Patofisiologi
Pada DBD dan DSS peningkatan akut permeabilitas vaskuler
merupakan patofisiologi primer.Hal ini akan mengarah ke
kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Pada kasus-kasus berat volume plasma menurun lebih
dari 20% meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia. Lesi destruktif vaskuler yang nyata tidak
terjadi.
Terdapat tiga faktor yang menyebabakan perubahan
hemostasis pada DBD dan DSS yaitu: perubahan vaskuler,
trombositopenia dan kelainan koagulasi. Hampir semua
penderita dengue mengalami peningkatan fragilitas vaskuler
dan trombositopeni, serta koagulogram yang abnormal.
Manifestasi klinis
1. Demam
Demam biasanya langsung tinggi mencapai hingga 400 C dan sering
disertai gejala yang tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia),
lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah
belakang mata (retro orbita).
2.Tanda Perdarahan
Tanda perdarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi,
perdarahan kulit sepeerti tes Rumpeleede (+), ptekiae dan ekimosis,
serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena).
3.Adanya pembesaran organ hati (Hepatomegali)
. Peningkatan kadar hematokrit > 20% dari nilai normal.
. Trombosit menurun (trombositopenia) 100.000/mm3
4. Kegagalan sirkulasi darah
Biasanya ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan cepat,
ujung-ujung jari terasa dingin serta dapat disertai penurunan kesadaran
dan syok yang dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis diperlukan
data-data yang diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik dan
laboratorium / penunjang. Temuan fisis ialah
anak nampak sakit sedang atau berat
dengan suhu tubuh meningkat, nadi cepat
dan kecil, pernafasan cepat dan dalam,
hipotensi, pada kulit ada manifestasi
perdarahan, epitaksis, gusi berdarah,
pembesaran kelenjar getah bening (KGB),
jantung dan paru bisa saja normal atau
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorium, secara umum ada dua macam
pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit DBD secara
laboratoris :
Deteksi virus, yang dapat dilakukan melalui metode pembiakan
(kultur) dan tes PCR (Polymerase Chain Reaction).
Deteksi serologis, yaitu untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap infeksi virus dengue (antibodi antidengue).
Pada metode serologis ini ada lima metode deteksi yang dapat
dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang, yaitu :
1. Hemmagulutination Inhibition test (uji HI)
2. Uji pengikatan komplemen (Complement Fixation test)
3. Uji Netralisasi
4. Antidengue IgG & IgM
5. Dengue NS-1 Antigen