BAB I
PENDAHULUAN
dengan dari 30% dari populasi bedah hanya 75% yang mengalami operasi besar.
Kurangnya akses ke perawatan bedah yang berkualitas tinggi masih menjadi
masalah yang signifikan di dunia meskipun fakta bahwa intervensi bedah lebih
efektif dalam menyelamatkan nyawa dan menghindari kecacatan. Bedah sering
menjadi satu- satunya terapi yang dapat meringankan cacat dan mengurangi risiko
kematian dari kondisi yang umum. Setiap tahun diperkirakan sekitar 63 juta orang
menjalani pembedahan karena luka trauma, 10 juta yang lain menjalani
pembedahan karena komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, dan 31 juta
lebih menjalani pembedahan untuk mengobati keganasan.6
Salah satu dari usaha pencegahan komplikasi tersebut adalah surgical safety
checklist yang didesain oleh WHO pada tahun 2008 yang terdiri dari 19 item dan
diimplementasikan oleh mayoritas rumah sakit di seluruh dunia. Dengan
menurunkan risiko komplikasi pembedahan tersebut, diharapkan angka morbiditas
dan mortalitas pasien yang menjalani prosedur pembedahan dapat menurun.
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah
Keselamatan Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali
pada tahun 2000-an, sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang
menerbitkan laporan: to err is human, building a safer health system.
Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru dalam pelayanan kesehatan yang
mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error yang sering
menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam pelayanan kesehatan. Data
WHO menunjukkan komplikasi utama pembedahan adalah kecacatan dan rawat
inap yang berkepanjangan 3-16% pasien bedah terjadi di negara-negara
berkembang. Secara global angka kematian kasar berbagai operasi sebesar 0,210%. Diperkirakan hingga 50% dari komplikasi dan kematian dapat dicegah di
negara berkembang jika standar dasar tertentu perawatan diikuti. 2
Rumah sakit berada di bawah tekanan yang meningkat untuk
mengembangkan sistim rumah sakit demi mencegah kejadian KTD, yaitu
Kejadian Tidak Diharapkan yang dapat mengakibatkan kematian atau cedera
serius. Meningkatkan keselamatan pasien merupakan peningkatan prioritas bagi
ahli bedah dan rumah sakit sejak KTD dapat menjadi bencana bagi pasien,
perawat dan lembaga. Inisiatif keselamatan pasien yang ditujukan untuk
menciptakan budaya ruang operasi yang aman semakin sering diadopsi, tetapi
sarana yang dapat diandalkan untuk mengukur dampaknya untuk saat ini belum
ada. 4
Referat ini akan membahas mengenai Surgical Safety secara menyeluruh.
Referat ini bertujuan untuk memahami Surgical Safety, sehingga dapat dilakukan
tindakan Pembedahan yang aman dan dapat menghindari kejadian yang tak
diinginkan (KTD).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.3 Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Surgical Safety atau Keselamatan Pasien Bedah adalah merupakan suatu
sistem agar membuat pasien lebih aman dalam tindakan pembedahan.
negara-
negara
anggota
untuk
mengembangkan
kebijakan
2.
3.
pasien.
Measurement
of
surgical
services:
Masalah
utama
dalam
kesehatan
publik
ingin
memastikan
kemajuan
dan
Masalah keselamatan bedah telah diakui di seluruh dunia. Di negaranegara maju, penelitian menunjukkan besarnya masalah ini. Di negara
berkembang infrastruktur dan peralatan yang kurang, perlengkapan dan kualitas
obat yang tidak dapat diandalkan, kekurangan dalam manajemen organisasi dan
pengendalian infeksi, kapasitas dan pelatihan personil yang tidak memadai, dan
kurangnya pembiayaan berkontribusi terhadap kesulitan untuk menhindari
masalah
keselamatan
bedah.
Oleh
karena
itu,
gerakan
global
untuk
10
11
SIGN IN 6
Selama "sign in" sebelum induksi anestesi, koordinasitor checklist secara
lisan akan memastikan
operasi dan lapangan operasi sudah tepat, dan bahwa persetujuan untuk operasi
12
telah disetuju pasien dan keluarga pasien secara tertulis. Koordinator akan
mengkonfirmasi bahwa lapangan operasi telah ditandai (marker). Koordinator
secara lisan meninjau dengan profesional risiko pada pasien dari kehilangan
darah, kesulitan bernapas, dan reaksi alergi dan apakah pemeriksaan keamanan
anestesi telah selesai. Rincian untuk masing-masing kotak di " Sign In" adalah
sebagai berikut :
berupa spidol terutama pada kasus yang melibatkan bagian tubuh yang lateralisasi
(perbedaan kiri atau kanan) atau beberapa struktur atau tingkat (misalnya jari
tertentu, kaki, lesi kulit, tulang belakang). Sitemarking untuk struktur garis tengah
(misalnya tiroid) atau struktur tunggal (misalnya limpa) akan mengikuti standar
praktek lokal.
13
Airway,
Breathing (termasuk oksigen dan agen inhalasi), suCtion, Drugs dan Emergency
medications terdiri dari obat-obatan dan perangkat untuk keadaan gawat darurat
medis.
PULSE OXIMETRY
DENGAN BAIK
Koordinator Checklist memastikan pulse oxymetri telah dipasang pada
pasien dan berfungsi dengan benar sebelum induksi anestesi. Idealnya, pulse
oximetri dapat dengan mudah dipantau oleh tim operasi dan sebuah sistem yang
dapat memberikan sinyal suara
mengingatkan tim operasi tentang informasi denyut nadi dan saturasi oksigen.
