Anda di halaman 1dari 51

TRAUMA KEPALA

Head Trauma
Patients with a history of
head or presence of a scalp
with evidence of altered
after relevant injury

a blow to the
wound or those
consciousness

Scottish Intercollegiate Guidelines


Network, 2009

Tingkat kesadaran dinilai dengan


Glasgow
Coma
Scale
untuk
mengkategorikan tingkat keparahan
cedera kepala

Scottish Intercollegiate Guidelines

Head Trauma
(anatomical)

Abrasi
Kontusio
Laserasi
Subgaleal
haemato
m

Scalp

Linear
Depresse
d
Open
Commin
u-ted
Basal

Skull

Focal
injuries
Diffuse
injuries

Brain

Cededera otak diklasifikasikan sebagai cedera otak


primer dan cedera otak sekunder
# 2 penyebab utama cedera otak sekunder: diagnosis yg
terlambat dan tatalaksana hematom intrakranial

Mekanisme Cedera Kepala


Blunt
Tabrakan Kendaraan
Bermotor
Pukulan benda tumpul
Jatuh

Penetrating

Luka Tembak
Luka Tusuk

Scalp Injury
mempunyai banyak pembuluh darah
trauma dapat menyebabkan perdarahan yang
profuse
Kontrol Perdarahan penekanan langsung
pada luka
Jangan melakukan penekanan langsung jika
kemungkinan terdapat cedera tulang kepala
Scalp

Skull Injury

Fraktur Basis Cranii

Fraktur

basis

cranii
Robeknya
Duramater
Memungkinkan CSS
mengalir keluar
melalui lubang
eksternal
Ex: Rhinnorhea dan
Otthorea
Evaluasi untuk Target
or Halo sign

Brain Injury
Focal
Injury
- Cerebral
contusion
-

Brain
Injur
y

Cerebral laceration
Haematoma

Epidural

Haematoma
Subdural Haematoma
Intracerebral
Haematoma

Diffuse Injury
-

Concussion
Axonal Injury
Cerebral edema
Cerebral Ischemia
Holt and Dolan, 2008

Patofisiologi
Biasanya

bukan merupakan akibat


dari cedera langsung ke jaringan
otak
Disebabkan oleh:
Tenaga dari luar yang mengenai tulang
tengkorak dan diteruskan ke otak
Pergerakan dari otak di dalam
tengkorak

Response to injury
Swelling of brain
Vasodilatation with increased blood
volume
Increased ICP

Decreased blood flow to brain


Perfusion decreases
Cerebral ischemia (hypoxia)

Tanda dan Gejala Cedera Kepala


Perubahan

Status

Mental
Perubahan
Orientasi
Perubahan
Personalitas
Amnesia
Retrograde
Antegrade

Cushings

Reflex

Muntah
Tanpa Mual
Proyektil
Perubahan
termperatur tubuh
Peubahan reaktivitas
pupil
Postur dekortikate

Tanda & Gejala Cedera Otak


Perubahan

Patofisiologi

Cedera Lobus Frontalis


Perubahan Persolaniti

Cedera Lobus Oksipital


Gangguan Pengellihatan

Cedera Kortikal
Penurunan status mental dan amnesia
Retrograde
Tidak mampu untuk mengingat kembali kejadian sebelum
cedera
Antegrade
Tidak mampu untuk mengingat peristiwa setelah kejadian

Focal Deficits
Hemiplegia, Weakness or Seizures

Epidural Hematom
Perdarahan

antara
periosteum dan
duramater
Paling sering
disebabkan ruptur
a.meningeal media
Hematom
berbentuk konveks
Lucid Interval

Subdural Hematom
Perdarahan

diantara duramater
dan arachnoid
Lesi desak ruang
berberntuk konkaf
dan tidak berbatas
jelas dari jaringan
otak dibawahnya

Hematoma epidural

Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan

dibawah
membran arakhnoid
komplikasi yang sering
terjadi Hidrosefalus

Perdarahan Intrakranial
Perdarahan

fokal
dalam parenkim otak
Rupture blood vessel
within the brain
Presentasi sama
dengan gejala stroke
Tanda dan Gejala
memburuk dari waktu
ke waktu

Herniasi
Herniasi

disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial
1. Herniasi Transtentorial
2. Herniasi Subfalsin
3. Herniasi Tonsilar

Robbins and cotran,

Cerebral Herniation

Other
Signs

Symptoms

Dilated or unreactive pupils


Asymmetric pupils
A motor exam that
identifies either extensor
posturing or no response
Progressive neurologic
deterioration, decrease in
GCS score more than 2
points from patients prior
best score - in patients with
initial GCS < 9

factors increasing

ICP
Fear and anxiety
Pain
Vomiting
Straining
Environmental stimuli
Endotracheal intubation
Airway suctioning

