19)

Sumatera Utara

10

110

Sumatera Barat

Riau

(20)

16

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

SUB PENYALUR
JUMLAH
SAR APT AA

(28)

(29)

(30)

JUMLAH

(31)

SAR

APT

AA

(32)

(33)

(34)

124

540

292

13

702

16

317

386

259

765

76

190

360

626

82

269

269

606

606

195

188

1,153

272

795
226

Jambi

45

119

141

141

12

85

325

Bengkulu

27

11

11

81

183

183

181

94

554

221

Sumatera Selatan

14

46

11

15

34

22

95

11

39

Lampung

54

53

162

162

297

122

39

39

381

162

390

Kepulauan Bangka Belitung

46

45

72

31

28

13

152

49

50

10

Kepulauan Riau

20

20

105

105

169

279

341

13

13

19

22

440

107

569

117

139

73

15

27

99

45

54

310

1234

1317

2827

493

2,360

1,716

2,908

184

182

185

369

- 363

2073

1804

279

393

393

3379

2069

1019

6,659

4,207

2,056

252

1133

700

600

600

1896

2,150

1,060

2,962

50

113

331

401

58

58

269

341

514

1721

277

2850

217

3,037

577

2,940

368

121

11

DKI Jakarta

34

200

12

Jawa Barat

76

152

13

Jawa Tengah

31

100 130

37

210

55

45

47

84

249

14

DI Yogyakarta

29

28

50

15

Jawa Timur

51

122

50

351

165

11

125

12

144

428

16

Banten

26

52

38

74

36

38

36

62

59

426

355

17

Bali

72

72

336

324

63

128

128

33

118

88

160

100

100

3
-

18

Nusa Tenggara Barat

32

19

Nusa Tenggara Timur

27

20

Kalimantan Barat

10

42

42

21

Kalimantan Tengah

10

22

Kalimantan Timur

40

35

88

32

32

57

23

Kalimantan Selatan

13

45

1
-

456

104

277

323

67

753

489

541

52

578

338

639

69

65

63

343

133

230

99

375

82

558

104

494
172

104

87

82

72

72

17

153

153

235

72

56

134

305

321

135

791

444

45

197

197

240

308

207

35

17

81

81

679

199

591

24

Sulawesi Utara

41

41

89

125

82

82

350

131

25

Sulawesi Tengah

23

23

75

75

116

110

126

208

75

265

26

Sulawesi Tenggara

79

27

Sulawesi Selatan

15

15

896

312

63

131

42

23

30

Maluku

15

47

94

32

31

Maluku Utara

34

34

26

25

32

Papua

35

33

Irian Jaya Barat

370 131

170

2,503

Sumber : Direktorat Komunitas, Ditjen Binkesmas, Depkes RI

85

534

63

62

96

743

817

64

658 227

78

233

171

Gorontalo

398

38

Sulawesi Barat

63

28

62

29

Indonesia

418

30

4
-

34
29

34

14

24

23

50

80

34

42

79

24

23

188

62

34

38
108

102

49

108

186

57

57

45

45

113

57

59

2,071

1,208

825

619

26,454

10,370

17,674

### 10,332 6,667 9,192 7,056 4,929

3,688

Lampiran 5.27
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007
DI POLTEKKES MENURUT PROFESI
No

Jenis Profesi
(2)

(1)

(5)

(6)

5,392

4,605

4,367

14,364

3,831

3,484

11,379

1,054

1,120

981

3,155

10,510

9,556

8,832

28,898

KEFARMASIAN
Analisa Farmasi dan Makanan

100

80

80

260

Farmasi

470

440

390

1,300

570

520

470

1,560

Kesehatan Lingkungan

1,384

1,390

1,184

3,958

Sub Total

1,384

1,390

1,184

3,958

1,659

1,495

1,330

4,484

1,659

1,495

1,330

4,484

140

160

160

460

50

80

80

210

190

240

240

670

760

821

704

2,285

KESEHATAN MASYARAKAT

GIZI

Sub Total
KETERAPIAN FISIK
Fisioterapi
Okupasi Terapi
Sub Total
6

(4)

4,064

Gizi

(3)

Jumlah

Kebidanan

Sub Total

III

Keperawatan

Sub Total

Peserta Didik
II

KEPERAWATAN

Kesehatan Gigi

KETEKNISIAN MEDIS
Analis Kesehatan
Teknik Gigi

50

80

80

210

Teknik Radiodiagnostik dan Terapi

225

160

180

565

Teknik Elektromedik

220

200

180

600

30

50

40

120

Sub Total

1,285

1,311

1,184

3,780

Jumlah

15,598

14,512

13,240

43,350

Ortetik Prostetik

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

Lampiran 5.28
JUMLAH PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2006/2007
DI NON POLTEKKES MENURUT PROFESI
No

Jenis Profesi

Peserta Didik
I

II

III

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Keperawatan
SPK
AKPER
AKBID
SPRG
Sub Total

1,485
27,871
10,443
370
40,169

1,320
24,027
6,166
290
31,803

1,665
21,613
5,241
290
28,809

4,470
73,511
21,850
950
100,781

Kefarmasian
SMF
AKAFARMA
AKFAR
Sub Total

3,386
1,350
2,125
6,861

2,858
1,150
1,700
5,708

2,679
891
1,208
4,778

8,923
3,391
5,033
17,347

Kesehatan Masyarakat
AKL
Sub Total

1,160
1,160

900
900

887
887

2,947
2,947

Sub Total

665
665

730
730

494
494

1,889
1,889

Keterapian Fisik
AKFIS
ATW
Akupuntur
Sub Total

920
100
120
1,140

730
80
50
860

734
50
80
864

2,384
230
250
2,864

750
1,690
100
140
630
1,225
380
700
60

598
1,380
160
115
390
890
290
460
50

584
1,196
130

1,932
4,266
390
255
1,409
2,961
1,020
1,540
110

Gizi
AKZI

(6)

