Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok kehidupan bagi mahkluk hidup
yang ada dibumi untuk berlangsungnya proses metabolisme tubuh, baik bagi
manusia atau bagi mahkluk hidup lainnya. Secara teoritis dibumi terdapat tiga
jenis sumber air yaitu air hujan, air permukaan, dan air tanah. Sumber-sumber
tersebut tidak selamanya cocok semua untuk kebutuhan manusia, karena harus
memenuhi syarat baik secara kimia, fisika, dan bakteriologi (Efendi, 2003).
Air bersih menurut permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX/199 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas, air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Air bersih ini dapat diperoleh dari sumur gali,
sumur bor, air hujan, dan air dari sumber mata air (Permenkes, 1990).
Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran Surat Al-Waaqiah ayat 68 yang
berbunyi :
Artinya : Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum
Allah SWT dalam ayat ini mengungkapkan bahwa salah satu daripada nikmat
yang telah diberikan yaitu berupa air untuk dipikirkan oleh manusia baik manfaat
maupun kualitas air yang diminum. Kualitas air merupakan hal yang sangat
penting karena air menjadi sumber utama yang digunakan untuk kebutuhan semua
makhluk hidup di muka bumi ini.

Penyediaan air bersih untuk masyarakat di Indonesia masih dihadapkan pada


permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi
sepenuhnya yakni masalah pencemaran air. Pencemaran air ini dapat disebabkan

oleh adanya virus, bakteri pathogen, dan parasit lainnya atau zat kimia.Salah
satunya adalah pencemaran air oleh bakteri coliform (Masduqi, 2007).
Bakteri coliform adalah bakteri yang dijadikan indikator alami pencemaran
pada wilayah perairan. Keberadaan bakteri ini ke wilayah perairan dari tinja yang
dapat berasal dari manusia, ataupun hewan. Bakteri ini membuat air yang dipakai
menjadi tidak higienis lagi terutama sebagai bahan baku air minum (Suriawiria,
1996).
Pencemaran pada sumber air bersih ini menimbulkan kekhawatiran bahwa air
bersih yang digunakan oleh masyarakat tercemar oleh kehadiran bakteri coliform,
dimana hal tersebut tidak memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
bersih. Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya penelitian
tentang uji bakteri coliform pada sumber air bersih ini dilakukan, untuk
mengetahui apakah air bersih yang digunakan tercemari oleh bakteri coliform,
sehingga dapat memberikan informasi pada masyarakat tentang kualitas air bersih
yang telah digunakan.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada bakteri coliform pada
sumber air bersih di Surabaya ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
coliform pada sumber air bersih di Surabaya.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :


1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kualitas air bersih yang
digunakan layak atau tidak untuk dikonsumsi akibat cemaran bakteri coliform.

2. Memberikan informasi penelitian yang menjadi dasar untuk penelitian lebih

lanjut mengenai macam-macam bakteri coliform pada air bersih.


1.5 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah, bakteri coliform yang terdapat pada air
bersih dapat di analisis secara kualitatif.
1.6 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1 Bakteri yang diuji adalah bakteri coliform pada air bersih.
2 Sampel air bersih berasal dari sumber air sumur di Surabaya.
3

Media yang digunakan pada pengujian coliform pada air bersih adalah Laury
Tryptose Broth (LTB 1, LTB ) dan Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB).
Tempat pengujian di Laboratorium Instalansi Biologi Media Lingkungan dan
Biomarker Balai Besar Teknik Kesehatan dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya, Jalan Sidoluhur 12 Surabaya.
Parameter yang diamati adalah jumlah gelembung gas dalam tabung durham
pada media Laury Tryptose Broth (LTB) dan Brilliant Green Lactose Bile
Broth (BGLB).
Metode pengujian menggunakan MPN Total Coliform dengan metode 15
tabung tanpa pengenceran secara kualitatif pada air bersih.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hydrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100kPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0 0C).
Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan terhadap air
(Lay, 1992).
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan generasi
sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian
sumber daya air harus ditanam pada segenap pengguna air (Boekoesoe, 2010).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar
55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi
sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk
minum, masak, mandi, mencuci (bermacam-macam cucian), dan sebagainya.
(Winarno, 1993).
2.2 Macam-Macam Sumber Air
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Winarno, 1993) :
1. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami

pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.


2. Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
3. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk

diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi,
muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di
daerah yang bertopografi rendah.
2.3 Pengertian Air Bersih

Berdasarkan Permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX/1990, Air bersih adalah air


yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Persyaratan kualitas air
bersih diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 mengenai
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air, dinyatakan bahwa Kualitas
Bakteriologis Air Bersih untuk Perpipaan adalah 10 Sel/100 ml dan Non
Perpipaan adalah 50 sel/100 ml. Air bersih ini dapat diperoleh dari air sumur gali,
air sumur bor, dan air sumur pipa (Permenkes, 1990).
Air bersih adalah air jernih, tidak berwarna, tawar, dan tidak berbau. Melalui
penyediaan air bersih dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, masyarakat
melakukan suatu usaha dengan swadaya dana masyarakat sendiri yaitu dengan
membuat sumur. Memampuan penyediaan air bersih untuk kehidupan sehari-hari
bagi manusia adalah hal yang sangat penting. Air bersih dipergunakan untuk
berbagai kepentingan rumah tangga seperti mandi, mencuci piring, dan mencuci
pakaian, tetapi tidak dapat langsung diminum, karena mungkin masih
mengandung bakteri pathogen (Winarno, 1993).
2.3.1 Sumber-Sumber Air Bersih
Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih,
disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah
(Winarno, 1993) :

1. Mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah.

Debitnya sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam


jangka beberapa lama.
2. Sumur dangkal (shallow wells), yaitu sumber air hasil penggalian
ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter.
3. Sumur dalam (deep wells), yaitu sumber air hasil penggalian ataupun
pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter.
4. Sungai, yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum
air baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena
kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar.
5. Danau dan Penampung Air (lake and reservoir), yaitu unit penampung
air dalam jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun
tampungan dari air hujan.
2.3.2 Standarisasi Air Bersih
Air bersih yang baik harus sesuai peraturan internasional (WHO dan
APHA) ataupun peraturan nasional atau setempat. Persyaraan kualitas air
besih berdasarkan PERMENKES RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 adalah
sebagai berikut (Permenkes, 1990) :
a.) Syarat-syarat fisik, secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau,
dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan
suhu udara atau kurang lebih 250C, dan apabila terjadi perbedaan maka
batas yang diperbolehkan adalah 250C 30C.
b.) Syarat-syarat kimia, air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan
kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia
antara lain : pH, total solid, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi
(Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, fluoride
(F), serta logam berat.
c.) Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis, air bersih tidak boleh
mengandung kuman pathogen dan parasitic yang menganggu kesehatan.
Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli
dan Fecal coli dalam air. Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air


minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l, dan untuk
kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B
maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l.
d.) Syarat-syarat Radiologis, persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa
air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan
yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta, dan gamma.
Air yang sehat harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain
(Winarno, 1993) :
1. Air harus jernih atau tidak keruh. Kekeruhan pada air biasanya
disebabkan oleh adanya butir-butir tanah liat yang sangat halus. Semakin
keruh menunjukkan semakin banyak butir-butir tanah dan kotoran yang
terkandung di dalamnya.
2. Tidak berwarna. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan
lain berbahaya bagi kesehatan, misalnya pada air rawa berwarna kuning ,
air buangan dari pabrik , selokan, air sumur yang tercemar dan lain-lain.
3. Rasanya tawar. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin
menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan
adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam
diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4. Tidak berbau. Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari
jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan-bahan
organik yang sedang didekomposisi (diuraikan) oleh mikroorganisme air.
5. Derajat keasaman (pH) nya netral sekitar 6,5 8,5 . Air yang pHnya
rendah akan terasa asam, sedangkan bila pHnya tinggi terasa pahit.
Contoh air alam yang terasa asam adalah air gambut (rawa)
6. Tidak mengandung zat kimia beracun, misalnya arsen, timbal, nitrat,
senyawa raksa, senyawa sulfida, senyawa fenolik, amoniak serta bahan
radioaktif.
7. Kesadahannya rendah. Kesadahan air dapat diakibatkan oleh
kandungan ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) . Batas kadar ion

besi yang diizinkan terdapat di dalam air minum hanya sebesar 0,1 sampai
1 ppm ( ppm = part per million, 1ppm = 1 mgr/1liter). Untuk ion mangan ;
0,005 0,5 ppm, ion kalsium : 75 200 ppm dan ion magnesium : 30
150 ppm.
8. Tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti E. coli , yaitu
bakteri yang biasa terdapat dalam tinja atau kotoran, serta bakteri-bakteri
lain yang dapat menyebabkan penyakit usus dan limpa, yaitu kolera,
typhus, paratyphus, dan hepatitis. Dengan memasak air terlebih dahulu
hingga mendidih, bakteri tersebut akan mati.
2.4 Bakteri Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air,
makanan, susu dan produk-produk susu. Coliform sebagai suatu
kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak
membentuk spora, aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada
suhu 35oC. Bakteri coliform yang berada di dalam makanan/minuman
menunjukkan

kemungkinan

adanya

mikroba

yang

bersifat

enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan


(Suriawiria,1996).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam
saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator
keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri
coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan

jumlah

koloninya

pasti

berkorelasi

positif

dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih

murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain


(Suarjana, 2009).
2.4.1 Penggolongan Bakteri Coliform
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi
indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya.
Bakteri coliform berdasarkan asal dan sifatnya dibagi menjadi dua
golongan (Suriawiria, 1996):
1). Coliform fekal, seperti Escherichia coli yang betul-betul
berasal dari tinja manusia.
2). Coliform non fekal, seperti aerobacter dan Klebsiella yang
bukan berasal dari tinja manusia tetapi biasanya berasal dari
hewan atau tanaman yang telah mati.
Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit
tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum
menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum
harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat
kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran
bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran
manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang
Shigella kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran
manusia atau hewan berdarah panas-adalah, yaitu mikroba
penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah.
Contoh

bakteri

coliform

adalah,

Esherichia

coli

dan

Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas


air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik (Suarjana, 2009).

10

2.4.2 Sifat-Sifat Bakteri Coliform


Sifat-sifat Coliform Bacteria yang penting adalah (Suriawiria,
1996) :
a). Mampu tumbuh baik pada beberapa jenis substrat dan dapat
mempergunakan berbagai jenis karbohidrat dan komponen organik
lain sebagai sumber energi dan beberapa komponen nitrogen
sederhana sebagai sumber nitrogen.
b). Mempunyai sifat dapat mensistesa vitamin.
c). Mempunyai interval suhu pertumbuhan antara 10-46,50C.
d). Mampu menghasilkan asam dan gas gula.
e). Dapat menghilangkan rasa pada bahan pangan.
f). Pseudomonas aerogenes dapat menyebabkan pelendiran.
2.5 Metode Pengujian Bakteri Coliform pada Air Bersih
2.5.1 Most Probable Number (MPN)
Jumlah coliform dapat dihitung dengan menggunakan metode Most
Probable Number (MPN). Bakteri coli dari air dapat diperiksa
keberadaannya dengan menggunakan medium kaldu laktosa yang
ditempatkan di dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil
yang letaknya terbalik, digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat
fermentasi laktosa menjadi asam dan gas). Cara-cara yang digunakan
adalah sistem 5-5-5 (5 tabung untuk 10 ml, 5 tabung untuk 1,0 ml, 5 tabung
untuk 0,1 ml). Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap
yaitu: (1) Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test)
dan Uji pelengkap (completed test) (Widiyanti,2004).

11

2.5.2 Metode Plate Count


Cara ini yang paling umum dipakai untuk perhitungan jumlah
mikroba. Dasarnya ialah membuat suatu seri pengenceran bahan dengan
kelipatan 10; yang dapat dilakukan dengan metode sebar atau tuang
cawan petri.Masing-masing pengenceran diambil 1 cc dan dibuat taburan
dalam petridish (pour plate) dengan medium agar yang macam dan
caranya tergantung pada jenis mikroba. Setelah diinkubasikan, dihitung
jumlah koloni tiap petridish dari masing-masing pengenceran. Dari
jumlah koloni dengan kebalikan pengencerannya, misalnya untuk
pengenceran 1 : 10000 terdapat 45 koloni bakteri maka tiap cc atau gram
bahan mengandung 450000 bakteri. Untuk membantu menghitung jumlah
koloni dalam petridish dapat digunakan colony counter yang biasanya
dilengkapi dengan electronic register (Lay, 1992).
Ada 2 cara melakukan suatu plate count, yaitu (Dwidjoseputro,2000) :
a. Metode Sebaran
b. Metode Tuang / Angka Lempeng.

