Tubuh kita memiliki suatu system yang sangat penting yaitu system saraf dan tubuh kita
mempunyai orgn yang sangat penting yaitu otak. Jika otak dan system saraf mengalami
gangguan otomatis tubuh akan mengalami gangguan juga yang sangat menggangu dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti kita ketahui otak merupakan system pengatur seluruh tubuh
kita. Otak merupakan pusat dari berbagai mekanisme tubuh kita. Jika otak kita atau system
saraf kita mengalami gangguan tubuh kita otomatis akan terganggu. Seperti pada epilepsy
dimana system saraf terganggu. Epilepsy dapat menyerang siapa saja. Dan sering mulai dari
anak-anak. Di dalam makalah ini saya akan membahas tentang epilepsy dan berbagai macam
epilepsy selain itu saya juga akan membahas beberapa penyakit-penyakit yang dapat
mengakibatkan kejang seperti epilepsy.
Pembahasan
A. Anamnesis
Pada skenario seperti kita ketahui laki-laki berusia 23 tahun mengalai kejang.
Anamnesis yang dapat kita tanyakan antara lain :
Riwayat penyakit sekarang
Kapan pasien mengalami serangan kejang yang pertama kali selama ini? Usia
serangan dapat memberi gambaran klasifikasi dan penyebab kejang. Serangan kejang
yang dimulai pada neonatus biasanya penyebab sekunder gangguan pada masa
perinatal, kelainan metabolik dan malformasi kongenital. Serangan kejang umum
cenderung muncul pada usia anak-anak dan remaja. Pada usia sekitar 70 tahunan
muncul serangan kejang biasanya ada kemungkinan mempunyai kelainan patologis di
parietalis. Dan gangguan penglihatan sementara mungkin dialami oleh pasien dengan
epilepsi lobus oksipitalis. Pada serangan kejang umum bisa tidak didahului dengan
aura hal ini disebabkan terdapat gangguan pada kedua hemisfer , tetapi jika aura
dilaporkan oleh pasien sebelum serangan kejang umum, sebaiknya dicari sumber
Apakah ada faktor pencetus ? Serangan kejang dapat dicetuskan oleh karena kurang
tidur, cahaya yang berkedip,menstruasi, faktor makan dan minum yang tidak
teratur, konsumsi alkohol, ketidakpatuhan minum obat, stress emosional, panas,
kelelahan fisik dan mental, suara suara tertentu, drug abuse, reading & eating
epilepsy. Dengan mengetahui faktor pencetus ini dalam konseling dengan pasien
mengetahui bagaimana respon pengobatan bila sudah mendapat obat obat anti kejang
Apakah ada periode bebas kejang sejak awal serangan kejang ? Pertanyaan ini
mencoba untuk mencari apakah sebelumnya pasien sudah mendapat obat anti kejang
atau belum dan dapat menentukan apakah obat tersebut yang sedang digunakan
spesifik bermanfaat ?
Apakah ada jenis serangan kejang lebih dari satu macam? Dengan menanyakan
tentang berbagai jenis serangan kejang dan menggambarkan setiap jenis serangan
luka
ditubuh
sehubungan
dengan
serangan
kejang? Pertanyaan ini penting mengingat pasien yang mengalami luka ditubuh akibat
serangan kejang ada yang diawali dengan aura tetapi tidak ada cukup waktu untuk
mencegah supaya tidak menimbulkan luka ditubuh akibat serangan kejang atau
mungkin ada aura , sehingga dalam hal ini informasi tersebut dapat dipersiapkan
Apakah pasien lahir normal dengan kehamilan genap bulan maupun proses
persalinannya?
Apakah pasien setelah lahir mengalami asfiksia atau respiratory distress?
Apakah tumbuh kembangnya normal sesuai usia?
Apakah ada riwayat kejang demam? Risiko terjadinya epilepsi sesudah serangan
kejang demam sederhana sekitar 2 % dan serangan kejang demam kompleks 13 %.
Apakah ada riwayat infeksi susunan saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis? atau
penyakit infeksi lainnya seperti sepsis, pneumonia yang disertai serangan
Riwayat sosial.