Keteknisian Medik
SMAK
AAK
ATG
PTTD
ATRO
APIKES
ATEM
ARO
KARDIOVAKULER
Sub Total
TOTAL

389
846
350
380

5,675

4,333

3,875

13,883

55,670

44,334

39,707

139,711

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

Lampiran 5.29
JUMLAH PESERTA DIDIK PROGRAM KHUSUS
TAHUN 2006
No

Provinsi

(1)

(2)

Keperawatan

Kebidanan

(3)

(4)

Peserta Didik
Kesehatan Gigi Analis Kesehatan

Gizi
(5)

(6)

(7)

Jumlah
Kesehatan Lingkungan

Farmasi

(8)

(9)

(10)

Nanggroe Aceh Darussalam

185

Sumatera Utara

185

85

313

Sumatera Barat

398

163

130

Riau

293

80

85

Jambi

Sumatera Selatan

38

190

Bengkulu

80

120

200

Lampung

80

80

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

220

204

36

13

Jawa Tengah

208

444

40

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

168

18

Nusa Tenggara Barat

218

19

Nusa Tenggara Timur

132

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tengah

70

110

22

Kalimantan Selatan

137

175

23

Kalimantan Timur

93

50

24

Sulawesi Utara

51

40

25

Sulawesi Tengah

120

26

Sulawesi Selatan

385

27

Sulawesi Tenggara

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat


JUMLAH

165

100

40

140

45

273

0
0
368

30

398
460
57

40

789

45

866

80
499

80
322
80

74

19

99
168

90

308
132

50

40

35

40

239
180

40

50

402
143
91
120

244

75

40

80

744
80

0
40

80

120

115

115
0

3,504

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

3,122

85

191

147

54

165

7,268

Lampiran 5.30
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES POLTEKKES DAN NON POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2006
No

Jenis Tenaga Kesehatan

(1)

(2)

KEPERAWATAN
1 SPK
2 AKPER
3 AKBID
4 SPRG
5 AKG
Sub Total

KEFARMASIAN
1 SMF
2 AKAFARMA
3 AKFAR
Sub Total
KESEHATAN MASYARAKAT
1 AKL
Sub Total
GIZI
1 AKZI
Sub Total
KETERAPIAN FISIK
1 AKFIS
2 AOT
3 ATW
4 AKUPUNKTUR
Sub Total
KETEKNISIAN MEDIS
1 SMAK
2 AAK
3 ATG
4 PTTD
5 ATRO
6 APIKES
7 ATEM
8 ARO
9 AOP
10 KARDIOVASKULER
Sub Total
Jumlah

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

POLTEKKES
(3)

Jumlah
NON POLTEKKES

Jumlah

(4)

(5)

0
4,231
3,287
0
742
8,260

915
19,580
4,977
209
25,681

915
23,811
8,264
209
742
33,941

0
40
286
326

2,809
874
1,036
4,719

2,809
914
1,322
5,045

1,021
1,021

536
536

1,557
1,557

1,114
1,114

301
301

1,415
1,415

120
40
0
0
160

638
0
60
0
698

758
40
60
0
858

0
478
40
0
120
0
120
0
80
0
838
11,719

532
839
138
70
335
736
294
293
0
0
3,237
35,172

532
1,317
178
70
455
736
414
293
80
0
4,075
46,891

Lampiran 5.31
DISTRIBUSI LULUSAN POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN/PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006

No

POLTEKKES

(1)

(2)

Banda Aceh

Keperawatan

Kebidanan

Kes. Ling

(3)

(4)

(5)

Gizi

Kes. Gigi

(6)

Farmasi

(7)

Jurusan/ Program Studi


Teknik
Teknik
Analis Kes.
Elektromedik Radiodiagnostik

(8)

(9)

(10)

(11)

Teknik Gigi
(12)

AKAFARMA

Fisioterapi

(13)

(14)

Okupasi
Terapi

Total

Ortotik
Prostetik

(15)

(16)

(17)

254

85

33

69

67

508

Medan

80

200

60

40

50

40

60

530

Padang

147

166

46

46

16

421

Pekanbaru

76

194

270

Jambi

80

87

43

38

248

Bengkulu

69

217

286

Palembang

174

40

36

39

36

39

364

Tanjung Karang

102

119

31

49

60

361

Jakarta I

40

40

40

120

10

Jakarta II

40

100

60

40

40

40

40

360

11

Jakarta III

219

129

40

388

12

Bandung

159

205

35

92

44

72

607

13

Tasikmalaya

93

106

33

232

14

Semarang

400

160

80

80

80

80

880

15

Surakarta

80

40

80

40

80

320

16

Yogyakarta

152

109

90

97

79

28

555

17

Malang

218

261

60

539

18

Surabaya

336

199

160

40

100

80

915

19

Denpasar

181

87

41

46

38

393

20

Mataram

128

40

32

40

240

21

Kupang

129

50

41

50

40

310

22

Pontianak

50

50

35

39

39

39

252

23

Palangkaraya

40

51

39

130

24

Banjarmasin

25

Samarinda

26
27

40

39

50

129

40

80

120

Menado

160

128

40

90

40

70

528

Palu

160

80

67

307

28

Makasar

200

40

40

40

40

40

400

29

Kendari

80

62

59

201

30

Ambon

205

62

50

49

366

31

Ternate

79

80

159

32

Jayapura

100

80

50

50

280

Total

4,231

3,287

1,021

1,114

742

286

478

120

120

40

40

120

40

80

11,719

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

Lampiran 5.32
DISTRIBUSI LULUSAN NON POLTEKKES
BERDASARKAN JURUSAN /PROGRAM STUDI DAN KOTA TAHUN 2006

AOT

AKUPUNTUR

ATW

SMAK

ATG

AAK

(17)