Penghitungan TPC (Plate Count Agar) dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor, diantaranya adalah ketepatan penghitungan koloni yang
kurang teliti serta ketidakmampuan TPC (Plate Count Agar ) dalam
menghitung jumlah koloni secara tepat. Metode ini dapat dianggap yang
paling sensitive kerena sel hidup dan sel mati yang dapat terhitung,
beberapa jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus dan dapat
digunakan utuk isolasi dan identifikasi karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal dari satu sel induk (Dwidjoseputro,2000).
2.5.3 Uji Angka Lempeng Total (ALT)

12

Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode kuantitatif yang


digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu
sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob
mesofil atau anaerob mesofil menggunakan media padat dengan hasil
akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual berupa angka dalam
koloni. Prinsip pengujian Angka Lempeng Total menurut Metode Analisis
Mikrobiologi yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah
cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan
diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka Lempeng Total
digunakan BPW (Buffer Pepton Watter) sebagai pengencer sampel dan
menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya (Lay,
1992).
Uji Angka Lempeng Total (ALT) dilakukan untuk menentukan jumlah
atau angka bakteri aerob mesofil atau anaerob mesofil yang mungkin
mencemari suatu produk, baik itu makanan-minuman, obat tradisional
ataupun kosmetika. Pada pengujian ini akan diketahui seberapa besar
cemaran bakteri pada sampel. Caranya dengan menghitung koloni bakteri
pada serial pengenceran sampel. Setiap sampel menyaratkan batas angka
kuman tertentu yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi (Pelczar,
2005).
2.6 Teknik Pengambilan Sampel Air
Pengambilan sampel air dapat dilakukan sebagai berikut (Lay, 1992) :
(a)

Persiapan.

Botol untuk sampel air pemeriksaan bakteriologis harus bersih dan steril,
volume botol yang biasa digunakan adalah 250 ml, jangan diisi penuh tetapi
hanya diisi nya oleh air sampel. Untuk pengambilan sampel air yang

13

menggunakan sisa chlour, harus dipakai botol yang telah diberi natrium thio
sulfat untuk menetralkan sisa chlournya. Penambahan larutan natrium thio sulfat
10% sebanyak 0,1 ml, cukup untuk menetralkan sisa chlor sebanyak 15 mg/lt
dalam sampel air yang ditambahkan sebelum sterilisasi. Pemeriksaan sisa chlour
harus dilakukan di tempat pengambilan sampel air (Lay, 1992).
Alat dan Bahan

Botol glass bervolume 250 ml

Kertas pembungkus

Kapas

Etanol 70% atau spirtus

Krustang

Korek api

Api bunsen

Tas/termos untuk wadah alat pengambilan sampel

(b) Prosedur
Prosedur dalam mengambilan biologi ini bisa diuraikan secara singkat sebagai
berikut (Lay, 1992) :

Kran dibuka penuh dan dibiarkan mengalir selama 2-3 menit

Kran dipanaskan/disterilkan terlebih dahulu kemudian isi botol yang telah


disiapkan sampai kurang lebih 2/3 bagian dari volume botol

Botol yang telah berisi sampel air diberi label (lokasi, waktu, pemilik sarana,
pengambil sampel serta tanda tangan)

14

Catatan : Pengambilan sampel air dilaksanakan secara aseptis yaitu mulut dan
leher botol harus dalam keadaan steril caranya dengan dilewatkan diatas nyala api
atanol atau spirtus baik waktu membuka botol atau akan menutup botol.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian ini adalah rancangan penelitian kualitatif analitik dari
uji laboratorik dibandingkan dengan baku mutu air.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah air bersih yang berasal
dari beberapa air sumur di Surabaya.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah air bersih yang akan dianalisa kandungan bakteri
coliformnya.
3.3.3 Besar Penelitian
Jumlah sampel yang telah ditentukan sebanyak 3 sampel dari sumber air
sumur di Surabaya.
3.3 Variebel Penelitian

