BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok kehidupan bagi mahkluk hidup
yang ada dibumi untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh, baik bagi
manusia atau bagi mahkluk hidup lainnya. Secara teoritis dibumi terdapat tiga
jenis sumber air yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber-sumber
tersebut tidak selamanya cocok semua untuk kebutuhan manusia, karena harus
memenuhi syarat baik secara kimia, fisika, dan bakteriologi (Efendi, 2003).
Air bersih menurut permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX/199 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air bersih ini dapat diperoleh dari sumur gali,
sumur bor, air hujan, dan air dari sumber mata air (Permenkes, 1990).
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Waaqiah ayat 68 yang
berbunyi :
Artinya : Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum
Allah SWT dalam ayat ini mengungkapkan bahwa salah satu daripada nikmat
yang telah diberikan yaitu berupa air untuk dipikirkan oleh manusia baik manfaat
maupun kualitas air yang diminum. Kualitas air merupakan hal yang sangat
penting karena air menjadi sumber utama yang digunakan untuk kebutuhan semua
makhluk hidup di muka bumi ini.
oleh adanya virus, bakteri pathogen, dan parasit lainnya atau zat kimia.Salah
satunya adalah pencemaran air oleh bakteri coliform (Masduqi, 2007).
Bakteri coliform adalah bakteri yang dijadikan indikator alami pencemaran
pada wilayah perairan. Keberadaan bakteri ini ke wilayah perairan dari tinja yang
dapat berasal dari manusia, ataupun hewan. Bakteri ini membuat air yang dipakai
menjadi tidak higienis lagi terutama sebagai bahan baku air minum (Suriawiria,
1996).
Pencemaran pada sumber air bersih ini menimbulkan kekhawatiran bahwa air
bersih yang digunakan oleh masyarakat tercemar oleh kehadiran bakteri coliform,
dimana hal tersebut tidak memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
bersih. Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya penelitian
tentang uji bakteri coliform pada sumber air bersih ini dilakukan, untuk
mengetahui apakah air bersih yang digunakan tercemari oleh bakteri coliform,
sehingga dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang kualitas air bersih
yang telah digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada bakteri coliform pada
sumber air bersih di Surabaya ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
coliform pada sumber air bersih di Surabaya.
1.4 Manfaat
Media yang digunakan pada pengujian coliform pada air bersih adalah Laury
Tryptose Broth (LTB 1, LTB ) dan Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB).
Tempat pengujian di Laboratorium Instalansi Biologi Media Lingkungan dan
Biomarker Balai Besar Teknik Kesehatan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya, Jalan Sidoluhur 12 Surabaya.
Parameter yang diamati adalah jumlah gelembung gas dalam tabung durham
pada media Laury Tryptose Broth (LTB) dan Brilliant Green Lactose Bile
Broth (BGLB).
Metode pengujian menggunakan MPN Total Coliform dengan metode 15
tabung tanpa pengenceran secara kualitatif pada air bersih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hydrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 0C).
Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air
(Lay, 1992).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian
sumber daya air harus ditanam pada segenap pengguna air (Boekoesoe, 2010).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar
55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.
(Winarno, 1993).
2.2 Macam-Macam Sumber Air
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Winarno, 1993) :
1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi,
muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di
daerah yang bertopografi rendah.
2.3 Pengertian Air Bersih
1. Mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah.
besi yang diizinkan terdapat di dalam air minum hanya sebesar 0,1 sampai
1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter). Untuk ion mangan ;
0,005 0,5 ppm, ion kalsium : 75 200 ppm dan ion magnesium : 30
150 ppm.
8. Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti E. coli , yaitu
bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri
lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera,
typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu
hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.
2.4 Bakteri Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu
kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 35oC. Bakteri coliform yang berada di dalam makanan/minuman
menunjukkan
kemungkinan
adanya
mikroba
yang
bersifat
jumlah
koloninya
pasti
berkorelasi
positif
dengan
bakteri
coliform
adalah,
Esherichia
coli
dan
10
11
12
Persiapan.
Botol untuk sampel air pemeriksaan bakteriologis harus bersih dan steril,
volume botol yang biasa digunakan adalah 250 ml, jangan diisi penuh tetapi
hanya diisi nya oleh air sampel. Untuk pengambilan sampel air yang
13
menggunakan sisa chlour, harus dipakai botol yang telah diberi natrium thio
sulfat untuk menetralkan sisa chlournya. Penambahan larutan natrium thio sulfat
10% sebanyak 0,1 ml, cukup untuk menetralkan sisa chlor sebanyak 15 mg/lt
dalam sampel air yang ditambahkan sebelum sterilisasi. Pemeriksaan sisa chlour
harus dilakukan di tempat pengambilan sampel air (Lay, 1992).