(18)

(19)

(9)

(10)

(11)

260

Sumatera Utara

200

2,424

843

260

130

Sumatera Barat

601

128

80

26

Riau

379

88

48

Jambi

336

Sumatera Selatan

584

Bengkulu

308

Lampung

510

121

49

100

AKPER

(8)

640

SPRG

(7)

Provinsi

SPK

AKL

(16)

AKFAR

(15)

AKAFARMA

(14)

SMF

(13)

AKG

(12)

(6)

50

No

(2)

(3)

(4)

(5)

(1)

Nanggroe Aceh Darussalam

Kepulauan Bangka Belitung

10

Kepulauan Riau

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13
14
15

54
49

91

79

50

89

31

2,099

314

Jawa Tengah

160

2,630

740

220

DI Yogyakarta

555

78

Jawa Timur

2,460

389

490

80

65

69

48

41

110

320

164

80

Banten

131

112

80

80

47

18

Nusa Tenggara Barat

69

80

19

Nusa Tenggara Timur

53

150

20

Kalimantan Barat

320

21

Kalimantan Tengah

154

22

Kalimantan Selatan

292

23

Kalimantan Timur

228

24

Sulawesi Utara

295

25

Sulawesi Tengah

240

56

26

Sulawesi Selatan

200

36

27

Sulawesi Tenggara

266

59

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

31

Maluku Utara

32

Papua

33

Irian Jaya Barat

36
80

28
-

63

24
-

120

110

103

150

100

140

240

128

60

60

10

50

50

140

50

60

45
60

60

65
220

79

64

82

19,351

2,985

2,294

Sumber: Profil Pendidikan Tenaga Kesehatan,Pusdiknakes, PPSDM,Depkes, 2006

160

Bali

60

82

11

16

209

49

17

915

JUMLAH

460

81

953

100

255

50

2,466

39

80

140

19

50

Keterapian Fisik

Gizi

AKBID

Kesmas

AKFIS

Kefarmasian

AKZI

Keperawatan

47

16
-

77

26
-

40

55

30

689

692

838

358

529

50

531

110

946

Lampiran 5.33
JUMLAH PELATIHAN YANG DILAKSANAKAN PUSDIKLATKES DAN BAPELKES NASIONAL
TAHUN 2006
No

Unit Kerja

Pra Jabatan

Diklat Pimpinan

Diklat Fungsional

Diklat Teknis

Manajemen
Kesehatan

Jumlah

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Pusdiklat

30

27

67

Bapelkes Cilandak

23

10

52

Bapelkes Ciloto

10

Bapelkes Lemah Abang

14

Bapelkes Salaman

Bapelkes Makassar

46

35

98
-

Jumlah

Sumber : Pusdiklat, Badan PPSDM, Depkes

22

11

22

108

78

241

Lampiran 5.34
JUMLAH DAN PERSENTASE KEPESERTAAN PENDUDUK DALAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK)
MENURUT JENIS DAN PROVINSI TAHUN 2006
Peserta
No

Provinsi

(1)

Jumlah
Penduduk (***)

(2)

Nanggroe Aceh Darussalam

(3)

Jumlah
MASKIN
(4)

Jenis Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

JPK

NON JPK

ASKES

JAMSOSTEK

BPL & PRA


BPL JPKM

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

Dana
Sehat

Lain-lain

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

4,225,999

3,381,791

3,955,602

0.94

270,397

0.06

179,842

0.05

519

0.00

391,936

0.20

1,514

Sumatera Utara

12,122,520

2,867,820

6,690,825

0.55

5,434,695

0.45

819,352

0.12

219,783

0.30

93,363

1.00

10,215

Sumatera Barat

4,528,282

1,083,424

1,696,976

0.37

2,831,306

0.63

441,221

0.26

66,122

0.40

102,622

0.60

Riau

4,235,400

1,036,115

1,485,505

0.35

2,749,895

0.65

440,234

0.30

5,394

0.00

Jambi

2,568,391

486,409

842,816

0.33

1,725,575

0.67

283,403

0.34

18,569

0.2

Sumatera Selatan

6,864,532

1,920,001

3,853,939

0.56

3,010,593

0.44

589,915

0.15

59,102

0.20

Bengkulu

1,691,768

502,613

698,241

0.41

993,527

0.59

155,128

0.22

6,682

0.10

Lampung

7,028,588

2,130,200

3,433,163

0.49

3,595,425

0.51

420,143

0.12

195,244

0.60

116,180

0.39

0.00

0.00

0.00

Kepulauan Bangka Belitung

1,004,623

297,945

0.30

706,678

0.70

10

Kepulauan Riau

1,245,708

172,816

172,816

0.14

1,072,892

0.86

11

DKI Jakarta

8,622,065

881,216

2,823,397

0.33

5,798,668

0.67

7,550,535

12

Jawa Barat

38,152,356

13

Jawa Tengah

32,400,476

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16
17

129,801

10,367,184

738,037

0.26

363,528

0.13

Kartu
Sehat/ASKE
SKIN

(19)