Herniasi Serebral: Tanda & Gejala

Faktor
Tanda

dan gejala

lain yang
mempengaruhi ICP

Pupil dilatasi atau tidak


reaktif

Rasa takut

Pupil asimetris

Muntah

Tes mototrik dengan


posisi ekstensor atau
tidak ada respon

ETT

Penurunan GCS >2


dengan GCS tawal <9

Nyeri

Stimulasi lingkungan
Suction

Herniation
Perubahan

falx

tempat

dari otak
Side to side:
subfalcine
Side to bottom:
uncal
(transtentorial)
Top to bottom:
central tentorial
Bottom to top:
upward
Bottom thru the
hole: tonsillar

tentorium
foramen magnum

Subfalcine

ACA compression:
contralateral leg paresis
Somnolence
Uncal

(transtentorial)
Anisocoria to blown
pupil
Midbrain and PCA
compression:
Somnolence,
Contralateral hemiparesis,
occipital infarct
Decerebrate posturing
(extensor)

midbrain

Central

tentorial

Somnolence/coma
Bilaterally blown
pupils
Decorticate/decereb
rate posturing
Bilateral midbrain,
PCA compression
Upward

(rare)

Midbrain
compression
Blown pupils
Somnolence/coma

midbrain

Tonsillar

Somnolence
Quadriparesis
Cardiac
medulla
arrythmias
Respiratory failure
Foramen magnum

midbrain

Herniasi Serebral: Indikator

Pasien

yang tidak respon (mata tidak membuka atau respon

bicara)
Pupil yang dilatasi unilateral atau bilateral
Ekstensi abnormal (postur decerebrate)
Tidak ada respon mototrik dengan rangsang nyeri

Penurunan

pada pemeriksaan neurologis, bradycardia (heart


rate < 60 bpm), dan hipertensi merupakan tanda dari Cushing
refleks yang juga merupakan dari tanda dari herniasi yang
sudah lama

Cushings

Triad (Reflex) adalah tanda Late dari

herniasi:
Meningkatanya systolic BP
Bradikardia
Respirasi ireguler

Fixed

volume:

Otak (80%), darah (10%), CSF (10%)


Stable

pressure: CPP=MAP-ICP
Autoregulasi dari peningkatan ICP(cough/valsalva):
Peningkatan ICP

Peningkatan MAP

Tujuan dari compartment : Memepertahankan CPP!!

Perfusion

of a compartment:
CPP= MAP- ICP

Jika MAP tidak bisa meningkat:


Peningkatan ICP = Penurunan CPP
Penurunan CPP = Iskemia jaringan
Iskemia jaringan = Edema
Edema = Peningkatan ICP lebih lanjut
Penurunan CPP lebih lanjut = Kematian
jaringan

Monro-Kellie

doctrine:
- Tulang kepala memiliki volume
- Peningkatan salah satu volume
bisa menyebabkan penurunan
yang lainnya.
Otak > Darah, CSF

Hyperventilation

Indikasi hiperventilasi

Trauma kepala GCS <9 dengan postur


decereberate
Trauma kepala GCS <9 dengan pupil
dilatasi atau tidak reaktif
Trauma kepala GCS awal <9,
kemudian turun >2 points

If signs resolve, stop


hyperventilation.

Hyperventilation Rates

Dewasa

8- 10 per menit
Anak-anak
15 per menit
Bayi
20 per menit

20 menit
25 menit
30 menit

Capnography
Mempertahankan EtCO2 <30 mmHg, tetapi >25
mmHg

Primary Survey
Patients

are assessed and


treatment priorities established
based on their injuries, vital
signs, and injury mechanisms
ABCDEs of trauma care
A Airway and c-spine protection
B Breathing and ventilation
C Circulation with hemorrhage
control
D Disability/Neurologic status
E Exposure/Environmental control

Primary Assessment
Tingkat kesadaran :
A - Alert (sadar)
V - respon terhadap
verbal(bicara)
P - Respon terhadap pain
(nyeri)
U - Unresponsive (tidak ada
respon)

Lakukan secondary survey :


Tanda-tanda vital
Anamnesa
Pemeriksaan head to toe
termasuk neurologi
Balut dan bidai
Monitor terus menerus

Manajemen
Skull

X-Ray

Secara umum tidak wajib dilakukan


pada pasien CKR, kecuali:
Hematom besar yang mempersulit pada
pemeriksaan palpasi ada tidaknya fraktur
tulang tengkorak
Curiga terhadap adanya benda asing
radioopaque yang merobek dan masuk
dalam kepala

CT

scan

Indikasi :
GCS < 13 tanpa adanya intoksikasi alkohol/fraktur
cranium
GCS < 14 disertai fraktur cranium
Dilatasi pupil unilateral pada keadaan AMS
Fraktur depresi cranium
Defisit neurologis fokal
Pasien cedera kepala yang membutuhkan ventilasi
Pasien cedera kepala yang akan dilakukan
pembedahan dengan general anestesi