15

3.4.1 Variabel Bebas


Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah total bakteri coliform.
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah air bersih yang berasal dari air
sumur.
3.4 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2014 23 Juli 2014, yang
bertempat di Laboratorium Instalansi Bioloi Media Lingkungan Dan Biomarker,
Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit
(BBTKLPP) Surabaya.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian
3.5.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tabung reaksi
30 buah
2. Pipet ukur
3 buah
3. Tabung durham
30 buah
4. Botol berlabel steril
3 buah
5. Bunsen
2 buah
6. Jarum ose
2 buah
7. Autoklaf
1 buah
8. Inkubator
1 buah
9. Rak tabung reaksi
2 buah
10. Spidol
1 buah
11. Kapas
1 bungkus
3.5.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel air bersih yang bersumber dari air sumur 3 botol
2. Media Lauryl Tryptose Broth (LTB) 1
@ tabung 8 ml
3. Media Lauryl Tryptose Broth (LTB)
@ tabung 10 ml
4. Media Brilant Green Lactose Bile Broth (BGLB) @ tabung 10 ml

16

Aquadest
secukupnya
3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Pengambilan Sampel
Sampel air bersih berasal dari konsumen yang memeriksakan sampel air
tersebut pada Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Surabaya.
5.

3.6.2 Prosedur Pemeriksaan


a. Tes Pendugaan (Presumtive Test)
Tahap pemeriksaan air bersih ini digunakan 15 tabung.
1.) Disiapkan 5 tabung berisi media LTB 1 dan 10 tabung berisi media
LTB .
2.) Dipipet secara steril 10 ml sampel air pada masing masing tabung LTB 1
.
3.) Dipipet secara steril 1 ml sampel air pada 5 tabung LTB dan 0,1 ml (2
tetes) pada 5 tabung LTB lainnya.
4.) Dikocok tabung secara perlahan- lahan agar sampel air tercampur merata
keseluruh media.
5.) Diinkubasi pada suhu 350C selama 24 48 jam.
6.) Diamati perubahan masing masing tabung untuk melihat ada tidaknya
gas dalam tabung durham.
7.) Dikocok tabung secara perlahan untuk memperjelas ada tidaknya gas
dalam tabung durham.
8.) Jika pada media LTB positif yang ditandai dengan terbentuknya gas maka
tes dilanjutkan pada Tes Penegasan menggunakan Media BGLB,
dikarenakan media LTB dapat difermentasikan oleh bakteri lain sehingga
memastikan adanya coliform dalam air.
b. Tes Penegasan (Confirmative Test)
Hasil uji yang positif pada tes pendugaan diperiksa lagi dengan tes
penegasan.
1.) Disiapkan tabung berisi media BGLB.

17

2.) Dipindahkan tiap tabung yang positif pada tes pendugaan menggunakan

jarum ose 1 2 ose ke dalam tabung BGLB.


3.) Diinkubasi satu seri tabung BGLB pada suhu 350 C selama 24 jam (untuk
melihat adanya Coliform).
4.) Dilakukan pembacaan media yang telah ditanami bakteri, dengan melihat
jumlah gelembung gas dalam tabung durham pada media BGLB.
3.6.3 Pembacaan Sampel
Jumlah tabung BGLB yang positif terdapat gas dicatat dan hasilnya dirujuk
ke tabel MPN, kemudian angka yang diperoleh dari tabel menunjukan MPN
Coliform per 100 ml contoh uji.