(20)

0.00

0.00

3,381,791

0.85

0.00 2,680,292

0.40

2,867,820

0.43

3,587

0.00

0.00

1,083,424

0.64

0.00

3,762

0.00

0.00

1,036,115

0.70

0.0

54,435

0.6

0.00

486,409

0.58

1,056

0.00

1,216,089

0.32

0.20

1,920,001

0.50

6,883

0.10

21,556

0.30

5,379

0.10

502,613

0.72

0.00

111,357

0.30

576,219

0.17

2,130,200

0.62

0.00

129,801

0.44

0.00

172,816

0.10

0.26

881,216

0.31

51,964

0.17

67,776

0.00

0.00
98,722

0.30

0.00

741,894

16,203,182

0.42

21,949,174

0.58

4,150,776

0.26

1,085,992

0.7

715,170

0.4

1,475,372

14,396,037

0.44

18,004,439

0.56

2,027,083

0.14

395,827

0.3

1,507,848

0.10

96,945

0.1

0.9 1,225,337
1,150

0.8

7,550,535

0.47

0.00

10,367,184

0.72

0.00

60,292

0.4

769,091

0.56

1,924,623

0.14

1,262

0.00

9,181,419

0.67

769,091

1,371,065

0.41

2,013,377

0.59

435,897

0.32

6,204

0.00

99,581

0.7

36,206,060

9,181,419

13,639,760

0.38

22,566,300

0.62

1,807,703

0.13

462,012

0.3

262,741

0.2

Banten

8,977,896

1,814,399

3,283,303

0.37

5,694,593

0.63

383,017

0.12

571,359

0.17

11,195

0.00

1,265

0.00

502,068

0.15

1,814,399

0.55

Bali

3,393,830

548,357

1,721,426

0.51

1,672,404

0.49

488,348

0.28

74,274

0.4

212,806

0.12

257,228

0.15

140,413

0.8

548,357

0.32

0.00

1,949,507

0.84

11,969

0.00

2,652,342

0.88

0.00

1,321,714

0.79

0.1

485,483

0.67

3,384,442

18

Nusa Tenggara Barat

4,039,434

1,949,507

2,330,224

0.58

1,709,210

0.42

358,000

0.15

11,537

0.00

8,897

0.00

2,283

0.00

19

Nusa Tenggara Timur

4,184,674

2,652,342

3,028,108

0.72

1,156,566

0.28

234,712

0.8

27,984

0.1

83,639

0.3

17,462

0.1

20

Kalimantan Barat

3,713,815

1,321,714

1,672,704

0.45

2,041,111

0.55

287,869

0.17

18,674

0.1

20,234

21

Kalimantan Tengah

1,866,867

485,483

725,675

0.39

1,141,192

0.16

209,559

0.29

1,487

0.00

22

Kalimantan Selatan

3,240,725

670,674

1,099,687

0.34

2,141,038

0.66

313,517

0.29

45,529

0.4

23

Kalimantan Timur

2,682,492

482,183

1,322,867

0.49

1,359,625

0.51

426,858

0.32

179,260

0.14

24

Sulawesi Utara

2,149,114

697,203

1,042,273

0.48

1,106,841

0.52

205,771

0.20

59,783

25

Sulawesi Tengah

2,290,722

730,596

827,545

0.36

1,463,177

0.64

71,280

0.9

15,022

26

Sulawesi Selatan

7,578,760

2,001,658

2,525,774

0.33

5,052,986

0.67

307,058

0.12

27

Sulawesi Tenggara

1,990,114

889,657

1,110,980

0.56

879,134

0.44

210,165

28

Gorontalo

899,653

386,836

601,049

0.67

298,604

0.33

97,696

29

Sulawesi Barat

995,114

362,197

362,197

0.36

632,917

0.64

30

Maluku

1,275,498

636,318

755,561

0.59

519,937

0.41

107,177

0.14

1,075

0.00

204

0.00

880

0.00

31

Maluku Utara

858,656

421,703

503,098

0.59

355,558

0.41

56,685

0.11

13,846

0.3

72

0.00

924

0.00

32

Papua

1,797,008

1,088,618

1,529,506

0.85

267,502

0.15

238,329

0.16

6,975

0.00

0.00

27,454

0.2

33

Irian Jaya Barat

584,360

400,120

400,120

0.68

184,240

0.32

0.00

0.00

60,000,000

96,403,366

Jumlah

216,799,942

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

120,399,576

0.1

24,213

0.1

0.00

19,120

0.3

24,686

0.2

25,379

0.2

19,902

0.2

670,674

0.61

1,514

0.00

1,097

0.00

231,955

0.18

482,183

0.36

0.6

3,098

0.00

75,894

0.7

524

0.00

697,203

0.67

0.2

10,647

0.1

0.00

730,596

0.88

13,227

0.1

70

0.00

0.7

2,001,658

0.79

0.19

11,158

0.1

0.00

0.00

889,657

0.80

0.16

9,641

0.2

0.16

0.00

386,836

0.64

0.00

0.00

362,197

100.00

9,907

0.1

636,318

0.84

9,868

0.2

421,703

0.84

168,130

0.11

1,088,618

0.71

0.00

400,120

100.00

0.00

0.00

0.00
16,600,955

3,945,809

0.00
35,860

0.00
12,885

0.2

93,991

0.00

3,721,833

10,026

0.1

167,901

0.00
5,502,505

6,632,264

60,000,000

Lampiran 5.35
DISTRIBUSI PESERTA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) MENURUT JENIS DAN PROVINSI
TAHUN 2006