Intubasi

Indikasi:
Coma (GCS < 8)
Penurunan GCS > 2 secara cepat
GCS < 14 disertai dilatasi pupil unilateral
Clinical respiratory distress RR > 30x/min
atau kurang dari 10x/min atau abnormalitas
pola nafas, atau hipoksemia yang tidak dapat
dikoreksi 100% dengan O2 NRBM
Cedera maksilofasial
Kejang berulang
ALO, trauma dada/abdomen

Mannitol

Indikasi
Pasien koma dengan pupil yang awalnya reaktif
lalu menjadi dilatasi pupil dengan/tanpa
hemiparese
Pupil dilatasi bilateral dan non reaktif
Dosis mannitol 1 g/kgBB habis dalam 5 menit
Hal yang harus perhatikan dalam pemberian
mannitol:
Pasang kateter urine
Pastikan pasien tidak hipotensi
Pastikan pasien tidak ada gangguan ginjal (contoh: CKD)

LAPORAN KASUS
Nama

: An. Z
No. Register : 1109xxxx
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 12 Tahun
Alamat : Trenggalek
Pasien merupakan rujukan RS Sodeomo
Pasien datang ke UGD RSSA
menggunakan ambulan pada tanggal
14 Januari 2015

Primary Survey
A

: paten
B : pergerakan dada simetris, RR
22 x/menit reguler, retraksi (-),
sat 02 98%.
C

: TD: 107/62 mmHg, Nadi:76


x/mnt, akral hangat(T.ax: 36C),
CRT <2
D : GCS 456

Intervensi Awal
A

:B : O2 10 lpm NRBM
C : IVFD NaCl 0,9% 1900cc/hari

Secondary Survey
Laki-Laki/12

Tahun/UGD
Keluhan Utama: Nyeri kepala
Riwayat Penyakit:
Pasien mengeluh nyeri kepala setelah kecelakaan lalu lintas
jatuh dari sepeda 4 hari yang lalu dengan posisi jatuh kepala
terbentur aspal terlebih dahulu. Muntah(+) pingsan(-) kejang(-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat pengobatan :
Pasien dibawa ke puskesmas trenggalek (10 Januari 2015)
dengan keluhan pusing dan muntah, akan tetapi tidak ada
perbaikan Kemudian dirujuk ke R.S Trenggalek dan dilakukan
Ct-Scan dengan hasil EDH Oksipitobasal dan edema serebri
yang kemudian psien dirujuk ke RSSA.

Pemeriksaan Fisik
KU:

Tampak sakit sedang


TD : 100/70, N : 80x/menit, RR:
20x/menit ,Tax : 36C
K/L : an -/-, ict -/-, pupil isokor
(3mm/3mm) -pembesaran
kelenjar getah bening -/-

Kepala dan Leher :


Inspeksi : an -/-, ict -/-, pupil isokor (3mm/3mm) -pembesaran kelenjar getah bening -/deformitas (-), kontusio (-), luka babras (+) di Regio Occipital D, luka penetrasi (-),
luka bakar (-), luka robek (-), memar (+) di parietal kanan, distensi vena leher (-)
Palpasi: nyeri (-) , trakea di tengah

Thoraks:
inspeksi: deformitas (-),kontusio (-) luka babras (-), luka penetrasi (-), paradoksal
movement (-), luka bakar (-), luka robek (-), memar (-)
palpasi: krepitasi (-)
auskultasi : dbn
perkusi : sonor

Abdomen :
Inspeksi: deformitas (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar (-), luka robek
(-), memar (-)
Palpasi: tenderness (-), nyeri (-)

Pelvis:
Inspeksi: deformitas (-), krepitasi (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar (-),
luka robek (-), memar (-)
Palpasi: tenderness (-), instability (-), krepitasi (-)

Femur:
inspeksiL deformitas (-), krepitasi (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar
(-), luka robek (-), memar (-)

Hasil Laboratorium
Hb

: 11,80 gr/dl
Leukosit
: 5530
Trombosit : 248.000
Hematokrit : 34,90%
Diff Count : 3,3/0,2/68/19,3/9,2
PPT/APTT : 11,40/31
SE
: 136/3,73/112

Hasil CT-Scan (12 Januari


2014)
KESIMPULAN
Epidural hematoma DD/
Subdural hematoma vol
6,5 cc diregio occipitalis
kanan disertai vraktur
os.occipitalis kanan dan
cephal hematima
Obstructive hidrocephalus
akibat pendesakan
ventrikel IV oleh lesi
Sinusitis maxillaris kanan
dan sphenoidalis kiri
disertai deviasi septum
nasi ke kanan

Diagnosis
Cedera

Kepala Ringan 456


EDH oksipitobasal (D)
Edema serebri

Terapi
A

:B : O2 via NRBM 10 lpm


C : IVFD NaCl 0,9% 1900 cc/hari

Anda mungkin juga menyukai