Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa lanjut usia bukanlah masa yang hanya tinggal menunggu vonis alam
atau masa yang lepas dari serangan berbagai penyakit yang akan
mengantarkan lansia pada kematian. Kita dapat menciptakan masa lansia
yang menyenangkan, produktif, energik tanpa harus merasa tua dan tidak
berdaya. Kepandaian menyiasati berbagai serangan yang melemahkan
kondisi tubuh, seperti berbagai perubahan fisik dan mental juga adanya
berbagai penyakit merupakan kunci kebahagiaan lansia (Wirakusumah,
2000).
Perubahan perubahan sosial yang cepat sebagai konsekuensi modernisasi,
industrialisasi,

kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

teknologi

telah

mempengaruhi nilai-nilai moral etika dan gaya hidup. Pola hidup masyarakat
dari yang semula sosial religius cenderung ke arah pola kehidupan
masyarakat individual, materialistis dan sekuler. Pola hidup sederhana dan
produktif cenderung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif. Perubahanperubahan tata nilai kehidupan tersebut yang sering kali juga disebut sebagai
perubahan psikososial. Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau
peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang;
sehingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri
untuk menanggulangi stresor (Hawari, 2011).
Stimulus atau rangsangan psikososial pada mulanya merupakan gangguan
fungsional atau faal organ tubuh, namun bila berkelanjutan akan
menyebabkan kelainan pada organ itu sendiri. Keller, dkk (1999) dalam
(Hawari, 2011) berbagai penelitiannya telah menemukan keterkaitan antara
1

stres psikososial, depresi, imunitas dan kesehatan fisik. Stres psikososial akan
mengakibatkan stres psikobiologik yang berdampak pada menurunnya
imunitas tubuh. Bila imunitas tubuh menurun maka yang bersangkutan rentan
jatuh sakit baik fisik maupun mental. Lebih-lebih bila stres psikososial ini
terjadi pada lanjut usia akan sangat

mempengaruhi status kesehatan

seseorang lansia. Akibatnya aktivitas kehidupan akan terganggu atau


terpengaruh yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kesigapan atau
kemandirian seseorang (Nugroho, 2000).
Badan kesehatan dunia (WHO) dan Undang Undang nomor 13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Usia Lanjut bab I pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa
umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Lanjut usia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Berbagai perubahan mental pada lansia yaitu penurunan daya ingat terutama
peristiwa yang baru saja terjadi, penurunan perhatian, mudah tersinggung,
sering marah-marah, cenderung gelisah, mudah stres, dan merasa
diremehkan. Sehingga timbul rasa kurang percaya diri dan tidak dihargai hal
tersebut menyebabkan penurunan aktivitas (Setiati, 2000).
Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang berhubungan
dengan

kemunduran kemampuan psikis dan mental. Grayson (2004)

menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan


kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu
sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Menurut Maslim
(2002) demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan
fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple higher cortical function),
termasuk didalamnya: daya ingat, daya pikir, orientasi, daya tangkap

(comprehension), berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya nilai.


Lanjut usia yang tinggal di panti jompo pada umumnya sering merasakan
kesepian, kurang diterima di lingkungan panti, kurang dapat melaksanakan
peran yang diinginkan, tuntutan dari lingkungan panti untuk dapat berperan
sebagai orang yang mandiri tanpa bantuan keluarga, dan sering pula terjadi
pertengkaran antara lanjut usia yang tinggal di panti jompo (Hadi, 2005).
Peningkatan

usia

harapan

hidup

(UHH)