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah
Penduduk
(***)

Jumlah MASKIN

(3)

(4)

ASKES

JAMSOS
TEK

(5)

(6)

BAPEL
(7)

4,225,999

3,381,791

179,842

519

Sumatera Utara

12,122,520

5,867,820

819,352

219,783

Sumatera Barat

4,528,282

1,083,424

441,221

66,122

Riau

4,235,400

1,036,115

440,234

Jambi

2,568,391

486,409

Bengkulu

1,691,768

Nanggroe Aceh Darussalam

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)


JPKM
Dana Sehat
Kartu Sehat
PRA-BAPEL
(8)

(9)

(10)

391,936

1,514

3,381,791

36,304

57,059

10,215

2,867,820

98,907

3,715

3,587

5,394

283,403

18,569

502,613

589,915

59,102

6,883
1,056

Sumatera Selatan

6,864,532

1,920,001

155,128

6,682

Lampung

7,028,588

2,130,200

420,143

195,244

116,180

Kepulauan Bangka Belitung

1,004,623

129,801

10

Kepulauan Riau

1,245,708

172,816

11

DKI Jakarta

8,622,065

891,216

738,037

363,528

89,896

Lain-lain

Total

(11)

(12)

(%)
(13)

3,955,602

93.60

6,690,825

55.19

1,083,424

1,696,976

37.48

3,762

1,036,115

1,485,505

35.07

54,435

486,409

842,816

32.81

1,216,089

1,920,001

3,859,766

228.15

2,680,292

67,776

21,556

502,613

5,379

692,414

10.09

111,357

2,130,200

576,219

3,433,163

48.85

129,801

297,945

29.66

172,816

172,816

13.87

51,964

8,826

881,216

741,894

2,823,397

32.75

12

Jawa Barat

38,152,356

7,550,535

4,150,776

1,085,992

35,500

679,670

1,475,372

7,550,535

1,225,337

16,203,182

42.47

13

Jawa Tengah

32,400,476

10,367,184

2,027,083

395,827

20,076

1,487,772

96,945

10,367,184

1,150

14,396,037

44.43

14

DI Yogyakarta

3,384,442

769,091

435,897

6,204

99,581

769,091

60,292

1,371,065

40.51

15

Jawa Timur

36,206,060

9,181,419

1,807,703

462,012

101,577

1,924,623

9,181,419

1,262

13,639,760

37.67

16

Banten

8,977,896

1,814,399

383,017

571,359

17

Bali

3,393,830

548,357

488,348

74,274

18

Nusa Tenggara Barat

4,039,434

1,949,507

358,000

11,537

19

Nusa Tenggara Timur

4,184,674

2,652,342

234,712

27,984

20

Kalimantan Barat

3,713,815

1,321,714

287,869

18,674

21

Kalimantan Tengah

1,866,867

485,483

209,559

1,487

22

Kalimantan Timur

2,682,492

482,183

313,517

45,529

23

Kalimantan Selatan

3,240,725

670,674

426,858

179,260

24,686

24

Sulawesi Utara

2,149,114

697,203

205,771

59,783

3,098

25

Sulawesi Tengah

2,290,722

730,596

71,280

15,022

10,647

26

Sulawesi Tenggara

1,990,114

889,657

307,058

13,227

27

Sulawesi Selatan

7,578,760

2,001,658

210,165

11,158

28

Gorontalo

899,653

386,836

97,696

9,641

29

Sulawesi Barat

995,114

362,197

30

Maluku

1,275,498

636,318

107,177

1,075

204

880

636,318

31

Maluku Utara

858,656

421,703

56,685

13,846

72

924

32

Papua

1,797

1,088,618

238,329

6,975

27,454

33

Irian Jaya Barat


Jumlah
Persentase Berdasarkan Jumlah
Penduduk

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

584,360
215,004,731

161,164

1,265

1,814,399

502,068

3,283,303

36.57

257,228

548,357

140,413

1,721,426

50.72

8,897

2,283

1,949,507

2,330,224

57.69

20,091

17,462

2,652,342

3,028,108

72.36

20,234

24,213

1,321,714

1,672,704

45.04

19,120

485,483

10,026

725,675

38.87

25,379

670,674

19,902

1,076,515

40.13

1,097

482,183

231,955

1,346,039

41.54

75,894

697,203

524

1,042,273

48.50

11,195
212,806

63,548

450

1,064

730,596

3,945,809

7.72

1.84

771,530
1.73

2,950,303

126.91

889,657

1,111,050

14.66

93,991

386,836

601,049

66.81

362,197

362,197

36.40

9,907

755,561

59.24

421,703

9,868

503,098

58.59

1,088,618

168,130

1,529,506

85,114.41

400,120
16,600,955

36.13

2,525,704

2,001,658

400,120
63,010,000

167,901

827,545

35,860
70
12,885

11,969

400,120

5,502,505

60,000,000

6,632,264

2.56

27.91

3.08

96,403,366

44.84

Lampiran 6.1

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2006

No

Negara

(1)

(2)

Brunei Darussalam

Jumlah
Kepadatan
Penduduk (Juta Penduduk
Jiwa)
(per Km)
(3)

(4)

Laju
Persentase
Persentase
Persentase
Angka Beban GNI PPP per
Pertumbuhan Persentase
Penduduk Usia
Penduduk di
Tanggungan kapita (US$)
Penduduk Penduduk Usia Penduduk Usia
65 Tahun Ke
Daerah
0-14 Tahun
15 - 64 Tahun
(%)
Tahun 2005
1990-2005
Atas
Perkotaan
(%)
(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