18

3.7 Skema Cara Uji


Contoh Uji / sampel
(apabila sampelnya pekat perlu diencerkan dengan buffer phosphat)

Lauryl Triptose Broth


35 0,5 oC
Gas (+)
24 jam

Gas (-)
24 jam
diinkubasi lagi selama 24 jam

Gas (+)
24 jam

Gas (-)
24 jam

Brillian Green Lactose Bile Broth (BGLB) 2%


35 0,5 oC
Gas (+)
24 jam

Gas (-)
24 jam

diinkubasi lagi selama 24 jam

Gas (+)
24 jam

Baca pada tabel MPN

Gas (-)
24 jam

19

3.8 Analisis Data


Analisis kualitas air akan kehadiran bakteri Coliform dari uji penduga
dilakukan berdasarkan metode MPN menggunakan 15 tabung tanpa pengenceran
dibandingkan dengan tabel MPN/JT. Tabel tersebut dapat digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri Coliform dalam 100 ml sampel air. Pembacaan
hasil uji dilihat dari beberapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam (5 seri
pertama, kedua, dan ketiga), hasil yang positif asam dan gas dibandingkan
dengan tabel MPN/JT. Data dianalisis secara kualitatif. Data dari hasil uji sampel
air setelah dianalisis di Laboratorium , akan dibandingkan dengan Permenkes No
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
bersih.

20

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Total Coliform Pada 3 Sampel Air Bersih :
Tgl.

No.

Seri

Tahap Uji
Presumtif
LTB (350 C)
5x10 5x1 ml 5x0,1

Lab.

MPN

Konfirmasi
BGLB (350 C)
5x10 5x1 ml 5x0,1

ml
3

ml
5

Coliform

24/6

8975

AB

ml
5

ml
3

920

26/6

9136

AB

2,0

27/6

9374

AB

>1600

4.1.2 Gambar Pengamatan Pada Pengujian Sampel Air Bersih

Gambar 1.1 Sampel air bersih

Gambar 1.2 Media LTB dan Media BGLB

21

Gambar 1.3 Tahap Uji Pendugaan

Gambar 1.5 Inkubasi dalam Inkubator

Gambar 1.4 Tahap Uji Penegasan

Gambar 1.6 Pembacaan Sampel

4.2 Pembahasan
Pengujian bakteri coliform pada air bersih yang bersumber dari air sumur di
Surabaya ini dilakukan dengan uji deskriptif kualitatif menggunakan metode
MPN Total Coliform yakni melalui tahapan uji pendugaan dengan menggunakan
Media Laury Tryptose Broth (LTB) untuk mengetahui ada tidaknya kehadiran
bakteri coliform (bakteri Gram negatif) berdasarkan terbentuknya gas oksigen
yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli dan uji
penegasan dengan menggunakan Media Brilant Green Lactose Bile Broth

22

(BGLB) untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negatif) di dalam air,


makanan, dan produk lainnya. Pengujian sampel air bersih menggunakan 15
porsi tabung tanpa pengenceran yang berisi media. Setelah uji pendugaan dan uji
penegasan, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan pada tabel MPN.
Penggunaan metode MPN dalam uji bakteri coliform pada air bersih di
Surabaya ini sesuai dengan literatur menurut Boekoesoe (2010), untuk
mengetahui jumlah coliform dalam pemeriksaan kualitas air dapat digunakan
metode MPN (Most Probable Number) dengan digunakannya medium cair
didalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah
tabung positif yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah diinkubasi pada suhu
tertentu. Pengaman terbaik yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap
pencernaan pada umumnya digunakan tiga atau lima seri tabung. Selanjutnya,
menurut Widiyanti (2004), uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari 3
tahap yaitu: (1) Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test)
dan Uji pelengkap (completed test).
Tahap pertama, uji pendugaan dapat dilakukan dengan menanam ketiga
sampel air bersih tersebut pada media Laury Tryptose Broth (LTB) yang
kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 35 0 C. Sampel
dinyatakan positif mengandung bakteri coliform apabila terdapat gelembung gas
dalam tabung durham pada media LTB. Hal ini terjadi karena bakteri dapat
memecah laktosa sehingga menimbulkan adanya gelembung gas. Gas yang
terdapat dalam tabung durham diperkirakan adalah gas oksigen, dimana bakteri
coliform bersifat anaerobik (tidak membutuhkan oksigen) dalam proses
fermentasinya, sehingga terbentuklah gelembung gas oksigen saat terjadi proses
fermentasi pada media laktosa. Dari hasil uji pendugaan sampel air bersih
tersebut dapat diketahui bahwa sampel air bersih dengan nomor laboratorium
8975, setelah dilakukan pembacaan pada 15 tabung terdapat beberapa tabung
positif yang mengandung bakteri coliform diantaranya pada media LTB 1 10
ml terdapat 5 tabung yang positif, media LTB 1 ml terdapat 5 tabung yang
positif, dan media LTB 0,1 ml terdapat 3 tabung yang positif.
Selanjutnya sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9136, setelah
dilakukan pembacaan pada 15 tabung terdapat beberapa tabung yang positif

