Anda di halaman 1dari 18

1

LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP TEORI
1.

Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml per jam) yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
yang pathogen. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang
tidak biasa (lebih dari 3 kali sehari, juga perubahan dalam jumlah dan
konsistensi (feses cair). (Brunner and Suddart, 2000)
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus
halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya disebabkan oleh penyebab
mikrobiologi. (Cristin Hancock, 1999)
Gastroenteritis adalah frekuensi buang besar lebih dari 4x sehari pada
bayi dan lebih dari 3x sehari pada anak dengan konsistensi feces cair/encer
berwarna hijau/ dapat pula bercampur lender dan darah atau lender saja.
(Ngastiyah, 1997)

2.

Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi
virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi

parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).


b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang
dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
-

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan


sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi
dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan
protein.
3. Faktor Makanan:

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan


alergi terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

3.

Patofisiologi
1. Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga
terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.

4.

Pathway

Infeksi

makanan

psikologi

Berkembang
di usus

Toksik tak dapat di


serap

ansietas

Sekresi air
dan elektrolit

hiperperistaltik

Malabsorbsi
KH,Lemak,protein

Isi usus

Penyerapan
makanan di usus
menurun

Mening tekanan
osmotic
Pergeseran air dan usus
elektroit ke usus

Diare

Frekuensi BAB
meningkat

Distensi abdomen
Mual muntah

Hilang cairan &


elektrolit berlebihan

Gangguan
keseimbanga
n cairan
dehidrasi

Kekurangan
volume
cairan

5.

Manifestasi Klinis

Gangguan
integritas

Nafsu makan menurun

Asidosis
metabolik
Sesak
Gangguan pertukaran

Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan


berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah.
Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.
Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja
yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan

karena

lambung

turut

meradang

atau

akibat

gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus


berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak
yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak
teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran
menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai
anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan
cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
6.

Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi, sbb :
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipoglikemi
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi

enzim lactase
e. Hipokalemia
f. Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein
7.

Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang
cepat dan akurat, yaitu:
a) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah
bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia
dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit
untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b) Jalan pemberian
Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
c) Jumlah Cairan ; tergantung pada :
Defisit ( derajat dehidrasi)
Kehilangan sesaat (concurrent less)
Rumatan (maintenance).
d) Jadwal / kecepatan cairan
Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat
badanya kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :

BB (kg) x 50 cc

BB (kg) x 10 20 = 130 260 cc setiap diare = 1 gls.

Terapi standar pada anak dengan diare sedang :

+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt

2. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap
dipertahankan yang meliputi:
Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)
Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

8.

Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)


Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :

feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2


meningkat, HCO3 menurun )

Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN


1. Pengkajian Keperawatan

1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama
klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh
terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.

Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x

3.

Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).

4.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah

mengalami

diare

sebelumnya,

pemakian

antibiotik

atau

kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit


menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

5.

Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang

dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.

Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.

8.

Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan


a.

Pertumbuhan

Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg


(rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.

Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm


ditahun kedua dan seterusnya.

Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan


gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 16 buah

b.

Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

Perkembangan

10

Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan
tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan, perkembangan
bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt


Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa
malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang
dapat berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,

bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :


1.

Berdiri

dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun

hitungan (GK)
2.

Meniru membuat garis lurus (GH)

3.

Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)

11

4.
9.

Melepasa pakaian sendiri (BM)

Pemeriksaan Fisik
a.

Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan


mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,

b.

Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran


menurun.

c.

Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada


anak umur 1 tahun lebih

d.

Mata : cekung, kering, sangat cekung

e.

Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,


peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah,
minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum
sedikit atau kelihatan bisa minum

f.

Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena


asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g.

Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .

h.

Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375

c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary

refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.


i.

Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400


ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

j.

Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami

12

stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan


invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
2. Diagnosa Keperawatan
1.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang

2.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan skunder terhadap diare.

3.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi


diare.

4.

Ansietas berhubungan dengan tindakan invasive

5.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit


berlebihan

6.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktip

3. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare
Tujuan : keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :

Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,


RR : < 40 x/mnt )

Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak


cowong, UUB tidak cekung.

13

Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/

Penurunan

sisrkulasi

volume

cairan

menyebabkan

kekeringan mukosa dan pemekataj urin. Deteksi dini


memungkinkan

terapi

pergantian

cairan

segera

untuk

memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus
membuat keluaran tak aadekuat untuk membersihkan sisa
metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 23 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
-

Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,


K,Ca, BUN)

14

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk


mengetahui faal ginjal (kompensasi).
-

Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur


R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

Obat-obatan

(antisekresin,

antispasmolitik,

antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan
elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses
absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum
luas untuk menghambat endotoksin.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan
Kriteria

: kebutuhan nutrisi terpenuhi


: - Nafsu makan meningkat
BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

15

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan


4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah
makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
3. Gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan peningkatan frekwensi
BAB (diare)
Tujuan
: integritas kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan
-

terjaga
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan
perianal dengan baik dan benar

Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila
basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

16

R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama


sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

4. Ansietas berhubungan dengan tindakan invasive


Tujuan
: klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak
tenang dan tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga
2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan
pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik
verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan
rasa aman pada klien.
5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

17

R/ merangsang perkembangan sensori anak.


5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktip
Tujuan
: kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi
Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Turgor kulit baik dan membrane mukosa lembap
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala dehidrasi
R/ Prepulsi feses yang cepat melalui mengurangi absorbsi air.
Volume sirkulasi yang rendah menyebabkan mukosa kering dan
rasa haus. Urin yang pekat dapat meningkatkan BJ plasma.
2) Pantau tanda vital tiap 1 2 jam.
R/ suhu nadi dan pernapasan sebagi indicator kegagalan sirkulasi
3) Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap
24 jam.
R/ Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak
seimbangan cairan.
4) Timbang BB tiap hari dengan jenis baju yang sama dan pada waktu
yang sama.
R/ Penimbangan berat badan harian yang tepat dapat mendeteksi
5) Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan
dengan muntah dan diare.
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat
haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolism
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar hemoglobin,
lekosit, hematokrit, trombosit BUN dan serum kreatinin.
R/ Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi
elektrolit. Muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit.
7) Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena.
R/ Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit.

18

6. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit


berlebihan
Tujuan
: kebutuhan oksigenasi terpenuhi
Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal
- Oksigenasi yang adekuat
- Mampu bernafas dengan mudah
Intervensi :
1) Kaji dispnea, takipnea, bunyi pernapasan abnormal. Peningkatan
upaya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan kelemahan.
R/ mengoptimalkan keseimbangan oksigen
2) Evaluasi perubahan-tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis
dan perubahan warna kulit, membran mukosa, dan warna kuku.
R/ Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan
jaringan.
3) Anjurkan untuk bedrest, batasi dan bantu aktivitas sesuai
kebutuhan.
R/ Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

Anda mungkin juga menyukai