0.4

63

72

2.5

30

67

49

Indonesia

225.5

118

42

1.4

29

66

51

3,950

Kamboja

14.1

77

15

2.5

37

60

60

2,920

Laos

6.1

25

19

2.4

43

53

70

2,050

Malaysia

26.9

81

62

2.3

33

63

55

11,300

Myanmar

51.0

75

29

1.4

32

63

55

Filipina

86.3

287

48

2.0

35

61

58

5,890

Singapura

4.5

7,174

100

2.4

20

72

42

31,700

Thailand

65.2

127

33

1.1

23

70

45

9,140

10 Vietnam

84.2

253

26

1.6

29

64

54

3,300

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk

Lampiran 6.2

PERBANDINGAN BEBERAPA DATA KEPENDUDUKAN DI NEGARA-NEGARA SEARO


TAHUN 2006

No

Negara

(1)

(2)

Bangladesh

Bhutan

DPR Korea

India

Indonesia

Jumlah
Kepadatan
Penduduk (Juta Penduduk
Jiwa)
(per Km)
(3)

(4)

Persentase
Penduduk di
Daerah
Perkotaan

Laju
Persentase
Persentase
Persentase
Angka Beban GNI PPP per
Pertumbuhan
Penduduk Usia
Penduduk Usia Penduduk Usia
Tanggungan kapita (US$)
Penduduk
65 Tahun Ke
0-14 Tahun
15 - 64 Tahun
(%)
Tahun 2005
1990-2005
Atas
(%)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

146.6

1,014

23

2.1

35

62

62

2,090

0.9

19

31

1.8

33

62

61

23.1

191

60

0.9

27

65

54

1,121.8

340

29

1.7

36

60

67

3,460

225.5

118

42

1.4

29

66

51

3,950

Maldives

0.3

990

27

2.8

33

62

61

Myanmar

51.0

75

29

1.4

32

63

55

Nepal

26.0

176

14

2.3

41

55

82

1,530

Sri Lanka

19.9

302

20

1.0

26

67

49

4,520

10

Thailand

65.2

127

33

1.1

23

70

45

9,140

11

Timor Leste

1.0

65

22

1.6

43

54

69

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- The State of The Worlds Children, 2007 : Laju pertumbuhan penduduk

Lampiran 6.3

PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA ASEAN

No

Negara

(1)

(2)

Indeks
Pembangunan
Manusia

Usia Harapan
Hidup Waktu
Lahir

Total Fertility
Rate (TFR)

(4)

(5)

Angka Kematian
Kasar per 1000
Penduduk

Angka Kematian
Bayi (AKB)

(7)

(8)

Tahun 2006

Tahun 2005
(3)

Angka Kelahiran
Kasar per 1000
Penduduk
(6)

Angka Kematian
Balita (AKABA)

Angka Kematian Ibu


yang dilaporkan

Tahun 2005

1990 - 2005

(9)

(10)

1 Brunei Darussalam

0.894

75

2.4

20

2 Indonesia

0.728

69

2.4

20

35

36

310

3 Kamboja

0.598

60

3.7

30

91

143

440

4 Laos

0.601

54

4.8

36

13

88

79

410

5 Malaysia

0.811

74

2.6

20

10

12

30

6 Myanmar

0.583

60

2.5

21

10

75

105

230

7 Filipina

0.771

70

3.4

27

27

33

170

8 Singapura

0.922

80

1.2

10

9 Thailand

0.781

71

1.7

14

20

21

24

10 Vietnam

0.733

72

2.1

19

18

19

170

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia
- Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita
- The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu

Lampiran 6.4

PERBANDINGAN ANGKA KELAHIRAN, ANGKA KEMATIAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


DI NEGARA-NEGARA SEARO

No

Negara

(1)

(2)

Indeks
Pembangunan
Manusia

Usia Harapan
Hidup Waktu
Lahir

Total Fertility
Rate (TFR)

(4)

(5)

Angka Kelahiran
Kasar per 1000
Penduduk

Angka Kematian
Kasar per 1000
Penduduk

Angka Kematian
Bayi (AKB)

(7)

(8)

Tahun 2006

Tahun 2005
(3)

(6)

Angka Kematian
Balita (AKABA)

Angka Kematian Ibu


yang dilaporkan

Tahun 2005

1990 - 2005

(9)

(10)

1 Bangladesh

0.547

61

3.0

27

65

73

320

2 Bhutan

0.579

63

2.9

20

40

75

260

71

2.0

16

21

55

110

4 India

0.619

63

2.9

24

58

74

540

5 Indonesia

0.728

69

2.4

20

35

36

310

6 Maldives

0.741

70

2.8

18

15

42

140

7 Myanmar

0.583

60

2.5

21

10

75

105

230

8 Nepal

0.534

62

3.7

31

64

74

540

9 Sri Lanka

0.743

74

2.0

19

11

14

43

10 Thailand

0.781

71

1.7

14

20

21

24

11 Timor Leste

0.514

56

6.3

42

15

88

61

3 DPR Korea

Sumber : - World Population Data Sheet, USAID, 2006


- Human Development Report 2007/2008 : Indeks Pembangunan Manusia
- Immunization Summary 2007 : Angka Kematian Balita
- The State of The Worlds Children, 2007 : Angka Kematian Ibu

Lampiran 6.5

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2004/2005
Insidens TB Paru
per 100.000 Penduduk
Tahun 2005