23

terdapat bakteri coliform, ditandai dengan adanya gelembung gas dalam tabung
durham diantaranya pada media LTB 1 10 ml terdapat 1 tabung yang positif,
media LTB 1 ml negatif, dan media LTB 0,1 ml negatif. Sedangkan pada
sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9374, setelah dilakukan
pembacaan pada 15 tabung ternyata semua tabung positif mengandung bakteri
coliform, ditandai dengan adanya gelembung gas dalam tabung durham
diantaranya pada media LTB 1 10 ml terdapat 5 tabung yang positif, media
LTB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media LTB 0,1 ml (2 tetes)
terdapat 5 tabung yang positif.
Uji pendugaan pada sampel air bersih menggunakan media Laury Tryptose
Broth (LTB) dengan sistem 15 porsi tabung diantaranya 5 tabung untuk 10 ml, 5
tabung untuk 1 ml, 5 tabung untuk 0,1 ml. Hal ini sesuai dengan literatur menurut
Suriawiria (1996), uji penduga merupakan uji kuantitatif coliform menggunakan
metode MPN. Tes pendahuluan dapat menunjukkan adanya bakteri coliform
berdasarkan dari terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi
laktosa oleh bakteri golongan coliform. Tingkat kekeruhan pada media laktosa
menandakan adanya zat asam. Gelembung udara pada tabung durham
menandakan adanya gas yang dihasilkan bakteri. Fungsi dari tabung durham
adalah untuk mengetahui terbentuknya gas gelembung atau untuk menangkap gas
yang ditimbulkan akibat adanya fermentasi laktosa menjadi asam dan gas .
Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari
volume di dalam tabung durham.
Tahap kedua dilanjutkan dengan uji penegasan menggunakan media Brilant
Green Lactose Bile Broth (BGLB) untuk tabung yang positif terdapat gelembung
gas dalam tabung durham pada media Laury Tryptose Broth (LTB). Sampel
media LTB yang positif tersebut dipindahkan ke dalam media BGLB
menggunakan jarum ose, yang kemudian diinkubasi selama 1 x 24 jam dalam
inkubator dengan suhu 350 C. Dari hasil inkubasi tersebut dilakukan pembacaan
pada ketiga sampel air bersih yang telah dipindah ke dalam media BGLB, yang
mana dapat diketahui bahwa sampel air bersih dengan nomor laboratorium 8975
terdapat tabung yang positif ditandai dengan adanya gelembung gas dalam
tabung durham yaitu pada media BGLB 10 ml terdapat 5 tabung yang positif,