Alat dan Bahan
Kertas pembungkus
Kapas
Krustang
Korek api
Api bunsen
(b) Prosedur
Prosedur dalam mengambilan biologi ini bisa diuraikan secara singkat sebagai
berikut (Lay, 1992) :
Botol yang telah berisi sampel air diberi label (lokasi, waktu, pemilik sarana,
pengambil sampel serta tanda tangan)
14
Catatan : Pengambilan sampel air dilaksanakan secara aseptis yaitu mulut dan
leher botol harus dalam keadaan steril caranya dengan dilewatkan diatas nyala api
atanol atau spirtus baik waktu membuka botol atau akan menutup botol.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif analitik dari
uji laboratorik dibandingkan dengan baku mutu air.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
15
16
Aquadest
secukupnya
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengambilan Sampel
Sampel air bersih berasal dari konsumen yang memeriksakan sampel air
tersebut pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Surabaya.
5.
17
2.) Dipindahkan tiap tabung yang positif pada tes pendugaan menggunakan
18
Gas (-)
24 jam
diinkubasi lagi selama 24 jam
Gas (+)
24 jam
Gas (-)
24 jam
Gas (-)
24 jam
Gas (+)
24 jam
Gas (-)
24 jam
19
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Total Coliform Pada 3 Sampel Air Bersih :
Tgl.
No.
Seri
Tahap Uji
Presumtif
LTB (350 C)
5x10 5x1 ml 5x0,1
Lab.
MPN
Konfirmasi
BGLB (350 C)
5x10 5x1 ml 5x0,1
ml
3
ml
5
Coliform
24/6
8975
AB
ml
5
ml
3
920
26/6
9136
AB
2,0
27/6
9374
AB
>1600
21
4.2 Pembahasan
Pengujian bakteri coliform pada air bersih yang bersumber dari air sumur di
Surabaya ini dilakukan dengan uji deskriptif kualitatif menggunakan metode
MPN Total Coliform yakni melalui tahapan uji pendugaan dengan menggunakan
Media Laury Tryptose Broth (LTB) untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran
bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya gas oksigen
yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli dan uji
penegasan dengan menggunakan Media Brilant Green Lactose Bile Broth
22
23
terdapat bakteri coliform, ditandai dengan adanya gelembung gas dalam tabung
durham diantaranya pada media LTB 1 10 ml terdapat 1 tabung yang positif,
media LTB 1 ml negatif, dan media LTB 0,1 ml negatif. Sedangkan pada
sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9374, setelah dilakukan
pembacaan pada 15 tabung ternyata semua tabung positif mengandung bakteri
coliform, ditandai dengan adanya gelembung gas dalam tabung durham
diantaranya pada media LTB 1 10 ml terdapat 5 tabung yang positif, media
LTB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media LTB 0,1 ml (2 tetes)
terdapat 5 tabung yang positif.
Uji pendugaan pada sampel air bersih menggunakan media Laury Tryptose
Broth (LTB) dengan sistem 15 porsi tabung diantaranya 5 tabung untuk 10 ml, 5
tabung untuk 1 ml, 5 tabung untuk 0,1 ml. Hal ini sesuai dengan literatur menurut
Suriawiria (1996), uji penduga merupakan uji kuantitatif coliform menggunakan
metode MPN. Tes pendahuluan dapat menunjukkan adanya bakteri coliform
berdasarkan dari terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi
laktosa oleh bakteri golongan coliform. Tingkat kekeruhan pada media laktosa
menandakan adanya zat asam. Gelembung udara pada tabung durham
menandakan adanya gas yang dihasilkan bakteri. Fungsi dari tabung durham
adalah untuk mengetahui terbentuknya gas gelembung atau untuk menangkap gas
yang ditimbulkan akibat adanya fermentasi laktosa menjadi asam dan gas .
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume di dalam tabung durham.
Tahap kedua dilanjutkan dengan uji penegasan menggunakan media Brilant
Green Lactose Bile Broth (BGLB) untuk tabung yang positif terdapat gelembung
gas dalam tabung durham pada media Laury Tryptose Broth (LTB). Sampel
media LTB yang positif tersebut dipindahkan ke dalam media BGLB
menggunakan jarum ose, yang kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam dalam
inkubator dengan suhu 350 C. Dari hasil inkubasi tersebut dilakukan pembacaan
pada ketiga sampel air bersih yang telah dipindah ke dalam media BGLB, yang
mana dapat diketahui bahwa sampel air bersih dengan nomor laboratorium 8975
terdapat tabung yang positif ditandai dengan adanya gelembung gas dalam
tabung durham yaitu pada media BGLB 10 ml terdapat 5 tabung yang positif,
24
media BGLB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media BGLB 0,1 ml
terdapat 3 tabung yang positif.