Kematian yang
berhubungan dengan TB
Paru per 100.000 penduduk
(2004)

No

Negara

Prevalensi TB Paru
per 100.000 Penduduk
Tahun 2005

CDR (2005)

SR (2004)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS

Brunei Darussalam

63

54

112

71

Indonesia

262

239

46

66

90

Kamboja

703

506

94

66

91

Laos

306

155

25

68

86

Malaysia

131

102

16

73

56

Myanmar

170

171

21

95

84

Filipina

450

291

48

75

87

Singapura

28

29

100

81

Thailand

204

142

19

74

74

10

Vietnam

235

175

13

93

93

Sumber : World Health Statistic, 2007


Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)

Lampiran 6.6

PERBANDINGAN DATA TUBERKULOSIS DI NEGARA-NEGARA SEARO


TAHUN 2004/2005
Kematian yang
Insidens TB Paru
per
berhubungan dengan TB
100.000 Penduduk Tahun
Paru per 100.000 penduduk
2005
(2004)

No

Negara

Prevalensi TB Paru
per 100.000 Penduduk
Tahun 2005

CDR (2005)

SR (2004)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Proporsi kasus TB Paru melalui DOTS

Bangladesh

406

237

51

59

90

Bhutan

174

103

20

31

83

DPR Korea

179

178

13

99

89

India

299

168

30

61

86

Indonesia

262

239

46

66

90

Maldives

53

47

94

95

Myanmar

170

171

21

95

84

Nepal

244

180

24

67

87

Sri Lanka

80

60

86

85

10

Thailand

204

142

19

74

74

11

Timor Leste

713

556

85

44

80

Sumber : World Health Statistic, 2007


Keterangan : - CDR = Case Detection Rate (Penemuan kasus baru)
- SR = Succes Rate (Angka kesembuhan)

Lampiran 6.7

ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA ASEAN


TAHUN 2005
2. Kematian Akibat AIDS

1. Angka Estimasi HIV

Dewasa dan Anak-anak


No

Dewasa (1549) Rate


(%)

Dewasa (15+)

Wanita (15+)

Dewasa dan Anak-anak

Negara

(1)

(2)

Brunei Darussalam

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimas
i

[estimasi
rendah
estimasi
tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

<100

[<200]

<100

[<200]

<0,1

[<0.2]

Indonesia

170,000

[100.000 290.000]

170,000

[100.000 290.000]

0.1

[0.1 0.2]

29,000

[15.000 52.000]

5,500

[3.300 8.300]

Kamboja

130,000

[74.000 210.000]

130,000

[70.000 200.000]

1.6

[0.9 2.6]

59,000

[28.000 99.000]

16,000

[8.500 26.000]

Laos

3,700

[1.800 12.000]

3,600

[1.700 12.000]

0.1

[0.1 0.4]

Malaysia

69,000

[33.000 220.000]

67,000

[32.000 220.000]

0.5

[0.2 1.5]

17,000

[7.300 57.000]

4,000

[2.100 7.200]

Myanmar

360,000

[200.000 570.000]

350,000

[200.000 550.000]

1.3

[0.7 2.0]

110,000

[53.000 190.000]

37,000

[20.000 62.000]

Filipina

12,000

[7.300 20.000]

12,000

[7.200 20.000]

<0,1

[<0.2]

3,400

[1.800 6.000]

<1000

[<1.000]

Singapura

5,500

[3.100 14.000]

5,500

[3.000 14.000]

0.3

[0.2 0.7]

1,500

[700 3.700]

<100

[<200]

Thailand

580,000

[330.000 920.000]

560,000

[320.000 900.000]

1.4

[0.7 2.1]

220,000

[100.000 370.000]

21,000

[14.000 42.000]

10 Vietnam

260,000

[150.000 430.000]

250,000

[150.000 420.000]

0.5

[0.3 0.9]

84,000

[43.000 150.000]

13,000

[7.800 20.000]

Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006

<100

<1000

[<200]

[260 2.000]

<100

<100

[<200]

[<200]

Lampiran 6.8

ANGKA ESTIMASI HIV DAN AIDS DI NEGARA-NEGARA SEARO


TAHUN 2005
2. Kematian Akibat AIDS

1. Angka Estimasi HIV

Dewasa dan Anak-anak


No

Dewasa (1549) Rate


(%)

Dewasa (15+)

Wanita (15+)\

Dewasa dan Anak-anak

Negara

(1)

(2)

Bangladesh

Bhutan

DPR Korea

India

Indonesia

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimas
i

[estimasi
rendah
estimasi
tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

Estimasi

[estimasi rendah
estimasi tinggi]

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

11,000

[6.400 - 18.000]

11,000

<500

[<2000]

<500

5,700,000

[3.400.000 - 9.400.000]

[6.400 - 18.000]

<0,1

[<0,2]

1,400

[<2000]

<0,1

[<0,2]

<100

[<0,2]

5,600,000

[3.400.000 - 9.300.000]

0.9

[0,5 - 1,5]

1,600,000

[100.000 290.000]

0.1

[0,1 0,2]

29,000

[<0,2]

[710 - 2500]

[<200]

<500

<100

[820.000 - 2.800.000]

[<200]

[270.000 - 680.000]

170,000

[100.000 290.000]

170,000

Maldives

Myanmar

360,000

[200.000 570.000]

350,000

[200.000 550.000]

1.3

[0,7 2,0]

110,000

[53.000 190.000]

Nepal

75,000

[41.000 - 180.000]

