Anda di halaman 1dari 16

Manajemen cidera sinus sagital superior (CSS)

pada trauma kepala: analisis dari 15 kasus


Sanjay K. Behera, Satya Bhusan Senapati, Sudhansu Sekhar Mishra,
Srikant Das
Department of Neurosurgery, S.C.B. Medical College and Hospital,
Cuttack, Odisha, India

OLEH:
RAJA ASEAN SARAGIH
IKA KRASTANAYEH

SMF. BEDAH SARAF


RSUD ABDUL AZIZ - SINGKAWANG
FK UNTAN PONTIANAK
2015

Latar belakang
Kejadian cidera sinus pada lapisan dural
yang signifikan sekitar 1.5 sampai 5 %
dari keseluruhan cidera kepala
Cidera sinus sagitalis superior terjadi
sekitar 70-80% dari jumlah kejadian
cidera sinus
Manifestasi klinis pada kasus cidera sinus
sagital bervariasi dengan mekanisme dan
lokasi yang berbeda pula

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cushing


terhadap 219 personil tentara yang mengalami
cidera kepala saat perang dunia I, terdapat 14
kasus merupakan cidera sinus dural dengan
angka kematian mencapai 79%
Oleh karena itu, penanganan kasus cidera sinus
dural menjadi tantangan tersendiri bagi para
dokter bedah saraf
Dokter bedah umum biasanya takut menangani
kasus ini, sehingga peneliti menganggap
bahwa pengetahuan tentang tata laksana yang
tepat sangat penting

Materi dan metode


Selama periode agustus 2011 sampai
juli 2012 didapatkan 549 kasus cidera
kepala yang dioperasi , 15 kasus
diantaranya adalah cidera sinus sagital
superior yang ditemukan saat operasi
Faktor penyebab cidera sinus sagital
diantaranya: kecelakaan lalu lintas,
perkelahian, tertimpa benda berat
Semua pasien dilakukan CT Scan
rekonstruksi 3 dimensi, hemogram
rutin, dan faktor pembekuan darah

Kemungkinan adanya CSS juga


dicurigai pada keseluruhan kasus EDH
dengan diastase sutura korona
(gambar 1) dan pasien dengan fraktur
yang memanjang sampai area sinus
dan fraktur depresi yang melewati
garis tengah (gambar 2 dan 3)
Pasien yang akan dioperasi
dipersiapkan darah dan plasma beku
segar untuk kepentingan tranfusi

Hasil
Dari total 15 kasus di atas, 12 kasus
merupakan cidera sinus sagitalis anterior
sedangkan 3 kasus lainnya merupakan
cidera sinus sagitalis medial
Pada tabel 1 memperlihatkan bahwa CSS
disebabkan oleh
fraktur segmen (5 kasus),
fraktur line yang memanjang yang melewati
area sinus (4 kasus), dan
Diastase sutura korona (6 kasus)

Rata-rata GCS pertama kali datang


yaitu 13,34 dan Hb 8,62 g%
Rata-rata perdarahan selama operasi
sekitar 500-800 ml dan jumlah
tranfusi selama operasi sebanyak 1,8
unit

Semua pasien mengalami


perdarahan yang signifikan, pada 4
kasus EDH yang ditangani dengan
operasi craniotomy frontoparietal
yang memanjang sampai ke sisi
sebelah hingga melewati garis
tengah yang menyebabkan cidera
sinus yang tak terlihat

Pada dua kasus yang dilakukan frontoparietal


craniotomy bilateral yang meninggalkan garis
pada garis tengah tulang sehingga dilakukan
jahitan bilateral dan diberikan gel foam untuk
menghentikan perdarahan (lihat gambar 5)
Pada 2 kasus fraktur depresi yang melewati
area sinus dengan robekan sinus yang lebar,
craniectomy sirkumferensial dilakukan
sepanjang sisi area sinus dan dilakukan
perbaikan secara langsung pada sutura sinus
yang selanjutnya diperkuat dengan cara
menambalnya dengan menggunakan otot

Pada robekan kecil CSS ditemukan 7 kasus


dan ditangani dengan elevasi kepala dan
kompresi dengan menggunakan gel foam
sedangkan 2 kasus dengan robekan yang
luas yang diberikan tindakan sinoraphy
Pada 4 kasus dijahit dan diberikan gel
foam dan 2 kasus lainnya yang
meninggalkan garis pada area sinus
dilakukan penjahitan secara bilateral
(tabel 2)

Pada penelitian ini, peneliti sudah


menemukan bahwa kecurigaan akan
cidera CSS sebelum operasi
membantu untuk menegakkan
diagnosis cidera sinus dengan tepat
sehingga dapat memperbaiki hasil
Perbaikan sinus berlangsung sukses
pada semua kasus dan angka
kematiannya tidak ada sama sekali

Diskusi
Laserasi pada sinus bagian dural merupakan hal
yang umum pada masa perang. Cedera sinus
bagian dural terjadi pada 1,5-5% dari seluruh
cedera kepala berat. Sebanyak 43% insiden cedera
tersebut ditemukan dalam perang dunia ke II dari
hasil penelitian Cairns et al.
Meirowsky melakukan penelitian dari 100 kasus
cedera sinur dural, ditekankan bahwa perlu untuk
mengontrol kerusakan sinurs proximal dan distal,
teknik perbaikan yang digunakan menggunakan
Gelfoam, strip otot, dan jahitan dan melaporkan
angka kematian hanya sebanyak 12%.

Teknik perbaikan dari sinus dural


telah dipaparkan. Instrumen vaskular
yang lengkap harus tersedia ketika
melakukan perbaikan sinus. Langkah
pertama dalam melakukan perbaikan
sinus adalah hemostasis.

Hemostasis sementara biasanya dicapai


dengan mengompresi cottonoid pada
gelfoam
ketika
mengangkat
kepala
(kebalikan dari posisi Trendelenburg),
karena adanya risiko emboli udara selama
perbaikan sinus. Sebuah garis tengah di
atrium kanan dan echocardiography
Doppler diperlukan, dan penggunaan
tekanan akhir ekspirasi positif membantu
mencegah udara memasuki sistem vena.

Anda mungkin juga menyukai