24

media BGLB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media BGLB 0,1 ml
terdapat 3 tabung yang positif.
Selanjutnya pada sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9136, setelah
dilakukan pembacaan tabung yang positif terdapat bakteri coliform ditandai
dengan adanya gelembung gas dalam tabung durham diantaranya pada media
BGLB 10 ml terdapat 1 tabung yang positif, media BGLB 1 ml negatif, dan
media BGLB 0,1 ml negatif. Sedangkan pada sampel air bersih dengan nomor
laboratorium 9374, setelah dilakukan pembacaan tabung yang positif
mengandung bakteri coliform ditandai dengan adanya gelembung gas dalam
tabung durham diantaranya pada media BGLB 10 ml terdapat 5 tabung yang
positif, media BGLB 1 ml terdapat 5 tabung yang positif, dan media BGLB 0,1
ml terdapat 5 tabung yang positif.
Uji penegasan dilakukan dengan memindahkan sampel media Laury Tryptose
Broth (LTB) yang positif terdapat gelembung gas dalam tabung durhamnya ke
dalam media Brilant Green Lactose Bile Broth (BGLB). Dalam hal ini sesuai
dengan literature menurut Suriawiria (1996), yang menyatakan bahwa hasil uji
dugaan dilanjutkan dengan uji penegasan. Tabung yang positif terbentuk asam
dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada
media Brilant Green Lactose Bile Broth (BGLB) dengan menggunakan jarum
inokulasi.
Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji pendugaan dan uji penegasan yaitu
dilakukan pembacaan jumlah tabung yang positif pada media LTB dan media
BGLB menggunakan tabel MPN. Dari hasil pembacaan tersebut dapat diketahui
bahwa pada sampel air bersih dengan nomor laboratorium 8975 MPN total
coliform sebanyak 920/100 ml, sampel air bersih dengan nomor laboratorium
9136 MPN total coliform sebanyak 2,0/100 ml, dan pada sampel air bersih
dengan nomor laboratorium 9374 MPN total coliform lebih dari 1600/100 ml.
Hasil pembacaan dengan menggunakan tabel MPN pada ketiga sampel air
bersih di Surabaya menunjukkan jumlah coliform yang berbeda-beda. Dari
ketiga sampel air bersih tersebut, terdapat dua sampel air bersih yang jumlah
coliformnya diatas kadar maksimum yang telah ditentukan yaitu pada sampel air
bersih nomor laboratorium 9374 dengan jumlah coliform lebih dari 1600/100 ml

25

dan sampel air bersih nomor laboratorium 8975 dengan jumlah coliform 920/100
ml. Tingginya jumlah coliform pada kedua sampel air bersih yang bersumber dari
air sumur tersebut menyebabkan sumber air bersih ini telah mengalami tingkat
pencemaran yang tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah coliform pada sampel air
tersebut melewati kadar maksimum yang telah ditentukan untuk air bersih non
perpipaan 50/100 ml dan air bersih perpipaan 10/100 ml, sehingga dapat
dikatakan bahwa kualitas air bersih tersebut tidak baik digunakan dalam
kehidupan sehari-hari terutama untuk diminum.
Pembacaan sampel air bersih dengan nomor laboratorium 9136 pada tabel
MPN menunjukkan jumlah coliform yang tidak melewati kadar maksimum yaitu
2,0/100 ml, sedangkan kadar yang telah ditetapkan untuk air bersih yang
bersumber dari air sumur perpipaan 10/100 ml dan sumur non perpipaan 50/100
ml. Hal ini dapat dikatakan bahwa sumber air tersebut tingkat pencemaran
bakteri coliformnya sedikit sehingga kualitas airnya masih cukup baik untuk
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi tidak untuk dikonsumsi
sebagai air minum apabila cara memasaknya tidak benar.
Batas maksimum jumlah coliform pada air bersih tersebut sesuai dengan
Permenkes (1990), air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan seharihari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Persyaratan kualitas air bersih diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No. 416 Tahun 1990 mengenai Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air, dinyatakan bahwa Kualitas Bakteriologis Air Bersih untuk
Perpipaan adalah 10 Sel/100 ml dan Non Perpipaan adalah 50 sel/100 ml. Air
bersih ini dapat diperoleh dari air sumur gali, air sumur bor, dan air sumur pipa.

26

BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada ketiga sampel air bersih yang bersumber
dari air sumur tersebut terdapat dua sampel air bersih bernomor laboratorium
9374 dan 8975 yang jumlah bakteri coliformnya melewati kadar maksimum yang
telah ditentukan, sehingga kualitas airnya tidak baik digunakan dalam kehidupan
sehari-hari terutama untuk diminum, dan terdapat juga satu sampel air bersih
bernomor laboratorium 9136 yang jumlah bakteri coliformnya tidak melewati
kadar maksimum yang telah ditentukan, sehingga kualitas airnya masih cukup
baik untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari namun tidak untuk diminum.
5.2 Saran

27

Untuk penelitian selanjutnya analisa pemeriksaan air bersih tidak hanya


terbatas pada analisa kualitatif dengan menggunakan metode MPN saja, namun
juga dapat dianalisa secara kuantitatif dengan metode pemeriksaan air lainnya.

Anda mungkin juga menyukai