Apa latar belakang pendidikan pasien? Tingkat pendidikan pasien epilepsi mungkin
dapat menggambarkan bagaimana sebaiknya pasien tersebut dikelola dengan baik.
Dan juga dapat membantu mengetahui tingkat dukungan masyarakat terhadap pasien
dan bagaimana potensi pendidikan kepada pasien tentang cara menghadapi penyakit
tidak
terkendali
dengan
baik
untuk
memperoleh
dan
jelas untuk memodifikasikan pekerjaan itu agar supaya tidak membahayakan dirinya?
Apakah pasien mengemudikan kendaraan bermotor? Pasien dengan epilepsi yang
serangan kejangnya tidak terkontrol serta ada gangguan kesadaran sebaiknya tidak
mengemudikan kendaraan bermotor. Hal ini bisa membahayakan dirinya maupun
masyarakat lainnya. Dibeberapa negara mempunyai peraturan sendiri tentang pasien
Riwayat keluarga.
Mengetahui riwayat keluarga adalah penting untuk menentukan apakah ada sindrom
epilepsi yang spesifik atau kelainan neurologi yang ada kaitannya dengan faktor
genetik dimana manifestasinya adalah serangan kejang. Sebagai contoh Juvenile
myoclonic epilepsy (JME), familial neonatal convulsion, benign rolandic
epilepsy dan sindrom serangan kejang umum tonik klonik disertai kejang demam
plus.
Riwayat allergi
Riwayat pengobatan.
B. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum:
Pemeriksaan fisik umum pada dasarnya adalah mengamati adanya tanda-tanda dari gangguan
yang berhubungan dengan epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus,
gangguan kongenital, kecanduan alkohol, atau obat terlarang, kelainan pada kulit
(neurofakomatosis), kanker, dan defisit neurologik fokal atau difus.
Pemeriksaan Neurologik :
Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan neurologik sangat bergantung pada interval antara saat
dilakukanya pemeriksaan dengan bangkitan terakhir.
* Jika dilakukan pada beberapa menit atau jam setelah bangkitan maka akan tampak tanda
pasca-iktal terutama tanda fokal seperti Todds paresis, transient aphasic symptoms, yang
tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi.
* Jika dilakukan pada beberapa waktu setelah bangkitan terakhir berlalu, sasaran utama
adalah untuk menentukan apakah ada tanda-tanda disfungsi sistem saraf permanen (epilepsi
simptomatik) dan walaupun jarang apakah ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.1
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Electro-encephalography (EEG).
Rekaman EEG merupakan pemeriksan yang paling berguna pada dugaan suatu bangkitan.
Pemeriksaan EEG akan membantu menunjang diagnosis dan membantu penentuan jenis
bangkitan maupun sindrom epilepsi. Pada keadaan tertentu dapat membantu menentukan
prognosis dan penentuan perlu/tidaknya pengobatan dengan AED.
Pemeriksaan pencitraan Otak (brain imaging)
Pemeriksaan CT Scan dan MRI meningkatkan kemampuan kita dalam mendeteksi lesi
epileptogenik di otak. Dengan MRI beresolusi tinggi berbagai macam lesi patologik dapat
terdiagnosis secara non-invasif, misalnya mesial temporal sclerosis, glioma, ganglioma,
malformasi kavernosus, DNET (dysembryoplastic neuroepihelial tumor). Ditemukannya lesilesi ini menambah pilihan terapi pada epilepsi yang refrakter terhadap OAE. Funtional brain
imaging seperti Positron Emission Tomography (PET), Single Photon Emission Comuted
Tomography(SPECT) dan Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) bermanfaat dalam
menyediakan informasi tambahan mengenai dampak perubahan metabolik dan perubahan
aliran darah regional di otak berkaitan dengan bangkitan.3
Pemeriksaan Laboratorium.
Pemeriksaan hematologik
Pemeriksaan ini mencakup hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit, apusan darah tepi,
elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium). kadar gula, fungsi hati, ureum, kreatinin).
Pemeriksaan ini dilakukan pada awal pengobatan, beberapa bulan kemudian, diulang bila
timbul gejala klinik, dan rutin setiap tahun sekali.
Serangan parsial (fokal, local), kesadaran tidak berubah, berasal dari daerah tertentu dalam
otak.