akibat

dari

keberhasilan

pembangunan menyebabkan adanya peningkatan jumlah lanjut usia di


Kabupaten Jember. Hal ini telah berdampak pada peningkatan jumlah lansia
di panti jompo (UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Propinsi Jawa Timur
Kabupaten Jember). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti jumlah lanjut usia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten
Jember sebesar 126 pada tahun 2009 menjadi 140 pada tahun 2011 dengan
komposisi laki laki 50 orang dan perempuan 90 orang (Unit Pelaksana
Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Jember, 2011).
Dari orang Amerika yang berusia lebih dari 65 tahun, kira-kira 5 persen
mengalami demensia parah dan 15 persen mengalami demensia ringan.
Faktor resiko yang diketahui untuk demensia adalah usia, riwayat keluarga,
jenis kelamin (Mansjoer, 2001). Dari semua pasien dengan demensia, 50
60% memiliki tipe demensia yang biasa, yaitu demensia tipe alzheimer.
Prevalensi demensia tipe alzheimer meningkat bersama dengan peningkatan
usia. Penyakit ini bisa terjadi pada usia 40 tahun, tetapi yang paling sering
pada usia diatas 60 tahun, dan merupakan penyebab demensia yang utama
(Harsono, 2008).

Pada orang dengan usia 65 tahun, laki-laki memiliki prevalensi 0,6% dan
perempuan 0,8%. Tipe umum kedua dari demensia adalah demensia vaskular,
yang disebabkan penyakit serebrovaskular. Kurang lebih 10-15% pasien
mempunyai demensia vaskular dan demensia tipe alzheimer secara bersamasama. Penyebab lain dari demensia yang sering terjadi, masing-masing
menunjukkan 1-5% dari semua kasus, meliputi trauma kepala, demensia yang
berhubungan dengan alkohol, demensia berhubungan dengan berbagai
kekacauan

pergerakan,

seperti

penyakit

Huntingtongs

disease

dan

parkinsons disease (Kaplan, 2007).


Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dilakukan untuk lebih memahami
keterkaitan tingkat stres yang diakibatkan stresor psikososial dengan tingkat
demensia pada lansia, sehingga permasalahan ini bisa diatasi secara
berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup lanjut
usia dimasa mendatang.

B. PERUMUSAN MASALAH
1. Pernyataan masalah
Perubahan-perubahan tata nilai kehidupan, pola hidup masyarakat dari
yang semula sosial religius cendrung ke arah pola kehidupan
masyarakat individual, materialistis dan sekuler, pola hidup sederhana
dan produktif cendrung ke arah pola hidup mewah dan konsumtif sering
kali juga disebut sebagai perubahan psikososial. Pada sebagian orang
dapat merupakan beban atau tekanan mental yang disebut sebagai

stressor psikososial yang dapat mempengruhi status kesehatan lansia.


Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang berhubungan
dengan kemunduran kemampuan psikis dan mental. Demensia bukanlah
sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan
beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan
kepribadian dan tingkah laku.
2. Pertanyaan masalah
a) Bagaimanakah tingkat stres yang diakibatkan stresor psikososial
pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten
Jember?
b) Bagaimanakah tingkat demensia pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember?
c) Apakah terdapat hubungan tingkat stres yang diakibatkan stresor
psikososial dengan tingkat demensia pada lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat stres yang diakibatkan stresor psikososial
dengan tingkat demensia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Kabupaten Jember.
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi

tingkat

stres

yang

diakibatkan

stresor

psikososial pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia


Kabupaten Jember.
b) Mengidentifikasi tingkat demensia pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember.
c) Menganalisis hubungan tingkat stres yang diakibatkan

stresor

psikososial dengan tingakat demensia pada lansia di UPT


Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jember.
D. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis
a) Bagi peneliti
Memberikan pengalaman pelaksanaan penelitian dan menambah
wawasan bagi peneliti tentang hubungan stres yang diakibatkan
stresor psikososial dengan tingkat demensia pada lansia.
b) Bagi peneliti lebih lanjut
Diharapkan dari peneliti ini dapat digunakan sebagai data
tambahan bagi peneliti lain.
2. Praktis
a) Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dan kajian bagi ilmu keperawatan, gerontik khususnya.
b) Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai dasar pertimbangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi klien lanjut usia.
c) Bagi pasien ( lanjut usia )
Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam meningkatkan
kualitas dan derajat kesehatan usia lanjut dengan mengontrol
berbagi sumber sumber stres psikososial dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai