Head Trauma
Patients with a history of
head or presence of a scalp
with evidence of altered
after relevant injury
a blow to the
wound or those
consciousness
Head Trauma
(anatomical)
Abrasi
Kontusio
Laserasi
Subgaleal
haemato
m
Scalp
Linear
Depresse
d
Open
Commin
u-ted
Basal
Skull
Focal
injuries
Diffuse
injuries
Brain
Penetrating
Luka Tembak
Luka Tusuk
Scalp Injury
mempunyai banyak pembuluh darah
trauma dapat menyebabkan perdarahan yang
profuse
Kontrol Perdarahan penekanan langsung
pada luka
Jangan melakukan penekanan langsung jika
kemungkinan terdapat cedera tulang kepala
Scalp
Skull Injury
Fraktur
basis
cranii
Robeknya
Duramater
Memungkinkan CSS
mengalir keluar
melalui lubang
eksternal
Ex: Rhinnorhea dan
Otthorea
Evaluasi untuk Target
or Halo sign
Brain Injury
Focal
Injury
- Cerebral
contusion
-
Brain
Injur
y
Cerebral laceration
Haematoma
Epidural
Haematoma
Subdural Haematoma
Intracerebral
Haematoma
Diffuse Injury
-
Concussion
Axonal Injury
Cerebral edema
Cerebral Ischemia
Holt and Dolan, 2008
Patofisiologi
Biasanya
Response to injury
Swelling of brain
Vasodilatation with increased blood
volume
Increased ICP
Status
Mental
Perubahan
Orientasi
Perubahan
Personalitas
Amnesia
Retrograde
Antegrade
Cushings
Reflex
Muntah
Tanpa Mual
Proyektil
Perubahan
termperatur tubuh
Peubahan reaktivitas
pupil
Postur dekortikate
Patofisiologi
Cedera Kortikal
Penurunan status mental dan amnesia
Retrograde
Tidak mampu untuk mengingat kembali kejadian sebelum
cedera
Antegrade
Tidak mampu untuk mengingat peristiwa setelah kejadian
Focal Deficits
Hemiplegia, Weakness or Seizures
Epidural Hematom
Perdarahan
antara
periosteum dan
duramater
Paling sering
disebabkan ruptur
a.meningeal media
Hematom
berbentuk konveks
Lucid Interval
Subdural Hematom
Perdarahan
diantara duramater
dan arachnoid
Lesi desak ruang
berberntuk konkaf
dan tidak berbatas
jelas dari jaringan
otak dibawahnya
Hematoma epidural
Perdarahan Subarakhnoid
Perdarahan
dibawah
membran arakhnoid
komplikasi yang sering
terjadi Hidrosefalus
Perdarahan Intrakranial
Perdarahan
fokal
dalam parenkim otak
Rupture blood vessel
within the brain
Presentasi sama
dengan gejala stroke
Tanda dan Gejala
memburuk dari waktu
ke waktu
Herniasi
Herniasi
disebabkan oleh
peningkatan tekanan intrakranial
1. Herniasi Transtentorial
2. Herniasi Subfalsin
3. Herniasi Tonsilar
Cerebral Herniation
Other
Signs
Symptoms
factors increasing
ICP
Fear and anxiety
Pain
Vomiting
Straining
Environmental stimuli
Endotracheal intubation
Airway suctioning
Faktor
Tanda
dan gejala
lain yang
mempengaruhi ICP
Rasa takut
Pupil asimetris
Muntah
ETT
Nyeri
Stimulasi lingkungan
Suction
Herniation
Perubahan
falx
tempat
dari otak
Side to side:
subfalcine
Side to bottom:
uncal
(transtentorial)
Top to bottom:
central tentorial
Bottom to top:
upward
Bottom thru the
hole: tonsillar
tentorium
foramen magnum
Subfalcine
ACA compression:
contralateral leg paresis
Somnolence
Uncal
(transtentorial)
Anisocoria to blown
pupil
Midbrain and PCA
compression:
Somnolence,
Contralateral hemiparesis,
occipital infarct
Decerebrate posturing
(extensor)
midbrain
Central
tentorial
Somnolence/coma
Bilaterally blown
pupils
Decorticate/decereb
rate posturing
Bilateral midbrain,
PCA compression
Upward
(rare)
Midbrain
compression
Blown pupils
Somnolence/coma
midbrain
Tonsillar
Somnolence
Quadriparesis
Cardiac
medulla
arrythmias
Respiratory failure
Foramen magnum
midbrain
Pasien
bicara)
Pupil yang dilatasi unilateral atau bilateral
Ekstensi abnormal (postur decerebrate)
Tidak ada respon mototrik dengan rangsang nyeri
Penurunan
Cushings
herniasi:
Meningkatanya systolic BP
Bradikardia
Respirasi ireguler
Fixed
volume:
pressure: CPP=MAP-ICP
Autoregulasi dari peningkatan ICP(cough/valsalva):
Peningkatan ICP
Peningkatan MAP
Perfusion
of a compartment:
CPP= MAP- ICP
Monro-Kellie
doctrine:
- Tulang kepala memiliki volume
- Peningkatan salah satu volume
bisa menyebabkan penurunan
yang lainnya.