Kejang parsial sederhana. Ditandai dengan kesadaran tetap baik dan dapat berupa :
(a) motorik fokal yang menjalar atau tanpa menjalar (tipe Jackson)
(b) gerakan versify dengan kepala dan leher menengokm ke salah satu sisi (c) dapat pula
sebagai gejala sensorik berupa halusinasi dan kadang berupa kelumpuhan extremitas
(paralysis todd).
Kejang parsial kompleks. Didapat adanya gangguan kesadaran dan gejala psikis atau
ganggguan fungsi luhur.
Serangan umum (generalisata), sejak awal seluruh otak terlibat secara bersamaan.
Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal). Dimulai dengan kehilangan kesadaran disusul
dengan gejala motorik secara bilateral, dapat berupa ekstensi tonik beberapa menit disusul
gerakan klonik yang sinkron dari otot-otot tersebut. Segera sesudah kejang berhnti pasien
tertidur.
Kejang mioklonik. Ditandai oleh kontraksi otot-otot tubuh secara cepat, sinkron, dan
bilateral atau kadang hanya mengenai kelompok otot tertentu
Kejang lena (petit mal). Ditandai kehilangan kesadaran yang berlangsung sangat singkat.
Beberapa episode dapat disertai dengan mata yang menatap kosong atau gerakan mioklonik
dari kelompok otot mata atau wajah, otomatisme, kehilangan tonus otot. Kejang berlangsung
beberapa detik sampai setengah menit.3
Diagnosa Kerja
Epilepsi grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana penderitanya
hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok dan mengeluarkan
buih/busa dari mulut. Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang
berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, dibagian dalam serebrum dan bahkan
di batang otak dan thalamus, kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.3,4
Diagnosa Banding
A.
Epilepsi Umum
Serangan petit mal pada anak dapat berkembang menjadi gran mal
Epilepsi parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran dengan
gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam
hitungan menit atau jam.4,5
2. Epilepsi Parsial Kompleks
Epilepsi parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang dimulai
dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya daya
ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa
menyebabkan penderita melamun, lari tanpa tujuan, berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang.
keesokan harinya ia tidak ingat sama sekali apa yang terjadi semalam.. EEG biasanya
normal.
Paralisis tidur. Biasanya terjadi menjelang tiduratau bangun dan sering didahului halusinasi
visual danauditoris. Serangan ini sering menakutkan penderita karena ia dapat
bernafas,menggerakan mata, namun tidak dapat bergerak. Sentuhan ringan atau
rangsanganauditoris dapat mengakhiri paralisi tersebut yang biasanya berlangsung hanya
beberapa detik.
Migren. Pada migren gejala-gejala juga timbul mendadak dalam serangan-serangan. Pada
fasevasokontriksi dapat timbul nausea, muntah, mulas, gangguan penglihatan, atau gejalagejala neurologis sesisi. Biasanya gejala-gejala ini reversible, tetapi pada anak pulihnyaagak
lambat
Gejala Klinik
Grand mal atau serangan tonis klonis generalized
Ciri-cirinya :
Kejang kaku bersamaan dengan kejutan kejutan ritmis dari anggota badan.
Hilangnya untuk sementara kesadaran dan tonus. Pada umunya serangan diawali suat
perasaan khusus (aura). Hilangnya tonus menyebabkan penderita terjatuh, kejang hebat dan
ototnya menjadi kaku. Fase tonis berlangsung kira-kira 1 menit disusul oleh fase klonis
dengan kejang-kejang dari kaki tangan, rahang dan muka.
Penderita kadang mengigit lidahnya sendiri dan juga dapat terjadi inkontinensia urin atau
feces.
Gerakan ritmis dari kaki tanga secara tak sadar, sering kali dengan jeritan, mulut berbusa,
mata membelalak.
Lamanya serangan berkisar antara 1 dan 2 menit disusul dengan keadaan pingsan selama
beberapa menit dan sadar kembali dengan perasaan kacau serta depresi.
Serangan myoclonis yaitu kontraksi otot-otot simetris dan sinkron yang tak ritmis dari bahu
dan tangan (tidak dari muka), berlangsung berurutan dengan jangka waktu singkat kurang
dari 1 detik.