Selanjutnya pada sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9136, setelah
dilakukan pembacaan tabung yang positif terdapat bakteri coliform ditandai
dengan adanya gelembung gas dalam tabung durham diantaranya pada media
BGLB 10 ml terdapat 1 tabung yang positif, media BGLB 1 ml negatif, dan
media BGLB 0,1 ml negatif. Sedangkan pada sampel air bersih dengan nomor
laboratorium 9374, setelah dilakukan pembacaan tabung yang positif
mengandung bakteri coliform ditandai dengan adanya gelembung gas dalam
tabung durham diantaranya pada media BGLB 10 ml terdapat 5 tabung yang
positif, media BGLB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media BGLB 0,1
ml terdapat 5 tabung yang positif.
Uji penegasan dilakukan dengan memindahkan sampel media Laury Tryptose
Broth (LTB) yang positif terdapat gelembung gas dalam tabung durhamnya ke
dalam media Brilant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Dalam hal ini sesuai
dengan literature menurut Suriawiria (1996), yang menyatakan bahwa hasil uji
dugaan dilanjutkan dengan uji penegasan. Tabung yang positif terbentuk asam
dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada
media Brilant Green Lactose Bile Broth (BGLB) dengan menggunakan jarum
inokulasi.
Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji pendugaan dan uji penegasan yaitu
dilakukan pembacaan jumlah tabung yang positif pada media LTB dan media
BGLB menggunakan tabel MPN. Dari hasil pembacaan tersebut dapat diketahui
bahwa pada sampel air bersih dengan nomor laboratorium 8975 MPN total
coliform sebanyak 920/100 ml, sampel air bersih dengan nomor laboratorium
9136 MPN total coliform sebanyak 2,0/100 ml, dan pada sampel air bersih
dengan nomor laboratorium 9374 MPN total coliform lebih dari 1600/100 ml.
Hasil pembacaan dengan menggunakan tabel MPN pada ketiga sampel air
bersih di Surabaya menunjukkan jumlah coliform yang berbeda-beda. Dari
ketiga sampel air bersih tersebut, terdapat dua sampel air bersih yang jumlah
coliformnya diatas kadar maksimum yang telah ditentukan yaitu pada sampel air
bersih nomor laboratorium 9374 dengan jumlah coliform lebih dari 1600/100 ml
25
dan sampel air bersih nomor laboratorium 8975 dengan jumlah coliform 920/100
ml. Tingginya jumlah coliform pada kedua sampel air bersih yang bersumber dari
air sumur tersebut menyebabkan sumber air bersih ini telah mengalami tingkat
pencemaran yang tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah coliform pada sampel air
tersebut melewati kadar maksimum yang telah ditentukan untuk air bersih non
perpipaan 50/100 ml dan air bersih perpipaan 10/100 ml, sehingga dapat
dikatakan bahwa kualitas air bersih tersebut tidak baik digunakan dalam
kehidupan sehari-hari terutama untuk diminum.
Pembacaan sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9136 pada tabel
MPN menunjukkan jumlah coliform yang tidak melewati kadar maksimum yaitu
2,0/100 ml, sedangkan kadar yang telah ditetapkan untuk air bersih yang
bersumber dari air sumur perpipaan 10/100 ml dan sumur non perpipaan 50/100
ml. Hal ini dapat dikatakan bahwa sumber air tersebut tingkat pencemaran
bakteri coliformnya sedikit sehingga kualitas airnya masih cukup baik untuk
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi tidak untuk dikonsumsi
sebagai air minum apabila cara memasaknya tidak benar.
Batas maksimum jumlah coliform pada air bersih tersebut sesuai dengan
Permenkes (1990), air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Persyaratan kualitas air bersih diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 mengenai Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air, dinyatakan bahwa Kualitas Bakteriologis Air Bersih untuk
Perpipaan adalah 10 Sel/100 ml dan Non Perpipaan adalah 50 sel/100 ml. Air
bersih ini dapat diperoleh dari air sumur gali, air sumur bor, dan air sumur pipa.
26
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ketiga sampel air bersih yang bersumber
dari air sumur tersebut terdapat dua sampel air bersih bernomor laboratorium
9374 dan 8975 yang jumlah bakteri coliformnya melewati kadar maksimum yang
telah ditentukan, sehingga kualitas airnya tidak baik digunakan dalam kehidupan
sehari-hari terutama untuk diminum, dan terdapat juga satu sampel air bersih
bernomor laboratorium 9136 yang jumlah bakteri coliformnya tidak melewati
kadar maksimum yang telah ditentukan, sehingga kualitas airnya masih cukup
baik untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari namun tidak untuk diminum.
5.2 Saran
27