Pulse oximetry telah sangat direkomendasikan sebagai komponen penting dari
perawatan anestesi yang aman oleh WHO. Jika tidak pulse oximetry yang tersedia,
ahli bedah dan anestesi profesional harus mengevaluasi kondisi pasien dan
mempertimbangkan
menunda
operasi.
Dalam
keadaan
mendesak
untuk
menyelamatkan hidup atau anggota badan pasien, persyaratan ini bisa dicabut,
tapi kotak harus dibiarkan tidak dicentang.
14
mencakup
menyesuaiakan
metode
anestesi
(misalnya,
15
tahu apakah ada risiko kehilangan darah pada pasien ini, dia harus mendiskusikan
risiko tersebut dengan dokter bedah sebelum induksi anestesi. Jika ada risiko yang
signifikan dari kehilangan darah lebih dari 500 ml, sangat direkomendasikan
bahwa setidaknya dua botol infus 500ml dan central venous catheter telah
dipasang sebelum sayatan kulit. Selain itu, tim harus mengkonfirmasi
ketersediaan darah untuk resusitasi.
TIME OUT
Saat "time out", masing-masing anggota tim akan memperkenalkan diri
dengan nama dan perannya dalam tim operasi. Tim akan mengkonfirmasi bahwa
mereka melakukan operasi yang benar pada pasien yang benar dan kemudian
secara lisan meninjau dengan satu sama lain, elemen-elemen kritis dari rencana
operasi berdasarkan pertanyaan pada checklist sebagai panduan. Mereka juga
akan mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan setidaknya 60
menit sebelum time out dan pemeriksaan pencitraan seperti foto rontgent telah
ditampilkan.
DOKTER
ANESTESI,
DAN
16
Langkah ini adalah standar "Time Out" atau "surgical pause". Sebelum
dokter bedah membuat sayatan kulit, koordinator Checklist atau anggota tim lain
akan meminta semua orang di ruang operasi untuk berhenti dan secara lisan
mengkonfirmasi nama pasien, operasi yang akan dilakukan, situs operasi, dan bila
sesuai, posisi pasien untuk menghindari operasi pada pasien yang salah. Misalnya,
perawat beredar mungkin mengumumkan, "Mari kita lakukan time out, " dan
kemudian melanjutkan, "Apakah semua orang setuju bahwa ini adalah pasien X
yang akan menjalani operasi inguinal hernia? "
Kotak ini tidak boleh diperiksa sampai ahli anestesi, dokter bedah, dan perawat
beredar secara eksplisit dan individual mengkonfirmasi kesepakatan.
MENGANTISIPASI KEMUNGKINAN KEADAAN KRITIS
Komunikasi tim yang efektif adalah komponen penting dari operasi yang
aman, kerja tim yang efisien, dan pencegahan komplikasi utama dengan
memastikan komunikasi tentang isu pasien yang kritis, selama "Time Out" yang
didiskusikan secara cepat di antara ahli bedah, staf anestesi dan perawat.
ULASAN DOKTER: APA SAJA KEMUNGKINAN LANGKAH KRITIS ATAU
TAK
TERDUGA
SELAMA
OPERASI,
DURASI
OPERASI,
DAN
17
PEMERIKSAAN
PENCITRAAN
PENTING
UNTUK
DITAMPILKAN?
Pencitraan sangat penting untuk memastikan perencanaan dan pelaksanaan
operasi yang tepat, termasuk prosedur ortopedi dan reseksi tumor. Selama "Time
Out", koordinator harus memastikan pada ahli bedah jika pencitraan perlu
ditampilkan untuk kasus ini. Jika pencitraan dibutuhkan tetapi tidak tersedia,
maka operasi harus ditunda sampai hasil pemeriksaan tersedia. Dokter bedah akan
memutuskan apakah akan melanjutkan tanpa pencitraan jika perlu tapi tidak
18
tersedia. Dalam keadaan seperti itu, bagaimanapun, kotak harus dibiarkan tidak
dicentang. Jika pencitraan tidak perlu, kotak "not applicable" harus dicentang.
SIGN OUT
Saat "sign out", tim akan meninjau bersama-sama operasi yang telah
dilakukan, menghitung kembali kassa dan instrumen yang digunakan selama
operasi, dan memberi label spesimen bedah apapun yang diperoleh. Akhirnya, tim
akan meninjau aspek hal-hal yang perlu dititikberatkan mengenai manajemen
pasca operasi dan pemulihan sebelum pasien dipindahkan dari ruang operasi ke
ruang pemulihan. "Sign Out" dapat dimulai oleh perawat beredar, ahli bedah atau
anestesi profesional dan harus diselesaikan sebelum ahli bedah meninggalkan
ruangan. Hal ini dapat berbarengan dengan penutupan luka.
PERAWAT SECARA LISAN MEMASTIKAN DENGAN TIM:
rongga tubuh pasien dapat menyebabkan kesalahan yang fatal. Jika jumlah tidak
tepat sebelum dan sesudah operasi, tim harus mengambil langkah-langkah yang
tepat seperti memeriksa kain steril, tirai, sampah, atau jika perlu, memperoleh
gambaran radiografi.
19
permasalahan
intraoperatif
atau
masalah
anestesi
yang
mungkin
20
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka
21
22
Lampiran 1. Surgical Safety Checklist