Status epileptikus serangan yang bertahan lebih dari 30 menit berlangsung beruntun dengan
cepat tanpa diselingi keadaan sadar. Situasi ini bisa fatal karena kesulitan pernafasan dan
kekurangna oksigen di otak. Umunya disebabkan ketidakpatuhan penderita minum obat,
menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau timbulnya demam.3,5
Komplikasi
Komplikasi pada masa kehamilan. Bangkitan epilepsi selama masa kehamilan dapat
membahayakan ibu dan anak. Beberapa jenis obat epilepsi juga meningkatan resiko cacat
pada janin. Umumnya wanita dapat hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Perlu berhati-hati
dalam memonitor keadaan selama masa kehamilan dan mengatur pengobatan. Perencanaan
yang benar dengan dokter anda mutlak diperlukan.Kondisi-kondisi lain yang dapat
membahayakan jiwa jarang terjadi, tetapi tetap mungkin terjadi.6
Etiologi
Idiopatik
Factor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang
seperti
sklerosis
tuberose,
neurofibromatosis,
angiomatosis
ensefalotrigeminal,
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi padasinaps.
Tiap sel hidup, termasuk neuron-neuron otak mempunyai kegiatan listrik yangdisebabkan
oleh adanya potensial membrane sel. Potensial membrane neuron bergantung pada
permeabilitas selektif membrane neuron, yakni membrane sel mudah dilalui oleh ion K
dariruang ekstraseluler ke intraseluler dan kurang sekali oleh ion Ca, Na dan Cl, sehingga di
dalamsel terdapat kosentrasi tinggi ion K dan kosentrasi rendah ion Ca, Na, dan Cl,
sedangkan keadaansebaliknya terdapat diruang ekstraseluler. Perbedaan konsentrasi ion-ion
inilah yangmenimbulkan potensial membran.Ujung terminal neuron-neuron berhubungan
dengan dendrite-dendrit dan badan-badan neuron yang lain, membentuk sinaps dan merubah
polarisasi
membran
neuron
berikutnya.
Ada
dua
jenis
neurotransmitter,
yakni
Penatalaksanaan
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah setiap minggu atau setiap bulan karena
efek samping dari karbamazepin dapat terjadi gangguan darah, hepatitis dan lupus
erythematodes.
Menekankan pada keluarga khususnya orang tua pasien bahwa obat harus diminum
secara teratur setiap hari, sebaiknya pada saat yang sama, misalnya pada waktu makan atau
sesudahnya.
Memberikan penjelasan mengenai sifat penyakit ini dapat membantu untuk bisa lebih
baik menerima penderita anak ini dirumah maupun di masyarakat. Untuk menciptakan
suasana di mana anak dapat menjalani hidupnya senormal mungkin dan dapat
mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Dalam hal ini diperlukan pedoman untuk
menjamin keselamatan anak, misalnya menghindari berenang sendiri.
Mengawasi area bermain anak, jangan sampai mendekati air atau api. Dikhawatirkan
akan membahayakan keselamatan anak apabila tiba-tiba penyakitnya kambuh.
Jika ada dosis yang terlewat diminum, segera minum obat yang terlupa itu. Namun jika
sudah mendekati waktu minum dosis berikutnya, cukup meminum 1 dosis obat tersebut
sesuai jadwal minum obat yang seharusnya. Jangan digandakan (minum 2 dosis sekaligus).
Tetap jika terlewat lebih dari satu dosis sehari, segera beri tahu dokter.
Jangan meminum obat lebih dari dosis yang ditentukan, jangan meminum lebih sering
dari frekuensi minum obat yang telah ditetapkan, dan jangan diminum untuk jangka waktu
yang lebih lama dari yang disarankan oleh dokter.3,4,5
Terapi serangan
Kebanyakan lamanya serangan kurang dari 5 menit dan berhenti dengan sendirinya
tanpa pengobatan. Bila berlangsung lebih lama, barulah harus diberikan obat sebagai berikut :
1.
Diazepam rektal
Jika belum menghasilkan efek sesudah 5-10 menit, pemberian dapat diulang atau diberi
midazolam/klonazepam secara oromucosal.
2.