74,000

[40.000 - 180.000]

0.5

[0,3 - 1,3]

16,000

[7.500 - 40.000]

5,100

[2.800 - 8.400]

Sri Lanka

5,000

[3.000 - 8.300]

5,000

[3.000 - 8.300]

< 0,1

[<0,2]

<1000

[<1000]

<500

[<1000]

580,000

[330.000 920.000]

560,000

[320.000 900.000]

1.4

[0,7 2,1]

220,000

[100.000 370.000]

[< 0,2]

10 Thailand

11 Timor Leste

Sumber: 2006 Report on the global AIDS epidemic, UNAIDS/WHO, May 2006

[15.000 52.000]

[<1000]

5,500

37,000

21,000

[3.300 8.300]

[20.000 62.000]

[14.000 42.000]

Lampiran 6.9

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA ASEAN
TAHUN 2006
No

Negara

Difteri

Pertusis

Tetanus

Tetanus
Neonatorum

Campak

Polio

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Indonesia

432

3,356

318

118

20,422

Kamboja

474

69

188

Laos

182

17

58

Malaysia

28

11

564

Myanmar

13

224

41

735

Filipina

47

41

1,232

161

Singapura

23

Thailand

98

236

3,499

Vietnam

25

144

57

27

1,978

ASEAN

512

4,316

2112

439

27,476

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Brunei Darussalam

Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006

Lampiran 6.10

JUMLAH KASUS PENYAKIT MENULAR YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI


DI NEGARA-NEGARA SEARO
TAHUN 2006
No

Negara

Difteri

Pertusis

Tetanus

Tetanus
Neonatorum

Campak

Polio

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Bangladesh

34

46

1,224

256

6,180

18

Bhutan

DPR Korea

409

2,472

22,616

2,587

600

60,751

676

Indonesia

432

3,356

318

118

20,422

Maldives

47

Myanmar

13

224

41

735

Nepal

72

1,092

240

42

2,838

Sri Lanka

37

Thailand

98

236

3,499

Timor Leste

26

90

3,016

27,657

4,866

1,073

94,562

702

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

India

South East Asia Region

Sumber : Incidence Series Immunization, WHO, 2006

Lampiran 6.11

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI


DI NEGARA ASEAN TAHUN 2005
No

Negara

BCG (%)

DPT3 (%)

Polio3 (%)

Hepatitis B3 (%)

Campak (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Brunei Darussalam

96

99

99

99

97

Indonesia

82

70

70

70

72

Kamboja

87

82

82

79

Laos

65

49

50

49

41

Malaysia

99

90

90

90

90

Myanmar

76

73

73

62

72

Filipina

91

79

80

44

80

Singapura

98

96

96

96

96

Thailand

99

98

98

96

96

10 Vietnam

95

95

94

94

95

Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007

Lampiran 6.12

PERBANDINGAN CAKUPAN IMUNISASI PADA BAYI


DI NEGARA-NEGARA SEARO TAHUN 2005
No

Negara

BCG (%)

DPT3 (%)

Polio3 (%)

Hepatitis B3 (%)

Campak (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Bangladesh

99

88

88

62

81

Bhutan

99

95

95

95

93

DPR Korea

94

79

97

92

96

India

75

59

58

58

Indonesia

82

70

70

70

72

Maldives

99

98

98

98

97

Myanmar

76

73

73

62

72

Nepal

87

75

78

41

74

Sri Lanka

99

99

99

99

99

10 Thailand

99

98

98

96

96

11 Timor Leste

70

55

55

48

Sumber : Immunization Summary, UNICEF-WHO, 2007

Lampiran 6.13

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA ASEAN

No

Negara

Persentase KB
aktif pada WUS
2006

Pemeriksaan K1
1990-2005

Pemeriksaan K4
2001-2003

Persalinan oleh
tenaga kes
2003-2006

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

100

100

2 Indonesia

57

92

81

72

40

59

3 Kamboja

19

38

44

12

59

4 Laos

29

27

29

23

47

5 Malaysia

30

74

100

12

6 Myanmar

33

76

76

68

67

7 Filipina

33

88

70

88

34

32

8 Singapura

55

100

9 Thailand

79

92

86

10 Vietnam

66

86

29

90

15

26

1 Brunei Darussalam

Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007


- World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif
- World Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4

Anak dengan ASI Anak disusui sampai


eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 19961996-2005
2005

Lampiran 6.14

PERBANDINGAN UPAYA KESEHATAN DI NEGARA-NEGARA SEARO


Anak dengan ASI Anak disusui sampai
eksklusif (< 6bulan) 20-23 bulan 19962005
1996-2005

No

Negara

Persentase KB
aktif pada WUS
2006

Pemeriksaan K1
1990-2005

Pemeriksaan K4
1998-2003

Persalinan
oleh nakes
2003-2006

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1 Bangladesh

47

49

11

13

69

90

2 Bhutan

31

51

32

3 DPR Korea

59

31

37

4 India

46

60

30

48

44

66

5 Indonesia

57

92

81

72

75

59

6 Maldives

35

81

81

85

7 Myanmar

33

76

68

66

67

8 Nepal

35

28

15

19

66

92

9 Sri Lanka

50

100

98

73

10 Thailand

79

92

86

71

27

11 Timor Leste

61

18

82

35

Sumber : - The State of The Worlds Children, 2007


- World Population Data Sheet, USAID, 2006 : Persentase KB aktif
- World Health Statistic, 2007 : Persalinan oleh tenaga kesehatan, Pemeriksaan K4

Anda mungkin juga menyukai