Otak > Darah, CSF
Hyperventilation
Indikasi hiperventilasi
Hyperventilation Rates
Dewasa
8- 10 per menit
Anak-anak
15 per menit
Bayi
20 per menit
20 menit
25 menit
30 menit
Capnography
Mempertahankan EtCO2 <30 mmHg, tetapi >25
mmHg
Primary Survey
Patients
Primary Assessment
Tingkat kesadaran :
A - Alert (sadar)
V - respon terhadap
verbal(bicara)
P - Respon terhadap pain
(nyeri)
U - Unresponsive (tidak ada
respon)
Manajemen
Skull
X-Ray
CT
scan
Indikasi :
GCS < 13 tanpa adanya intoksikasi alkohol/fraktur
cranium
GCS < 14 disertai fraktur cranium
Dilatasi pupil unilateral pada keadaan AMS
Fraktur depresi cranium
Defisit neurologis fokal
Pasien cedera kepala yang membutuhkan ventilasi
Pasien cedera kepala yang akan dilakukan
pembedahan dengan general anestesi
Intubasi
Indikasi:
Coma (GCS < 8)
Penurunan GCS > 2 secara cepat
GCS < 14 disertai dilatasi pupil unilateral
Clinical respiratory distress RR > 30x/min
atau kurang dari 10x/min atau abnormalitas
pola nafas, atau hipoksemia yang tidak dapat
dikoreksi 100% dengan O2 NRBM
Cedera maksilofasial
Kejang berulang
ALO, trauma dada/abdomen
Mannitol
Indikasi
Pasien koma dengan pupil yang awalnya reaktif
lalu menjadi dilatasi pupil dengan/tanpa
hemiparese
Pupil dilatasi bilateral dan non reaktif
Dosis mannitol 1 g/kgBB habis dalam 5 menit
Hal yang harus perhatikan dalam pemberian
mannitol:
Pasang kateter urine
Pastikan pasien tidak hipotensi
Pastikan pasien tidak ada gangguan ginjal (contoh: CKD)
LAPORAN KASUS
Nama
: An. Z
No. Register : 1109xxxx
Jenis Kelamin: Laki-laki
Usia: 12 Tahun
Alamat : Trenggalek
Pasien merupakan rujukan RS Sodeomo
Pasien datang ke UGD RSSA
menggunakan ambulan pada tanggal
14 Januari 2015
Primary Survey
A
: paten
B : pergerakan dada simetris, RR
22 x/menit reguler, retraksi (-),
sat 02 98%.
C
Intervensi Awal
A
:B : O2 10 lpm NRBM
C : IVFD NaCl 0,9% 1900cc/hari
Secondary Survey
Laki-Laki/12
Tahun/UGD
Keluhan Utama: Nyeri kepala
Riwayat Penyakit:
Pasien mengeluh nyeri kepala setelah kecelakaan lalu lintas
jatuh dari sepeda 4 hari yang lalu dengan posisi jatuh kepala
terbentur aspal terlebih dahulu. Muntah(+) pingsan(-) kejang(-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat pengobatan :
Pasien dibawa ke puskesmas trenggalek (10 Januari 2015)
dengan keluhan pusing dan muntah, akan tetapi tidak ada
perbaikan Kemudian dirujuk ke R.S Trenggalek dan dilakukan
Ct-Scan dengan hasil EDH Oksipitobasal dan edema serebri
yang kemudian psien dirujuk ke RSSA.
Pemeriksaan Fisik
KU:
Thoraks:
inspeksi: deformitas (-),kontusio (-) luka babras (-), luka penetrasi (-), paradoksal
movement (-), luka bakar (-), luka robek (-), memar (-)
palpasi: krepitasi (-)
auskultasi : dbn
perkusi : sonor
Abdomen :
Inspeksi: deformitas (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar (-), luka robek
(-), memar (-)
Palpasi: tenderness (-), nyeri (-)
Pelvis:
Inspeksi: deformitas (-), krepitasi (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar (-),
luka robek (-), memar (-)
Palpasi: tenderness (-), instability (-), krepitasi (-)
Femur:
inspeksiL deformitas (-), krepitasi (-), luka babras (-), luka penetrasi (-), luka bakar
(-), luka robek (-), memar (-)
Hasil Laboratorium
Hb
: 11,80 gr/dl
Leukosit
: 5530
Trombosit : 248.000
Hematokrit : 34,90%
Diff Count : 3,3/0,2/68/19,3/9,2
PPT/APTT : 11,40/31
SE
: 136/3,73/112
Diagnosis
Cedera
Terapi
A