Diazepam intravena
Umumnya serangan berhenti dalam 5-15 menit. Dosis tidak boleh terlalu tinggi karena resiko
depresi pernapasan. Bila penanganan belum berhasil dan terjadi status epilepticus, maka
terapi segera dilanjutka di rumah sakit.
3.
Benzodiazepin /fenitoin
Pasien biasanya diberi diazepam 10 mg i.v, disusul dengan infus i.v dari 200 mg per liter
selama 24 jam.5
Terapi Pemeliharaan
1.
Epilepsi Parsial
Kortikosteroid
Terutama digunakan bila penyakit menjadi parah, misalnya pada penderita lansia dapat
diatasi dengan dosis rendah prednison (10 mg) yang sepanjang tahun dapat dikurangi sampai
dosis pemeliharaan. Pada pasien yang lebih muda diperlukan dosis yang jauh lebih tinggi
untuk waktu yang lama dengan resiko efek samping besar.5
Barbital
Fenobarbital dan mefobarbital memiliki sifat antikonvulsif khusus yang terlepas dari sifat
hipnotiknya.
Fenitoin
Senyawa hidantoin ini terutama digunakan pada grand mal.
Suksinimida
Etosuksimida dan mesuksimida, terutama digunakan pada petit mal.
Lainnya
Asam valproat, diazepam dan klonazepam, karbamazepin dan okskarbazepin.
2.
Prognosis
Pada sekitar 70 % kasus epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat anti epilepsi,sedangkan
pada 30-50 % pada suatu saat pengobatan dapat dihentikan. Namun prognosetergantung dari
jenis serangan, usia waktu serangan pertama terjadi, saat dimulai pengobatan,ada tidaknya
kelainan neurologik atau mental dan faktor etiologik. Prognosis terbaik adalah untuk
serangan umum primer seperti kejang tonik klonik dan serangan petit mal, sedangkan
serangan parsial dengan simtomatologi kompleks kurang baik prognosenya. Juga serangan
epilepsi yang mulai pada waktu bayidan usia dibawah tiga tahun prognosenya relatih
buruk. 4,5
Pencegahan
Upaya sosial luas yang mengembangkan tindakan luas harus ditingkatkan untuk pencegahan
epilepsi. Epilepsi muncul pada bayi dari ibu yang menggunakan aktikonvulsi yang digunakan
sepanjang kehamilan, ibu-ibu yang mempunyai resiko tinggi harus dipantau ketat selama
hamil karena lesi pada otak atau cidera akhirnya menyebabkan kejang yang terjadi pada janin
selama kehamilan dan persalinan.
Infeksi pada masa kanak-kanak harus dikontrol dengan vaksinasi yang benar, orang tua
dengan anak yang pernah mengalami kejang demam harus diinstruksikan pada metode untuk
mengkontrol demam (kompres dingin, obat anti peuretik).
Cidera kepala merupakan salah satu penyebab utama yang dapat dicegah, tindakan
pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga mengembangkan
pencegahan epilepsi akibat cidera kepala.
Untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia dini, pencegahan kejang dilakukan
dengan penggunaan obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi daya hidup
merupakan bagian dari rencana pencegahan ini. 4
Epidemiologi
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada kondisi tanpa serangan, pasien
terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita
epilepsy malu/enggan mengakui . Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan
terjadinya penyakit cerebrovaskular. Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18
tahun.3,5
Simpulan
Dari anamnesis,pemeriksaan fisik dan gejala yang timbul laki-laki berusia 23 tahun
mengalami kejang kurang lebih 30 detik,tidak sadarkan diri,dan mata mendelik keatas
menderita epilepsi grand mal atau generalisata.
Daftar Pustaka
1.
2.
Hartono A. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan Bates. Terjemahan. Lynn SB.
Bates guide to physical examination & history taking. 2009. Edisi ke-8. Jakarta: EGC
3.
Levitt LP,Weiner HL. Buku saku neurologi. 2001. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
4.
5.
Fakultas kedokteran Indonesia. Kapita selekta kedokteran jilid I.2005. Edisi VII. Jakarta :
Media Aesculapics.
6.
Price SA,Wilson L.M. Patofisiologi. Edisi Keenam. 2006. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.